PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION BAGI Peningkatan Kemandirian Dan Hasil Belajar Matematika Dengan Strategi Realistic Mathematics Education (RME) Bagi Siswa SMP N 3 Polanharjo Tahun 2012/

(1)

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION BAGI

SISWA SMP

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Pendidikan Matematika

Disusun Oleh : FINA TRI WAHYUNI

A410090130

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA DENGAN STRATEGI REALISTIC

MATHEMATICS EDUCATION BAGI SISWA SMP SURAT PERSETUJUAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini pembimbing skripsi : Nama : Prof. Dr. Sutama, M.Pd

NIP/NIK : 131943782

Telah membaca dan mencermati naskah artikel pubilkasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi dari mahasiswa :

Nama : Fina Tri Wahyuni

NIM : A410090130

Program Studi : Pendidikan Matematika Judul Skripsi :

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian surat persetujuan ini dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, Februari 2013 Pembimbing,

Prof. Dr. Sutama, M.Pd NIP : 131943782


(3)

PENGESAHAN

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION BAGI

SISWA SMP

Dipersembahkan dan Disusun Oleh: FINA TRI WAHYUNI

A410090130

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Pada tanggal Maret 2013

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Diterima

Susunan Dewan Penguji:

1. Prof. Dr. Sutama, M.Pd. ( )

2. Prof. Dr. Budi Murtiyasa, M.Kom. ( )

3. Dr. Sumardi, M.Si. ( )

Surakarta, Maret 2013

Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dekan,

Drs. H. Sofyan Anif,M.Si NIK.547


(4)

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION BAGI

SISWA SMP

Oleh

Fina Tri Wahyuni

Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS, vieenalavina130@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian (1) Mendiskripsikan peningkatan kemandirian dalam belajar matematika dengan strategi RME. (2) Mendiskripsikan peningkatan hasil belajar matematika dengan strategi RME. Jenis penelitian, Penelitian Tindakan Kelas. Subyek penelitian yang dikenai tindakan siswa kelas VII D SMP N 3 Polanharjo, berjumlah 26 siswa. Metode pengumpulan data, observasi, tes, catatan lapangan, dan dokumentasi. Keabsahan data dilakukan dengan observasi secara terus menerus dan triangulasi data. Hasil penelitian, penerapan strategi pembelajaran RME dapat meningkatkan kemandirian dan hasil belajar matematika. (1) Peningkatan kemandirian belajar matematika diamati dari meningkatnya a) menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sendiri kondisi awal 38,46%, siklus I 65,39%, dan siklus II 88,46%, b) mengatasi masalah belajar sendiri kondisi awal 23,08%, siklus I 61,54%, dan siklus II 88,46%, c) percaya pada kemampuan diri sendiri kondisi awal 15,38%, siklus I 30,77%, dan siklus II 57,69%, d) mengatur diri sendiri kondisi awal 26,92%, siklus I 50,00%, dan siklus II 76,92%. (2) Peningkatan hasil belajar matematika diukur dari nilai ulangan harian, kondisi awal 38,46%, siklus I 69,23%, dan siklus II 88,46%.

Kata kunci : kemandirian, hasil belajar, RME.

Pendahuluan

Kemandirian dalam belajar matematika itu penting. Melalui kemandirian, dapat melatih siswa untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab serta mampu mengatasi masalah dalam belajarnya. Selain itu kemandirian juga dapat menumbuhkan kepercayaan pada kemampuan diri sendiri. Dapat mengatur dirinya sendiri juga merupakan salah satu ciri siswa yang mempunyai kemandirian yang baik. Menurut Benson dalam Jumadi (2008) bahwa kemandirian siswa dapat ditingkatkan


(5)

dalam beberapa prinsip yaitu memberikan semangat kepada siswa, memberikan pilihan sumber pembelajaran, dan memberikan kesempatan untuk memilih serta memtuskan. Kemandirian siswa juga dapat ditingkatkan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, dan mendorong siswa untuk melakukan refleksi Kemandirian dalam belajar matematika akan berdampak pada hasil belajar siswa. Arikunto dalam Marsudi (2011: 48) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar dan sebagai tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran yang sudah diterima. Terdapat tiga macam hasil belajar mengajar, (1) Ketrampilan dan kebiasaan, (2) Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2008:22). Hasil pembelajaran akan tercapai maksimal jika siswa memiliki kemandirian belajar yang baik. Dengan demikian, sekolah perlu meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar matematika.

