Reformasi Birokrasi.

-----

~6~) Pikiran
Rakyat
.
Sela::.a

456
20

21

o Mar

OApr

0

Reformasi

o Kamis 0 Jumat --o Sabtu


Rabu

7
22

OMei

8
23

9

OJun

D

25

OJul


26

\8 Ags

o--Minggu

13

27

o Sep

14

28

0

15

29

Okt

16
30

ONov

31

ODes

Birokrasi

Oleh YOGI SUPRA YOGI SUGANDI
ALAM
Rancangan
Anggaran Pendapatan
Belanja Negara 2010,

salah satu perhatian pemerintahan SBYadalah reformasi birokrasi dan hukum serta demokrasi di Indonesia. Pemerintah
menganggarkan Rp 18,1triliun
rupiah dalam bentuk program
dan peningkatan gaji pegawai
negeri sipil dan TNI. SBYakan
menggunakannya untuk mencapai sedikitnya lima sasaran.
Pertama, meningkatnya kinerja
birokrasi pemerintahan untuk
mendukung terwujudnya tata
kelola pemerintahan yang baik
dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Kedua, peningkatan kepastian huk\lm serta
menurunnya tindak pidana korupsi yang tecermin dari tumbuhnya iklim takut korupsi,
dan meningkatnya Indeks Persepsi Korupsi terhadap Indonesia. Ketiga, meningkatnya efektivitas pelaksanaan organisasi
masyarakat sipil dan partai politik. Keempat, peningkatan keamanan nasional dalam menunjang aktivitas masyarakat
dan perekonomian, khususnya
investasi dan usaha. Sasaran
kelima, peningkatan kapasitas
pemerintah
daerah
dalam

rangka mewuj\ldkan kemandirian pemerintahan daerah.
Reformasi birokrasi ini sebenarnya bukanlah barang langka, gema reformasi birokrasi ini
sudah didengungkan sejak turunnya mantan Presiden Soeharto. Secara gamblang, pemerintah dan DPR RI setelahnya
mengeluarkan
Undang-Undang No. 28 Tahun
1999 ten-0
.
0

C!])

10
~4

12

tang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
yang kemudian dijelaskan dalam Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara
No. 15 Tahun 2008 berupa pedoman reformasi birokrasi.

Ada tiga sektor yang menjadi
acuan reformasi birokrasi, yaitu ketatalaksanaan, kelembagaan, dan sumber daya man usia.
Perjalanan reformasi birokrasi ini sebagai prasyarat menuju pemerintahan yang baik
memerlukan
pengorbanan
yang besar dari para pelayan
publik tersebut. Salah satu cara
mengaudit reformasi birokrasi
ini adalah dengan tersampaikannya layanan secara maksimal kepada masyarakat. Masyarakat yang menjadi sasaran
yang belum tersentuh adalah
masyarakat miskin yang mencapai lima puluh persen lebih
di Indonesia. Si kaya bisa de"ngan mudah mendapatkan layanan dari pelayan publik karena dapat memotongjalur birokrasi dengan membayar sejumlah uang untuk memperlancar
alur pelayanan, namun si miskin akan sangat tersisihkan karena harus menempuh perjalanan panjang dalam mencapai
sesuatu dari pelayan publik.
Pelayanan publik harus mencakup keadilan, keseimbangan,
transparansi, dan akuntabilitas.
Pembangunan pelayan publik
yang berintegritas tinggi terhadap bangsa bukanlah pekerjaan
mud;lh. Pembangunan postur
birokrasi yang baik dianggarkan selesai

2025 rrienu.-- sampai
.
o

.--

rut Kementerian PAN. Untuk
mencapai
postur tersebut,
bangsa ini harus mengeset
ulang sekitar dua juta PNS baik
pusat dan daerah. Langkah berat pada awaljalan ini membutuhkan komitmen yang baik
dan bersih dari pemerintah,
masyarakat, dan sektor swasta.
Pelayanan yang memuaskan
hendaknya diaudit pihak ketiga
sebagai subjek yang mendapatkan pelayanan. Pihak ketiga yaitu masyarakat dan sektor
swasta sebagai pengguna layanan pemerintah menjadi subjek
pengaudit, sedangkan bentuk
auditnya secara umum adalah

dengan produk/pelayanan prima dari pemerintah. Pembangunan prioritas dalam layanan publik perlu dimulai dengan
membangun perangkat undang-undang tentang standardisasi pelayanan publik. Munculnya UU No. 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik merupakan langkah awal yang baik, namun perlu dilengkapi dengan UU lain berupa prinsipprinsip keetikaan dalam layanan publik.
Dalam prinsip yang sangat
mudah, seperti ditulis pakarpakar administrasi publik di
dunia, birokrat dituntut untuk
profesional. Namun, ukuran
profesional ini memerlukan
standar operasional prosedur
untuk mengukur pekerjaannya
sudah profesional atau belum..
Prosedur yang ditetapkan ini
memerlukan kedisiplinan dan
gaji yang kompeten juga sebagai bentuk profesionalitasnya
suatu pekerjaan. Pembangunan
reformasi birokrasi yang berdana besar ini pun memerlukan
audit keprofesionalitasan
pega..
.
. ,


.

wai negeri sipil derigan menampilkan contoh teladan pelayan publik yang memiiki kontribusi lebih di atas rata-rata
pelayan publik lainnya.
Pemerintahan daerah sebagai tulang punggung otonomi
daerah merupakan prioritas
pertama dalam reformasi birokrasi. Pekerjaan PNS di daerah
harus menjadi pekerjaan yang
mulia yang dapat dihargai masyarakat. Untuk itu, nerlu audit
kepuasan pelayanan publik di
level pemerintahan daerah, dengan cara paling mudah yaitu
mengembangkan pos aduan
yang hanya dapat