PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CIRI-CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP HEWAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VI SEMESTER I MI MA’ARIF DUKUH KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20162017 DiajukanUntukMemperolehGe

  PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CIRI-CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP HEWAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VI SEMESTER I MI MA’ARIF DUKUH KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 DiajukanUntukMemperolehGelar SarjanaPendidikan

  Disusun Oleh : NurulHikmah

  115-12-036

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

ABSTRAK

  Hikmah, Nurul. 2016. Peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Ciri-Ciri Khusus Makhluk

  Hidup Hewan Melalui Metode Jigsaw pada Siswa Kelas VI MI Ma’arif Dukuh Sidomukti Salatiga tahun Ajaran 2016/2017 . Skripsi. Fakultas

  Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Guru Kelas MI. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Budiyono Saputro, M. Pd Kata Kunci : Hasil Belajar IPA, Metode Jigsaw.

  Pembelajaran IPA di tingkat SD/MI masih cenderung menggunakan metode ceramah, penugasan dan latihan-latihan dari guru.Materi pelajaran disampaikan langsung kepada siswa dan siswa hanya mendengarkan serta mencatat penjelasan dari guru.Praktikum

  IPA jarang sekali dilaksanakan. Guru hanyamenginformasikanfaktadankonsepmelaluimetodeceramahdanmeminimalkanketerl ibatansiswa. Siswadiberipertanyaan yang lebihcenderungberupahafalan.Pertanyaan yang berkaitandengankemampuanberpikir yang lebihtinggisepertimelakukansuatupercobaankemudianmenyimpulkansendirihasilpercoba anjarangdilakukanoleh guru.

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

  IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup hewandengan metode jigsaw pada siswa kelas VI MI Ma’arif Dukuh Sidomukti Salatiga, Tahun Pelajaran 2016/2017.

  Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Subyek penelitian adalah siswa kelas VI MI Ma’arif Dukuh Sidomukti, Salatiga yang berjumlah 16 siswa terdiri dari 6 laki-laki dan 10 perempuan.

  Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian,peneliti menyimpulkan bahwa metode jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelasVI materi ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan di MI Ma’arif Dukuh Sidomukti Tahun Pelajaran 2016/2017. Peningkatannilai rata-rata kelasnaikdari 65(prasiklus)menjadi85dan PTK inidianggapberhasil.

  Kepada semua guru di MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga dalam usaha meningkatkan pemahaman belajar siswa dapat menggunakan metode jigsawv dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning dalam proses belajar mengajar.

  MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto: نيِرِبَصلا َعم الله َنا ،ِةىلصلااوربصلا اِب اُىنيعتسااىنماَءَني ِذلا َاهُيآي

  “Hai orang-orang yang beriman, mintalahpertolongan (kepada Allah)

dengansabardan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang

yang sabar” Usaha, kerjakerasdandoaadalahkuncisuksesdarikeberhasilan.

  Persembahan: 1.

  KepadaAyahandaRustamindanIbundaKarni yang telahmemberikandoadansemangatnyauntukku.

  2. Untukadik-adikkutercinta, NiswatulFaizah, M. NurulFalahdan Ahmad Maulida M. Hasan yang telahmenemanikudalammengerjakanskripsi.

  3. TerimakasihkepadaBapak Dr. BudiyonoSaputro M. Pd yangtelahbanyakmemberikanbimbingannyadalampenulisanskripsiini.

KATA PENGANTAR

  Bismillahhirahmanirrahim

  Segalapujibagi Allah penguasasegalaalamdansumberdarisegalahukum, tidakadaTuhanselain Allah.SholawatsertasalamsemogatetaptercurahkanpadaNabi Muhammad SAW yang membawarisalah Allah terakhirdansebagaipenyempurnarisalahsebelumnya.

  Padaakhirnyapenulisanskripsiinibisaselesei, penulissadarbahwaselesainyapenulisaniniberkatbantuan orang-orang disekitarnya, tidakada kata yang patutdiucapkanuntukbeliau-beliauinikecualiterimakasih.

  Terimakasihinipenulishaturkankepada: 1. Dr. RahmatHariyadi M. PdselakuRektor IAIN Salatiga.

