Pengelolaan Sistem Informasi Akademik Perguruan Tinggi Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Studi Deskriptif Analitik tentang Pengaruh Efektivitas SIA, Budaya TIK, Ketersediaan Fasilitas TIK,dan Kualitas SDM SIA terhadap Kinerja Perguruan Tinggi d

(1)

ix DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ……… iii

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH ……….. vi

DAFTAR ISI ……….. ix

DAFTAR TABEL ……….. xiii

DAFTAR GAMBAR ……….. xxii

Bab I : PENDAHULUAN ………

A. Latar Belakang ………

B. Rumusan Masalah ……....………...

C. Tujuan Penelitian ………

D. Asumsi ………..………...……….

E. Hipotesis ………...

F. Metode Penelitian ………

G. Lokasi dan subjek Penelitian ………

1 1 10 12 15 16 17 19

Bab II : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

PERGURUAN TINGGI ………. A. Manajemen Perguruan Tinggi ...

1. Konsep Dasar Perguruan Tinggi ... 2. Manajemen Sumberdaya Perguruan Tinggi ... a. Manajemen Kurikulum/Akademik ... b. Manajemen Personalia ... c. Manjaemen Mahasiswa ... d. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan.... e. Manajemen Biaya ... 3. Tantangan Perguruan Tinggi ... B. Sistem Informasi Manajemen ...………...

1. Kedudukan Sistem Informasi dalam Manajemen

20 20 20 25 26 35 36 36 46 54 57


(2)

x

Pendidikan ………... 2. Mengelola Sistem Informasi Manajemen ………… 3. Manajemen Sistem Informasi Perguruan Tinggi 4. Sistem Informasi Akademik dalam

Penyelenggaraan Perguruan Tinggi …………... 5. Stakeholder SIM Perguruan Tinggi ………. 6. ICT dalan Sistem Informasi Manajemen Perguruan Tinggi ……….. 7. Kematangan Pemanfaatan IT oleh Perguruan

Tinggi ………..

C. Knowledge Management ……….

1. Konsep Dasar ………..

2. Hubungan Knowledge Management dan Learning Organization ……… 3. Knowledge Management dalam Pengelolaan Perguruan Tinggi ………. 4. Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Knowledge Management di perguruan Tinggi ……….. D. Kinerja Perguruan Tinggi ………...

1. Faktor-faktor yang

mempengaruhi Kinerja………

2. Pengukuran Kinerja

Perguruan Tinggi …………. E. Prestasi Belajar Mahasiswa ………. F. Kerangka Pemikiran Penelitian ……….. G. Beberapa penelitian Terdahulu tentang Sistem

Informasi dalam Pendidikan ………

70 71 80 84 94 100 108 84 113 113 117 119 126 129 133 137 146 147 151

Bab III : PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian ………..

B. Populasi dan Sampel ……….…….…………

C. Desain Penelitian ………..

D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ……… E. Uji Coba Instrumen Penelitian ………..

155 155 156 159 163 170


(3)

xi Bab IV :

F. Uji Validitas ………...………

G. Uji Reliabilitas ………..

H. Teknik Pengumpulan Data ………

I. Teknik Analisa Data ………..

HASIL DAN PEMBAHASAN

170 172 173 174 180 A. Analisis Deskriptif berdasarkan Persepsi Lembaga

(Pimpinan/Pengelola) ………

181

1. Variabel Efektivitas Managemen SIA (X1)……… 181

2. Variabel Budaya ICT (X2) ………. 187

3. Variabel Ketersediaan Fasilitas (X3) ………. 193

4. Variabel Kualitas SDM SIA……… 196

5. Variabel Kinerja Perguruan Tinggi ……… 199

6. Variabel Prestasi Akademik Mahasiswa ………… 209

7. Manajemen Sistem Informasi Akademik (SIA) Perguruan Tinggi Berbasisi TIK (Studi Deskriptif Analitik Pengaruh Efektivitas Manajemen SIA, Budaya TIK, Ketersediaan Fasilitas TIK, Kualiatas SDM SIA terhadap Kinerja Perguruan Tinggi dan Dampaknya terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa pada PT di Kota Bandung……….. 212 B. Analisis Deskriptif berdasarkan Persepsi Dosen …... 234

1. Variabel Efektivitas Managemen SIA (X1)……… 235

2. Variabel Budaya ICT (X2) ………. 240

3. Variabel Ketersediaan Fasilitas (X3) ………. 245

4. Variabel Kualitas SDM SIA……… 247

5. Variabel Kinerja Perguruan Tinggi ……… 248

6. Variabel Prestasi Akademik Mahasiswa ………… 250 7. Manajemen Sistem Informasi Akademik (SIA) 251


(4)

xii

Perguruan Tinggi Berbasisi TIK (Studi Deskriptif Analitik Pengaruh Efektivitas Manajemen SIA, Budaya TIK, Ketersediaan Fasilitas TIK, Kualiatas SDM SIA terhadap Kinerja Perguruan Tinggi dan Dampaknya terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa pada PT di Kota Bandung………..

C. Analisis Deskriptif berdasarkan Persepsi Mahasiswa 274

1. Variabel Efektivitas Managemen SIA (X1)……… 274

2. Variabel Budaya TIK (X2) ………. 279

3. Variabel Ketersediaan Fasilitas (X3) ………. 284

4. Variabel Kualitas SDM SIA……… 285

5. Variabel Kinerja Perguruan Tinggi ……… 287

6. Variabel Prestasi Akademik Mahasiswa ………… 288 7. Manajemen Sistem Informasi Akademik (SIA)

Perguruan Tinggi Berbasisi TIK (Studi Deskriptif Analitik Pengaruh Efektivitas Manajemen SIA, Budaya TIK, Ketersediaan Fasilitas TIK, Kualiatas SDM SIA terhadap Kinerja Perguruan Tinggi dan Dampaknya terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa pada PT di Kota Bandung………..

290

D. Pembahasan dan Alternatif Pengembangan Model SIA di Perguruan Tinggi ………

312 1. Gambaran Umum Manajemen Sistem Informasi

Akademik (SIA) Perguruan Tinggi Berbasis ICT/TIK ………..

313

2. Pengaruh Efektivitas Manajemen SIA, Budaya ICT, Ketersediaan Fasilitas ICT, dan Kualitas Sumber Daya Manusia SIA terhadap Kinerja Perguruan Tinggi dan Dampaknya terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa………

340

E. Model Pengelolaan Sistem Informasi Akademik Perguruan Tinggi ……….


(5)

xiii

Bab V : KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN

REKOMENDASI

363

A. Kesimpulan ……….. 362

B. Implikasi ... C. Rekomendasi ………...

367 368

DAFTAR PUSTAKA 377


(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini kita sudah memasuki era quantum, “era dimana perubahan pengetahuan, cara hidup, kebudayaan dan peradaban manusia memiliki kecepatan dan akselerasi yang tinggi”. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal tersebut diatas adalah dengan menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang merupakan terjemahan dari ICT (Information Technology/ Information and Communication Technology) sebagai dukungan bagi pengelolaan pendidikan tinggi yang efektif dan efisien.

Keterlibatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau information and communication technology (ICT) di dalam dunia pendidikan sudah tidak dianggap sebuah pilihan, tetapi telah menjelma menjadi kebutuhan mutlak yang harus dimiliki dan dimanfaatkan oleh perguruan tinggi jika ingin meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikannya. Artinya, esensi penerapan Teknologi Informasi di lingkungan perguruan tinggi bukan hanya bersifat untuk membantu (supporter) dalam pengelolaan, tetapi sedemikian rupa sehingga berdampak pada peningkatan kemampuan (enabler) dalam proses pengambilan keputusan diberbagai tingkatan manajemen Perguruan Tinggi. Hal ini akan terwujud apabila penerapan Teknologi Informasi tersebut diikuti dengan pengembangan sistem informasi manajemen di lingkungan Perguruan Tinggi, agar seluruh data dari aktifitas manajerial Perguruan Tinggi dapat di dokumentasi dalam bentuk data


(7)

2

digital, sehingga memudahkan pihak pengelola maupun stakeholder Perguruan Tinggi untuk mendapatkan berbagai informasi dari Perguruan Tinggi tersebut. Selain itu juga sekaligus membenahi sistem prosedur yang berlaku di Perguruan Tinggi, sehingga secara keseluruhan akan berdampak pada kualitas layanan yang diberikan Perguruan Tinggi bagi stakeholders nya.

Pentingnya peningkatan kualitas pelayanan merupakan salah satu indikator upaya peningkatan kinerja perguruan tinggi yang bisa dikata saat ini produk-produk pendidikan tinggi di Indonesia bisa dikatakan masih belum bermutu memuaskan banyak pihak yang menggunakan ataupun bersaing ditingkat internasional. Zamroni (2008) menyatakan bahwa ada penelitian yang menyatakan semakin tinggi jenjang pendidikan warga masyarakat di Indonesia, maka semakin rendah tingkat kemandirian dan jiwa kewirausahaannya. Artinya, para lulusan perguruan tinggi akan memiliki kemandirian dan jiwa kewirausahaan yang lebih rendah dibanding para lulusan sekolah menengah.

Terkait dengan kinerja perguruan tinggi di Indonesia dewasa ini, sebuah lembaga survey internasional yang berlokasi di Spanyol, Consejo Superior de Investigaciones Científicas (CSIC) melakukan analisis kuantitatif konten internet dan web yang materinya dikhususkan untuk proses ‘produksi’ ilmu serta komunikasi ilmu pengetahuan mengeluarkan sebuah hasil penelitian yang dirangkum dalam The "Webometrics Ranking of World Universities”. Penelitian itu menilai kinerja perguruan tinggi dunia dalam menyiarkan konten-konten ilmiah dalam internet dan web. Didapatlah prestasi ribuan lembaga perguruan tinggi yang diurutkan berdasarkan rangking kinerjanya di atas.


(8)

3

Prestasi internasional dalam kategori Webometrics ini cukup memberikan gambaran sejauh mana prestasi atau capaian kualitas publikasi ilmiah dan atau pelayanan kepada publik pendidikan tinggi di Indonesia saat ini. Pada publikasi Tahun 2009, ada 3 perguruan tinggi yang masuk ke jajaran peringkat teratas 1000 dunia, yaitu UGM, ITB dan UI ( http://www.webometrics.info/).

