PROGRAM PELATIHAN BINA DIRI TERHADAP ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BINA DIRI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB AYAHBUNDA PARUNGPANJANG BOGOR.

(1)

PROGRAM PELATIHAN BINA DIRI TERHADAP ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BINA DIRI ANAK

TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB AYAHBUNDA PARUNGPANJANG BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

EVA SAADAH NOOR 1004932

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PROGRAM PELATIHAN BINA DIRI

TERHADAP ORANG TUA DALAM

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BINA

DIRI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB

AYAHBUNDA PARUNGPANJANG BOGOR

Oleh Eva Saadah Noor

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Eva Saadah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

EVA SAADAH NOOR (1004932)

PROGRAM PELATIHAN BINA DIRI TERHADAP ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

DI SLB AYAHBUNDA PARUNGPANJANG BOGOR DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I,

Dr. Zaenal Alimin, M.Ed. NIP. 195903241984031002

Pembimbing II,

Dra. Oom Siti Homdijah, M.Pd.

NIP. 196101051983032002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 195607221985031001


(4)

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PROGRAM PELATIHAN BINA DIRI TERHADAP ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN BINA DIRI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI

SLB AYAHBUNDA PARUNGPANJANG BOGOR Eva Saadah Noor

(1004932)

Kemampuan orang tua dalam memberikan pengajaran bina diri yang tepat dapat mengembangkan kemampuan keterampilan bina diri anak tunagrahita ringan. Tujuan penelitian ini adalah Terumuskannya program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor. Masih banyak orang tua yang kurang menanamkan sikap mandiri dalam keterampilan merawat diri dan mengurus diri kepada anaknya sehingga kemampuan bina diri anak tunagrahita ringan tidak berkembangan karena perlakuan orang tua yang selalu memberikan bantuan dalam melakukan bina diri di rumah. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif tentang perumusan program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor. Penelitian ini dilakukan terhadap satu orang guru, tiga orang peserta didik kelas D.4, dan tiga orang tua peserta didik.. Hasil penelitian menunjukkan DL lebih baik dalam pelaksanaan keterampilan bina dirinya dibandingkan dengan ZP dan SV walaupun masih ada sedikit yang di bantu. Perlakuan SW lebih baik dari pada DW dan EN. SW lebih perhatian dan sabar dalam memberikan pengajaran bina diri terhadap DL, selain memberi tahu juga SW selalu memberikan contoh dalam pengajaran bina diri terhadap DL.


(5)

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK Hal

KATA PENGANTAR... i

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Fokus Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Program Pelatihan... 7

1. Faktor- faktor yang mempengaruhi program pelatihan... 8

2. Tujuan programpelatihan... 8

B. Bina Diri Tunagrahita... 8

1. Pengertian Bina Diri... 8

2. Tujuan Bina Diri... 9

3. Ruang Lingkup Bina Diri... 9

C. Konsep Anak Tunagrahita... 13

1. Pengertian Tunagrahita... 13

2. Klasifikasi Anak Tunagrahita... 15

3. Karakteristik Anak Tunagrahita... 16

4. Dampak Ketunagrahita... 16

D. Konsep Program pelatihan bina diri bagi orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita... 17


(6)

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Tempat Penelitian... 18

B. Metode dan Prosedur Penelitian... 18

1. Metode Penelitian... 18

2. Subjek penelitian... 20

3. Prosedur Penelitian... 21

C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data... 22

1. Instrumen Penelitian... 22

a. Pedoman wawancara... 23

b. Pedoman observasi... 24

c. Pedoman Dokumentasi... 27

2. Teknik Pengumpulan Data... 27

a. Observasi... 28

b. Wawancara... 28

c. Studi Dokumentasi... 28

D. Pengujian Keabsahan Data... 28

E. Teknik Analisis Data... 29

1. Reduksi data... 29

2. Display Data... 29

3. Kesimpulan... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penenlitian... 31

1. Kondisi objektif kemampuan bina diri anak tunagrahita di sekolah... 31

2. Kondisi objektif perlakuan orang tua dalam melaksanakan keterampilan bina diri untuk anak tunagrahita di rumah... 34

3. Kendala orang tua dalam mengajarkan anak untuk melaksanakan keterampilan bina diri di rumah... 36 4. Peran orang tua dalam perumusan draf program


(7)

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak

tunagrahita... 37

5. Program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak

tunagrahita ringan...

38

B. Pembahasan hasil penelitian... 38 1. Kondisi objectif keterampilan bina diri anak

tunagrahita di

sekolah...

38

2. Perlakuan orang tua dalam melaksanakan keterampilan bina diri untuk anak tunagrahita di

rumah... 39 3. Kendala orang tua dalam mengajarkan anak untuk

melaksanakan keterampilan bina diri di

rumah... 40 4. Peran orang tua dalam perumusan draf program

pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkankemampuan bina diri anak

tunagrahita... 40 5. Program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam

mengembangkan kemampuan bina diri anak

tunagrahita ringan... 41

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan... 41 B. Implikasi...

.

42

DAFTAR PUSTAKA... 44


(8)

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

Nama Tabel Hal

Subjek Penelitian... 21 Kisi-kisi Pedoman wawancara... 23 Kisi-kisi Pedoman Observasi kemampuan siswa di

sekolah...

