UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KLASIFIKASI PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI MEDIA BALOK WARNA.

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KLASIFIKASI PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI MEDIA BALOK WARNA

( Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Kristen BPK Penabur Jl. Guntur 34

Bandung Kec Lengkong Kel Malabar)

SKRIPSI

Oleh : WIWIH 0604434

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KLASIFIKASI PADA

ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI MEDIA BALOK WARNA

( Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Kristen BPK Penabur Jl. Guntur 34

Bandung Kec Lengkong Kel Malabar)

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

dr. Nur Faizah Romadona


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KLASIFIKASI PADA

ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI MEDIA BALOK WARNA

( Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Kristen BPK Penabur Jl. Guntur 34

Bandung Kec Lengkong Kel Malabar)

Menyetujui,

Dewan Pembimbing Skripsi Dewan Pembimbing Skripsi

Heny Djoehaeni, S.Pd., M.Si Dra. Masitoh, M.Pd

NIP. 19700724 199802 2 001 NIP. 19480626 198011 2 001

Ketua Program Studi PGPAUD

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd


(4)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KLASIFIKASI

PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK MELALUI MEDIA BALOK WARNA (Penelitian Tindakan Kelas pada Kelompok A TK Kristen BPK Penabur Jl. Guntur 34 Kel Malabar

Kec Lengkong Bandung Tahun Ajaran 2012-2013)

Wiwih 0604434

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kemampuan klasifikasi yang yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan berpikir anak bergerak dari kemampuan berpikir yang didominasi oleh persepsi visual menuju kemampuan berpikir logis. Hal ini mendorong anak untuk menggunakan skema mental dalam menyelesaikan berbagai operasi melalui benda-benda konkrit. Permasalahan yang terjadi di TK Kristen BPK Penabur dalam peningkatan kemampuan klasifikasi masih merujuk pada lembar kerja atau buku aktivitas kegiatan. Selain itu, guru terkadang mengalami kesulitan dalam memilih media untuk meningkatkan kemampuan klasifikasi pada anak. Media balok warna menjadi pemilihan sumber media yang tepat dalam meningkatkan kemampuan klasifikasi anak diakrenakan kemudahannya dalam penggunaan maupun pengadaannya yang sering tersedia di setiap aktivitas pembelajaran. Hal tersebut menjadi alasan yang mendasari rumusan masalah, yaitu (1) bagaimana kondisi objektif kemampuan klasifikasi anak sebelum digunakannya media balok warna di TK Kristen BPK Penabur Bandung, (2) bagaimana prosedur penggunaan media balok warna dalam meningkatkan kemampuan klasifikasi anak di TK Kristen BPK Penabur Bandung, (3) bagaimana kemampuan klasifikasi anak TK Kristen BPK Penabur Bandung setelah digunakannya media balok warna, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang penggunaan media balok warna di TK Kristen BPK Penabur Bandung dalam meningkatkan kemampuan klasifikasi anak. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari indikator yang berbeda dan diberikan dua kali tindakan. Setiap tindakan pada penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan hasil peningkatan kemampuan klasifikasi anak. Hasil akhir kemampuan klasifikasi anak dari 20 anak setelah penggunaan media balok warna mengalami peningkatan, secara persentase kategori B sebanyak 70,6%, C sebanyak 29,4% dan K sebanyak 0%. Adapun saran bagi guru TK Guru hendaknya dapat menstimulasi perkembangan kemampuan klasifikasi anak melalui media dan sumber belajar yang dapat menarik minat anak, salah satunya melalui media balok warna. Bagi pengelola TK diharapkan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas bermain yang dapat merangsang anak untuk meningkatkan kemampuan klasifikasinya. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penerapan media balok warna yang lebih baik lagi dengan memperluas dan memvariasikan area dan media yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah.


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Organisasi Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KEMAMPUAN KLASIFIKASI PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK DAN MEDIA BALOK WARNA ... 8

A. Konsep Pengembangan Kognitif Anak Taman Kanak-Kanak ... 8

1. Teori Pengembangan Kognitif ... 8

2. Pengertian Kemampuan Kognitif ... 11

3. Tahapan Perkembangan Kognitif ... 11

4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif ... 13

5. Upaya Pengembangan Kognitif pada Anak Taman Kanak-Kanak ... 14

B. Pengembangan Kemampuan Klasifikasi Anak Taman Kanak-Kanak ... 16


(6)

2. Kegiatan Klasifikasi sebagai Keterampilan dalam Bermain

Matematika ... 16

3. Standar Kompetensi Umum Kemampuan Klasifikasi di Taman Kanak-Kanak ... 18

C. Konsep Media BalokWarna ... 19

1.Pengertian Media Pembelajaran ... 19

2.Manfaat Media Pembelajaran ... 20

3.Media BalokWarna sebagai Alat Permainan Edukatif... 20

D. PenelitianTerdahulu ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

A. Lokasi dan Subjek ... 25

B. Desain Penelitian ... 25

C. Metode Penelitian ... 27

D. Penjelasan Istilah ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 29

F. Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Observasi ... 31

2. Dokumentasi ... 31

3. Catatan Lapangan ... 32

4. Pedoman Refleksi ... 32

G. Teknik Analisis Data ... 32

1. Reduksi Data... 33

2. Mendeskripsikan Data ... 33

3. Membuat Kesimpulan... 34

H. Validasi Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Hasil Penelitian ... 36

1. Profil TK Kristen BPK Penabur Bandung ... 36

a. Lokasi TK Kristen BPK Penabur Bandung ... 36


(7)

