PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS WAKTU KERJA PRAKTIK PADA STANDAR KOMPETENSI MELAKUKAN PENGELASAN DASAR.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS WAKTU KERJA
PRAKTIK PADA STADAR KOMPETENSI MELAKUKAN PENGELASAN DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X TP 2 di SMKN 1 Sagaranten pada Standar Kompetensi Melakukan Pengelasan Dasar )
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI
Oleh
ERIK KUSWANTO E0551. 0605927
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
(2)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS WAKTU KERJA
PRAKTIK PADA STADAR KOMPETENSI MELAKUKAN PENGELASAN DASAR
Oleh Erik Kuswanto
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Mesin
© Erik Kuswanto 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
ERIK KUSWANTO E0551.0605927
Judul:
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS WAKTU KERJA PRAKTIK PADA STANDAR KOMPETENSI MELAKUKAN PENGELASAN DASAR
Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing I
Drs. H. Syafarudin Siregar, M.Pd NIP. 19500816 197903 1 001
Pembimbing II
Drs. Maman Kusman.,ST. M.Pd. NIP. 19531210 198403 1 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI
(4)
ABSTRAK
ERIK KUSWANTO. E.0551.0605927 PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS WAKTU KERJA PRAKTIK PADA STANDAR
KOMPETENSI MELAKUKAN PENGELASAN DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X TP 2 DI SMKN 1 Sagaranten pada Standar Kompetensi Melakukan Pengelasan Dasar)
Penelitian ini dilatar belakangi oleh beberapa permasalahan diantaranya: (1) waktu untuk menyelesaikan praktikum lambat, karena prosedur pembelajaran yang tidak tepat; (2) kurangnya usaha guru dalam mendesain model pembelajaran yang bervariatif, inovatif, dan kreatif yang bisa menimbulkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa dapat memaksimalkan waktu belajar dan praktik; (3) hasil evaluasi setiap tahun pada kerja praktik las tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan; (4) kurangnya keseriusan siswa dalam melakukan praktik mengelas dengan proses las busur listrik. Permasalahan dalam penelitian ini bermula dari adanya keterlambatan dalam melaksanakan praktik mengelas dengan alokasi waktu yang telah ditentukan kurikulum. Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini untuk meningkatkan efektivitas waktu kerja praktik siswa kelas X TP2 di SMK Negeri 1 sagaranten. Metode penelitian yang digunakan ialah penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan peningkatan efektivitas waktu kerja. Hasil rata-rata waktu kerja praktik tiap siklusnya sbb; pada siklus I 9,12 menit dengan hasil benda kerja yang kurang baik dan rapi, kemudian meningkat pada siklus II 8,07 menit dengan hasil benda kerja yang cukup baik dan rapi, dan siklus III 5,53 menit dengan hasil benda kerja yang baik dan rapi. Meningkatnya efektivitas waktu kerja praktik siswa maka meningkat pula hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa ranah psikomotor meningkat pada setiap siklusnya sbb; pada siklus I 66,99 (tidak terampil), meningkat pada siklus II menjadi 79,25 (cukup terampil), dan siklus III 91,1(amat terampil). Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang diperoleh di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran direct instruction dapat meningkatkan efektivitas waktu kerja pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar pada siswa kelas X TP2 di SMK Negeri 1 Sagaranten.
Kata Kunci : Pembelajaran Langsung, Direct Instruction, Waktu Praktik, Standar Kompetensi, Melakukan Pengelasan Dasar
(5)
ABSTRACT
ERIK KUSWANTO. E.0551.0605927 LEARNING MODEL APPLICATION TO IMPROVE THE EFFECTIVENESS OF DIRECT INSTRUCTION
TIME WORK PRACTICE STANDARDS ON DOING WELDING BASIC COMPETENCE
(Classroom Action Research on Class X TP 2 IN SMK 1 Sagaranten on Competency Standards Perform Basic Welding)
The research was motivated by several issues including: (1) the time to complete the practicum slow, because the learning procedure is not appropriate, (2) lack of teacher effort in designing learning models varied, innovative, and creative which could lead to students' motivation, so students can maximize your study time and practice, (3) the results of the evaluation each year at work welding practices are not in accordance with the specified time, (4) lack of seriousness in the students practice welding with electric arc welding process. Problems in this study originated from the delays in implementing the practice weld with a specified time allocation curriculum. The purpose of this study was to increase the effectiveness of working time practices TP2 class X students in SMK Negeri 1 Sagaranten. The research method used was action research (CAR), which consists of three cycles.The results obtained show an increase in the effectiveness of working time. Average yield of each cycle working time practices as follows: in the first cycle of 9.12 minutes with results unfavorable workpiece and neat, then increased in the second cycle 8.07 minutes with the results of the work piece is quite good and neat, and the third cycle 5.53 minutes with a good result workpiece and neat. Increasing the effectiveness of the students' working time practices also increase student learning outcomes.Psychomotor domains of learning outcomes of students increased at each cycle as follows: in the first cycle 66.99 (unskilled), increased in the second cycle to 79.25 (skilled enough), and the third cycle 91.1 (highly skilled). Based on data analysis results obtained in the field, it can be concluded that the application of direct instruction teaching model can improve the effectiveness of the working time on competency standards do basic welding in class X TP2 in SMK Negeri 1 Sagaranten.
Keywords: Learning Direct, Direct Instruction, Practice Time, Standard Competence, Perform Basic Welding
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Manfaat Penelitian ... 11
G. Definisi Istilah Judul ... 11
H. Lokasi dan Objek Penelitian ... 13
I. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Model Pembelajaran ... 15
1. Pengertian Model Pembelajaran ... 15
2. Macam-Macam Model Pembelajawan ... 16
3. Model Pembelajaran Direct Instruction ... 18
B. Efektivitas ... 26
1. Konsep Dasar Efektivitas ... 26
2. Pengertian Efektivitas ... 26
3. Kriteria Efektivitas ... 27
4. Indikator Efektivitas ... 28
C. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ... 29
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 29
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ... 32
3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ... 34
D. Tinjauan Umum Standar Kompetensi Melakukan Pengelasan Dasar ... 37
1. Tinjauan Umum tentang Kompetensi ... 37
2. Tinjauan Standar Kompetensi Melakukan Pengelasan Dasar ... 39
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 41
B. Prosedur Penelitian ... 43
C. Alur Penelitian PTK ... 52
(7)
E. Teknik Pengumpulan Data dan Intrumen Penelitian ... 54
F. Teknik Analisis Data ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pra Penelitian ... 63
B. Kegiatan Pembelajaran pada Siklus I ... 66
1. Perencanaan (Planning) ... 66
2. Pelaksanaan (Action) ... 67
3. Observasi ... 69
4. Refleksi (Reflection) ... 75
C. Kegiatan Pembelajaran pada Siklus II ... 77
1. Perencanaan (Planning) ... 77
2. Pelaksanaan (Action) ... 78
3. Observasi ... 80
4. Refleksi (Reflection) ... 86
D. Kegiatan Pembelajaran pada Siklus III ... 88
1. Perencanaan (Planning) ... 88
2. Pelaksanaan (Action) ... 89
3. Observasi ... 91
4. Refleksi (Reflection) ... 97
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 98
1. Aktivitas Guru ... 98
2. Aktivitas Siswa ... 100
3. Efektivitas Waktu Kerja Praktik ... 102
4. Hasil Belajar Ranah Psikomotor ... 104
5. Hasil Belajar Ranah Afektif ... 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 109
B. Saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 111
LAMPIRAN-LAMPIRAN : A. Silabus, RPP, Materi Pelajaran Las ... 113
B. Lembar Kerja Siswa ... 175
C. Instrument Penelitian Aktivitas Guru Dan Siswa ... 195
D. Instrument Penelitian Hasil Belajar Ranah Afektif Dan Psikomotor ... 210
E. Lembar Observasi Perhitungan Waktu Rata-rata Proses Pengelasan ... 217
F. Surat-Surat Dan Dokumentasi Penelitian ... 220
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1.1Nilai Hasil Belajar Melakukan Pengelasan Dasar
Tahun Ajaran 2010/2011 ... 5
2.1 Tahap-Tahap Aktivitas Model Pembelajaran Intruksi Langsung ... 21
2.2 Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar Melakukan Pengelasan Dasar ... 40
3.1 Klasifikasi Aktivitas Siswa ... 59
3.2 Interpretasi Skor Keterlaksanaan Pembelajaran ... 60
3.3 Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Untuk Aspek Afektif ... 60
3.4 Kategori Tafsiran Indeks Prestasi Untuk Aspek Psikomotor ... 61
4.1 Prosentase Aktivitas Siswa Pada Siklus I ... 70
4.2 Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus I ... 71
4.3 Hasil Observasi Terhadap Hasil Belajar Ranah Afektif Siklus I ... 72
4.4 Hasil Observasi Terhadap Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siklus I .... 74
4.5 Hasil Observasi Catatan Waktu Kerja Praktik Siklus I ... 75
4.6 Prosentase Aktivitas Siswa Pada Siklus II ... 81
4.7 Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus II ... 82
4.8 Data Hasil Observasi Terhadap Hasil Belajar Ranah Afektif Siklus II ... 83