25

Kisi-kisi Pedoman Observasi perlakuan orang tua... 26 Kisi-kisi Pedoman Studi dokumentasi... 27


(9)

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hak bagi setiap manusia tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus, anak berkebutuhan khusus itu salah satunya adalah anak tunagrahita. Salah satu upaya pemerintah dalam memberikan pendidikan pada anak berkebutuhan khusus adalah dengan diadakannya pendidikan khusus. Sebagai warga negara yang memiliki hak yang sama dengan anak-anak pada umumnya yaitu berhak mendapatkan pendidikan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XII tentang Pendidikan dan Kebudayaan

pasal 31 ayat 1 yang menegaskan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Selain dalam Undang-Undang Dasar 1945, tercantum juga dalam Undang-undang Rebuplik Indonesia No 20 Tahun 2003

tentang sistem pendidikan Nasional, Bab IV pasal 5 ayat 2 berbunyi “warga

negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental intelektual, dan/atau

sosial berhak memperoleh pendidikan khusus” termasuk diantaranya anak tunagrahita.

Salah satu bidang studi yang dapat menunjang tingkat kemandirian anak tunagrahita, terutama dalam melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari adalah bidang studi ketrampilan bina diri, dengan mempunyai prestasi yang baik dalam bidang ketrampilan bina diri, maka anak tunagrahita akan mampu dalam melakukan kegiatan sehari-hari, misalnya dalam hal merawat diri, mengurus diri dan keterampilan lainnya secara mandiri.

Kemandirian adalah dimana seseorang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995, hlm 84). Kemandirian juga terdapat dalam Undang-undang Republik Indonesia Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), Bab II Pasal 3 disebutkan bahwa :


(10)

2

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Kemudian dalam dalam Pasal 32 ayat 1 tentang pendidikan khusus juga disebutkan bahwa” Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi siswa yang memiliki kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.”

Anak tunagrahita merupakan individu yang utuh dan unik serta memiliki kemampuan dan potensi untuk dikembangkan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, karena anak tunagrahita mengalami hambatan intelektual, emosi, sosial, dan perilaku adaftif, sehingga mereka tidak bisa mengaktualisasikan kemampuan atau potensi yang dimiliki secara optimal. Akibat hambatan tersebut diatas dalam kehidupan sehari-harinya selalu berhadapan dengan berbagai macam masalah. Agar kebutuhan dalam kegiatan sehari-harinya dapat berkembang dengan optimal, maka anak tunagrahita sangat perlu diberikan pendidikan atau pelayanan yang khusus dan serius dengan harapan mereka mampu hidup mandiri ditengah masyarakat.

Anak tunagrahita memiliki perbedaan dengan anak berkebutuhan khusus pada umumnya, perbedaan tersebut diantaranya yaitu kurang bisa berpikir secara abstrak, cepat lupa, kurangnya daya konsentrasi dan kurang kemampuan dalam kegiatan hidup sehari-hari.

James, D. page (Suhaeri, H.N,1979, hlm 25) dalam Amin (1995, hlm 34-37) mengemukakan bahwa “Menguraikan karakteristik anak tunagrahita dalam hal sosial. Dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara dan memimpin diri. Waktu masih anak-anak mereka harus dibantu terus menerus di suapi makanan, dipasangkan dan di tanggali pakaian, disingkirkan dari bahaya, diawasi waktu bermain dengan anak lain, bahkan ditunjuki terus apa yang harus dikerjakan. Mereka bermain dengan teman-teman yang lebih muda dari padanya, tidak dapat bersaing dengan teman sebaya. Setelah


(11)

3

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dewasa kepentingan ekonominya sangat tergantung pada bantuan

orang lain.”

Keterampilan bina diri merupakan dasar yang sangat penting dalam mengembangkan hidup dan kehidupan setiap peserta didik sekolah dasar luar biasa. Dalam hal ini bimbingan belajar ketrampilan bina diri menjadi focus dari segala kegiatan pendidikan luar biasa. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1991, Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa

“Rehabilitasi adalah upaya bantuan medik, sosial, pendidikan ketrampilan yang dikoordinasikan untuk melatih siswa yang menyandang kelainan agar dapat mencapai kemampuan fungsional setinggi mungkin.”

Tercapainya tujuan pendidikan keterampilan bina diri dipengaruhi berbagai faktor, antara lain faktor dari peserta didik, keluarga, guru maupun masyarakat. Faktor-faktor tersebut sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam mewujudkan diri sebagai insan yang mandiri, namun dalam kenyataannya tidak semua peserta didik dapat mengembangkan diri secara optimal, hal ini disebabkan orang tua kurang menanamkan sikap mandiri kepada anak. Orang tua hanya menuntut agar anaknya rajin belajar, oleh karena itu antara guru dan orang tua harus ada kerjasama untuk menanamkan sikap mandiri sedini mungkin. Faktor pribadi dan keluarga sangat penting dalam pembentukan sikap mandiri anak. Anak tunagrahita kurang berinisiatif untuk melakukan hal-hal yang baru, ketidak mampuan dan ketidak mengertinya tentang manfaat keterampilan bina diri, akibat dari itu dalam melakukan kegiatan sehari-harinya terkadang memerlukan bantuan orang lain. Perlakuan orang tua dan keluarga yang tidak memberikan kepercayaan pada anak tunagrahita untuk melakukan perawatan terhadap dirinya. Akibat perlakuan itulah potensi atau kemampuan yang dimiliki anak menjadi tidak berkembang optimal.

