PENGARUH INOVASI DAN KREATIVITAS PENGUSAHA TERHADAP KEBERHASILAN USAHA: Survey Terhadap Para Pengusaha di Industri Rajut Binong Jati Bandung.

(1)

KEBERHASILAN USAHA

(Survey Terhadap Para Pengusaha di Industri Rajut Binong Jati Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Skripsi Pada Program Studi Manajemen

Universitas Pendidikan Indonesia

RAISAN AL FARISI 0807140

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGUSAHA TERHADAP KEBERHASILAN USAHA

(Survey Terhadap Para Pengusaha di Industri Rajut Binong Jati

Bandung)

Oleh

RAISAN AL FARISI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Raisan Al Farisi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis

LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Inovasi dan Kreativitas Pengusaha Terhadap

Keberhasilan Usaha

(Survey Terhadap Para Pengusaha Rajut di Sentra Rajut Binong Jati Bandung)

RAISAN AL FARISI 0807140


(3)

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Chairul Furqon, S.Sos, MM Askolani, SE. MM

NIP. 1972061 5200312 1001 NIP. 19750704 200312 1 001

Mengetahui:

Ketua Program Studi Manajemen

Dr. Vanessa Gaffar, SE.AK, MBA NIP. 19740307 200212 2 001


(4)

ABSTRAK

Raisan Al Farisi, “Pengaruh Inovasi dan Kreativitas Terhadap Keberhasilan Usaha” (Survey Terhadap Para Pengusaha di Industri Rajut Binong Jati Bandung), dibawah bimbingan Dr. Chairul Furqon S.Sos, MM dan Askolani SE, MM

Saat ini banyak sekali produk impor yang masuk di dunia Industri, terutama dalam dunia Industri Kecil Menengah (IKM). Kendala ini sangat dirasakan oleh para pengusaha rajut Binong Jati Bandung yang sedang bertahan di tengah persaingan produk – produk rajut impor yang berharga lebih murah daripada rajut Binong Jati. Hal ini dilihat dari penurunan hasil jumlah produksi rajut, penurunan jumlah tenaga kerja, dan jumlah pengusaha yang bertahan.

Variabel yang diteliti terdiri dari dua variabel bebas yaitu inovasi, dan kreativitas serta variabel terikat yaitu keberhasilan usaha. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif. Populasi dari penelitian ini adalah pengusaha sentra rajut Binong Jati Bandung, serta menggunakan metode survey explanatory dengan sampel sebanyak 78 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisi regresi berganda dan koefisien korelasi.

Dari hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa hasil perhitungan hubungan pada inovasi dan kreativitas terhadap keberhasilan usaha menunjukan hubungan yang kuat.


(5)

ABSTRACT

Raisan Al Farisi, The Influence Inovation and Creativity of Entrepreneur Towards The Succesful Enterprise” (Case Study on Binong Jati Knitted Industrial Center Bandung), Under guidance of Dr. Chairul Furqon S.Sos, MM and Askolani SE, MM

Currently, many imported products in the world Industry, especially in small and medium industry. This constraint is felt by employers knitting Binong Jati Bandung being survive in the competitive products - products knitting valuable imports cheaper than knitting Binong Jati. It is seen from the decrease in the number of production results knitting, decrease in the number of workers, and the number of entrepreneurs who survive.

Variables under study consists of two independent variables, namely innovation, and creativity as well as the dependent variable is the successful enterprise. Subject of this research is the central employers knitting Binong Jati Bandung. This research is descriptive and verification and using survey methods with a sample of 78 explanatory respondents. The data analysis technique used is multiple regression analysis and correlation coefficients.

The result of this research, it is concluded that the results of the relation calculations on innovation and creativity to the success of the entreprise showed a strong relationship.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian... 01

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 08

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 08

1.2.2 Rumusan Masalah ... 09

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 10

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Kegunaan Penelitian... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka... 12

2.1.1 Konsep Inovasi... 12

2.1.1.1Pengertian Inovasi... 12

2.1.1.2Proses Inovasi... 15

2.1.1.3Jenis dan Sumber Inovasi... 15

2.1.1.4Strategi Inovasi...17

2.1.2 Kreativitas... 19

2.1.2.1Pengertian Kreativitas...19


(7)

2.1.2.3Berpikir Kreatif Dalam Kewirausahaan... 22

2.1.3 Konsep Keberhasilan Usaha... 27

2.1.3.1Pengertian Keberhasilan Usaha... 27

2.1.3.2Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha..28

2.1.3.3Indikator Keberhasilan Usaha...28

2.2 Kerangka Pemikiran... 32

2.3 Hipotesis... 34

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian... 37

3.2 Metode Penelitian dan Desain Penelitian... 37

3.2.1 Metode Penelitian... 37

3.2.2 Desain Penelitian... 39

3.3 Operasionalisasi Variabel... 39

3.4 Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpun Data... 44

3.4.1 Jenis dan Sumber Data...44

3.4.2 Teknik dan Alat Pengumpulan Data... 44

3.5 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... 45

3.5.1 Populasi... 45

3.5.2 Sampel... 46

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel... 48

3.6 Rancangan Analisis, Pengujian, Teknik Analisis Data, dan Uji Hipotesis... 49

3.6.1 Rancangan Analisis Data... 49

3.6.2 Pengujian Validitas dan Reliabitas... 53

3.6.2.1 Hasil Pengujian Validitas... 53

3.6.2.2 Hasil Pengujian Reliabilitas... 59

3.6.3 Teknik Analisis Data... 61


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian... 72

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian... 72

4.1.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden... 77

4.1.2.1Gambaran Umum Karakteristik Responden Berdasarkan JenisKelamin... 77

4.1.2.2Gambaran Umum Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 78

4.1.2.3Gambaran Umum Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 80

4.1.2.4Gambaran Umum Karakteristik Responden berdasarkan Laba Usaha Per Bulan... 81

4.1.2.5Gambaran Umum Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha... 83

4.1.3 Gambaran Variabel Penelitian... 84

4.1.3.1Tanggapan Responden Mengenai Inovasi... 85

4.1.3.2Tanggapan Responden Mengenai Kreativitas... 92

4.1.3.3Tanggapan Responden Mengenai Keberhasilan Usaha... 100

4.1.4 Hasil Pengujian Statistik... 109

4.1.4.1 Pengujian Asumsi Regresi... 109

4.1.4.2 Koefisien Korelasi... 111

4.1.4.3 Analisis Regresi Berganda... 113

4.1.4.4 Uji Hipotesis... 116

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian... 117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 122

5.2 Saran... 123

DAFTAR PUSTAKA... 125 RIWAYAT HIDUP


(9)

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi pengangguran, memperluas kesempatan kerja, memerangi kemiskinan dan pemerataan pendapatan. Namun keadaan industri kecil dan kerajinan saat ini dinilai lemah, terutama jika ditinjau dari segi laju pertumbuhannya. Menurut UU No.2 Tahun 2008 yang menyebutkan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, serta memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah lebih diarahkan pada industri besar yang bercorak padat modal dan sudah memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seharusnya pemerintah dapat mengusahakan secara optimal keberadaan industri kecil. Namun pemerintah masih kurang terlihat adanya usaha untuk memperbaiki kemampuan usaha padat karya untuk bisa bersaing. Pemerintah seharusnya membina dan mengembangkan industri kecil agar mampu berkembang secara luas.


(11)

Sektor industri khususnya Industri Kecil Menengah (IKM) merupakan salah satu sektor yang menjadi bahan perhatian pemerintah dalam usaha membangkitkan kembali perekonomian nasional. Industri Kecil Menengah (IKM) memegang peranan penting dalam perekonomian di hampir semua negara yang sedang berkembang. Besarnya peranan sektor usaha kecil menengah ini, maka maju dan mundurnya industri kecil di Indonesia turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Industri Kecil Menengah (IKM) merupakan salah satu struktur perindustrian yang keberadaan nya sering dikaitkan dengan konotasi tradisional, modal rendah, skill yang rendah, dan kurang efisien.

Tabel 1.1 PDRB Kota Bandung

2010

%

2011

%

2010

%

2011

%

Pertanian

63,34

0,20

62,609

0,18

161,743

0,20

186,526

0,19

Industri pengolahan

8.067.254 25,45 8.357.999 24,29 19.990.518 24,38 24.074.439 24,70

listrik,gas,dan air

761,964

2,40

842,797

2,45

1.892.657

2,31

2.258.612

2,32

bangunan/kontruksi

.956 5,19 3.826.74 5,02 1.786.956 5,19

3.826.745

4,67

4.760.554

4,89

perdagangan,hotel dan restauran

12.623.317 39,82 14.045.570 40,81 33.301.560 40,61 39.602.893 40,64

pengangkutan dan komunikasi

3.501.283 11,05 3.889.174 11,30

9.813.959 11,97 11.291.464 11,59

keuangan,persewaan,dan jasa-jasa perusahaan 1.670.210

5,27 1.772.672 5,15

5.110.879

6,23

5.833.199

5,99

jasa-jasa

3.417.482

10,78 3.657.746 10,63

7.904.116

9,64

9.444.215

9,69

31.697.282 100,00 34.415.522 100

82.002.176 100,00 97.451.902

100

Total

atas dasar harga konstan

atas dasar harga berlaku

Juta

juta

Lapang Usaha


(12)

Raisan Al Farisi, 2013

Dilihat dari tabel diatas, industri dan perdagangan di Kota Bandung mempunyai peranan yang sangat penting untuk perekonomian Kota Bandung. Industri memegang 25,45 % untuk PDRB di Kota Bandung, sedangkan perdagangan memegang 39,82 %. Dalam perhitungan pendapatan nasional, IKM merupakan salah satu kontributor terbesar menurut kriteria sektor industri. Kontributor sektor industri khususnya Industri Kecil Menengah (IKM) adalah subsektor non-migas, yaitu berupa komoditi tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki.