4.9 Data Hasil Observasi Terhadap Hasil Belajar Ranah Psikomotor Siklus II ... 84
4.10 Hasil Observasi Catatan Waktu Kerja Praktik Siklus II ... 86
4.11 Prosentase Aktivitas Siswa Pada Siklus III ... 92
(9)
4.13 Data Hasil Observasi Terhadap Hasil Belajar
Ranah Afektif Siklus III ... 94
4.14 Data Hasil Observasi Terhadap Hasil Belajar
Ranah Psikomotor Siklus III ... 95
4.15 Hasil Observasi Catatan Waktu Kerja Praktik Siklus III ... 97 4.16 Perkembangan Aktivitas Siswa Tiap Siklus ... 100
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Penelitian Tindakan Menurut Kemmis Dan Mc Taggar ... 31
2.2 Alur Dalam PTK ... 32
3.1 Langkah-Langkah PTK Tiap Siklus ... 43
3.2 Alur PTK Pembelajaran Direct Instruction ... 53
4.1 Diagram Aktivitas Siswa Pada Siklus I ... 70
4.2 Diagram Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siklus I ... 72
4.3 Diagram Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Siklus I ... 73
4.4 Diagram Aktivitas Siswa Pada Siklus II ... 81
4.5 Diagram Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siklus II ... 83
4.6 Diagram Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Siklus II ... 85
4.7 Diagram Aktivitas Siswa Pada Siklus III ... 92
4.8 Diagram Hasil Belajar Siswa Ranah Afektif Siklus III ... 94
4.9 Diagram Hasil Belajar Siswa Ranah Psikomotor Siklus III ... 95
4.10 Diagram Perkembangan Aktivitas Guru Pada Tiap Siklus ... 99
4.11 Diagram Perkembangan Aktivitas Siswa Pada Tiap Siklus ... 100
4.12 Diagram Peningkatan Waktu Kerja Praktik Tiap Siklus ... 102
4.13 Diagram Perkembangan Hasil Belajar Ranah Psikomotor Tiap Siklus ... 104
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
A.1 Silabus Standar Kompetensi Melakukan Pengelasan Dasar ... 113
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I Dan II) ... 116
A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus III) ... 133
A.4 Materi Pembelajaran I dan II ... 147
A.5 Materi Pembelajaran III ... 163
LAMPIRAN B B.1 Lembar Judgment Lembar Kerja Siklus I Dan II ... 173
B.2 Lembar Judgment Lembar Kerja Siklus III ... 174
B.3 Lembar Kerja Pratek Las Siklus I ... 175
B.4 Lembar Kerja Pratek Las Siklus II ... 180
B.5 Lembar Kerja Pratek Las Siklus III ... 186
LAMPIRAN C C.1 Kriteria Penilaian Aktivitas Guru ... 191
C.2 Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa ... 194
C.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 195
C.4 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 196
C.5 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus III ... 197
C.6 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 198
C.7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 199
C.8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III ... 200
C.9 Panduan Wawancara Guru ... 201
LAMPIRAN D D.1 Kisi-Kisi Observasi Sistematis Ranah Afektif ... 203
D.2 Kisi-Kisi Observasi Sistematis Ranah Psikomotor ... 204
D.3 Lembar Observasi Ranah Afektif Siklus I ... 210
D.4 Lembar Observasi Ranah Afektif Siklus II ... 211
D.5 Lembar Observasi Ranah Afektif Siklus III ... 212
D.6 Lembar Observasi Ranah Psikomotor Siklus I ... 213
D.7 Lembar Observasi Ranah Psikomotor Siklus II ... 214
D.8 Lembar Observasi Ranah Psikomotor Siklus III ... 215
D.9 Lembar Observasi Perhitungan Waktu Rata-Rata Praktik Siklus I ... 217
(12)
D.11 Lembar Observasi Perhitungan Waktu Rata-Rata Praktik Siklus III ... 219
LAMPIRAN E E.1 Surat – Surat ... 220
E.2 Berita Acara ... 226
E.3 Lembar Bimbingan ... 228
(13)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat dengan perkembangan, oleh karena itu perubahan dan perkembangan pendidikan yang sangat cepat adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan, perekonomian dan perkembangan teknologi suatu bangsa. Berkembangnya dunia pendidikan pada saat ini, merupakan tantangan bagi setiap guru untuk mengembangkan kemampuan profesional dalam dunia pendidikan.
Pada dasarnya proses pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk membekali individu dengan pengetahuan dan keterampilan, sehingga individu tersebut dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses yang dialami oleh siswa. Proses belajar yang efektif mengandung arti bahwa belajar itu memperoleh hasil yang sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hasil belajar siswa yang baik merupakan salah satu ciri berhasilnya proses belajar tersebut.
Seperti halnya pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang menyiapkan siswa menjadi manusia yang produktif, yang langsung dapat bekerja dibidangnya setelah melalui pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi (Depdiknas, 2004:3).
(14)
Pendidikan dan pelatihan berbagai program keahlian yang diselenggarakan di SMK telah disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Depdiknas (2004:8) hal ini sesuai dengan dokumen SMK tahun 2004 yang menyatakan bahwa:
SMK menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berbagai program keahlian yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh industri/dunia usaha sosialisasi profesi, substansi diklat dikemas dalam berbagai mata diklat yang dikelompokan dan diorganisir menjadi program normatif, produktif dan adaptif.
Program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali siswa agar memiliki kompetensi kerja sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Program produktif lebih bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian (Depdiknas, 2004:9).
Di SMKN 1 Sagaranten terdapat dua program studi keahlian yaitu, Program Keahlian Teknik Mesin dan Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan. Pada Program Studi Keahlian Teknik Mesin terdapat dua kompetensi keahlian, salah satunya Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan (TP).
Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan di SMKN 1 Sagaranten merupakan kompetensi keahlian yang lulusannya disiapkan oleh sekolah tersebut untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk industri dalam bidang pemesinan. Banyak standar kompetensi pada kompetensi keahlian tersebut yang mendukung
(15)
lulusannya dapat bekerja dalam bidang pemesinan, diantaranya Standar Kompetensi Melakukan Pengelasan Dasar.
Standar kompetensi melakukan pengelasan dasar ini merupakan proses dasar yang harus dimiliki oleh siswa sebagai kemampuan dasar yang dibutuhkan untuk menunjang standar kompetensi lain yang bersifat lanjutan. Siswa dapat dikatakan menguasai standar kompetensi melakukan pengelasan lanjut, apabila mereka mampu menguasai kompetensi dasarnya. Oleh karena itu, kurikulum SMKN 1 Sagaranten untuk kompetensi keahlian teknik pemesinan, standar kompetensi melakukan pengelasan dasar ini diberikan kepada peserta didik kelas X semester 1 dan 2. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik mengetahui dasar-dasar proses pengelasan. Standar kompetensi melakukan pengelasan dasar-dasar ini jika tidak dapat dikuasai dengan baik, maka peserta didik harus mengulang proses pembelajaran sampai tercapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Pencapaian kompetensi peserta didik melalui proses pembelajaran praktikum dipengaruhi banyak faktor diantaranya sarana praktikum, guru, waktu praktikum, kemandirian peserta didik dan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut terkadang menghambat peserta didik dalam mencapai kompetensi yang seharusnya. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, pemilihan model pembelajaran yang digunakan guru juga sangat menentukan tercapai atau tidaknya kompetensi dari peserta didik. Model pembelajaran apa yang seharusnya digunakan untuk pencapaian kompetensi-kompetensi yang bersifat dasar bagi kompetensi lainnya, dan model pembelajaran apa yang digunakan untuk pencapaian kompetensi yang sifatnya lanjutan. Ketidak-tepatan dalam memilih
(16)
model pembelajaran bisa menyebabkan waktu pencapaian kompetensi menjadi lebih lama atau bahkan tidak tercapainya kompetensi yang diinginkan (terbatas oleh kalender pendidikan). Hambatan seperti ini yang biasanya muncul dalam pembelajaran praktikum di SMK-SMK yang lain.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan penulis pada saat melakukan Program Pendampingan SMK (Program Latihan Profesi Tematik) di SMKN 1 Sagaranten – Sukabumi, dalam penyampaian materi ajar pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar oleh guru kepada peserta didik biasanya menggunakan model pembelajaran konvensional. Dimana guru menjelaskan teori di depan kelas, mendemonstrasikan, memberikan tugas, kemudian peserta didik melakukan praktikum. Dengan model pembelajaran tersebut peserta didik kurang diberikan penguatan dalam menguasai dasar-dasar teknik pengelasan dan prosedur keselamatan kerja dalam mengelas, sehingga dalam pelaksanaannya beberapa peserta didik melakukan praktikum dengan prosedur yang tidak tepat. Akibatnya, peserta didik menjadi lebih lambat dalam menyelesaikan proses pembelajaran. Hal tersebut dapat terlihat ketika peserta didik melakukan praktikum, setiap pertemuan seharusnya dapat melaksanakan minimal satu proses pengelasan dan juga mengelas dengan prosedur keselamatan kerja yang baik, yang terjadi tidak seperti itu untuk satu proses pengelasan diselesaikan dalam dua sampai tiga kali pertemuan juga melakukan pengelasan dengan kurang memperhatikan keselamatan kerja yang seharusnya. Jika hal tersebut terus berlanjut maka tidak semua kompetensi yang dibutuhkan peserta didik dapat tersampaikan dan berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa.
