PENGEMBANGAN DAN STANDARISASI PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SMA KELAS X SEMESTER II SESUAI DENGAN TUNTUTAN KTSP.

(1)

PENGEMBANGAN DAN STANDARISASI PENUNTUN

PRAKTIKUM KIMIA SMA KELAS X SEMESTER II

SESUAI DENGAN TUNTUTAN KTSP

Oleh :

Hartika S. Siagian NIM 408131050

Program Studi Pendidikan Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2012


(2)

PENGEMBANGAN DAN STANDARISASI PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA SMA KELAS X SEMESTER II SESUAI DENGAN

TUNTUTAN KTSP

Hartika S. Siagian (NIM 408131050) ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dan standarisasi buku penuntun praktikum kimia. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui materi kimia kelas X semester II yang layak dan tepat dipraktikumkan sesuai dengan tuntutan KTSP. (2) untuk mengembangkan Penuntun Praktikum Kimia kelas X semester II sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). (3) menstandarisasi Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X semester II yang telah disusun oleh peneliti. (3) untuk menghasilkan Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X yang dapat dipergunakan untuk mendukung minat belajar dan pemahaman siswa dalam pembelajaran kimia.

Ada 3 tahap yang dilakukan dalam pengembangan Buku Penuntun Praktikum ini, yaitu: (1) tahap perencanaan, meliputi pengumpulan data terkait penggunaan buku penuntun praktikum di sekolah, mengumpulkan buku-buku sebagai acuan, (2) tahap pelaksanaan, meliputi uji kelayakan kepada guru dan dosen Kimia kemudian melakukan revisi, melakukan uji coba buku penuntun praktikum kepada siswa, (3) tahap menganalisis data berdasarkan teknik analisis kualitatif.

Buku Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X semester II yang disusun terdiri dari 3 (tiga) pokok bahasan yaitu Larutan Elektrolit-Non Elektrolit, Reaksi Redoks dan Hidrokarbon, yang terdiri dari beberapa komponen dasar yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, judul, tujuan, gambar alat yang digunakan, simbol serta bahaya dari zat yang digunakan, keselamatan kerja, dasar teori, alat dan bahan, prosedur kerja, hasil pengamatan, serta tugas.

Berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada 5 (lima) guru kimia yang mengajar di kelas X SMA menyatakan penuntun praktikum layak (81%), 2 (dua) orang Dosen Kimia Unimed menyatakan penuntun praktikum sangat layak (95%) dan 93 orang siswa kelas X menyatakan penuntun praktikum sangat layak (88%) Produk penelitian ini berupa Buku Penuntun Praktikum Kimia yang dapat digunakan dalam pembelajaran kimia di kelas X SMA pada semester II berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KSTP).


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar isi vi

Daftar Gambar vii

Daftar Tabel viii

Daftar Lampiran ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1 1.2. Ruang Lingkup Masalah 4

1.3. Batasan Masalah 5

1.4. Rumusan Masalah 5

1.5. Tujuan Penelitian 6 1.6. Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 7 2.2. Kegiatan Praktikum di Laboratorium 8 2.3. Praktikum Kimia di SMA 11 2.4.Efektifitas Praktikum dalam Pembelajaran Kimia 12 2.5.Materi Kimia Kelas X Semester II 15

2.6. Hipotesis 18

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tinjauan Penelitian 19 3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian 19 3.3. Populasi dan Sampel 20 3.4. Instrumen Penelitian 20 3.5. Prosedur Penelitian 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penyusunan Buku Penuntun Praktikum SMA Kelas X Semester II 26 4.2. Hasil Penilaian Uji Kelayakan Buku Penuntun Oleh Guru Kimia 27 4.3. Hasil Penilaian Uji Kelayakan Buku Penuintun Oleh Dosen Kimia 29 4.4. Hasil Uji Coba Buku Penuntun Praktikum di SMA 32 4.5. Hasil Penilaian Uji Kelayakan Buku Penuntun Oleh Siswa 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 40

5.2. Saran 41


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 3.1 Diagram alur penelitian untuk pengembangan dan standarisasi buku penuntun praktikum kimia SMA


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Silabus SMA Kelas X Semester II 44 Lampiran 2. Angket Uji Kelayakan Penuntun Praktikum

Kimia SMA Kelas X Semester II (Genap) 48 Lampiran 2a. Contoh Angket dan Hasil Perhitungan

Angket Untuk Guru 48 Lampiran 2b. Contoh Angket dan Hasil Perhitungan

Angket Untuk Dosen 50 Lampiran 2c. Contoh Angket dan Hasil Perhitungan

Angket Untuk Siswa 52 Lampiran 3. Desain Buku Penuntun Praktikum Kimia

SMA Kelas X Semester II 61 Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian 121


(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2003). Berdasarkan pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran kimia sebagai bagian ilmu sains di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam memupuk sikap ilmiah, seperti jujur dan objektif terhadap data; ulet dan tidak cepat putus asa; kritis terhadap pernyataan ilmiah, dapat bekerjasama dengan orang lain, serta memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen (Depdiknas, 2003).