d. Peserta Didik ... 38

e. Program Pembelajaran ... 39

2. Kondisi Objektif Pembelajaran di TK Kristen BPK Penabur Bandung Sebelum Digunakan Media BalokWarna ... 39

3. Penerapan Media BalokWarna dalam Meningkatkan Kemampuan Klasifikasi Anak di TK Kristen BPK Penabur Bandung ... 42

a. Proses Penerapan Media Balok Warna pada Siklus 1 ... 43

b. Proses Penerapan Media Balok Warna pada Siklus 2 ... 50

4. Peningkatan Kemampuan Klasifikasi Anak di TK Kristen BPK Penabur Bandung Setelah Digunakan Media Balok Warna ... 58

B. Pembahasan... 60

1. Kondisi Objektif Pembelajaran Klasifikasi Anak di TK Kristen BPK Penabur Bandung ... 60

2. Penerapan Media Balok Warna dalam Meningkatkan Kemampuan Klasifikasi di TK Kristen BPK Penabur Bandung ... 62

a. Siklus 1 ... 63

b. Siklus 2 ... 64

3. Peningkatan Kemampuan Klasifikasi Anak di TK Kristen BPK Penabur Setelah Digunakan Media Balok Warna ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Rekomendasi ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal 2.1 Balok Warna ... 21 3.1 Desain Pola Penelitian Tindakan Kelas ... 26 3.2 Balok Warna ... 29


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Elemen Teori Triarchich Stenberg ... 10

2.2 Standar Kompetensi Konsep Bentuk, Warna dan Urutan ... 18

3.1 Kisi-Kisi Instrumen ... 29

4.1 Daftar Sarana dan Prasarana TK Kristen BPK Penabur Bandung ... 36

4.2 Profil Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 37

4.3 Daftar Peserta Didik Kelompok A Tahun Ajaran 2012/2013 ... 38

4.4 Jadwal Ekstra Kurikuler TK Kristen BPK Penabur Bandung ... 39

4.5 Hasil Pra-Siklus ... 41

4.6 Rencana Kegiatan Harian Siklus I ... 43

4.7 Hasil Siklus I ... 48

4.8 Persentase Kategori Siklus I ... 49

4.9 Rencana Kegiatan Harian Siklus II ... 51

4.10 Hasil Siklus II ... 55

4.11 Persentase Kategori Siklus II ... 56

4.12 Hasil Keseluruhan Kemampuan Klasifikasi Tiap Siklus ... 58

4.13 Hasil Siklus I ... 63


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal 4.1 Perbandingan Hasil Pra Siklus dengan Pasca Siklus ... 59 4.2 Perbandingan Hasil Pra Siklus dengan Pasca Siklus ... 68


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis, karena pada masa usia dini adalah masa keemasan dan fondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Dalam Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (sisdiknas) pasal 1 (butir 24) dinyatakan bahwa :

Pendidikan anak usia dini dalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Masitoh menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak pada dasarnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak sebagaimana dikemukakan oleh Anderson dalam (Nurwindia, 2011 : 1-2), “Early childhood education is based on a number of methodical didactic consideration the aim of which is provide opportunities for development of children personality”. Artinya, pendidikan Taman Kanak-Kanak memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena itu pendidikan untuk anak usia dini khususnya di Taman Kanak-Kanak perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak

Aspek-aspek yang harus dikembangkan dalam pembelajaran yang dilakukan di Taman Kanak-Kanak yaitu : pengembangan moral dan nilai-nilai agama, pengembangan fisik, pengembangan bahasa, pengembangan kognitif, pengembangan sosial-emosional, dan pengembangan seni (Depdiknas, 2002 : 13).

Dunia kognitif anak-anak pra-sekolah ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Beberapa ahli mengemukakan teori perkembangan kognitif pada masa


(12)

2

pra-sekolah atau Taman Kanak-Kanak. Piaget mengemukakan bahwa pada tahap ini, anak-anak melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar (Santrock, 1995 : 45). Anak sudah mampu menggunakan simbol-simbol dalam pikirannya untuk mempresentasikan banda-benda atau kejadian. Anak mampu mengklasifikasikan menurut tanda tertentu, misalnya mengelompokkan semua balok berwarna merah tanpa memperhatikan bentuknya atau semua balok persegi tanpa memperhatikan warnanya (Atkinson et al., 1994 dalam Sriningsih, 2008:30). Sedangkan Santrock mengemukakan bahwa pada subtahap ini, anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Anak-anak mengetahui sesuatu, tetapi pengetahuan mereka tidak didasarkan atas pemikiran yang rasional. Karakteristik yang menonjol pada masa ini adalah centration yaitu memusatkan perhatian terhadap satu karakteristik dan mengesampingkan karakteristik yang lain. Ciri lainnya adalah konservasi yaitu keyakinan akan keabadian atribut objek atau situasi tertentu terlepas dari perubahan yang bersifat dangkal (Santrock, 1995:231).

Salah satu kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yang bertujuan mengembangkan aspek perkembangan kognitif adalah kemampuan klasifikasi. Pentingnya kemampuan klasifikasi ini ditegaskan oleh Copley dan Wortham (Sriningsih, 2008) bahwa antara usia 5-8 tahun, kemampuan berpikir anak bergerak dari tahap praoperasional menuju operasional konkrit atau disebut sebagai masa transisi. Kemampuan berpikir anak bergerak dari kemampuan berpikir yang didominasi oleh persepsi visual menuju kemampuan berpikir logis. Hal ini mendorong anak untuk menggunakan skema mental dalam menyelesaikan berbagai operasi melalui benda-benda konkrit. Meskipun anak membutuhkan berbagai benda konkrit untuk memahami konsep-konsep baru, tidak jarang ia menghabiskan waktu yang lama hanya untuk memanipulasi suatu benda. Skema mental dapat juga digunakan untuk mengklasifikan, melakukan seriasi (menyusun benda berdasarkan urutan tertentu), menghitung dan fungsi lainnya.

