Pemikiran Prof. DR. Zakiah Daradjat, M.A. tentang Pendidikan MoralMoral (Analisis Buku Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia) - Test Repository

PEMIKIRAN PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT, MA.
TENTANG PENDIDIKAN MORAL
(Analisis Buku Membina Nilai-nilai Moral Di Indonesia)

SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
ZAKIYATUL FITRI
NIM: 111-12-135

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN 1437 H/ 2016 M

PEMIKIRAN PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT, MA.
TENTANG PENDIDIKAN MORAL
(Analisis Buku Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia)


SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
ZAKIYATUL FITRI
NIM: 111-12-135

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
TAHUN 1437 H/ 2016 M

i

ii

iii

iv


v

MOTTO

         
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
(QS. Ar Ra’du:11)

Katakan pada diri sendiri tuk “tidak menyerah” untuk selalu melakukan perbaikan
(Penulis)

vi

PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:


Ibuku, Ibu Dainah yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, do’a

yang tak pernah lelah dipanjatkan untuk putra-putrinya, motivasi yang tak
ternilai, baik dari segi materil atau non materil sehingga skripsi ini bisa
penulis selesaikan, serta doa teruntuk ayahku Abdur Rochim yang sudah
berada di pangkuan-Nya semoga Allah menempatkan engkau di Raudotan
min Riyadil Jinan, Amin…



Kakak-kakaku tercinta Mas Torik dan Mba Anti, Mba Luthfi dan Mas
Wahyu, Mba Endang dan Mas Zaenal, Mas Edi dan Mba Fia serta adek
kembar Masruhan dan Masruhin yang tak pernah lelah memberikan
motivasi dan nasehat kepada penulis.



Segenap Keluarga besar Pondok Pesantren Al-Hikmah 02 Benda, Brebes,
pengasuh, kyai-kyai dan Guru-guru dengan keikhlasanya mendidik
penulis, yang selalu penulis harapkan barokah dari ilmunya. Serta tak lupa
saudara seperjuangan di Ma’had ‘Aly Al-Hikmah.




Keluarga besar Pengasuh Panti Asuhan Darul Hadlanah khususnya kepada
Bapak Ghufron dan Ibu Muizzah beserta keluarga dengan keikhlasanya
mendidik penulis serta adik-adik. Dan selalu memberikan motivasi,
bimbingan arahan serta nasehat dan pelajaran berharga di Darul Hadlanah,
tempat dimana saya mengukir kenangan dan menimba banyak ilmu.



Masya_Pembimbing, motifator independen yang tak pernah lelah selalu
memarahi dengan kritikan pedasnya yang membangun, dalam rangka
vii

memompa semangat penulis. Yang tanpa pamrih mengingatkan,
mengoreksi, memberikan masukan dan mendorong penulis agar karya
sederhana ini dapat terselesaikan.


Teman seperjuangan di Darul Hadlanah, Mas Abdul Majid, Mba Nunung

Suciati, Mba Neny Muthiatul Awaliyah, Mba Novi Oktaviani, Mba Nurul
Azmi dan Mba Maya Mushoffa serta adek-adek panti teman belajar yang
selalu menjadi penyemangat ketika lelah menghampiri.



Teman karib yang selalu ada dan motivator selama kuliah Hayu A’la
Aslami, Tri oktaviani, Zahra Ridho Hasanah dan Nurul Robikah.



Teman-teman PPL, KKL, dan KKN yang berjuang bersama dalam suka
dan duka untuk menyelesaikan tugas Negara.



Rekan-rekan HMJ PAI: Mba Endang, Mba Aisyah, Mba Fajri, Mb Fia,
Mas Didik, Mas Ro’in, Mas Wisnu, dan segenap anggota HMJ PAI.




Teman-teman seperjuangan di kampus IAIN



Almamaterku tercinta IAIN Salatiga.



Adek Angkatan Jurusan PAI.



Pendamping hidup kelak InsyaAllah, yang masih dirahasiakan oleh Allah
yang namanya masih terlukis di Lauhil Mahfudz.

viii

KATA PENGANTAR


‫ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟ ّﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮّﺣﯿﻢ‬
Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah
‘Azza wa Jalla). Atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh
dari sempurna. Sholawat dan Salam Allah SWT, semoga senantiasa
terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidup manusia dan yang menjadi
cakrawala rindu para umatnya (Nabi Muhammad SAW).
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Siti Ruhayati, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pedidikan Agama Islam.
4. Bapak

Rasimin,

S.Pd.I,


M.Pd.

Selaku

pembimbing

yang

telah

membimbing dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A. Selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing dan mengarahkan selama kuliah.
6. Bapak/ ibu dosen dan seluruh karyawan IAIN Salatiga yang telah
memberikan pelayanan kepada penulis.

ix

x


ABSTRAK
Fitri, Zakiyatul. 2016. Pemikiran Prof. DR. Zakiah Daradjat, M.A. tentang
Pendidikan Moral. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Rasimin, S.Pd.I, M.Pd.
Kata kunci: Pemikiran Zakiah Daradjat, Pendidikan Moral.
Era Globaisasi sekarang ini banyak fenomena yang beredar, baik melalui
media cetak maupun elektronik yang memberitakan berbagai penyimpangan yang
dilakukan oleh generasi penerus bangsa. Maraknya peredaran dan penggunaan
narkoba, tawuran, pelecehan seksual, pergaulan bebas dan berbagai perilaku
menyimpang lainya. Dengan demikian pendidikan moral memegang peranan yang
sangat urgent. Salah satu tokoh perempuan dengan pemikiranya yang cemerlang
berkaitan dengan pendidikan moral ialah Zakiah Daradjat, oleh karena itu penulis
terarik dan ingin mengatahui lebih dalam tentang pendidikan moralnya yang
memang sedang menjadi perbincangan diberbagai kalangan.
Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1)
Bagaimanakah pemikiran Zakiah Daradjat tentang pendidikan moral (2)
Bagaimana relevansi pemikiran Prof. DR. Zakiyah Daradjat tentang pendidikan
moral dalam Era globalisasi