(17)
Sesuai dengan kurikulum yang diterapkan di SMKN 1 Sagaranten (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 153/2003) bahwa dalam pembelajaran melakukan pengelasan dasar dalam hal ini siswa dikatakan telah berkompeten atau lulus jika mendapat nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) ≥ 70 atau mencapai nilai 100. Untuk mencapai nilai 70 sampai 100 siswa harus melaksanakan prosedur keselamatan kerja, persiapan kerja, proses kerja, hasil kerja, dan waktu kerja dalam praktik mengelas. Kenyataannya, dalam standar kompetensi melakukan pengelasan dasar masih belum sepenuhnya mencapai
kriteria pembelajaran tuntas tersebut (mencapai nilai KKM). Seperti terlihat pada
nilai hasil belajar pelajaran teknik pengelasan dibawah ini:
Tabel 1.1 Nilai Hasil Belajar Melakukan Pengelasan Dasar
Tahun Ajaran 2010/2011
No Rentang
Nilai Kategori
Frekuensi Perolehan Nilai
Keterangan X TP 2
JML %
1 90 – 100 A 2 5 Lulus amat baik
2 80 – 89 B 11 27,5 Lulus baik
3 70 – 79 C 19 47,5 Lulus cukup
4 < 70 D 8 20 Belum lulus
Jumlah - 40 100% -
(Sumber: Arsip guru teknik pengelasan SMKN 1 Sagaranten) Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya penguasaan dalam melakukan pengelasan dasar diantaranya yaitu kurang adanya usaha guru dalam mendesain pembelajaran/model pembelajaran yang bervariatif, inovatif, dan kreatif yang bisa menimbulkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa dapat memaksimalkan waktu belajar dan praktik, dimana pola transfer pengetahuan
(18)
kepada peserta didik hanya ditargetkan kepada tersampaikannya materi yang harus disampaikan yang tertulis pada dokumen kurikulum, selain itu waktu kerja yang diberikan untuk praktik kerja las ini kurang efektif dengan kualitas kerja yang rendah. Siswa menjadi pasif dan tidak bertanya ketika mengalami kesulitan, kemudian guru juga kurang intensif dalam proses pembimbingan kepada siswa. Adapun untuk mengatasi permasalahan yang terjadi tersebut, akan dicoba dengan menerapkan model pembelajaran langsung tipe Direct Instruction.
Model pembelajaran langsung tipe direct instruction ini menekankan aplikasi pada kelompok atau individu untuk menghadapi dan mempelajari instruksi yang diberikan oleh guru dan melaksanakan instruksi tersebut untuk rangkaian-rangkaian praktik, pelajaran sehari-hari dalam membaca, aritmatika, dan bahasa (Becker, Engelmann, Carnine, dan Rhine, 1981). Model Pembelajaran langsung tipe Direct Instruction ini yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Dengan lima tahap aktivitas; yakni orientasi, presentasi, praktik yang terstruktur, praktik di bawah bimbingan, dan praktik mandiri. Tujuan dari penerapan model pembelajaran ini dapat dilihat berdasarkan tahapan-tahapan yaitu untuk menguatkan kemampuan yang bersifat fundamental dasar, memaksimalkan waktu belajar siswa, dan melatih kemandirian peserta didik untuk mencapai kompetensinya.
(19)
Alasan penulis memilih model pembelajaran ini karena terdapat salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung yaitu cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing dalam mendemonstrasikan kegiatan praktek yang dikombinasikan dengan latihan serta bimbingan individual terhadap setiap siswa. Untuk pelaksanaannya, guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik, karena keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan penyerapan bagi siswa itu sendiri, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi baru sehingga membuat siswa dapat meningkatkan keterampilannya. Hal tersebut sangat berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar.
Melihat relevansi yang ditimbulkan pada model pembelajaran langsung tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul:
"Penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction Untuk Meningkatkan Efektivitas Waktu Kerja Pada Standar Kompetensi Melakukan Pengelasan Dasar”.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan suatu pertayaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data, maka identifikasi masalah perlu ditetapkan terlebih dahulu untuk mengetahui dan memperjelas kemungkinan permasalahan yang mungkin timbul dalam penelitian ini.
(20)
Berdasarkan dengan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Waktu untuk menyelesaikan praktikum menjadi lebih lambat, karena prosedur yang tidak tepat dalam melakukan praktikum sehingga tidak semua kompetensi dapat tercapai.
2. Dari hasil observasi menyatakan kurang adanya usaha guru dalam mendesain pembelajaran/model pembelajaran yang bervariatif, inovatif, dan kreatif yang bisa menimbulkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa dapat memaksimalkan waktu belajar dan praktik.
3. Hasil evaluasi setiap tahun pada kerja praktik las busur manual yang dilakukan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan kualitas kerja yang rendah.
4. Kurangnya keseriusan siswa dalam melakukan praktik mengelas dengan proses las busur manual.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat banyak dan luas permasalahan yang dapat dilteliti dalam penelitian ini, sehingga tidak akan menyebabkan masalah yang akan diteliti menjadi luas pada ruang lingkupnya serta terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Maka dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah yang akan diungkapkan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam upaya peningkatan efektivitas waktu kerja yang dilakukan dalam praktik mengelas dengan proses las
(21)
busur manual adalah Model Pembelajaran Direct Instruction yang dikemukakan oleh (Becker, Engelmann, Carnine, dan Rhine, 1981).
2. Instruksi-instruksi pada pembelajaran dengan model pembelajaran direct instruction diberikan oleh guru secara tertulis dan langsung.
3. Materi yang disampaikan dalam penelitian ini adalah pengelasan untuk membuat rigi-rigi las pada berbagai posisi sesuai prosedur, dan macam-macam sambungan pada las busur manual.
4. Praktik las yang akan dilakukan terdiri dari: melakukan proses pengelasan alur (groove) pada pelat posisi bawah tangan dan posisi horizontal, dan proses pengelasan sambungan tumpul dengan kampuh V.
5. Aspek kinerja dibatasi pada tingkat mandiri.
6. Efektivitas waktu kerja dapat diartikan sejauh mana waktu yang diperlukan untuk siswa dalam melakukan proses pengelasan dengan standar waktu yang telah ditentukan.
7. Penelitian dilakukan di SMK Negeri 1 Sagaranten pada siswa kelas X TP 2 program keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 1 Sagaranten tahun ajaran 2011/2012, pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar.
D. Rumusan Masalah
Supaya penelitian ini menjadi lebih terarah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan secara umum yaitu “Bagaimana menerapkan model pembelajaran Direct Instruction yang mampu meningkatkan efektivitas waktu kerja praktik pada standar kompetensi melakukan pengelasan
(22)
dasar di kelas X TP 2 tahun ajaran 2011/2012 SMKN 1 Sagaranten?”. Secara khususnya perumusan masalah dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut ini:
1. Bagaimana langkah-langkah penerapan model pembelajaran direct intruction untuk meningkatkan efektivitas waktu kerja praktik siswa pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar dari tiap-tiap siklus? 2. Berapa besar peningkatan efektivitas waktu kerja siswa pada standar
kompetensi melakukan pengelasan dasar dengan menggunakan model pembelajaran direct intruction?
3. Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pengelasan rigi-rigi dan proses penyambungan sesuai prosedur pada saat diterapkannya model pembelajaran direct instruction?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban penelitian yang telah dirumuskan diatas. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana prosedur dalam menerapkan model pembelajaran Direct Instruction untuk meningkatkan efektivitas waktu kerja praktik siswa pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar. 2. Untuk mengetahui peningkatan efektivitas waktu kerja praktik dengan
menggunakan model pembelajaran direct instrucion.
3. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pengelasan rigi-rigi dan proses penyambungan sesuai prosedur pada saat
(23)
diterapkannya model pembelajaran direct instruction, sehingga terjadi peningkatan pada hasil belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan di atas, maka setelah penelitian ini selesai dilakukan dan hasilnya diperoleh, diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam menerapkan model pembelajaran direct instruction sebagai upaya dalam meningkatkan efektivitas waktu kerja praktik siswa pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar.
2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan mampu memberikan variasi model pembelajaran praktik teknik pengelasan, sehingga materi dapat lebih mudah diserap dan menumbuhkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan mandiri.
3. Bagi Sekolah, penelitian ini diharapkan memberikan gambaran sebagai masukan yang berarti bagi sekolah khususnya guru untuk lebih meningkatkan kemampuan siswa pada standar kompetensi produktif khususnya pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar.
G. Definisi Istilah Judul
(24)
1. Model pembelajaran direct instruction menurut Arends (1997) adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Menurut Joyce Bruce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2009:427) bahwa “Model pembelajaran direct instruction memiliki lima tahap aktivitas, yakni orientasi, presentasi, praktik terstruktur, praktik terbimbing, dan praktik mandiri”.
2. Efektivitas adalah berhubungan dengan suatu kegiatan. Efektivitas dapat diartikan sejauh mana hal-hal yang direncanakan dapat terlaksana dalam arti bahwa apabila hasilnya menunjukan persentase yang besar atau tidak dari perencanaan maka dapat dikatakan bahwa hal tersebut cukup efektif dan sebaliknya apabila hasilnya jauh dari perencanaan yang ada dapat dikatakan hal tersebut tidak efektif. (sumber: Soetomo.,1993).
3. Waktu kerja praktik yang dimaksud merupakan waktu yang diperlukan siswa dalam melakukan praktik mengelas rigi-rigi dan berbagai proses penyambungan. Peningkatan waktu praktik siswa yang dimaksud adalah peningkatan waktu yang diperlukan untuk melakukan satu pekerjaan pengelasan dilihat dari hasil observasi yang dilakukan dari setiap pekerjaan pengelasan yang diberikan, kemudian dibuat rata-rata.
4. Standar kompetensi melakukan pengelasan dasar adalah salah satu standar kompetensi pada mata pelajaran kompetensi kejuruan untuk kompetensi
(25)
keahlian teknik pemesinan dengan kode 014.KK.018 yang merupakan gambaran teknik tentang proses pengelasan dasar, mulai dari persyaratan kerja las, peralatan-peralatan mengelas dan keselamatan kerja, membuat rigi-rigi las dan berbagai proses penyambungan sesuai prosedur.
H. Lokasi dan Objek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana dilaksanakan penelitian. Adapun Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMKN 1 Sagaranten, yang beralamat di Jl. Raya Cigadog Km 2, RT/RW 17/06, Ds. Sagaranten, Kec, Sagaranten, Kab. Sukabumi, Kode Pos: 43181. Telp. (0266) 341894. NSS: 40.1.02.06.40.030. NPSN: 20202257.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini, adalah siswa kelas X TP 2 Jurusan Teknik Pemesinan SMK Negeri 1 Sagaranten pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar, kompetensi dasar proses pengelasan rigi-rigi dan berbagai proses penyambungan sesuai prosedur Tahun Ajaran 2011-2012 dengan jumlah 20 siswa. Peneliti merupakan guru bagi objek penelitian untuk menerapkan standar proses pembelajaran. Fokus utama penelitian ini terletak pada aspek psikomotor dalam peningkatan efektivitas waktu kerja praktik mengelas.
(26)
I. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, bab ini mengemukaan latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah judul, lokasi dan objek penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian Teoritis, bab ini mengemukaan model pembelajaran Direct Instruction, konsep dasar efektivitas, Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Tinjauan umum standar kompetensi melakukan pengelasan dasar.
Bab III Metodologi Penelitian, bab ini mengemukakan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian yang meliputi metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), prosedur penelitian, alur penelitian PTK, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data.
BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini meliputi laporan hasil penelitian, penyajian hasil penelitian yang diikuti pembahasan seperti sikap ilmiah peneliti, rangkuman secara ringkas dan terpadu sejak dari persiapan hingga penelitian berakhir.
BAB V Kesimpulan dan Saran. Bab ini meliputi pemaknaan peneliti secara terpadu terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh, dan saran atau rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan dapat ditafsirkan.
(27)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah penelitian yang dilakukan didalam kelas, dimana berusaha mengkaji dan merefleksi secara kolaboratif suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan proses dan hasil pengajaran di kelas melalui perbaikan dan perubahan.
Penelitian dalam memecahkan masalah pada proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran langsung tipe direct instruction pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar, merupakan salah satu solusi seperti yang telah dirumuskan dalam bab pendahuluan, bertujuan mengefektifkan waktu kerja mengelas dari keseluruhan proses yang terjadi dalam aktivitas pembelajaran praktik. Maka, metode penelitian yang sesuai dengan kebutuhan tersebut adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR).
Langkah utama dalam PTK yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan refleksi yang merupakan satu siklus dalam PTK. Siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selesai, barangkali guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama dan dilanjutkan ke
(28)
siklus berikutnya sampai masalah terselesaikan. Dengan demikian, berdasarkan hasil tindakan atau pengalaman pada siklus pertama guru akan kembali mengikuti langkah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi pada siklus kedua. PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang di dalamnya terdapat empat tahapan Kegiatannya yang utama yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Faktor yang menyebabkan masalah pada pembelajaran mata pelajaran dasar teknik mesin adalah pada saat proses pembelajaran, diantaranya : (1) Waktu untuk menyelesaikan praktikum menjadi lebih lambat, karena prosedur yang tidak tepat dalam melakukan praktikum sehingga tidak semua kompetensi dapat tercapai. (2) Dari hasil observasi menyatakan kurang adanya usaha guru dalam mendesain pembelajaran/model pembelajaran yang bervariatif, inovatif, dan kreatif yang bisa menimbulkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa dapat memaksimalkan waktu belajar dan praktik. (3) Hasil evaluasi setiap tahun pada kerja praktik las busur manual yang dilakukan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dengan kualitas kerja yang rendah. (4) Kurangnya keseriusan siswa dalam melakukan praktik mengelas dengan proses las busur manual.
Ada tiga prinsip mengapa penulis menggunakan metode PTK, yakni: 1. Adanya partisipasi dari peneliti ataupun guru sendiri dalam suatu program
kegiatan.
2. Adanya tujuan untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran mata pelajaran dasar teknik mesin melalui penelitian tindakan kelas tersebut.
(29)
3. Adanya tindakan untuk meningkatkan aktivitas siswa tersebut untuk lebih aktif dengan fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran.
4. Berorientasi pada pemecahan masalah.
PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif, dengan beberapa kali tindakan perbaikan hingga masalah dapat terselesaikan. Dalam penelitian ini dibatasi tiga siklus. Untuk kemudahan memahami tahapan tersebut, dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Langkah-langkah PTK Tiap Siklus
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan, melakukan tindakan, observasi, dan refleksi. Refleksi dalam siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya. Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah aktivitas siswa dan guru pada saat pembelajaran las pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar dengan penerapan model pembelajaran langsung tipe
Rencana
Tindakan dan Observasi
Refleksi Refleksi
(30)
direct instruction, untuk melihat sejauh mana penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan efektivitas waktu kerja praktik las.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas sehingga penelitian ini melakukan kerja sama dengan guru mata pelajaran las untuk memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan efektivitas waktu kerja siswa dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran las. Peneliti selalu bekerja sama dengan guru mata pelajaran las, mulai dari dialog awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau pemantauan (observasi), perenungan (refleksi) pada setiap tindakan yang dilakukan, serta evaluasi.
Penelitian ini mengacu pada model penelitian tindakan kelas (PTK) yang secara singkat dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk penelitian yang bersifat refleksi dengan alasan melakukan tindakan tertentu agar dapat meningkatkan efektivitas waktu kerja praktik siswa, kualitas proses belajar dikelas dan praktik. Tindakan yang dilakukan berupa penerapan model pembelajaran langsung tipe direct instruction yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas waktu kerja siswa/objek yang diteliti.