  2. Suwardi M. PdselakuDekanFakultasTarbiyahdanIlmuKeguruan (FTIK).

  

3. PeniSusapti M. Si selakuKetuaJurusanPendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

  4. Dr. BudiyonoSaputro M. PdselakuDosenPembimbingSkripsi.

  5. EniTitikusumawati, M. PdselakuDosenPembimbingAkademik.

  6. Ke palaSekolah, guru, dansiswakelas VI MI Ma’arifDukuhSidomukti, Salatiga.

  7. Kedua orang tuaku yang sangatkusayangidankujadikanpanutanbagiku.

  8. Adik-adikku yang selalusetiamenemanidalampengerjaanskripsiini.

  9. Teman-temankuRacana KDWS, terimakasihtelahmenyediakansanggar yang

  begituindahdannyamansehinggakitabisaberkumpuldanmencariilmubersamasamp aisaatini.

  10. Teman-temanku JQH AL-Furqon, terimakasihtelahmenyediakantempatyang begituindahdannyamansehinggakitabisaberkumpuldanmencariilmubersama.

  11. My best friend, IsmiHidayati, NurulChamidah, Bang Eko, Bang Imam, Bang Top, Rudi, Arief, Toni.

  12. Teman-temanseperjuangan PGMI A Tahun 2012 yang sayasangatsayangidanbanggakan.

  13. Rosi, Elyn, Luluk, Retnasahabatku PGMI, terimakasihtelahmengisiduniakumenjadi ceria danramai.

  14. Teman-temanpendidik TK ABA

  5 Salatiga, terimakasihtelahmenjaditempatsayamencaripengalamanmengajar.

  15. Teman-temanpendidikbesertasiswa SMK Al-FalahSalatiga, terimakasih yang telahbersediamenyediakantempatuntukmengembangkanilmukepramukaanku.

  16. Mb. Motiq, WBU, Mas Ocim, Mudasir, yangtelahbersediamendengarkeluhkesahdariku.

  Dan semua yang telahmembantudalampenyelesaianpenulisanskripsiini, maaftidakbisadisebutkansecara detail karenakekuranganpenulis.Semogaskripsiinidapatbermanfaatbagipembaca.

  Salatiga, 25 Agustus 2016

  NurulHikmah 115-12-036

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ……………………………………….…………………………...i HALAMAN LOGO……………………………………………………………………..ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING……………….……………………….....iii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………..……iv PERNY

  ATAAN KEASLIAN TULISAN………………………………………………v ABSTRAK…………………………………………………………….………………..vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………………..……vii KATA PENGANTAR……………………………………………………………........viii DAFTAR ISI……………………………………………………………………………xi DAFTAR TABEL…………………………………………………………………..…xiv DAFTAR DIAGRAM

  ………………………………………………………………….xv

  BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah……………………………………………………...1 B. RumusanMasalah…………………………………………………………....7 C. TujuanPenelitian………………………………………….………………….8 D. HipotesisTindakan……………………………………………………..…….8

  E.

  ManfaatPenelitian……………………………………………………………9 F. DefinisiOperasional……………………………………………….………..10 G.

  MetodologiPenelitian………………………………………………………13 H. SistematikaPenulisan…………………………………………………….…18

  BAB II LANDASAN TEORI A. PeningkatanHasilBelajar 1. PengertianBelajar………………………………………………….…..20 2. PengertianHasilBelajar…………………………………………….….24 3. Faktor yang MempengaruhiHasilBelajar………………………….….25 B. IlmuPengetahuanAlam (IPA) 1. Pengertian IPA…………………………………………………..……...27 2. TujuanPengajaran IPA ………………………………………….….....29 3. MateriCiri-ciriKhususMakhlukHidupHewan……………………....30 C. Model PembelajaranKooperatifTipe Jigsaw 1. PengertianMetode Jigsaw…………………………………….……......36 2. KelebihanMetode Jigsaw…………………………………… ………...37 3. KekuranganMetode Jigsaw…………………………………….………38 4. ProsedurMetode Jigsaw ……………………………………….………38 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. SejarahSingkat Madrasah……………………………….…….……….40 B. SubjekPenelitian……………………………………………………….53 1. LokasiPenelitian…………………………………………………..40 2. WaktuPenelitian………………………………………….. ……....41

3. KarakteristikSiswa………………………………….…………….41 C.

  ProsedurTiap-tiapSiklus……………………………………………...42

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HasilPenelitian 1. HasilPenelitianPra Siklus ……………………………………………..50 2. HasilPenelitianSiklus I……………………………………..………….54 B. Pembahasan………………………………………………………….…….59 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………………….…….62 B. Saran………………………………………………………………….……63 DAFTAR PUSTAKA

  …………………………………………….…………………….63 LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Tabel1.1 :SkemaPenelitianTindakanKelas…………………..…………………….17 Tabel1.2