Fakta-fakta yang ada di lapangan ternyata masih banyak orang tua yang kurang memahami cara membimbing dan mengajarkan keterampilan


(12)

4

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

anak tunagrahita ringan tidak berkembangan, Ini dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya rendahnya tingkat sosial, ekonomi, tingkat pendidikan orang tua serta kurangnya motivasi orang tua terhadap kemampuan yang masih dimiliki oleh anak, banyak diantara mereka tidak menyadari bahwa kemampuan-kemampuan tersebut masih dapat berkembang, apabila mendapat latihan-latihan secara terus menerus dan berkesinambungan. Sikap ini timbul karena kurangnya pengertian dan kesadaran tentang makna dan tujuan pendidikan bagi anaknya, dan sebagian ada yang mempunyai sikap sebaliknya, setelah melihat anaknya seperti itu mereka merasa malu dan cenderung menyembunyikan atau mengisolir dari lingkungan. Sikap-sikap orang tua tersebut diatas merupakan penghambat yang paling besar dalam upaya memberikan bentuk bimbingan keterampilan bina diri anak.

Hasil wawancara antara penulis dengan orang tua dapat diketahui kondisi saat ini perlakuan orang tua dan anggota keluarga di rumah masih memberikan bantuan sepenuhnya pada anak tunagrahita untuk melakukan kegiatan bina diri di rumah, bahkan banyak orang tua atau anggota keluarga yang sangat memanjakan, sedangkan di sekolah anak di ajarkan untuk mandiri dalam melakukan kegiatan keterampilan bina diri, karena di rumah anak selalu di bantu sepenuhnya, kemampuan bina diri anak tidak mengalami perkembangan yang optimal, di sekolah anak selalu meminta bantuan pada guru atau temannya. Orang tua belum memahami bagaimana cara melatih dan membimbing bina diri pada anaknya. Orang tua sangat memerlukan pengetahuan dan keterampilan bagaimana cara melatih dan membimbing bina diri kepada anaknya.

Berdasarkan dari faktor perlakuan orang tua terhadap anak tunagrahita yang melatar belakangi ketidak mampuan anak dalam melakukan bina dirinya pada kondisi saat ini, penulis memandang perlu untuk melakukan penelitian tentang program pelatihan bina diri terhadap orang tua orang dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita.


(13)

5

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor?”

Fokus masalah yang ada, penulis merincinya menjadi beberapa sub fokus masalah agar lebih terarah. Adapun yang menjadi sub fokus masalah itu adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan keterampilan bina diri anak tunagarahita di sekolah?

2. Bagaimana perlakuan orang tua dalam melaksanakan keterampilan bina diri untuk anak tunagrahita di rumah?

3. Apa kendala orang tua dalam mengajarkan anak untuk melaksanakan keterampilan bina diri di rumah?

4. Bagaimana peran orang tua dalam perumusan draf program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita?

5. Bagaimana program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita ringan?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk” Terumuskanya program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor ”.

b. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dilakukan penelitian ini adalah:

1) Mengetahui kemampuan keterampilan bina diri anak tunagarahita di sekolah.

2) Mengetahui perlakuan orang tua dalam melaksanakan keterampilan bina diri untuk anak tunagrahita di rumah.


(14)

6

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Mengetahui kendala orang tua dalam mengajarkan anak untuk melaksanakan keterampilan bina diri di rumah.

4) Mengetahui peran orang tua dalam perumusan draf program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita.

5) Mengetahui program pelatihan bina diri terhadap orang tua.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti dapat memperkaya pemahaman mengenai pembelajaran bina diri dan mengetahui bagaimana program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan keterampilan bina diri anak tunagrahita.

b. Bagi guru agar dapat lebih meningkatkan layanan pembelajaran keterampilan bina diri yang optimal kepada anak tunagrahita.

c. Bagi orang tua dan anggota keluarga lebih memahami cara melaksanakan keterampilan bina diri anak tunagrahita.


(15)

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian

Dalam suatu penelitian tidak terlepas dari lokasi penelitian, yaitu dimana peneliti melaksanakan penelitiannya. Lokasi yang dijadikan tempat penelitian diharapkan dapat memberikan data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian.

Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai tempat penelitian program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita ringan yaitu di SLB Ayahbunda Parungpanjang Kabupaten Bogor.

B. Metode dan Prosedur Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualiatif.

Sukmadinata (2005, hal 72) mengemukakan bahwa“Metode deskriptif adalah suatu bentuk penelitian paling dasar, ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang ada,

baik yang bersifat alamiah maupun rekayasa manusia.”

Sukmadinata (2005, hlm 60) mengemukakan bahwa “Penelitian Kualitatif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi dan pemikiran orang secara


(16)

19

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Aspek yang penting dalam membantu penelitian kualitatif adalah mengenai tahap-tahap penelitian. Tahap-tahap penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut;

Tahap ke 1 Tahap ke 2

a. Tahap ke 1

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a. Tahap ke I yaitu :

1) Menelaah bagaimana kemampuan keterampilan bina diri anak tunagrahita di sekolah.