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library
research). Sumber data primer adalah buku Membina Nilai-nilai Moral di
Indoesia karangan Zakiah Daradjat, sumber sekundernya adalah buku-buku lain
yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian. Analisa data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah: Metode Analisis Isi (Content Analysis).
Temuan penulis berkaitan dengan pertanyaan penulis bahwa Pendidikan
moral Zakiah Daradjat ialah pendidikan yang berlandaskan pada Pancasila yang
menjadikan sila pertamanya yaitu Ketuhanan yang Maha Esa menjadi jiwa atau
ruh bagi butir sila yang lain dalam menjalankan pendidikan moral yang ada.
Sehingga dalam melaksanakan pendidikan moral Zakiah Daradjat memberikan
penekanan kepada semua pilar-pilar pendidikan moral dalam hal ini keluarga,
sekolah dan masyarakat maupun pemerintah untuk bersama-sama menjadikan
Pancasila menjadi pegangan hidup, tidak cukup hanya menghafalkan teks
melainkan dengan cara mengamalkan menyelaraskan antara perbuatan dan ucapan
dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Pemikiran Zakiah Daradjat
tentang pendidikan moral jika dikaitkan dengan era globalisasi, berupa Pembinaan
mental melalui pendidikan agama dan melalui pembinaan moral Pancasila sangat
relevan, disamping memberikan solusi sesuai dengan permasalahan dekadensi
moral yang ada sekarang ini, juga memberikan dasar pendidikan moral sesuai
dengan dasar yang menjadi pedoman bangsa indonesia yaitu Pancasila.


xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................

i

LEMBAR BERLOGO......................................................................

ii

PERETUJAN PEMBIMBING.........................................................

iii

PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................

v

MOTTO.............................................................................................

vi

PERSEMBAHAN..............................................................................

vii

KATA PENGANTAR ......................................................................

ix

ABSTRAK.........................................................................................

xi

DAFTAR ISI......................................................................................

xii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................

1

A. Latar Belakang………………………………………………

1

B. Penegasan Istilah…………………………………………….

5

C. Rumusan Masalah…………………………………………...

7

D. Signifikansi Penelitian………………………………………

7

E. Studi Pustaka………...………………………………………

8

F. Kerangka Teori………………………………………………

9

G. Metode Penelitian……..…………..…………………………

12

H. Teknik Analisis Data...………………………………………

15

I. Sistematika Penulisan Skripsi.………………………………

15

BAB II HISTORIKA BOIGRAFI ZAKIAH DARADJAT……...

17

A. Latar Belakang Keluarga…………………………………….

17

xii

B. Latar Belakang Pendidikan………………………………….

18

C. Karier…………...………...………………………………….

20

D. Hasil Karya…………….…………………………………….

24

E. Deskripsi Buku Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia…...

28

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN……………………………...

30

A. Pendidikan Moral……………………………………………

30

1. Pengertian Pendidikan Moral……………………………

30

2. Tujuan Pendidikan Moral………..………………………

34

B. Pendidikan Moral Zakiah Daradjat…………………………

36

1. Pendidikan Moral Zakiah Daradjat……………………...

36

2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Merosotnya moral
Anak-anak…………………………………………..…

42

3. Usaha-usaha Mencapai Perbaikan Moral………………..

46

BAB IV PENDIDIKAN MORAL DI ERA LOBALISASI………

58

A. Signifikansi Pendidikan Moral Di Era Lobalisasi…...………

58

B. Relevansi Pendidikan Moral Zakiah Daradjat di Era
Globalisasi…………………………………………………...

62

1. Pendidikan Moral Pancasila……………………………..

62

2. Pilar-pilar Pendidikan Moral…………………………….

69

3. Usaha Perbaikan Moral………………………………….

77

xiii

BAB V PENUTUP………………………...………………………..

80

A. Kesimpulan………………………………………………….

80

B. Saran…………………………………………………………

81

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arus globalisasi telah melanda berbagai penjuru dunia tidak
terkecuali Indonesia. Globalisasi di Indonesia telah mengubah aspek
kehidupan dalam berbagai bidang, baik dalam bidang ekonomi, sosial,
budaya, politik dan juga dalam bidang pendidikan. Perubahan tersebut
tentunya memberikan dampak poitif yang mendatangkan kemajuan maupun
dampak negatif yang justru menjadi pemicu terjadinya dekadensi moral.
Di era globalisasi ini, terdapat hal yang menjadi ciri utama dan
tidak dapat diingkari yaitu adanya revolusi teknologi, transportasi, informasi,
dan komunikasi. Tentunya kemajuan-kemajuan yang ada ini akan
memberikan berbagai macam dampak dalam kehidupan terlebih dalam dunia
pedidikan. Kemajuan Informasi dan komunikasi yang ada telah menjadi suatu
kebutuhan yang dianggap penting bagi para peserta didik untuk memudahkan
mereka dalam belajar. Dengan fasilitas yang sedemikian mudahnya tanpa
landasan pendidikan moral yang baik akan sangat berpotensi terjadinya
penyimpangan-penyimpangan.
Islam mengajarkan semua tata cara hidup termasuk pedoman
berperilaku dan bersikap. Dasar pendidikan akhlak dalam Islam adalah alQur’an dan al-Hadits. Al-Qur’an dan al-Hadits sebagai pedoman hidup umat
Islam menjelaskan kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Al-Qur’an

1

sebagai dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai
teladan bagi seluruh umat manusia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
Q.S. Al-Ahzab ayat: 21

           
     

Artinya: “Sungguh Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Ayat tersebut telah jelas sekali menunjukan bahwa telah ada
contoh yang baik yang terdapat pada Rasulullah SAW. Tentunya bagi orang
yang merasa sebagai umatnya tidak akan mencontoh selain dari pada
Rasulullah.
Negara Indonesia yang notabennya sebagai salah satu Negara yang
mengedepankan pendidikan telah mengatur dan melindungi sistem
pendidikan yang ada, salah satunya diatur dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) Nomor 20 tahun 2003 yang
menerangkan

bahwa

tujuan

Pendidikan

Nasional

adalah

untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak yang bermartabat,
dimana dalam proses pendidikan harus ditanamkan nilai-nilai moral.
Sejalan dengan dalil Qur’an dan undang-undang diatas Zakiah
Daradjat dalam pendidikan moralnya memberikan sumbangsih berupa
pemikiran-pemikiran yang monumental berkaitan dengan pembinaan moral.
Karena moral adalah pondasi dari suatu bangsa. Jika moral yang ada dalam

