DAU Tambahan untuk Akselerasi Pembangunan Kelurahan

  DAU Tambahan untuk Akselerasi Pembangunan Kelurahan Edisi Februari 2019

  Scan untuk Unduh K I N E R J A D A N F A K T A APBN KITA

  “Kita akan terus berinovasi dengan policy kita sendiri, apakah itu di bidang perpajakan, pembiayaan, perbendaharaan negara sehingga secara keseluruhan mampu menyesuaikan informasi teknologi dan digital yang dampaknya sangat luas ini,”

  Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati

  9

  1 i 2 ar ru eb i F is d ) E ta ak F an d ja iner K (

  ITA K N B P A Foto Cover: Media Keuangan/ RAP

  A P B N K

  ITA ( K iner ja d an F ak ta ) E d is i F eb ru ar i 2

  1

  penerimaan perpajakan mencapai Rp89,76 triliun atau 5,02 persen, tumbuh 8,73 persen dibandingkan realisasi periode yang sama APBN tahun 2018 sebesar Rp82,56 triliun.

  PNBP membukukan realisasi sebesar Rp18,32 triliun atau 4,84 persen dari target APBN tahun 2019. Dibandingkan realisasi periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp19,10 triliun, maka realisasi PNBP turun 4,09 persen.

  Belanja pemerintah pusat mencapai Rp 76,13 triliun atau 4,66 persen dari pagu APBN tahun 2019, tumbuh 17,81 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2018.

  Transfer ke daerah dan dana desa mencapai Rp 77,72 triliun atau 9,40 persen dari pagu APBN tahun 2019, tumbuh sebesar 3,89 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2018.

  Realisasi Defisit Anggaran periode

  31 Januari 2019 dapat terjaga Rp45,77 triliun atau 0,28 persen terhadap PDB, dengan nilai defisit keseimbangan primer Rp22,78 triliun. Realisasi Defisit Anggaran tersebut sedikit naik dibandingkan defisit anggaran periode yang sama tahun 2018 yakni Rp37,70 triliun atau 0,25 persen PDB, dengan nilai defisit keseimbangan primer Rp14,18 triliun. Infografis

  Ringkasan Eksekutif nilai tukar Rupiah. Langkah-langkah pembatasan impor diharapkan akan memberikan hasil nyata di tahun 2019 dalam perbaikan posisi defisit transaksi berjalan.

RINGK ASAN EKSEKUTIF

  Realisasi APBN pada awal tahun 2019 menunjukkan kinerja yang cukup menggembirakan serta menumbuhkan rasa optimis tercapainya target pendapatan negara di tahun 2019. Hingga

  akhir bulan Januari 2019, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp108,08 triliun atau 4,99 persen dari target APBN tahun 2019, tumbuh sebesar 6,24 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi tersebut didukung oleh realisasi penerimaan perpajakan sebesar Rp89,76 trilun, Penerimaan

  P ertumbuhan ekonomi tahun 2018 mencapai 5,17 persen (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2017 sebesar 5,07 persen (yoy). Kinerja pertumbuhan ekonomi tahun 2018 tersebut menegaskan bahwa momentum pertumbuhan ekonomi nasional tetap terjaga. Penguatan pertumbuhan ekonomi selama tahun 2018 tersebut berdampak positif terhadap pengurangan tingkat kemiskinan, pengangguran, dan gini rasio. Stabilitas ekonomi di tahun 2018 terus berlanjut di awal tahun 2019. Hal ini terlihat dari tingkat inflasi yang relatif rendah dan nilai tukar terhadap dollar Amerika Serikat cenderung menguat di awal tahun 2019. Namun demikian, ketidakpastian ekonomi global di tahun 2019 tetap akan memberikan tekanan terhadap

9 Realisasi

  A P B N K

  ITA ( K iner ja d an F ak ta ) E d is i F eb ru ar i 2

  1

  Selama bulan Januari tahun 2019, realisasi penerimaan pajak mencapai Rp86,00 triliun atau 5,45 persen dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada APBN tahun 2019, tumbuh sebesar 8,82 persen dibandingkan bulan Januari tahun 2018. Pertumbuhan penerimaan

  pajak tersebut antara lain dipengaruhi oleh penerimaan PPh nonmigas yang mampu tumbuh signifikan. Realisasi penerimaan PPh nonmigas yang tumbuh 19,07 persen (yoy) didukung oleh pertumbuhan penerimaan PPh 21, PPh 22 Impor, PPh 25/29 Badan, dan PPh Final yang tercatat tumbuh berturut-turut sebesar 15,93 persen (yoy), 13,06 persen (yoy), 58,87 persen (yoy), dan 19,89 persen (yoy). Pertumbuhan penerimaan PPh nonmigas didukung oleh beberapa faktor, diantaranya aktivitas perdagangan internasional Indonesia yang tetap tinggi, terutama aktivitas impor. Selain itu, masih terjadinya apresiasi nilai dollar Amerika terhadap rupiah juga menjadi pendorong secara tidak langsung terhadap pertumbuhan penerimaan PPh nonmigas. Di sisi yang lain, penerimaan PPh migas tercatat masih tumbuh secara signifikan sebesar 38,23 persen (yoy), dimana pertumbuhan utamanya dipengaruhi oleh faktor harga ICP yang masih tinggi. Sementara itu, komponen penerimaan pajak yang bersumber dari penerimaan PPN dan PPnBm tumbuh negatif sebesar -9,40 persen (yoy). Penerimaan PPN impor masih tumbuh sebesar 5,96 persen secara yoy, sedangkan penerimaan PPnBM tumbuh -17,95 persen secara yoy. Meskipun masih mengalami pertumbuhan negatif, realisasi tersebut masih mengalami perbaikan jika dibandingkan pertumbuhan penerimaan PPnBM pada bulan Januari tahun 2018 yang tumbuh -20,03 persen (yoy).