Kemampuan klasifikasi di Taman Kanak-Kanak yang terdapat dalam standar rekomendasi dari NCTM, yaitu standar aljabar dengan sub program


(13)

3

memahami pola, hubungan dan fungsi, serta terdapat tiga karakteristik dalam pelaksanaannya. Program-program tersebut adalah :

a. Memilih-milih, mengklasifikasikan, dan mengatur benda-benda berdasarkan ukuran, jumlah dan sifat-sifat lainnya.

b. Mengenali, menggambarkan, dan meluaskan pola-pola seperti urutan bunyi dan bentuk, atau pola-pola angka sederhana dan menerjemahkan dari satu representasi ke representasi lainnya.

c. Menganalisa, mengulangi dan mengembangkan pola-pola.

Sedangkan kemampuan klasifikasi yang terdapat dalam Kurikulum 2004 dengan Standar Isi Peraturan Menteri no. 58 tahun 2009, yaitu kemampuan kognitif dengan program konsep bentuk, warna, ukuran dan pola. Program-program tersebut adalah :

a. Mengklasifikasi benda berdasarkan bentuk, warna atau ukuran : (1) mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk, warna atau ukuran, (2)

mengklasifikasikan benda berdasarkan ciri-ciri tertentu, dan (3) mengklasifikasikan benda menurut jenisnya.

b. Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis, atau kelompok yang berpasangan dengan dua versi

c. Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC

d. Mengurut benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna.

Permasalahan yang terjadi di TK Kristen BPK Penabur, proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan klasifikasi untuk anak Taman Kanak-Kanak belum merujuk pada indikator pembelajaran yang sebagaimana tercantum dalam Kurikulum 2004 dengan Standar Isi Peraturan Menteri no. 58 tahun 2009. Keempat tingkat pencapaian perkembangan tersebut di atas belum dikembangkan dalam bentuk rumusan indikator pembelajaran yang terukur. Kegiatan yang dilakukan di TK Kristen BPK Penabur dalam peningkatan kemampuan klasifikasi masih merujuk pada lembar kerja atau buku aktivitas kegiatan.Selain itu, guru terkadang mengalami kesulitan dalam memilih media untuk meningkatkan kemampuan klasifikasi pada anak. Media yang sering digunakan oleh guru dalam menerapkan pembelajaran klasifikasi adalah alat-alat


(14)

4

meronce dan guru kurang mengeksplorasi penggunaan alat meronce tersebut, padahal jika ditelusuri lebih dalam lagi alat meronce tersebut memiliki banyak kegunaan atau manfaat dalam kegiatan pembelajaran, misalnya mengenalkan bentuk geometri, bentuk dan warna. Dari deskripsi tersebut dapat terlihat bahwa guru kesulitan dalam mengajarkan kemampuan klasifikasi pada anak sehingga kemampuan klasifikasi anak di TK Kristen BPK Penabur masih perlu ditingkatkan. Selain itu, respon anak saat mengikuti kegiatan pengembangan klasifikasi masih banyak yang merasa jenuh dan bosan sehingga seringkali anak tidak ingin menyelesaikan tugasnya hingga selesai. Media balok warna menjadi pemilihan sumber media yang tepat dalam meningkatkan kemampuan klasifikasi anak dikarenakan kemudahannya dalam penggunaan maupun pengadaannya yang sering tersedia di setiap aktivitas pembelajaran. Maka dari itu, penulis ingin mencoba melakukan penelitian yang dapat meningkatkan kemampuan klasifikasi anak TK Kristen BPK Penabur dengan menggunakan media balok warna. Selain bermanfaat bagi anak dalam menemukan media yang dapat menumbuhkan rasa antusias atau minat anak terhadap pembelajaran, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat juga sebagai bahan masukan bagi guru dalam memilih dan memanfaatkan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dalam kegiatan klasifikasi pada anak Taman Kanak-Kanak.

Balok merupakan suatu permainan konstruktif dimana kegiatannya adalah menyusun balok-balok dan dapat diperkenalkan pada anak sejak usia tiga tahun (Annisa: 2009). Balok yang akan digunakan pada penelitian ini adalah balok yang terbuat dari kayu dan mempunyai beberapa warna. Balok adalah salah satu dari alat permainan edukatif. Eliyawati (2005: 62), mengatakan bahwa pengertian alat permainan edukatif untuk anak usia dini adalah alat permainan yang dirancang untuk tujuan meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak usia dini.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jannah, N (2011) tentang pengaruh penggunaan media balok terhadap kreativitas anak usia TK kelompok B TK Angkasa I menunjukkan bahwa hasil akhir kreativitas anak setelah pemberian media balok pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan yang signifikan,


(15)

5

karena kelompok kontrol hanya mendapatkan pembelajaran dengan metode konvensional.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Klasifikasi pada Anak Taman Kanak-Kanak melalui Media Balok Warna”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang, secara umum permasalahan pokok penelitian ini adalah, “bagaimana upaya meningkatkan kemampuan klasifikasi pada anak taman kanak-kanak melalui penggunaan balok warna?”. Secara rinci rumusan masalah di atas dijabarkan ke dalam rumusan pertanyaan berikut :

1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan klasifikasi pada anak di TK Kristen BPK Penabur?

2. Bagaimana penerapan pembelajaran klasifikasi menggunakan media balok warna di TK Kristen BPK Penabur?

3. Bagaimana peningkatan kemampuan klasifikasi pada anak di TK Kristen BPK Penabur setelah menggunakan media balok warna?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan kondisi objektif kemampuan klasifikasi pada anak di TK Kristen BPK Penabur.

2. Mendeskripsikan penerapan pembelajaran klasifikasi menggunakan media balok warna di TK Kristen BPK Penabur.

3. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan klasifikasi pada anak di TK Kristen BPK Penabur setelah menggunakan media balok warna.


(16)

6

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan atau literatur ilmiah yang dapat dijadikan bahan kajian bagi para insan akademik yang sedang mempelajari ilmu pendidikan anak, khususnya mengenai peningkatan kemampuan klasifikasi pada anak TK melalui media balok warna.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman juga wawasan untuk meningkatkan kemampuan klasfiikasi pada anak di TK.

b. Bagi kepala sekolah, dapat menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan peningkatan kemampuan klasifikasi di TK.

c. Bagi para guru, dapat lebih kreatif untuk merancang serta menciptakan media baru dalam memberikan pembelajaran sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan klasfiikasi pada anak TK.