Dengan peranan Industri Kecil Menegah (IKM) yang sangat penting, maka sebetulnya IKM merupakan sektor ekonomi yang tidak hanya memberikan kegiatan usaha pada rakyat kecil saja, namun juga dapat berperan sebagai alternatif pemecahan masalah sosial seperti ledakan jumlah tenaga kerja yang terus bertambah di Indonesia. Peranan-peranan penting inilah yang menjadikan alasan agar IKM tetap dikembangkan di Indonesia khususnya Kota Bandung. Selain itu, terdapat beberapa alasan lain yang melandasi agar usaha atau industri kecil tetap dikembangkan di Indonesia.

Kota Bandung merupakan kota yang mempunyai potensi bisnis yang sangat baik. Bandung yang dikenal sebagai kota fashion memang memiliki potensi yang cukup besar untuk mengembangkan industri pakaian. Salah satunya adalah pakaian rajutan yang di produksi oleh para pengrajin Industri Kecil Menengah (IKM) di sentra industri rajutan Binong Jati Bandung. Sentra industri rajutan Binong Jati merupakan salah satu industri kecil yang cukup potensial, dan dapat memberikan


(13)

kontribusi terhadap perekonomian di Kota Bandung. Pakaian rajutan yang dihasilkan industri tersebut mampu bersaing dengan rajutan yang di produksi oleh pabrik-pabrik besar. Selain harganya relatif murah, model pakaiannya mengikuti selera konsumen, corak pakaian bervariatif, sehingga konsumen menjadi tertarik. Hal ini tidak terlepas dari inovasi dan kreativitas para pengrajinnya, sehingga hasil produksi rajutan Binong Jati semakin dikenal dan disukai oleh masyarakat.

Rajutan Binong jati ini berkembang di awal tahun 1970. Didirikan oleh beberapa masyarakat setempat yang bekerja dalam sistem makloon dengan para pengusaha Tionghoa. Karena meningkatnya permintaan rajutan, maka pengusaha Tionghoa meminta mereka mengerjakan pesanan rajutan di rumah. Sambil mengerjakan pesanan, mereka juga mengajarkan keluarga, saudara maupun tetangganya untuk membuat baju rajutan. Industri ini terus mengalami perkembangan sejak tahun 1970, semakin banyak masyarakat setempat yang tertarik dan mulai mengembangkan sendiri usaha ini secara kecil-kecilan. Mesin rajutnya pun hanya mesin rajut sederhana dan manual. Seiring dengan berjalan nya waktu rajutan Binong Jati mengalami peningkatan drastis di tahun 90-an. Tingginya permintaan rajut pada saat itu membuat seluruh buruh bisa menabung sehingga mampu membeli mesin sendiri. Sambil mengerjakan pesanan majikan, mereka juga mengajar beberapa orang di Binong Jati membuat baju rajutan. (Hasil wawancara dengan Eka, pengurus Koperasi Rajut Binong Jati Tanggal 23 desember 2012)


(14)

Raisan Al Farisi, 2013

Kesuksesan sentra industri rajut Binong Jati ini terus berlangsung hingga tahun 2005, dan ketika krisis melanda Negara Indonesia pada tahun 1998, sentra rajut Binong Jati ini berhasil menyelamatkan dirinya dalam tekanan ekonomi Indonesia. Hal ini didukung pula oleh masih adanya minat dan permintaan terhadap produk produk mereka. Namun, menjelang tahun 2006, seiring dengan meredupnya industri tekstil dan produksi tekstil di Kabupaten Bandung. Bisnis rajutan berbahan utama benang ini pun kian meredup ditambah lagi adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada akhir tahun sebelumnya. Kenaikan harga BBM ini berakibat pada kenaikan harga bahan baku benang, sehingga pada waktu itu, sekitar 40% pengrajin Binong Jati tidak mampu meneruskan bisnis rajutnya kembali. (Hasil wawancara dengan pengurus Koperasi Rajut Binong Jati Tanggal 23 desember 2012) Kenaikan BBM yang semakin melambung ini terus berlangsung hingga tahun-tahun berikutnya. Para pengusaha di sentra rajut Binong Jati ini mengalami penurunan output produksi dikarenakan menurun nya permintaan dari para konsumen. Kondisi terparah adalah pada tahun 2010 ketika output produksi anjlok hingga 50% dari tahun sebelumnya. Turunnya output produksi rajut disebabkan oleh kenaikan bahan baku, kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), dan adanya perdagangan bebas dan produk-produk impor yang membanjiri pasar lokal.


(15)

Gambar 1.1

Rata-rata Hasil Produksi Rajut Per Hari Sentra Industri Rajut Binong Jati Pada Tahun 2007-2011 (Dalam Lusin) Sumber: Koperasi Industri Rajut Binong Jati (KIRBI) data diolah.

Gambar 1.1 menggambarkan fluktuatif nya hasil produksi pada sentra industri rajut Binong Jati dikarenakan adanya kenaikan bahan baku, kenaikan tarif dasar listrik, dan adanya produk produk impor yang berharga murah akibat adanya perdagangan bebas. Pada tahun 2007 sentra rajut Binong Jati mampu memproduksi 2700 lusin per hari. Memasuki tahun 2008 hasil produksi di sentra industri rajut Binong jati menurun hingga 2500 lusin per hari. Pada tahun 2009 hasil produksi pada sentra rajut Binong Jati naik kembali dengan 3000 lusin per hari. Namun kenaikan hasil produksi pada sentra rajut Binong Jati tidak berlangsung lama hingga pada tahun 2010 sentra rajut Binong Jati mengalami penurunan jumlah produksi hingga 50% nya yaitu 1500 lusin per hari, dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan jumlah produksi, tetapi hanya naik hingga 1700 lusin per hari. Hal ini dikarenakan adanya barang-barang impor murah dan inovatif yang membanjiri pasar lokal.

0 1000 2000 3000 4000

2007 2008 2009 2010 2011

Hasil Produksi (dalam lusin)

Hasil Produksi (dalam lusin)

2700 2500 3000


(16)

Raisan Al Farisi, 2013

Menyusutnya margin keuntungan yang diperoleh pengrajin Binong Jati ternyata mengakibatkan menyusutnya jumlah pengrajin rajut di Binong Jati. Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 1.2.

Tabel 1.2

Jumlah Pengusaha Sentra Industri Rajutan Binong Jati Bandung tahun 2009-2011

TAHUN JUMLAH PENGUSAHA PERTUMBUHAN (%)

2009 400 -

2010 250 -37,5

2011 200 -20

2012 293 -17

Sumber: Koperasi Industri Rajut Binong Jati (KIRBI)

Pada tahun 2009 sampai dengan 2011 Berkurangnya jumlah pengusaha Binong Jati sampai pada puncaknya dikarenakan mereka tidak mampu bertahan karena ongkos produksi yang tinggi sehingga tidak mampu bersaing dengan harga produk yang murah. Selain itu, mereka ingin menghindari kerugian yang terlalu besar sehingga mereka beralih profesi, yang sebelumnya menjadi produsen kini menjadi pedagang.

Sebagaimana industri atau industri rumahan lainnya, kepemilikan industri rajutan Binong Jati ini pada umumnya merupakan usaha yang bersifat turun menurun. Modal yang digunakan oleh para pengrajin rajutan relatif kecil dan berasal dari


(17)

tabungan sendiri sehingga tidak sedikit pemilik usaha rajutan Binong Jati yang memulai usahannya dari bawah dengan menjadi seorang buruh rajut. Sebelum menjadi pengusaha dengan berbekal pengalaman dan kemampuannya sebagian dari ,mereka berhasil mendirikan usaha rajutan sendiri.

Selain itu manajemen pada industri kecil cenderung sederhana, seperti yang terjadi pada industri rajutan Binong Jati Bandung belum terlihat adanya manajemen yang terkelola dengan baik. Pengusaha rajutan biasanya merangkap sebagai manajer yang mengatur semua manajemen usaha rajutan. Hal tersebut dikarenakan tingkat pendidikan masyarakat di daerah Binong Jati masih sebatas SMU, yang menempuh tingkat pendidikan sampai jenjang kesarjanaan jumlahnya masih minoritas, rata-rata merupakan anak dari pemilik usaha rajutan.

Masalah ini tidak dapat berlarut-larut begitu saja, karena berhasil atau tidaknya sebuah usaha akan ditentukan oleh kompetensi yang dimilikinya. Yang diantaranya yaitu inovasi dan kreativitas yang dimiliki oleh para pelaku usaha tersebut. Jika kondisi ini terus berlangsung, maka akan berdampak pada kinerja usaha yang terus memburuk dan kesulitan untuk bersaing dengan produk lain terutama produk impor dengan harga yang lebih murah sehingga mengancam daya tahan perusahaan itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil topik mengenai inovasi dan kreativitas pengusaha terhadap keberhasilan usaha terutama pada sentra industri rajut Binong Jati. Maka, penulis mengambil judul penelitian


(18)

Raisan Al Farisi, 2013

Pengaruh Inovasi dan Kreativitas Pengusaha Terhadap Keberhasilan Usaha (Survey Terhadap Para Pengusaha di Sentra Industri Rajut Binong Jati Bandung)”

1.2 Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi masalah

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan wirausaha kecil, menurut Tulus Tambunan (2004:11), bahwa keberhasilan usaha atau kegagalan usaha suatu perusahaan pada umumnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kekuatan dari dalam perusahaan sendiri untuk tumbuh berkembang mandiri secara berkesinambungan, dan faktor eksternal adalah kekuatan dari luar perusahaan yang dapat membantu perusahaan dapat berkembang secara berkesinambungan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan wirausaha adalah sebagai berikut:

1. Faktor Internal

Faktor internal perusahaan terdiri dari: kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), penguasaan teknologi, struktur organisasi, sistem manajemen partisipasi, kultur atau budaya bisnis, modal yang kuat, jaringan dalam berbisnis, dan tingkat entrepreneurship.


