Strategi Peningkatan Brand Awareness Bali Visual Branding.

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya-lah Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Strategi Peningkatan Brand Awareness Bali Visual Branding ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini terdiri dari 5 bagian, yaitu bagian pembukaan atau pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, pembahasan, dan simpulan dan saran sebagai penutup. Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk memaparkan hasil penelitian mengenai strategi digital marketing dalam meningkatkan brand awareness Bali visual branding dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Program Studi Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana.

Untuk itu, pada kesempatan yang luar biasa ini Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. I Made Sendra, M.Si selaku Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

2. Bapak I Made Kusuma Negara, SE., M.Par selaku Ketua Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Universitas Udayana.

3. Bapak Dr. I Wayan Suardana, S.ST.Par., M.Par selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak IGPB Sasrawan Mananda, S.ST.Par., M.M., M.Par selaku Dosen Pembimbing II yang juga memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak I Made Kusuma Negara, SE., M.Par selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan arahan dan masukan selama melakukan perkuliahan di Kampus Pariwisata Universitas Udayana.

6. Seluruh dosen beserta staf Fakultas Pariwisata yang telah membantu dan memberikan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Bapak I Nyoman Wardawan selaku Kepala Bagian Analisis Pasar Pariwisata Dinas Pariwisata Daerah Bali yang telah mengizinkan Penulis untuk melakukan wawancara di Dinas Pariwisata Daerah Bali.

8. Ibu, Baban, dan Adek untuk segala doa, dukungan, semangat dan nasihat yang tidak pernah putus.


(2)

9. Alm. Ungku dan keluarga besar Nazar yang berada jauh di Jakarta namun selalu memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

10.Raissa, Robby, Weni, Bayu, Cici, Azita, Komang, Irena, dan Dayu yang selalu menemani dan menyemangati selama perantauan di Bali.

11.Ayu Istri Purnama Sari Dewi yang tidak pernah bosan dan selalu ada untuk mendengarkan, menyemangati, dan menghibur sejak pertama kali aktif Beswan Djarum hingga saat ini.

12.Teman-teman dari Beswan Djarum Indonesia, Pamanahan Bali, Palloma Hotel, PT GO-JEK Indonesia, dan seluruh teman-teman Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Angkatan 2011 yang telah bekerjasama dan memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

13.Dan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, masukan, dan dukungan dalam proses penyusunan skripsi ini.

Penulis tahu bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dan diterima dengan tangan terbuka demi kesempurnaan dari skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Denpasar, Januari 2016


(3)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya ... 11

2.2 Tinjauan Mengenai Strategi ... 15

2.3 Tinjauan Mengenai Merek ... 16

2.4 Tinjauan Mengenai Brand Awareness ... 18

2.5 Tinjauan Mengenai Digital Marketing ... 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 22

3.2 Definisi Operasional Variabel ... 22

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 28

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.5 Teknik Penentuan Informan ... 31

3.6 Teknik Penentuan Sampel ... 32

3.7 Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum ... 41

4.1.1 Sejarah Terbentuknya Bali Visual Branding ... 41

4.1.2 Makna Bali Visual Branding ... 42

4.2 Karakteristik Responden ... 45

4.3 Analisis Data ... 47

4.3.1 Analisis Brand Awareness Slogan Pariwisata Bali ... 47


(4)

4.3.3 Analisis Faktor Internal Perusahaan ... 58

4.3.4 Analisis Faktor Eksternal Perusahaan ... 63

4.3.5 Analisis Matriks IE ... 68

4.3.6 Strategi yang Dapat Diterapkan oleh Dinas Pariwisata Daerah Bali ... 71

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 74

5.2 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Rata-rata Kunjungan Wisatawan Per Hari Tahun 2014 ... 3

Tabel 1.2: Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Bali Tahun 2010-2014 ... 6

Tabel 1.3: Prediksi Pengguna Internet di Indonesia hingga Tahun 2016... 7

Tabel 3.1: Operasional Variabel Brand Awareness ... 24

Tabel 3.2: Faktor Lingkungan Internal Dinas Pariwisata Daerah Bali ... 26

Tabel 3.3: Faktor Lingkungan Eksternal Dinas Pariwisata Daerah Bali... 28

Tabel 3.4: Pengelompokkan Kelas Persepsi Bali Visual Branding ... 34

Tabel 4.1: Karakteristik Responden Wisatawan Jakarta ... 46

Tabel 4.2: Persentase Brand Awareness Slogan Pariwisata Bali... 48

Tabel 4.3: Bali Visual Branding Menggambarkan Potensi Pariwisata Bali... 49

Tabel 4.4: Komposisi Warna Bali Visual Branding ... 50

Tabel 4.5: Pemilihan Jenis Tulisan Bali Visual Branding... 51

Tabel 4.6: Bentuk Simbol Bali Visual Branding ... 52

Tabel 4.7: Slogan Bali Shanti, Shanti, Shanti... 53

Tabel 4.8: Slogan Merepresentasikan Pariwisata Bali ... 54

Tabel 4.9: Slogan Mudah Diingat ... 55

Tabel 4.10: Slogan Kurang Cocok ... 56

Tabel 4.11: Interpretasi Skor dan Kategori Persepsi... 57

Tabel 4.12: IFAS Slogan Resmi Pariwisata Bali ... 62


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Brand Awareness Pyramid ... 19 Gambar 3.1: Diagram Matriks IE ... 37 Gambar 4.1: Matriks IE Bali Visual Branding ... 68