E. Organisasi Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari :

Bab I berisi uraian tentang pendahuluan, yaitu latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II membahas kajian pustaka tentang kemampuan klasifikasi pada anak TK dan media balok warna. Bab III berisi penjabaran secara rinci mengenai metode penelitian, yaitu lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data. Bab IV membahas hasil penelitian dan pembahasan, yaitu data hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum kondisi lapangan, tahap implementasi kegiatan, dan pembahasan yang terdiri dari kondisi objektif pembelajaran dan kemampuan klasifikasi menggunakan media balok warna di TK Kristen BPK Penabur, penerapan pembelajaran klasifikasi


(17)

7

klasifikasi pada anak TK Kristen BPK Penabur setelah diterapkan media balok warna. Bab V berisi kesimpulan dan saran.


(18)

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak Kristen BPK Penabur yang bertempat di Jl. Guntur 34 Kelurahan Malabar Kecamatan Lengkong Bandung. Anak Taman Kanak-Kanak Kristen BPK Penabur yang berada di kelompok A merupakan subjek pada penelitian ini dengan jumlah populasi 20 orang anak dan 1 orang guru, usia anak, yaitu berkisar antara usia 4-5 tahun, jenis kelamin, yaitu 9 laki-laki dan 11 perempuan.

B. Desain Penelitian

Menurut Wiriatmadja, 2009:66 (Kurnianingsih T, 2012:27) dalam penelitian tindakan kelas, terdapat beberapa model atau desain yang dapat digunakan oleh peneliti sebagai acuan siklus tindakan pada saat melakukan penelitian di lapangan. Siklus tersebut akan dilaksanakan secara kontinyu sampai peneliti menemukan solusi yang dapat mengubah proses pembelajaran kearah yang lebih optimal sehingga permasalahan yang terjadi di lapangan dapat diperbaiki secara optimal. Selain itu, dengan menggunakan siklus peneliti juga akan memperoleh alternatif jalan keluar untuk menentukan jalan keluar dalam menentukan rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada setiap tindakan. Agar lebih jelas dalam memahami siklus yang akan digunakan dalam penelitian, berikut ini adalah salah satu model siklus yang akan digunakan pada saat pelaksanaan penelitian :


(19)

26

Desain Pola Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.1

Model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988) (Wiriaatmadja dalam Kurnianingsih, 2012 : 28)

Penjelasan dari tahapan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas model spiral dari Kemmis dan Taggart adalah sebagai berikut (Arikunto, 2008 : 16) :

1. Rencana yaitu rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Pada tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun perencanaan tindakan berdasarkan identifikasi masalah pada obeservasi awal sebelum penelitian dilaksanakan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci pada tahap


(20)

27

ini segala keperluan pelaksanaan peneliti tindakan kelas dipersiapkan mulai dari bahan ajar, rencana pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, pendekatan yang akan digunakan, subjek penelitian serta teknik dan instrumen observasi disesuaikan dengan rencana.

2. Tindakan yaitu apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumya. Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pembelajaran kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasil yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa yang terjadi di kelas.

3. Observasi yaitu mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam PTK. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui ada-tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung.

4. Refleksi yaitu peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarhan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari tindakan perlu dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara guru dan siswa, metode, alat peraga maupun evaluasi.

C. Metode Penelitian


(21)

28

dilaksanakan di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian tindakan kelas berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas (Suharsimi dalam Nurwindia, 2011 : 34). Merujuk para ahli yaitu Ebbut dalam Hopkins mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan–tindakan tersebut. Sedangkan Elliott melihat penelitian tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut (Wiriaatmadja dalam Kurnianingsih, 2012 : 26).

D. Penjelasan Istilah

1. Kemampuan klasifikasi pada penelitian ini mengacu pada kurikulum peraturan menteri pendidikan nasional RI no. 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini, yaitu :

a. Mengklasifikasi benda berdasarkan bentuk b. Mengkalsifikasikan benda berdasarkan warna c. Mengenal pola AB-AB

d. MengenalpolaABC-ABC

e. Mengurut benda berdasarkan 5 seriasi bentuk f. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi warna g. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi urutan.

2. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan media balok warna adalah balok-balok yang terbuat dari kayu, memiliki beberapa pola geometri, ukuran dan warna sebagai berikut :


(22)

29

b. Balok, ukuran 3 cm x 3 cm x 6 cm berwarna putih c. Kubus, ukuran 3 cm x 3 cm x 3 cm berwarna kuning d. Tabung, ukuran 3 cm x 6 cm berwarna merah e. Setengah bola, ukuran 6 cm x 3 cm berwarna biru

Gambar 3.1 Balok Warna E. Instrumen Penelitian

Kisi-Kisi instrumen penelitian teknik observasi pada kemampuan klasifikasi Variabel Sub Variabel Indikator

Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Butir Item Kemampuan Klasifikasi Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk

Memasangkan balok berdasarkan bentuk (prisma segitiga, balok, kubus, tabung, setengah bola)

Observasi Anak 1

Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna

Memasangkan balok berdasarkan warna (hijau, putih, kuning, merah, biru)

Observasi Anak 2

Mengenal pola AB-AB

Meniru pola dengan berbagai bentuk geometri, misal: (prisma segitiga dan balok), (kubus dan tabung), (tabung dan setengah bola).

Observasi Anak 3

Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk dua pola yang berurutan, misal: prisma segitiga, balok, prisma segitiga, …..

Observasi Anak 4

Mengenal pola ABC-ABC

Meniru pola dengan berbagai bentuk geometri, misal: (prisma segitiga, balok dan kubus), (tabung, setengah bola dan prisma segitiga).

Observasi Anak 5


(23)

30

yang berurutan, misal: tabung, setengah bola, prisma segitiga, tabung, ….., ……..