(19)

Faktor eksternal terdiri dari: kebijakan ekonomi, birokrat, politik, tingkat demokrasi, sistem perekonomian, sosio-kultur masyarakat, sistem perburuhan dan kondisi pasar buruh, kondisi lingkungan, dan tingkat pendidikan masyarakat.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :

a. Bagaimana gambaran tingkat inovasi pengusaha di sentra industri rajut Binong jati.

b. Bagaimana gambaran tingkat kreativitas pengusaha di sentra industri rajut Binong Jati.

c. Bagaimana gambaran tingkat keberhasilan usaha pengusaha di sentra industri rajut Binong Jati.

d. Bagaimana pengaruh inovasi pengusaha terhadap keberhasilan usaha. e. Bagaimana pengaruh kreativitas pengusaha terhadap keberhasilan usaha f. Bagaimana pengaruh inovasi dan kreativitas pengusaha terhadap

keberhasilan usaha.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian


(20)

Raisan Al Farisi, 2013

a. Gambaran tingkat inovasi pengusaha di sentra industri rajut Binong jati. b. Gambaran tingkat kreativitas pengusaha di sentra industri rajut Binong

Jati.

c. Gambaran tingkat keberhasilan usaha pengusaha di sentra industri Binong Jati.

d. Pengaruh dari inovasi pengusaha terhadap keberhasilan usaha. e. Pengaruh dari kreativitas pengusaha terhadap keberhasilan usaha.

f. Gambaran pengaruh inovasi dan kreativitas pengusaha terhadap keberhasilan usaha.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini, penulis mengharapkan kegunaan dan manfaat, diantaranya adalah :

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu manajemen khususnya bagi bidang manajemen kewirausahaan yang berkaitan dengan inovasi dan kreativitas dalam meningkatkan keberhasilan usaha. 2. Kegunaan Praktis


(21)

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan praktis yang dapat diuraikan seperti berikut ini :

a. Bagi pengusaha, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam upaya meningkatkan keberhasilan usaha, semoga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pengusaha, khususnya pengusaha rajut di sentra industri rajut Binong Jati Bandung, untuk dijadikan bahan pertimbangan dan apabila diperlukan dapat digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan bagi perusahaan yang dikelolanya.

b. Bagi penelitian selanjutnya yang terkait dengan inovasi dan kreativitas, serta keberhasilan usaha.

c. Bagi pihak lain diharapkan dapat bermanfaat dan berguna untuk memberikan informasi, menambah wawasan pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk pengkajian topik yang berkaitan dengan masalah ini selanjutnya.


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Inovasi 2.1.1.1 Pengertian Inovasi

Menurut Suryana (2008: 32), inovasi adalah kreativitas yang diterjemahkan menjadi sesuatu yang dapat diimplementasikan dan memberikan nilai tambah atas sumber daya yang dimiliki.

Menurut Winardi (2008: 234), inovasi merupakan timbulnya sesuatu hal yang baru, misalnya berupa sebuah ide baru, sebuah teori baru, sebuah hipotesis baru, sebuah gaya baru penulisan, atau cara melukis sebuah invensi (invention), atau sebuah metode baru untuk manajemen sebuah organisasi.

Menurut Thomas W. Zimmerer dan Norman M. Scarborough (2008: 57), inovasi kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau memperkaya kehidupan orang-orang.

Menurut Carol Kinsey Goman yang dikutip dari Buchari Alma (2009: 68), inovasi adalah penerapan secara praktis gagasan yang kreatif.

Kata inovasi dapat diartikan sebagai “proses” atau “hasil” pengembangan atau pemanfaatan mobilisasi pengetahuan, keterampilan dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk (barang/jasa) yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan. Inovasi sebagai sebuah objek juga memiliki arti sebagai


(23)

suatu produk baru yang tersedia bagi aplikasi, umumnya dalam suatu konteks komersial, biasanya beragam tingkat kebaruannyadapat dibedakan, bergantung pada konteksnya. Suatu inovasi dapat bersifat baru bagi perusahaan, baru bagi pasar, negara atau daerah, bahkan bagi dunia. Sementara itu inovasi sebagai suatu aktivitas merupakan proses penciptaan. Inovasi seringkali di identifikasi dengan komersial atau invensi.

Istilah inovasi memang sering di definisikan secara berbeda, walaupun pada umumnya memiliki pemaknaan serupa. Inovasi dalam ilmu linguistik adalah fenomena munculnya kata-kata baru dan bukan kata-kata warisan. Inovasi berbeda dengan neologisme.

Definisi inovasi menurut Kinicki dan Williams (dalam harilhazlan.com berinovasi adalah pemacu untuk kejayaan, 2010) :

1. Inovasi adalah kaedah mencari jalan untuk menghasilkan produk baru yang lebih baik.

2. Organisasi tidak akan membenarkan perusahaan mereka berpuas hati dengan apa yang ada (complacent)

3. Terutama sekali apabila pesaing akan menghasilkan ide yang kreatif. Sedangkan definisi menurut Chell (dalam melayumaya.blogspot.com maksud inovasi dalam usahawan 2012) inovasi juga bermaksud berfikir (deemed) untuk menghasilkan sesuatu yang baru di pasaran yang akan merubah persamaan antara permintaan dan pengeluaran (supply-demand equation).


(24)

Dalam inovasi dapat diciptakan nilai tambah, baik pada organisasi, pemegang saham, maupun masyarakat luas. Oleh karenanya sebagian besar definisi dari inovasi meliputi pengembangan dan implementasi sesuatu yang baru

Ruang lingkup inovasi organisasi, bergerak mulai dari pengembangan dan implementasi ide baru yang mempunyai dampak pada teori, praktek, produk, atau skala yang lebih rendah yaitu perbaikan proses kerja sehari-hari dan desain saja. Oleh karenanya, penelitian inovasi dalam organisasi dapat dilakukan dalam 3 level, yaitu inovasi level individu, kelompok, dan organisasi. (De Jong & Den Hartog, dalam ilearning.com inovasi, kreatifitas dan perilaku inovatif yang ditulis oleh Jessica Magdalena 2012).

Lebih lanjut De Jong & Den Hartog et al menguraikan bahwa inovasi inkremental terlihat pada sektor kerja berikut ini:

1. Knowledge-intensive service (KIS) Yakni usahanya meliputi pengembangan ekonomi sebagai contoh konsultan akuntansi, administrasi, R&D service, teknik, komputer, dan manajemen. Sumber utama inovasi dari kemampuan mereka untuk memberikan hasil desain yang sesuai untuk pengguna layanan mereka. Inovasi mereka hadirkan setiap kali dan tidak terstruktur.

2. Supplier-dominated services meliputi perdagangan retail, batik, pelayanan pribadi, hotel, dan restaurant. Macam inovasi berdasarkan fungsi ada dua, yaitu inovasi teknologi dapat berupa produk, pelayanan, atau proses produksi


(25)

dan inovasi administrasi dapat bersifat organisasional, struktural, dan inovasi sosial.

Avanti Fontana (2009: 22) “Secara singkat inovasi adalah pengenalan cara -cara baru atau kombinasi baru dari -cara--cara lama dalam mentransformasi input menjadi output sehingga menghasilkan perubahan besar dalam perbandingan antara nilai guna dan harga yang ditawarkan kepada konsumen atau pengguna”.

2.1.1.2 Proses Inovasi

Inovasi merupakan hasil pencarian suatu kesempatan yang di lakukan dengan sepenuh hati. Proses ini dimulai dengan analisis sumber daya kesempatan yang menjadi objek. Inovasi bersifat konseptual dan perseptual, dapat di pahami dan dilihat dari inovator harus melihat, bertanya dan mendengar orang lain dalam mencari inovasi. Mereka berfikir karsa dengan segenap kemampuan otaknya, mereka melakukan perhitungan dengan cermat dan mendengarkan pendapat orang lain, serta memperhatikan potensi pengguna inovasi yang dicarinya untuk memenuhi harapan nilai dan kebutuhan.

2.1.1.3 Jenis dan Sumber Inovasi

Dimensi ini mengacu pada kombinasi tentang inovasi yang dilakukan suatu perusahaan waktu ke waktu. (Zahra dan Das, dalam Ciptono, 2006:135) mengatakan bahwa penilaiannya belum mempertimbangkan inovasi dalam aplikasi bisnis lain yang berhubungan, seperti teknologi informasi dan desain organisatoris inovatif.


(26)

Penelitian memusat pada produk dan inovasi yang konsisten dengan hasil suatu survey memproduksi para manajer yang menyimpulkan kedua-duanya proses dan inovasi produk adalah sebagai suatu strategi bisnis perusahaan. Proses yang empat jenis inovasi (4ps inovasi):

1. Inovasi produk, perubahan produk atau jasa karena suatu permintaan kepada perusahaan. Inovasi produk mengakibatkan penciptaan dan pengenalan tentang radikal produk inovasi atau modifikasi. Inovasi produk itu dapat penuh resiko. Mereka menyatakan bahwa definisi kebutuhan produk lemah, ketidakpastian teknologi, ketiadaan pendukungan manajemen senior, ketiadaan sumber daya, dan proyek lemah. Manajemen implementasi dapat menghalangi usaha pengembangan produksi baru. Bagaimanapun Gupta dan Willemon menasihati bahwa dengan menanggulangi permasalahan kritis ini, perusahaan dapat mengurangi resiko operasional yang berhubungan dengan produksi baru. 2. Proses inovasi, terjadi dalam perjalanan dimana produk diciptakan dan

dikirimkan. Proses inovasi memimpin kearah metode operasi baru dengan memproduksi baru, memproduksi memproduksi teknologi baru atau mengembangkan kemampuan orang-orang dalam perusahaan. Merekan dapat juga membantu perusahaan mencapai ekonomi skala atau lingkup yang dapat digunakan untuk harga dan biaya-biaya lebih rendah. Suatu strategi inovasi perusahaan terintegrasi untuk secara serempak


(27)

mempertimbangkan produk dan inovasi proses. Ini adalah penting sebab inovasi proses kadang-kadang diikat ke inovasi produk. Proses inovasi bertujuan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan produktivitas di dalam aktivitas supply-chain dan demand-chain. Inovasi proses juga membantu meningkatkan mutu relatif dan mengurangi biaya-biaya, dengan demikian meningkatkan nilai relatif produk dan jasa tersebut. Bersama-sama produk inovasi dan inovasi proses mengarahkan pertumbuhan dalam penguasaan pasar melalui peningkatan produktivitas dan keandalan operasional.