Berdasarkan pengamatan awal, kemandirian dan hasil belajar matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Polanharjo sangat bervariasi. Siswa kelas VII D SMP N 3 Polanharjo berjumlah 26 orang siswa mempunyai kemandirian belajar yang rendah, yang meliputi rendahnya: 1) mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawab (38,46%), 2) mampu mengatasi masalah belajar (23,08%), 3) percaya pada kemampuan diri sendiri (15,38%), dan 4) mampu mengatur dirinya sendiri hanya (26,92%). Hasil belajar siswa tersebut yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 38,46%.

Rendahnya tingkat kemandirian dan hasil belajar matematika siswa di SMP N 3 Polanharjo disebabkan oleh faktor pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru tidak menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi dan menarik. Sehingga siswa cenderung sulit memahami suatu konsep pelajaran yang diajarkan. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, hendaknya guru mampu memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang mampu merangsang kemandirian belajar matematika. Dari strategi pembelajaran yang ada, strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan yaitu melalui strategi pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME).


(6)

Strategi pembelajaran RME merupakan konsep belajar yang menerapkan pengalaman kehidupan nyata siswa sebagai permasalahan dalam pembelajaran. Masalah realistik diterapkan sebagai pokok munculnya suatu konsep matematika. Siswa berkesempatan menemukan kembali konsep-konsep matematika dan mengaplikasikan suatu konsep matematika tersebut untuk memecahkan permasalahan kehidupan nyata siswa. Menurut Freudenthal dalam Uzel, Devrim dan Servinc Mert Uyangor (2006) menjelaskan bahwa RME merupakan suatu pendekatan dimana pendidikan matematika dipahami sebagai kegiatan manusia. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.

Keunggulan strategi pembelajaran RME menurut Fadjar Shadiq (2009) antara lain membangun pengetahuan sendiri sehingga siswa tidak pernah lupa, suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan sehingga siswa tidak cepat bosan belajar matematika, dan siswa merasa dihargai serta semakin terbuka karena sikap belajar siswa ada nilainya. Selain itu, RME juga mampu memupuk kerjasama dalam kelompok, melatih keberanian karena siswa harus menjelaskan jawabannya, melatih siswa untuk terbiasa berfikir dan mengemukakan pendapat, serta mendidik budi pekerti siswa.

Berdasarkan keunggulan strategi RME diduga 1) dengan menggunakan strategi RME dapat meningkatkan kemandirian bagi siswa kelas VII D SMP N 3 Polanharjo tahun 2012/2013. 2) Dengan menggunakan strategi RME dapat meningkatkan hasil belajar matematika bagi siswa kelas VII D SMP N 3 Polanharjo tahun 2012/2013.

Rasionalitas dalam pelaksanaan penelitian ini bahwa strategi pembelajaran RME merupakan strategi yang menempatkan realitas kehidupan nyata siswa sebagai titik awal pembelajaran dan membantu siswa mengaplikasikan konsep matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Kelebihan strategi RME dapat bermanfaat bagi usaha memperbaiki proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemandirian dan hasil belajar matematika. Oleh karena itu, salah satu strategi


(7)

pembelajaran yang dapat membantu siswa meningkatkan kemandirian dan hasil belajar matematika adalah strategi pembelajaran RME.

Secara umum penelitian ditujukan untuk mendiskripsikan peningkatan kemandirian dan hasil belajar matematika. Tujuan khusus penelitian ada dua yaitu 1) mendiskripsikan peningkatan kemandirian dalam belajar matematika dengan strategi RME. Kemandirian belajar matematika diamati dari indikator (a) mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawab, (b) mampu mengatasi masalah belajar, (c) percaya pada kemampuan diri sendiri, dan (d) mampu mengatur dirinya sendiri. 2) mendiskripsikan peningkatan hasil belajar matematika dengan strategi RME. Hasil belajar matematika diukur dari ulangan harian, setelah siswa mempelajari satu KD dan dikatakan tuntas apabila skornya lebih dari atau sama dengan KKM yaitu 65.

Metode Penelitian

Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaborasi antara guru matematika dan peneliti. Menurut Sutama (2010: 15) PTK merupakan penelitian untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas guna memperoleh hasil belajar peserta didik yang memuaskan. Prosedur penelitian dilakukan melalui tujuh tahap meliputi dialog awal, perencanaan tindakan pembelajaran, pelaksanaan tindakan, observasi dan monitoring, refleksi, evaluasi, serta penyimpulan.