Mengurut benda berdasarkan 5 seriasi bentuk

Mengurut benda berdasarkan 5 seriasi bentuk (prisma segitiga, balok, kubus, tabung, setengah bola)

Observasi Anak 7

Mengurut benda berdasarkan 5 seriasi warna

Mengurut benda berdasarkan 5 seriasi warna (hijau, putih, kuning, merah, biru)

Observasi Anak 8

Mengurut benda berdasarkan 5 seriasi urutan

Mengurut benda berdasarkan 5 seriasi urutan (bentuk dan warna), misal: prisma segi tiga berwarna hijau, balok berwarna putih, kubus berwarna kuning, tabung berwarna merah, setengah bola berwarna biru).

Observasi Anak 9

Penggunaan Media Balok Warna

Persiapan a. Tujuan Pembelajaran

b. Materi Pembelajaran c. Teknik Pembelajaran d. Media Pembelajaran e. Evaluasi Pembelajaran

Observasi dan Wawancara

Guru 1 – 5

Penggunaan Media BalokWarna dalam Meningkatkan Kemampuan Klasifikasi

a.Mengenalkan dan

mendemonstrasikan kegiatan mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk (prisma segitiga, balok, kubus, tabung, setengah bola)

b.Mengenalkan dan

mendemonstrasikan kegiatan mengklasifikasikan benda berdasarkan warna (hijau, putih, kuning, merah, biru)

c.Mengenalkan pola AB-AB dengan media balok warna

d.Mengenalkan pola ABC-ABC dengan media balok warna e.Mengenalkan dan

mendemonstrasikan kegiatan mengurutkan benda bersadarkan 5 seriasi bentuk (prisma segitiga, balok, kubus, tabung, setengah bola)

f.Mengenalkan dan

mendemonstrasikan kegiatan mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi warna (hijau, putih, kuning,


(24)

31

merah, biru) g.Mengenalkan dan

mendemonstrasikan kegiatan mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi urutan

Penilaian a. Melakukan tanya jawab

seputar kegiatan yang telah dilakukan

b. Memberikan kesempatan pada anak untuk mengemukakan pendapatnya selama

mengikuti pembelajaran

Observasi Guru 13-14

F. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari beberapa penilaian, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Observasi

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik observasi dalam mengumpulkan data penelitian. Yang menjadi sumber data dalam observasi ini adalah anak atau peserta didik. Observasi yang akan digunakan adalah jenis observasi terbuka. Pada posisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden (peserta didik) diketahui secara terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti tejadi hubungan atau interaksi secara wajar (Sukardi, 2008). Hal yang di observasi pada penelitian ini adalah anak dan guru, dengan menggunakan pedoman observasi yang sudah dibuat. Observasi ini dideskripsikan dalam catatan anekdot.

2. Dokumentasi

Selain teknik observasi, peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi sebagai alat pengumpulan data penelitian. Teknik dokumentasi ini berupa foto-foto hasil karya anak.


(25)

32

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi selama penelitian tindakan kelas berlangsung. Catatan lapangan dibuat secara deskriptif oleh peneliti pada saat refleksi, berisi tentang kegiatan pembelajaran yang berlangsung, suasana kelas, ataupun perilaku anak dalam melakukan aktivitas peningkatan kemampuan klasifikasi melalui media balok warna di TK Kristen BPK Penabur.

4. Pedoman Refleksi

Refleksi adalah mengingat dan merenungkankembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Lewat refleksi guru berusaha (a) memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategik, dengan mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi pembelajaran kelas, dan (b) memahami persoalan pembelajaran dan keadaan kelas di mana pembelajaran dilaksanakan. Dalam melakukan refleksi, guru sebaiknya juga berdiskusi dengan sejawat, untuk menghasilkan rekonstruksi makna situasi pembelajaran kelas dan memberikan dasar perbaikan rencana siklus berikutnya. Refleksi memiliki aspek evaluatif. Dalam melakukan refleksi, guru hendaknya menimbang-nimbang pengalaman menyelenggarakan pembelajaran di kelas, untuk menilai apakah pengaruh (persoalan yang timbul) memang diinginkan, dan memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan.

G. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul tidak akan bermakna tanpa di analisis yakni diolah dan diinterpretasikan. Oleh karena itu, pengolahan dan interpretasi data merupakan langkah penting dalam penelitian tindakan kelas. Menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian (Sanjaya dalam Nurwindia, 2011 : 47-48).


(26)

33

Menurut Sanjaya, W (Nurwindia, 2011 : 47-48) bahwa analisis data bisa dilakukan melalui tiga tahap, yakni :

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah. Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan semua instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data kemudian dikelompokkan berdasarkan fokus masalah atau hipotesis. Misalnya data dari hasil observasi, data hasil tes hasil belajar dan data dari catatan lapangan. Dalam tahap ini mungkin peneliti membuang data yang dianggap tidak relevan. Pada penelitian ini, reduksi data dimulai dari pembuatan rangkuman dari setiap data dengan tujuan agar mudah dipahami. Keseluruhan rangkuman data yang berupa hasil observasi dan catatan lapangan mengenai upaya meningkatkan kemampuan klasifikasi anak Taman Kanak-Kanak melalui pemanfaatan media balok warna dikelompokkan berdasarkan kategori permasalahan yang diteliti.

2. Mendeskripsikan Data

Data yang sudah direduksi kemudian dideskripsikan sehingga data yang telah diorganisir menjadi bermakna. Mendiskripsikan data dapat dilakukan dalam bentuk naratif, membuat grafik atau menyusunnya dalam bentuk tabel. Dalam penelitian ini data yang telah direduksi disajikan dalam bentuk deskripsi yang menyeluruh pada setiap aspek peningkatan kemampuan klasifikasi anak yang diteliti. Selain itu, hasil yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel. Pengolahan dan perhitungan dalam membuat grafik ini menggunakan rumus :

skor/nilai yang diperoleh x 100 skor/nilai maksimal


(27)

34

3. Membuat Kesimpulan

Setelah mendiskripsikan data, peneliti membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan deksripsi data. Jika data itu sudah tersaji dengan jelas tetapi belum ditarik sebuah kesimpulan, maka data itu tidak berarti. Data yang telah terkumpul diinterpretasikan berdasarkan teori yang disesuaikan dengan hasil temuan. Hasil interpretasi disajikan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya dan selanjutnya diimplementasikan pada proses pembelajaran.