  Kinerja positif penerimaan juga masih ditunjukkan oleh penerimaan kepabeanan dan cukai yang mencapai Rp3,77 triliun,

  atau tumbuh sebesar 6,70 persen (yoy) yang antara lain didukung oleh penerimaan dari cukai serta bea masuk (BM). Sepanjang Januari 2019, Penerimaan Cukai tumbuh sebesar 36,54 persen (yoy), dan penerimaan BM tumbuh mencapai 5,07 persen (yoy), sedangkan penerimaan BK tumbuh negatif 10,41 persen (yoy). Tumbuhnya penerimaan Kepabeanan dan Cukai antara lain didukung oleh aktivitas perdagangan internasional, dampak positif kebijakan kepabeanan dan cukai melalui program Penertiban Impor Beresiko Tinggi (PIBT) dan Penertiban Cukai Berisiko Tinggi (PCBT), serta masih relatif tingginya harga komoditas internasional. Berdasarkan komponen penerimaannya, cukai yang bersumber dari penerimaan cukai hasil tembakau (CHT) tercatat tumbuh signifikan mencapai 76,03 persen (yoy). Penerimaan CHT pertumbuhannya dipengaruhi dampak positif program penertiban cukai berisiko tinggi. Lebih lanjut, cukai minuman mengandung etil alkohol (MMEA) realisasi penerimaannya tercatat masih tumbuh mencapai 19,15 persen (yoy), sedangkan cukai yang bersumber dari penerimaan etil alkohol (EA) tumbuh negatif 26,48 persen (yoy).

  Pada akhir Januari 2019, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) telah mencapai Rp18,32 triliun atau 4,84 persen dari target APBN tahun 2019. Realisasi

  PNBP bulan ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan penerimaan PNBP pada periode yang sama tahun 2018 yang mencapai Rp19,10 triliun. Realisasi Penerimaan PNBP yang bersumber dari Sumber Daya Alam (SDA) mencapai Rp9,81 triliun atau hanya tumbuh sebesar 0,66 persen dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Penerimaan SDA antara lain dipengaruhi oleh tren pergerakan harga komoditas khususnya ICP dan harga Acuan Batubara (HBA). Rata-rata ICP bulan Januari 2019 tercatat sebesar USD56,65 per barel, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai USD65,59 per barel. Sedangkan rata-rata HBA pada periode Januari 2019 mencapai USD92,41 per ton, juga lebih rendah dibandingkan HBA periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar USD95,54 per ton. Sementara itu, masih belum adanya penerimaan negara yang bersumber dari Pendapatan Kekayaan Negara yang Dipisahkan pada bulan Januari 2019 mengingat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) penentuan dividen BUMN baru akan terlaksana sekitar bulan Maret s.d. Mei. Di sisi penerimaan PNBP Lainnya, pada bulan Januari 2019 mencapai Rp8,16 triliun atau sebesar 8,68 persen dari target APBN 2019.

  Realisasi Belanja Negara sampai dengan akhir Januari 2019 sebesar Rp153,83 triliun (6,25 persen dari pagu APBN 2019), meningkat 10,35 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Realisasi Belanja

  Negara tersebut meliputi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp76,11 triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa sebesar Rp77,72 triliun. Jika dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya, realisasi Belanja Pemerintah Pusat hingga Januari tahun 2019 tumbuh sebesar 17,81 persen yang utamanya didorong oleh peningkatan realisasi Belanja Bantuan Sosial (tumbuh 182,95 persen) dan Belanja Modal (tumbuh 60,47 persen). Hingga Januari 2019, realisasi Belanja Bantuan Sosial adalah sebesar Rp15,13 triliun (14,84 persen dari APBN) dan Belanja Modal sebesar Rp1,65 triliun (0,92 persen dari APBN). Meningkatnya kinerja realisasi pada kedua jenis belanja tersebut sejalan

9 Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp18,32 triliun.

  A P B N K

  ITA ( K iner ja d an F ak ta ) E d is i F eb ru ar i 2

  1

  dengan komitmen Pemerintah untuk senantiasa menjaga daya beli masyarakat miskin dan rentan serta mendorong belanja yang lebih produktif.

  Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sampai dengan Januari 2019 mencapai Rp77,72 triliun atau 9,40 persen dari pagu APBN 2019, yang meliputi Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp77,41 triliun (10,23 persen) dan Dana Desa Rp0,32 triliun (0,45 persen).

  Secara lebih rinci, realisasi TKD terdiri dari Dana Perimbangan Rp77,41 triliun (10,68 persen) sedangkan Dana Insentif Daerah (DID) serta Dana Otonomi Khusus dan Keistimewaan DIY belum ada realisasi. Realisasi TKD sampai dengan Januari 2019 tersebut lebih tinggi Rp3,22 triliun atau sekitar 4,33 persen bila dibandingkan realisasi TKD pada periode yang sama tahun 2018. Tingginya realisasi TKD sampai dengan Januari 2019 tersebut terutama disebabkan karena: (1) Realisasi DBH yang lebih tinggi sekitar 47,32 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya karena proses penyaluran dana yang relatif lebih cepat di awal tahun; dan (2) Realisasi DAU lebih tinggi 3,96 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya karena penyaluran DAU yang relatif lebih tinggi di awal tahun. Sementara itu, realisasi Dana Desa sampai dengan Januari 2019 lebih rendah Rp0,32 triliun (-49,05 persen) dibandingkan realisasi Dana Desa pada periode yang sama tahun 2018. Hal tersebut dipengaruhi oleh kinerja realisasi penyerapan Dana Desa hingga Januari 2019 belum optimal, terutama karena beberapa daerah yang masih berproses dalam penyusunan Perda APBD dan peraturan kepala daerah sebagai salah satu persyaratan dalam penyaluran Dana Desa.