2

suatu bangsa tidak baik, maka hancurlah tatanan bangsa tersebut (Daradjat,
1977:9).
Uraian di atas menjelaskan begitu urgennya moralitas dalam
kehidupan terlebih dalam dunia pendidikan. Bahkan Negara Indonesia
melalui undang-undangnyapun turut serta melindungi dan mengatur Sistem
Pendidikan Nasional yang ada. Salah satunya melalui penekankan
penanaman nilai-nilai moral. Akan tetapi di era globalisasi sekarang ini
dihadapkan pada persoalan yang semakin berat. Krisis moral yang timbul
secara real ditandai dengan maraknya berbagai persoalan seperti:
menyontek, tawuran, membolos, kekerasan antar pelajar, minum-minuman
keras, penggunaan dan pengedaran narkoba, pemerkosaan, hingga pergaulan
bebas. Ini adalah suatu problem yang sangat menyimpang dari ketentuan
norma yang ada dalam masyarakat dan hal tersebut seakan sudah
menyeluruh ke berbagai penjuru daerah, baik di kota-kota besar sampai
pelosok desa.
Sebagaimana contoh yang diberitakan Tribunkaltim.Com pada 4
April 2016 tentang penemuan mayat Yuyun siswi SMP kelas VII Ulak
Tandik, kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu yang diperlakukan tidak
senonoh hingga meninggal dibunuh oleh 14 orang yang masih remaja, dua
diantaranya adalah kakak kelasnya sendiri, Eno yang diperlakukan tidak
senonoh oleh teman dekatnya sendiri kemudian dibunuh dengan sadis, dan
pembunuhan dosen di Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara (UMSU)
oleh mahasiswanya, dan masih banyak lagi rentetan peistiwa asusila dan

3

pelanggaran norma, ini menunjukan bahwa bangsa Indonesia mengalami
darurat

moral.

(http://www.antaranews.com/berita/558931/kasus-yuyun-

tunjukan-bangsa-indonesia-darurat-moral)
Contoh dan pemaparan di atas menunjukan bahwa moral peserta
didik bangsa telah terdekadensi oleh zaman sehingga pendidikan moral
adalah suatu hal yang penting yang harus diterapkan dan ditekankan baik
dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.
Pentingnya pendidikan moral untuk diserukan dengan semangat agar lahir
kesadaran bersama untuk membangun moral generasi muda bangsa yang
kokoh. Sehingga, generasi penerus bangsa ini tidak terombang-ambing oleh
modernisasi yang menjanjikan kebahagiaan sesaat serta mengorbankan
kebahagiaan masa depan yang panjang dan abadi.
Sejalan dengan pemaparan diatas salah satu tokoh perempuan yang
memiliki semangat pendidikan moral adalah Prof. DR. Hj. Zakiah Daradjat.
Zakiah merupakan tokoh multi talent, perempuan yang luar biasa, beliau
seorang ahli psikolog, pendidik, guru besar dan juga pembaharu dalam
Pendidikan Islam di Indonesia yang pernah menetapkan keputusan bersama
tiga mentri yaitu Mentri dalam Negri (MENDAGRI), Kementrian Agama
(KEMENAG),

dan

Kementrian

Pendidikan

dan

Kebudayaan

(KEMENDIKBUD) terkait keputusan tentang penetapan jam pelajaran
pendidikan agama agar diperbanyak. Keahlian Zakiah Daradjat dalam
bidang psikologi rupanya mempengaruhi pemikiran beliau dalam pendidikan
moral. Pemikiran pendidikan moral Zakiah Daradjat seakan memberikan

4

Pencerahan

terhadap

probematika-problematika

di

era

globalisasi

sebagaimana yang terjadi sekarang ini.
Zakiah menyerukan bagi peserta didik agar dapat menjadi generasi
penerus bangsa yang memiliki prinsip keteguhan moral yang baik, tidak
mudah goyah, jika dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang melanda
bangsa Indonesia di era globalisasi ini. Pemikiran-pemikiran Prof. Dr. Hj.
Zakiah Daradjat tentang pendidikan moral sejalan dengan sistem pendidikan
yang sedang dicanangkan oleh pemerintah, yang tidak mengedepankan nilai
akademik. Pendidikan moral yang berlandaskan pada dasar Negara
Indonesia yaitu Pancasila sebagaimana pemikiran beliau menjadi hal yang
menarik untuk dikaji. Maka penulis tertarik untuk mengangkatnya sebagai
bahan penulisan skripsi yang berjudul: “Pemikiran Prof. Dr. Zakiah Daradjat
Tentang Pendidikan Moral (Analisis Buku Membina Nilai-nilai Moral di
Indonesia)”.

B. Penegasan Istilah
Penegasan istilah dalam penelitian ini sangat diperlukan agar tidak
terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan
menjelaskan istilah-istilah lain didalam judul ini. Istilah yang perlu penulis
jelaskan sebagai berikut:
1. Pemikiran
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah cara atau hasil
Berfikir (KBBI, 2006: 892)

5

2. Pendidikan Moral
Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan dengan sadar untuk
mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran
dan latihan (Ensiklopedi Nasional Indonesia: 365). Proses perubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dan usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia: 263).
Moral adalah (ajaran tertentu) baik buruk perbuatan dan kelakuan
(akhlak, kewajiban dsb) (KBBI, 1982:654)
Moral berasal dari kata mores yang berarti tata cara dalam
kehidupan atau adat istiadat yang berhubungan dengan nilai-nilai susila,
larangan dan tindakan yang membicarakan salah atau benar. Moral selalu
mengacu pada baik buruknya manusia sehingga bidang moral adalah
bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.
(Budiningsih, 2004: 24).
Pendidikan moral adalah upaya yang dilakukan dengan sadar untuk
mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran
dan latihan yang mengacu pada baik buruknya manusia. Sehingga bidang
moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya
sebagai manusia.

6

C.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemikiran Prof. DR. Zakiah Daradjat tentang pendidikan
moral?
2. Bagaimana relevansi pemikiran Prof. DR. Zakiyah Daradjat tentang
pendidikan moral di Era globalisasi ini?

D. Sinifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pemikiran Prof. DR. Zakiah Daradjat tentang
pendidikan moral.
b. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Prof. DR. Zakiyah Daradjat
tentang pendidikan moral dalam Era globalisasi ini.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan
ilmu

pengetahuan

dalam

hal

memberikan

gambaran

tentang

Pendidikan moral secara filosofis untuk dijadikan sebagai acuan
Pendidikan Islam dalam mencari solusi atas persoalan yang
menghambat pembangunan peradaban manusia.

7

b. Manfaat Praktik
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi praktisi
pendidikan dalam hal memberikan pemantapan implementasi atau
kontribusi pemikiran dalam upaya peningkatan ilmu pengetahuan dan
pembenahan moral yang sesuai dengan ajaran agama dan sebagaimana
yang diamanatkan oleh Undang-undang yang ada.