H. Validasi Data

Sanjaya, W (Nurwindia, 2011 : 48) mengungkapkan bahwa validitas pada penelitian tindakan kelas adalah keajekan proses penelitian seperti yang disyaratkan dalam penelitian kualitatif. Kriteria validitas untuk penelitian kualitatif adalah makna langsung yang dibatasi oleh sudut pandang peneliti itu sendiri terhadap proses penelitian.

Dalam penelitian ini, teknik validitas data menggunakan teknik dari Hopkins (Wiriaatmadja dalam Nurwindia, 2011 : 48) yaitu melakukan member check, yakni memeriksa kembali kebenaran dan kesahihan keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber (kepala sekolah, guru, teman sejawat, siswa, dan lain-lain). Kegiatan ini dilakukan guna menguji konsistensi informasi yang telah dituangkan dalan bentuk laporan narasi.

Selain melakukan member check, validitas juga dapat dilakukan dengan triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data dengan cara mengkonfirmasikan kepada sumber lain, dalam hal ini guru pendamping dan pendapat ahli pada saat bimbingan berupa temuan-temuan penelitian dan penyusunan laporan.

Validitas juga dapat dilakukan dengan cara melakukan audit trial, yaitu memeriksa catatan yang ditulis oleh peneliti atau memeriksa kebenaran hasil penelitian dengan mendiskusikan dengan temuan sejawat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melakukan penelitian tindakan kelas.


(28)

35

Pada tahap akhir, validitas dapat dilakukan dengan cara expert opinion, yaitu mengkonsultasikan hasil temuan penelitian kepada pakar, dalam hal ini pembimbing untuk memperoleh arahan terhadap masalah-masalah penelitian yang terjadi di lapangan. Perbaikan, modifikasi atau penghalusan berdasarkan arahan pembimbing atau pakar selanjutnya akan memvalidasi hipotesis, konstruk atau kategori dan analisis yang peneliti lakukan. Dengan demikian akan meningkat derajat kepercayaan penelitian.


(29)

71

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang meningkatkan kemampuan klasifikasi anak melalui media balok warna di Taman Kanak-Kanak Kristen BPK Penabur Bandung, dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kondisi objektif kegiatan pembelajaran klasifikasi di TK Kristen BPK Penabur berada pada kategori Baik (B) sebanyak 45%, Cukup (C) sebanyak 34,4% dan pada kategori Kurang (K) sebanyak 20,6%. Kondisi ini dapat didesdkripsikan pada kesulitan guru dalam memilih media untuk meningkatkan kemampuan klasifikasi pada anak. Media yang sering digunakan oleh guru dalam menerapkan pembelajaran klasifikasi adalah alat-alat meronce dan guru kurang mengeksplorasi penggunaan alat-alat meronce tersebut, padahal jika ditelusuri lebih dalam lagi alat meronce tersebut memiliki banyak kegunaan atau manfaat dalam kegiatan pembelajaran, misalnya mengenalkan bentuk geometri, bentuk dan warna. Dari deskripsi tersebut dapat terlihat bahwa guru kesulitan dalam mengajarkan kemampuan klasifikasi pada anak sehingga kemampuan klasifikasi anak di TK Kristen BPK Penabur masih perlu ditingkatkan. Selain itu, respon anak saat mengikuti kegiatan pengembangan klasifikasi masih banyak yang merasa jenuh dan bosan sehingga seringkali anak tidak ingin menyelesaikan tugasnya hingga selesai. Media balok warna menjadi pemilihan sumber media yang tepat dalam meningkatkan kemampuan klasifikasi anak dikarenakan kemudahannya dalam penggunaan maupun pengadaannya yang sering tersedia di setiap aktivitas pembelajaran. Kemampuan klasifikasi yang diobservasi pada penelitian ini meliputi beberapa indikator diantaranya mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk, mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, mengenal pola AB-AB, mengenal pola ABC-ABC, mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi bentuk, mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi warna, dan mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi urutan.


(30)

72

2. Penerapan media balok warna yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan klasifikasi anak di Taman Kanak-Kanak Kristen BPK Penabur Bandung dilaksanakan dalam dua siklus, dan penerapan media balok warna ini meliputi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi dalam setiap siklus. Observasi pada siklus pertama yang terdiri dari sembian indikator yang berada pada kategori Baik (B) sebanyak 52,2%, Cukup (C) sebanyak 40%, dan Kurang (K) sebanyak 7,8%. Sedangkan observasi pada siklus kedua yang terdiri dari sembilan indikator yang berada pada kategori Baik (B) sebanyak 70,6%, Cukup (C) sebanyak 29,4%, dan Kurang (K) sebanyak 0%.