2) Menelaah bagaimana perlakuan orang tua dalam melaksanakan keterampilan bina diri untuk anak tunagrahita di rumah

1. Menelaah bagaimana kemampuan keterampilan bina diri anak tunagrahita di sekolah.

2. Menelaah bagaimana perlakuan orang tua dalam melaksanakan

keterampilan bina diri untuk anak tunagrahita di rumah

3. Menelaah apa kendala orang tua dalam

mengajarkan anak untuk melaksanakan

keterampilan bina diri di rumah

4. Menelaah bagaimana peran orang tua dalam perumusan draf program pelatihan bina diri terhadap orang tua. 5. Menelaah bagaiman

program bina diri terhadap orang tua? Merumuskan draf program pelatihan bagi orang tua tentang bina diri bagi anak

tunagrahita Tentang

kondisi objektif


(17)

20

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Menelaah apa kendala orang tua dalam mengajarkan anak untuk melaksanakan keterampilan bina diri di rumah.

4) Menelaah bagaimana peran orang tua dalam perumusan draf program pelatihan bina diri terhadap orang tua

5) Menelaah bagaiman program bina diri terhadap orang tua b. Tahap ke 2 yaitu :

Merumuskan draf program pelatihan bagi orang tua tentang bina diri bagi anak tunagrahita.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian menurut Amirin (1986) merupakan seseorang atau sesuatu mengenai yang mengenainya ingin diperoleh keterangan. Menurut Suharsimi Arikonto (1989) memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan, dalam sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian, itulah data tentang variabel yang penelitian akan amati. Kesimpulan dari kedua pengertian diatas Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.

Pada penelitian kualitatif, responden atau subjek penelitian disebut dengan istilah informan, yaitu orang memberi informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakannya.

Penentuan subjek penelitian di maksudkan untuk menyaring sebanyak mungkin data dari berbagai sumber sehingga hal-hal yang spesifik dapat dirinci. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita ringan di SLB Ayahbunda berjumlah 3(tiga) orang siswa, 3(tiga) orangtua dan 1(satu) orang guru.


(18)

21

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Table 3.1 Subjek Penelitian

No. Inisial Jabatan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

NA Sw Dw En DL ZP SV

Guru Orang tua Orang tua Orang tua Peserta didik Peserta didik Peserta didik

3. Prosedur Penelitian

Aspek yang penting dalam membantu proses dalam penelitian ini kualitatif ini adalah mengenai tahap-tahap penelitian. Tahap-tahap penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini diantaranya adalah: 1) Konfirmasi pada pihak sekolah untuk mengutarakan maksud tujuan, dan meminta izin untuk melaksanakan penelitian di lembaga tersebut merupakan bagian dari persiapan penelitian. 2) Mempersiapkan perlengkapan penelitian

Perlengkapan penelitian yang dipersiapkan untuk mengambil data dalam penelitian yaitu membuat dan menyiapkan instrument penelitian, seperti:

a) Pedoman wawancara yang berisi mengenai beberapa pertanyaan seputar permasalahan yang akan diteliti. Pedoman


(19)

22

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wawancara berguna sebagai acuan tentang pertanyaan agar focus terhadap permasalahan yang diteliti.

b) Pedoman Observasi yang berisi pertanyaan tentang acuan yang akan diamati sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.

c) Pedoman dokumentasi berupa catatan tertulis atau dokumen-dokumen yang telah ada di sekolah seperti program –program mengenai permasalahan yang sedang diteliti.

b. Tahap Memasuki Lapangan

Yaitu memulai melakukan kegiatan pengambilan data dengan cara: 1) Observasi yaitu melakukan pengamatan dan mencatat secara

langsung dan teliti tentang kondisi objektif bagaimana orang tua memperlakukan anak tunagrahita dalam bina diri dan bagaimana guru di sekolah dalam memberikan pembelajaran bina diri.

2) Melakukan wawancara pada subjek penelitian yaitu pada orang tua dan guru mengenai permasalahan yang diteliti

3) Melakukan studi dokumentasi yaitu menelaah program bina diri yang ada di sekolah dan mendokumentasikan kegiatan bina diri yang dilaksanakan di sekolah ataupun di rumah.

c. Tahap analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi kemudian data diolah dan dianalisis dengan cara reduksi data, display data, dan verifikasi.

d. Tahap Akhir

Pada tahap ini selanjutnya data diuji keabsahannya dengan cara teknik triangulasi data yaitu yang tidak sekadar menilai kebenaran data, melainkan menyelidiki tingkat kebenaran tafsiran kita mengenai data tersebut dan kemudian diambil kesimpulan.

C. Instrumen dan Teknik Pengamumpulan Data 1. Instrumen Penelitian


(20)

23

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Salah satu karakteristik penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen utama penelitian (Human Instrumen). Konsekwensi dari posisi ini adalah peneliti harus mengenal apa yang akan diteliti dan melakukan langsung seluruh kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan data yang ada serta menginterprestasi data yang diperoleh.

Ada pendapat ahli yang dijadikan acuan, bahwa peneliti sendiri merupakan instrumen utama dalam penelitiannya.

Nasution (dalam Sugiyono, 2010, hlm 223) yang menyatakan

bahwa :” Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari

pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama alasannya ialahbahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih dikembangkan sepanjang penelitian itu dalam keadaan yang serba tidak pasti dan idak jelas itu tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.”

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi.

a. Pedoman wawancara

Pedoman wawan cara digunakan sebagai panduan dalam pengumpulan data pada saat wawancara karena pedoman ini berisikan pertanyaan –pertanyaan penelitian yang dilakukan secara langsung.