3. Inovasi paradigma atau sumber inovasi internal merupakan perubahan mendasar dari R&D internal usaha untuk menghasilkan produk dan inovasi proses.

4. Memposisikan inovasi atau sumber eksternal inovasi merupakan perubahan konteks membeli, perijinan, persetujuan, pengadaan dengan lain perusahaan, join ventures dengan para penyalur, pelanggan, dan lain perusahaan.

2.1.1.4 Strategi Inovasi

Inovasi pada intinya adalah aktivitas konseptualisasi serta ide menyelesaikan masalah dengan membawa nilai ekonomis bagi perusahaan dan nilai sosial bagi masyarakat. Jadi inovasi berangkat dari suatu yang sudah ada sebelumnya, kemudian


(28)

diberi nilai tambah. Inovasi bermula dari hal yang tampak sepele dengan membuka mata dan telinga mendengarkan aspirasi atau keluhan konsumen, karyawan, lingkungan dan masyarakat. Subyek penerapan inovasi sendiri bisa individu, kelompok atau perusahaan, artinya bisa terjadi dalam perusahaan ada individu atau kelompok yang sangat brilian dan inovatif. Tetapi yang ideal adalah perusahaan menjadi tempat terlembagakan bagi orang-orang yang terkumpul untuk mengeksploitasi ide-ide baru (Myers dan Marquis, dalam Soleh, Strategi Inovasi dan Dampaknya Terhadap Kinerja Perusahaan, Tesis UNDIP 2008:17).

Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menghasilkan produk yang inovatif menurut kottler (1987) yaitu dengan:

1. Mengembangkan atribut produk baru

a. Adaptasi (gagasan lain atau pengembangan produk).

b. Modifikasi (mengubah warna, gerakan, suara, bau, bentuk dan rupa). c. Memperbesar (lebih kuat, lebih panjang, lebih besar).

d. Memperkecil (lebih ramping, lebih ringan, lebih kecil). e. Subtitusi (bahan lain, proses, sumber tenaga).

f. Penataan kembali (pola lain, tata letak lain, komponen). g. Membalik (luar menjadi dalam).

h. Kombinasi (mencampur, meramu, asortasi, rakitan, unit gabungan, kegunaan, daya pikat, dan gagasan).


(29)

3. Mengembangkan model dan ukuran produk.

2.1.2 Kreativitas

2.1.2.1 Pengertian Kreativitas

Devinisi kreativitas menurut Suryana (2003:2):

“Kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam pemecaham masalah dan menemukan peluang. Jadi, kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang baru dan berbeda”.

Kreativitas menurut Alma (2008:69):

“Kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data variable yang sudah ada sebelumnya”. Adapun menurut Supriadi (Alma, 2008:70), “kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baiki berupa gagasan, maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya”.

Setiap orang kreatif pada tingkat tertentu, tetapi orang mempunyai kemampuan dan bakat dalam bidang tertentu dapat lebih kreatif daripada orang lain. Seorang wirausahawan adalah pemikir yang kreatif, mereka tidak mengikuti cara berfikir yang telah menjadi kebiasaan dan dilakukan oleh pada orang umumnya.

Campbell dalam (Manguhardjana, 1986) mengemukakan kreativitas sebagai suatu kegiatan mendatangkan hasil yang sifatnya:


(30)

1. Baru atau novel, yang diartikan sebagai inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, dan mengejutkan.

2. Berguna atau useful, yang diartikan sebagai leih enak, lebih praktis, mempermudah, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik.

3. Dapat dimengerti atau understandable, yang diartikan hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di lain waktu, atau sebaliknya, peristiwa-peristiwa yang terjadi begitu saja, tak dapat diramalkan, dan tak dapat diulangi.

Oleh karena beragamnya pendapat para ahli akan pengertian kreativitas, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu produk yang baru ataupun kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya, yang berguna, serta dapat dimengerti.

2.1.2.2 Sumber Kreativitas

Ada beberapa sifat-sifat kreativitas yang mendasar menurut John Adair (2007:54) adalah sebagai berikut :


(31)

2. Kita menganggap sesuatu sebagai kreativitas ketika sang seniman atau pemikir jenius berhasil mengubah bahan yang tersedia menjadi kreasi baru yang bernilai tinggi.

3. “Orang yang paling orisinal ialah orang yang mengadaptasi dari banyak sumber”, begitu kata pepatah. Anda akan menjadi seorang yang kreatif ketika Anda mulai melihat atau membuat hubungan diantara berbagai ide yang dianggap orang lain tak dapat disatukan: kian luas jarak yang terlihat, kian tinggi kreativitas.

4. Kreativitas adalah bagian dari pikiran dan jiwa yang memungkinkan kira mewujudkan sesuatu yang berguna, tatanan, keindahan, atau makna penting yang seolah muncul dari kehampaan.

Terdapat beberapa hasil penelitian terhadap otak manusia, yang menunjukkan bahwa fungsi otak manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu fungsi otak sebelah kiri dan otak sebelah kanan. Setiap bagian tidak memiliki fungsi spesifik dan menangkap informasi yang berbeda. Fungsi bagian acak yang satu lebih dominan daripada bagian yang lain. Fungsi otak sebelah kiri dikendalikan secara linear (berpikir vertikal), sedangkan otak sebelah kanan lebih mengandalkan pada berpikir lateral. Otak sebelah kiri berperan menangkap logika dan simbol-simbol sedangkan sebelah kanan lebih menangkap hal yang bersifat intuitif dan emosional. Otak sebelah kanan menggerakan berpikiran lateral dan meletakkannya pada jiwa proses kreatif.


(32)

5. Mengkorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah untuk menghasilkan pemecahan inovatif.

6. Memiliki keterampilan helikopter (helicopters skills), yaitu kemampuan untuk bangkit di atas kebiasaan rutin dan melihat permasalahan dari perspektif yang lebih luas kemudian memfokuskannya pada kebutuhan untuk berubah.

Berbagai macam karakteristik diatas jarang sekali tampak pada seseorang secara keseluruhan, akan tetapi orang-orang yang kreatif akan lebih banyak memiliki ciri-ciri tersebut. Dari berbagai karakteristik orang yang kreatif dapat disimpulkan bahwa pengusaha yang kreatif cirinya adalah : punya rasa ingin tahu yang dimanfaatkan semaksimal mungkin, mau bekerja keras, berani, kemampuan intelektual dimanfaatkan semaksimal mungkin, mandiri, dimandiri, dinamis, penuh inovasi/gagasan dan daya cipta, bersedia menerima informasi, menghubungkan ide dan pengalaman yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda, cendrung menampilkan berbagai alternatif terhadap subyek tertentu.

2.1.2.3 Berpikir Kreatif Dalam Kewirausahaan

Dengan menggunakan otak sebelah kiri menurut Zimmerer (2008: 43) ada tujuh langkah proses kreatif:

a) Tahap 1: Persiapan. Persiapan menyangkut kesiapan untuk berpikir kreatif yang dilakukan dalam bentuk pendidikan formal, pengalaman magang, dan


(33)

pengalaman lainnya. Pelatihan merupakan landasan untuk menumbuhkan kreativitas dan inovasi bagaimana dapat memperbaiki pikiran kita agar berpikir kreatif. Zimmerer mengemukakan tujuh langkah untuk memperbaiki pikiran kreatif, yaitu:

1. Hindari sikap untuk tidak belajar, setiap situasi adalah peluang untuk belajar.

2. Belajar banyak, jangan belajar terbatas, terbatas pada satu bidang keahlian.

3. Yang kita miliki saja, karena banyak inovasi yang diperoleh dari ilmu lain. 4. Diskusi ide-ide dengan orang lain.

5. Himpun artikel atau dokumen-dokumen yang penting.

6. Bertemu dengan professional atau asosiasi dagang, dan pelajari cara mereka.

7. Memecahkan masalah atau persoalan.

b) Tahap 2: Penyelidikan. Penyelidikan dibutuhkan individu yang dapat mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang masalah atau keputusan. Seseorang dapat mengembangkan pemahaman tentang masalah atau keputusan melalui penyelidikan. Untuk menciptakan konsep dan ide-ide baru tentang suatu bidang tertentu, seseorang pertama-tama harus mempelajari masalah dan memahami komponen-komponen dasarnya. Misalnya seorang pedagang tidak bisa tidak bisa menghasilkan ide-ide baru kalau ia tidak


(34)

mengetahui konsep-konsep atau komponen-komponen dasar tentang perdagangan.

c) Tahap 3: Transformasi. Yaitu menyangkut tentang persamaan dan perbedaan pandangan diantara informasi yang terkumpul. Transformasi adalah mengidentifikasi persamaan dan perbedaan-perbedaan yang meningkonvergen dan divergen. Berpikir kovergen adalah kemampuan untuk melihat persamaan dan hubungan diantara data dan kejadian yang bermacam-macam. Sedangkan berpikir divergen adalah kemampuan untuk melihat perbedaan-perbedaan antar data dan kejadian yang beraneka ragam.

d) Tahap 4: Penetasan. Yaitu menyiapkan pikiran bawah sadar untuk merenungkan informasi yang terkumpul. Pikiran bawah sadar memerlukan waktu untuk merefleksikan informasi.

e) Tahap 5: Penerangan. Penerangan akan muncul pada saat inkubasi, yaitu ketika pemecahan spontan yang menyebabkan adanya titik terang. Pada tahap ini, semua tahap yang sebelumnya muncul bersama-sama menghasilkan ide-ide kreatif dan inovatif.

f) Tahap 6: Pengujian. Menyangkut validasi, keakuratan, dan manfaat ide-ide yang muncul dan yang dapat dilakukan pada masa percobaan, proses simulasi tes pemasaran, membangun pilot projek, membangun prototype, dan aktivitas lain yang dirancang untuk membuktikan ide-ide baru yang akan di implementasikan.