Penelitian dilakukan di SMP N 3 Polanharjo. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama empat bulan mulai bulan November 2012 sampai Februari 2013. Subjek penelitian adalah siswa dan guru SMP N 3 Polanharjo. Siswa yang menjadi subjek penerima tindakan yaitu siswa kelas VII D. Siswa kelas tersebut berjumlah 26 orang, terdiri atas 12 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Sementara itu, guru yang menjadi subjek pelaku tindakan yaitu Ratnasari Nur Rahmah, S.Pd,M.Pd.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian meliputi metode observasi, tes, catatan lapangan, dan dokumentasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 272) dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya


(8)

dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument yang berisi tentang kejadian atau tingkah laku yang akan dilakukan. Teknik analisis data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan metode alur. Menurut Sutama (2010: 44) langkah-langkah yang harus dilalui dalam metode alur meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi secara terus menerus dan triangulasi data. Menurut Moleong (2008: 330) triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data guna mengecek atau sebagai bahan pembanding terhadap data yang sudah ada.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Proses pembelajaran matematika melalui strategi RME dilakukan dengan lima tahap. Tahap 1) memahami soal kontekstual, 2) menjelaskan masalah kontekstual, 3) menyelesaikan masalah kontekstual, 4) membandingkan dan mendiskusikan jawaban, 5) menyimpulkan. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian De Lange (2005) yang menyatakan bahwa langkah-langkah dalam pengajaran matematika dengan strategi pembelajaran RME antara lain 1) memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang “riil” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya sehingga siswa terlibat dalam pelajaran secara bermakna, 2) permasalahan dijelaskan dan diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut, 3) siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap persoalan yang diajukan, 4) siswa menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, 5) melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran. Hal ini menunjukkan pembelajaran matematika melalui strategi RME telah sesuai dengan lima tahap.

Pembelajaran matematika melalui strategi RME dengan lima langkah dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. Data peningkatan kemandirian belajar matematika siswa dapat disajikan dalam tabel berikut.


(9)

Tabel 1

Data Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Kemandirian Belajar

Matematika

Kondisi

Awal Siklus I Siklus II Menyelesaikan tugas dan

tanggung jawab sendiri

10 siswa (38,46%) 17 siswa (65,39%) 23 siswa (88,46%)

Mengatasi masalah belajar sendiri 6 siswa (23,08%) 16 siswa (61,54%) 23 siswa (88,46%)

Percaya pada kemampuan diri sendiri 4 siswa (15,38%) 8 siswa (30,77%) 15 siswa (57,69%)

Mengatur dirinya sendiri 7 siswa (26,92%)

13 siswa

(50,00%)

20 siswa

(76,92%)

Peningkatan kemandirian pada indikator mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yaitu pada kondisi awal 10 siswa yang tuntas (38,46%), setelah siklus I 17 siswa yang tuntas (65,39%), dan setelah siklus II 23 siswa yang tuntas (88,46%). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian James Broad and Selby College (2006) yang menyatakan bahwa penggunaan tutor sebaya dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan belajar secara mandiri, sehingga menjadikan siswa bertanggung jawab terhadap permasalahan yang dihadapinya nanti.

Peningkatan kemandirian pada indikator mampu mengatasi masalah belajar sendiri yaitu pada kondisi awal 6 siswa yang tuntas (23,08%), setelah siklus I 16 siswa yang tuntas (61,54%), dan setelah siklus II 23 siswa yang tuntas (88,46%). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Hersh C. Waxman, dkk. (2008) yang menyatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang ulet dengan siswa yang tidak ulet. Siswa yang ulet lebih sering berinteraksi atau bertanya


(10)

dengan guru jika mendapat kesulitan dalam pembelajaran. Sedangkan siswa yang tidak ulet lebih memilih berinteraksi dengan siswa lainnya dan sering tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Peningkatan kemandirian pada indikator percaya pada kemampuan diri sendiri yaitu pada kondisi awal 4 siswa yang tuntas (15,38%), setelah siklus I 8 siswa yang tuntas (30,77%), dan setelah siklus II 15 siswa yang tuntas (57,69%). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Chick, H. L. & Vincent (2005) yang menyatakan bahwa penerapan Mathematical Problem Solving (MPS) dalam proses pembelajaran di kelas dapat mendorong minat dan apresiasi siswa. Hal tersebut dapat menjadikan siswa memiliki kepercayaan diri dan kemandirian dalam belajar.