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuesioner Publik

Lampiran 2: Kuesioner Pembobotan dan Rating Lampiran 3: Data Responden Publik

Lampiran 4: Data Responden Pembobotan dan Rating Lampiran 5: Respon Brand Awareness

Lampiran 6: Tabulasi Persepsi Bali Visual Branding Lampiran 7: Analisis Faktor Internal

Lampiran 8: Analisis Faktor Eksternal


(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewasa ini, pariwisata sudah tentu menjadi salah satu industri yang menyumbangkan devisa yang cukup besar kepada negara. Begitu pun di Indonesia, pariwisata menjadi salah satu industri andalan untuk menambah pendapatan negara. Terdapat banyak daerah-daerah tujuan di Indonesia yang banyak dikunjungi wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara seperti Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, Bali, Makassar dan masih banyak lagi. Masing-masing daerah memiliki ciri khas dan potensinya masing-masing sehingga setiap daerah berusaha agar menjadi daerah tujuan wisata yang paling menonjol.

Berbagai strategi pun dilakukan oleh pemerintah daerah untuk membuat daerahnya menjadi daerah tujuan wisata yang paling menonjol dan paling diminati wisatawan sehingga makin banyak wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menciptakan slogan pariwisata yang ringan, mudah diingat, serta merepresentasikan ciri khas serta potensi yang dimiliki daerah tersebut sehingga ketika wisatawan akan melakukan perjalanan, daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang diingat dan akan dikunjungi wisatawan karena slogan tersebut dianggap menarik dan menunjukkan ciri khas unik dari


(9)

2

daerah tersebut. Hal tersebut dapat menumbuhkan rasa ingin tahu wisatawan dan membuat wisatawan ingin mengunjungi daerah tersebut.

Daerah-daerah tujuan wisata di Indonesia memiliki slogan atau tagline masing-masing yang menggambarkan sekaligus merepresentasikan ciri khas serta potensi daerah masing-masing untuk menonjolkan dan memudahkan wisatawan dalam mengingat daerah tersebut. Slogan yang ada di Indonesia yang diresmikan pada akhir tahun 2010 adalah “Wonderful Indonesia”. Sebelumnya, slogan yang dikenal adalah “Ultimate in Diversity” yang diresmikan pada tahun 2004. Kemudian, slogan pada beberapa daerah di Indonesia mulai bermunculan seperti Bandung dengan slogan “Bandung, the Paris van Java”, Jakarta dengan slogan “Enjoy Jakarta”, Yogyakarta dengan slogan “Jogja Never Ending Asia”, Solo dengan slogan “The Spirit of Java”, Pekalongan dengan slogan “The World of Batik”, Makassar dengan slogan “Great Expectation”, Surabaya dengan slogan “Sparkling Surabaya”, dan Padang dengan slogan “Your Motherland”.

Bali, sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang paling populer di kalangan wisatawan juga memiliki slogan pariwisata yaitu “Bali Shanti, Shanti, Shanti”. Minat kunjungan wisatawan ke Bali yang tinggi dapat dilihat pada tabel data kunjungan wisatawan di bawah ini yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Bali:


(10)

3 Tabel 1.1

Rata-rata Kunjungan Wisatawan Per Hari Tahun 2014

No Provinsi

Jumlah Wisatawan Nusantara (orang) Jumlah Wisatawan Mancanegara (orang) Total Kunjungan Wisatawan (orang)

1 Jawa Timur 17.845 246 18.091

2 Jawa Barat 14.733 259 14.992

3 Jawa Tengah 11.767 125 11.892

4 Bali 4.069 4.574 8.643

5 DKI Jakarta 6.751 180 6.931

6 Sumatera Utara 6.475 167 6.642

7 DI Yogyakarta 4.747 145 4.892

8 Aceh 4.341 52 4.393

9 Kalimantan Tengah 4.080 4 4.084

10 Sumatera Selatan 3.445 9 3.454

11 Kalimantan Barat 3.139 30 3.169

12 Nusa Tenggara Barat 2.360 611 2.971

13 Sulawesi Selatan 2.919 33 2.952

14 Kalimantan Timur 2.927 11 2.938

15 Riau 2.638 2 2.640

16 Sumatera Barat 2.392 42 2.434

17 Kepulauan Riau 1.943 362 2.305

18 Kalimantan Selatan 1.857 4 1.861

19 Banten 1.736 61 1.797

20 Lampung 1.485 15 1.500

21 Sulawesi Tenggara 1.210 6 1.216

22 Sulawesi Tengah 1.148 17 1.165

23 Sulawesi Utara 919 130 1.049

24 Jambi 944 2 946

25 Nusa Tenggara Timur 748 109 857

26 Papua 813 25 838

27 Bengkulu 543 1 544

28 Maluku 495 12 507

29 Maluku Utara 416 4 420

30 Sulawesi Barat 395 1 396

31 Kep. Bangka Belitung 322 1 323

32 Papua Barat 312 3 315

33 Gorontalo 289 1 290

T O T A L 110.203 7.244 117.447


(11)