  Keberlanjutan fiskal di tahun 2019 diharapkan akan tetap terjaga. Realisasi defisit APBN hingga Januari 2019 mencapai Rp45,77 triliun atau sekitar 0,28 persen PDB.

  Sementara itu, posisi keseimbangan primer pada Januari 2019 berada pada posisi negatif Rp22,78 triliun. Realisasi pembiayaan yang dilakukan Pemerintah hingga Januari 2019 mencapai Rp122,53 triliun, terutama bersumber dari pembiayaan utang yaitu sebesar Rp122,47 triliun. Adapun realisasi pembiayaan utang tersebut terdiri dari penerbitan SBN (neto) sebesar Rp119,54 triliun dan pinjaman (neto) sebesar Rp2,93 triliun.

  dalam triliun Rupiah PENDAPATAN NEGARA (A) APBN 2019 Realisasi s.d. 31 Januari % thd APBN 2.165,11 2.461,11 (20,11) (296,00) 296,00 108,08

  153,85 (22,78) (45,77) 122,53 4,99% 6,25% 113,24% 15,46% 41,39% RE ALISA SI APBN 2019 s/d 31 JANUARI 2019

  Infografis

9 Infografis

PEMBIAYAAN ANGGARAN KESEIMBANGAN PRIMER SURPLUS/(DEFISIT) ANGGARAN (A-B) BELANJA NEGARA (B)

  • Realisasi Penerimaan Pajak mencapai Rp86,00 triliun atau 5,45 persen dari target APBN tahun 2019, tumbuh sebesar
  • Realisasi penerimaan bea dan cukai mencapai Rp3,77 triliun atau 1,80 persen dari target APBN tahun 2019, tumbuh sebesar 6,70 persen.

  A P B N K

  ITA ( K iner ja d an F ak ta ) E d is i F eb ru ar i 2

  1

  sampai dengan Januari 2019

  Mengawali tahun 2019, perkembangan realisasi APBN periode Januari 2019 ditandai tumbuhnya pendapatan negara dan belanja negara. Pendapatan negara mampu tumbuh 6,24 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sedangkan belanja negara meningkat 10,34 persen. Dengan capaian tersebut, maka defisit anggaran terkendali pada level 0,28 persen PDB. Secara singkat Postur APBN dapat dijelaskan sebagai berikut. Pendapatan negara periode 31 Januari 2019 mencatatkan nilai realisasi sebesar Rp 108,08 triliun atau 4,99 persen dari target APBN tahun 2019, tumbuh sebesar 6,24 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang mencapai Rp 101,73 triliun. Secara rinci realisasi pendapatan negara sebagai berikut:

  Selanjutnya, realisasi belanja negara mencapai Rp153,85 triliun atau 6,25 persen dari pagu APBN tahun 2019, tumbuh sebesar 10,34 persen dibandingkan realisasi APBN pada periode yang sama tahun 2018. Realisasi tersebut terdiri atas:

  a. Belanja pemerintah pusat mencapai Rp 76,13 triliun atau 4,66 persen dari pagu APBN tahun 2019, tumbuh 17,81 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2018.

  b. Transfer ke daerah dan dana desa mencapai Rp 77,72 triliun atau 9,40 persen dari pagu APBN tahun 2019, tumbuh sebesar 3,89 persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2018.

  a. Realisasi penerimaan perpajakan mencapai Rp89,76 triliun atau 5,02persen, tumbuh 8,73 persen dibandingkan realisasi periode yang sama APBN tahun 2018 sebesar Rp82,56 triliun. Realisasi penerimaan perpajakan terdiri atas:

  8 ,82 persen .

  b. PNBP membukukan realisasi sebesar Rp18,32 triliun atau 4,84 persen dari target APBN tahun 2019. Dibandingkan realisasi periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp19,10 triliun, maka realisasi PNBP turun 4,09 persen.

  Dengan capaian pendapatan negara dan belanja negara tersebut, maka realisasi Defisit Anggaran periode 31 Januari 2019 dapat terjaga Rp45,77 triliun atau 0,28 persen terhadap PDB, dengan nilai defisit keseimbangan primer Rp22,78 triliun. Realisasi Defisit Anggaran tersebut sedikit naik dibandingkan defisit anggaran periode yang sama tahun 2018 yakni Rp37,70 triliun atau 0,25 persen PDB, dengan nilai defisit keseimbangan primer Rp14,18 triliun. Dengan realisasi pembiayaan anggaran periode Januari 2019 sebesar Rp122,53 triliun, maka terdapat kelebihan pembiayaan anggaran sebesar Rp 76,75 triliun.

9 Realisasi APBN

  A P B N K

  ITA ( K iner ja d an F ak ta ) E d is i F eb ru ar i 2

  1

  9 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Momentum Pertumbuhan dan Stabilitas Ekonomi di tahun 2018 akan mampu menopang kinerja Perekonomial 2019

  Ekonomi Makro Konsumsi Pemerintah juga mampu tumbuh positif dan cukup tinggi yaitu sebesar 4,80 persen didorong oleh membaiknya realisasi APBN di kuartal

  IV yang mencapai 31,09 persen, lebih tinggi dari realisasi kuartal yang sama tahun sebelumnya. Realisasi penyerapan belanja APBN yang mencapai 99 persen telah mendorong penguatan konsumsi Pemerintah. Kinerja pertumbuhan ekonomi tahun 2018 tersebut berdampak positif terhadap pengurangan tingkat kemiskinan ke 9,66 persen, penurunan tingkat pengangguran ke 5,34 persen, dan penurunan Gini ratio ke tingkat yang lebih rendah ke 0,384.

  Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal IV tahun 2018 tercatat surplus dan menggambarkan bahwa sektor esksternal mulai membaik. NPI tercatat surplus

  sebesar USD5,4 miliar pada kuartal

  IV tahun 2018 dimana selama tiga triwulan sebelumnya di tahun 2018 mengalami defisit. Surplus NPI pada kuartal IV tahun 2018 tersebut diukung oleh peningkatan surplus pada transaksi modal dan finansial, seiring dengan peningkatan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi nasional. Sementara itu, neraca transaksi berjalan pada kuartal IV 2018 masih mengalami defisit sejalan dengan permintaan domestik yang relatif tinggi. Defisit neraca transaksi berjalan tercatat sebesar USD9,1 miliar (3,57 persen PDB). Namun, secara keseluruhan tahun 2018 defisit neraca transaksi berjalan masih berada dalam batas yang aman, sebesar USD31,1 miliar atau 2,98 persen dari PDB. Defisit transaksi berjalan pada 2019 diarahkan untuk mencapai menuju kisaran 2,5 persen dari PDB.

  Terkendalinya laju inflasi yang masih berlanjut di awal tahun 2019 menjadi capaian positif guna mendukung stabilitas ekonomi nasional. Perkembangan harga di

  tingkat konsumen pada Januari 2019 mencatatkan terjadinya inflasi sebesar 0,32 persen (mtm) atau 2,82 persen (yoy), jauh lebih rendah dari Januari 2018 yang sebesar 0,62 persen (mtm) atau 3,25 persen (yoy). Pencapaian ini didukung oleh terjaganya harga beberapa komoditas pangan serta penurunan harga bensin nonsubsidi dan tarif kereta api. Terkendalinya harga pangan, terutama didorong oleh kenaikan harga beras yang sangat terjaga dibanding Januari 2018 didukung oleh cadangan beras Bulog yang cukup. Selain itu, juga terjadi penurunan harga pada komoditas hortikultura seperti cabai merah dan beberapa sayuran. Sementara itu, inflasi komponen inti masih relatif terkendali dan bergerak di kisaran 3 persen secara tahunan, dipengaruhi oleh perkembangan harga emas, sewa dan kontrak rumah, serta naiknya upah tukang bukan mandor dan pembantu rumah tangga. Pemerintah bersama dengan Bank Indonesia akan terus konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna memastikan inflasi tetap terkendali dan stabil dalam kisaran sasaran sehingga

  P ertumbuhan ekonomi nasional tahun 2018 menegaskan bahwa perekonomian nasional berada dalam momentum pertumbuhan yang kuat dan terus terjaga. PDB kuartal IV tahun 2018 tumbuh sebesar 5,18 persen (yoy), sehingga PDB tahun 2018 tumbuh sebesar 5,17 persen.

  Pertumbuhan PDB kuartal IV tahun 2018 didorong oleh pertumbuhan permintaan domestik. Permintaan domestik ini sangat dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,08 persen (yoy) dan Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh 10,79 persen (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga didukung oleh meningkatnya pertumbuhan penjualan eceran, tingkat inflasi yang rendah, dan pencairan anggaran bantuan sosial yang tepat waktu. Pertumbuhan konsumsi LNPRT dipengaruhi peningkatan belanja konsumsi terutama terkait persiapan penyelenggaraan pemilu 2019. A P B N K

  ITA ( K iner ja d an F ak ta ) E d is i F eb ru ar i 2

  1

  9 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

  dapat mendukung peningkatan daya beli masyarakat, pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, serta perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat.

  Tren penguatan Rupiah terus berlanjut akhir-akhir ini dan per

  13 Februari 2019 nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tercatat pada level Rp14.027 per dolar Amerika Serikat. Sehingga,

  Rupiah mengalami apresiasi sebesar 2,68 persen dibandingkan awal tahun 2019. Faktor utama yang mempengaruhi penguatan rupiah adalah keputusan Federal Reserve yang tetap mempertahankan suku bunga acuan AS di level 2,25 persen-2,50 persen. Meskipun mengalami penguatan, Pemerintah terus mewaspadai beberapa risiko- risiko global yang dapat memberikan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah, diantaranya kelanjutan perundingan dagang antara AS dan Tiongkok, serta perkembangan lebih lanjut terkait dengan BREXIT. Sementara itu, cadangan devisa Indonesia berada pada level yang cukup tinggi, yakni sebesar USD120,1 miliar pada akhir Januari 2019. Meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pada akhir Desember 2018 sebesar USD120,7 miliar, namun posisi cadangan devisa ini masih setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Posisi cadangan devisa tersebut diyakini akan mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

  Kedepan, Pemerintah tetap berupaya mengantisipasi risiko-risiko yang ada dan tetap mempertahankan stabilitas ekonomi nasional guna menopang kondisi perekonomian nasional di tahun 2019. Penguatan posisi Transaksi Berjalan tetap akan memperoleh perhatian yang besar.

  Koordinasi akan terus diperkuat antara Pemerintah dan Bank Indonesia untuk mendorong ekspor dan menekan impor guna mengendalikan defisit transaksi berjalan.