Nugraha (2005) menyatakan bahwa ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang secara garis besar mencakup dua bagian, yakni kimia sebagai proses dan kimia sebagai produk. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip ilmu kimia sedangkan kimia sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan produk kimia. Oleh karena itu, pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik sebagai proses dan produk.

Karyadi (1982) menyatakan bahwa ilmu kimia merupakan mata pelajaran yang sukar dan tidak semua siswa tertarik untuk mempelajarinya. Penyebab kesukaran yang membuat sebagian siswa tidak tertarik belajar kimia, senada dengan Syukri (1999) menyatakan tentang penyebab kesulitan siswa belajar kimia adalah karena yang dibahas adalah hukum-hukum, rumus-rumus tentang atom dan molekul yang tidak dapat dilihat, serta teori-teori kimia yang harus dihapal oleh siswa, sedangkan peristiwa yang mendasari terbentuknya hukum-hukum, rumus-rumus dan teori-teori tersebut tidak dikemukakan dengan baik. Berdasarkan


(7)

tuntutan KTSP bahwa setiap siswa dituntut memiliki kemampuan berfikir logis tentang masalah abstrak dan mampu menguji masalah tersebut secara sistematis sehingga siswa lebih memahami dalam mempelajari ilmu kimia. Oleh karena itu, kegiatan belajar mengajar yang dapat menuntut keterlibatan siswa secara aktif di antaranya dengan menggunakan metode mengajar eksperimen, ekspositori/pameran dan demonstrasi yang merupakan kegiatan laboratorium. Dengan metode ini siswa dapat belajar melalui pengamatan langsung pada peristiwa-peristiwa (gejala-gejala alam) serta mampu menunjukkan kaitan hukum dan teori dengan eksperimen yang mendasarinya.

Senada dengan ini, Depdiknas (2003) mengungkapkan bahwa “kita belajar hanya 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan”. Berdasarkan persentase penyerapan dalam belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa lebih banyak memahami pelajaran jika siswa katakan dan lakukan sendiri yaitu sebesar 90%. Hal ini sama sifatnya dengan kegiatan praktikum yang dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap apa yang dipelajari. Kegiatan belajar mengajar kimia tanpa praktikum sudah sangat lazim dilakukan, baik di tingkat SMA maupun tingkat SMP. Hal ini menyebabkan tidak seimbangnya antara teori dan praktek dalam proses pembelajaran kimia. Ketidakseimbangan antara praktek dengan teori inilah yang menyebabkan IPTEK dalam ilmu kimia masih sangat jauh tertinggal.

Metode praktikum merupakan suatu metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Djamarah, 2000). Melalui kegiatan praktikum siswa mendapat kesempatan untuk ikut berperan aktif untuk melakukan suatu proses kerja ilmiah dalam menemukan konsep, siswa secara total dilibatkan dalam melakukan pengamatan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu obyek atau keadaan/proses tertentu. Oleh karena itu, pencapaian tujuan pembelajaran kimia harus disertai pekerjaan di laboratorium.


(8)

Hasil studi lapangan yang dilakukan oleh Jahro dan Susilawati (2009) menunjukkan bahwa sebagian besar pokok bahasan dalam mata pelajaran kimia memerlukan penguatan pemahaman dan pengembangan wawasan melalui penerapan metode praktikum. Ada kira-kira 20 judul praktikum kimia yang idealnya dilakukan atau diamati oleh siswa selama mereka belajar kimia di SMA. Sampai saat ini banyak SMA yang tidak melaksanakan praktikum pada proses pembelajaran kimia. Beberapa faktor penyebabnya adalah kurangnya tenaga penyelenggara praktikum, kurangnya alat dan bahan praktikum, serta kurangnya waktu yang tersedia untuk praktikum. Selain itu, dalam pelaksanaan praktikum memerlukan persiapan yang matang seperti menentukan tujuan praktikum, menyiapkan prosedur praktikum, menyiapkan lembar pengamatan, menyiapkan alat dan zat, menyiapkan lembar observasi kegiatan praktikum. Komponen penuntun praktikum yang harus dipersiapkan secara optimal adalah prosedur praktikum. Penggunaan penuntun praktikum yang tidak optimal dapat menyebabkan diperolehnya hasil yang tidak sesuai dengan tujuan praktikum yang hendak dicapai. Senada dengan Lubis (1993), untuk melaksanakan kegiatan laboratorium, diperlukan pengorganisasian dan perencanaan yang sistematis, agar tercapai tujuan pembelajaran di sekolah melalui kegiatan praktikum.