4

Pada Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan rata-rata kunjungan wisatawan per hari terbanyak keempat. Posisi pertama ditempati oleh Provinsi Jawa Timur dengan rata-rata kunjungan harian 18.091 wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Kemudian, posisi selanjutnya diikuti oleh Jawa Barat dengan rata kunjungan harian 14.992 wisatawan, Jawa Tengah dengan rata-rata kunjungan harian 11.892 wisatawan, dan Bali dengan rata-rata-rata-rata kunjungan harian 8.642 wisatawan. Angka tersebut terdiri dari 4.069 wisatawan domestik dan 4.574 wisatawan asing. Namun, dari sekian banyak wisatawan yang mengunjungi Bali, hanya sebagian kecil yang tahu apa slogan pariwisata Bali. Padahal, slogan pariwisata merupakan hal kecil namun penting karena merepresentasikan ciri khas Bali dan segala potensi-potensi yang dimiliki Bali hanya dalam satu bentuk visual yang sederhana. Ada banyak slogan-slogan atau predikat-predikat mengenai Bali yang bermunculan seperti “Bali, the Morning of the World”, “Island of Gods”, “Island of Thousand Temples”, “Island of Peace”, “Bali is My Life” dan “The Last Paradise”. Slogan-slogan tersebut dikeluarkan oleh organisasi-organisasi atau perkumpulan-perkumpulan pelaku pariwisata Bali. Selain itu, beberapa slogan dikeluarkan oleh wisatawan itu sendiri yang tersebarluas melalui media sosial. Namun, satu slogan pariwisata yang resmi dikeluarkan oleh pemerintah daerah sebagai bentuk promosi pariwisata Bali adalah slogan “Bali Shanti, Shanti, Shanti”.

Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di industri pariwisata, diperlukan adanya strategi khusus untuk meningkatkan dan mempertahankan jumlah kunjungan wisatawan ke Bali agar Bali tetap memiliki angka kunjungan wisatawan yang tinggi. Salah satunya adalah dengan menumbuhkan brand awareness visual branding Bali. Visual branding Bali adalah bentuk visual atau simbolik yang menggambarkan pariwisata Bali.


(12)

5

Visual branding ini sendiri mencakup elemen visual, jenis tulisan, warna, dan slogan pariwisata Bali yaitu Bali Shanti, Shanti, Shanti. Menumbuhkan brand awareness wisatawan Bali terhadap visual branding Bali dianggap penting karena visual branding merepresentasikan ciri khas Bali dan potensi-potensi pariwisata yang dimiliki Bali hanya dalam satu bentuk visual yang sederhana sehingga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu wisatawan dan membuat wisatawan ingin mengunjungi Bali.

Menumbuhkan brand awareness Bali visual branding dapat dimulai dari wisatawan nusantara Bali. Wisatawan domestik yang dianggap paling berpengaruh terhadap penyebarluasan informasi dan gaya hidup bermulai dari wisatawan asal Jakarta. Hal tersebut dikarenakan Jakarta merupakan ibukota negara dan segala tren yang diciptakan oleh masyarakat Jakarta dapat tersebarluas dengan cepat dan dapat segera menjadi gaya hidup atau tren yang diikuti oleh masyarakat dari daerah lain sehingga peningkatan brand awareness akan lebih mudah dan efektif dilakukan apabila berdasarkan pendapat dari wisatawan nusantara asal Jakarta. Selain itu, wisatawan nusantara asal Jakarta juga merupakan salah satu wisatawan domestik terbanyak yang mengunjungi Bali, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.2:


(13)

6 Tabel 1.2

Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Bali Tahun 2010-2014

No Daerah

Asal 2010 2011 2012 2013 2014

1 Jakarta 878.159 1.021.522 1.206.648 1.646.463 1.330.016 2 Jawa Barat 371.707 380.233 400.195 732.536 396.447 3 Jawa Tengah 1.008.256 1.413.105 1.224.839 795.325 997.512 4 Jawa Timur 1.403.195 1.583.359 1.861.512 1.716.228 2.026.995 5 Sumatera 306.659 198.629 382.004 355.803 242.984 6 Kalimantan 83.634 79.452 133.398 223.249 172.646 7 Sulawesi 292.720 147.553 230.415 272.085 134.280 8 Yogyakarta 162.622 238.355 109.144 460.451 223.801 9 NTT/NTB 102.219 45.401 485.085 711.607 837.654

10 Lainnya 37.171 567.512 30.318 62.789 31.971

T O T A L 4.646.343 5.675.121 6.063.558 6.979.536 6.394.307 Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali, 2015

Pada Tabel 1.2, dapat dilihat bahwa Jakarta merupakan daerah asal wisatawan domestik yang berkunjung ke Bali terbanyak ke-dua selama lima tahun terakhir dengan jumlah wisatawan nusantara sebanyak 878.159-1.646.463 orang. Jakarta merupakan daerah asal wisatawan domestik terbanyak ke-dua setelah Provinsi Jawa Timur dengan kisaran wisatawan 1.403.195-2.026.995 orang. Mengingat wisatawan Jakarta merupakan wisatawan domestik terbanyak ke-dua yang mengunjungi Bali dan posisi Jakarta sebagai ibukota negara, peningkatan brand awareness Bali visual branding akan lebih efektif apabila dilakukan melalui wisatawan domestik asal Jakarta.

Strategi untuk meningkatkan brand awareness dapat dilakukan dengan konsep digital marketing. Digital marketing adalah suatu aktivitas dalam usaha atau bisnis untuk memasarkan produk atau jasa dan mempromosikan merek dagang melalui media digital, contohnya Internet. Digital marketing merupakan strategi yang dianggap cukup kuat mengingat pengguna Internet di dunia terus meningkat secara signifikan, begitu pun


(14)

7

pengguna Internet di Indonesia. Menurut survei yang dilakukan oleh www.emarketer.com (diakses pada 19 April 2015 pukul 23:35 WITA), akan ada 102.800.000 pengguna Internet di Indonesia pada tahun 2016.