  :Daftar Guru di Madrasah………………………………………………….40 Tabel1.3

  :DaftarSiswaKelas VI……………………………………………………..41 Tabel1.4 :HasilEvaluasi Pre Tesdan Post Test Pra

  Siklus………………………….51 Tabel1.5

  :HasilEvaluasi Pre Tesdan Post Test Siklus I…………………………….68 Tabel1.8: Alokasi Waktu Perbaikan Pembelajaran.........................................................69

  

DAFTAR DIAGRAM

  Diagram 1.1 : Nilai Rata-rata KelasPra Siklus……………………………….……....52

  Diagram 1.2 : NilaiKetuntasanBelajarSiswaPra Siklus ………………………...…..52 Diagram1.3 : Hasil Observasi Siswa Pra Siklus......

  …………………..………….…....53 Diagram 1.4 : NilaiRata-rata Kelas Siklus I..............

  ………………….………………56 Diagram 1.5 : Nilai Ketuntasan Belajar Siswa.... ……………..……….………………57 Diagram 1.6 :Hasil Observasi Siswa Siklus I......................

  ……………..…………......57 Diagram 1.7: Statistik Nilai Pra Siklus dan Siklus I........................................................60

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peneliti melakukan penelitian di MI Ma’arif Dukuh Salatiga dilatarbelakangi karena tingkat

  ketuntasan siswa menurun. Dikarenakan pada saat pembelajaran siswa kebanyakan tidak memperhatikan guru, dapat mengakibatkan nilai siswa menjadi menurun. Pengondisian kelas masih tidak beraturan sehingga siswa lebih senang bermain dengan temannya daripada belajar.

  Berkaca dari tahun sebelum-sebelumnya nilai siswa terutama IPA mengalami penurunan drastis dikarenakan siswa belajarnya kurang, kondisi kelas sangat kurang mendukung, nilai ketuntasan menjadi menurun. Dari peristiwa tersebut peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang sering disebut juga dengan istilah Pendidikan Sains, disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar.Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah.Anggapan sebagian besar peserta didik menyatakan bahwa pelajaran IPA ini sulit adalah benar terbukti dari hasil perolehan Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dilaporkan oleh Depdiknas masih sangat jauh dari standar yang diharapkan.Ironisnya, justru semakin tinggi jenjang pendidikan, maka perolehan rata-rata nilai UAS pendidikan IPA ini menjadi semakin rendah. Dibuktikan dengan penurunan nilai mata

  pelajaran IPA pada tahun ajaran 2015/2016, justru semakin tinggi pendidikan khususnya lulusan SMP ataupun SMA mengalami penurunan pada perolehan nilai UAS.

  Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah lemahnya pelaksanan proses pembelajaran yang diterapkan para guru di sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu, mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Pelaksanaan di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa hanya untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkan dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari.

  Kondisi ini juga menimpa pada pembelajaran IPA, yang memperlihatkan bahwa selama ini proses pembelajaran sains disekolah dasar masih banyak yang dilaksanakan secara konvensional.

  Para guru sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara katif dan krestif dalam melibatkan siswa serta belum menggunakan berbagai pendekatan/strategi pembelajaran yang bervariasi berdasarkan karakter materi pelajaran.

  Dalam proses belajar mengajar, kebanyakan guru hanya terpaku pada buku teks sebagai satu-satunya sember belajar mengajar. Hal lain yang menjadi kelemahan dalam pembelajaran

  IPA adalah masalah teknik penilaian pembelajaran yang tidak akurat dan menyeluruh. Proses penilaian yang dilakukan selama ini semata-mata hanya melakukan pada penguasaan konsep yang dijaring dengan tes tulis objektif dan subjektif sebagai alat ukurnya. Dengan cara penilaian seperti ini, berarti pengujian yang dilakukan oleh guru baru mengukur penguasaaan materi saja dan itupun hanya meliputi ranah kognitif tingkat rendah. Keadaan semacam ini merupakan salah satu indikasi adanya kelemahan pembelajaran di sekolah.

  Penyebab utama kelemahan pembelajaran tersebut adalah karena kebanyakan guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran dengan memfokuskan pada pengembangan ketrampilan proses sains pada anak. Pada akhirnya, keadaan semacam ini yang menyebabkan kegiatan pembelajaran dilakukan hanya berpusat pada penyampaian materi dalam buku teks saja. Keadaan seperti ini juga mendorong siswa untuk berusaha mengahafal pada setiap kali akan diadakan tes atsu ulsngan harian atau hasil belajar, baik ulangan tengah semester (UTS), maupun ulangan akhir semester (UAS).