Berdasarkan pengalaman peneliti sewaktu melaksanakan PPL di SMA Negeri 2 Binjai bahwa praktikum kimia belum dilaksanakan secara optimal, padahal alat dan bahan kimia yang tersedia di laboratorium sudah sangat lengkap. Frekuensi pelaksanaan praktikum dalam 1 (satu) semester hanya dilakukan maksimal 2 (dua) kali. Pelaksanaan praktikum yang kurang optimal ini disebabkan oleh kesulitan guru dalam mengkoordinir siswa pada saat praktikum karena banyak percobaan dalam buku penuntun praktikum yang digunakan terlalu sulit untuk dipraktikumkan. Selain itu, ada anggapan guru kimia bahwa siswa kelas X belum terlalu penting melaksanakan praktikum karena belum terklasifikasi dalam jurusan IPA.

Melihat kondisi yang memprihatinkan ini, kita diingatkan untuk kembali pada prinsip pembelajaran kimia yaitu pembelajaran berlandaskan eksperimen (percobaan). Oleh karena itu, penuntun praktikum merupakan suatu pedoman


(9)

dalam melaksanakan praktikum merupakan suatu pedoman dalam melaksanakan praktikum dan juga sebagai alat evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar. Penuntun praktikum perlu didesain sedemikian rupa sehingga menarik, sesuai dengan kebutuhan siswa, mudah dilaksanakan dan tidak terlalu banyak membutuhkan alat dan bahan. Untuk itu perlu disusun suatu pedoman (penuntun) praktikum kimia dengan cara mereview semua dokumen/buku tentang pengelolaan laboratorium kimia yang telah ada selama ini.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mencoba mengembangkan penuntun praktikum dalam pembelajaran kimia dan akan melakukan standarisasi penuntun praktikum ini kepada beberapa dosen kimia, guru kimia dan siswa SMA. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan bahwa penuntun praktikum sangat penting untuk menunjang keberhasilan dalam kegiatan praktikum, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Pengembangan dan Standarisasi Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas X Semester II sesuai Tuntutan KTSP”.

1.2. Ruang Lingkup Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah model dan isi buku penuntun praktikum kimia yang digunakan di beberapa sekolah di kota Medan? Bagaimana seharusnya model buku penuntun praktikum kimia yang baik sesuai tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)? Apakah buku penuntun praktikum kimia dapat mengembangkan pemahaman siswa terhadap teori yang diterima dalam kelas? Bagaimana keefektifan buku penuntun praktikum kimia untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia? Apakah buku penuntun praktikum kimia dapat dilaksanakan dengan fasilitas laboratorium yang sederhana? Apakah penuntun praktikum kimia dapat dilaksanakan sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia? Apakah prosedur dalam buku penuntun praktikum kimia mudah dipahami dan aman dilaksanakan?


(10)

1.3. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan pada penelitian ini, maka diperlukan batasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di wilayah kota Medan yang melibatkan masalah pengembangan, standarisasi dan analisis kelayakan buku penuntun praktikum kimia.

2. Masalah penelitian dibatasi pada materi kimia SMA kelas X semester II sesuai pertimbangan ilmiah yang mendukung materi kimia yang relevan dan dapat dipraktikumkan.

3. Uji coba buku penuntun praktikum kimia dilakukan secara mikro pada siswa kelas X yang terpilih sesuai tujuan penelitian pada materi kimia SMA kelas X semester II pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Larutan Non-Elektrolit, Reaksi Reduksi dan Oksidasi, serta Hidrokarbon di SMA Negeri 1 Binjai, SMA Negeri 2 Binjai dan SMA Negeri 1 Galang.

4. Menyusun buku petunjuk praktikum kimia SMA kelas X semester II yaitu mengembangkan dari buku-buku petunjuk yang telah ada.