  Perbaikan struktural di sektor riil akan dilakukan untuk memperkuat daya saing industri dan perbaikan iklim investasi nasional.

  Pemerintah berkoordinasi dengan Bank Indonesia akan terus berupaya meningkatkan stabilitas ekonomi nasional dengan menjaga inflasi dalam kisaran sasaran 3,5 persen pada tahun 2019. Langkah strategis yang akan ditempuh guna pengendalian inflasi nasional adalah (i) pengendalian inflasi volatile food maksimal di kisaran 4-5 persen, melalui kebijakan keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif, (ii) memperkuat pelaksanaan roadmap pengendalian inflasi nasional dan provinsi 2019- 2021, dan (iii) memperkuat koordinasi Pemerintah Pusat dan Daerah dalam pengendalian inflasi.

  Laporan Utama

DAU TAMBAHAN TA 2019 UNTUK BANTUAN PENDANA AN KELUR AHAN

  elalui Undang-Undang kepada Presiden agar pembangunan Nomor 12 Tahun 2018 perkotaan juga mendapatkan tentang APBN TA 2019, perhatian pemerintah. Selain itu,

  M Pemerintah mengalokasikan permintaan DPR RI dalam forum bantuan pendanaan bagi kelurahan Raker Banggar yang tertuang dalam dalam bentuk Dana Alokasi Umum kesimpulan hasil pembicaraan (DAU) Tambahan. Alokasi DAU pendahuluan RAPBN TA 2019 antara Tambahan ini merupakan wujud Pemerintah dengan DPR juga menjadi perhatian Pemerintah dalam alasan munculnya pendanaan ini.

  9 pembangunan di daerah perkotaan,

1 Dana Kelurahan berbeda dengan

  sekaligus sebagai bentuk perhatian i 2 ar

  Dana Desa. Pengelolaan Dana Desa

  Pemerintah kepada Pemerintah ru eb

  didasari UU nomor 6 tahun 2014

  Daerah Kabupaten/Kota untuk i F is

  tentang Desa, sedangkan Dana

  mengalokasikan anggaran kelurahan d ) E

  Kelurahan didasari UU Nomor 23

  sebagai amanat Peraturan Pemerintah ta ak

  tahun 2014 tentang Pemerintahan

  Nomor 17 tahun 2018 tentang F an

  Daerah, yang lebih lanjut diatur Kecamatan.

  d ja

  melalui Peraturan Pemerintah (PP)

  iner

  Munculnya pendanaan untuk Nomor 17 tahun 2018 tentang

  K (

  perkotaan ini salah satunya berawal Kecamatan.

  ITA K N

  dari usulan Asosiasi Pemerintahan

  Foto: B P

  Dana Kelurahan merupakan

  A

  Kota Seluruh Indonesia (APEKSI)

  Media Keuangan A P B N K

  ITA ( K iner ja d an F ak ta ) E d is i F eb ru ar i 2

  1. Baik Kelurahan di wilayah Daerah dengan kategori ‘’baik’’ diberikan DAU tambahan sebesar Rp352.941.000,00 per kelurahan;

  Penggunaan DAU Tambahan

  Sementara itu, untuk laporan pertanggungjawaban penggunaan DAU Tambahan TA 2019 dan sisa dana bersifat earmarked untuk dua bidang kegiatan sesuai PP 17 tahun 2018 disampaikan paling lambat bulan Maret TA 2020.

  Penyaluran DAU Tambahan dilakukan dalam dua tahap dengan masing-masing tahap sebesar 50%. Penyaluran tahap I dilakukan paling cepat bulan Januari dan paling lambat bulan Mei, sedangkan penyaluran Tahap II paling cepat bulan Maret dan paling lambat bulan Agustus. Daerah dapat disalurkan DAU Tambahan Tahap I setelah Kepala Daerah menyampaikan Peraturan Daerah mengenai APBD TA 2019 atau Perkada mengenai Perubahan Penjabaran APBD TA 2019 yang memuat penganggaran DAU tambahan, dan Surat Pernyataan Kepala Daerah telah mengalokasikan anggaran untuk pendanaan kelurahan (Anggaran Kelurahan dan DAU Tambahan) dalam APBD TA 2019 dan/atau Peraturan Kepala Daerah (Perkada) mengenai Perubahan Penjabaran APBD TA 2019. Untuk penyaluran Tahap II dilaksanakan setelah daerah menyampaikan Laporan Realisasi Penyerapan DAU Tambahan tahap I yang menunjukkan realisasi paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari dana yang telah diterima di Rekening Kas Umum Daerah.

  Penyaluran DAU Tambahan

  3. Sangat perlu ditingkatkan Kelurahan di wilayah Daerah kabupaten/kota dengan kategori ‘’sangat perlu ditingkatkan’’ diberikan DAU tambahan sebesar Rp384.000.000,00 per kelurahan. Alokasi DAU Tambahan tertinggi sebesar Rp62,47 miliar diberikan kepada Kota Semarang (kategori “baik” dengan jumlah 177 kelurahan) sedangkan alokasi terendah sebesar Rp352,9 juta pada Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Kediri (kategori “baik” dengan masing- masing 1 kelurahan).