  Menurut Marjono (1996), hal yang harus diutamakan adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya berpikir kritis mereka terhadap suatu masalah.Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Dalam hal ini para guru, khususnya yang mengajar sains di sekolah dasar, diharapkan mengetahui dan mengerti hakikat pembelajaran IPA, sehingga dalam pembelajaran

  IPA guru tidak kesulitan dalam mendesain dan melaksanakan pembelajaran. Siswa yang melakukan pembelajaran juga tidak mendapat kesulitan dalam memahami konsep sains.

  Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat diklasifikasikna menjadi tiga bagian yaitu:ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses, dan sikap. Dari ketiga komponen IPA ini, Sutrisno (2007) menambahkan bahwa IPA juga sebagai prosedur dan IPA sebagai teknologi. Akan tetapi, penambahan ini bersifat pengembangan prosedur dari proses, sedangkan teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk.

  Sikap dalam pembelajaran IPA yang dimaksud ialah sikap ilmiah.Jadi, dengan pembelajaran IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menumbuhkan sikap ilmiah seperti seorang ilmuan. Adapun jenis-jenis sikap yang dimaksud, yaitu: sikap ingin tahu, percaya diri, jujur, tidak tergesa-gesa, dan objektif terhadap fakta.

  Pertama , ilmu pengetahuan alam sebagai produk, yaitu kumpulan hasil penelitian yang telah

  ilmuan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitus. Bentuk IPA sebagai produk, antara lain: fakta-fakta, prinsip, hukum, dan teori- teori IPA. Jadi ada beberapa istilah yang dapat diambil dari pengertian IPA sebagai produk, yaitu:

  1. Fakta dalam IPA, pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang benar terjadi dan mudah dikonfirmasi secara objektif.

  2. Konsep IPA merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA. Konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada hubungannya.

  3. Prinsip IPA yaitu generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA.

  4. Hukum-hukum alam (IPA), prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun juga bersifat tentative (sementara, akan tetapi karena mengalami pengujian yang berulang-ulang maka hokum alam bersifat kekal selama belum ada pembuktian yang lebih akurat dan logis).

  5. Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep, prinsip yang saling berhubungan.

  Kedua, ilmu pengetahuan alam sebagai proses, yaitu untuk menggali dan memahami

  pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuan.

  Adapun proses dalam memahami IPA disebut dengan ketrampilan proses sains (science process

  

skills) adalah ketrampilan yang dilakukan oleh para ilmuan, seperti mengamati, mengukur,

  mengklasifikasikan, dan menyimpulkan. Mengamati (observasi) adalah mengumpulkan semua informasi dengan pancaindra.Adapun penarikankesimpulan setelah melakukan observasi dan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.Di samping kedua komponen ini sebagai investigasi dan eksperimen. Akan tetapi, yang menjadi dasar ketrampilan proses ialah merumuskan hipotesis dan menginterpretasikan data melalui prosedur-prosedur tertentu seperti melakukan pengukuran dan percobaan.

  Ketiga, ilmu pengetahuan alam sebagai sikap.Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam

  pembelajaran sains.Hal ini sesuai dengan sikap yang harus dimiliki oleh seorang ilmuan dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitiannya. Menurut Sulistyorini (2006), ada sembilan aspekyang dikembangkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, yaitu: sikap ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang baru, sikap kerja sama, tidak puttus asa, tidak berprasangka, mawas diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri.

  Sikap ilmiah itu dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran IPA pada saat melakukan diskusi, percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek di lapangan.Pengembangan sikap ilmiah di sekolah dasar memiliki kesesuaian dengan tingkat perkembangan kognitifnya. Menurut Piaget, anak usia sekolah dasar yang berkisar antara 6 atau 7 tahun sampai 11 atau 12 tahun masuk dalam kategori fase operasional konkret. Fase yang menunjukan adanya sikap keingintahuannya cukup yinggi untuk mengenali lingkungannya.Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan sains, maka pada anak sekolah dasar siswa harus diberikan pengalaman serta kemampuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bersikap terhadap alam, sehingga dapat mengetahui rahasia dan gejala-gejala alam. Lebih lanjut, IPA sebagai juga memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya. Karakteristik tersebut menurut Jacobson & Bergman (1980), meliputi: 1.

  IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.

2. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya.

  3. Sikap keteguhan hati, kenigintahuan, dan ketekunan dalam menyikapi rahasia alam.

  4. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja.

  5. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif. Dari uraian hakikat IPA di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sderhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA.

  Dengan kegiatan-kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berpikir kritis melalui pembelajaran IPA.

  Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA).Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu, karena belum dipindahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika.Dengan proses pembelajaran IPA yang menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung, diharapkan agar siswa dapat mengembangkan potensinya dalam menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri dan bergelut dengan ide- ide.

  Pembelajaran IPA di tingkat SD/MI masih cenderung menggunakan metode ceramah, penugasan dan latihan - latihan dari guru.Materi pelajaran disampaikan langsung kepada siswa dan siswa hanya mendengarkan serta mencatat penjelasan dari guru.Praktikum IPA jarang sekali dilaksanakan. Guru hanya menginformasikan fakta dan konsep melalui metode ceramah dan minimalnya keterlibatan siswa. Siswa diberi pertanyaan yang lebih cenderung berupa hafalan. Pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan berpikir yang lebih tinggi seperti melakukan suatu percobaan kemudian menyimpulkan sendiri hasil percobaan jarang dilakukan oleh guru.Siswa lebih banyak mendengarkan dan menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan serta keterampilan yang mereka butuhkan. Permasalahan ini juga dijumpai dalam pembelajaran IPA di MI Ma’arif Dukuh Salatiga.

  Dengan demikian guru harus pandai dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai dan menarik dalam proses pembelajaran IPA dan juga dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPA. Adapun penggunaan metode jigsaw dengan pendekatan CTL diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pemahaman mengenai metode jigsaw dengan pendekatan CTL ini diharapkan dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta serta memfasilitasi pembelajaran siswa dengan lebih bermakna.

  Untuk memahami persoalan di atas, maka perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul

  “PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CIRI-CIRI KHUSUS

MAKHLUK HIDUP HEWAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA

SISWA KELAS VI SEMESTER I MI MA’ARIF DUKUH KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2 017”.

B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah metode jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan menggunakan metode jigsaw pada siswa kelas VI semester I MI Ma’arif Dukuh Kecamatan

  Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran2016/2017 ? C.

TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA materi ciri-ciri khusus makhluk hidup hewan menggunakan metode pembelajaran jigsaw pada siswa kelas VI MI Ma’arif Dukuh Sidomukti Salatiga, Tahun Pelajaran 2016/2017.

D. HIPOTESIS TINDAKAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN 1.

  Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK (Mulyasa, 2011: 63). Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah ―Penerapan metode jigsaw dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar IPA s iswa kelas VI MI Ma’arif Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.

2. Indicator keberhasilan

  Penggunaan metode pembelajaran jigsaw ini dikatakan berhasil apabila indicator yang diharapkan dapat tercapai. Indicator pencapain hasil belajar dibuat untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Indicator pencapaian hasil belajar merupakan acuan yang digunakan dalam melakukan penelitian (Direktorat Pendidikan Madrasah, 2010: 43). Adapun indicator yang dirumuskan adalah : a.

  Secara individu Siswa dapat mencapai nilai ≥ 70 sesuai dengan KKM yang telah ditemukan dari sekolah pada materi ciri-ciri makhluk hidup hewan.

  b.

  Secara klasikal

  Siklus akan berhenti apabila ≥ 85% dari total siswa dalam satu kelas mendapat nilai ≥ 70.

E. MANFAAT PENELITIAN 1.

  Manfaat Teoritik a.

  Ditemukannya pendekatan dan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi.

  b.

  Pemahaman siswa menggunakan pendekatan CTL dengan metode jigsaw pada mata pelajaran IPA dapat meningkat.

2. Manfaat Praktis a.

  Manfaat bagi Peneliti Dapat menambah keilmuan dan pengalaman dalam dunia pendidikan untuk menjadi seorang pendidik yang profesional.

  b.

  Manfaat bagi Guru 1.

  Menambah pengetahuan tentang pendekatan CTL model pembelajaran jigsaw.

  2. Memperoleh gambaran tentang dampak penggunaan CTL terhadap hasil belajar siswa.

  3. Memberikan kontribusi pada guru untuk memilih model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.

  4. Memotivasi guru untuk melakukan inovasi pembelajaran menggunakan CTL .

  c.

  Manfaat bagi Sekolah Manfaat penelitian ini bagi sekolah yaitu :

  Memberikan pemikiran baru sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, tidak hanya pelajaran IPA saja, tetapi juga pada pelajaran yang lain.