Tabel 3.2

Kisi –Kisi Pedoman Wawancara No

. Variabel Indikator No Soal

1. Perlakuan orang tua terhadap anak tunagrahita dalam bina diri?

Perlakuan orang tua dalam aspek Merawat diri

- Mandi

- Menggosok gigi

- Membersihkan badan setelah buang air besar dan kecil

1 2 3


(21)

24

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perlakuan orang tua dalam aspek mengurus diri

- Memakai pakaian dalam - Memakai pakaian luar - Memakai sepatu

4 5 6 2. Kendala orang tua dalam

mengajarkan anak untuk melaksanakan keterampilan bina diri di rumah

- Cara mengajarkan mandi - Cara mengajarkan menggosok

gigi

- Cara mengajarkan

membersihkan badan setelah buang air besar dan kecil - Cara memakai pakaian dalam - Cara memakai pakaian luar - Cara memakai sepatu

7 8 9 10 11 12

3. Peran orang tua dalam perumusan draf program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita

- Mengetahui adanya program bina diri di sekolah

- Mengetahui keterterlibatan orang tua dalam merumuskan program bina diri

- Mengetahui pelaksanaan

pengajaran bina diri orang tua di rumah

- Mengetahui perlu atau tidak diadakannya program pelatihan bina diri terhadap orang tua - Mengetahui keikut sertaan

orang tua dalam merumuskan program bina diri apa saja yang akan di jadikan pelatihan

1 2

3

4

5

b. Pedoman Observasi

Pedoman observasi dibuat sebagai panduan saat melakukan pengamatan karena hal ini berisi tentang apa saja yang akan diamati dalam penelitian ini.


(22)

25

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

Kisi- kisi pedoman observasi

Variabel Indikator Item observasi Ket

3 2 1

Bagaimana kondisi objektif kemampuan bina diri anak tunagrahita di sekolah

Kemampuan bina diri anak tunagrahita di sekolah. Merawat diri

Mempersiapkan peralatan mandi seperti:

- Handuk - Sabun mandi

Mempersiapkan peralatan menggosok gigi seperti: - Pasta gigi

- Sikat gigi

Mandi

- Mengguyur air kebadan - Menggosokkan sabun

mandi ke badan - Melap badan dengan

handuk Menggosok gigi

- Memasukan pasta gigi ke sikat gigi

- Menggosokan sikat gigi ke gigi


(23)

26

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Membersihkan badan setelah buang air besar dan kecil - Mengguyurkan air ke

badan bagian belakang - Membersihkan badan

bagian belakang dengan menggunakan tangan Mengurus diri

- Memakai pakaian dalam - Memakai pakaian luar - Memakai sepatu Keterangan :

Score 3 mampu melakukan tanpa bantuan Score 2 mampu dengan sedikit bantuan Score 1 mampu dengan banyak bantuan

Tabel 3.4

Kisi- kisi pedoman observasi

Variabel Indikator

Format Observasi Bagaimana cara orang tua mengajark an Berapa lama waktu yang di gunakan Memerlukan bantuan atau tidak Siapa yang cenderung memberikan perlakuan Kondisi objektif perlakuan orang tua tentang bina diri terhadap anak tunagrahita Perlakuan orang tua dalam melaksana kan keterampilan bina diri merawat diri - Mandi - Meng gosok gigi - Membersih kan badan setelah buang air besar dan kecil Perlakuan orang tua dalam


(24)

27

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melaksana kan

keterampilan bina diri Mengurus diri

- Memakai pakaian dalam - Memakai

pakaian luar - Memakai

sepatu

c. Pedoman Dokumentasi

Pada pedoman dokumentasi berisi tentang data apa yang telah ada sehingga dengan doumentasi data yang di perlukan dalam penelitian ini bisa terkumpul seluruhnya.

Tabel 3.5

Kisi-kisi Pedoman Doumentasi

No. Ruang Lingkup

1. Drap program bina diri yang ada di sekolah 2. Foto- foto pelaksanaan program bina diri.

2. Tehnik pengumpulan data

Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data ini adalah menggunakan teknik observasi, wawancara dan study dokumentasi.

a. Observasi

Dalam penelitian ini peneliti mengamati dan mencatat secara langsung dan teliti tentang kondisi objektif bagaimana orang tua memperlakukan anak tunagrahita dalam bina diri dan bagaimana guru di sekolah dalam memberikan pembelajaran bina diri.

Syaodih N. (dalam D. Satori dan A. Komariah, 2010, hlm 105)


(25)

28

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan

pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung”.

Sedangkan menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2010, hlm 226) mengungkapkan bahwa “Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan, para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data atau fakta mengenai dunia kenyataan diperoleh melalui observasi.”

Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa observasi itu merupakan kegiatan pengamatan dalam suatu penelitian untuk mendapatkan data yang akurat.

b. Wawancara

Teknik wawncara ini digunakan dengan cara melakukan Tanya jawab secara langsung dengan guru dan orang tua tanpa terlepas dari tujuan yang diharapkan. Sebagaiman yang dikemukakan oleh:

Sujana (dalam D. Sutori dan A. Komariah, 2010, hlm 130) mengemukakan “Wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang di tanya atau penjawab

(interviewee)”.

Esterberg (dalam Sugiono, 2010, hlm 231)”Wawacara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat di kontruksikan makna

dalam suatu titik tertentu”.

Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan pengumpulan data untuk mendapatkan informasi melalui percakapan atau Tanya jawab secara langsung.

Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana profil anak tunagrahita , serta mendapatkan informasi mengenai perlakuan orang tua dalam pelaksanaan bina diri anak tunagrahita dirumah.

c. Study dokumentasi

Studi dokumentasi para peneliti ini juga berfungsi untuk menguji kekonsisitensian data atau informasi yang di peroleh melalui


(26)

29

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wawancara dan hasil pengamatan (observasi) dengan cara melihat dan menelaah sumber tertulis dari dokumentasi yang ada pada informasi.Sebagaimana yang di kemukakan oleh

Bogdan (dalam Djam’an S. dan Aan K, 2009, hlm 149)

menyatakan bahwa “Hasil penelitian juga akan semakin

kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan karya seni yang telah ada”.

D. Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data yaitu yang tidak sekadar menilai kebenaran data, melainkan menyelidiki tingkat kebenaran tafsiran kita mengenai data tersebut. Untuk memperoleh keabsahan data dilakukan dengan triangulasi dengan pengecekan kebenaran data dari data sumber yang lain. Triangulasi data dimaksudkan untuk mengecek atau membandingkan data yang telah diperoleh melalui hasil wawancara kepada orangtua peserta didik dan guru.

E. Tehnik Anlisis Data

Pengujian ke absahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data yaitu yang tidak sekadar menilai kebenaran data, melainkan menyelidiki tingkat kebenaran tafsiran kita mengenai data tersebut. Untuk memperoleh keabsahan data dilakukan dengan triangulasi dengan pengecekan kebenaran data dari data sumber yang lain. Triangulasi data dimaksudkan untuk mengecek atau membandingkan data yang telah diperoleh melalui hasil wawancara kepada orangtua peserta didik dan guru. Langkah- langkah yang dilakukan dalam menganalisis data yaitu:

1. Reduksi data

Langkah awal dalam menganalisis data adalah melakukan reduksi data. mereduksi data adalah merangkum, melihat hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting guna memberikan gambaran yang jelas dan tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data yang selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Adapun tujuan reduksi data adalah untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang dikumpulkan.


(27)

30

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Display data

Langkah yang selanjutnya setelah reduksi data adalah merangkum temuan-temuan penelitian berdasarkan pada aspek-aspek yang diteliti display data dilakukan dalam bentuk uraian singkat bagan, hubungan antara kategori melalui display data maka data akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan sehingga dapat memudahkan dan memahami gambaran keseluruhan dari aspek yang diteliti.

3. Kesimpulan

Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini penulisan yang dipakai adalah presentasi data yang didapat yaitu penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan obervasi dengan subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehingga penulis mengerti benar permasalahannya, kemudian di analisis, sehingga di dapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subyek.


(28)

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berikut ini disajikan kesimpulan tentang hasil penelitian, kesimpulan ini merupakan jawaban dari fokus masalah tentang bagaimanakah program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan keterampilan bina diri anak tunagrahita di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor dan kondidsi-kondisi yang melatar belakanginya. Selengkapnya kesimpulan hasil penelitian ini sebagai berikut :

1. Kemampuan keterampilan bina diri anak tunagarahita di sekolah, Kemampuan merawat diri dan mengurus diri DL lebih baik dari pada ZP, dan SV terlihat pada waktu proses pelaksanaanya walaupun ada yang masih dibantu tetapi hanya sebagian kecil, sedangkan ZP dan SV masih harus banyak memerlukan bantuan, untuk menyiapkan peralatan mereka sudah dapat melakukannya sendiri.

2. Perlakuan orang tua dalam melaksanakan keterampilan bina diri untuk anak tunagrahita di rumah, perlakuan SW lebih perhatian dan sabar dalam memberikan pengajaran dan membimbing DL dalam mengembangkan keterampilan bina diri, DL dari pada DW dan EN. Karena selain memberitahukan dan menunjukkan SW juga memberikan contoh cara melakukan keterampilan tersebut.

3. Kendala orang tua dalam mengajarkan anak untuk melaksanakan keterampilan bina diri di rumah. kendala yang di hadapi orang tua sedikit DL lebih sedikit dari pada orang tua ZP, dan SP karena DL sudah lebih baik dalam melaksanakan keterampilan merawat diri dan mengurus diri.

4. Peran orang tua dalam perumusan draf program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita. Secara umum orang tua DL, ZP dan SP mengetahui adanya program bina diri di sekolah, mereka tidak ikut serta dalam


(29)

42

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merumuskan program bina diri di sekolah, mereka mempercayakan pada guru, mereka memerlukan pelatihan bina diri terhadap orang tua, supaya mereka dapat mengajarkan bina diri kepada anak-anaknya lebih baik lagi. Mereka juga ikut dalam merumuskan program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan keterampilan bina diri anak tunagrahita, program bina diri apa saja yang akan dijadikan materi dalam pelatihan tersebut.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil dari penelitian di lapangan bahwa program pelatihan bina diri terhadap orang tua sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam memberikan perlakuan dan pengajaran keterampilan bina diri dengan cara yang benar sehingga dapat menghasilkan hasil yang sesuai dengan yang di harapkan yaitu anak dapat melakukan keterampilan bina diri dengan mandiri. Dengan adanya program pelatihan bina diri terhadap orang tua diharapkan dapat mengantarkan orang tua dalam memberikan perlakuan dan pengajaran bina diri terhadap anak tunagrahita dengan benar, sehingga anak dapat melakukan keterampilan bina diri secara mandiri baik di rumah maupun di sekolah. Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti merekomendasikan sebagai berikut:

1. Bagi orang tua dan keluarga

Orang tua dan keluarga harus memahami masalah dan kondisi anaknya yang tunagrahita, sehingga dapat memperlakukan anaknya sesuai dengan kemampuannya dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kesabaran dan memberikan kepercayaan kepada anaknya yang tunagrahita terutama dalam melaksanakan keterampilan bina diri.