Dengan hanya 3 universitas yang masuk ke jajaran top 1000 perguruan tinggi dunia, menandakan betapa perjuangan peningkatan mutu pendidikan tinggi di Indonesia masih perlu perjuangan yang lebih keras lagi. Indonesia berada di bawah Singapura dan Thailand, yang mampu menempatkan beberapa universitasnya di peringkat 200 dunia dan 500 dunia. Sebagai perbandingan lain berdasarkan mutu akademik, sebuah lembaga survey independen, QS Rangking dengan parameter Peer Review Score, Employer Review Score, Staff Peer Student Review, Citations Per Staff Score, Internationasl Students Score dan International Staff Score, mendudukkan beberapa perguruan tinggi di indonesia sebagai ”Best World Univesities” seperti terangkum dalam tabel di bawah ini:

TABEL 1.1

RANGKING PRESTASI PERGURUAN TINGGI DI TINGKAT INTERNASIONAL

Lembaga Perangking

Nama PT Rangking Kategori Penilaian

Webometrics Januari 2010

UGM

ITB

UI

1 (Indonesia), 8 (Asia Tenggara), 62 (Asia) – 562 (Dunia)

2 (Indonesia), 10 (Asia Tenggara) 74 (Asia) - 661 (Dunia)

3 (Indonesia), 17 (Asia Tenggara), 815 (Dunia)

Publikasi Konten Ilmiah di Internet/Web (Size, Rich Files, Scholar dan Visibility)


(9)

4

Lembaga Perangking

Nama PT Rangking Kategori Penilaian

Asia Week/QS World University Rangking 2009

UI UGM ITB IPB UNAIR UNDIP UNS UNIBRAW

50 63 80 119 130 171 171 191

Peer Review Score, Employer Review Score, Staff Per Student Review, Citations Per Staff Score,

Internationasl Students Score and Internatioal Staff Score

Sumber : - http://www.webometrics.info/ - http://www.topuniversities.com

Sebagai gambaran tentang kondisi riil perguruan tinggi di Indonesia, terkait dengan salah satu komponen perguruan tinggi yaitu PTS –jumlah yang lebih besar dibanding PTN- Satryo Soemantri Brodjonegoro, menilai sebagian besar Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia tidak memenuhi persyaratan sebuah perguruan tinggi. Di Pulau Jawa, yang tidak memenuhi persyaratan mencapai 70 %, sedangkan di luar Pulau Jawa mencapai 90 %. Sisanya yang memenuhi syarat minimal sebuah perguruan tinggi, di Pulau Jawa mencapai 30 %, sedangkan PTS di luar Pulau Jawa yang sudah layak hanya 10 %. Ini tentu merupakan salah satu jawaban mengapa prestasi perguruan tinggi di level internasional dinilai seperti pada tabel 1.1. di atas (Kartiwa, 2008).

Dengan melihat prestasi pendidikan tinggi Indonesia seperti itu, dan tuntutan para pengguna atau stakeholder pendidikan yang menginginkan kualitas terbaik, ditambah lagi dengan banyak kerisauan akan hebatnya kemajuan jaman di masa yang akan datang, maka banyak pihak yang terlibat dalam perguruan tinggi ini untuk melakukan banyak terobosan. Pada negara maju, kerisauan untuk terus meningkatkan kualitas perguruan tinggi menjadi mainstream pengembangan perguruan tinggi di sana. Seperti dilukiskan Camblin Jr dan Steger (2000):


(10)

5

”Concern that administrative and organizational structures of higher education academies have become obsolescent in today’s world are commonly expressed. Consumers (e.g. students, parents, employers, etc.) are demanding higher levels of accountability than ever previously encountered.”

Di Indonesia, ada banyak jalan yang telah ditempuh baik melalui kebijakan pendidikan, khusus untuk sektor pendidikan tinggi, ataupun praktik-praktik inovatif dan kreatif baik yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun oleh lembaga pendidikan tinggi itu sendiri dalam rangka meningkatkan kualitas lembaga. Misalnya, dari Renstra Depdiknas 2005-2009 dilakukan beberapa kebijakan terkait dengan salah satu pokok rencana strategis pemerintah dalam rangka penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik, seperti tergambar dalam gambar di bawah ini:


(11)

6

Gambar 1.1. Kebijakan Depdiknas Dalam Pilar Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas Dan Citra Publik (Renstra Depdinas 2005-2009)

Untuk jenjang Pendidikan Tinggi, pemerintah meluncurkan beberapa program unggulan untuk peningkatan kualitas pendidikan di jenjang ini, misalnya BAN PT (Badan Akreditasi Nasioan), DUE (Development of Undergraduate Education), QUE (Quality of Undergraduate Education), URGE (University Research for Graduate Education), Proyek A-1, A-2, A-3, dan yang terakhir adalah INHERENT (Indonesian Higher Education Research Network), serta banyak lagi. Program-program unggulan tersebut tentu akan mengacu pada ’rencana besar’ renstra Depdiknas di atas.

Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik lembaga pendidikan tinggi akan bermuara pada meningkatnya kinerja lembaga pendidikan tinggi dan

PENGUATAN TATA KELOLA, AKUNTABILITAS DAN CITRA PUBLIK Penataan regulasi pengelolaan pendidikan Peningkatan kapasitas dan kompetensi pengelola pendidikan Peningkatan mutu manajemen dan layanan

pendidikan

Peningkatan SPI berkoordinasi dengan

pengawas eksternal

Peningkatan kualitas tata kelola melalui sistem ISO

9001:2000

Peningkatan kualitas tata kelola melalui aplikasi

SIM Penyelesaian

temuan-temuan pemeriksaan pengawas internal dan

eksternal

Intensifikasi dan ekstensifikasi pemeriksaan oleh pengawas internal dan

eksternal

Intensifikasi tindakan-tindakan preventif oleh

pengawas internal Pelaksanaan Inpres No.5

Tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan KKN Peningkatan kapasitas dan kompetensi pemeriksaan aparat pengawas internal

Peningkatan citra publik Peningkatan kapasitas

dan kompetensi managerial aparat Peningkatan ketaatan

aparat pada peraturan perundang-undangan 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 3.1 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.2 3.3 PENGUATAN TATA KELOLA, AKUNTABILITAS DAN CITRA PUBLIK Penataan regulasi pengelolaan pendidikan Peningkatan kapasitas dan kompetensi pengelola pendidikan Peningkatan mutu manajemen dan layanan

pendidikan

Peningkatan SPI berkoordinasi dengan

pengawas eksternal

Peningkatan kualitas tata kelola melalui sistem ISO

9001:2000

Peningkatan kualitas tata kelola melalui aplikasi

SIM Penyelesaian

temuan-temuan pemeriksaan pengawas internal dan

eksternal

Intensifikasi dan ekstensifikasi pemeriksaan oleh pengawas internal dan

eksternal

Intensifikasi tindakan-tindakan preventif oleh

pengawas internal Pelaksanaan Inpres No.5

Tahun 2004 tentang percepatan pemberantasan KKN Peningkatan kapasitas dan kompetensi pemeriksaan aparat pengawas internal

Peningkatan citra publik Peningkatan kapasitas

dan kompetensi managerial aparat Peningkatan ketaatan

aparat pada peraturan perundang-undangan 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 3.1 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.2 3.3


(12)

7

kualitas produk. Kebijakan ini akan bermakna manakala dikaitkan dengan upaya pemenuhan layanan manajemen lembaga pendidikan yang bermutu, program pengajaran yang bermutu, fasilitas pendidikan yang bermutu, dan staf pendidikan yang bermutu pula.

Terkait dengan konteks kekinian, pemanfaatan TIK dalam pelaksanaan kebijakan penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik lembaga pendidikan tinggi, implementasi sistem informasi dalam pelayanan manajemen pendidikan tinggi sudah tentu bisa dikatakan sangat tepat. Pada praktiknya, hampir bisa ditemui di banyak perguruan tinggi implementasi SIM (sistem Informasi Manajemen) bisa didapati dengan berbagai bentuk, baik yang sangat sederhana bahkan sampai dengan tingkat kerumitan yang sangat tinggi.

Dalam bidang layanan administrasi akademik, pemanfaatan TIK di perguruan tinggi sudah lazim dilakukan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, baik di kota besar ataupun di daerah. Di perguruan tinggi umum ataupun khusus (atau jika mengacu pada PP No. 60 tahun 1999 dikategorikan pendidikan akademik dan profesional). Kebutuhan aplikasi teknologi komunikasi dalam pengelolaan data akademik menjadi suatu kebutuhan, bukan hanya sekedar prestise atau lifestyle manajemen pendidikan tinggi modern.

Namun dalam implementasinya, banyak sekali kendala yang ditemui perguruan tinggi dalam menerapkan TIK dalam proses pengelolaan kelembagaan ini. Lasar (http://gurumuda.wordpress.com/2008/08/01 mengenali-hambatan-elearning-di-perguruan-tinggi-dan-upaya-mengatasinya/) mengidentifikasi dua faktor penghambat ini, yaitu: faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis


(13)

8

meliputi : (1) Teknologi dan infrastruktur. Manajemen Sistem Informasi Akademik membutuhkan perangkat komputer, jaringan internet dan teknologi yang tepat. Persoalan saat ini adalah belum semua Perguruan Tinggi memiliki teknologi dan infrastruktur tersebut, terutama di daerah pelosok; (2) Desain materi. Penyampaian konten-konten data akademik melalui Sistem Informasi Akademik perlu dikemas dalam bentuk yang berpusat pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran (mahasiswa-dosen-stakeholder). Saat ini masih sangat sedikit desainer Sistem Informasi Akademik yang berpengalaman dalam membuat suatu paket Sistem Informasi Akademik yang memadai; (3) Finansial. Persoalan finansial merupakan masalah yang pelik di Indonesia. Pengadaan fasilitas Sistem Informasi Akademik membutuhkan anggaran yang tidak sedikit dan hal ini belum tentu dapat dijangkau oleh semua lembaga pendidikan di Indonesia; (4) SDM. Sumber Daya Manusia yang mampu dan terampil dalam mendukung penerapan Sistem Informasi Akademik masih terbatas, terutama di Luar Jawa. Faktor non-teknis meliputi : (1) Budaya. Pemanfaatan Sistem Informasi Akademik berbasis TIK membutuhkan budaya akses dan belajar mandiri dan kebiasaan untuk belajar atau mengikuti perkembangan melalui komputer/internet. Persoalan saat ini, apakah budaya belajar mandiri telah dimiliki oleh semua pihak yang terkait dengan proses Sistem Informasi Akademik pembelajaran, yaitu staff, dosen, dan mahasiswa ?; (2) Buta teknologi (technology illeteracies). Kalau jujur, masih banyak, staf administrasi, bahkan praktisi pendidikan dan mahasiswa yang belum menguasai teknologi komputer dan internet, atau yang terkait dengan TIK lainnya. Hal ini sebenarnya bukan


(14)

9

hanya dikarenakan tidak adanya minat atau kemauan untuk belajar, tetapi juga diakibatkan oleh tidak adanya fasilitas komputer dan layanan internet yang memadai atau ketiadaan biaya ongkos internet, khususnya yang kurang mampu secara finansial (daerah pelosok).