Peningkatan kemandirian pada indikator mampu mengatur dirinya sendiri yaitu pada kondisi awal 7 siswa yang tuntas (26,92%), setelah siklus I 13 siswa yang tuntas (50,00%), dan setelah siklus II 20 siswa yang tuntas (76,92%). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian J. Hargis (2005) yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi, akan berakibat pada 4 hal, yaitu (1) siswa cenderung mampu mengatur dirinya sendiri, (2) siswa dapat mengatur, mengevaluasi, dan mengelola pembelajaran secara efektif, (3) siswa dapat menghemat waktu dalam menyelesaikan tugas-tugas, dan (4) siswa mampu mengelola pembelajaran dan waktu secara efisien. Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Wongsri, Cantwell dan Archer (2002) yang menyatakan bahwa pandangan seseorang pada kemampuan dirinya dalam bidang akademik tertentu, dapat memberikan kontribusi terhadap inisiatif belajar. Siswa yang berinisiatif belajar dengan atau tanpa bantuan orang lain, mampu merumuskan tujuan belajarnya dengan baik, mampu mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri, dan memiliki kemampuan untuk mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.

Pembelajaran matematika melalui strategi RME dengan lima langkah dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa yang berdampak pula meningkatnya hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar matematika siswa dapat disajikan dalam tabel berikut.


(11)

Tabel 2

Data Peningkatan Hasil Belajar Matematika

Hasil Belajar Matematika Kondisi Awal Siklus I Siklus II Nilai lebih dari atau sama

dengan KKM yaitu 65

10 siswa

(38,46%)

18 siswa

(69,23%)

23 siswa

(88,46%)

Peningkatan hasil belajar siswa yang nilainya lebih dari atau sama dengan KKM yaitu 65 pada kondisi awal 10 siswa yang tuntas (38,46%), setelah siklus I 18 siswa yang tuntas (69,23%), dan setelah siklus II 23 siswa yang tuntas (88,46%). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Yuyun Khanifah (2006) yang menyatakan bahwa ada pengaruh kemandirian siswa terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas. Siswa yang memiliki kemandirian tinggi mampu memperoleh hasil belajar matematika lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemandirian sedang maupun rendah, baik siswa laki-laki maupun perempuan.

Penelitian yang telah dilakukan sejalan dan didukung oleh pendapat para ahli. Selain itu data-data penelitian di atas telah memenuhi indikator keberhasilan. Hal ini menunjukkan pembelajaran matematika melalui strategi RME mampu meningkatkan kemandirian dan hasil belajar matematika siswa.

Simpulan

Proses pembelajaran matematika melalui strategi RME dilakukan dengan lima tahap. Tahap 1) memahami soal kontekstual, 2) menjelaskan masalah kontekstual, 3) menyelesaikan masalah kontekstual, 4) membandingkan dan mendiskusikan jawaban, 5) menyimpulkan.

Strategi RME dapat meningkatkan kemandirian dan hasil belajar matematika siswa dalam proses pembelajaran. Peningkatan kemandirian dapat diamati dari empat indikator. 1) Menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sendiri, kondisi awal 10 siswa


(12)

yang tuntas (38,46%), siklus I 17 siswa yang tuntas (65,39%), dan siklus II 23 siswa yang tuntas (88,46%). 2) mengatasi masalah belajarnya sendiri, kondisi awal 6 siswa yang tuntas (23,08%), siklus I 16 siswa yang tuntas (61,54%), dan siklus II 23 siswa yang tuntas (88,46%). 3) Percaya pada kemampuan diri sendiri, kondisi awal 4 siswa yang tuntas (15,38%), siklus I 8 siswa yang tuntas (30,77%), dan siklus II 15 siswa yang tuntas (57,69%). 4) mengatur diri sendiri, kondisi awal 7 siswa yang tuntas (26,92%), siklus I 13 siswa yang tuntas (50,00%), dan siklus II 20 siswa yang tuntas (76,92%).