(35)

g) Tahap 7: Implementasi. Mentransformasikan ide-ide kedalam praktik bisnis. Roger Von Oech dalam bukunya “whack on the side of the head” mengidentisifikasikan sepuluh kunci mental dan kreativitas, dan hambatan-hambatan kreativitas. Hambatan-hambatan-hambatan kreativitas meliputi:

1) Searching for the one “right” answer yaitu berusaha untuk menemukan hanya satu jawaban yang benar atau solusi yang benar dalam memecahkan suatu masalah. Ia tidak terbiasa dengan beberapa jawaban atau pandangan yang berbeda.

2) Focusing on “being logical”, yaitu terfokus pada berfikir secara logika, tidak bebas berfikir. Instuisi dari Von Oech, kita dapat berfikir bebas tentang segala sesuatu yang berbeda dan bebas pula, berfikir non logika khususnya dalam fase berfikir kreatif.

3) Bindy following the rules, yaitu berlindung pada aturan yang berlaku. Kreativitas sangat sangat tergantung pada kempuan yang tidak kaku ada aturan, sehingga dapat melihat cara-cara baru untuk mengerjakan sesuatu.

4) Constanly being practical, yaitu terkait pada kehidupan praktis semata yang membatasi ide-ide kreatif.

5) Viewing play as frivolous. Memandang bermain sebagai sesuatu yang tidak menentu, padahal anak-anak dapat belajar dari bermain, yaitu dengan cara menciptakan cara-cara baru dalam memandang suatu yang


(36)

lama dan belajar tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Wirausaha bisa belajar dengan mencoba pendekatan dan penemuan baru. Kreativitas yang diciptakan apabila wirausaha mau belajar dari bermain. Seseorang yang memandang permainan sebagai hal yang sia-sia cenderung kurang berfikir kreatif.

6) Becoming early specialized, yaitu terlalu spesialisasi. Spesialisasi membatasi kemampuan untuk melihat masalah lain. Sedangkan orang berfikir kreatif cenderung bersifat eksploratif dan selalu mencari ide-ide di luar bidang spesialisasi.

7) Avoiding ambiguity, menghindari ambiguitas merupakan hambatan untuk berpikir kreatif, padahal ambiguitas bisa menjadi kekuatan yang mendorong kreativitas dan mendorong untuk berfikir sesuatu yang berbeda. Karena itu, menghindari ambiguitas merupakan hambatan berkreatif.

8) Fearing looking foolish. Manusia terkadang tidak mau melakukan hal atau berfikir untuk berbeda dari orang lain, karena khawatir dianggap bodoh. Takut dianggap bodoh melakukan salah satu penghambat kreativitas.

9) Fearing mistakes and failure. "Takut salah dan gagal”. Manusia kreatif menyadari bahwa mencoba sesuatu yang baru pastti membawa kegagalan. Namun demikian, mereka melihat kegagalan bukanlah


(37)

suatu akhir dari segala sesuatu, tapi merupakan pengalaman belajar untuk sukses. Thomas Alfa Edison misalnya, sebelum meraih sukses untuk membuat bola lampu menyala, telah melakukan eksperimen sebanyank 1800 cara. Seperti halnya Thomas Alfa Edison, wirausaha juga dapat belajar dari kegagalan. Kegagalan merupakan bagian terpenting dari proses berfikir kreatif. Kuncinya adalah kegagalan untuk meraih kesuksesan.

10)Believing that “im not creative”. Setiap orang berpotensi untuk kreatif. Takut pada ketidakmampuan untuk membuat kreatif merupakan hambatan untuk berfikir kreatif.

2.1.3. Konsep Keberhasilan Usaha 2.1.3.1. Pengertian Keberhasilan Usaha

Ada banyak pengertian tentang keberhasilan usaha, diantara-nya adalah

menurut Henry Faizal Noor (2007: 397), “keberhasilan usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis dalam mencapai tujuannya.” Keberhasilan usaha adalah tujuan utama dari sebuah perusahaan atau bisnis yang segala aktivitas di dalamnya

ditujukan untuk mencapai suatu keberhasilan atau kesuksesan. Dalam pengertian

umum, keberhasilan menunjukkan suatu keadaan yang lebih baik atau unggul

daripada masa sebelumnya.


(38)

keberhasilan sebuah usaha atau bisnis, keuntungan atau laba menjadi faktor yang

penting karena laba merupakan tujuan dari orang yang memulai usaha. Apabila di

dalam sebuah perusahaan atau bisnis terdapat penurunan laba atau laba yang tidak

stabil, maka perusahaan atau bisnis akan kesulitan untuk mengoperasikan kegiatan

usahanya dan mempertahankan usahanya. Dapat dilihat dari gambaran berikut yang

dikemukakan oleh Henry Faizal Noor:

Bisnis = Fungsi (laba)

(Henry Faizal Noor, 2007: 397)

2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempangaruhi Keberhasilan Usaha

Menurut Sujuti Jahja (1977) yang dikutip dari Suryana (2008: 52), keberhasilan

atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik eksternal

maupun internal. Faktor internal yang memiliki pengaruh adalah kemauan,

kemampuan, dan kelemahan, sedangkan faktor yang berasal dari eksternal diri pelaku

adalah kesempatan atau peluang.

2.1.3.3 Indikator Keberhasilan Usaha

Keberhasilan usaha dapat diukur dari banyak sudut pandang, diantara nya

adalah dari laba yang dicapai oleh para pengusaha atau pelaku bisnis kurun waktu

tertentu. Dalam hal ini keberhasilan usaha sangat identik dengan kemajuan suatu


(39)

sudah mencapai fungsi nya, dan dapat juga diartikan sebagai suatu proses

peningkatan suatu kuantitas dari dimensi perusahaan maupun bisnis.

Beberapa indikator dalam menentukan keberhasilan usaha menurut Henry

Faizal Noor (2007: 397) adalah:

1. Laba (profitability)

Laba merupakan tujuan utama dari bisnis. Laba usaha adalah selisih antara

pendapatan dengan biaya. Pendapatan suatu perusahaan berasal dari penjualan

barang dan jasa yang dihasilkan atau diproduksinya. Konsep ini dapat

disederhanakan menjadi:

Laba = Penjualan – Biaya

Laba maksimum = Penjualan maksimum – Biaya minimum

2. Produktivitas dan Efisiensi

Besar kecilnya produktivitas suatu usaha akan sangat menentukan besar

kecilnya produksi. Hal ini akan mempengaruhi besar kecilnya penjualan dan

pada akhirnya menentukan besar kecilnya pendapatan. Sementara itu, biaya

yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa yang

menjadi bisnisnya tergantung dari tingkat efisiensi produksi yang dihasilkan.

Semakin tinggi efisiensinya maka semakin rendah biaya produksi yang

dikeluarkan, begitu pula sebaliknya.


(40)

Kompetensi merupakan akumulasi dari pengetahuan, hasil penelirian, dan

pengalaman secara kuantitatif maupun kualitatif dalam bidangnya sehingga

dapat menghasilkan inovasi sesuai dengan tuntunan zaman. Kompetensi perlu

diperbaiki dan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi agar perusahaan

tetap dapat mempertahankan daya saingnya. Sedangkan etika bisnis adalah

perilaku dalam melaksanakan bisnis, yang secara garis besar dapat dirumuskan

sebagai perilaku berbisnis tidak merugikan kepentingan orang lain baik secara

individu, kelompok, maupun masyarakat luas. Untuk dapat

mempertahankannya daya saing atau keunggulan yang sudah dimilikinya,

maka perusahaan perlu merawatnya melalui dua hal penting, yaitu

terus-menerus meningkatkan kompetensi dan secara bersamaan menegakkan etika

dalam berusaha.

4. Daya Saing

Daya saing adalah kemamapuan atau ketangguhan dalam bersaing untuk

merebut perhatian dan loyalitas konsumen. Suatu bisnis dapat dikatakan

berhasil apabila dapat mengalahkan pesaing atau paling tidak masih bias

bertahan menghadapi pesaing. Perhatian dan loyalitas konsumen dapat direbut

bila suatu perusahaan dapat mamuaskan kebutuhan serta keinginan

konsumennya. Tanpa memiliki daya saing yang memadai, sulit bagi

perusahaan untuk dapat bertahan hidup di tengah persaingan yang semakin


(41)

perusahaan adalah kemampuan dalam berinovasi untuk menciptakan dan

merebut pasar baru yang bermunculan di masyarakat.

5. Terbangunnya citra baik

Citra baik perusahaan terbagi menjadi dua yaitu, trust internal dan trust

external. Trust internal adalah amanah atau trust dari segenap orang yang ada

dalam perusahaan. Indikator tumbuhnya trust internal adalah rendahnya

tingkat absensi karyawan, rendahnya turnover karyawan, meningkatnya

produktivitas dan efisiensi perusahaan, dan sebagainya. Sedangkan trust

external adalah timbulnya rasa amanah atau percaya dari segenap stake holder

perusahaan, baik itu konsumen, pemasok, pemerintah, maupun masyarakat

luas, bahkan juga pesaing. Indikatornya adalah terbangun image yang baik,

meningkatnya penjualan, rendahnya complain, meningkatnya pesanan, dan

sebagainya.

Indikator keberhasilan wirausaha menurut Kathleen L. Hawkins & Peter A.

Turla (1986), yang dikutip dari Suryana (2008:51), sebagai berikut:

1. Kepribadian, aspek ini bisa diamati dari segi kreativitas, disiplin diri,

kepercayaan diri, keberanian menghadapi risiko, memiliki dorongan, dan

kemauan kuat.