E. Studi Pustaka
Kajian pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap
penelitian yang ada, baik mengenai kekurangan dan kelebihan yang ada
sebelumnya. Selain itu juga mempunyai andil besar dalam rangka
mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumya tentang teori-teori yang
ada kaitannya dengan judul yang digunakan untuk mendapatkan landasan
teori ilmiah.
Sejauh pengamatan dan penelusuran penulis ke berbagai literatur
kepustakaan yang dilakukan, penulis belum menemukan penelitian yang
secara khusus mengkaji pemikiran Zakiah Daradjat tentang pendidikan moral
dan relevansinya di era globalisasi sekarang ini. Akan tetapi penulis
menemukan beberapa judul skrirpsi yang mempunyai kajian hampir serupa
yaitu membahas tentang moral, akan tetapi dengan fokus dan tokoh yang
berbeda sebagaimana berikut:

Dedik Fatkul Anwar, Nilai pendidikan Moral dalam Pesan-pesan
K.H. Ahmad Dahlan dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Islam (kajian

8

materi). Skripsi. Fakutas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sunan Kalijaga.
2010, yang membahas tentang pendidikan moral melalui pesan-pesan yang
disampaikan oleh KH. Ahmad Dahlan.
Kemudian Nurul Faizah. konsep pendidikan moral (stuudi analisis
pemikiran Raden Ngabehi Ranggawarsita). 2009. Yang memaparkan dan
membagi konsep moral menjadi

beberapa meliputi habluminallah,

habluminannas dan habluminal alam.
Dari kajian pustakta yang penulis hadirkan di atas, semuanya
menggunakan content analysis demikian juga penulis. Akan tetapi berbeda
tokoh dan tentunya berbeda juga dalam pemikiranya. Penelitian yang akan
dilakukan penulis lebih berfokus gagasan Zakiah daradjat tentang pendidikan
moral dan relevansinya dalam dunia era globalisasi.

F. Kerangka Teori
Pendidikan didefinisikan sebagai humanisasi, yaitu suatu upaya dalam
rangka membantu manusia (peserta didik) agar mampu hidup sesuai dengan
martabat kemanusiaannya (Wahryudin, 2009: 1.29) artinya, bahwa pendidikan
menjadi usaha untuk membuat manusia (peserta didik) menjadi seseorang
yang lebih baik, bermartabat, bermoral dan berbudi pekerti yang baik bukan
malah sebaliknya. Pendidikan menjadi sarana untuk mengubah perilaku
manusia menjadi lebih baik. Pendidikan didapatkan dari lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Pendidikan yang pertama kali diberikan adalah dari
lingkungan keluarga kemudian sekolah dan masyarakat.

9

Pendidikan dari segi istilah dapat merujuk kepada berbagai sumber
yang diberikan ahli pendidikan. Dalam undang-undang tentang System
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) UU RI No.2 Tahun 1989 dinyatakan
bahwa “pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi peranan di masa
yang akan datang” (UU SISDIKNAS, 1993:3)
Selanjutnya, Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara dikutip
oleh Prof. Dr. Abuddin Nata, MA. menyatakan bahwa:
Pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan
budi pekerti (kekuatan batin, karakter). Pikiran (intellect) dan tumbuh
anak yang antara satu dan lainya saling berhubungan agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan
anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya” (Nata, 2004:33).
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’
yaitu mos sedangkan bentuk jaxmaknya yaitu mores yang masing-masing
mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Lebih luas moral adalah
nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
K. Bertens, mengungkapkan bahwa moral itu adalah nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Makna yang hampir sama untuk kata moral juga
ditampilkan oleh Lorens Bagus, mengungkapkan antara lain, menyangkut
kegiatan-kegiatan manusia yang dipandang sebagai baik/buruk, benar/salah,
tepat/tidak tepat, atau menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam
hubungan dengan orang lain (Bertens, 1993:48).

10

Dari definisi diungkap di atas tercermin, bahwa kata moral itu, paling
tidak memuat dua hal yang amat pokok yakni, 1) sebagai cara seseorang atau
kelompok bertingkah laku dengan orang atau kelompok lain, 2) adanya
norma-norma atau nilai-nilai yang menjadi dasar bagi cara bertingkah laku
tersebut.
Pendidikan moral mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keterampilan, dan perilaku yang baik, jujur, dan penyayang dapat dinyatakan
dengan istilah bermoral. Tujuan utama pendidikan moral adalah menghasilkan
individu yang otonom, yang memahami nilai-nilai moral dan memiliki
komitmen untuk bertindak konsisten dengan nilai-nilai tersebut. Pendidikan
moral mengandung beberapa komponen, yaitu pengetahuan tentang moralitas,
penalaran moral, perasaan kasihan dan memerhatikan kepentingan orang lain,
serta tendensi moral (Zuchdi, 2010:43).
Adapun moral menurut Elizabeth Hurlock dalam bukunya Child
Development sebagaimana yang di kutip Zakiah Daradjat yaitu:
True Morality is behavior wich conforms to social standards and
wich is also carried out poluntarily by the individual. It comes with the
transition from eksternal to internal authority and consist of conduct
regulated from within. It is accompanied by a feeling of personal
responsibility for the act. Added to this it involves giving primary
consideration to the welfare of the group, while personal desires or
gains are relegated to apposition of secondary importance”.
Yang terpokok dari kutipan tersebut ialah yang pertama: moral ialah
kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran masyarakat, yang timbul dari hati
sendiri (bukan paksaan dari luar). Kedua: rasa tangung jawab atas tindakan

11

itu, dan ketiga: mendahuluan kepentingan umum dari pada keinginan atau
kepentingan pribadi.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
moral ialah sarana yang diupayakan dan diusahakan dengan sadar untuk
menjadikan manusia memiliki nilai-nilai atau norma yang diaplikasikan
dengan komitmen dan rasa tanggung jawab untuk kepentingan bersama baik
individu itu sendiri maupun masyarakat secara umum.

G. Metode Penelitian
Sebagai pendukung dari penulisan dan pembahasan agar diperoleh
hasil yang komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis,
maka perlu adanya metodologi untuk mengetahui
Hasil eksplorasi ini diharapkan dapat memberi pandangan baru tentang
pendidikan moral dalam dunia era globalisasi. Adapun metode penelitian yang
digunakan adalah sebagai beriku1t:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Kepustakaan (library research).
Menurut Mestika Zed (2004:3) yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta
mengolah bahan penelitian.
Alasan dari pemilihan jenis penelitian ini adalah efektifitas dari
cara pengungkapan informasi moral dalam pendidikan moral menurut
Zakiah Daradjat yang terdapat dalam buku Membina Nilai-nilai Moral di

12

Indonesia, yakni dengan membaca, memahami buku-buku, majalah
maupun literatur lain yang berhubungan dengan tema yang diambil oleh
penulis secara komprehensif.

2. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
factual-historis. Pendekatan faktual-historis yaitu suatu pendekatan dengan
mengemukakan historisitas faktual mengenai tokoh (Bekker & Zubair,
1990: 61).
Pendekatan ini penulis gunakan untuk mengungkapkan seluk-beluk
perkembangan pemikiran Zakiah Daradjat dari masa kecil sampai pada
pemikirannya tentang nilai-nilai moral.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang valid dan
akurat penulis menggunakan metode dokumentasi agar dapat membantu
dan memperlancar dalam mengeksplorasi jalanya penelitian. Sebagai
penelitian pustaka (library research), pengumpulan data dilakukan dengan
menghimpun data dari berbagai literatur, baik dari perpustakaan maupun
tempat lainnya.
Metode dokumentasi, menurut Arikunto (2003: 235) yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya.

13

Data yang dihimpun merupakan sumber tertulis yang secara garis
besar ada dua macam sumber, yaitu:
a. Sumber Data Primer
Adapun sumber data primer yang peneliti gunakan adalah buku
“Membina Nilai-nilai Moral Di Indonesia” karangan Zakiah Daradjat.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data informasi yang diperoleh dari
sumber-sumber lain selain data primer, yang secara tidak langsung
bersinggungan dengan tema penelitian yang peneliti lakukan.
Diantaranya buku-buku literatur, internet, majalah atau jurnal ilmiah,
arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang
terkait dengan penelitian ini.
Sumber sekunder yang berupa buku meliputi:
1. Ulama

Perempuan

Indonesia.

(Jajat

Burhanudin,

Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama. 2002)
2. Pembelajaran Moral ( Asri Budiningsih. Jakarta: Asdi Mahasatya.
2004)
3. Dimensi-dimensi pendidikan Moral.

(Cheppy Hari

Cahyo.

Semarang: IKIP. 1995)
4. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam di Indonesia (Abuddin
Nata. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2000)
5. Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas (Arif Subhan.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999)

14

6. Pendidikan Islam dan Krisis Moralisme Masyarakat Modern
(Umiraso. Dkk. Jogjakarta: IRCiSoD. 2010)

H. Teknik Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Metode
Analisis Isi (Content Analysis). Analisis isi (Content Analysis) adalah
teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru
(replicable), dan shahih data dengan memperhatikan konteksnya.
Dengan metode analisis ini, penulis akan mengkaji dan
menafsirkan pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam buku, teks atau
naskah yang berhubungan dengan pendidikan moral Zakiah Daradjat
secara komprehensif. Satuan makna dan kategori dianalisis, dicari
hubungan satu dan lainnya untuk menemukan makna, arti, tujuan dan isi
dari kata yang secara eksplisit maupun implisit berhubungan dengan
pembangunan pendidikan moral Zakiah Daradjat. Hasil analisis ini
kemudian dideskripsikan dalam bentuk laporan penelitian sebagaimana
pada umumnya.

I. Sistematika Penulisan Skripsi
Bagian awal ini, meliputi: sampul, lembar berlogo, judul (sama dengan
sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian
tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar
lampiran. Bagian Inti berisi:

15

Bab I: Pendahuluan memuat latar belakang masalah, fokus penelitian,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah,
dan sistematika penulis skripsi.
Bab II: Biografi memuat riwayat hidup Prof. DR. Hj. Zakiah Daradjat
yang memuat latar belakang keluarga, pendidikan, karier, hasil karya dan
deskripsi buku.
Bab III: Deskripsi Pemikiran memuat pemikiran Prof. DR. Zakiah
Daradjat tentang pendidikan moral, faktor-faktor merosotnya moral anak-anak
dan usaha-usaha mencapai perbaikan moral.
Bab IV: Analisis tentang pendidikan moral di era globalisasi yang di
dalamnya membahas pendidikan moral diera globalisasi, tentang signifikansi
pendidikan moral di era globalisasi dan relevansi pendidikan moral Zakiah
Daradjat di era Globalisasi.
Bab V: Penutup memuat kesimpulan dan saran. Bagian akhir dari
skripsi ini, memuat: Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran, dan Daftar Riwayat
Hidup Penulis.

16

BAB II
HISTORIKA BIOGRAFI ZAKIAH DARADJAT

a. Latar Belakang Keluarga
Zakiah Daradjat dilahirkan di Jorong Koto Marapak, Nagari Lambah,
Ampek Angkek, Agam, Kotamadya Bukit Tinggi Sumatera Barat, 6
November 1929. Ayahnya, Haji Daradjat Husain merupakan aktivis organisasi
Muhammadiyah dan ibunya, Rafi'ah aktif di Sarekat Islam. Ia merupakan anak
pertama dari pasangan tersebut. Sejak kecil Zakiah Daradjat telah ditempa
pendidikan agama dan dasar keimanan yang kuat. Ia sudah dibiasakan oleh
ibunya untuk menghadiri pengajian-pengajian agama dan dilatih berpidato
oleh ayahnya. Zakiah Daradjat meninggal di Jakarta dalam usia 83 tahun pada
15 Januari 2013 sekitar pukul 09.00 WIB. Setelah disalatkan, jenazahnya
dimakamkan di Kompleks UIN Ciputat pada hari yang sama. Menjelang akhir
hayatnya, ia masih aktif mengajar, memberikan ceramah, dan membuka
konsultasi psikologi. Sebelum meninggal, ia sempat menjalani perawatan di
Rumah Sakit Hermina, Jakarta Selatan pada pertengahan Desember 2012
(Nata, 2005:235).
Semasa hidup, Zakiah Daradjat tidak hanya dikenal sebagai psikolog
dan dosen, tetapi juga mubaligh dan tokoh masyarakat. Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat menyebut Zakiah Daradjat sebagai
pelopor psikologi Islam di Indonesia. Sementara itu, Wakil Menteri Agama
Nasaruddin Umar mencatat, Zakiah Daradjat adalah sosok yang bisa diterima

17

dengan baik oleh semua kalangan. Umar menambahkan, sosok Zakiah
Daradjat seperti sosok Hamka dalam versi Muslimah.