  2. Perlu ditingkatkan Kelurahan di wilayah Daerah dengan kategori ‘’perlu ditingkatkan’’ diberikan DAU tambahan sebesar Rp370.138.000,00 per kelurahan;

  Dari hasil penilaian di atas, daerah terbagi dalam tiga kategori, yaitu:

  1

  8.212 kelurahan di 410 kabupaten/ kota di seluruh Indonesia, sehingga terhadap daerah kabupaten/kota yang tidak memiliki kelurahan tidak mendapatkan alokasi DAU Tambahan, termasuk daerah yang tidak memiliki kabupaten/kota seperti DKI Jakarta. Pengalokasian DAU Tambahan dilakukan untuk pemenuhan peningkatan pelayanan publik, dengan mengisi gap kondisi layanan dasar publik di daerah. Hal ini didasarkan pada capaian kinerja tertentu, yaitu capaian kinerja layanan dasar publik yang diukur melalui capaian bidang pendidikan, bidang kesehatan, dan infrastruktur dasar. Capaian bidang pendidikan dinilai berdasarkan nilai Angka Partisipasi Murni (APM), Peta Mutu Pendidikan, dan rata-rata nilai ujian nasional. Capaian bidang kesehatan dinilai berdasarkan persentase baduta (anak di bawah dua tahun) yang mengalami kekurangan gizi (baduta stunting), persentase baduta sudah mendapat imunisasi lengkap, dan persentase persalinan dengan tenaga kesehatan. Sementara itu, capaian bidang infrastruktur dasar dinilai berdasarkan persentase rumah tangga dengan sumber air minum layak, persentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak, dan persentase jalan kondisi mantap. Kinerja tersebut ditetapkan dengan menggunakan penilaian yang digunakan dalam pengalokasian Dana Insentif Daerah TA 2019.

  Alokasi DAU Tambahan untuk Bantuan Pendanaan Kelurahan sebesar Rp3,0 triliun. Pendanaan ini ditujukan untuk

  Alokasi DAU Tambahan untuk Bantuan Pendanaan Kelurahan

  memberikan bantuan pendanaan kelurahan untuk membantu APBD kabupaten/kota memenuhi kewajiban penganggaran tersebut melalui DAU Tambahan (selanjutnya disebut DAU Tambahan untuk Bantuan Pendanaan Kelurahan).

  mengambil peran dengan

  bagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota yang dilaksanakan melalui anggaran kecamatan bagian kelurahan, sedangkan Dana Desa menjadi bagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), yang langsung dipergunakan oleh Pemerintah Desa sebagai daerah otonom. Kelurahan merupakan perangkat kecamatan dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat, sedangkan Desa merupakan Daerah otonom yang memiliki hak dan kewajiban untuk mengelola daerahnya sendiri, dengan menerbitkan anggaran pendapatan dan belanja sendiri. Dalam UU Nomor 23 tahun 2014 dan PP Nomor 17 tahun 2018 diatas, anggaran untuk kelurahan bersumber dari APBD kabupaten/kota. Dengan demikian, kewajiban menganggarkan anggaran kelurahan berada pada pemerintah kabupaten/kota melalui APBD. Namun demikian, Pemerintah

  9

  DAU Tambahan ditujukan untuk pembangunan sarana dan prasarana pelayanan publik serta untuk pemberdayaan masyarakat di kelurahan. Ketentuan lebih A P B N K

  ITA ( K iner ja d an F ak ta ) E d is i F eb ru ar i 2

  1

  9

  lanjut mengenai penggunaan DAU Tambahan ini mengikuti Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2018 tentang Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Kelurahan dan Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan.

  Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana Kelurahan meliputi pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana, yaitu berupa:

  a. Bidang Lingkungan pemukiman: jaringan air minum; drainase dan selokan; sarana pengumpulan sampah dan sarana pengolahan sampah; sumur resapan; jaringan pengelolaan air limbah domestik skala pemukiman; alat pemadam api ringan; pompa kebakaran portabel; penerangan lingkungan pemukiman; dan/ atau sarana prasarana lingkungan pemukiman lainnya; b. Bidang Transportasi: jalan pemukiman; jalan poros

  Kelurahan; dan/ atau sarana prasarana transportasi lainnya; c. Bidang Kesehatan: mandi, cuci, kakus untuk umum/komunal; pos pelayanan terpadu dan pos pembinaan; dan/atau sarana prasarana kesehatan lainnya; dan

  d. Bidang Pendidikan dan kebudayaan: taman bacaan masyarakat; bangunan pendidikan anak usia dini; wahana permainan anak di pendidikan anak usia dini; dan/atau sarana prasarana pendidikan dan kebudayaan lainnya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di Kelurahan digunakan untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat di Kelurahan dengan mendayagunakan potensi dan sumber daya sendiri yang meliputi: a. Pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat: pelayanan perilaku hidup bersih dan sehat; keluarga berencana; pelatihan kader kesehatan masyarakat; dan/ atau kegiatan pengelolaan pelayanan kesehatan masyarakat lainnya; b. Pengelolaan kegiatan pelayanan pendidikan dan kebudayaan: penyelenggaraan pelatihan kerja; penyelenggaraan kursus seni budaya; dan/ atau kegiatan pengelolaan pelayanan pendidikan dan kebudayaan lainnya; c. Pengelolaan kegiatan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah: penyelenggaraan pelatihan usaha; dan/ atau kegiatan pengelolaan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah lainnya; d. Pengelolaan kegiatan lembaga kemasyarakatan: pelatihan pembinaan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan; dan/atau kegiatan pengelolaan lembaga kemasyarakatan lainnya;

  e. Pengelolaan kegiatan ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat: pengadaan/penyelenggaraan pos keamanan Kelurahan; penguatan dan peningkatan kapasitas tenaga keamanan/ ketertiban Kelurahan; dan/ atau kegiatan pengelolaan ketenteraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat lainnya; dan f. Penguatan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana serta kejadian luar biasa lainnya: penyediaan layanan informasi tentang bencana; pelatihan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana; pelatihan tenaga sukarelawan untuk penanganan bencana; edukasi manajemen proteksi kebakaran; dan/ atau penguatan kesiapsiagaan masyarakat yang lainnya.