F. DEFINISI OPERASIONAL

  Untuk memberikan gambaran sekaligus memperjelas pengertian dan pemahaman serta agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai judul di atas, maka dijelaskan di bawah ini :

1. Metode Jigsaw

  Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rekan, 1978 (dalam Arend, 2010).Jigsaw ini baik digunakan untuk materi-materi yang berbentuk narasi tertulis, misalnya

  IPS, literature, sebagian IPA dan bidang-bidang yang menekankan pada penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan.Dalam menerapkan model ini, dibentuk suatu kelompok yang heterogen.Berikut ini persiapan dan langkah-langkah pembelajaran Slavin (2010).

  a.

  Persiapan yang dilakukan untuk pembelajaran jigsaw 1)

  Materi, langkah-langkah dalam menyusun materi, yaitu memilih topic materi yang berupa uraian atau cerita, membuat lembar ahli untuk tiap unit materi, bautlah kuis, gunakan skema diskusi (sebagai opsi)

  2) Membagi peserta didik ke dalam tim. 3) Membagi peserta didik ke dalam kelompok ahli. 4) Penentuan skor awal pertama.

  b.

  Langkah-langkah pembelajaran jigsaw 1)

  Membaca: para peserta didik diberikan tugas untuk membaca beberapa bab dan unit, kemudian diberikan ―lembar ahli‖ yang terdiri atas topic-topik ahli yang berbeda di setiap kelompok untuk menemukan informasi yang berhubungan dengan topic mereka. Materi yang dibutuhkan adalah sebuah lembar ahli untuk tiap peserta didik, yang terdiri dari empat topic ahli. Sebuah teks atau materi bacaan yang akan menjadi dasar dari topic ahli untuk tiap peserta didik.

  2) Diskusi kelompok ahli: setelah semua peserta membaca topic ahli masing-masing kemudian mereka mendiskusikan bersama-sama dengan topic ahli yang sama. Materi yang dibutuhkan adalah lembar dan teks ahli untuk tiap peserta didik, skema diskusi (sebagai opsi) untuk tiap topic, satu untuk tiap peserta didik dengan topic tersebut.

  Peserta didik dengan topic ahli I berkumpul bersama dalam satu meja dan berlaku topic ahli yang lain.

  3) Laporan tim: para peserta didik yang mempelajari satu topic ahli disebut ―ahli‖ kembali ke timnya masing-masing untuk mangajari topic mereka pada teman satu timnya.

  4) Tes, para peserta didik mengerjakan kuis dan diperiksa sendiri atau oleh kelompok lain.

5) Rekognisi tim, seperti pada STAD.

  c.

  Prinsip reaksi dan system social Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu mengoptimalkan interaksi antara peserta didik satu dengan yang lain, interaksi dengan guru, dan peserta didik dengan sumber belajar yang ada. Sistem social yang dibangun dari tipe jigsaw adalah tanggung jawab penuh dalam menyampaiakan materi kepada temannya.Hal ini disebabkan tipe jigsaw, seorang harus mampu memahami materi yang menjadi bagiannya dan mampu menyampaikan kepada temannya.

  d.

  Efek pembelajaran dan efek pengiring Hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw akan lebih baik daripada proses pembelajaran klasikal jika dilaksanakan dengan sungguh- sungguh oleh peserta didik, guru selalu mengontrol materi yang disampaikan peserta didik, adanya kesadaran diri peserta didik yang tinggi, dan lingkungan yang mendukung. Efek pengiring dari semua tipe dari model pembelajaran kooperatif hampir sama, yaitu meningkatkan relasi sosial dalam bentuk kerjasama yang baik serta sikap saling menghargai orang lain dan tanggung jawab. Tipe jigsaw memilki efek pengiring yang berciri khusus, yaitu memupuk rasa tanggung jawab peserta didik lebih besar. Hal ini disebabkan dalam jigsaw, berhasil tidaknya proses pembelajaran sangat bergantung pada peserta didik memahami dan menyampaikan materi pada temannya (Metodologi Pembelajaran IPA, 2014).

  2. Meningkatkan Hasil Belajar

  Menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa lndonesianya, hasil adalah sesuatu yang diadakan oleh usaha (2006: 408). Sedangkan belajar adalah berusaha (berlatih) supaya mendapat suatu kepandaian(2006: 121).

  Sedangkan menurut Nawawi (2013: 5) dalam bukunya Susanto mengatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi tertentu.

  Jadi dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah usaha yang diadakan dan dilakukan untuk mendapatkan sesuatu berupa kepandaian dan lain sebagainya.