B. Latar belakang Pendidikan
Pada usia tujuh tahun, Zakiah sudah mulai memasuki sekolah. Pagi ia
belajar di Standard School Muhammadiyah dan sorenya belajar lagi di
Diniyah School. Semasa sekolah ia memperlihatkan minat cukup besar dalam
bidang ilmu pengetahuan dan agama. Selain itu, saat masih duduk di bangku
kelas empat SD, ia telah menunjukkan kebolehannya berbicara di muka
umum. Setelah tamat pada 1941, Zakiah dimasukkan ke salah satu SMP di
Padang Panjang sambil mengikuti sekolah agama di Kulliyatul Muballighat.
Ilmu-ilmu yang diperolehnya dari Kulliyatul Mubalighat kelak ikut
mendorongnya untuk menjadi mubaligh (Subhan, 1999:4).
Pada tahun 1951, ia menamatkan pendidikannya di SMA Setelah itu, ia
memutuskan meninggalkan kampung halamannya untuk melanjutkan studinya
ke Yogyakarta. Di Yogyakarta, ia mendaftar ke dua perguruan tinggi dengan
fakultas yang berbeda, yaitu Fakultas Tarbiyah Perguruan Tinggi Agama
Islam Negeri (PTAIN) Yogyakarta dan Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia (UII). Meskipun ia diterima di kedua Fakultas tersebut, ia akhirnya
hanya memilih mengambil Fakultas Tarbiyah PTAIN Yogyakarta atas saran
kedua orang tuanya. Pada tahun 1956, ia menerima beasiswa dari Departemen
Agama untuk melanjutkan pendidikan ke Mesir.

18

Di Mesir ia langsung diterima di Fakultas Pendidikan Universitas Ain
Shams, Ia mengambil spesialisasi Diploma Faculty of Education dan
memperoleh gelar Magister pada bulan oktober 1959 dengan tesis The
Problems of Adolescence in Indonesia (Ensiklopedi Islam, 1994:285). Tesis
ini banyak mendapat sambutan dari kalangan terpelajar dan masyarakat umum
di Cairo waktu itu, sehingga seringkali menjadi bahan berita para wartawan.
Prof. Zakiah Daradjat sendiri tidak tahu dengan pasti, apa yang menyebabkan
masyarakat terpelajar Mesir tertarik akan isi tesisnya itu entah karena masalah
yang dibahas itu cukup menarik bagi mereka, karena menyangkut Indonesia,
yang belum banyak mereka kenal, sedangkan hubungan antara Republik
Persatuan Arab dan Republik Indonesia waktu itu sedang erat-eratnya. Akan
tetapi, besar kemungkinan yang menyebabkan mereka tertarik, adalah objek
masalah yang diteliti dan diuraikan oleh tesis itu, yaitu problema remaja, yang
bagi orang Mesir waktu itu, memang sedang menjadi perhatian karena mereka
sedang giat membangun, bahkan dalam kabinet Mesir waktu itu ada
Kementrian Pemuda (Daradjat, 1974:5). Tesisnya tentang problema remaja di
Indonesia mengantarnya meraih gelar MA pada tahun 1959, setelah setahun
sebelumnya mendapat diploma pasca-sarjana dengan spesialisasi pendidikan.
Tidak

seperti

teman-teman

seangkatannya

dari

Indonesia,

setelah

menyelesaikan program S-2, Zakiah tidak langsung pulang. Ia justru malah
melanjutkan program S-3 di universitas yang sama. Ketika menempuh
program S-3, kesibukan Zakiah tidak hanya belajar. Pada tahun 1964, dengan
disertasi tentang perawatan jiwa anak, ia berhasil meraih gelar doktornya

19

dalam bidang psikologi dengan spesialisasi psikoterapi dari Universitas Ain
Shams (Nata, 2005:236).

C. Karier
Setelah kembali ke Indonesia pada tahun 1964, Zakiah Daradjat
mengabdikan di Kementrian Agama dan mengembangkan ilmunya untuk
kepentingan masyarakat (Burhanuddin, 2002:146-154). Sambil bekerja,
Zakiah diberi ruangan khusus untuk membuka praktik konsultasi psikologi
bagi karyawan Kementerian Agama. Namun, karena semakin banyak klien
yang datang, ia mulai membuka praktik sendiri di rumahnya di Wisma
Sejahtera, Jalan Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan pada tahun 1965. Ketika
diwawancara oleh Republika pada tahun 1994, ia menuturkan, "Setiap hari,
selama lima hari dalam sepekan, rata-rata saya menerima tiga hingga lima
pasien, tanpa memandang apakah mereka dari golongan masyarakat mampu
atau bukan." Zakiah mengaku, sering tidak menerima bayaran apa-apa,
"karena memang tujuan saya untuk menolong sesama manusia. Pada 1967,
Zakiah diangkat oleh Menteri Agama Saifuddin Zuhri sebagai Kepala Dinas
Penelitian dan Kurikulum Perguruan Tinggi di Biro Perguruan Tinggi,
Kementerian Agama, Pada periode selanjutnya, Zakiah Daradjat menjabat
sebagai Direktur Pendidikan Agama mulai tahun 1972, dan tahun 1977
sebagai Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam. Pemikiran Zakiah Daradjat
di bidang pendidikan agama banyak mempengaruhi wajah sistem pendidikan
di Indonesia. Semasa menjabat direktur di Kementerian Agama, beliau

20

memanfaatkan sebaik-baiknya untuk pengembangan dan pembaharuan dalam
bidang Pendidikan Islam . Pembaharuan yang monumental yang sampai
sekarang masih terasa pengaruhnya adalah keluarnya Surat Keputusan
Bersama Tiga Menteri (Menteri Agama, Mendikbud, dan Mendagri) pada
tahun 1975, yaitu sewaktu jabatan Menteri Agama diduduki oleh Mukti Ali.
Melalui surat keputusan tersebut Zakiah menginginkan peningkatan
penghargaan terhadap status madrasah, salah satunya dengan memberikan
pengetahuan umum 70 persen dan pengetahuan agama 30 persen. Aturan yang
dipakai hingga kini di sekolah-sekolah agama Indonesia ini memungkinkan
lulusan madrasah diterima di perguruan tinggi umum. Upaya lain yang
dilakukan Zakiah Daradjat adalah Peningkatan mutu Pengelolan (administrasi)
dan akademik madrasah-madrasah yang ada di Indonesia Sehingga mulai
munculah apa yang disebut sebagai Madrasah Model (Nata, 2005:237).
Ketika menempati posisi sebagai Direktur Perguruan Tinggi Agama
Islam, seperti dituturkan cendikiawan Azyumardi Azra, Zakiah Daradjat
banyak melakukan sentuhan bagi pengembangan Perguruan Tinggi Agama
Islam (PTAI). Salah satu contoh, untuk mengatasi kekurangan guru bidang
studi umum di madrasah-madrasah, Zakiah Daradjat membuka jurusan tadris
pada IAIN dan menyusun rencana pengembangan Perguruan Tinggi Agama
Islam yang menjadi referensi bagi IAIN seluruh Indonesia. Melalui rencana
pengembangan ini Kementerian Agama dapat meyakinkan Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) sehingga IAIN memperoleh anggaran
yang relatif memadai.