Peningkatan hasil belajar diukur dari nilai ulangan harian, siswa dikatakan tuntas apabila nilai ulangan hariannya lebih dari atau sama dengan KKM yaitu 65. Pada kondisi awal 10 siswa yang tuntas (38,46%), siklus I 18 siswa yang tuntas (69,23%), dan siklus II 23 siswa yang tuntas (88,46%).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan kepada guru matematika, siswa, dan peneliti berikutnya. Kepada guru matematika, hendaknya menerapkan strategi RME disetiap pembelajaran matematika dikelas. Selain itu guru matematika dapat mengenalkan strategi RME sebagai variasi strategi pembelajarann. Kepada siswa, hendaknya siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran matematika. Setiap siswa hendaknya mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, mampu mengatasi masalah belajar, percaya pada kemampuan diri sendiri, dan mampu mengatur diri sendiri. Kepada peneliti berikutnya, hendaknya masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pembelajaran matematika. Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar di kelas dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.


(13)

Broad, James and Selby College. 2006. “Interpretations of independent learning in further education”. UK. Journal.math. educ. Sci. technol. Vol. 32, no. 2, 161-173, The Mathematics Centre, University College Chichester.

Devrim “Uzel and Sevin¸c Mert Uyang”OR. 2006. “Attitudes of 7th Class Students

Toward Mathematics in Realistic Mathematics Education”. International Journal of Mathematics education.

Hargis, J. 2005. “Collaboration, community and project-based learning- Does it still work online?”. International Journal of Instructional Media, 32(2), Hal 157 - 161.

In Chick, H. L. & Vincent, J. L. (Eds). 2005. “Motivational Beliefs, self-regulated Learning and mathematical problem solving”. Proceedings of the 29th Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education, 2005. Vol. 3, pp. 297-304. Melbourne: PME.

Jumadi, Wawan. 2008. Kemandirian Belajar. (http://colaborative-learning. wordpress-com/2008/09/10/babii). Diakses tanggal 10 November 2012.

Khanifah, Yuyun. 2006. “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Kemandirian Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Jenis Kelamin”. Skripsi. Surakarta: UMS (tidak diterbitkan).

Lange, J. de. 2005. Assessment: No Change without Problems, in: Romberg, T.A. (eds). (2005). Reform in School Mathematics and Authentic Assessment. New York, Sunny Press.

Marsudi, Saring dan Samino. 2011. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta: Fairuz Media.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Shadiq, Fadjar. 2009. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: PPPPTK


(14)

Sudjana, Nana. 2008. Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Sutama. 2010. Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK. Semarang : CV. Citra Mandiri Utama.

Waxman, Hers C dkk. 2008. “Closhing the Achievement Gap Within Reading and Mathematics Classrooms by Fostering Hispanic Students’ Educational Resilince”. International Journal of Human and Social Sciences / Vol. 3 No. 1, 24 – 34.

Wongsri, dkk. 2002. The Validation of Measures of Self-Efficacy, Motivation and self-Regulated Learning among Thai tertiary Students. Paper presented at the Annual Conference of the Australian Association for Research in Education, Brisbane, December 2002.


(1)

Tabel 1

Data Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Kemandirian Belajar

Matematika

Kondisi

Awal Siklus I Siklus II Menyelesaikan tugas dan

tanggung jawab sendiri

10 siswa (38,46%) 17 siswa (65,39%) 23 siswa (88,46%) Mengatasi masalah belajar

sendiri 6 siswa (23,08%) 16 siswa (61,54%) 23 siswa (88,46%) Percaya pada kemampuan

diri sendiri 4 siswa (15,38%) 8 siswa (30,77%) 15 siswa (57,69%) Mengatur dirinya sendiri 7 siswa

(26,92%)

13 siswa (50,00%)

20 siswa (76,92%)

Peningkatan kemandirian pada indikator mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yaitu pada kondisi awal 10 siswa yang tuntas (38,46%), setelah siklus I 17 siswa yang tuntas (65,39%), dan setelah siklus II 23 siswa yang tuntas (88,46%). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian James Broad and Selby College (2006) yang menyatakan bahwa penggunaan tutor sebaya dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan belajar secara mandiri, sehingga menjadikan siswa bertanggung jawab terhadap permasalahan yang dihadapinya nanti.