Tabel 1.3

Prediksi Pengguna Internet di Indonesia hingga Tahun 2016 Tahun Jumlah Pengguna Internet di Indonesia

(orang)

Pertumbuhan (%)

2011 43.000.000 -

2012 59.600.000 38,6%

2013 72.700.000 21,9%

2014 83.600.000 14,9%

2015 93.400.000 11,7%

2016 102.800.000 10,1%

Sumber: www.emarketer.com, 2015

Berdasarkan Tabel 1.3, dapat dilihat bahwa jumlah pengguna Internet di Indonesia selalu meningkat sejak tahun 2011 dan diprediksi akan terus meningkat sampai tahun 2016. Pada tahun 2011, terdapat 43.000.000 pengguna Internet dan meningkat sebesar 38,6% sehingga pada tahun 2012 tercatat 59.600.000 orang di Indonesia menggunakan Internet. Jumlah pengguna Internet pun terus meningkat setiap tahunnya dan diprediksi peningkatan akan terus terjadi hingga tahun 2016 dengan jumlah 102.800.000 pengguna Internet di Indonesia. Angka tersebut diprediksi meningkat sebesar 10,1% dari jumlah pengguna Internet di Indonesia pada tahun 2015 yaitu 93.400.000 orang.

Peningkatan pengguna Internet yang terjadi secara signifikan dan tren Internet yang seolah menjadi kebutuhan pokok membuat digital marketing terus tumbuh dan berkembang. Dengan kata lain tren marketing konvensional (offline) mulai beralih ke tren digital


(15)

8

marketing (marketing online). Melihat kesempatan yang dimiliki di dunia digital, tentunya digital marketing merupakan salah satu strategi pemasaran yang patut dicoba dan dianalisis.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka Penulis bermaksud menyusun laporan akhir dengan judul “Strategi Peningkatkan Brand Awareness Bali Visual Branding”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Di manakah posisi Bali visual branding dalam tingkatan brand awareness?

2. Bagaimanakah strategi digital marketing untuk meningkatkan brand awareness Bali visual branding?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui posisi Bali visual branding dalam tingkatan brand awareness.

2. Untuk mengetahui strategi digital marketing untuk meningkatkan brand awareness Bali visual branding.

1.4Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat seperti: 1. Manfaat Akademik


(16)

9

Mahasiswa diharapkan dapat menambah wawasan mengenai digital marketing dan mengaplikasikan pengetahuan tentang manajemen pemasaran yang sudah didapatkan di bangku kuliah. Selain itu, agar juga dapat menganalisis strategi untuk meningkatkan brand awareness suatu perusahaan dengan konsep digital marketing.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pelaku pariwisata di Bali terutama pemerintah setempat sebagai bahan masukan untuk meningkatkan brand awareness Bali visual branding dan bahan pertimbangan terhadap strategi promosi yang baru.

1.5Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari penelitian ini akan disusun dalam 5 bab dan masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:

1. BAB I : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

2. BAB II : Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi tinjauan mengenai penelitian sebelumnya, tinjauan mengenai merek, tinjauan mengenai strategi, tinjauan mengenai brand awareness, dan tinjauan mengenai digital marketing.

3. BAB III : Metode Penelitian

Berisi tentang lokasi penelitian, definisi operasional variabel (DOV), jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik penentuan informan, teknik penentuan sampel, dan teknik analisis data.


(17)

10 4. BAB IV : Hasil dan Pembahasan

Pada bab ini akan diberikan pemaparan mengenai hasil data yang telah diolah serta pembahasannya, di antaranya mengenai gambaran umum lokasi penelitian, posisi Bali visual branding dalam tingkatan brand awareness, dan analisis strategi untuk meningkatkan brand awareness tersebut dengan menggunakan konsep digital marketing. 5. BAB V : Simpulan dan Saran

Berisi tentang simpulan dan saran-saran, disertai dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran sebagai akhir dari penulisan laporan ini.


(18)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1Tinjauan Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Peerawat Chailom dan Sirilak Kaiwinit (2011) ini berjudul “The effects of social network, Internet dissemination, Internet competitive learning, and information technology capability on

e-marketing strategy and success of e-commerce business in Thailand”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek dari strategi e-marketing pada keberhasilan bisnis e-commerce di Thailand. Studi ini menggunakan jejaring sosial, penyebaran Internet, pembelajaran kompetitif Internet, dan teknologi informasi sebagai media. Selain itu, lingkungan yang kompetitif dan penerimaan pelanggan adalah variabel penelitian. Data dikumpulkan dari bisnis e-commerce di Thailand. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi e-marketing memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap keberhasilan e-commerce. Selain itu, pembelajaran kompetitif Internet dan kemampuan teknologi informasi memiliki efek positif pada strategi e-marketing. Untuk efek moderasi, penerimaan pelanggan memiliki pengaruh positif yang signifikan secara statistik pada hubungan.

Kaitan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang Penulis lakukan kali ini adalah sama-sama meneliti hal mengenai pemasaran bisnis melalui Internet. Perbedaannya adalah lokasi penelitian dan fokus penelitian.