21

Di luar aktivitasnya di lingkungan kementerian, Zakiah Daradjat
mengabdikan ilmunya dengan mengajar sebagai dosen keliling pada IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (kini UIN) dan beberapa IAIN lainnya. Pada 1
Oktober 1982, Zakiah dikukuhkan oleh IAIN Jakarta sebagai guru besar di
bidang ilmu jiwa agama. Sebagai pendidik dan guru besar, ia setia di jalur
profesinya hingga akhir hayatnya. Hingga usia senja, meski telah pensiun dari
tugas kedinasan, Zakiah masih aktif mengajar di UIN Syarif Hidayatullah dan
perguruan tinggi lain yang membutuhkan ilmunya. Ia aktif mengikuti seminarseminar di dalam dan luar negeri Ia juga menjadi ketua umum Perhimpunan
Wanita Alumni Timur Tengah (1993-1998). Selain itu, Zakiah Daradjat sering
memberikan kuliah subuh di RRI Jakarta sejak tahun 1969 sampai dekade
2000-an. Ia kerap pula diminta mengisi siaran Mimbar Agama Islam di TVRI
Jakarta. Pada 19 Agustus 1999, Zakiah Daradjat memperoleh Bintang Jasa
Maha Putera Utama dari Pemerintah Rapublik Indonesia (Nata, 2005:238).
Sebagai pendidik dan ahli psikologi Islam, ia mempunyai sejumlah
pemikiran dan ide menyangkut masalah remaja di Indonesia. Bahkan, ia
tercatat sebagai guru besar yang paling banyak memperhatikan problematik
remaja, sehingga sebagian besar karyanya mengetengahkan obsesinya untuk
pembinaan remaja di Indonesia. Menurutnya, sekarang ini anak manusia
sedang menghadapi suatu persoalan yang cukup mencemaskan kalau mereka
tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh masalah akhlak atau moral
dalam masyarakat. Ketenteraman telah banyak terganggu, kecemasan dan
kegelisahan orang telah banyak terasa, apabila mereka yang mempunyai anak

22

remaja yang mulai menampakkan gejala kenakalan dan kekurang acuhan
terhadap nilai moral yang dianut dan di pakai orang tua mereka. Di samping
itu ia melihat kegelisahan dan kegoncangan dalam banyak keluarga karena
antara lain kehilangan keharmonisan dan kasih sayang. Banyak remaja yang
enggan tinggal di rumah, senang berkeliaran di jalanan, tidak memiliki
semangat belajar, bahkan tidak sedikit yang telah sesat (Ensiklopedi Islam,
1994:286). Menurutnya, sebab-sebab kemerosotan moral di Indonesia adalah:
kurangnya pembinaan mental, dan orang tua tidak memahami perkembangan
remaja; kurangnya pengenalan terhadap nilai-nilai Pancasila; kegoncangan
suasana dalam masyarakat; kurang jelasnya masa depan di mata anak muda
dan pengaruh budaya asing (Daradjat, 1977:48). Untuk mengatasinya ia
mengajukan jalan keluar, antara lain: melibatkan semua pihak (ulama, guru,
orang tua, pemerintah, keamanan dan tokoh masyarakat); mengadakan
penyaringan terhadap kebudayaan asing; meningkatkan pembinaan mental;
meningkatkan pendidikan agama di sekolah, keluarga dan di masyarakat;
menciptakan rasa aman dalam masyarakat; meningkatkan pembinaan sistem
pendidikan nasional; dan memperbanyak badan bimbingan dan penyuluhan
agama (Daradjat, 1977:60-78). Pada tindakan nyata ia merealisasi obsesinya
itu dalam bentuk antara lain kegiatan sosial dengan melakukan perawatan jiwa
(konsultasi). Setiap hari ia melayani empat sampai lima pasien. Masalah yang
ditangani mulai dari kenakalan anak sampai gangguan rumah tangga. Ia aktif
memberi bimbingan agama dan berbagai pertemuan pada remaja dan orang

23

tua, giat mempersiapkan remaja yang baik dengan mendirikan Yayasan
Pendidikan Islam Ruhama di Cireundeu Ciputat.

D. Hasil Karya
Sebagai guru besar ilmu pendidikan, Zakiah Daradjat tergolong
produktif dalam menulis buku di antaranya:
1. Problema Remaja di Indonesia
2. Pembinaan Remaja.
3. Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia.
4. Perawatan Jiwa untuk Anak-Anak.
5. Islam dan Kesehatan Mental.
6. Kesehatan (untuk SD, empat Jilid).
7. Salat Menjadikan Hidup Bermakna.
8. Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental.
9. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah
10. Haji Ibadah yang Unik.
11. Kebahagiaan, Remaja, Harapan dan Tantangan.
12. Doa Meningkatkan Semangat Hidup
13. Zakat Pembersih Harta dan Jiwa.
14. Ilmu Jiwa Agama (Nata, 2005:238).
Dari sekian banyak karya tulisnya yang berhubungan dengan remaja
dan atau kenakalan remaja dan yang ada di tangan peneliti sekaligus akan
diberi komentar singkat adalah:

24

1) Buku yang berjudul: Problema Remaja di Indonesia.
Buku ini merupakan terjemahan dari tesis yang diajukan olehnya
untuk mencapai gelar M.A dalam bidang pendidikan, dengan spesialisasi
tentang kesehatan mental. Tesis ini telah dipertahankan dalam sidang
munaqasah umum, Fakultas Pendidikan, Universitas Ein Shams, Cairo,
Mesir, pada bulan Oktober tahun 1959. Salah satu yang menarik dari buku
tersebut, ia telah mampu mendeskripsikan problema remaja yang ada di
Indonesia. Terlihat dalam pernyataanya, bahwa menurutnya problema
terbesar pada umur remaja itu ialah kurangnya pengertian orang tua
terhadap problema remaja. Pada halaman lain ia menyampaikan nasehat
kepada para ibu agar berupaya memahami jiwa remaja, karena remaja
adalah suatu masa dari umur manusia yang paling banyak mengalami
perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa anak-anak menuju
kepada masa dewasa.
2) Perawatan Jiwa untuk Anak-anak
Di antara uraian buku tersebut yang peneliti pandang sangat menarik
adalah pernyataannya tentang orang tua. Menurutnya: orang tua seringkali
menyangka bahwa mereka cukup sayang kepada anaknya akan tetapi
banyak sekali anak-anak yang menderita, karena mereka merasa tidak
disayangi. Dimanakah letak perbedaan ini? Pada umumnya, orang tua
menyayangi anak dengan cara masing-masing. Ada yang membelikan
segala macam permainan berharga, mencukupkan makan dan pakaian serta
mengabulkan segala permintaannya. Sementara, orang tua lainnya merasa