  Penyerapan DAU Tambahan

  Jika terdapat sisa pagu DAU Tambahan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pemerintah Daerah wajib menganggarkan kembali pada APBD tahun anggaran berikutnya dengan ketentuan sebagai berikut: a. Sisa DAU Tambahan atas kegiatan yang output kegiatannya telah tercapai, dianggarkan kembali untuk mendanai kegiatan yang sama atau kegiatan lainnya pada kelurahan tertentu sesuai prioritas.

  b. Sisa DAU Tambahan atas kegiatan yang output kegiatannya belum tercapai, dianggarkan kembali untuk mendanai kegiatan yang sama pada kelurahan yang bersangkutan.

  Dengan terealisasinya anggaran kelurahan ini, diharapkan masyarakat di kelurahan dapat menikmati layanan publik yang lebih baik, dapat menjadi masyarakat yang berkembang dan berdaya guna untuk peningkatan kesejahteraan bersama. Pendapatan Negara

PENERIMA AN PAJAK

  Memasuki 2019, Pajak Penghasilan Tumbuh Hingga Dua Puluh Persen (dalam triliun Rupiah)

  Realisasi s.d. Januari 2019 Realisasi

  APBN Penerimaan Uraian

  ∆% 2019 % thd 2018 - Pajak s.d.

  Target 2019 Januari 2019

  Pajak Penghasilan 894,45 56,11 20,95% 7,48%

  • Migas 66,15 6,27 38,23% 9,48%
  • Non Migas 828,29 49,84 19,07% 6,02% PPN & PPnBM 655,39 29,26 -9,17% 4,46%

  9

  1 PBB & Pajak Lainnya 27,71 0,63 49,09% 2,26% i 2 ar

  Jumlah 1.577,56 86,00 8,82% 5,45% ru eb

  • *angka sementara per Januari 2019

  i F is d ) E ta emasuki tahun 2019, untuk dibandingkan dengan periode yang ak F periode 1 Januari hingga 31 sama tahun lalu, penerimaan pajak an

  Januari 2019, telah terkumpul d di bulan Januari 2019 mengalami ja

  M realisasi penerimaan pajak pertumbuhan sebesar 8,82 persen iner K sebesar Rp86,00 triliun. Capaian

  ( (yoy).

  ITA tersebut setara dengan 5,45 persen

  K N Foto:

  Kinerja pertumbuhan penerimaan

  B dari target APBN 2019. Apabila

  P Media Keuangan/

  A ANH

  growth y-o-y 2019 growth y-o-y 2018 12,60%

  Jenis Pajak growth (yoy) growth (yoy)

  Rp 20,50 T

  termasuk TA Pertumbuhan

  Perdagangan

  7,0% tidak termasuk TA Januari Januari

  25,4 %

  Penerimaan 28,4%

  2018 2019 11,30% 8,82%

  Rp 16,77 T Industri

  Pajak

  PPh Pasal 25 43,16 % 57,12 % Pengolahan

  • -16,2%

  20,8 %

  • Badan 43,66 % 58,87 %

  6,86% 8,8%

  Rp 10,02 T

  6,19%

  • Orang Pribadi 33,18 % 19,33 % Jasa Keuangan

  33,0%

  12,4 % PPh Final 5,47 % 19,89 %

  • 6,4%

  Rp 7,24 T Konstruksi &

  PPh Pasal 21 17,53 % 14,51 %

  4,0%

  Real Estat 9,0 %

  PPN Dalam Negeri 1,16 % -19,49 %

  11,5%

  Rp 4,69 T Transportasi &

  Pajak atas Impor 25,28 % 6,66 % Pergudangan 35,4%

  5,8 %

  • PPh 22 Impor 26,83 % 13,60 %

  6,4%

  Rp 3,69 T Pertambangan

  • 4,97% - PPN Impor 24,90 % 5,96 %

  175,7%

  4,6 %

  • PPnBM Impor 32,65 % -42,65 %

  s.d. 31 Jan s.d. 31 Jan s.d. 31 Jan s.d. 31 Jan

  • 40,4%

  2016 2017 2018 2019 Pertumbuhan (y-o-y) 1 Jan s.d, 31 Jan 2019

  Pertumbuhan (y-o-y) 1 Jan s.d. 31 Jan 2019

  pajak ini ditopang oleh kinerja PPh persen (yoy), sementara PPh Orang kita lihat penerimaan secara bruto, melihat kinerja dari jenis-jenis pajak Non-Migas dan PPh Migas yang Pribadi tumbuh hingga 19,33 persen sesungguhnya masih terdapat PPh Nonmigas, sebagai kontributor mampu tumbuh double digits masing- (yoy). pertumbuhan sebesar 3,63 persen penerimaan terbesar. Momentum masing sebesar 19,07 persen dan

  (yoy) bila dibandingkan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi

  PPh Final yang pada bulan Januari 38,23 persen. penerimaan bruto bulan Januari 2018. yang pada tahun 2018 mencapai 2018 tumbuh 5,47 persen (yoy) kini

  5,17 persen (tertinggi sejak 2012) Apabila kita lihat lebih dalam, mampu tumbuh 19,89 persen (yoy). Ditinjau dari sisi sektoral, diharapkan dapat berlanjut di tahun sebagian besar jenis-jenis pajak utama PPh Pasal 21 tumbuh 14,51 persen Pertumbuhan di bulan Januari

  2019, yang dari sisi perpajakan akan

  9

  1

  menunjukkan kinerja yang cukup baik, (yoy), sedangkan pajak-pajak atas 2019 ditopang oleh pertumbuhan menjadi sumber pertumbuhan alami

  i 2

  umumnya mencapai pertumbuhan impor tumbuh 6,66 persen (yoy), sektor Jasa Keuangan (tumbuh 33,0

  ar peningkatan penerimaan pajak.. ru double digits. Di bulan Januari ini utamanya didorong pertumbuhan persen), Transportasi & Pergudangan eb i F PPh Pasal 25/29 masih mampu PPh Pasal 22 Impor yang tumbuh (tumbuh 35,4 persen), serta sektor is d

  melanjutkan trend pertumbuhan di 13,60 persen (yoy) sedangkan PPN Pertambangan (tumbuh 175,7 persen).