Rancangan penelitian tindakan kelas ini disusun menggunakan prosedur sebagai berikut:
1. Observasi Awal
Observasi awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana akar permasalahan yang terjadi dalam kelas yang akan diteliti terdiri pada saat
(31)
pembelajaran berlangsung yang meliputi aktivitas pada saat pembelajaran dan praktik, waktu yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan mengelas sesuai dengan pekerjaan yang telah ditentukan.
2. Tahap Perencanaan
Untuk memperoleh keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas perlu adanya proses perancanaaan yang matang, maka untuk itu semua disusunlah perencanaan sebagai berikut :
a. Melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran las dan dosen pembimbing mengenai perencanaan penelitian yang akan dilakukan.
b. Menetapkan jumlah siklus, yaitu tiga siklus. Materi pada setiap siklus adalah kompetensi dasar proses pengelasan rigi-rigi las dan berbagai proses penyambungan sesuai prosedur. Dimana setiap siklusnya dilakukan satu kali tatap muka pembelajaran.
c. Menetapkan sumber data penelitian yang akan digunakan sebagai kelas penelitian, yaitu di SMK Negeri 1 Sagaranten kelas X TP 2 dengan jumlah siswa 20 orang.
d. Menetapkan strategi pembelajaran yang akan dipakai. Yaitu pembelajaran model direct instruction untuk setiap siklusnya. Pada penelitian ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok pasanngan untuk pelaksanaan praktik mengelas dengan busur manual.
e. Membuat kesepakatan bersama guru mata pelajaran teknik las untuk menetapkan materi yang akan diajarkan dan penilaian akhir hasil tes.
(32)
f. Merancang program pembelajaran, yang meliputi rencana pembelajaran seperti RPP, membuat joobsheet, dan instruksi-instruksi yang berkaitan dengan praktik yang akan dilaksanakan.
g. Menyusun lembar kerja siswa dan menyusun alat tes berbentuk tes unjuk kerja praktik.
h. Menetapkan cara observasi, yaitu dengan menggunakan format observasi yang telah disiapkan sebelumnya dimana observasi dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Format observasi yang digunakan berupa:
1) Lembar observasi aktivitas guru, digunakan sebagai alat observasi untuk melihat keterlaksanaan model pembelajaran.
2) Lembar observasi aktivitas siswa, digunakan sebagai alat observasi untuk melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
3) Lembar observasi proses kerja praktik siswa, digunakan sebagai alat observasi untuk melihat catatan waktu kerja yang dilakukan siswa untuk melakukan praktik pengelasan rigi-rigi las.
4) Lembar observasi hasil belajar siswa pada ranah afektif dan psikomotor.
i. Mempersiapkan lembar judgement untuk instrumen penelitian.
j. Menetapkan cara pelaksanaan refleksi, dengan cara mendiskusikan hasil pelaksanaan tindakan dengan observer serta hasilnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing setelah selesai pelaksanaan tindakan dan observasi untuk setiap siklusnya.
(33)
3. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan model pembelajaran direct instruction dalam usaha ke arah perbaikan proses pembelajaran yang mampu meningkatkan efektivitas waktu kerja praktik siswa. Suatu perencanaan bersifat fleksibel dan siap dilakukan perubahan sesuai apa yang terjadi dilapangan. Pada tahap ini dalam melaksanakan model pembelajaran lebih mengarah pada subtansi yang menjadi permasalahan pokok untuk dapat meningkatkan efektivitas waktu kerja praktik. Tahap pelaksanaan merupakan tahap dilaksanakannya proses tindakan. Pada tahap ini disajikan tindakan untuk 3 siklus, secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
a. Siklus Pertama
Pembelajaran pada siklus pertama berisi penyampaian materi tentang pengelasan untuk membuat rigi-rigi las sesuai prosedur dan mengidentifikasi pengerjaan las pada berbagai posisi. Semuanya dilaksanakan melalui model pembelajaran direct instruction sebagai berikut:
1) Peneliti terlebih dahulu menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan serta memberikan motivasi kepada siswa dengan menceritakan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan.
2) Mengulas meteri sebelumnya, menyajikan informasi dan penyampaian materi pembelajaran sebagai pengantar ke dalam pembelajaran dengan model direct instruction.
(34)
3) Guru memberikan penjelasan mengenai materi yang akan dipelajari secara garis besar.
4) Melakukan kegiatan inti proses pembelajaran dengan model pembelajaran direct instruction. Pada kegiatan ini guru menyajikan informasi tahap demi tahap serta mendemonstrasikan keterampilan dengan benar kepada siswa mengenai pengelasan alur posisi bawah tangan sesuai dengan standar operasi prosedur. Dalam penyajiannya, guru memerintahkan agar siswa melaksanakan praktik sesuai dengan joobsheet dan instruksi-instruksi yang telah disampaikan. Posisi guru dalam kegiatan ini hanya sebagai fasilitator dan menghitung waktu yang dibutuhkan oleh siswa untuk satu kali pekerjaan mengelas.
5) Setelah selesai mendemonstrasikan keterampilan, guru memberikan pelatihan terbimbing kepada siswa yaitu dengan memberi kesempatan kepada setiap siswa supaya mencoba dan mempraktekan pengelasan alur posisi bawah tangan yang sudah diberikan sebelumnya. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep/keterampilan pada situasi yang baru.
6) Guru memberikan beberapa pertanyaan lisan kepada siswa dan guru memberikan respon terhadap siswa. Guru memberikan poin untuk setiap jawaban yang benar sebagai penilaian individu. Dalam kegiatan evaluasi ini, guru adalah sebagai fasilitator.
(35)
7) Guru mengevaluasi hasil belajar individu dengan memberikan lembar kerja praktik las alur posisi bawah tangan. Tes ini diberikan untuk melihat seberapa besar kemampuan siswa dalam melaksanakan praktik las dan waktu yang diperlukan siswa untuk melaksanakan pratik las.
8) Setelah praktek selesai, guru memberikan tugas mandiri kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang sudah diperoleh. Tugas yang diberikan mengenai materi lanjutan dari materi yang sudah dipelajari sebelumnya.
9) Pelaksanaan observasi, akan dilakukan oleh dua orang observer dengan pelaksanaan mengumpulkan data dari siklus pertama sampai siklus kedua. 10)Pelaksanaan analisis dan refleksi, dilakukan oleh peneliti dan guru mitra setelah usai pelaksanaan tindakan guna mengkaji dan menganalisis data yang diperoleh dari proses tindakan yang akan dijadikan sebagai bahan perencanaan tindakan baru yang dilakukan pada siklus berikutnya, bila pada siklus pertama hasil yang ingin dicapai belum tercapai.
11)Pelaksanaan perencanaan ulang (re-plan) dilakukan setelah kesimpulan dari pelaksanaan refleksi didapat. Pelaksanaan perencanaan ini dilaksanakan bila pada siklus pertama belum tercapai hasil yang ingin dicapai.
b. Siklus Kedua
Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus kedua ini berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
(36)
disusun untuk siklus kedua. Tahapan proses pembelajaran pada siklus kedua sama seperti pembelajaran siklus pertama.
c. Siklus Ketiga
Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus ketiga akan dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus kedua, sampai permasalahan terselesaikan sesuai waktu yang telah dialokasikan. Tahapan proses pembelajaran pada siklus ketiga sama seperti pembelajaran siklus kedua. Pada akhir siklus akan diberikan soal tes dalam bentuk tes unjuk kerja praktik untuk mengukur tingkat kemampuan penguasaan praktik.
Berikut ini adalah rincin materi yang akan disampaikan dalam setiap siklusnya:
1) Siklus pertama, materinya adalah penyalaan busur las, mengidentifikasi pengerjaan las pada berbagai posisi, pengelasan rigi-rigi pada bahan pelat. 2) Siklus kedua, materinya adalah mengidentifikasi pengerjaan las pada
berbagai posisi, mengelas rigi-rigi lurus pada posisi horizontal.
3) Siklus ketiga, materinya adalah macam-macam sambungan pada las busur manual yang meliputi sambungan las tumpul, las tumpang, las sudut, sambungan dengan kampuh V, pengertian, fungsi/kegunaannya, dan kelebihan dari masing-masing jenis sambungan las.