Berdasarkan uraian tersebut efektivitas implementasi TIK dalam pengelolaan perguruan tinggi perlu mendapat perhatian yang lebih mengingat perannya yang cukup sentral dalam proses pengambilan keputusan manajerial ataupun keputusan-keputusan lainnya. Untuk meningkatkan efektivitas implementasi ini, yang jelas akan berpengaruh pada efektivitas pencapaian penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan lembaga, maka faktor-faktor yang berpengaruh pada efektivitas implementasi TIK pada pengelolaan kelembagaan, khususnya dalam hal administrasi akademik perlu diteliti lebih lanjut. Ini ditujukan agar proses manajemen akademik di perguruan tinggi menjadi lebih efektif dan efisien sehingga mampu menunjang pencapaian kinerja tinggi dari lembaga.

Selain itu pula, perlu dikembangkan alternatif model Sistem Informasi Manajemen Akademik yang dapat memberi dukungan pada setiap proses pelayanan akademik maupun pengambilan keputusan baik di lingkungan internal maupun yang terkait dengan stakeholders. Hal ini dipandang penting dalam rangka mensinkronkan dinamika kebutuhan pengguna informasi dan dinamika perkembangan sistem informasi manajemen sebagai penghasil informasi bagi keperluan berbagai pelayanan dan pengambilan keputusan.


(15)

10

B. RUMUSAN MASALAH DAN PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang bisa dirumuskan dalam penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh efektivitas manajemen sistem informasi akademik, budaya TIK lembaga, ketersediaan fasilitas, dan kualitas SDM sistem informasi akademik terhadap kinerja perguruan tinggi se-kota Bandung dan seberapa besar pula dampaknya terhadap prestasi akademik mahasiswa.

Dari rumusan di atas, untuk kepentingan penelitian dijabarkanlah rumusan tersebut kedalam pertanyaan penelitian di bawah ini:

1. Bagaimana gambaran umum mengenai faktor-faktor penentu kinerja lembaga yang berasal dari pengelolaan sistem informasi akademik dan dampaknya terhadap prestasi akademik mahasiswa pada PT di Kota Bandung?

2. Apakah ada pengaruh langsung dan tidak langsung antara faktor-faktor penentu kinerja lembaga yang berasal dari pengelolaan sistem informasi akademik (efektivitas manajemen SIA, Budaya TIK, Fasilitas TIK dan kualitas SDM SIA) secara simultan terhadap kinerja lembaga serta pengaruhnya terhadap prestasi akademik mahasiswa, sementara pengaruh secara parsial meliputi::

a. Seberapa besar pengaruh efektivitas manajemen sistem informasi akademik, budaya TIK, ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik, dan kualitas SDM sistem informasi akademik secara bersama-sama terhadap kinerja lembaga?


(16)

11

1) Seberapa besar pengaruh efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja lembaga?

2) Seberapa besar pengaruh budaya TIK terhadap kinerja lembaga? 3) Seberapa besar pengaruh ketersediaan fasilitas TIK terhadap

kinerja lembaga?

4) Seberapa besar pengaruh kualitas SDM Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja lembaga?

b. Apakah ada pengaruh tidak langsung antara efektivitas manajemen SIA, budaya TIK, ketersediaan fasilitas SIA dan Kualitas SDM SIA terhadap kinerja lembaga?

1) Seberapa besar pengaruh tidak langsung efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik melalui budaya TIK terhadap kinerja lembaga?

2) Seberapa besar pengaruh tidak langsung efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik melalui ketersediaan fasilitas TIK terhadap kinerja lembaga?

3) Seberapa besar pengaruh tidak langsung efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik melalui kualitas SDM Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja lembaga?

4) Seberapa besar pengaruh langsung budaya TIK melalui ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja lembaga?


(17)

12

5) Seberapa besar pengaruh tidak langsung budaya TIK melalui kualitas SDM Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja lembaga?

6) Seberapa besar pengaruh tidak langsung ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik melalui kualitas SDM Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja lembaga?

c. Apakah ada pengaruh efektivitas manajemen sistem informasi akademik, budaya TIK, ketersediaan fasilitas SIA, dan kualitas SDM sistem informasi akademik secara bersama-sama terhadap prestasi akademik mahasiswa?

1) Seberapa besar pengaruh efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa?

2) Seberapa besar pengaruh budaya TIK terhadap prestasi akademik mahasiswa?

3) Seberapa besar pengaruh ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa?

4) Seberapa besar pengaruh kualitas SDM Sistem Informasi Akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa?

d. Apakah ada pengaruh serta seberapa besar pengaruh kinerja lembaga terhadap prestasi akademik mahasiswa?

3. Apakah ada perbedaan pengaruh antara faktor-faktor penentu kinerja lembaga yang berasal dari pengelolaan sistem informasi akademik (efektivitas manajemen SIA, Budaya TIK, Fasilitas TIK dan kualitas SDM


(18)

13

SIA) secara simultan terhadap kinerja lembaga serta pengaruhnya terhadap prestasi akademik mahasiswa pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dengan Perguruan Tinggi Swasta (PTS)?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penelitian yang dilaksanakan ini bertujuan untuk:

1. Menjelaskan gambaran umum mengenai faktor-faktor penentu kinerja lembaga yang berasal dari pengelolaan sistem informasi akademik dan dampaknya terhadap prestasi akademik mahasiswa pada PT di Kota Bandung?

2. Menjelaskan pengaruh langsung dan tidak langsung antara faktor-faktor penentu kinerja lembaga yang berasal dari pengelolaan sistem informasi akademik (efektivitas manajemen SIA, Budaya TIK, Fasilitas TIK dan kualitas SDM SIA) secara simultan terhadap kinerja lembaga serta pengaruhnya terhadap prestasi akademik mahasiswa, sementara pengaruh secara parsial meliputi:

a. pengaruh langsung efektivitas manajemen sistem informasi akademik, budaya TIK, ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik, dan kualitas SDM sistem informasi akademik secara bersama-sama terhadap kinerja lembaga.

1) pengaruh efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja lembaga.


(19)

14

3) pengaruh ketersediaan fasilitas TIK terhadap kinerja lembaga 4) pengaruh kualitas SDM Sistem Informasi Akademik terhadap

kinerja lembaga

b. pengaruh tidak langsung efektivitas manajemen SIA, budaya TIK, ketersediaan fasilitas SIA dan Kualitas SDM SIA terhadap kinerja lembaga

1) pengaruh tidak langsung efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik melalui budaya TIK terhadap kinerja lembaga.

2) pengaruh tidak langsung efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik melalui ketersediaan fasilitas TIK terhadap kinerja lembaga

3) pengaruh tidak langsung efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik melalui kualitas SDM Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja lembaga

4) pengaruh tidak langsung budaya TIK melalui ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja lembaga?

5) pengaruh tidak langsung budaya TIK melalui kualitas SDM Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja lembaga

6) pengaruh tidak langsung ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik melalui kualitas SDM Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja lembaga

c. Pengaruh langsung dan tidak langsung efektivitas manajemen sistem informasi akademik, budaya TIK, ketersediaan fasilitas SIA, dan


(20)

15

kualitas SDM sistem informasi akademik secara bersama-sama terhadap prestasi akademik mahasiswa

1) pengaruh efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa

2) pengaruh budaya TIK terhadap prestasi akademik mahasiswa 3) pengaruh ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik

terhadap prestasi akademik mahasiswa

4) pengaruh kualitas SDM Sistem Informasi Akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa

d. Pengaruh kinerja lembaga terhadap prestasi akademik mahasiswa 3. Menjelaskan ada atau tidaknya perbedaan pengaruh antara faktor-faktor

penentu kinerja lembaga yang berasal dari pengelolaan sistem informasi akademik (efektivitas manajemen SIA, Budaya TIK, Fasilitas TIK dan kualitas SDM SIA) secara simultan terhadap kinerja lembaga serta pengaruhnya terhadap prestasi akademik mahasiswa pada Perguruant Tinggi Negeri (PTN) dengan Perguruan Tinggi Swasta (PTS)?

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini, ada dua (2) manfaat yang dihasilkan dalam penelitian ini, pertama adalah manfaat secara teoretis, dan manfaat secara praktik.

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan:

1. Bagi peneliti, mampu memberikan sumbangan keilmuan dalam pengembangan sistem informasi akademik berbasis teknologi informasi dan


(21)

16

komunikasi pada perguruan tinggi yang mudah-mudahan bisa digunakan sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya.

2. Bagi perguruan tinggi, bisa digunakan sebagai dasar teori untuk pembuatan kebijakan pengembangan sistem informasi manajemen khususnya sistem informasi akademik berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Manfaat secara praktis, diharapkan penelitian ini:

1. Bagi peneliti bisa menerapkan teori pengembangan sistem informasi manajemen dalam aktivitas sehari-hari.

2. Bagi perguruan tinggi, sebagai masukan untuk pengembangan SIA kelembagaan, atau juga sebagai pertimbangan dalam melakukan evaluasi dan perbaikan sistem informasi akademik lembaga yang telah dikembangkan selama ini.

D. ASUMSI

Penelitian ini didasari oleh beberapa asumsi, terkait dengan pengelolaan sistem informasi akademik di perguruan tinggi.

1. Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian cepat telah membawa dunia pendidikan terseret kedalam konteks ekonomi digital, dimana semua batas waktu dan ruang bisa ditembus dalam proses transaksi/pertukaran informasi antara produsen dan konsumen informasi secara virtual.

2. Sistem virtual yang diciptakan sistem informasi berbasis TIK menyelenggarakan bisnis secara virtual, sistem transaksi, penciptaan dan


(22)

17

pertukaran nilai-nilai, dan hubungan one-to-one relationship dengan menggunakan internet sebagai media pertukaran.

3. Teknologi bisa dimanfaatkan sebagai alat atau sesuatu yang bisa memudahkan pencapaian tujuan manusia.

4. Urusan akademik (academic affair) merupakan salah satu bidang garapan manajamen/administrasi perguruan tinggi.

5. Urusan administrasi akademik di perguruan tinggi dikelola dengan suatu sistem, baik yang berbasis TIK ataupun manual.

6. Banyak faktor yang terlibat dalam pengelolaan Sistem Informasi Akademik.

7. Reaksi dan persepsi seseorang terhadap pengguna TIK akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut kepada penerimaan TIK.