2. Hubungan, dapat dilihat dari indikator komunikasi dan hubungan


(42)

3. Pemasaran, meliputi kemampuan dalam menentukan produk dan harga,

periklanan, dan promosi.

4. Keahlian dalam mengatur, diwujudkan dalam bentuk penentuan tujuan,

perencanaan, penjadwalan, serta pengaturan pribadi.

5. Keuangan, indikatornya adalah sikap dan cara mengatur uang.

2.2 Kerangka Pemikiran

Inovasi dan kreativitas merupakan bagian yang sangat penting dalam

berwirausaha. Inovasi dan kreativitas yang harus ditumbuhkan dalam jiwa para

wirausahawan adalah kerja keras, terobosan, dan perbaikan terus-menerus. Kerja

keras diperlukan oleh para wirausahawan dalam usaha merintis usaha yang tidak

mudah, mereka harus mengorbankan banyak hal untuk terwujudnya bisnis yang

pertumbuhannya baik. Terobosan diperlukan oleh para wirausahawan untuk

menghasilkan produk-produk yang sangat diminati oleh para konsumen dengan

membuat produk yang baru atau memperbaharui yang sudah ada. Sedangkan

perbaikan yang terus menerus sangat diperlukan dalam perbaikan yang tidak pernah

berhenti yang meliputi orang, peralatan, bahan, prosedur, dan lain-lain.

Kewirausahaan telah menjadi penggerak utama dalam perekonomian global.

Para pembuat kebijakan di seluruh dunia menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi


(43)

Raisan Al Farisi, 2013

Pengaruh Inovasi Dan Kreativitas Pengusaha Terhadap Keberhasilan Usaha

proses penerapan inovasi dan kreativitas dalam memecahkan persoalan dan

menemukan peluang untuk memperbaiki perekonomian.

Orang-orang yang sudah terjun dalam dunia bisnis harus mempunyai jiwa dan

semangat kewirausahaan untuk mendukung keberhasilan dalam bisnisnya. Oleh

karena itu, sangat dperlukan orang-orang yang inovatif dan kreatif.

Inovasi dan kreativitas ini merupakan hal yang harus dimiliki seorang

wirausahawan jika ingin menciptakan daya saing khusus, maka tujuan perusahaan

tersebut telah tercapai, yang selain mendapatkan laba yang juga diharapkan memiliki

ketahanan usaha sebagai dasar untuk mencapai suatu keberhasilan usaha.

Dalam mencapai keberhasilan dalam bisnisnya, seorang wirausaha juga sangat

diperlukan kemampuan berpikir efektif dan efisien. Efektif adalah mencapai sasaran

sesuai rencana, sedangkan efisien adalah perbandingan terbaik antara usaha dan hasil.

Bekerja efektif dan efisien adalah bekerja yang mencapai hasil tertentu sesuai dengan

hasil yang direncanakan dengan pengorbanan tertentu. Lalu, seorang wirausaha yang

berhasil harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dalam rangka

melaksanakan pertukaran informasi yang menguntungkan antar pihak, baik wirausaha

maupun konsumen.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan dalam kerangka dan

paradigma penelitian sebagai berikut.

Inovasi

- Inovasi Produk

 Produk baru  Desain 

Berpikir Efektif dan Efisien


(44)

Raisan Al Farisi, 2013

Pengaruh Inovasi Dan Kreativitas Pengusaha Terhadap Keberhasilan Usaha

Sumber: Modifikasi dari suryana(2008), Basrowi (2011)

Gambar 2.1

Kerangka Berfikir “Pengaruh Inovasi danKreativitas Terhadap Keberhasilan Usaha”

Berdasarkan gambar 2.1, maka yang ditebali adalah yang diteliti oleh penulis

Keberhasilan

Usaha

 Akumulasi modal  Volume Penjualan  Jumlah tenaga kerja  Pendapatan

 Output produksi

Kreativitas - Ingin tahu

- Optimis

- Fleksibel

- Mencari Solusi dalam masalah

- Orisinil

- Suka berimajinasi

Kemampuan Berkomunikasi

Inovasi (X1) - Inovasi Produk - Inovasi Proses - Inovasi Distribusi

Keberhasilan Usaha (Y)

- Akumulasi modal - Pendapatan


(45)

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

2.3. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:39) “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Karena jawaban tersebut hanya didasarkan pada teori yang relevan dengan


(46)

penelitian yang dibuat dan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data”.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat, peneliti mengemukakan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

Hipotesis : Inovasi dan Kreativitas berpengaruh terhadap keberhasilan usaha.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah inovasi (X1) dan

kreativitas (X2) sebagai variabel bebas dan keberhasilan usaha (Y) sebagai variabel

terikat. Penelitian dilakukan terhadap para pengusaha rajut di Sentra Industri Rajut

Binong Jati Bandung. Dalam penelitian ini objek dipandang sebagai proses yang

mendasari pemilihan, pengolahan dan penafsiran semua data dan keterangan yang

berkaitan dengan apa yang menjadi bahan penelitian.

Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 4 bulan yaitu pada bulan november

maret 2012/2013, maka metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional

method, yaitu metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam waktu satu

kurun waktu tertentu atau tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang

(Husein Umar, 2002:76)

3.2 Metode Penelitian dan Desain Penelitian 3.2.1 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah, penelitian deskriptif verifikatif. Dalam

mengadakan penelitian, penulis terlebih dahulu harus menentukan metode yang akan


(48)

dilakukan dalam sebuah penelitian yang kemudian akan menggiring peneliti kepada

suatu kesimpulan yang merupakan pemecahan masalah dari yang diteliti.

Langkah-langkah dalam suatu penelitian disebut prosedur penelitian atau

metode penelitian. Dalam metode penelitian ini akan terdapat beberapa alat serta

teknik tertentu yang digunakan untuk menguji suatu hipotesis penelitian.

Menurut Sugiyono (2005: 4), Jadi metode penelitian bisnis, diartikan sebagai

cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,

dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat

digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam

bidang bisnis.

Hipotesis dijadikan dasar berpijak bagi peneliti sebagai jawaban sementara

yang akan dibuktikan kebenarannya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono

(2005: 51), bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun

dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat

dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum

jawaban yang empirik.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode survey explanatory, yaitu


(49)

(bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data,

misalnya dengan mengadakan wawancara terstruktur, kuesioner, test, dsb. (Sugiyono

2008:11)

3.2.2 Desain Penelitian

Menurut istiyanto (2005:29) mengungkapkan bahwa “desain riset dapat dibagi

menjadi tiga macam. Pertama riset eksplanatori yaitu desain riset yang digunakan

untuk mengetahui permasalahan dasar. Kedua, riset deskriptif yaitu desain riset yang

digunakan untuk menggambarkan sesuatu. Dan ketiga, riset kasual yaitu untuk

menguji hubungan sebab akibat.”

Ketiga jenis riset ini menghasilkan informasi yang berbeda, sehingga

penentuan desain riset yang akan digunakan tergantung pada informasi yang akan

dicari dalam penelitian yang akan dilakukan. Maka dari itu, desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausalitas. Desain kausalitas ini tujuan

utamanya adalah untuk mendapatkan bukti hubungan sebab akibat, sehingga

diketahui mana yang menjadi variabel yang mempengaruhi, mana variabel yang

dipengaruhi.

Maka desain kausalitas pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh inovasi dan kreativitas pengusaha terhadap keberhasilan usaha di sentra


(50)

3.3 Operasionalisasi Variabel

Menurut Hatch dan Farhady, 1981 yang dikutip Sugiyono (2005: 31)

menyatakan pengertian variable sebagai berikut: “variabel dapat didefinisikan sebagai

atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan

yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.”

1) Variabel Independen atau Variabel Bebas (X)

Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,

antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas. Variabel

bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahaannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam hal ini

yang dijadikan variabel independen nya adalah inovasi (X1) dan kreativitas

(X2)

2) Variabel Dependen atau Variabel Terikat (Y)

Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa

Indonesia sering disebut sebagai terikat. Variabel terikat merupakan variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.


(51)

Tabel 3.1

OperasionalisasiVariabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Ukuran Skala

Inovasi (X1)

Inovasi adalah kemampuan mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan dan peluang yang ada untuk memakmurkan kehidupan masyarakat. (Suryana, 2006:42)  Inovasi produk

 Inovasi Proses

1. Produk Baru

2. Desain

3. Harga

1. Cara produksi baru

2. Mesin baru

 Tingkat munculnya produk baru Tingkat pengetahuan akan pruduk yang akan dikeluarkan Tingkat kehadiran desain baru Tingkat orisinalitas desain Tingkat variasi harga Tingkat keefektifan cara produksi Tingkat penggantian Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal


(52)

 Inovasi distribusi 3. Jumlah karyawan 4. Pengendalian persediaan 1. Konsumen baru

2. Promosi baru

3. Logistik baru

 Tingkat keefektifan karyawan Tingkat pengendalian persediaan Tingkat pencarian konsumen baru Tingkat penambahan aktivitas promosi Tingkat keefektifan promosi  Tingkat pengayaan logistik baru

Tingkat keefektifan logistik Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Kreativitas (X2) Kreativitas adalah kemampuan menciptakan gagasan dan

1. Rasa Ingin tahu

2. Rasa Optimis

3. Fleksibel

 Tingkat rasa ingin tahu

 Tingkat rasa optimis

Ordinal


(53)

cara baru dalam melihat

permasalahan dan peluang

yang ada.

(Suryana, 2006:42) 4. Mencari solusi dalam masalah 5. Suka berimajinasi fleksibilitas  Tingkat kemampuan mencari solusi dalam masalah  Tingkat imajinasi Ordinal Ordinal Ordinal Keberhasilan Usaha (Y) Keberhasilan usaha adalah keberhasilan dari bisnis dalam mencapai tujuan nya. (Suryana, 2003:85) 1. Akumulasi modal 2. Volume Penjualan

3. jumlah tenaga kerja 4. pendapatan  Tingkat kenaikan jumlah modal selama 12 bulan terakhir  Tingkat kenaikan rata-rata jumlah penjualan selama 12 bulan terakhir  Tingkat penambahan jumlah karyawan dalam 12 bulan terakhir  Tingkat pendapatan selama 12 Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal


(54)

5. output produksi

 Tingkat produksi selama 12 bulan terakhir

Ordinal

3.4 Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis dan Sumber Data

Sumber data penelitian adalah sumber data yang diperlukan untuk penelitian.