2. Bagi guru

Guru senantiasa meningkatkan layanan pembelajaran bina diri bagi anak tunagrahita dan senantiasa berkoordinasi dengan berbagai pihak di antaranya dengan orang tua, kepala sekolah dan guru-guru yang lain agar program yang dibuat guru bina diri dapat tersosialisasi sehingga apa yang diharapkan bisa tercapai.


(30)

43

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagi peneliti selanjutnya

Mengungkap permasalahan yang lain yang belum ditemukan dalam peneliian ini berkaitan dengan masalah bina diri dan menjadi bahan perbandingan serta mampu memberikan solusi terhadap permasalahan yang di ungkap.


(31)

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran.Bandung : Wacana Prima

Astati dan Mulyati I. (2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: Catur Karya Mandiri.

Cecep S. H. (2012) Skripsi. Studi Tentang Pembelajaran Bina Diri Pada Anak

Tunagrahita Kelas D5 dan Kondisi-Kondisi Yang Melatar Belakanginya.

Tidak diterbitkan: UPI

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1992), GBPP Kemampuan Merawat

Diri, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Balai Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Standar Komoetensi dan Kompetensi

Dasar SDLB C Tunagrahita . Bandung: Depdiknas

Departemen Agama. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun

2003. [Online]. Diakses dari

http://www.kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf

Dinas Pendidikan PLB Provinsi Jawa Barat, (2007), Bina Diri Dalam Pelatihan

Program Khusus Bina Diri. Balai Pelatihan Guru Sekolah Luar Biasa.

Effendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara

H, Hadari Nawawi. (1991). Subjek Penelitian. [Online] Diakses dari http://rahmayanisembiring.blogspot.com

Hurlock E, B. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

K, Abdul. (2000). Pengertian Program. [Online]. Diakses dari http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=84294

Rochyadi, Endang. (2012). Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunagrahita, Modul pada Universitas Pendidikan Indonesia : tidak diterbitkan


(32)

45

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Saleh Marzuki, M. (1992). Konsep Pelatihan . [Online]. Diakses dari www.adman.staf.upi.edu /files/2009/08

Santonoalvin. (2011). Undang-Undang Dasar 1945. [Online}. Diakses dari santonoalvin.wordpress.com/.../uud-1945-pasal-31

Sudjana N. (2009) Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Algensindo Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:

Alfabet

Sukmadinata, N. S. (2005), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sutjihati, T. Soemantri (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Veithzal Rivai. (2004 ) Faktor-Faktor yang mempengaruhi Program Pelatihan.

[Online]. Di akses dari

http://eprints.uny.ac.id/7938/2/BAB%201%20%2009103248016 Widati S. (2007). Hand Out Bina Diri Dalam Bina Gerak. Bandung : UPI

Widodo. S (2007). Asessmen Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita. Bandung: BPG- SLB

Zainal Alimin. Dampak Ketunagrahitaan. [Online] Diakses dari https://www.google.co.id/webhp?source=search_app&gws_rd=cr,ssl&ei= yH4dVMqxA4XiuQSdroLoCA#q=dampak+ketunagrahitaan


(1)

30

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Display data

Langkah yang selanjutnya setelah reduksi data adalah merangkum temuan-temuan penelitian berdasarkan pada aspek-aspek yang diteliti display data dilakukan dalam bentuk uraian singkat bagan, hubungan antara kategori melalui display data maka data akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan sehingga dapat memudahkan dan memahami gambaran keseluruhan dari aspek yang diteliti.

3. Kesimpulan

Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini penulisan yang dipakai adalah presentasi data yang didapat yaitu penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan obervasi dengan subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehingga penulis mengerti benar permasalahannya, kemudian di analisis, sehingga di dapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subyek.


(2)

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berikut ini disajikan kesimpulan tentang hasil penelitian, kesimpulan ini merupakan jawaban dari fokus masalah tentang bagaimanakah program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan keterampilan bina diri anak tunagrahita di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor dan kondidsi-kondisi yang melatar belakanginya. Selengkapnya kesimpulan hasil penelitian ini sebagai berikut :

1. Kemampuan keterampilan bina diri anak tunagarahita di sekolah, Kemampuan merawat diri dan mengurus diri DL lebih baik dari pada ZP, dan SV terlihat pada waktu proses pelaksanaanya walaupun ada yang masih dibantu tetapi hanya sebagian kecil, sedangkan ZP dan SV masih harus banyak memerlukan bantuan, untuk menyiapkan peralatan mereka sudah dapat melakukannya sendiri.

2. Perlakuan orang tua dalam melaksanakan keterampilan bina diri untuk anak tunagrahita di rumah, perlakuan SW lebih perhatian dan sabar dalam memberikan pengajaran dan membimbing DL dalam mengembangkan keterampilan bina diri, DL dari pada DW dan EN. Karena selain memberitahukan dan menunjukkan SW juga memberikan contoh cara melakukan keterampilan tersebut.