E. HIPOTESIS

Penelitian ini akan menguji beberapa hipotesis yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Adapun hipotesis yang akan diuji ini yaitu:

1. Terdapat pengaruh efektivitas manajemen sistem informasi akademik, budaya TIK, ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik, dan kualitas SDM sistem informasi akademik secara simultan terhadap kinerja lembaga dan dampaknya terhadap prestasi akademik mahasiswa;

2. Terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung efektivitas manajemen sistem informasi akademik, budaya TIK, ketersediaan fasilitas Sistem


(23)

18

Informasi Akademik, dan kualitas SDM sistem informasi akademik secara bersama-sama terhadap kinerja lembaga;

3. Terdapat pengaruh langsung dan tidak langsung efektivitas manajemen sistem informasi akademik, budaya TIK, ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik, dan kualitas SDM sistem informasi akademik secara bersama-sama terhadap prestasi akademik mahasiswa;

4. Terdapat pengaruh efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja lembaga;

5. Terdapat pengaruh budaya TIK terhadap kinerja lembaga;

6. Terdapat pengaruh ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja lembaga;

7. Terdapat pengaruh kualitas SDM Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja lembaga;

8. Terdapat pengaruh efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik terhadap budaya TIK;

9. Tidak ada pengaruh efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik terhadap ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik;

10. Terdapat pengaruh efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik terhadap kualitas SDM Sistem Informasi Akademik;

11. Terdapat pengaruh efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa;

12. Terdapat pengaruh budaya TIK terhadap ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik;


(24)

19

13. Terdapat pengaruh budaya TIK terhadap kualitas SDM Sistem Informasi Akademik;

14. Terdapat pengaruh budaya TIK terhadap prestasi akademik mahasiswa; 15. Terdapat pengaruh ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik

terhadap kualitas SDM Sistem Informasi Akademik;

16. Terdapat pengaruh ketersediaan fasilitas Sistem Informasi Akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa;

17. Terdapat pengaruh kualitas SDM Sistem Informasi Akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa;

18. Terdapat pengaruh kinerja lembaga terhadap prestasi akademik mahasiswa; 19. Tidak terdapat perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan

sistem informasi akademik, kinerja perguruan tinggi, dan prestasi akademik mahasiswa pada perguruan tinggi negeri dan swasta.

F. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif yang berjenis survei dipandang dari kedalaman analisisnya. Sedangkan jika dipandang dari pendekatan analisisnya, penelitian ini berjenis penelitian kuantitatif, yang dalam dalam proses analisisnya lebih menekankan pada analisis data numerikal yang diolah dengan teknik statistika.

Populasi dari penelitian ini adalah perguruan tinggi di Kota Bandung yang telah memanfaatkan TIK dalam penggunaan SIA dan perguruan tinggi yang mengelola program sarjana (S-1) sebanyak 37 perguruan tinggi baik negeri


(25)

20

maupun swasta. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik statistik, baik statistik deskriptif ataupun inferensial untuk eksplanasi. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan/menyajikan data tentang keterlaksanaan sistem informasi akademik yang berbasis TIK di lembaga (perguruan tinggi), serta deskripsi tentang efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik, Budaya TIK, Ketersediaan Fasilitas TIK, Kualitas SDM Sistem Informasi Akademik, kinerja perguruan tinggi, dan prestasi akademik mahasiswa. Statistik inferensi digunakan untuk menguji beberapa hipotesis yang diajukan. Analisis inferensial yang dilakukan terhadap hipotesis penelitian dinyatakan dalam bentuk hipotesis nihil. Teknik statistik ini tidak langsung untuk menguji hipotesis alternatif, tetapi akan digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis nihil.

Data kualitatif yang didapat, juga akan dijadikan sandaran dalam melakukan pemaknaan secara logis melalui induktif atas penafsiran data kuantitatif. Ini juga ditujukan untuk menemukan pola atau kecenderungan dan sebagainya.

G. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada Perguruan Tinggi di Kota Bandung (meliputi Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas) yang telah memanfaatkan TIK dalam penerapan Sistem Informasi Akademik (SIA) pada program studi tingkat sarjana (S-1).

Subjek dari penelitian sebagai responden dalam penelitian ini adalah para pengelola TI khususnya dibidang sistem informasi akademik mulai dari


(26)

21

pimpinan sampai dengan pelaksana, dosen dan mahasiswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan studi dokumentasi. Angket menjadi alat utama, yang terdiri dari angket untuk para kepala pengelola biro akademik dan pengelola sistem informasi kelembagaan (Chief Information Officer), para pelaksana sistem informasi akademik, dosen dan mahasiswa. Metode dokumentasi untuk menjaring data data yang relevan dengan subjek penelitian yang sudah terdokumentasikan, seperti hasil studi mahasiswa, organigram, dan dokumen terkait lainnya.


(27)

146 BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Mengacu pada Bogdan (1990), Nasution (1988), Nana Sujana dan Ibrahim (1989) yang menyatakan bahwa penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa atau kejadian yang terjadi pada saat sekarang pada waktu penelitian berlangsung disebut penelitian deskriptif maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Hal ini didasarkan karena penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi saat ini, seperti dikemukakan di atas.

Penulis memilih metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dalam rangka menggali secara pasti hubungan dan pengaruh antar variabel yakni tentang pengaruh efektivitas manajemen SIA, budaya TIK, kematangan pemanfaatan IT oleh lembaga, ketersediaan fasilitas TIK, dan kualitas SDM SIA terhadap kinerja perguruan tinggi dan dampaknya terhadap prestasi belajar mahasiswa pada perguruan tinggi di Kota Bandung yang dijadikan objek penelitian.

Metode deskriptif dalam penyelidikannya melalui kegiatan menuturkan, menggambarkan, menganalisa, dan mengklarifikasikan penyelidikan dengan teknik survei, interview, angket, observasi, wawancara dan tes. Makna penggunaan pendekatan kuantitatif dalam penelitian deskriptif adalah usaha untuk mengekplorasi dan mengungkap situasi sosial.

Dari uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa metode penelitian deskriptif tertuju pada penyelidikan terhadap masalah di saat sekarang, dengan ciri-ciri sebagai berikut;


(28)

147

(a) memfokuskan pada masalah-masalah yang terjadi pada saat penelitian berlangsung, (b) data yang dikumpulkan pertama disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisis. Jadi metode deskriptif dapat digunakan dalam penelitian ini karena sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yakni ingin mengetahui pengaruh efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik, budaya TIK, ketersediaan fasilitas TIK, dan kualitas SDM Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja perguruan tinggi dan dampaknya terhadap prestasi akademik mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di Kota Bandung.

B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Seperti dikemukakan Nazir (2004) mengatakan bahwa populasi adalah: “ … berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya”. Demikian Nawawi (2003), menyebutkan bahwa, “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap”.

Populasi dalam penelitian ini adalah perguruan tinggi di Kota Bandung yang memiliki kriteria sebagai berikut :

1. PT yang mengadaptasikan TIK dalam sistem administrasi akademik.

2. PT yang mengelola program strata-1 (S1) meliputi : Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas


(29)

148

Penyebarannya Perguruan Tinggi di Kota Bandung baik Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

TABEL 3.1

PENYEBARAN POPULASI PENELITIAN No. Jenis PT (Negeri/Swasta) Jumlah SIA-

Enabled

SIA-Non TIK Enabled

1 Universitas 17+2=19 12 7

2 Institut 5+1= 6 5 1

4 Sekolah Tinggi 58 +1=59 15 39

Jumlah PT (Negeri & Swasta)

84 37 47

2. Sampel Penelitian

Setelah populasi tergambarkan seperti pada pembahasan di atas, maka langkah selanjutnya adalah menentukan sampel, karena dalam penelitian ini tidak akan semua populasi dijadikan objek penelitian. Sesuai pendapat Sugiyono, (2004), bahwa: “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportionate random sampling

(Sampel Acak secara Proporsional) berdasarkan bentuk perguruan tinggi (Sekolah Tinggi,

Institut dan Universitas. Sampel akan diambil dari setiap bentuk perguruan tinggi secara proporsional.

Tidak semua perguruan tinggi yang diidentifikasi telah menerapkan TIK dapat dijadikan responden. Beberapa perguruan tinggi sedang melakukan upgrading system sehingga menolak/keberatan untuk dilakukan penilaian jadi perguruan tinggi yang layak dijadikan


(30)

149

populasi dalam penelitian ini berjumlah 22. Selanjutnya penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Yamane (1967: 258) sebagai berikut:

=

. + 1

Dimana:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d2= presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 95%).

Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

1 ) 1 . 0 ( 22

22

2 +

=

x n

n = 18.033 (dibulatkan menjadi 18)

Berdasarkan jumlah sampel hasil perhitungan diatas kemudian dilakukan perhitungan proporsi jumlah sampel pada setiap kelompok berdasarkan bentuk perguruan tinggi yaitu : 1. Jumlah sampel pada bentuk perguruan tinggi Universitas adalah :

n1 = n N N1

= 18 22 11

= 9

2. Jumlah sampel pada bentuk perguruan tinggi Institut adalah : n2 = n

N N2 =

18 22

3

= 2.45 (dibulatkan jadi 2)

3. Jumlah sampel pada bentuk perguruan tinggi Sekolah Tinggi adalah : n3 = n

N N3

= 18 22

9


(31)

156

Perguruan tinggi yang dapat dijadikan sampel adalah 18 perguruan tinggi. Selanjutnya pada masing-masing perguruan tinggi dilakukan pengambilan sampel yang meliputi dosen dan mahasiswa. Pengukuran sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Yamane (1967:258):

=

. + 1

No Perguruan Tinggi Jenis PT Jumlah Dosen Jumlah Mahasiswa

N n N n

1 STBA PTS 55 35 956 91

2 STMIK BDG PTS 32 24 298 75

3 STIMIK LIKMI PTS 40 29 1044 91

4 STIE INABA PTS 27 21 401 80

5 STT YBS PTS 20 17 60 38

6

STMIK DHARMA NEGARA

PTS

50 33 200 67

7 STMIK MANDIRA PTS 42 30 328 77

8 IM Telkom PTS 116 54 2930 97

9 ITENAS PTS 228 70 3620 97

10 UNIV. ALGIFARI PTS 70 41 506 83

11 UNIKOM PTS 149 60 9061 99

12 UNPAS PTS 399 80 12500 99

13 UNISBA PTS 412 80 6595 99

14 UNIV. WIDYATAMA PTS 345 78 6000 98

15 UNIBI PTS 122 55 908 90

16 UPI PTN 1629 94 37972 100

17 ITB PTN 1201 92 35735 100

18 UNPAD PTN 1876 95 37734 100


(32)

151 C. DESAIN PENELITIAN

Agar lebih memudahkan dalam memahami alur penelitian, maka berikut ini dirancang dalam bentuk gambar.