Sumber data dibagi menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Menurut

Sugiyono (2005: 307), “sumber data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber data sekunder merupakan

sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

lewat orang lain atau lewat dokumen.” 3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan untuk

memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun teknik pengumpulan

data dapat dilakukan melalui:

a. Studi Literatur

Pengumulan data dengan cara mempelejari buku, majalah atau laporan


(55)

b. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pihak-pihak yang terkait

dan mempunyai wewenang untuk memberikan informasi yang dibutuhkan

dan mempunyai hubungan langsung dengan objek yang diteliti. Wawancara

dilakukan kepada Ketua Koperasi Industri Rajut Binong Jati Bandung untuk

mengetahui masalah secara general.

c. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan pada objek secara langsung berkenaan

dengan perilaku manusia, proses kerja, dan lain-lain. Observasi yang

dilakukan untuk mengetahui proses produksi, display produk, dan lokasi

toko-toko di sentra industri rajut Binong Jati Bandung

d. Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat daftar

pertanyaan tertulis yang diberikan kepada sejumlah responden yaitu para

pengusaha di Sentra Rajut Binong Jati Bandung.

e. Studi Dokumentasi

studi dokumentasi dilakukan terhadap dokumen-dokumen yang dimiliki

pengusaha di sentra industri rajut Binong Jati Bandung, dokumen Badan


(56)

3.5 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 3.5.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subyek/obyek yang akan diteliti. Populasi

merupakan totalitas dari semua obyek atau individu yang akan diteliti yang mana

memiliki jumlah, sifat dan karakteristik tertentu secara jelas dan lengkap. Hal ini juga

diungkapkan oleh Sugiyono (2005: 72) yang menyatakan bahwa “Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.”

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah jumlah pengusaha rajut di

Sentra Industri Rajut Binong Jati yang berjumlah 293 Usaha, berikut data yang disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 3.2

Jumlah Pengusaha Rajut di Sentra Industri Rajut Binong Jati

No. Lokasi Usaha Jumlah

pengusaha

1 Binong Kulon 25

2 Binong Jati 164

3 Binong Kidul 86

4 Binong Tengah 9

5 Binong Utara 9


(57)

3.5.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2005: 73) sampel adalah “Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Berdasarkan definisi populasi

sebelumnya, kita dapat mengambil sebagian dari jumlah populasi yaitu, dengan

menggunakan teknik sampel yang cukup representative dari sifat-sifat populasi.

Untuk mengetahui apakah penelitian ini merupakan penelitian populasi ataukah

penelitian sampel, maka penulis dapat mengacu pada pendapat yang dikemukakan

oleh Sugiyono (2005: 73) bahwa “Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,

tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu.”

Mengingat jumlah populasi lebih dari 100 orang yang bisa dikatakan besar,

maka dalam penelitian ini penulis akan menggunakan sebagian populasi untuk

dijadikan sampel penelitian.

Untuk menentukan ukuran sampel digunakan rumus Slovin (Husein Umar,

2003: 141), yaitu ukuran sampel merupakan perbandingan dari ukuran populasi

dengan presentase kelonggaran ketidaktelitian, karena kesalahan dalam pengambilan

sampel yang masih dapat ditolelir atau diinginkan, maka taraf kesalahan yang

ditetapkan adalah sebesar 10%. Adapun rumusnya adalah:


(58)

Keterangan :

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat ditolelir

Maka ukuran sampelnya,

n =

2

) 1 , 0 ( 293 1

293

n = 77,65 = 78 responden

Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh jumlah sampel/jumlah sampel

minimum sebesar 78 orang responden.

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

probability sampling dengan menggunakan teknis cluster sampling. Teknik ini biasa

juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan gugus. Hal ini

sesuai dengan karakteristik yang terdapat pada pengusaha rajut di Sentra Rajut

mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen dalam jumlah

yang tersebar di sentra rajut Binong Jati sehingga diambil sampel secara proporsional

untuk diperoleh sampel yang representatif. Hasil penarikan sampel menggunakan cluster sampling dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.3


(59)

No. Lokasi Usaha Populasi Sampel

1 Binong Kulon 25 (25÷293)X80 = 7

2 Binong Jati 164 (164÷293)X80 = 45

3 Binong Kidul 86 (86÷293)X80= 24

4 Binong Tengah 9 (9÷293)X80 = 2

5 Binong Utara 9 (9÷293)X80 = 2

Sumber: Koperasi Industri Rajut Binong Jati (KIRBI) 2012

Syarat lain yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak adalah

memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama “sampling

frame”. Yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bias diambil sebagai sampel. Alat yang umumnya

digunakan adalah Tabel Angka Random, kalkulator, atau undian. Pemilihan

sampel secara acak bisa dilakukan melalui sistem undian jika elemen populasinya

tidak begitu banyak.

3.6 Rancangan Analisis, Pengujian, Teknik Analisis Data, dan Uji Hipotesis 3.6.1 Rancangan Analisis Data

Setelah data atau kuesioner terkumpul dari responden, langkah selanjutnya

adalah mengolah dan menafsirkan data untuk mengetahui pengaruh inovasi (X1) dan

kreativitas (X2) terhadap keberhasilan usaha (Y). Pengolahan data dilakukan sebagai


(60)

1. Mengecek lembar jawaban yang telah diisi oleh responden untuk mengetahui

kelengkapan hasil jawaban yang akan menentukan layak atau tidaknya lembar

jawaban tersebut untuk diolah lebih lanjut.

2. Menghitung bobot nilai dengan menggunakan lima pilihan jawaban. Klasifikasi pilihan jawaban tertuang sdalam tabel 3.4:

Tabel 3.4

Interpretasi Alternatif Jawaban untuk Inovasi dan Kreativitas Kewirausahaan Alternatif Jawaban Pertanyaan Positif

Sangat Tinggi/Sangat Setuju/Selalu/Sangat Baik/dll 5

Tinggi/Setuju/Sering/Baik/dll 4

Cukup/Netral/dll 3

Rendah/Kurang Setuju/Jarang/Kurang Baik/dll 2

Sangat Rendah/Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah/Buruk/dll

1

3. Menggunakan parameter dari jawaban responden yang tertuang dalam tabel

3.5, 3.6, 3.7, 3.8, 3.9.

Tabel 3.5

Parameter Jawaban No.2 Responden Untuk Inovasi Pengusaha

Sumber Referensi Ukuran

TV, Majalah, Pesaing, Internet, Event Sangat beragam

TV, Majalah, Pesaing, Internet Beragam

TV, Majalah, Pesaing Cukup

TV, Majalah Tidak Beragam

TV Sangat Tidak Beragam


(61)

Parameter Jawaban No.5 Responden Untuk Inovasi Pengusaha

Variasi Harga Ukuran

Rp. 50.000, Rp. 80.000, Rp. 100.000, Rp. 120.000, Rp. 150.000

Sangat beragam

Rp. 50.000, Rp. 80.000, Rp. 100.000, Rp. 120.000 Beragam

Rp. 50.000, Rp. 80.000, Rp. 100.000 Cukup

Rp. 50.000, Rp. 80.000 Tidak Beragam

Rp. 50.000 Sangat Tidak Beragam

Tabel 3.7

Parameter Jawaban No.7 Responden Untuk Inovasi Pengusaha

Perbaikan Spare Part Mesin Ukuran

1 Bulan Sekali Selalu

4 Bulan Sekali Sering

6 bulan Sekali Cukup

8 bulan Sekali Kadang-kadang

1 Tahun Sekali Tidak Pernah

Tabel 3.8


(62)

1 Minggu Sekali Selalu

4 Minggu Sekali Sering

6 Minggu Sekali Cukup

8 Minggu Sekali Jarang

Tidak Mencari Konsumen Tidak Pernah

Tabel 3.9

Parameter Jawaban No.11 Responden Untuk Inovasi Pengusaha

Aktivitas Promosi Ukuran

Mengadakan event, mengikuti event, seminar, kunjungan wisata sentra industri, promosi lewat internet.

Selalu

Mengadakan event, mengikuti event, seminar, kunjungan wisata sentra industri.

Sering

Mengadakan event, mengikuti event, seminar. Cukup

Mengadakan event, mengikuti event. Jarang

Mengadakan event. Tidak Pernah

Untuk mengkategorikan hasil perhitungan, digunakan kriteria penafsiran yang

diambil dari 0% sampai 100%. Penafsiran pengolahan data berdasarkan batas-batas

disajikan dalam bentuk tabel 3.10:

Tabel 3.10

Kriteria Penafsiran Hasil Perhitungan Responden

No Kriteria Penafsiran Keterangan

1 0% Tidak seorangpun

2 1%-25% Sebagian kecil

3 26%-49% Hampir setengahnya

4 50% Setengahnya

5 51%-75% Sebagian besar

6 76%-99% Hampir seluruhnya


(63)

1. Rekapitulasi nilai angket variabel X1 (Inovasi), X2 (Kreativitas) dan Variabel

Y (Keberhasilan Usaha)

2. Tabulasi, yaitu perekapan data hasil scoring pada langkah ke dua ke dalam

tabel 3.11:

Tabel 3.11

Pola Tabulasi Data Penelitian

Responden

Item Pertanyaan

Total

1 2 3 4 5 … N

1

2 … N

3.6.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk menguji layak atau tidaknya kuesioner yang disebarkan kepada

responden. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap sejumlah sampel di luar

jumlah sampel penelitian yang telah ditentukan untuk memastikan bahwa ketika

kuesioner disebarkan kepada responden atau seluruh sampel, kuesioner tersebut telah

memenuhi syarat valid dan reliabel.