  3. IPA

  Menurut Saputro, Budiyono (2010) ―Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan. Hakikat pembelajaran IPA dibagi menjadi 2 yaitu, secara absolutisme dan konstruktifisme. Secara absolutisme yaitu perubahan tingkah laku dari belum tahu ke keadaan sudah tahu, ibarat mengisi botol kosong. Sedangkan secara konstruktivisme yaitu siswa diakui telah memiliki pengetahuan, dengan cara percobaan dan pengamatan.

G. METODOLOGI PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian

  Istilah proposal atau rancangan penelitian yang lebih popular digunakan oleh penulis adalah research design seperti yang terdapat dalam buku-buku penelitian, research design diartikan sebagai suatu tahapan dalam melakukan sebelum dan sesudah eksperimen Campbell dan Stanley (1966).Rancangan pada dasaranya merencanakan suatu kegiatan sebelum dilaksanakan.Kegiatan merencanakan itu mencangkup komponen-komponen penelitian yang diperlukan. Untuk penelitian kualitatif komponen-komponen yang akan dipersiapkan itu masih bersifat kemungkinan ataus sesuatu yang masih tentative.

  Lincoln dan Guba (1985: 226) mendefinisikan proposal atau rancangan penelitian sebagai usaha merancang kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukkan secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan umsurnya masing-masing. Sehubungan dengan hal itu Moleong, (2005: 385) menyatakan bahwa rancangan penelitian diartikan sebagai usaha merencanakan dan menentukan segala kemungkinan dan perlengkapan yang diperlukan dalam suatu penelitian kualitatif.

  Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan proses pengkajian susatu masalah pada suatu kelas melalui system daur ulang dari berbagai kegiatan, seperti yang ditunjukkan pada tahapan-tahapan berikut ini: mengamati dan melakukan tindakan, merencanakan, kemudian merefleksikan, mengamati dan menilai, kemudian tindakan dan seterusnya. Daur tersebut dapat dilaksanakan bertolak dari hasil reflesi diri tentang adanya unsure ketidakpuasan diri sendiri terhadap kinerja yang dilakukan dan yang dilalui sebelumnya.Misalnya, guru sadar bahwa hasil belajar siswa pada bidang studi yang diasuh selalu terpuruk. Guru saat itu berpikir tentang strategi pembelajaran yang terapkan selama ini, fasilitas yang mendukung pelajaran, lalu mencari kelemahan-kelemahan kinerja yang telah dilakukan yang diduga sebagai penyebab terpuruknnya hasil belajar siswa.

2. Subjek Penelitian

  a) Subjek Penelitian

  Penelitian ini dilakukan pada seluruh siswa kelas VI di MI Ma’arif Dukuh Kec. Sidomukti Salatiga. Dasar pertimbangan pemilihan subjek ini, pada mata pelajaran IPA kelas VI terdapat materi tentang Ciri-ciri Khusus Makhluk Hidup Hewan .

  b) Lokasi penelitian

  Tempat penelitian dilakukan di MI Ma’arif Dukuh Kec. Sidomukti Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.

3. Langkah-langkah Penelitian / Siklus Penelitian

  Sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK), maka penelitian ini dilakukan melalui beberapa siklus untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran IPA melalui metode jigsaw. Setiap siklus meliputi empat tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

  Antara siklus satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Hubungan tersebut bila digambarkan seperti pada gambar berikut :

  

Tabel. 1.1

Skema Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

(Arikunto dalam Suyadi, 2013: 50)

  Perencanaan Siklus I Pelaksanaan

  Refleksi Pengamatan

  Perencanaan Pelaksanaan

  Siklus II Refleksi

  Pengamatan a. Perencanaan

  PTK tidak ubahnya seperti penelitian-penelitian ilmiah yang lain yang selalu dipersiapkan secara matang. Langkah pertama adalah melakukan perencanaan secara matang dan teliti. Dalam perencanaan PTK terdapat tiga kegiatan dasar, yaitu identifikasi masalah merumuskan masalah dan pemecahan masalah. Pada masing-masing kegiatan terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk menunjang sempurnanya tahap perencanaan.

  b.

  Pelaksanaan Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa pada tahap ini, tindakan harus sesuai dengan rencangan tetapi harus terkesan alamiah dan tidak rekayasa. Hal ini akan berpengaruh dalam proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar hasilnya dapat disinkronkan dengan maksud semula.

  c.

  Observation (pengamatan) Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observing). Prof. Supardi dalam bukunya

  Suyadi (2010: 63) menyatakan bahwa observasi yag dimaksud pada tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.

  d.

  Refleksi Tahap keempat atau terakhir dalam PTK adalah refleksi. Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Refleksi sering disebut dengan istilah

  "memantul".Dalam hal ini, peneliti seolah memantulkan pengalamannya, baik kelemahan dan kekurangannya.

  e.