Gambar 3.1. Desain Penelitian X1 X2 X3 X4 Y Z 1 yx

ρ

2 yx

ρ

3 yx

ρ

4 yx

ρ

1 zx

ρ

2 zx

ρ

3 zx

ρ

4 zx

ρ

zy

ρ

1 ε 2 ε 1 4 x x r 1 3x x r 2 4 x x r 1 2 x x r 2 3 x x r 3 4 x x r


(33)

152

1. Efektivitas Manajemen Sistem Informasi Akademik (X1)

Efektivitas manajemen sistem informasi akademik sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kinerja perguruan tinggi dalam memberikan pelayanan pada para stakeholdernya (mahasiswa, dosen, orang tua, atau pihak lainnya). Untuk mengukur efektif atau tidak nya sistem manajemen sistem informasi akademik ini ada beberapa ukuran yang dijadikan parameter penilaian, yaitu

a. Perencanaan dan Organisasi SIA b. Implementasi SIA

c. Monitoring dan Evaluasi

d. Kualitas informasi yang dihasilkan e. Kualitas sistem

Sistem informasi akademik yang efektif memberikan dasar baik bagi mahasiswa ataupun dosen, bahkan lembaga dalam mengukur kinerja mereka. bagi mahasiswa, sistem informasi akademik yang efektif akan memberikan umpan balik secara segera tentang hasil belajar atau proses pembelajaran yang mereka telah alami. Bagi dosen, ini juga memberikan umpan balik atas kinerja mereka dalam memandu perkuliahan dan membimbing mahasiswa. Secara umum, bagi fakultas atau perguruan tinggi bisa mengetahui capaian mahasiswa dan kinerja dosen.

2. Budaya TIK (X2)

Budaya TIK merupakan dasar dari terselenggaranya sistem informasi akademik secara efektif dalam praktik. Berkembangkanya budaya TIK akan mendorong terdayagunakannya


(34)

153

sistem informasi akademik karena konteks sistem yang mendukung. Budaya menggambarkan nilai, kebiasaan, dan suasana kerja di organisasi publik yang terikat dan familier dalam menggunakan TIK.

Kondisi di atas tentu akan sangat mendukung pelaksanaan sistem informasi akademik yang berbasis TIK. Dimana semua orang telah siap dalam hal keterampilannya, sikapnya, persepsinya, dan iklim kerjanya.

3. Ketersediaan Fasilitas (X3)

Fasilitas sebagai salah satu instrumen penting dalam efektivitas penyelenggaraan sistem informasi akademik yang berbasis TIK. Ketersediaan ini memiliki beberapa variabel pokok, yaitu kesesuain jumlah, spesifikasi, dan kualitas fasilitas yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan sistem informasi akademik.

4. Kualitas SDM (X4)

Aspek manusia sebagai pihak yang memegang peranan penting dalam kinerja meliputi jumlah orang yang menangani sistem, pendidikan dan pengalaman yang mereka miliki terkait dengan bidang yang mereka selenggarakan.


(35)

154

Yang menjadi ukuran kinerja perguruan tinggi adalah Mutu dan produktivitas hasil-hasil akademis; Produktivitas dalam pengajaran dan pembelajaran; dan Produktivitas dalam penelitian dan ilmu pengetahuan. Ketiga dimensi inilah yang menjadi parameter kinerja perguruan tinggi yang dipengaruhi oleh variabel-variabel X di atas.

6. Prestasi Belajar (Akademik) Mahasiswa (Z)

Segala upaya yang dilakukan lembaga akan berujung pada tujuan pendidikan, yang dalam hal ini diukur dari derajat prestasi belajar mahasiswa. Dalam konteks ini, prestasi belajar mahasiswa (variabel Z) menggunakan parameter indeks prestasi akademik (IPK) sebagai parameter prestasi akademik. Disamping itu juga perstasi akademik diukur melalui masa studi dan lama penyelesaian tugas akhir.

Secara skematis, hubungan antar variabel ini digambarkan sebagai berikut:

Efektivitas SIA

Ketersediaan Fasilitas IT Budaya TIK

Kualitas SDM SIA

Kinerja Lembaga/PT

Prestasi Akademik Mahasiswa


(36)

155

Selain melihat pengaruh langsung dan tidak langsung juga dilihat perbedaan antara perguruan tinggi negeri (PTN) dengan perguruan tinggi swasta (PTS) pada faktor-faktor kinerja perguruan tinggi yang berasal dari pengelolaan manajemen sistem informasi akademik (SIA) yang meliputi : Efektivitas manajemen SIA (X1), Budaya TIK (X2), Ketersediaan Fasilitas TIK

(X3) dan Kualitas SDM SIA (X4), serta Kinerja PT dan Prestasi akademik mahasiswa.

Beberapa hal yang mendasari pengelompokan tersebut antara lain :

1. Peringkat webomentrics negeri-swasta berbeda jauh khususnya pada PT di Kota Bandung 2. Status negeri dan swasta mengindikasi faktor:

a. Persepsi masyarakat tentang perbedaan kualitas (kualitas dosen, input/mahasiswa, sarana prasarana,

b. Persepsi masyarakat tentang perbedaaan bonafiditas c. Perbedaan sistem pengelolaan kelembagaan

3. Pengelompokkan data yang lebih feasible dalam pengolahan data hanya dengan pengelompokkan negeri-swasta (2 kategori) mengingat jumlah sampel yang hanya 18 perguruan tinggi saja.

D. OPERASIONALISASI VARIABEL PENELITIAN

Operasionalisasi variabel penelitian dilakukan berdasarkan kerangka yang ditetapkan dan berdasarkan kajian teori yang relevan. Adapun tabel operasionalisasi variabel (Lembaga, Dosen dan Mahasiswa) tersebut adalah seperti di bawah ini.


(37)

(38)

156

Tabel 3.2 Operasionalisasi variabel penelitian (lembaga)

No Variabel Aspek Indikator (Nomor Item) Sumber Data Alat Pengumpul Data Nomor Item

1 2 3 4 5 6

I Efektivitas manajemen SIA

a. Perencanaan dan Organisasi SIA

b. Implementasi SIA

c. Monitoring dan Evaluasi

d. Kualitas informasi yang

dihasilkan e. Kualitas sistem

A1 Renstra SIA

A2 Sosialasisi dan Pelatihan Pengguna A3 Pengorganisasi SIA

A4 Pengelolaan SDM A5 Perangkat lunak

B1 Trouble shooting dan Problem solving C1 Unit pengendalian

C2 Proses monitoring dan evaluasi D1. Efektivitas informasi D2. Kerahasiaan D3 Kesesuaian D4 Keterbacaan D4 Reliabilitas E1. Efisiensi E2 Ketersediaan E3. Integritas

E4 Keamanan jaringan/sistem

Pimpinan/ Pengelola

• Questionaire

• Pedoman wawancara

• Membercheck

• Pedoman studi dokumentasi 1,2 5,6,7,8 3,4 9 10,11 12,13 14,15 25-28 33,34,37,38 42 35,36 30,31,32 45 18,21,23,39,41 22,24,29,40,44 43 16,17

II Budaya TIK a. Keyakinan

b. Nilai-nilai

c. Kebiasaan dan Sikap

d. Keterampilan

A1. Kesamaan hak (1,2) B1. Transparan (3,4) B2. Desentralisasi (5,6) B4. Integratif (7,8) B5. Demokratis (9,10) B6. Mandiri (11,12)

C1. Self-Decesion Making (13,14) C2. Pelayanan cepat (15,16,18) C3. Tanggap (17,19)

C4. Efisien (20,21)

C5. Melayani dan dilayani sendiri (22) C6. Sharing informasi (23,24) C7. Fleksibel (25,26) D1. Terampil (27,28)

D2. Computer-Literarated (29,30)

Pimpinan/ Pengelola

Questionairre 1,2

3,4 5,6 7,8 9,10 11,12 13,14 15,16,17 17,19 20,21 22 23,24 25,26 27,28 29,30 III Ketersediaan

Fasilitas TIK

a. Ketersediaan sarana b. Ketersediaan infrastruktur

A1. Jumlah komputer SIA

A2. Jumlah komputer pelayanan SIA

Pimpinan/ Pengelola

1 2 3,4


(39)

157 B1. Ketersediaan jaringan B2. Kualitas jaringan

5-6,87

1 2 3 4 5 6 7

IV Kualitas SDM

SIA

a. Pendidikan dan pelatihan

b. Pengalaman

c. Etos kerja

A1. Pendidikan yang relevan A2. Pelatihan yang relevan B1. Pengalaman yang relevan C1. Kehadiran

Pimpinan/ Pengelola

Questionairre 1

2 3,4 5

VI Kinerja PT a. Reputasi Akademik

b. Admisi

c. SDM

d. Riset

e. Sumber Daya Keuangan

A1. Akreditas BAN PT A2. Sertifikasi ISO/Lainnya

B1. Animo calon mahasiswa lebih tinggi B2. Persentase mahasiswa diterima lebih besar

daripada pendaftar

B3. Minimal 10% Mahasiswa berasal dari sekolah menengah unggul/

B4. Lama Studi mahasiswa

B5.Lama lulusan mendapatkan pekerjaan pertama setelah lulus

C1. 100% dosen berkualifikasi S2 atau lebih tinggi

C2. Pendapatan dosen lebih tinggi dari PNS biasa

C3. Anggaran pengeluaran rata-rata perdosen C4. Ukuran kelas 1:40

C5. Rasio Dosen: mahasiswa 1>15 D1. Penghargaan perdosen dari jurnal

internasional

D2. Jumlah judul penelitian per semester D3. Jumlah publikasi ilmiah terakreditasi

internasional

D4. Jumlah publikasi ilmiah terakreditasi nasional.