1.4. Rumusan Masalah

Untuk memberikan arahan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Materi kimia apa saja yang layak dipraktikumkan di SMA kelas X semester II agar materi pembelajaran mudah dipahami siswa.

2. Apakah Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X Semester II dapat dikembangkan sesuai dengan tuntutan KTSP.

3. Bagaimana standarisasi Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X semester II dapat dilakukan sesuai dengan tuntutan KTSP.

4. Apakah Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X semester II yang telah disusun dan diujicobakan dapat dipergunakan untuk mendukung minat belajar dan pemahaman siswa dalam pembelajaran kimia.


(11)

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui materi kimia kelas X semester II yang layak dan tepat dipraktikumkan sesuai dengan tuntutan KTSP.

2. Untuk mengembangkan Penuntun Praktikum Kimia kelas X semester II sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 3. Menstandarisasi Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X semester II

yang telah disusun oleh peneliti.

4. Untuk menghasilkan Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X yang dapat dipergunakan untuk mendukung minat belajar dan pemahaman siswa dalam pembelajaran kimia.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti untuk mengembangkan dan menyusun Penuntun Praktikum yang sesuai dengan tuntutan KTSP. 2. Memberikan informasi kepada guru-guru kimia SMA tentang pentingnya

Penuntun Praktikum dalam pembelajaran kimia.

3. Memberi informasi tentang perkembangan minat siswa dalam pembelajaran kimia setelah melakukan uji coba.


(12)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada BAB IV, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang tertera pada silabus mata pelajaran kimia, bahwa jumlah kegiatan praktikum kimia yang seharusnya dilaksanakan di kelas X SMA semester II adalah sebanyak 8 percobaan praktikum yaitu: Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit meliputi mengamati daya hantar listrik larutan, menyelidiki faktor-faktor yang

mempengaruhi DHL; Reaksi Reduksi dan Oksidasi meliputi mengamati reaksi

redoks, mengamati proses pengaratan besi; Hidrokarbon meliputi mengenal senyawa karbon, mengidentifikasi keberadaan unsur C dan H, merakit model hidrokarbon alifatik, aplikasi manfaat senyawa hidrokarbon.

2. Buku Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas X Semester II yang telah disusun dinyatakan layak oleh 5 orang guru SMA untuk dipakai sebagai buku penunjang pada pembelajaran kimia di SMA dengan skor 81%.

3. Buku Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas X Semester II yang telah disusun dinyatakan sangat layak oleh 2 orang dosen kimia FMIPA Unimed untuk dipakai sebagai buku penunjang pada pembelajaran kimia di SMA dengan skor 95%.

4. Buku Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas X Semester II yang telah disusun dinyatakan sangat layak oleh sejumlah siswa SMA dari 3 sekolah untuk dipakai sebagai buku penunjang pembelajaran kimia di SMA dengan skor 88%.

5. Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas X Semester II hasil pengembangan yang telah distandarisasi mendukung minat belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan respon siswa pada saat melaksanakan praktikum (uji coba).


(13)

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukan di atas, maka saran-saran yang dapat diajukan:

1. Guru dapat melaksanakan pembelajaran terpadu antara materi ajar di kelas dengan pelaksanaan praktikum di laboratorium kimia, sehingga siswa dapat memadukan antara teori dengan hasil praktikum yang akhirnya akan meningkatkan hasil belajar kimia.

2. Bagi peneliti berikutnya agar kelayakan buku penuntun praktikum kimia kelas X semester II dapat ditingkatkan dengan cara memperbaiki dan meningkatkan kualitas buku penuntun praktikum kimia yang akan dikembangkan.

3. Bagi pengambil keputusan (stakeholders) agar memperhatikan sarana dan prasarana laboratorium kimia di sekolah-sekolah sehingga pelaksanaan praktikum sebagai sarana penunjang pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Karena bagaimanapun baiknya buku penuntun yang sudah dikembangkan jika tidak didukung dengan fasilitas laboratorium yang memadai maka semua tidak akan bermanfaat.