4. Pengamatan (Observasi)
Untuk kelancaran kegiatan obeservasi dilakukan oleh 2 orang observer antara lain guru mata pelajaran yang dibantu oleh rekan sejawat peneliti. Tugas
(37)
dari observer adalah memantau kegiatan-kegiatan yang telah di rencanakan oleh peneliti, diantaranya adalah :
a. Situasi kegiatan belajar mengajar
b. Keaktifan siswa selama pelaksanaan praktik
c. Waktu yang diperlukan siswa untuk melakukan praktik d. Kemampuan siswa dalam melaksanakan praktik
Kegiatan observasi dilakukan pada saat penelitian berlangsung dan dilakukan mengikuti siklus yang telah ditetapkan peneliti sebelumnya. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan data berupa data kualitatif dan kuantitatif (aktivitas guru dan siswa, waktu kerja praktik, hasil belajar siswa, hasil tes unjuk kerja, dan lain-lain). Berdasarkan data yang terkumpul tersebut kemudian dilakukan analisis dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
5. Refleksi
Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan evaluasi, analisis, sintesis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari penelitian tindakan. Refleksi dilakukan setelah tindakan selesai. Lembar observasi merupakan instrumen untuk mengumpulkan data dari hasil tindakan pada setiap siklus yang berlangsung dikelas, dan akan menjadi bahan refleksi.
(38)
Refleksi ditujukan untuk penemuan bukti peningkatan efektivitas waktu kerja praktik siswa pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar. Siklus penelitian tersebut dilakukan secara berulang-ulang sehingga dicapai hasil yang optimal. Data yang diperoleh hasil observasi selanjutnya didiskusikan antara guru dan peneliti untuk mengetahui:
a. Apakah tindakan yang dilakukan sesuai rencana.
b. Kemajuan siswa, terutama dalam hal waktu kerja paraktik dalam tes unjuk kerja.
C. Alur Penelitian PTK
Alur pelaksanaan rencana penelitian ini dijelaskan dalam gambar 3.2 pada halaman 53. Menurut alur prosedur penelitian pada gambar 3.2, pelaksanaan penelitian tindakan kelas diawali dengan adanya permasalahan yang diidentifikasi oleh guru (dalam hal ini peneliti) yang dirasakan mengganggu dan menghalangi pencapaian tujuan pendidikan.
Dari identifikasi masalah yang ada, dapat dilakukan diagnosis kemungkinan penyebab permasalahan sehingga ada gambaran untuk melakukan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk menyelesaikannya. Alternatif tindakan yang dinilai terbaik, kita buat rencana tindakannya dan akhirnya kita lakukan tindakan. Dalam PTK proses merupakan hal terpenting ketika melakukan Hasil tindakan kita akhirnya akan dinilai dan direfleksi dengan mengacu pada kriteria-kriteria perbaikan yang dikehendaki, yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah dianalisis dan refleksi, hasilnya bila dikategorikan telah
(39)
menyelesaikan masalah, maka penelitian dicukupkan sampai siklus I, namun bila belum memenuhi kategori menyelesaikan masalah, maka dibuat perencanaan untuk siklus selanjutnya.
Gambar 3.2 Alur PTK Pembelajaran Direct Instruction
Keterangan:
= Lingkup Penelitian = Dilanjutkan
Rencana Tindakan I
(Pembelajaran Direct Instruction)
Identifikasi Permasalahan
Wawancara dengan guru
Proses pembelajaran
Waktu praktik
Siklus selanjutnya Analisis dan Refleksi
Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
(Pembelajaran Direct Instruction)
Observasi proses pembelajaran
Masalah terselesaikan
Hasil dan Kesimpulan Masalah
terselesaikan Siklus 1
(40)
D. Data dan Sumber Data
Faisal, (1982: 175) dalam Saefullah menjelaskan bahwa :. “Data merupakan hasil pencapaian suatu penelitian baik berupa angka maupun fakta yang dijadikan bahan untuk menyusun informasi, sedangkan sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh”. Data yang ingin diperoleh berupa silabus, skenario pembelajaran/RPP, kemampuan aktivitas belajar siswa berdasarkan pada kerja kelompok, data gambaran guru dan siswa, waktu yang diperlukan siswa untuk melakukan kerja las, serta catatn lapangan.
Untuk mengumpulkan data penelitian dilakukan dengan cara menentukan sumber data terlebih dahulu, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Siswa sebagai sumber data utama untuk mengetahui proses belajar mengajar dengan strategi direct instruction, dalam penelitian ini disebut data kualitatif yang dikumpulkan melalui wawancara, RPP, gambaran aktivitas siswa, serta catatan lapangan. Sumber data dokumentasi terdiri dari lembar observasi catatan waktu kerja siswa, serta hasil tes yang dikumpulkan melalui tes unjuk kerja (tiap siklus) dalam penelitian ini disebut data kuantitatif.
E. Teknik Pengumpulan Data dan Intrumen Penelitian
Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian merupakan bagian yang sangat penting, pendapat ini selaras dengan yang dikemukakan Arikunto, S (2006: 222) bahwa:
Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian. Akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama apabila peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti.
(41)
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data diperlukan beberapa teknik tertentu. Mengingat informasi yang diperlukan sifatnya beragam, maka beragam pula teknik-teknik yang digunakan. Data atau informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh melalui teknik wawancara, Studi literature, dan observasi.
a. Wawancara
Dalam rangka memperoleh data dan atau informasi yang lebih terperinci dan untuk melengkapi data hasil observasi, tim peneliti dapat melakukan wawancara kepada guru, siswa, kepala sekolah dan fasilitator yang berkolaborasi. Kunandar (2008:157) mengatakan bahwa : Wawancara digunakan untuk mengungkapkan data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau wawasan. Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukkan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu dan memiliki relevansi dengan permasalahan penelitian tindakan kelas.
Sementara itu menurut Hopkins (1993), dalam Kunandar (2008:157) menyatakan bahwa : “wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain”. Dengan wawancara responden diharapkan dapat mengungkapkan perilaku yang terselubung yang tidak mungkin diperoleh dari observasi. Wawancara dilakukan terhadap guru mata pelajaran yang berhubungan dengan penerapan model pembelajaran direct instruction dan pendapat siswa terhadap penerapan model pembelajaran direct instruction. Melalui wawancara ini diharapkan dapat memperoleh masukkan untuk melengkapi dan memperkuat analisis data yang diperoleh melalui penerapan model pembelajaran Direct Instruction.
(42)
b. Studi Literature
Studi literature yaitu teknik pengumpulan data untuk memperoleh data tertulis yang diperlukan untuk melengkapi data penelitian, yaitu dengan membaca, menelaah, mengkaji berbagai dokumen yang sekiranya berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
c. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang biasa digunakan dalam mengamati perilaku interaktif seseorang dalam kelompok. Teknik ini banyak berguna untuk memahami fenomena, pola perilaku atau tindakan seseorang dalam melakukan aktivitasnya, mengamati perilaku atau interaksi kelompok secara alamiah. (Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001: 112), Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan yang telah mencapai sasaran. (Kunandar, 2008:143) “Observasi biasanya digunakan sebagai penyelidikan tingkah laku individu atau proses terjadinya sesuatu peristiwa yang dapat diamati baik dalam sesuatu yang sesungguhnya maupun situasi buatan”.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjaring data berupa waktu yang diperlukan selama kegiatan proses kerja praktik mengelas dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction. Kegiatan observasi pada proses pembelajaran ini dilakukan oleh dua sampai tiga orang observer. Sebelum digunakan, pedoman observasi ini sebelumnya akan dikonsultasikan pada pembimbing dan setelah mendapat persetujuan dapat digunakan dalam penelitian.
(43)
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dirancang sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah:
a. Pedoman Wawancara
Wawancara merupakan suatu dialog atau percakapan yang dilakukan peneliti kepada guru yang dilakukan pada awal dan akhir tindakan serta wawancara terhadap siswa pada akhir pembelajaran. Wawancara yang digunakan adalah berupa wawancara tidak terstruktur (Mulyana, 2002: 181 dalam Hakim) yang dilakukan mirip dengan percakapan informal yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan guru sebelum pembelajaran direct instruction pada mata pelajaran las.
b. Lembar Tes
Tes yang digunakan berbentuk tes unjuk kerja praktik yang dilakukan pada masing-masing siswa di akhir pembelajaran. Tes ini bertujuan untuk melihat peningkatan kemampuan penguasaan siswa terhadap praktik yang telah diberikan dan sejauh mana peningkatan waktu kerja praktik siswa yang telah dilakukan. Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang mengacu kepada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.
c. Lembar Observasi
Menurut Nasution (1996:59) menjelaskan bahwa: “Observasi dilakukan untuk memperoleh data observasi yang diperoleh berupa deskripsi faktual, cermat, dan terperinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial serta konteks dimana kegiatan itu terjadi”.