E1. Jumlah anggaran pengeluaran E2. Pengeluaran rata-rata mahasiswa E3. Anggaran untuk perpustakaan

permahasiswa

E4. Akses internet per mahasiswa (bandwith/mahasiswa) E5. Rasio Komputer: mahasiswa

Pimpinan/ Pengelola

• Pedoman wawancara

• Panduan studi dokumentasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10,11 11,12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

V Prestasi Akademik

Mahasiswa

Prestasi akademik A. IPK Pimpinan Dokumentasi 1


(40)

158 B. Masa Studi

C. Lama Penyelesaian Tugas Akhir

3

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian (Dosen)

No Variabel Aspek Indikator (nomor item) Sumber Data Alat Pengumpul Data Nomor Item

1 2 3 4 5 6

I Efektivitas manajemen SIA

a. Perencanaan dan Organisasi SIA

b. Implementasi SIA

c. Monitoring dan Evaluasi

d. Kualitas informasi yang

dihasilkan e. Kualitas sistem

A1 Renstra SIA

A2 Sosialasisi dan Pelatihan Pengguna A3 Pengorganisasi SIA

A5 Perangkat lunak

B1 Trouble shooting dan Problem solving C3 Sistem Keamanan

D1. Efektivitas informasi D2. Kerahasiaan D3 Kesesuaian D4 Keterbacaan E1. Efisiensi E2 Ketersediaan

E4 Keamanan jaringan/sistem

dosen • Questionaire

- 3,4,5,6 1,2 7 8,9 10,11 2,23,26,27,30 31 24,25 19,20,21 12-17, 28-29 18,33,34 31-32

II Budaya TIK e. Keyakinan

f. Nilai-nilai

g. Kebiasaan dan Sikap

h. Keterampilan

A1. Kesamaan hak (1,17) B1. Transparan (2,18) B2. Desentralisasi (3,19) B4. Integratif (4,20) B5. Demokratis (5,21) B6. Mandiri (6,22)

C1. Self-Decesion Making (7,23) C2. Pelayanan cepat (8,24) C3. Tanggap (9,25) C4. Efisien (10,26)

C5. Melayani dan dilayani sendiri (11,27) C6. Sharing informasi (12,28)

C7. Fleksibel (13,29) D1. Terampil (14,15)

D2. Computer-Literarated (16,30)

dosen Questionairre 1,17

2,18 3,19 4,20 5,21 6,22 7,23 8,24 9,25 10,26 11,27 12,28 13,29 14,15 16,30 III Ketersediaan

Fasilitas TIK

a. Ketersediaan sarana b. Ketersediaan infrastruktur

A1. Jumlah komputer SIA

A2. Jumlah komputer pelayanan SIA

Pengelola Questionairre

Dokumentasi

1 2 3,4


(41)

159 B1. Ketersediaan jaringan B2. Kualitas jaringan

5-6,8

IV Kualitas SDM

SIA

a. Pendidikan dan pelatihan

b. Pengalaman

c. Etos kerja

A1. Pendidikan yang relevan A2. Pelatihan yang relevan B1. Pengalaman yang relevan C1. Kehadiran

Pengelola Questionairre

Dokumentasi

1 2 3,4 5

1 2 3 4 5 6 7

V Kinerja PT a. Reputasi Akademik

b. Admisi

c. SDM

d. Riset

e. Sumber Daya Keuangan

A1. Akreditas BAN PT A2. Sertifikasi ISO/Lainnya

B1. Animo calon mahasiswa lebih tinggi B2. Persentase mahasiswa diterima lebih besar

daripada pendaftar

B3. Minimal 10% Mahasiswa berasal dari sekolah menengah unggul/

B4. Lama Studi mahasiswa

B5.Lama lulusan mendapatkan pekerjaan pertama setelah lulus

C1. 100% dosen berkualifikasi S2 atau lebih tinggi

C2. Pendapatan dosen lebih tinggi dari PNS biasa

C3. Anggaran pengeluaran rata-rata perdosen C4. Ukuran kelas 1:40

C5. Rasio Dosen: mahasiswa 1>15 D1. Penghargaan perdosen dari jurnal

internasional

D2. Jumlah judul penelitian per semester D3. Jumlah publikasi ilmiah terakreditasi

internasional

D4. Jumlah publikasi ilmiah terakreditasi nasional.

E1. Jumlah anggaran pengeluaran E2. Pengeluaran rata-rata mahasiswa E3. Anggaran untuk perpustakaan

permahasiswa

E4. Akses internet per mahasiswa (bandwith/mahasiswa) E5. Rasio Komputer: mahasiswa

Lembaga • dokumentasi 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10,11 11,12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

VI Prestasi Akademik

Mahasiswa

Prestasi akademik D. IPK Lembaga Dokumentasi 1


(42)

166 E. Masa Studi

F. Lama Penyelesaian Tugas Akhir

3

Tabel 3.4. Operasionalisasi variabel Penelitian (Mahasiswa)

No Variabel Aspek Indikator Sumber Data Alat Pengumpul Data Nomor Item

1 2 3 4 5 6 7

I Efektivitas manajemen SIA

f. Perencanaan dan Organisasi SIA

g. Implementasi SIA

h. Monitoring dan Evaluasi

i. Kualitas informasi yang

dihasilkan j. Kualitas sistem

A2 Sosialasisi dan Pelatihan Pengguna A3 Pengorganisasi SIA

A4 Pengelolaan SDM A5 Perangkat Lunak

B1 Trouble shooting dan Problem solving C2 Proses monitoring dan evaluasi C3 Sistem Keamanan

D1. Efektivitas informasi D2. Kerahasiaan D3 Kesesuaian D4 Keterbacaan E1. Efisiensi E2 Ketersediaan

Mahasiswa • Questionaire

3,4,5,6 1,2 7 8 9,10 16,17,18,19 11 24,25,26,28,29, 32,33 30,31 27 21,22,23 12,13,14 15,20

II Budaya TIK i. Keyakinan

j. Nilai-nilai

k. Kebiasaan dan Sikap

l. Keterampilan

A1. Kesamaan hak B1. Transparan B2. Desentralisasi C1. Self-Decesion Making C2. Pelayanan cepat C3. Tanggap C4. Efisien

C5. Melayani dan dilayani sendiri C7. Fleksibel

D1. Terampil

D2. Computer-Literarated

Mahasiswa Questionairre 1,2

2,13 3,14 4 5,15 6,16 7,17 8,18 9,19 10,20 11,21


(43)

161 III Ketersediaan

Fasilitas TIK

a. Ketersediaan sarana b. Ketersediaan infrastruktur

A1. Jumlah komputer SIA

A2. Jumlah komputer pelayanan SIA B1. Ketersediaan jaringan

B2. Kualitas jaringan

Pimpinan/ Pengelola Questionairre Dokumentasi 1 2 3,4 5-6,8 7

IV Kualitas SDM

SIA

a. Pendidikan dan pelatihan

b. Pengalaman

c. Etos kerja

A1. Pendidikan yang relevan A2. Pelatihan yang relevan B1. Pengalaman yang relevan C1. Kehadiran Pimpinan/ Pengelola Questionairre Dokumentasi 1 2 3,4 5

1 2 3 4 5 6 7

V Kinerja PT a. Reputasi Akademik

b. Admisi

c. SDM

d. Riset

e. Sumber Daya Keuangan

A1. Akreditas BAN PT A2. Sertifikasi ISO/Lainnya

B1. Animo calon mahasiswa lebih tinggi B2. Persentase mahasiswa diterima lebih besar

daripada pendaftar

B3. Minimal 10% Mahasiswa berasal dari sekolah menengah unggul/

B4. Lama Studi mahasiswa

B5.Lama lulusan mendapatkan pekerjaan pertama setelah lulus

C1. 100% dosen berkualifikasi S2 atau lebih tinggi

C2. Pendapatan dosen lebih tinggi dari PNS biasa

C3. Anggaran pengeluaran rata-rata perdosen C4. Ukuran kelas 1:40

C5. Rasio Dosen: mahasiswa 1>15 D1. Penghargaan perdosen dari jurnal

internasional

D2. Jumlah judul penelitian per semester D3. Jumlah publikasi ilmiah terakreditasi

internasional

D4. Jumlah publikasi ilmiah terakreditasi nasional.

E1. Jumlah anggaran pengeluaran E2. Pengeluaran rata-rata mahasiswa E3. Anggaran untuk perpustakaan

permahasiswa

E4. Akses internet per mahasiswa

Pimpinan/ Pengelola Questionairre Dokumentasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10,11 11,12 13 14 15 16 17 18 19 20


(44)

162 (bandwith/mahasiswa) E5. Rasio Komputer: mahasiswa

21

VI Prestasi Akademik

Mahasiswa

Prestasi akademik G. IPK

H. Masa Studi

I. Lama Penyelesaian Tugas Akhir

Pengelola Dokumentasi 1

2 3


(45)

162

E. UJI COBA INSTRUMEN

Alat pengumpul data yang dipakai berbentuk angket terbuka-tertutup setelah mendapat saran dari pakar, sebelum digunakan diuji coba terlebih dahulu. Pengujian dilakukan terhadap 10 PT, untuk mengetahui nilai validitas dan reliabilitasnya. Adapun hasil uji coba tersebut adalah sebagai berikut (terlampir)

F. UJI VALIDITAS

Validitas menunjukkan ukuran yang benar-benar mengukur apa yang akan diukur. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi validitas suatu alat test, maka alat test tersebut semakin mengenai pada sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Suatu test dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila test tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur sesuai dengan makna dan tujuan diadakannya test tersebut. Jika peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka item-item yang disusun pada kuesioner tersebut merupakan alat test yang harus mengukur apa yang menjadi tujuan penelitian.

Salah satu cara untuk menghitung validitas suatu alat test yaitu dengan melihat daya pembeda item (item discriminality). Daya pembeda item adalah metode yang paling tepat digunakan untuk setiap jenis test. Daya pembeda item dalam penalitian ini dilakukan denan cara:

“ korelasi item-total ”.

Korelasi item-total yaitu konsistensi antara skor item dengan skor secara keseluruhan yang dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi antara setiap item dengan skor keseluruhan,


(46)

163

yang dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :

Koefisien Korelasi Product Moment

− − − = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 Y Y n X X n Y X Y X n r i i i i i i i xy Dengan:

n = Jumlah sampel X = Variabel independen Y = Variabel dependen

Bila koefisien korelasi untuk seluruh item telah dihitung, perlu ditentukan angka terkecil yang dapat dianggap cukup “ tinggi ” sebagai indikator adanya konsistensi antara skor item dan skor keseluruhan. Dalam hal ini tidak ada batasan yang tegas. Prinsip utama pemilihan item dengan melihat koefisien korelasi adalah mencari harga koefisien yang setinggi mungkin dan menyingkirkan setiap item yang mempunyai korelasi negatif (-) atau koefisien yang mendekati nol (0,00).