Peningkatan kemandirian pada indikator mampu mengatasi masalah belajar sendiri yaitu pada kondisi awal 6 siswa yang tuntas (23,08%), setelah siklus I 16 siswa yang tuntas (61,54%), dan setelah siklus II 23 siswa yang tuntas (88,46%). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Hersh C. Waxman, dkk. (2008) yang menyatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang ulet dengan siswa yang tidak ulet. Siswa yang ulet lebih sering berinteraksi atau bertanya


(2)

dengan guru jika mendapat kesulitan dalam pembelajaran. Sedangkan siswa yang tidak ulet lebih memilih berinteraksi dengan siswa lainnya dan sering tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Peningkatan kemandirian pada indikator percaya pada kemampuan diri sendiri yaitu pada kondisi awal 4 siswa yang tuntas (15,38%), setelah siklus I 8 siswa yang tuntas (30,77%), dan setelah siklus II 15 siswa yang tuntas (57,69%). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Chick, H. L. & Vincent (2005) yang menyatakan bahwa penerapan Mathematical Problem Solving (MPS) dalam proses pembelajaran di kelas dapat mendorong minat dan apresiasi siswa. Hal tersebut dapat menjadikan siswa memiliki kepercayaan diri dan kemandirian dalam belajar.

Peningkatan kemandirian pada indikator mampu mengatur dirinya sendiri yaitu pada kondisi awal 7 siswa yang tuntas (26,92%), setelah siklus I 13 siswa yang tuntas (50,00%), dan setelah siklus II 20 siswa yang tuntas (76,92%). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian J. Hargis (2005) yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi, akan berakibat pada 4 hal, yaitu (1) siswa cenderung mampu mengatur dirinya sendiri, (2) siswa dapat mengatur, mengevaluasi, dan mengelola pembelajaran secara efektif, (3) siswa dapat menghemat waktu dalam menyelesaikan tugas-tugas, dan (4) siswa mampu mengelola pembelajaran dan waktu secara efisien. Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Wongsri, Cantwell dan Archer (2002) yang menyatakan bahwa pandangan seseorang pada kemampuan dirinya dalam bidang akademik tertentu, dapat memberikan kontribusi terhadap inisiatif belajar. Siswa yang berinisiatif belajar dengan atau tanpa bantuan orang lain, mampu merumuskan tujuan belajarnya dengan baik, mampu mendiagnosa kebutuhan belajarnya sendiri, dan memiliki kemampuan untuk mengevaluasi hasil belajarnya sendiri.

Pembelajaran matematika melalui strategi RME dengan lima langkah dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa yang berdampak pula meningkatnya hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar matematika siswa dapat disajikan dalam tabel berikut.


(3)

Tabel 2

Data Peningkatan Hasil Belajar Matematika

Hasil Belajar Matematika Kondisi Awal Siklus I Siklus II Nilai lebih dari atau sama

dengan KKM yaitu 65

10 siswa (38,46%)

18 siswa (69,23%)

23 siswa (88,46%)

Peningkatan hasil belajar siswa yang nilainya lebih dari atau sama dengan KKM yaitu 65 pada kondisi awal 10 siswa yang tuntas (38,46%), setelah siklus I 18 siswa yang tuntas (69,23%), dan setelah siklus II 23 siswa yang tuntas (88,46%). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Yuyun Khanifah (2006) yang menyatakan bahwa ada pengaruh kemandirian siswa terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas. Siswa yang memiliki kemandirian tinggi mampu memperoleh hasil belajar matematika lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemandirian sedang maupun rendah, baik siswa laki-laki maupun perempuan.

Penelitian yang telah dilakukan sejalan dan didukung oleh pendapat para ahli. Selain itu data-data penelitian di atas telah memenuhi indikator keberhasilan. Hal ini menunjukkan pembelajaran matematika melalui strategi RME mampu meningkatkan kemandirian dan hasil belajar matematika siswa.

Simpulan

Proses pembelajaran matematika melalui strategi RME dilakukan dengan lima tahap. Tahap 1) memahami soal kontekstual, 2) menjelaskan masalah kontekstual, 3) menyelesaikan masalah kontekstual, 4) membandingkan dan mendiskusikan jawaban, 5) menyimpulkan.

Strategi RME dapat meningkatkan kemandirian dan hasil belajar matematika siswa dalam proses pembelajaran. Peningkatan kemandirian dapat diamati dari empat indikator. 1) Menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sendiri, kondisi awal 10 siswa


(4)

yang tuntas (38,46%), siklus I 17 siswa yang tuntas (65,39%), dan siklus II 23 siswa yang tuntas (88,46%). 2) mengatasi masalah belajarnya sendiri, kondisi awal 6 siswa yang tuntas (23,08%), siklus I 16 siswa yang tuntas (61,54%), dan siklus II 23 siswa yang tuntas (88,46%). 3) Percaya pada kemampuan diri sendiri, kondisi awal 4 siswa yang tuntas (15,38%), siklus I 8 siswa yang tuntas (30,77%), dan siklus II 15 siswa yang tuntas (57,69%). 4) mengatur diri sendiri, kondisi awal 7 siswa yang tuntas (26,92%), siklus I 13 siswa yang tuntas (50,00%), dan siklus II 20 siswa yang tuntas (76,92%).