(19)

12

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Jing, Chatchai Pitsaphol, dan Rizwan Shabbir (2014). Penelitian ini berjudul The Influence of Brand Awareness, Brand Image and Perceived Quality on Brand Loyalty: A Case Study of OPPO Brand in Thailand. Penelitian ini bertujuan untuk memastikan bahwa untuk membangun brand loyalty yang kuat terhadap suatu produk, dibutuhkan brand awareness, perceived quality dan brand image yang kuat juga. Objek penelitian yang dijadikan studi kasus dalam penelitian ini adalah merek telepon pintar OPPO dengan target pasar adalah masyarakat Thailand. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode convenience sampling dengan jumlah 200 responden di mana seluruh responden merupakan masyarakat Thailand yang menggunakan telepon pintar OPPO. Data dikumpulkan dalam jangka waktu 2 bulan, yaitu bulan Januari hingga Februari 2012. Data diolah dengan menggunakan SPSS Ver.17. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa brand awareness, perceived quality dan brand image berhubungan dan berpengaruh terhadap brand loyalty suatu produk. Sehingga, investor dan pelaku pasar sebaiknya mempertimbangkan untuk membangun citra merek yang kuat di mata masyarakat.

Kaitan antara penelitian ini dengan penelitian yang Penulis lakukan kali ini adalah sama-sama membahas mengenai brand awareness suatu produk. Perbedaannya terletak pada produk yang diteliti, lokasi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian.

Selanjutnya, penelitian mengenai brand awareness dilakukan oleh Yuniska Hari Pramitadewi (2009) dengan judul Pengukuran Kesadaran Merek (Brand Awareness) pada Produk Madurasa PT Air Mancur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah merek Madurasa telah menjadi top of mind, dan untuk mengetahui cara mengukur kesadaran merek (brand awareness), yang didasarkan pada tingkatan top of mind, brand recall, brand recognition, dan unaware of brand. Di dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode


(20)

13

survei, di mana populasi yang digunakan adalah masyarakat Solo yang dibagi menjadi lima Kecamatan yaitu: Kecamatan Jebres, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Laweyan, Kecamatan Pasar Kliwon dan Kecamatan Serengan. Sampel dari penelitian ini sebanyak 100 orang responden dan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode non probability sampling yaitu convenience sampling. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder, sedangkan metode pengumpulan datanya adalah dengan menggunakan kuesioner dengan analisis pembahasan yang bersifat deskriptif yang berupa frekuensi, presentase, diagram dan tabel.

Berdasarkan penelitian ini menunjukan bahwa merek Madurasa telah menjadi top of mind yaitu sebanyak 81%. dari perhitungan analisis elemen Brand Awareness didapatkan merek Madurasa menempati posisi Top of Mind (81%), dan madu dengan merek Nusantara menempati posisi pertama pada analisis Brand Recall (57%), pada analisis Brand Recognition didapatkan sebanyak 18% responden perlu diingatkan akan keberadaan merek Madurasa, dan pada analisis Unaware of Brand ditemukan 1% responden yang tidak mengenal sama sekali merek Madurasa.

Kesimpulan yang dapat dikemukakan di dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kesadaran merek PT Air Mancur dengan produk Madurasa, perusahaan harus berusaha mempertahankan posisi top of mind dengan jalan melakukan pengulangan untuk meningkatkan ingatan konsumen melalui berbagai kegiatan promosi seperti: iklan, sponsor, pameran dan lain-lain.

Kaitan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang Penulis lakukan kali ini adalah sama-sama meneliti mengenai kesadaran merek atau brand awareness. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan objek yang diteliti.


(21)

14

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Ridha Januarti (2014) berjudul Analisis SOSTAC Internet Marketing Web Portal UZone di PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Penelitian ini adalah studi penelitian mengenai strategi Internet marketing dan situs jejaring sosial web portal UZone di PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dengan berdasarkan analisis model perencanaan SOSTAC. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pengolahan data secara deskriptif dan menggunakan wawancara semi terstruktur. Analisis penelitian ini menggunakan analisis SOSTAC (Situation, Objective, Strategy, Tactic, Action dan Control) komunikasi pemasaran melalui Internet marketing web portal UZone dan situs jejaring sosial yang terdiri dari Facebook (fan pages) dan Twitter.

Hasil yang dicapai dengan analisis SOSTAC ini mengungkapkan bahwa strategi komunikasi pemasaran pada web portal UZone dan situs jejaring sosial masih belum sesuai dengan SOSTAC yang sebenarnya. Pada situs jejaring sosial hanya pada level control yang masih belum sesuai dengan SOSTAC yang sebenarnya.

Kaitan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang Penulis lakukan kali ini adalah sama-sama menganalisis pemasaran melalu media Internet. Perbedaannya dengan penelitian kali ini adalah objek atau perusahaan yang diteliti serta teknik analisis yang digunakan.

1.2Tinjauan mengenai Strategi

Menurut Pearce dan Robinson (2008: 20), strategi adalah „rencana main‟ suatu perusahaan. Strategi mencerminkan kesadaran perusahaan mengenai bagaimana, kapan dan di mana dia harus bersaing menghadapi lawan dan dengan maksud dan tujuan untuk apa.


(22)

15

Sedangkan menurut Lynch seperti yang dikutip oleh Wibisono (2006: 50-51), strategi perusahaan merupakan pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama atau kebijakan perusahaan dengan rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang saling mengikat. Strategi perusahaan biasanya berkaitan dengan prinsip-prinsip secara umum untuk mencapai misi yang dicanangkan perusahaan, serta bagaimana perusahaan memilih jalur yang spesifik untuk mencapai misi tersebut.