Menurut Friedenberg (1995) biasanya dalam pengembangan dan penyusunan skala-skala psikologi, digunakan harga koefisien korelasi yang minimal sama dengan 0,30. Dengan demikian, semua item yang memiliki korelasi kurang dari 0,30 dapat disisihkan dan item-item yang akan dimasukkan dalam alat test adalah item-item yang memiliki korelasi diatas 0,30 dengan pengertian semakin tinggi korelasi itu mendekati angka satu (1,00) maka semakin baik pula konsistensinya (validitasnya).


(47)

164 G. UJI RELIABILITAS

Reliabilitas artinya adalah tingkat keterpercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel). Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama intrumen pengukuran yang baik. Kadang-kadang reliabilitas disebut juga sebagai keterpercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi, kestabilan, dan sebagainya, namun ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari kekeliruan pengukuran (measurement error).

Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Walaupun secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas berkisar antara 0,00 – 1,00; akan tetapi pada kenyataannya koefisien reliabilitas sebesar 1,00 tidak pernah dicapai dalam pengukuran, karena manusia sebagai subjek pengukuran psikologis merupakan sumber kekeliruan yang potensial. Di samping itu walaupun koefisien korelasi dapat bertanda positif (+) atau negatif (-), akan tetapi dalam hal reliabilitas, koefisien reliabilitas yang besarnya kurang dari nol (0,00) tidak ada artinya karena interpretasi reliabilitas selalu mengacu kepada koefisien reliabilitas yang positif.


(48)

165

Teknik perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan disini adalah dengan menggunakan Koefisien Reliabilitas Alpha yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

   

 

   

 

− −

=

=

total k

i i

S S k

k

2 1

2

1 1 α

dimana :

k adalah banyaknya belahan item Si2 adalah varians dari item ke-i

S2total adalah total varians dari keseluruhan item

Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan keeratan hubungan bisa digunakan kriteria Guilford (1956), yaitu :

1. kurang dari 0,20 : Hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan 2. 0,20 - < 0,40 : Hubungan yang kecil (tidak erat)

3. 0,40 - < 0,70 : Hubungan yang cukup erat 4. 0,70 - < 0,90 : Hubungan yang erat (reliabel)

5. 0,90 - < 1,00 : Hubungan yang sangat erat (sangat reliabel) 6. 1,00 : Hubungan yang sempurna


(49)

166

Untuk memperoleh data tentang efektivitas manajemen Sistem Informasi Akademik, budaya TIK, ketersediaan fasilitas TIK, dan kualitas SDM Sistem Informasi Akademik terhadap kinerja perguruan tinggi dan dampaknya terhadap prestasi akademik mahasiswa penulis menggunakan alat angket terbuka-tertutup. Angket diberikan kepada setiap individu yang dijadikan sampel di tiap perguruan tinggi dengan jumlah sesuai hasil perhitungan secara proporsional.

I. TEKNIK ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dari penelitian kemudian dianalisa dengan analisis deskriptif, sedangkan pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur atau path analysis. Selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata (uji t) untuk mengetahui perbedaan masing-masing aspek yang diteliti antara Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta.

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif berusaha memaparkan data atau jawaban-jawaban yang diberikan oleh siswa sebagai responden atas sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam bentuk kuesioner, sehingga hasil yang didapat akan memperjelas masalah yang akan diteliti.

2. Analisis Jalur / Path Analysis

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah analisis jalur/ path analysis. Analisis ini berpedoman pada diagram jalur untuk membantu


(50)

167

konseptualisasi masalah atau menguji hipotesis yang kompleks. Dengan cara ini, dapat dihitung hubungan langsung dan tidak langsung dari variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikat. Hubungan ini tercermin dalam koefisien jalur (path coefficient) yang sesungguhnya ialah koefisien regresi yang telah dibakukan. Menurut Dillon dan Goldstein (1984:438), agar analisis jalur efektif ada enam asumsi yang harus dipenuhi:

1. Hubungan-hubungan diantara variabel bersifat linier dan aditif. 2. Kekeliruan yang satu tidak berkorelasi dengan yang lain. 3. Harus ada model rekursif.

4. Data variabel penelitian berskala interval.

5. Variabel-variabel yang diamati diukur tanpa kekeliruan. 6. Model-model hubungan mencerminkan kekhususan model.

3. Metode trasnformasi Data (Method Of Successive Interval (MSI))

Mengenai variabel-variabel peneliti yang terkumpul melalui kuesioner adalah data yang berskala ordinal sedangkan syarat data untuk dapat digunakan statistik inferential sebagai analisis utama dalam pengujian hipotesis pada peneliti ini adalah sekurang-kurangnya berskala interval. Oleh karena itu terlebih dahulu dilakukan konversi untuk menaikkan dari skala ordinal ke skala interval. Teknik yang dipergunakan adalah method of successive interval dari Hays dalam Harun Al-Rasyid (1994) dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Hitung Frekuensi (f) setiap skor (1 sampai 5) dari responden yang memberikan respon. 2. Hitung proporsi dengan membagi setiap jumlah f (frekuensi) dengan jumlah n sampel. 3. Tentukan proporsi kumulatif dengan menjumlahkan proporsi secara berurutan setiap


(51)

168

4. Proporsi kumulatif dianggap mengikuti distribusi normal baku, Selanjutnya hitung nilai Z berdasarkan propori kumulatif tadi.

5. Dari nilai Z yang diketahui tersebut tentukan nilai density-nya dengan menggunakan tabel 4 (ordinates (Y) the norma curve of Z).

6. Menghitung SV untuk masing-masing pilihan dengan rumus :

Scale value = Density at lower limit – Density at upper limit

Area under upper limit – Area under lower limit Keterangan :

(density at lower limit) = kepadatan batas bawah (density at upper limit) = kepadatan batas atas

(area under upper limit) = daerah di bawah batas atas (area under lower limit) = daerah di bawah batas bawah

7. Mengubah SV terkecil menjadi sama dengan 1 dan mentransformasikan masing – masing skala menurut perubahan skala terkecil sehingga diperoleh Transformed Scale

Value (TSV). Proses perhitungan ini menggunakan SPSS 14.00, statistik atau excel 2002.

Data penelitian yang sudah berskala interval selanjutnya akan ditentukan pasangan data variabel independen dengan variabel dependen serta ditentukan persamaan yang berlaku untuk pasangan-pasangan tersebut.

4. Langkah-Langkah Analisis Jalur

1) Gambarkan terlebih dahulu diagram jalurnya sesuai dengan hipotesis yang akan diuji.

X1

Y

1

yx

ρ

2

yx

ρ

3

yx

ρ

1

ε

1 2 x

x


(52)

169

Gambar 3.2 Diagram Jalur

Adapun bentuk persamaan jalurnya adalah sebagai berikut : a) Persamaan Pertama

Y = Pyx1 + Pyx2 + Pyx3 + Pyx4 +ε1

b) Persamaan Kedua

Z = Pzx1 + Pzx2 + Pzx3 + Pzx4 + Pzy +ε2 Keterangan :

Y : variabel akibat (endogenus)

ρ: koefisien jalur antara variabel akibat dan variabel penyebab ε: variabel residu


(53)

176             = 1 ... 1 ... 1 R 2 1 2 1 XX k k X X X X X X r r r

Rumus untuk menentukan korelasinya adalah sebagai berikut :

k Y Y n X X n Y X Y X n r n h n h h h n h n h jh jh n h n h n h h jh h jh

yx ; 1,2....,

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 1

1 =               −               − − = ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ = = = = = = =

3) Hitung matrik korelasi antar variabel eksogen yang menyusun sub struktur.

            = 1 ... 1 ... 1 R 2 1 2 1 XX k k X X X X X X r r r 4) Hitung Matrik invers.

            = − kk k k C C C C C C

R 22 2

1 12

11 1

5) Hitung semua koefisien jalur ρXuX1,i = 1,2,...,k dengan rumus :

                          =               k U u u

k X X

X X X X X X X r r r 2 1 U 2 u 1 U kk 2k 22 1k 12 11 X X X C C C C C C P P P

6) Hitung R2 y (X1X2...Xk) yang merupakan koefisien determinasi total X1, X2,...Xk terhadap


(54)

171

[

]

              = K U U U K U U u X X X X X X X X X X X X k r r r P P P x x x y R 2 1 2 1 ) ... ( 1 2 2

7) Hitung PyE berdasarkan rumus :

Pyε = −1 R2yx x x1 2 3

8) Uji keberartian model secara keseluruhan dengan menggunakan uji F. Hipotesis pada pengujian ini adalah sebagai berikut :

Ho : PYX1 = PYX2 = .... = PYxk = 0

H1 : sekurang-kurangnya ada sebuah PYxj≠ 0

Statistik ujinya :

=

( −

− 1)

(1 −

)

Statistik uji di atas dengan derajat bebas penyebut (v1 = k) dan derajat bebas

pembilang (v2 = n - k –1), dimana n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah

variabel penelitian. Kriteria Pengujian : Tolak H0 bila Fhitung > Ftabel

9) Jika uji F signifikan maka selanjutnya diuji masing-masing koefisien jalur untuk mengetahui keberartiannya.

a. Kita tentukan hipotesis uji misalkan H0 : Pyx1 = 0 versus H1 : pyx1≠ 0


(55)

172

b. Gunakan statistik uji :

2

(1 ) 1 yxi i

ii

P t

R CR n k

= −

− − Keterangan : i = 1,2,...,k

k = banyaknya variabel penyebab dalam sub struktur t berdistribusi t- studen dengan derajat bebas (n-k-1) c. Tolak H0 jika thitung > ttabel


(1)

381

Kidwell, Jillinda J. Linde, Karen M. Vander &. Johnson, Sandra L . 2000. Applying Corporate Knowledge Management Practices. EDUCAUSE QUARTERLY • Number 4 2000

Klir., G.J. 1969. An Approach to General Systems Theory. Van Nostrand Reinhold Company, Canada.

Kuratko, D., Goodale, J. and Hornsby, J. 2001. "Quality practices for a competitive advantage in smaller firms", Journal of Small Business Management, Vol. 39 No. 4, pp. 293-311.

Laudon, K.C.& Laudon J.P. 2004. Sistem Informasi Manajemen, Mengelola Perusahaan Digital. Diterjemahkan oleh Erwin Philipus. Yogyakarta: Penerbit Andi

Lavonte, L. Rivard, Suzanne. 2005. A Multilevel Model of Resistance to Information Technology Impelementation. MIS Quarterly, Sept. 2005; 29, 3: ABI/INFORM Global pg 461.