Peningkatan hasil belajar diukur dari nilai ulangan harian, siswa dikatakan tuntas apabila nilai ulangan hariannya lebih dari atau sama dengan KKM yaitu 65. Pada kondisi awal 10 siswa yang tuntas (38,46%), siklus I 18 siswa yang tuntas (69,23%), dan siklus II 23 siswa yang tuntas (88,46%).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan kepada guru matematika, siswa, dan peneliti berikutnya. Kepada guru matematika, hendaknya menerapkan strategi RME disetiap pembelajaran matematika dikelas. Selain itu guru matematika dapat mengenalkan strategi RME sebagai variasi strategi pembelajarann. Kepada siswa, hendaknya siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran matematika. Setiap siswa hendaknya mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, mampu mengatasi masalah belajar, percaya pada kemampuan diri sendiri, dan mampu mengatur diri sendiri. Kepada peneliti berikutnya, hendaknya masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul dalam pembelajaran matematika. Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar di kelas dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.


(5)

Broad, James and Selby College. 2006. “Interpretations of independent learning in further education”. UK. Journal.math. educ. Sci. technol. Vol. 32, no. 2, 161-173, The Mathematics Centre, University College Chichester.

Devrim “Uzel and Sevin¸c Mert Uyang”OR. 2006. “Attitudes of 7th Class Students Toward Mathematics in Realistic Mathematics Education”. International Journal of Mathematics education.

Hargis, J. 2005. “Collaboration, community and project-based learning- Does it still work online?”. International Journal of Instructional Media, 32(2), Hal 157 - 161.

In Chick, H. L. & Vincent, J. L. (Eds). 2005. “Motivational Beliefs, self-regulated Learning and mathematical problem solving”. Proceedings of the 29th Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education, 2005. Vol. 3, pp. 297-304. Melbourne: PME.

Jumadi, Wawan. 2008. Kemandirian Belajar. (http://colaborative-learning. wordpress-com/2008/09/10/babii). Diakses tanggal 10 November 2012.

Khanifah, Yuyun. 2006. “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga dan Kemandirian Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Jenis Kelamin”. Skripsi. Surakarta: UMS (tidak diterbitkan).

Lange, J. de. 2005. Assessment: No Change without Problems, in: Romberg, T.A. (eds). (2005). Reform in School Mathematics and Authentic Assessment. New York, Sunny Press.

Marsudi, Saring dan Samino. 2011. Layanan Bimbingan Belajar. Surakarta: Fairuz Media.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Shadiq, Fadjar. 2009. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: PPPPTK


(6)

Sudjana, Nana. 2008. Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Sutama. 2010. Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK. Semarang : CV. Citra Mandiri Utama.

Waxman, Hers C dkk. 2008. “Closhing the Achievement Gap Within Reading and Mathematics Classrooms by Fostering Hispanic Students’ Educational Resilince”. International Journal of Human and Social Sciences / Vol. 3 No. 1, 24 – 34.

Wongsri, dkk. 2002. The Validation of Measures of Self-Efficacy, Motivation and self-Regulated Learning among Thai tertiary Students. Paper presented at the Annual Conference of the Australian Association for Research in Education, Brisbane, December 2002.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 24 99

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SEKOLAH DASAR

0 10 91

ANALISIS LITERASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP DENGAN MODEL PBL PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) BERBANTUAN KARTU MASALAH

7 42 505

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DAN SELF-EFFICACY SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP

2 3 8

REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP Lisna Nurani *) Abstrak - REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP (lisna)

0 0 12

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI JARING-JARING BALOK DAN KUBUS MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION PESERTA DIDIK KELAS IV SD N 1 KARANGBENER

0 0 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Karanggondang 01 Kec. Pabelan Kab. Sema

0 0 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Karanggondang 01 Kec. Pabelan K

0 0 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Karanggondang 01 Kec.

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD N Karanggondang 01 Kec. Pabelan Kab. Semarang Semester II Tahun P

0 2 16