Menurut Morissey (2010: 45), strategi adalah proses untuk menentukan arah yang harus dituju oleh perusahaan agar misinya tercapai dan sebagai daya dorong yang akan membantu perusahaan dalam menentukan produk, jasa, dan pasarnya di masa depan.

1.3Tinjauan mengenai Merek

Menurut UU Merek Nomor 15 Tahun 2001, merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, angka, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Sedangkan menurut American Marketing Association dalam Rangkuti (2002:2) definisi merek adalah nama, istilah, tanda simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pemberian merek adalah untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang ditawarkan/dihasilkan sehingga berbeda dengan produk yang dihasilkan oleh pesaing.

Menurut Durianto (2004:2), merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Lebih jauh lagi merek merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah merek dengan sebuah merek dagang (trade mark) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh


(23)

16

tersendiri di pasar bila dikelola dengan tepat. Merek lebih dari sekedar jaminan kualitas karena di dalam merek tercakup enam pengertian berikut ini:

1. Atribut produk. Seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain, dan lain-lain.

2. Manfaat. Meskipun merek membawa sejumlah atribut, yang diinginkan konsumen adalah manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini atribut merek diberikan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau manfaat emosional. Sebagai gambaran, atribut ”mahal” cenderung diterjemahkan sebagai manfaat emosional. 3. Nilai. Merek juga menyatakan tentang nilai produsen. Mercedes menyatakan

produk yang berkinerja tinggi, aman, bergengsi, dan sebagainya. 4. Budaya. Merek juga mencerminkan budaya tertentu.

5. Kepribadian. Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Sering kali produk tertentu menggunakan kepribadian orang yang terkenal untuk mendongkrak atau menopang merek produknya.

6. Pemakai. Merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

Menurut Philip Kotler dalam Rangkuti (2002:35), pengertian merek (brand) adalah sebagai a name, term, sign, symbol, or design or combination of them, intended to identify the good or service of one seller of groupdifferentiate them from those of competitor”.

Sedangkan menurut David A. Aaker dalam Rangkuti (2002:36) merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasikan barang atau jasa yang yang dihasilkan oleh kompetitor. Kemudian ditambahkan pula oleh William J. Staton dalam Rangkuti (2002:36) bahwa merek


(24)

17

adalah nama, istilah, simbol, atau desain khusus atas beberapa kombinasi unsur-unsur ini yang dirancang unntuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual.

1.4Tinjauan mengenai Brand Awareness

Menurut Durianto (2004: 54), brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali dan mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk. Dalam hal ini tentunya bisa meliputi nama, gambar, logo, serta slogan tertentu yang digunakan para pelaku pemasar untuk mempromosikan produk-produknya. Bisa dikatakan, brand awareness menjadi salah satu faktor penting yang dibutuhkan para pelaku usaha untuk memperkuat merek produknya. Sebab apabila semakin banyak konsumen yang mengingat merek suatu produk, maka semakin besar pula intensitas pembelian yang akan mereka lakukan.

Menurut Aaker (1991: 184), brand awarenessadalah “the ability of potential buyer to recognize or recall that a brand is a member of certain product category.” Kemudian, David Aaker mendefinisikan brand awareness menjadi 4 tingkatan, yaitu:

Gambar 2.1

Brand Awareness Pyramid


(25)

18

a. Unaware of a brand. Pada tahap awal, konsumen sama sekali tidak mengetahui atau tidak pernah mendengar adanya merek itu. Sebagai contoh, konsumen kemungkinan tidak mengetahui bahwa ada ponsel bermerek IMC atau HTC.

b. Brand recognition. Pada tahap ini, para konsumen sudah bisa mengidentifikasi merek yang disebutkan setelah ada orang lain yang menyebutkan merek tersebut. Sebagai contoh dalam produk sabun mandi, konsumen baru ingat akan adanya merek Dove setelah orang lain menyebutkan merek tersebut.

c. Brand recall atau mengingatkan kembali. Kesadaran merek langsung muncul di benak para konsumen setelah merek tertentu disebutkan. Berbeda dengan recognition yang membutuhkan alat bantu, brand recall hanya membutuhkan pengulangan atau penyebutan ulang merek sejenis untuk mengingat merek produk. Sebagai contoh adalah merek Yamaha untuk produk sepeda motor.

d. Top of mind atau puncak. Tingkat ini adalah tingkatan tertinggi dimana merek tertentu telah mendominasi benak para konsumen. Merek tersebut akan muncul di benak konsumen ketika kategori produk tersebut diberikan. Sebagai contoh adalah merek Aqua ketika kategori air mineral disebutkan.

1.5Tinjauan mengenai Digital Marketing

Menurut Coviello (1995: 29), digital marketing adalah penggunaan Internet dan penggunaan teknologi interaktif lain untuk membuat dan menghubungkan dialog antara perusahaan dan konsumen yang telah teridentifikasi. Mereka juga berpendapat bahwa e-marketing merupakan bagian dari e-commerce.


(26)

19

Menurut Sanjaya & Josua Tarigan (2009:47), digital marketing adalah kegiatan marketing yang termasuk branding yang menggunakan berbagai media berbasis web seperti blog, website, e-mail, ad words, ataupun jejaring sosial.

Konsep digital marketing (pemasaran digital) adalah media digital untuk memperkenalkan suatu produk kepada konsumen temasuk melalui Internet, radio, televisi, mobile phone, dan lain-lain. Produk disini bermacam-macam. Produk yang dimaksud di sini adalah barang ataupun jasa yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen. Ada tiga konsep digital marketing, yaitu content marketing, search engine marketing dan social media strategy.