(1)

Hasil studi lapangan yang dilakukan oleh Jahro dan Susilawati (2009) menunjukkan bahwa sebagian besar pokok bahasan dalam mata pelajaran kimia memerlukan penguatan pemahaman dan pengembangan wawasan melalui penerapan metode praktikum. Ada kira-kira 20 judul praktikum kimia yang idealnya dilakukan atau diamati oleh siswa selama mereka belajar kimia di SMA. Sampai saat ini banyak SMA yang tidak melaksanakan praktikum pada proses pembelajaran kimia. Beberapa faktor penyebabnya adalah kurangnya tenaga penyelenggara praktikum, kurangnya alat dan bahan praktikum, serta kurangnya waktu yang tersedia untuk praktikum. Selain itu, dalam pelaksanaan praktikum memerlukan persiapan yang matang seperti menentukan tujuan praktikum, menyiapkan prosedur praktikum, menyiapkan lembar pengamatan, menyiapkan alat dan zat, menyiapkan lembar observasi kegiatan praktikum. Komponen penuntun praktikum yang harus dipersiapkan secara optimal adalah prosedur praktikum. Penggunaan penuntun praktikum yang tidak optimal dapat menyebabkan diperolehnya hasil yang tidak sesuai dengan tujuan praktikum yang hendak dicapai. Senada dengan Lubis (1993), untuk melaksanakan kegiatan laboratorium, diperlukan pengorganisasian dan perencanaan yang sistematis, agar tercapai tujuan pembelajaran di sekolah melalui kegiatan praktikum.

Berdasarkan pengalaman peneliti sewaktu melaksanakan PPL di SMA Negeri 2 Binjai bahwa praktikum kimia belum dilaksanakan secara optimal, padahal alat dan bahan kimia yang tersedia di laboratorium sudah sangat lengkap. Frekuensi pelaksanaan praktikum dalam 1 (satu) semester hanya dilakukan maksimal 2 (dua) kali. Pelaksanaan praktikum yang kurang optimal ini disebabkan oleh kesulitan guru dalam mengkoordinir siswa pada saat praktikum karena banyak percobaan dalam buku penuntun praktikum yang digunakan terlalu sulit untuk dipraktikumkan. Selain itu, ada anggapan guru kimia bahwa siswa kelas X belum terlalu penting melaksanakan praktikum karena belum terklasifikasi dalam jurusan IPA.

Melihat kondisi yang memprihatinkan ini, kita diingatkan untuk kembali pada prinsip pembelajaran kimia yaitu pembelajaran berlandaskan eksperimen (percobaan). Oleh karena itu, penuntun praktikum merupakan suatu pedoman


(2)

dalam melaksanakan praktikum merupakan suatu pedoman dalam melaksanakan praktikum dan juga sebagai alat evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar. Penuntun praktikum perlu didesain sedemikian rupa sehingga menarik, sesuai dengan kebutuhan siswa, mudah dilaksanakan dan tidak terlalu banyak membutuhkan alat dan bahan. Untuk itu perlu disusun suatu pedoman (penuntun) praktikum kimia dengan cara mereview semua dokumen/buku tentang pengelolaan laboratorium kimia yang telah ada selama ini.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mencoba mengembangkan penuntun praktikum dalam pembelajaran kimia dan akan melakukan standarisasi penuntun praktikum ini kepada beberapa dosen kimia, guru kimia dan siswa SMA. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan bahwa penuntun praktikum sangat penting untuk menunjang keberhasilan dalam kegiatan praktikum, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Pengembangan dan Standarisasi Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas X Semester II sesuai Tuntutan KTSP”.

1.2. Ruang Lingkup Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah model dan isi buku penuntun praktikum kimia yang digunakan di beberapa sekolah di kota Medan? Bagaimana seharusnya model buku penuntun praktikum kimia yang baik sesuai tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)? Apakah buku penuntun praktikum kimia dapat mengembangkan pemahaman siswa terhadap teori yang diterima dalam kelas? Bagaimana keefektifan buku penuntun praktikum kimia untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia? Apakah buku penuntun praktikum kimia dapat dilaksanakan dengan fasilitas laboratorium yang sederhana? Apakah penuntun praktikum kimia dapat dilaksanakan sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia? Apakah prosedur dalam buku penuntun praktikum kimia mudah dipahami dan aman dilaksanakan?


(3)

1.3. Batasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan pada penelitian ini, maka diperlukan batasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di wilayah kota Medan yang melibatkan masalah pengembangan, standarisasi dan analisis kelayakan buku penuntun praktikum kimia.

2. Masalah penelitian dibatasi pada materi kimia SMA kelas X semester II sesuai pertimbangan ilmiah yang mendukung materi kimia yang relevan dan dapat dipraktikumkan.