3.6.2.1 Uji Validitas

Menurut Suharsimi Arikunto (2001:144-145), “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument


(64)

yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrument yang

kurang valid berarti memiliki validitas rendah.”

Jadi, uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui kevalidan dari suatu

instrument, artinya bahwa instrument yang dipakai benar-benar mengukur apa

yang seharusnya diukur.

Dalam uji validitas ini digunakan rumus korelasi Product Moment, yaitu

dengan cara mengkorelasikan bulir item dengan skor total.

Rumusnya sebagai berikut:

=

(Arikunto, 2002: 146)

Keterangan :

= Jumlah Responden

∑X = Jumlah Skor X ∑Y = Jumlah Skor Y (∑


(65)

Pengujian keberartian koefisien korelasi (rxy) dilakukan dengan

membandignkan rhitung terhadap rtabel dengan taraf signifikansi 5% adalah sebagai

berikut:

2. Item pertanyaan atau pernyataan responden penelitian dikatakan valid jika

rhitung > rtabel.

3. Item pertanyaan atau pernyataan responden penelitian dikatakan tidak valid

jika rhitung < rtabel.

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang

ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang

tertera pada tabel 3.12:

Tabel 3.12

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi

Interval Korelasi Tingkat

Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat


(66)

Pengujian validitas item instrumen dilakukan dengan bantuan SPSS 16 for windows. Out put yang dihasilkan dari pengelolaan SPSS mmerupakan data rhitung utnuk lebihmengetahui apakah nilainya signifikan atau tidak, maka dilakukannya uji korelasi dibandingkannya dengan rhitung dengan rtabel. agar dapat memperoleh nilai yang signifikan, maka rhitung harus lebih besar sari rtabel (dilihat dari r product moment dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan n-2) dengan jumlah responden awal 30 dengan ketetapan rtabel 0,374.

Pertanyaan pada variabel X1 yaitu inovasi dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian.

Tabel 3.13

Hasil Pengujian Validitas Variabel (X1) Inovasi

No Item Pernyataan rhitung rtabel Keterangan

Inovasi Produk Produk baru

1. Tingkat munculnya produk baru 0,601 0,374 Valid 2. Referensi yang akan digunakan dalam

menyiapkan produk

0,914 0,374 Valid


(67)

4. Tingkat keaslian produk yang dihasilkan

0,882 0,374 Valid

Harga

5. Tingkat variasi harga produk 0,859 0,374 Valid Inovasi Proses

Cara produksi baru

6. Tingkat evektivitas cara produksi 0,898 0,374 Valid Mesin

7. Tingkat perbaikan spare part mesin 0,561 0,374 Valid Jumlah karyawan

8. Tingkat evektivitas karyawan 0,429 0,374 Valid Pengendaliaan persediaan

9. Persediaan produk 0,915 0.374 Valid

Inovasi Distribusi Konsumen baru

10. Mencari konsumen 0,668 0,374 Valid

Promosi

11. Tingkat penambahan aktivitas promosi

0,894 0,374 Valid

12. Tingkat evektivitas promosi 0,701 0,374 Valid Logistik

13.  Persediaan bahan baku 0,894 0,374 Valid

14.  Evektivitas persediaan bahan 0,701 0,374 Valid Sumber : Pengolahan data 2012 oleh SPSS 16 for Windows

Berdasarkan tabel 3.13 pada instrumen variabel inovasi dapat diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada dimensi inovasi proses dengan jumlah pertanyaan empat dan pada nomor pertanyaan sembilan dengan item pernyataan Persediaan produk yang bernilai 0,915, sedangkan nilai terendah terdapat pada dimensi inovasi proses dengan item pernyataan Tingkat evektivitas karyawan yang bernilai 0,429 sehingga dapat ditafsirkan bahwa indeks korelasinya tinggi.

Pertanyaan pada variabel X2 yaitu kreativitas dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian.


(68)

Tabel 3.14

Hasil Pengujian Validitas Variabel (X2) Kreativitas

No Item Pernyataan rhitung rtabel Keterangan

Kreativitas Rasa ingin tahu

1. Keingintahuan untuk mencoba produk baru

0,770 0,374 Valid

2. Keinginan untuk mencari informasi yang bermanfaat

0,585 0,374 Valid

Rasa Optimis

3. Rasa optimis anda terhadap produk yang anda tawarkan

0,746 0,374 Valid

4. Rasa optimis anda terhadap kemampuan

0,794 0,374 Valid

Fleksibel

5. Tingkat adaptasi anda terhadap perubahan

0,778 0,374 Valid

6. Penerimaan terhadap masukan dari luar

0,831 0,374 Valid

Mencari solusi dalam masalah

7. Mencari solusi dalam memecahkan masalah

0,585 0,374 Valid

Suka Berimajinasi

8.  Tingkat imajinasi anda untuk memajukan usaha

0,583 0,374 Valid

9. Sering menggunakan imajinasi 0,562 0,374 Valid Sumber : Pengolahan data 2012 oleh SPSS 16 for Windows

Berdasarkan tabel 3.14 pada instrumen variabel kreativitas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada indikator fleksibel dengan jumlah pertanyaan dua dan pada nomor pertanyaan enam dengan item pernyataan penerimaan terhadap masukan dari luar yang bernilai 0,831, sedangkan nilai terendah terdapat pada


(69)

indicator suka berimajinas dengan item pernyataan sering menggunakan imajinasi yang bernilai 0,562 sehingga dapat ditafsirkan bahwa indeks korelasinya tinggi.

Tabel 3.15

Hasil Pengujian Validitas Variabel (Y) Keberhasilan Usaha

No Item Pernyataan rhitung rtabel

Keterangan Keberhasilan Usaha

Akumulasi Modal

1. Tingkat kenaikan modal dalam 1 tahun terakhir

0,806 0,374 Valid

Volume Penjualan

2. Peningkatan penjualan dalam 1 tahun terakhir

0,732 0,374 Valid

Jumlah tenaga kerja

3. Penambahan jumlah karyawan dalam 1 tahun terakhir

0,680 0,374 Valid

Pendapatan

4. Jumlah pendapatan dalam 1 tahun terakhir

0,622 0,374 Valid

Output produksi

5. Penambahan produk dalam 1 tahun terakhir

0,746 0,374 Valid

6. Peningkatan jumlah produksi dalam 1 tahun terakhir

0,758 0,374 Valid

7. Konsumen yang tidak memesan ulang dalam 1 tahun terakhir

0,619 0,374 Valid

Sumber : Pengolahan data 2012 oleh SPSS 16 for Windows

Untuk hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel Y yaitu keberhasilan usaha berdasarkan hasil perhitungan validitas item instrumen yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Menunjukan bahwa item pernyataan


(70)

dalam 1 tahun terakhir karena pencitraan terbaik dengan nilai 0,806, sedangkan yang terendah pada output produksi, Dengan item pernyataan Konsumen yang tidak memesan ulang dalam 1 tahun terakhir dengan nila 0,619

3.6.2.2Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik.

Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Dalam penelitian ini

digunakan rumus Cronbach’s Alpha, dengan rumus sebagai berikut:

(Arikunto, 2002: 171)

Dimana:

= Reliabilitas Instrumen

= Banyaknya butir pertanyaan

= Jumlah varians butir

= Varians total

Untuk mencari varians per item digunakan rumus varians sebagai berikut:

(Arikunto, 2002: 160)


(1)

Raisan Al Farisi, 2013

Pengaruh Inovasi Dan Kreativitas Pengusaha Terhadap Keberhasilan Usaha Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu


(2)

(3)

Raisan Al Farisi, 2013

Pengaruh Inovasi Dan Kreativitas Pengusaha Terhadap Keberhasilan Usaha Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

LAMPIRAN 9


(4)

LAMPIRAN 10

RIWAYAT HIDUP


(5)

Raisan Al Farisi, 2013

Pengaruh Inovasi Dan Kreativitas Pengusaha Terhadap Keberhasilan Usaha Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Curriculum Vitae

A. Identitas Pribadi

1. Nama Lengkap : Raisan Al Farisi

2. Nama Panggilan : Raisan

3. Tempat / Tgl. Lahir : Bandung, 16 Oktober 1990

4. Jenis Kelamin : Laki – laki

5. Status Pernikahan : Belum Kawin

6. Status Saudara : Anak ke satu (1) dari dua (2)bersaudara

7. Agama : Islam

8. No.Telp : 0878 24 24 14 09

9. E-mail : raisanalfarisi@rocketmail.com

10.Alamat : Komplek Puri Permata Blok F.6 RT.01

RW.15 Antapani Bandung

11.Orang Tua Kandung

a. Nama Ayah : Soraya E Moehtar

b. Nama Ibu : Siti Aisyah

c. Alamat : Komplek Puri Permata Blok F.6 RT.01

RW.15 Antapani Bandung

12.Hobi : Membaca, bermusik, berpetualang.


(6)

B. Pendidikan Formal

1. Program Studi Manajemen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan

Bisnis (FPEB) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, 2008– 2013.

2. SMA Negeri 16 Bandung, 2005 – 2008.

3. SMP Negeri 17 Bandung, 2002 – 2005. 4. SD Negeri Soka 34/1 Bandung, 1996 – 2002. 5. TK Aisyah 17 Bandung, 1995 – 1996.

C. Pengalaman Organisasi

1. Anggota Taruna Karya, 2000 – 2003

2. Anggota Paskibra SMP Negeri 17, 2003 – 2004

3. Anggota IMO (Independent Motor Owners), 2004 – 2007

4. Pengurus OSIS SMA Negeri 16 Bandung, 2005 – 2007

5. Ketua Tarka RT.01 RW.15, 2007 – 2010

6. Ketua Tarka RT.01 RW.15, 2010 – 2013

7. Ketua Harian YRBC (Yamaha Rx-Z Rz-R Club Bandung), 2010-2011

8. Pengurus MAGENTA (Management Travelling, Explore, and