3. Kendala orang tua dalam mengajarkan anak untuk melaksanakan

keterampilan bina diri di rumah. kendala yang di hadapi orang tua sedikit DL lebih sedikit dari pada orang tua ZP, dan SP karena DL sudah lebih baik dalam melaksanakan keterampilan merawat diri dan mengurus diri.

4. Peran orang tua dalam perumusan draf program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan kemampuan bina diri anak tunagrahita. Secara umum orang tua DL, ZP dan SP mengetahui adanya program bina diri di sekolah, mereka tidak ikut serta dalam


(3)

42

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

merumuskan program bina diri di sekolah, mereka mempercayakan pada guru, mereka memerlukan pelatihan bina diri terhadap orang tua, supaya mereka dapat mengajarkan bina diri kepada anak-anaknya lebih baik lagi. Mereka juga ikut dalam merumuskan program pelatihan bina diri terhadap orang tua dalam mengembangkan keterampilan bina diri anak tunagrahita, program bina diri apa saja yang akan dijadikan materi dalam pelatihan tersebut.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil dari penelitian di lapangan bahwa program pelatihan bina diri terhadap orang tua sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam memberikan perlakuan dan pengajaran keterampilan bina diri dengan cara yang benar sehingga dapat menghasilkan hasil yang sesuai dengan yang di harapkan yaitu anak dapat melakukan keterampilan bina diri dengan mandiri. Dengan adanya program pelatihan bina diri terhadap orang tua diharapkan dapat mengantarkan orang tua dalam memberikan perlakuan dan pengajaran bina diri terhadap anak tunagrahita dengan benar, sehingga anak dapat melakukan keterampilan bina diri secara mandiri baik di rumah maupun di sekolah. Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti merekomendasikan sebagai berikut:

1. Bagi orang tua dan keluarga

Orang tua dan keluarga harus memahami masalah dan kondisi anaknya yang tunagrahita, sehingga dapat memperlakukan anaknya sesuai dengan kemampuannya dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kesabaran dan memberikan kepercayaan kepada anaknya yang tunagrahita terutama dalam melaksanakan keterampilan bina diri.

2. Bagi guru

Guru senantiasa meningkatkan layanan pembelajaran bina diri bagi anak tunagrahita dan senantiasa berkoordinasi dengan berbagai pihak di antaranya dengan orang tua, kepala sekolah dan guru-guru yang lain agar program yang dibuat guru bina diri dapat tersosialisasi sehingga apa yang diharapkan bisa tercapai.


(4)

43

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Bagi peneliti selanjutnya

Mengungkap permasalahan yang lain yang belum ditemukan dalam peneliian ini berkaitan dengan masalah bina diri dan menjadi bahan perbandingan serta mampu memberikan solusi terhadap permasalahan yang di ungkap.


(5)

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Asrori, M. (2007). Psikologi Pembelajaran.Bandung : Wacana Prima

Astati dan Mulyati I. (2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: Catur Karya Mandiri.

Cecep S. H. (2012) Skripsi. Studi Tentang Pembelajaran Bina Diri Pada Anak Tunagrahita Kelas D5 dan Kondisi-Kondisi Yang Melatar Belakanginya. Tidak diterbitkan: UPI

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1992), GBPP Kemampuan Merawat Diri, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Standar Komoetensi dan Kompetensi Dasar SDLB C Tunagrahita . Bandung: Depdiknas

Departemen Agama. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun

2003. [Online]. Diakses dari

http://www.kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf

Dinas Pendidikan PLB Provinsi Jawa Barat, (2007), Bina Diri Dalam Pelatihan Program Khusus Bina Diri. Balai Pelatihan Guru Sekolah Luar Biasa. Effendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi

Aksara

H, Hadari Nawawi. (1991). Subjek Penelitian. [Online] Diakses dari http://rahmayanisembiring.blogspot.com

Hurlock E, B. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

K, Abdul. (2000). Pengertian Program. [Online]. Diakses dari

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=84294

Rochyadi, Endang. (2012). Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunagrahita, Modul pada Universitas Pendidikan Indonesia : tidak diterbitkan


(6)

45

Eva Saadah Noor, 2014

Program Pelatihan Bina Diri Terhadap Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Bina Diri Anak Tunagrahita Ringan di SLB Ayahbunda Parungpanjang Bogor

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Saleh Marzuki, M. (1992). Konsep Pelatihan . [Online]. Diakses dari www.adman.staf.upi.edu /files/2009/08

Santonoalvin. (2011). Undang-Undang Dasar 1945. [Online}. Diakses dari santonoalvin.wordpress.com/.../uud-1945-pasal-31

Sudjana N. (2009) Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Algensindo Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:

Alfabet

Sukmadinata, N. S. (2005), Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sutjihati, T. Soemantri (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : Refika Veithzal Rivai. (2004 ) Faktor-Faktor yang mempengaruhi Program Pelatihan.

[Online]. Di akses dari

http://eprints.uny.ac.id/7938/2/BAB%201%20%2009103248016 Widati S. (2007). Hand Out Bina Diri Dalam Bina Gerak. Bandung : UPI

Widodo. S (2007). Asessmen Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Tunagrahita. Bandung: BPG- SLB

Zainal Alimin. Dampak Ketunagrahitaan. [Online] Diakses dari

https://www.google.co.id/webhp?source=search_app&gws_rd=cr,ssl&ei= yH4dVMqxA4XiuQSdroLoCA#q=dampak+ketunagrahitaan