3. Uji coba buku penuntun praktikum kimia dilakukan secara mikro pada siswa kelas X yang terpilih sesuai tujuan penelitian pada materi kimia SMA kelas X semester II pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Larutan Non-Elektrolit, Reaksi Reduksi dan Oksidasi, serta Hidrokarbon di SMA Negeri 1 Binjai, SMA Negeri 2 Binjai dan SMA Negeri 1 Galang.

4. Menyusun buku petunjuk praktikum kimia SMA kelas X semester II yaitu mengembangkan dari buku-buku petunjuk yang telah ada.

1.4. Rumusan Masalah

Untuk memberikan arahan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Materi kimia apa saja yang layak dipraktikumkan di SMA kelas X semester II agar materi pembelajaran mudah dipahami siswa.

2. Apakah Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X Semester II dapat dikembangkan sesuai dengan tuntutan KTSP.

3. Bagaimana standarisasi Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X semester II dapat dilakukan sesuai dengan tuntutan KTSP.

4. Apakah Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X semester II yang telah disusun dan diujicobakan dapat dipergunakan untuk mendukung minat belajar dan pemahaman siswa dalam pembelajaran kimia.


(4)

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui materi kimia kelas X semester II yang layak dan tepat dipraktikumkan sesuai dengan tuntutan KTSP.

2. Untuk mengembangkan Penuntun Praktikum Kimia kelas X semester II sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 3. Menstandarisasi Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X semester II

yang telah disusun oleh peneliti.

4. Untuk menghasilkan Penuntun Praktikum Kimia SMA kelas X yang dapat dipergunakan untuk mendukung minat belajar dan pemahaman siswa dalam pembelajaran kimia.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti untuk mengembangkan dan menyusun Penuntun Praktikum yang sesuai dengan tuntutan KTSP. 2. Memberikan informasi kepada guru-guru kimia SMA tentang pentingnya

Penuntun Praktikum dalam pembelajaran kimia.

3. Memberi informasi tentang perkembangan minat siswa dalam pembelajaran kimia setelah melakukan uji coba.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada BAB IV, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang tertera pada silabus mata pelajaran kimia, bahwa jumlah kegiatan praktikum kimia yang seharusnya dilaksanakan di kelas X SMA semester II adalah sebanyak 8 percobaan praktikum yaitu: Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit meliputi mengamati daya hantar listrik larutan, menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi DHL; Reaksi Reduksi dan Oksidasi meliputi mengamati reaksi redoks, mengamati proses pengaratan besi; Hidrokarbon meliputi mengenal senyawa karbon, mengidentifikasi keberadaan unsur C dan H, merakit model hidrokarbon alifatik, aplikasi manfaat senyawa hidrokarbon.

2. Buku Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas X Semester II yang telah disusun dinyatakan layak oleh 5 orang guru SMA untuk dipakai sebagai buku penunjang pada pembelajaran kimia di SMA dengan skor 81%.

3. Buku Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas X Semester II yang telah disusun dinyatakan sangat layak oleh 2 orang dosen kimia FMIPA Unimed untuk dipakai sebagai buku penunjang pada pembelajaran kimia di SMA dengan skor 95%.

4. Buku Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas X Semester II yang telah disusun dinyatakan sangat layak oleh sejumlah siswa SMA dari 3 sekolah untuk dipakai sebagai buku penunjang pembelajaran kimia di SMA dengan skor 88%.

5. Penuntun Praktikum Kimia SMA Kelas X Semester II hasil pengembangan yang telah distandarisasi mendukung minat belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan respon siswa pada saat melaksanakan praktikum (uji coba).


(6)

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukan di atas, maka saran-saran yang dapat diajukan:

1. Guru dapat melaksanakan pembelajaran terpadu antara materi ajar di kelas dengan pelaksanaan praktikum di laboratorium kimia, sehingga siswa dapat memadukan antara teori dengan hasil praktikum yang akhirnya akan meningkatkan hasil belajar kimia.

2. Bagi peneliti berikutnya agar kelayakan buku penuntun praktikum kimia kelas X semester II dapat ditingkatkan dengan cara memperbaiki dan meningkatkan kualitas buku penuntun praktikum kimia yang akan dikembangkan.

3. Bagi pengambil keputusan (stakeholders) agar memperhatikan sarana dan prasarana laboratorium kimia di sekolah-sekolah sehingga pelaksanaan praktikum sebagai sarana penunjang pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Karena bagaimanapun baiknya buku penuntun yang sudah dikembangkan jika tidak didukung dengan fasilitas laboratorium yang memadai maka semua tidak akan bermanfaat.