25

cukup sayang apabila ia mengkhususkan seorang pembantu untuk
anaknya. Menurut Zakiah Daradjat, sebenarnya yang sangat dibutuhkan
anak, bukanlah benda-benda atau hal-hal lahir itu, melainkan jauh lebih
penting dari itu adalah kepuasan batin, merasa dapat tempat yang wajar
dalam hati kedua ibu bapaknya. Mungkin saja kebutuhan materil kurang
terpenuhi, karena orang tuanya tidak mampu, namun ia cukup merasakan
kasih sayang dari kedua orang tuanya itu.
3) Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia
Dalam buku ini, Zakiah Daradjat sangat memberi perhatian yang
sangat besar pada aspek moral. Hal ini sebagaimana tampak dalam
uraiannya memberi porsi yang banyak pada kajian moral anak-anak. Ia
menawarkan suatu solusi guna mencapai perbaikan moral yaitu :
a. Penyaringan terhadap kebudayaan asing.
b. Pembinaan mental harus ditingkatkan.
c. Menciptakan rasa aman dalam masyarakat.
d. Perbaikan sistem pendidikan nasional.
e. Peningkatan perhatian terhadap pendidikan.
f. Memperbanyak badan bimbingan dan penyuluhan.
g. Bimbingan dalam pengisian waktu senggang.
4) Remaja, Harapan dan Tantangan, buku ini merupakan rangkaian dari
Berbagai bahan yang pernah disajikannya selama beberapa tahun
yang silam, baik lewat radio, televisi, konferensi, seminar, diskusi,
ceramahumum dan sebagainya. Setelah mengupas panjang lebar tentang

26

remaja, ia kemudian melontarkan ide pembinaan dan penanggulangan
masalah remaja lewat peranan agama; peranan keluarga; peranan sekolah;
dan peranan pramuka. Dalam bagian penutup buku itu ia mengemukakan:
kita seharusnya mengerti dan menyadari, bahwa masa remaja itu penuh
tantangan dan permasalahan baik yang timbul dari dalam dirinya maupun
yang datang dari keluarga, lingkungan sosial, dan terutama sekali dari
berbagai alat dan media masa yang selalu datang silih berganti.
5) Kesehatan Mental
Buku ini telah mengalami beberapa cetak ulang, dan yang
kebetulan peneliti miliki telah mencapai cetakan ke-10. Yang menarik dari
buku ini adalah penjelasannya ringkas namun padat. Ia menyatakan yang
menyebabkan timbulnya kenakalan anak remaja adalah kurangnya
didikkan agama; kurang pengertian orang tua tentang pendidikan; kurang
teraturnya pengisian waktu; tidak stabilnya keadaan sosial politik dan
ekonomi; kemerosotan moral dan mental orang dewasa, banyaknya film
dan buku-buku bacaan yang tidak baik; pendidikan dalam sekolah yang
kurang baik; dan kurangnya perhatian masyarakat terhadap pendidikan
anak-anak. Maka sebagai usaha untuk menghadapi kenakalan anak-anak
Prof. Zakiah Daradjat memberikan enam butir pemecahan yaitu melalui
pendidikan agama; orang tua harus mengerti dasar-dasar pendidikan;
pengisian waktu terluang dengan teratur; membentuk markas-markas
bimbingan dan penyuluhan; pengertian dan pengamalan ajaran agama;
penyaringan buku-buku cerita, komik dan sebagainya.

27

E. Deskripsi Buku Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia
Buku karangan zakiah Daradjat tersebut memiliki sebanyak 123
halaman yang telah diterbitkan oleh penerbit Bulan Bintang Jakarta
sebanyak Empat kali cetakan. Cetakan pertama pada Tahun 1971, cetakan
kedua pada Tahun 1973, cetakan ketiga pada Tahun 1976 dan cetakan
yang terakhir Tahun 1977. Buku Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia
terdiri dari Empat bagian pembahasan meliputi:
Bagian Pertama, masalah pendidikan moral di Indonesia. Pada
bagian ini membahas masalah moral yang sedang dihadapi, faktor-faktor
yang menyebabkan merosotnya moral anak-anak, dan pendidikan moral
guna menyelamatkan generasi yang akan datang.
Bagian keDua, masalah dekadensi moral di Indonesia. Pada bagian
ini membahas ketentuan tentang nilai moral, nilai-ilai moral menurut
Pancasila, keadaan moral dalam masyarakat ditinjau dari moral Pancasila,
sebab-sebab kemerosotan moral, dan usaha-usaha perbaikan moral.
Bagian keTiga, pola penanggulangan kenakalan anak dan remaja.
Pada bagian ini membahas usaha preventif yang meliputi; bidang-bidang
pendidikan, bidang-bidang sosial, bidang kesehatan, dan usaha-usaha
mengurangi dan menghilangkan penyakit-penyakit masyarakat. Usahausaha represif meliputi; bidang hukum dan acara pidana dan sarana-sarana
represif. Usaha-usaha rehablitasi meliputi; bidang mental dan spiritual,
bidang fisik, bdang sosial dan sarana-sarana rehabilitasi.

28

Bagian keEmpat, Masalah remaja. Pada bagian ini membahas
masalah remaja serta remaja dan agama.
Bagian keLima, pembinaan moral. Padabagian ini membahas
tentang masalah yang dihadapi, anlisa masalah dan pembinaan moral.

29

BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Pendidikan Moral
1. Pengertian Pendidikan Moral
Pendidikan

di

definisikan

sebagai

humanisasi

(upaya)

memanusiakan (manusia), yaitu suatu upaya dalam rangka membantu
manusia (peserta didik) agar mampu hidup sesuai dengan martabat
kemanusiaannya (Wahyudin, 2009:29).
Dalam buku pedagogik, makna pendidikan dapat dilihat dalam
pengertian secara khusus dan pengertian secara luas. Dalam arti khusus,
Langeveld mengemukakan bahwa pendid