3. Peningkatan kemampuan klasifikasi anak setelah penerapan media balok warna mengalami perubahan. Hal ini dapat terlihat dari setiap siklus, kemampuan klasifikasi anak menjadi lebih baik dibandingkan sebelum diterapkannya media balok warna. Kemampuan klasifikasi anak pada pra-siklus yang berada pada kategori indikator belum tercapai dan anak perlu stimulasi (K) sebanyak 20,6%, kategori indikator tercapai dengan bantuan (C) sebanyak 34,4%, dan pada kategori indikator tercapai (B) sebanyak 45%. Peningkatan 9 aspek kemampuan klasifikasi anak pada siklus kesatu yang berada pada kategori indikator belum tercapai dan anak perlu stimulasi (K) sebanyak 7,8%, kategori indikator tercapai dengan bantuan (C) sebanyak 40%, dan pada kategori indikator tercapai (B) sebanyak 52,2%. Peningkatan 9 aspek kemampuan klasifikasi anak pada siklus kedua yang berada pada kategori indikator belum tercapai dan anak perlu stimulasi (K) sebanyak 0%, kategori indikator tercapai dengan bantuan (C) sebanyak 29,4%, dan pada kategori indikator tercapai (B) sebanyak 70,6%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pembahasan yang disimpulkan di atas, terdapat beberapa hal yang menjadi catatan sebagai bahan rekomendasi diantaranya adalah sebagai


(31)

73

1. Bagi Guru

a. Guru hendaknya dapat menstimulasi perkembangan kemampuan klasifikasi anak melalui media dan sumber belajar yang dapat menarik minat anak, salah satunya melalui media balok warna.

b. Melalui media balok warna, guru telah mengenalkan konsep bentuk mulai dari kubus, balok, tabung, segi tiga dan setengah bola. Selain itu guru juga telah mengenalkan konsep warna dan konsep klasifikasi (mengelompokkan).

2. Bagi Pengelola Taman Kanak-Kanak BPK Penabur Bandung

a. Pengelola diharapkan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas bermain yang dapat merangsang anak untuk meningkatkan kemampuan klasifikasinya. b. Pengelola hendaknya dapat mengikut sertakan pendidik untuk mengikuti

pelatihan demi meningkatkan profesionalisme pendidik terutama dalam pemilihan materi, metode, serta media pembelajaran.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara lebih mendalam terhadap penerapan media balok warna untuk meningkatkan kemampuan klasifikasi anak.

b. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penerapan media balok warna yang lebih baik lagi dengan memperluas dan memvariasikan area dan media yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah.


(32)

74

DAFTAR PUSTAKA

Andari, A. (2008). Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Logika Matematika melalui Penggunaan Media Balok di Taman Kanak-Kanak. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Bandung. Tidak Diterbitkan

Annisa, Neng. (2009). Upaya Tutor Dalam Meningkatkan Kreativitas AUD Melalui Permainan Balok di KOBER BOUGENVILLE SKB KAB.SUBANG. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Bandung. Tidak diterbitkan. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta :

Rineka Cipta

Depdiknas. (2005). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta : Depdiknas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Depdiknas. (2007). Pedoman Penembangan Bidang Kognitif di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Depdiknas Direktorat Pembinaan TK dan SD

Eliyawati, Cucu. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Jannah, N. (2011). Pengaruh Penggunaan Media Balok terhadap Kreativitas Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Skripsi. Tidak diterbitkan. FIP UPI Kurnianingsih, T. (2012). Peningkatan Keterampilan Berhitung Anak Usis Taman

Kanak-Kanak melalui Metode Demonstrasi. Skripsi.Tidak diterbitkan.FIP UPI.

Nurwindia, A. (2011). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Taman Kanak-Kanak melalui Pemanfaatan Media Balok Cuisenaire. Skripsi.Tidak diterbitkan.FIP UPI.

Santrock, John W. (1995). Life-Span Developmen, Perkembangan Masa Hdup. Jakarta : Erlangga

Sriningsih, N. (2008). Pembelajaran Matematika Terpadu untuk Anak Usia Dini. Bandung : Pustaka Sebelas


(33)

75

Sujiono, Y. (2008). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta : UT

Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lain-Lain :

Peraturan Menetri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, nomor 58 tahun 2009, Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

Ojose, B. (2008). Menerapkan Teori Piaget Pengembangan Kognitif untuk Instruksi Matematika. [online]. Tersedia : http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://math.c oe.uga.edu/tme/issues/v18n1/v18n1_Ojose.pdf [29 Maret 2013]

Syaodih, E. Psikologi Perkembangan. [online]. Tersedia

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-ERNAWULAN_SYAODIH/PSIKOLOGI_PERKEMBANGAN.pdf [13 Maret 2013]


(1)

Pada tahap akhir, validitas dapat dilakukan dengan cara expert opinion, yaitu mengkonsultasikan hasil temuan penelitian kepada pakar, dalam hal ini pembimbing untuk memperoleh arahan terhadap masalah-masalah penelitian yang terjadi di lapangan. Perbaikan, modifikasi atau penghalusan berdasarkan arahan pembimbing atau pakar selanjutnya akan memvalidasi hipotesis, konstruk atau kategori dan analisis yang peneliti lakukan. Dengan demikian akan meningkat derajat kepercayaan penelitian.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang meningkatkan kemampuan klasifikasi anak melalui media balok warna di Taman Kanak-Kanak Kristen BPK Penabur Bandung, dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kondisi objektif kegiatan pembelajaran klasifikasi di TK Kristen BPK Penabur berada pada kategori Baik (B) sebanyak 45%, Cukup (C) sebanyak 34,4% dan pada kategori Kurang (K) sebanyak 20,6%. Kondisi ini dapat didesdkripsikan pada kesulitan guru dalam memilih media untuk meningkatkan kemampuan klasifikasi pada anak. Media yang sering digunakan oleh guru dalam menerapkan pembelajaran klasifikasi adalah alat-alat meronce dan guru kurang mengeksplorasi penggunaan alat-alat meronce tersebut, padahal jika ditelusuri lebih dalam lagi alat meronce tersebut memiliki banyak kegunaan atau manfaat dalam kegiatan pembelajaran, misalnya mengenalkan bentuk geometri, bentuk dan warna. Dari deskripsi tersebut dapat terlihat bahwa guru kesulitan dalam mengajarkan kemampuan klasifikasi pada anak sehingga kemampuan klasifikasi anak di TK Kristen BPK Penabur masih perlu ditingkatkan. Selain itu, respon anak saat mengikuti kegiatan pengembangan klasifikasi masih banyak yang merasa jenuh dan bosan sehingga seringkali anak tidak ingin menyelesaikan tugasnya hingga selesai. Media balok warna menjadi pemilihan sumber media yang tepat dalam meningkatkan kemampuan klasifikasi anak dikarenakan kemudahannya dalam penggunaan maupun pengadaannya yang sering tersedia di setiap aktivitas pembelajaran. Kemampuan klasifikasi yang diobservasi pada penelitian ini meliputi beberapa indikator diantaranya mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk, mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, mengenal pola AB-AB, mengenal pola ABC-ABC, mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi bentuk, mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi warna, dan mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi urutan.