(44)
Observasi ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan dan langkah-langkah yang dilakukan oleh siswa pada aspek psikomotor. Observasi yang digunakan dalam penelitian observasi sistematik yaitu faktor yang sudah diamati sudah didaftar secara sistematis dan di atur menurut kategorinya.
d. Dokumentasi
Dokumentasi di sini merupakan cara untuk memperoleh data dari responden. Dalam teknik dokumentasi ini peneliti dimungkinkan untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber tertulis atau dokumen. Dokumen yang didapat digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis perkembangan keterampilan proses bekerja siswa dari sebelum dilakukan tindakan hingga tindakan selesai dilaksanakan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rekaman foto, dan catatan harian.
F. Teknik Analisis Data
Menganalisa data berarti memilah, mengelompokan atau menggolongkan data menurut jenis, sifat, atau bentuknya sehingga hasilnya dapat dibaca, dimengerti, dan dimaknai. Tegasnya analisis dapat membantu peneliti dalam menarik kesimpulan sehingga jawaban masalah penelitian dapat ditemukan. Prosesnya meliputi pengelompokan hasil pengamatan dengan menghitung frekuensi, tanda cek, dan seterusnya. Untuk kepentingan analisis data hasil observasi penelitian ini digunakan teknik statistik deskriptif (prosentase, perhitungan rata-rata). Analisis data dalam penelitian ini, menggunakan analisis deskriptif.
(45)
1. Aktifitas Belajar Siswa
Rata-rata aktifitas siswa di dalam kelas dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
A = x 100% Keterangan:
A = Prosentase aktifitas siswa (%)
B = Jumlah frekuensi aktifitas yang dilakukan siswa di dalam kelas C = Jumlah frekuensi seluruh aktifitas siswa di dalam kelas
Selanjutnya data akan dibagi menjadi lima kategori skala, dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.1. Klasifikasi Aktifitas Siswa
Prosentase Kategori ≥80% Sangat Tinggi 60%-79% Tinggi
40%-59% Sedang
20%-39% Rendah
0%-19% Sangat Rendah Sumber: Laksimi (Hermansyah, 31:2007)
2. Penerapan Pembelajaran
Keterlaksanaan penerapan pembelajaran direct instruction dapat diinterpretasikan dari hasil observasi terhadap guru yang diisi guru standar kompetensi melakukan pengelasan dasar atau observer, adapun interpretasinya disepakati secara bersama-sama antara peneliti dan observer, sehingga tidak
(46)
terjadi kesalahpahaman pada waktu pelaksanaan penelitian, adapun interpretasinya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. Interpretasi Skor Keterlaksanaan Pembelajaran
No % Kategori
Keterlaksanaan Pembelajaran Interpretasi
1 0,0-24,9 Sangat Kurang
2 25,0-37,5 Kurang
3 37,6 – 62,5 Sedang
4 62,6 – 87,5 Baik
5 87,6 – 100 Sangat Baik
Sumber: (Panggabean, 1996)
3. Hasil Belajar pada Aspek Afektif
Peningkatan kemampuan siswa pada aspek afektif dapat terlihat apabila data-data yang dihasilkan dari lembar observasi siswa pada aspek afektif sudah diperoleh, lembar observasi tersebut dapat dilihat pada lampiran D halaman 207. Lembar obsevasi ini kemudian di interpretasikan dalam bentuk IPK aspek afektif, sebagai berikut:
Tabel 3.3. Kategori Tafsiran Indeks Prestasi untuk Aspek Afektif
No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi
1 Sangat Negatif
2 Negatif
3 Netral
4 Positif
5 Sangat Positif
(47)
4. Hasil Belajar pada Aspek Psikomotor
Peningkatan kemampuan siswa pada aspek psikomotor tiap siklusnya diperoleh dari lembar observasi siswa pada aspek psikomotor, lembar observasi tersebut dapat dilihat pada lampiran D halaman 210. Hasil dari aspek psikomotor kemudian diinterpretasikan dalam bentuk IPK aspek psikomotor, sebagai berikut.
Tabel 3.4. Kategori Tafsiran Indeks Prestasi untuk Aspek Psikomotor
No IPK Kategori
1 Amat baik
2 Baik
3 Cukup
4 Tidak terampil
5 Sangat Tidak Terampil
(Sumber: Depdiknas, 2008:32)
5. Peningkatan Efektivitas Waktu Kerja Praktik
Peningkatan efektivitas waktu kerja siswa pada tiap siklusnya diperoleh dari lembar observasi catatan waktu kerja siswa, lembar observasi tersebut dapat dilahat pada lampiran D halama 213. Untuk melihat sejauh mana peningkatan waktu kerja praktik yang terjadi selama kegiatan praktik berlangsung dilakukan pengujian statistik t.
Menurut Siregar,S (2004: 160), pada umumnya nilai-nilai parameter populasi, yaitu µ dan σ2
tidak diketahui. Untuk kondisi seperti ini dianggap σ1≠σ2. Pengujian dilakukan dengan statistik t. Pengujian perbedaan rata-rata digunakan rumus uji pihak kanan, yaitu:
(48)
̅ ̅
√( )
(Syafaruddin Siregar, 2004 : 162)
Keterangan:
̅ = Rata-rata waktu direct instruction ̅ = Rata-rata waktu non direct instruction SD = Standar deviasi direct instruction SN = Standar deviasi non direct instruction n = Jumlah siswa
Dimana kriteria pengujiannya adalah:
- H0 : µD = µN , artinya rata-rata waktu kerja praktik siswa tidak memberikan peningkatan efektivitas waktu kerja praktik siswa pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar.
- H1: µD ≠ µN , artinya rata-rata waktu kerja praktik siswa memberikan peningkatan efektivitas waktu kerja praktik siswa pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar.
(49)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang diperoleh di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran direct instruction dapat meningkatkan efektivitas waktu kerja praktik pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar kelas X TP 2 SMK Negeri 1 Sagaranten Tahun Ajaran 2011-2012. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Prosedur dalam penerapan model pembelajaran direct instruction dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tahapan-tahapan pembelajaran yang direncanakan yaitu tahap orientasi, tahap presentasi, tahap praktik terstruktur, tahap praktik terbimbing, dan tahap praktik mandiri.
2. Terjadi peningkatan waktu kerja praktik yang cukup singnifikan sesuai dengan waktu standar yang telah ditetapkan. Dengan hasil benda kerja yang baik dan rapi.
3. Aktivitas siswa pada proses pembelajaran pengelasan rigi-rigi dan proses penyambungan sesuai prosedur dengan menggunakan pembelajaran direct instruction pada tiap siklusnya kategori tertinggi ada pada aspek perhatian, sehingga siswa lebih memperhatikan guru pada saat memberikan instruksi-instruksi untuk melakukan praktik pengelasan rigi-rigi posisi bawah tangan, posisi horizontal, dan proses penyambungan dengan kampuh V.
(50)
B. Saran
Adapun saran dari peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Guru direkomendasikan untuk menggunakan model pembelajaran pembelajaran direct instruction pada mata pelajaran las dan gambar khususnya kompetensi dasar proses pengelasan rigi-rigi dan berbagai proses penyambungan sesuai prosedur. Penerapan model pembelajaran direct instruction perlu untuk diterapkan oleh guru pada sub pokok bahasan yang berbeda pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar, sebagai salah satu alternatif dalam inovasi pembelajaran.
2. Bagi peneliti lain perlu direkomendasikan untuk dicoba penerapan model pembelajaran langsung tipe direct instruction terhadap kompetensi dasar produktif lain untuk melihat keberhasilannya.
3. Kegiatan pembelajaran ini memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif, terampil dan kolaboratif dalam kegiatan pembelajaran, tetapi agar dapat menunjang kegiatan pembelajaran tersebut, hendaknya kebutuhan peralatan dan sumber-sumber belajar dapat dilengkapi.
4. Bagi pendidik yang ingin menerapkan model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh peneliti, sedapat mungkin mengalisis kembali untuk disesuaikan penerapannya, terutama dalam hal alokasi waktu, fasilitas pendukung termasuk media pembelajaran, dan karakteristik siswa yang ada pada sekolah tempat tindakan akan diterapkan.
(51)
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. (2008). Learning To Teach (Belajar Untuk Mengajar). Yogyakarta: Pelajar Pustaka.
Arikunto,S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi II). Jakarta: Rineka Cipta.
________. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi aksara.
Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Iskandar, Hasan. (2007). Melakukan Rutinitas Pengelasan dengan Las Busur Manual. Bandung : Dinas Pendidikan Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan.
Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2009). Model of Teaching (Model-Model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemmis & Taggart.(1988). Classroom Action Reseacrh. [Online].Tersedia:Error! Hyperlink reference not valid. www. action research. edu/~kemmis & taggart/index.html. [8 Agustus 2009].
Kunandar. (2010). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Madya, S. (2009). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung: CV. Alfabeta.