Content marketing adalah sebuah cara menjangkau, menjalin hubungan dan mempertahankan pelanggan lewat konten-konten yang berbasis kepentingan pelanggan. Search engine marketing (SEM) adalah sebuah cara mencari informasi produk melalui search engine atau mesin pencari dengan mengetikkan kata atau produk yang akan dibeli. Sedangkan social media strategy adalah sebuah cara memasarkan produk melalui media sosial, seperti blog, Facebook, Twitter, dan lain-lain.


(1)

14

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Ridha Januarti (2014) berjudul Analisis SOSTAC Internet Marketing Web Portal UZone di PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Penelitian ini adalah studi penelitian mengenai strategi Internet marketing dan situs jejaring sosial web portal UZone di PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dengan berdasarkan analisis model perencanaan SOSTAC. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pengolahan data secara deskriptif dan menggunakan wawancara semi terstruktur. Analisis penelitian ini menggunakan analisis SOSTAC (Situation, Objective, Strategy, Tactic, Action dan Control) komunikasi pemasaran melalui Internet marketing web portal UZone dan situs jejaring sosial yang terdiri dari Facebook (fan pages) dan Twitter.

Hasil yang dicapai dengan analisis SOSTAC ini mengungkapkan bahwa strategi komunikasi pemasaran pada web portal UZone dan situs jejaring sosial masih belum sesuai dengan SOSTAC yang sebenarnya. Pada situs jejaring sosial hanya pada level control yang masih belum sesuai dengan SOSTAC yang sebenarnya.

Kaitan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang Penulis lakukan kali ini adalah sama-sama menganalisis pemasaran melalu media Internet. Perbedaannya dengan penelitian kali ini adalah objek atau perusahaan yang diteliti serta teknik analisis yang digunakan.

1.2Tinjauan mengenai Strategi

Menurut Pearce dan Robinson (2008: 20), strategi adalah „rencana main‟ suatu perusahaan. Strategi mencerminkan kesadaran perusahaan mengenai bagaimana, kapan dan di mana dia harus bersaing menghadapi lawan dan dengan maksud dan tujuan untuk apa.


(2)

15

Sedangkan menurut Lynch seperti yang dikutip oleh Wibisono (2006: 50-51), strategi perusahaan merupakan pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama atau kebijakan perusahaan dengan rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang saling mengikat. Strategi perusahaan biasanya berkaitan dengan prinsip-prinsip secara umum untuk mencapai misi yang dicanangkan perusahaan, serta bagaimana perusahaan memilih jalur yang spesifik untuk mencapai misi tersebut.

Menurut Morissey (2010: 45), strategi adalah proses untuk menentukan arah yang harus dituju oleh perusahaan agar misinya tercapai dan sebagai daya dorong yang akan membantu perusahaan dalam menentukan produk, jasa, dan pasarnya di masa depan.

1.3Tinjauan mengenai Merek

Menurut UU Merek Nomor 15 Tahun 2001, merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, angka, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Sedangkan menurut American Marketing Association dalam Rangkuti (2002:2) definisi merek adalah nama, istilah, tanda simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pemberian merek adalah untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang ditawarkan/dihasilkan sehingga berbeda dengan produk yang dihasilkan oleh pesaing.

Menurut Durianto (2004:2), merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Lebih jauh lagi merek merupakan nilai tangible dan intangible yang terwakili dalam sebuah merek dengan sebuah merek dagang (trade mark) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh


(3)

16

tersendiri di pasar bila dikelola dengan tepat. Merek lebih dari sekedar jaminan kualitas karena di dalam merek tercakup enam pengertian berikut ini:

1. Atribut produk. Seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain, dan lain-lain.

2. Manfaat. Meskipun merek membawa sejumlah atribut, yang diinginkan konsumen adalah manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini atribut merek diberikan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau manfaat emosional. Sebagai gambaran, atribut ”mahal” cenderung diterjemahkan sebagai manfaat emosional. 3. Nilai. Merek juga menyatakan tentang nilai produsen. Mercedes menyatakan

produk yang berkinerja tinggi, aman, bergengsi, dan sebagainya. 4. Budaya. Merek juga mencerminkan budaya tertentu.

5. Kepribadian. Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Sering kali produk tertentu menggunakan kepribadian orang yang terkenal untuk mendongkrak atau menopang merek produknya.

6. Pemakai. Merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

Menurut Philip Kotler dalam Rangkuti (2002:35), pengertian merek (brand) adalah sebagai a name, term, sign, symbol, or design or combination of them, intended to identify the good or service of one seller of group differentiate them from those of competitor”.

Sedangkan menurut David A. Aaker dalam Rangkuti (2002:36) merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasikan barang atau jasa yang yang dihasilkan oleh kompetitor. Kemudian ditambahkan pula oleh William J. Staton dalam Rangkuti (2002:36) bahwa merek


(4)

17

adalah nama, istilah, simbol, atau desain khusus atas beberapa kombinasi unsur-unsur ini yang dirancang unntuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual.

1.4Tinjauan mengenai Brand Awareness

Menurut Durianto (2004: 54), brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali dan mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk. Dalam hal ini tentunya bisa meliputi nama, gambar, logo, serta slogan tertentu yang digunakan para pelaku pemasar untuk mempromosikan produk-produknya. Bisa dikatakan, brand awareness menjadi salah satu faktor penting yang dibutuhkan para pelaku usaha untuk memperkuat merek produknya. Sebab apabila semakin banyak konsumen yang mengingat merek suatu produk, maka semakin besar pula intensitas pembelian yang akan mereka lakukan.