(3)

2. Penerapan media balok warna yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan klasifikasi anak di Taman Kanak-Kanak Kristen BPK Penabur Bandung dilaksanakan dalam dua siklus, dan penerapan media balok warna ini meliputi empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi dalam setiap siklus. Observasi pada siklus pertama yang terdiri dari sembian indikator yang berada pada kategori Baik (B) sebanyak 52,2%, Cukup (C) sebanyak 40%, dan Kurang (K) sebanyak 7,8%. Sedangkan observasi pada siklus kedua yang terdiri dari sembilan indikator yang berada pada kategori Baik (B) sebanyak 70,6%, Cukup (C) sebanyak 29,4%, dan Kurang (K) sebanyak 0%.

3. Peningkatan kemampuan klasifikasi anak setelah penerapan media balok warna mengalami perubahan. Hal ini dapat terlihat dari setiap siklus, kemampuan klasifikasi anak menjadi lebih baik dibandingkan sebelum diterapkannya media balok warna. Kemampuan klasifikasi anak pada pra-siklus yang berada pada kategori indikator belum tercapai dan anak perlu stimulasi (K) sebanyak 20,6%, kategori indikator tercapai dengan bantuan (C) sebanyak 34,4%, dan pada kategori indikator tercapai (B) sebanyak 45%. Peningkatan 9 aspek kemampuan klasifikasi anak pada siklus kesatu yang berada pada kategori indikator belum tercapai dan anak perlu stimulasi (K) sebanyak 7,8%, kategori indikator tercapai dengan bantuan (C) sebanyak 40%, dan pada kategori indikator tercapai (B) sebanyak 52,2%. Peningkatan 9 aspek kemampuan klasifikasi anak pada siklus kedua yang berada pada kategori indikator belum tercapai dan anak perlu stimulasi (K) sebanyak 0%, kategori indikator tercapai dengan bantuan (C) sebanyak 29,4%, dan pada kategori indikator tercapai (B) sebanyak 70,6%.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pembahasan yang disimpulkan di atas, terdapat beberapa hal yang menjadi catatan sebagai bahan rekomendasi diantaranya adalah sebagai berikut :


(4)

1. Bagi Guru

a. Guru hendaknya dapat menstimulasi perkembangan kemampuan klasifikasi anak melalui media dan sumber belajar yang dapat menarik minat anak, salah satunya melalui media balok warna.

b. Melalui media balok warna, guru telah mengenalkan konsep bentuk mulai dari kubus, balok, tabung, segi tiga dan setengah bola. Selain itu guru juga telah mengenalkan konsep warna dan konsep klasifikasi (mengelompokkan).

2. Bagi Pengelola Taman Kanak-Kanak BPK Penabur Bandung

a. Pengelola diharapkan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas bermain yang dapat merangsang anak untuk meningkatkan kemampuan klasifikasinya. b. Pengelola hendaknya dapat mengikut sertakan pendidik untuk mengikuti

pelatihan demi meningkatkan profesionalisme pendidik terutama dalam pemilihan materi, metode, serta media pembelajaran.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian secara lebih mendalam terhadap penerapan media balok warna untuk meningkatkan kemampuan klasifikasi anak.

b. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penerapan media balok warna yang lebih baik lagi dengan memperluas dan memvariasikan area dan media yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di sekolah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Andari, A. (2008). Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Logika Matematika melalui Penggunaan Media Balok di Taman Kanak-Kanak. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Bandung. Tidak Diterbitkan

Annisa, Neng. (2009). Upaya Tutor Dalam Meningkatkan Kreativitas AUD Melalui Permainan Balok di KOBER BOUGENVILLE SKB KAB.SUBANG. Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Bandung. Tidak diterbitkan. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta :

Rineka Cipta

Depdiknas. (2005). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta : Depdiknas Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Depdiknas. (2007). Pedoman Penembangan Bidang Kognitif di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Depdiknas Direktorat Pembinaan TK dan SD

Eliyawati, Cucu. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Jannah, N. (2011). Pengaruh Penggunaan Media Balok terhadap Kreativitas Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Skripsi. Tidak diterbitkan. FIP UPI Kurnianingsih, T. (2012). Peningkatan Keterampilan Berhitung Anak Usis Taman

Kanak-Kanak melalui Metode Demonstrasi. Skripsi.Tidak diterbitkan.FIP UPI.

Nurwindia, A. (2011). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Taman Kanak-Kanak melalui Pemanfaatan Media Balok Cuisenaire. Skripsi.Tidak diterbitkan.FIP UPI.

Santrock, John W. (1995). Life-Span Developmen, Perkembangan Masa Hdup. Jakarta : Erlangga

Sriningsih, N. (2008). Pembelajaran Matematika Terpadu untuk Anak Usia Dini. Bandung : Pustaka Sebelas


(6)

Sujiono, Y. (2008). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta : UT

Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lain-Lain :

Peraturan Menetri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, nomor 58 tahun 2009, Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

Ojose, B. (2008). Menerapkan Teori Piaget Pengembangan Kognitif untuk Instruksi Matematika. [online]. Tersedia : http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://math.c oe.uga.edu/tme/issues/v18n1/v18n1_Ojose.pdf [29 Maret 2013]

Syaodih, E. Psikologi Perkembangan. [online]. Tersedia

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-ERNAWULAN_SYAODIH/PSIKOLOGI_PERKEMBANGAN.pdf [13 Maret 2013]