Muslim. (2007). Pendidikan Kejuruan di Indonesia. [Online]. Tersedia:
http://tutomu.files.wordpress.com/2007/02/sekilas-pendidikan-kejuruan.pdf [10 Juli 2011]
Nasution, S. (1996). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara.
Panggabean, Luhut. 1996. Statistika Dasar. FPMIPA UPI Bandung.
Pebianto, A. (2011). Efektivitas Penggunaan Video Tutorial Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Teknik Mesin. FPTK UPI Bandung tidak diterbitkan.
(52)
Rochiati, W. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.
Sagala, S. (2007). Konsep Dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sardiman.(2007).Interaksi dan motivasi belajar mengajar.Jakarta:Raja Grafindo Persada
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sunaryo, Hery. (2008). Teknik Pengelasan Kapal Jilid 1 dan 2 untuk SMK. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional SMK.
Supriadi, T. (2010). Kontribusi Kemampuan Teori Terhadap Kemampuan Praktek Pada Mata Kuliah Fabrikasi Logam. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Supriatna, H. (2011). Studi Komparasi Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction Dengan Model Pembelajaran Konvensional Di Smkn 2 Kota Bandung . Skripsi pada Jurusan Pendidikan Teknik Mesin. FPTK UPI Bandung tidak diterbitkan.
Siregar, S. (2004). Statistik Terapan. Jakarta: Grasindo.
Schippers, U. (1994). Pendidikan Kejuruan di Indonesia. Bandung: Angkasa. Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Bumi Aksara.
SMK N Sagaranten (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK Negeri 1 Sagaranten. Sukabumi: Tidak Diterbitkan.
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
(1)
4. Hasil Belajar pada Aspek Psikomotor
Peningkatan kemampuan siswa pada aspek psikomotor tiap siklusnya diperoleh dari lembar observasi siswa pada aspek psikomotor, lembar observasi tersebut dapat dilihat pada lampiran D halaman 210. Hasil dari aspek psikomotor kemudian diinterpretasikan dalam bentuk IPK aspek psikomotor, sebagai berikut.
Tabel 3.4. Kategori Tafsiran Indeks Prestasi untuk Aspek Psikomotor
No IPK Kategori
1 Amat baik
2 Baik
3 Cukup
4 Tidak terampil 5 Sangat Tidak Terampil (Sumber: Depdiknas, 2008:32)
5. Peningkatan Efektivitas Waktu Kerja Praktik
Peningkatan efektivitas waktu kerja siswa pada tiap siklusnya diperoleh dari lembar observasi catatan waktu kerja siswa, lembar observasi tersebut dapat dilahat pada lampiran D halama 213. Untuk melihat sejauh mana peningkatan waktu kerja praktik yang terjadi selama kegiatan praktik berlangsung dilakukan pengujian statistik t.
Menurut Siregar,S (2004: 160), pada umumnya nilai-nilai parameter
populasi, yaitu µ dan σ2
tidak diketahui. Untuk kondisi seperti ini dianggap σ1≠σ2. Pengujian dilakukan dengan statistik t. Pengujian perbedaan rata-rata digunakan rumus uji pihak kanan, yaitu:
(2)
̅ ̅ √( )
(Syafaruddin Siregar, 2004 : 162)
Keterangan:
̅ = Rata-rata waktu direct instruction
̅ = Rata-rata waktu non direct instruction SD = Standar deviasi direct instruction SN = Standar deviasi non direct instruction n = Jumlah siswa
Dimana kriteria pengujiannya adalah:
- H0 : µD = µN , artinya rata-rata waktu kerja praktik siswa tidak memberikan peningkatan efektivitas waktu kerja praktik siswa pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar.
- H1: µD ≠ µN , artinya rata-rata waktu kerja praktik siswa memberikan peningkatan efektivitas waktu kerja praktik siswa pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian yang diperoleh di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran direct instruction dapat meningkatkan efektivitas waktu kerja praktik pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar kelas X TP 2 SMK Negeri 1 Sagaranten Tahun Ajaran 2011-2012. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Prosedur dalam penerapan model pembelajaran direct instruction dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tahapan-tahapan pembelajaran yang direncanakan yaitu tahap orientasi, tahap presentasi, tahap praktik terstruktur, tahap praktik terbimbing, dan tahap praktik mandiri.
2. Terjadi peningkatan waktu kerja praktik yang cukup singnifikan sesuai dengan waktu standar yang telah ditetapkan. Dengan hasil benda kerja yang baik dan rapi.
3. Aktivitas siswa pada proses pembelajaran pengelasan rigi-rigi dan proses penyambungan sesuai prosedur dengan menggunakan pembelajaran direct
instruction pada tiap siklusnya kategori tertinggi ada pada aspek perhatian,
sehingga siswa lebih memperhatikan guru pada saat memberikan instruksi-instruksi untuk melakukan praktik pengelasan rigi-rigi posisi bawah tangan, posisi horizontal, dan proses penyambungan dengan kampuh V.
(4)
B. Saran
Adapun saran dari peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Guru direkomendasikan untuk menggunakan model pembelajaran pembelajaran direct instruction pada mata pelajaran las dan gambar khususnya kompetensi dasar proses pengelasan rigi-rigi dan berbagai proses penyambungan sesuai prosedur. Penerapan model pembelajaran direct
instruction perlu untuk diterapkan oleh guru pada sub pokok bahasan yang
berbeda pada standar kompetensi melakukan pengelasan dasar, sebagai salah satu alternatif dalam inovasi pembelajaran.
2. Bagi peneliti lain perlu direkomendasikan untuk dicoba penerapan model pembelajaran langsung tipe direct instruction terhadap kompetensi dasar produktif lain untuk melihat keberhasilannya.
3. Kegiatan pembelajaran ini memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif, terampil dan kolaboratif dalam kegiatan pembelajaran, tetapi agar dapat menunjang kegiatan pembelajaran tersebut, hendaknya kebutuhan peralatan dan sumber-sumber belajar dapat dilengkapi.
4. Bagi pendidik yang ingin menerapkan model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh peneliti, sedapat mungkin mengalisis kembali untuk disesuaikan penerapannya, terutama dalam hal alokasi waktu, fasilitas pendukung termasuk media pembelajaran, dan karakteristik siswa yang ada pada sekolah tempat tindakan akan diterapkan.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. (2008). Learning To Teach (Belajar Untuk Mengajar). Yogyakarta: Pelajar Pustaka.
Arikunto,S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi II). Jakarta: Rineka Cipta.
________. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi aksara.
Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Iskandar, Hasan. (2007). Melakukan Rutinitas Pengelasan dengan Las Busur
Manual. Bandung : Dinas Pendidikan Balai Pengembangan Teknologi
Pendidikan.
Joyce, B., Weil, M., dan Calhoun, E. (2009). Model of Teaching (Model-Model
Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemmis & Taggart.(1988). Classroom Action Reseacrh.
[Online].Tersedia:Error! Hyperlink reference not valid. www. action
research. edu/~kemmis & taggart/index.html. [8 Agustus 2009].
Kunandar. (2010). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Madya, S. (2009). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung: CV. Alfabeta.
Muslim. (2007). Pendidikan Kejuruan di Indonesia. [Online]. Tersedia:
http://tutomu.files.wordpress.com/2007/02/sekilas-pendidikan-kejuruan.pdf [10 Juli 2011]
Nasution, S. (1996). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara.
Panggabean, Luhut. 1996. Statistika Dasar. FPMIPA UPI Bandung.
Pebianto, A. (2011). Efektivitas Penggunaan Video Tutorial Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Teknik
(6)
Rochiati, W. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya.
Sagala, S. (2007). Konsep Dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sardiman.(2007).Interaksi dan motivasi belajar mengajar.Jakarta:Raja Grafindo Persada
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sunaryo, Hery. (2008). Teknik Pengelasan Kapal Jilid 1 dan 2 untuk SMK. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional SMK.
Supriadi, T. (2010). Kontribusi Kemampuan Teori Terhadap Kemampuan Praktek
Pada Mata Kuliah Fabrikasi Logam. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Supriatna, H. (2011). Studi Komparasi Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Direct Instruction Dengan Model Pembelajaran Konvensional Di Smkn 2 Kota Bandung . Skripsi pada Jurusan Pendidikan
Teknik Mesin. FPTK UPI Bandung tidak diterbitkan. Siregar, S. (2004). Statistik Terapan. Jakarta: Grasindo.
Schippers, U. (1994). Pendidikan Kejuruan di Indonesia. Bandung: Angkasa. Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :
Bumi Aksara.
SMK N Sagaranten (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK Negeri 1
Sagaranten. Sukabumi: Tidak Diterbitkan.
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.