Menurut Aaker (1991: 184), brand awareness adalah “the ability of potential buyer to recognize or recall that a brand is a member of certain product category.” Kemudian, David Aaker mendefinisikan brand awareness menjadi 4 tingkatan, yaitu:

Gambar 2.1

Brand Awareness Pyramid


(5)

18

a. Unaware of a brand. Pada tahap awal, konsumen sama sekali tidak mengetahui atau tidak pernah mendengar adanya merek itu. Sebagai contoh, konsumen kemungkinan tidak mengetahui bahwa ada ponsel bermerek IMC atau HTC.

b. Brand recognition. Pada tahap ini, para konsumen sudah bisa mengidentifikasi merek yang disebutkan setelah ada orang lain yang menyebutkan merek tersebut. Sebagai contoh dalam produk sabun mandi, konsumen baru ingat akan adanya merek Dove setelah orang lain menyebutkan merek tersebut.

c. Brand recall atau mengingatkan kembali. Kesadaran merek langsung muncul di benak para konsumen setelah merek tertentu disebutkan. Berbeda dengan recognition yang membutuhkan alat bantu, brand recall hanya membutuhkan pengulangan atau penyebutan ulang merek sejenis untuk mengingat merek produk. Sebagai contoh adalah merek Yamaha untuk produk sepeda motor.

d. Top of mind atau puncak. Tingkat ini adalah tingkatan tertinggi dimana merek tertentu telah mendominasi benak para konsumen. Merek tersebut akan muncul di benak konsumen ketika kategori produk tersebut diberikan. Sebagai contoh adalah merek Aqua ketika kategori air mineral disebutkan.

1.5Tinjauan mengenai Digital Marketing

Menurut Coviello (1995: 29), digital marketing adalah penggunaan Internet dan penggunaan teknologi interaktif lain untuk membuat dan menghubungkan dialog antara perusahaan dan konsumen yang telah teridentifikasi. Mereka juga berpendapat bahwa e-marketing merupakan bagian dari e-commerce.


(6)

19

Menurut Sanjaya & Josua Tarigan (2009:47), digital marketing adalah kegiatan marketing yang termasuk branding yang menggunakan berbagai media berbasis web seperti blog, website, e-mail, ad words, ataupun jejaring sosial.

Konsep digital marketing (pemasaran digital) adalah media digital untuk memperkenalkan suatu produk kepada konsumen temasuk melalui Internet, radio, televisi, mobile phone, dan lain-lain. Produk disini bermacam-macam. Produk yang dimaksud di sini adalah barang ataupun jasa yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen. Ada tiga konsep digital marketing, yaitu content marketing, search engine marketing dan social media strategy.

Content marketing adalah sebuah cara menjangkau, menjalin hubungan dan mempertahankan pelanggan lewat konten-konten yang berbasis kepentingan pelanggan. Search engine marketing (SEM) adalah sebuah cara mencari informasi produk melalui search engine atau mesin pencari dengan mengetikkan kata atau produk yang akan dibeli. Sedangkan social media strategy adalah sebuah cara memasarkan produk melalui media sosial, seperti blog, Facebook, Twitter, dan lain-lain.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Advertising Terhadap Pembentukan Brand Awareness Serta Dampaknya Pada Keputusan Pembelian Produk Pocari Sweat Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

14 58 108

Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) Tas Sophie Martin Terhadap Kesediaan Membayar Harga Premium (Studi Kasus Pada BC Rosida Medan).

3 49 104

Pengaruh Celebrity Endorser Igor Saykoji Terhadap Brand Awareness Pada Kartu IM3 (Studi Kasus Karyawan Sogo Department Store Sun Plaza, Medan)

3 52 107

Analisis pengaruh Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Association, Dan Brand Loyalty terhadap keputusan pembelian pada produk pasta gigi 'Pepsodent (studi kasus pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

6 41 167

THE INFLUENCE OF BRAND AWARENESS, PERCEIVED BRAND QUALITY, BRAND ASSOCIATION AND BRAND LOYALTY TOWARD CUSTOMER PURCHASE DECISION TO CHOOSE GARUDA INDONESIA AIRLINES (CASE STUDY: CUSTOMER GARUDA INDONESIA IN JABODETABEK)

0 7 124

Ekuitas Merek Bank Syariah di Kalangan Mahasiswa Program Studi Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 11 151

Pengaruh Strategi Desain Komunikasi Pesan pada Brand Attitude dan Brand Awareness.

0 1 24

STRATEGI BRAND COMMUNICATION DALAM MEMBANGUN BRAND AWARENESS (Studi Kualitatif Strategi Brand Communication dalam Membangun Brand Awareness Rumah Makan Seafood D’cost Surabaya).

15 45 106

STRATEGI BRAND COMMUNICATION DALAM MEMBANGUN BRAND AWARENESS (Studi Kualitatif Strategi Brand Communication dalam Membangun Brand Awareness Rumah Makan Seafood D’cost Surabaya).

1 1 106

STRATEGI BRAND COMMUNICATION DALAM MEMBANGUN BRAND AWARENESS (Studi Kualitatif Strategi Brand Communication dalam Membangun Brand Awareness Rumah Makan Seafood D’cost Surabaya)

0 0 18