Leidner, D.E. Kayworth. 2007. A Review of Culture in Information Systems Research: Toward a Theory of Information Technology Culture Conflict, Management Informatioan System Journal Quarterly. http://www.misq.org/archivist/home.html#past.

Levin, H.M. dan Schütze , H.G. (Ed.) Financing Recurrent Education, Strategies for Increasing Employement, Job Opportunities, and Productivity. Beverly Hills: Sage Publication, 1983.

Levin,H.M. Individual Entitlements. Dalam. Financing Recurrent Education, Strategies for Increasing Employement, Job Opportunities, and Productivity. Halaman 39 - 66. Levin, H.M. dan Schütze (ed.), H.G Beverly Hills: Sage Publication, 1983.

Liao, J., Welsch, H. and Stoica, M. 2003, "Organizational absorptive capacity and responsiveness: an empirical investigation of growth-oriented SMEs", Entrepreneurship Theory & Practice, Vol. 28, pp. 63-85.

Linda, G., and William S. 2000. Technology 2000 Analysis & Forecast. IEEE Spectrum, pp. 27-31.

Lyytinen, K. dan Hirschheim, R.A. 1987. Information Systems Failures: A Survey and Classification of the Empirical Literature. Oxford Surveys in Information Technology. P.I. Zorkoczy (ed) , Oxford University Press. Oxford. UK. 1987, pp. 257-309.

Mabert, V.A., Soni, A. dan Venkataramanan, M.A. 2000. Enterprise Resource Planning Survey of U.S. Manufacturing Firms. Production and Inventory Management Journal (41:2) Second Quarter 2000, pp 52-58.


(2)

382

_____________________________________________.2001. Enterprises Resource Planning: Common Myth Versus Evolving Reality. Business Horizons (44:3) May-June 2001, pp 69-76.

Malhotra, Y., 1997, Knowledge Management, Knowledge Organization and Knowledge Workers: A View from the Front Lines.

Moa, EN,. Palvia, Prashant. 2001. Culture’s Effect on Information Technology Acceptance. Proceedings of the Decision Sciences Institute

Murdich, R.G., and Joel, R. 1982. Information System for Modern Management. 2nd Edition, Prentice Hall of India New Delhi.

Murdick, R.G., Ross, J.E., Claggett, J.R. 1996. Sistem Informasi untuk Manajemen Modern. Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh: Djamil. Jakarta: Penerbi Erlangga.

O’Brien, J. 2005. Introduction to Information System 12th edition. International edition. Singapore: McGraw Hill.

O’Brien, James A. 2005. Introduction to Information System. International Edition. New York: McGraww Hill.

Orlosky, D.E., McClearly, L.E., dan Webb, L.D. Educational Administration Today. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company, 1984.

Osterland, A. 2000. Blaming ERP. CFO, 16:1, January 2000, pp 89-92.

Parthasarthy, R. and Sethi, S.P. 1992, "The impact of flexible automation on business strategy and organizational structure", Academy of Management Review, Vol. 17 No. 1, pp. 86-111.

Pelgrum, W.J. dan Law, N. 2003. Ict In Education Around The World: Trends, Problems And Prospects. Paris : UNESCO: International Institute for Educational Planning

Pilat, D. and F. C. Lee. 2001, “Productivity Growth in ICTproducing and ICT-using Industries: A Source of Growth Differentials in the OECD?”, OECD Science, Technologyand Industry Working Papers, 2001/4, OECD Publishing. doi: 10.1787/77457630121

Pitt, L.F. Watson R.T. Kavan, C.B. 1995. Service Quality: A Measure of Information Systems Effectivenes. MIS Quarterly; June 1995, 19, 2 ABI/INFORM Global Pg. 173.

Productivity Commission. 2004. ICT Use and Productivity: A Synthesis from Studies of Australian Firms. Canberra: Commission Research Paper,


(3)

383

Ramsden,P. 2004. Learning to Lead in Higher Education. London: Routledgefalmes Taylor and Erancis Group.

Rehn, G. Individual Drawing Rights. Dalam. Financing Recurrent Education, Strategies for Increasing Employement, Job Opportunities, and Productivity. Halaman 67-80. Levin, H.M. dan Schütze (ed.), H.G Beverly Hills: Sage Publication, 1983.

Rhinenesmith, Stephen H. 1996. A Managers Guide to Globalization. New York: ASTD

Rigby, D.K. Reichheld,F.F. dan Schefter, P. 2002. Acoid the Four Perils of CRM. Harvard Business Review. 80:2. February 2002. Pp 101-109.

Riley, M.J. 1981. Management Information System.. Holden Day, San Fransisco Rivai, H.V. 2001. Fakto-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Belajar Mahasiswa.

Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Mei 2001 tahun ke-7 No.029 halaman 215-231

Ross, J.W. dan Weill, P. 2002. Six IT Decisions Your IT People Shouldn’t Make. Harvard Business Review. 80:11, November 2002, pp 84-91.

Sallis, E. Total Quality Management in Education, Kogan Page Educational Management Series. London: Kogan Page Limited, 1993.

Salusu, J. 2004. Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit. Cetakan Ketujuh. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Schneckenberg, Dirk. 2006. Ecompetence In European Higher Education – Ict: Policy Goals, Change Processes And Research Perspectives. Brussel: European eCompetence Initiative

Senduperdana, A .2007. Analisis Hasil Belajar Mata Kuliah Umum: Survei di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Krisnadwipayanan Jakarta. Dalam Jurnal Pendidikand an Kebudayaan, Januari 2007, tahun ke-13 no. 064. Halaman 47-70

Sevella et all. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jalarta, UI Press.

Simatupang, T.M. 1994. Pemodelan Sistem. Studio Manajemen Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung.


(4)

384

Slamet, Razak Abdul, Deraman A. 2008. Mengeliminasi Resistensi Masa menuju Berbudaya ICT pada Organisasi Publik Pendekatan Kurt Lewin. Dalam Makalah-makalah Sistem Informasi. Bandung: Penerbit Informatika.

Smithson, S, and Hirschheim, R. 1998. Analysing Information Systems Evaluation: Another Look At an Old Problem. Eurapean Journal of Information System. 7. Page 158-174

Snell, B. 2002. Manegement, Competing in the New Era 5th edition. New York: McGraw Hill- Irwin.

Somekh, B. & Davis, N. (ed). 1997. Using Information Techology Effectively in Teaching and Learning. London: Routledge.

Sudarwan, D. 1998. Model Pengelolaan Terpadu Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan di Tingkat Wilayah. Disertasi PPs IKIP Bandung.

Sugiono. 2006. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta.

Suryadi, Kadarsyah. 2007. Identifikasi Indikator Keberhasilan Kinerja Perusahaan Berbasis Proses Bisnis Sebagai Dasar Acuan Kebutuhan Informasi. Dalam Prosiding Konferensi Nasional Sistem Informasi 2007. Bandung: Penerbit Informatika

Taroepratjeka, H. 1997. Beberapa Aspek Mengenai Gerakan Manajemen dan

Pengembangan Mutu di Indonesia. Proceeding Manajemen Kualitas di

Indonesia, Seminar sehari kerjasama Institut Teknologi Bandung, Universitas Pasundan, dan The University of Twente, Belanda di Bandung. Thatcher, M.E. & Oliver, J.R. 2001. The Impact of Technology Investments on a

Firm’s Production Efficiency, Product Quality, and Productivity. Journal of Management Information Systems. Armonk: Fall 2001. Vol 18. Iss 2; Pg 17, 26 Pages.

Thomas, J.A. The Productive School, System Analysis Approach to Educational Administration. New York: John Wiley & Sons, Inc., 1971.

Tim Berners-Lee. 2000. Weaving The Web: The Past, Present, and Future of the World Wide Web by its Inventor, Texere..

Timmermann, D. Financing Mechanisms, Their Impact on Postcompulsory Education. Dalam. Financing Recurrent Education, Strategies for Increasing Employement, Job Opportunities, and Productivity. Halaman 99-129. Levin, H.M. dan Schütze (ed.), H.G Beverly Hills: Sage Publication, 1983


(5)

385

Trucano, Michael. 2010. Perspectives on the use of information and communication technologies (ICTs) to benefit education in developing countries: Excerpts from the World Bank’s EduTech blog. Washington, DC: The World Bank. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional, 2003.

UNESCO. 2002. Information And Communication Technology In Education, A Curriculum For Schools And Programme Of Teacher Development. France: UNESCO

Van Ark, Bart. Inklaar, Robert. McGuckin, Robert H. 2003. The Contribution of ICT-Producing and ICT-Using Industries to Productivity Growth: A Comparison of Canada, Europe and the United States. International Productivity Monitor Number Six, Spring 2003

Wahab, A.A. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan : Telaah terhadap Organisasi dan Pengelolaan Organisasi Pendidikan. Bandung : SPs UPI – CV Alfabeta.

Ward, J.P. Taylor and P. Bond. 2006. Evaluation and Realisation of IS/IT Benefits: an Empirical Study of Current Practice. European Journal Information System. 4. Pages 214-225.

Wibowo, Arif. 2008. Kajian tentang Perilaku Pengguna Sistem Informasi dalam pendekatan Technology Acceptance Model (TAM). Dalam Makalah-makalah Sistem Informasi. Jakarta: Penerbit Informatika.

Wilson, T. 1995. Modelling The Information User. The Wider Perspective. A paper delivered at the INFOTECH '95 Conference, Kuala Lumpur, Malaysia, November 1995. http://informationr.net/tdw/publ/papers/klpaper.html#1 (4 Desember 2008)

World Bank. 2006. Information and Communications for Development: Global Trends and Policies. Washington: World Bank.

WorldBank 2010. Stepup Up Skills: For more jobs and higher productivity. Washington: Worldbank.

Yamane, T. 1967. Statistics, an Introductory Analysis. 2 nd Ed. New York : Harper and Row

Zampa, S. E. and Ihme, D. 2006. Information systems maturity in e-business organizations. In: J. Ljungberg and M. Andersson, Proceedings of the 14th


(6)

386

European Conference on Information Systems. European Conference on Information Systems, Gotteborg, Sweden, (). 12-14 June, 2006.

Zamromi. 2008. Guru dan Mutu Sekolah, Makalah disampaikan pada Seminar dalam Rangka Reuni Alumni Pascasarjana UNY. Jogjakarta: SPS UNY.

Ziderman, A. dan Albrecht, D. Financing Universities in Developing Countries, The Stanford Series on Education & Public Policy: 16 . London: The Falmer Press, 1995.