  Siklus-siklus Dalam PTK Siklus adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan persiapan, pelaksanaan hingga pada evaluasi.Dalam hal ini, yang dimaksud siklus-siklus dalam PTK adalah suatu putaran penuh tahapan-tahapan dalam PTK sebagaimana disebutkan di atas.Jadi, satu siklus adalah kegiatan penelitian yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Namun sebelum diadakan siklus, hendaknya menggunakan penelitian pra siklus untuk mengetahui tolak ukur kemampuan dan kelemahan siswa.

4. Instrument Penelitian

  Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah: a.

  Peneliti sendiri (participant observation), dengan membuat desain tindakan, merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengamati proses pembelajaran bersama kolabolator.

  b. Tes, dilakukan dengan memberikan soal mengenai materi yang telah disampaikan (lembar soal) untuk mendapatkan informasi atau data tentang pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan dengan metode jigsaw.

  c. Lembar evaluasi, digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi cirri-ciri khusus makhluk hidup hewan, pada mata pelajaran IPA yang diajarkan dengan menggunakan metode jigsaw.Lembar evaluasi yang digunakan berupa soal/pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi Ilmu Pengetahuan Alam yang telah diajarkan.

  d. Lembar observasi, alat yang digunakan dalam mengobservasi yaitu pedoman observasi. Pedoman observasi berisikan indikator yang didesain berdasarkan fokus penelitian. Disamping itu observer mendokumentasikan dengan foto-foto serta mencatat proses pembelajaran sebagai bahan dalam melakukan perbaikan atau refleksi.

5. Pengumpulan Data Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti nantinya akan dibantu oleh guru kelas.

  Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumentasi, tes, dan observasi. Lebih jelas akan diuraikan sebagai berikut: a.

  Observasi, adalah pengamatan dan pencatatan secara sistemantik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi,1990: 100). Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. b.

  Tes, bertujuan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Teknik ini digunakan untuk mengukur efektivitas strategi turnamen belajar yang dikembangkan. Instrument yang digunakan berupa soal tes hasil belajar.

  c.

  Dokumentasi, diperlukan untuk merekam kegiatan siswa dan guru dalam proses pembelajaran berupa foto.

6. Analisis Data

  Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap siklusnya berdasarkan hasil observasi dan hasil prestasi belajar siswa.Analisis reflektif dilakukan peneliti bersama dengan kolabolator sebagai pijakan untuk menentukan program aksi pada siklus selanjutnya atau untuk mendeteksi bahwa kajian tindakan kelas ini sudah mencapai tujuannya.

  Penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif berupa persentase yaitu sebagai berikut: × 100%

  P = Ket: P = Persentase

  X = Jumlah siswa yang tuntas Xi = Jumlah seluruh siswa H.

SISTEMATIKA PENULISAN

  Sistematika disini dimaksudkan sebagai gambaran umum yang akan dibahas dalam laporan penelitian ini yang terdiri dari 5 bab dengan rincian sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP

0 4 54

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK- WRITE PADA SISWA KELAS VIII.5 TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KEMANDIRIAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) KELAS 4 SD NEGERI BLOTONGAN 03 KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA SEMESTER II TAHUN AJARAN 20162017 TUGAS AKHIR - I

0 0 17

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) SISWA KELAS V SDN MANGUNSARI 05 KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA SEMESTER II TAHUN 20142015

0 0 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PENGGOLONGAN HEWAN MELALUI MEDIA PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS IV MI ISLAMIYAH KAUMAN KIDUL KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2015

0 2 132

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN MELALUI METODE MIND MAP PADA SISWA KELAS IV SEMESTER II DI MI MA’ARIF KUTOWINANGUN TINGKIR SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 162

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY PADA SISWA KELAS III MI DARUL ‘ULUM REKSOSARI KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI

0 3 129

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI JUAL BELI MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CROSSWORD PUZZLE PADA SISWA KELAS III SEMESETER II MI MA’ARIF MANGUNSARI KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN

0 7 121

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI CIRI-CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE JYGSAW PADA SISWA KELAS III MI AL-MAHMUD KUMPULREJO 01 KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20152016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperole

0 0 149

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MATERI PENGGOLONGAN HEWAN MELALUI TEKNIK MIND MAPPING PADA SISWA KELAS IV SEMESTER I MI MA’ARIF ROWOBONI, KECAMATAN BANYUBIRU, KABUPATENSEMARANG TAHUN AJARAN 20162017 SKRIPSI

0 0 142