  ) E ta

  atas 20 persen yang telah berlangsung Impor masih mampu tumbuh 5,96

  ak

  Secara umum, kinerja penerimaan

  F

  sepanjang tahun 2018, bahkan persen. Penerimaan PPN Dalam

  an

  pajak di awal tahun 2019 ini cukup

  d

  tumbuh mencapai 57,12 persen (yoy). Negeri mengalami penurunan

  ja

  memberikan optimisme, terutama PPh Badan tumbuh hingga 58,87 19,49 persen (yoy), namun apabila

  iner K (

  ITA K N B P A

  Pendapatan Negara

KEPABEANAN DAN CUK AI

  Pertumbuhan Penerimaan Total s.d.

  Januari 2016-2019 Penerimaan kepabeanan dan cukai mengawali tahun 2019 dengan kinerja pertumbuhan positif. enerimaan kepabeanan dan cukai berasal dari penerimaan yang cukai hingga akhir bulan bersifat rutin dan extra effort, dengan pertama di tahun 2019 adalah kontribusi masing-masing sebesar Pertumbuhan

  P Rp3,76 triliun, atau baru 91,22 persen dan 8,78 persen. Penerimaan Bea mencapai 1,80 persen dari target

  Masuk

  Kinerja penerimaan mengalami

  APBN 2019 yang sebesar Rp208,82 s.d. Januari

  pertumbuhan positif di awal tahun

  triliun. Raihan tersebut apabila 2016-2019

  2019. Komponen penerimaan yang

  dibandingkan dengan periode yang

  terdiri atas bea masuk (BM), bea

  sama tahun lalu lebih tinggi Rp0,23

  keluar (BK), dan cukai tidak semuanya

  triliun atau tumbuh sebesar 6,63

  tumbuh positif, karena penerimaan

  persen. Penerimaan kepabeanan dan dalam triliun Rupiah

  BK mengalami pertumbuhan negatif. kinerja masing-masing yaitu Rp13,82 Namun demikian pertumbuhan positif triliun, Rp0,10 triliun, dan Rp4,63

  Pertumbuhan (yoy)

9 Target Realisasi Realisasi

  1

  pada total penerimaan diharapkan triliun. Alhasil, total penerimaan yang

  No. Jenis Penerimaan % Capaian APBN 2019 2018 i 2

  menjadi sinyal positif dalam dikumpulkan oleh DJBC mencapai

  ar Nominal %2019 %2018 ru menghadapi tahun 2019 yang penuh Rp22,32 triliun. eb dengan tantangan.

i F

  1 Bea Masuk

  38.90 2.95 7.57%

  2.80 0.14 5.07% 13.67% is

  Penerimaan BM hingga tanggal 31

  d

  2 Cukai 165.50 0.49 0.29%

  0.36 0.13 36.54% 48.34% ) E

  Dalam upayanya mengumpulkan Januari 2019 berhasil dikumpulkan

  ta

  3 Bea Keluar

  4.42 0.33 7.49% 0.37 -0.04 -10.41% 18.42% ak

  penerimaan kepabeanan dan cukai, sebesar Rp2,95 triliun atau 7,57 persen

  F Total 208.82 3.76 1.80%

  3.53 0.23 6.63% 16.92% an

  Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dari targetnya yang sebesar Rp38,90

  d PPN Impor

  13.82

  13.05 0.77 5.88% 24.90% ja

  (DJBC) juga turut berperan dalam triliun. Capaian tersebut masih lebih

  PPn BM Impor

  0.10 0.17 -0.07 -42.65% 32.65% iner K

  penerimaan pajak dalam rangka tinggi dibanding capaian periode

  ( PPh Pasal 22 Impor

  4.63

  4.08 0.55 13.53% 26.83%

  impor (PDRI) lainnya. PDRI tersebut yang sama tahun 2018 yang sebesar

  ITA K Total PDRI lainnya

  18.55

  17.30 1.25 7.22% 25.42% N

  terdiri atas PPN Impor, PPnBM Impor, Rp2,80 triliun atau tumbuh sebesar

  B P Total Bea Cukai dan Pajak

  22.32

  20.83 1.48 7.12% 23.89% A

  dan PPh Pasal 22 Impor dengan 5,07 persen. Capaian penerimaan BM

9 Pertumbuhan

  mampu tumbuh 2 digit sebesar 12,56 persen. Pertumbuhan

  Januari, 2016-2019

  Pertumbuhan Penerimaan Cukai s.d.

  Capaian penerimaan cukai hingga

  Realisasi penerimaan BK hingga tanggal 31 Januari 2019 baru mencapai Rp0,33 triliun atau 7,49 persen dari target APBN 2019 yang sebesar Rp4,42 triliun. Kinerja penerimaan BK di awal tahun menunjukkan pertumbuhan negatif yaitu minus 10,44 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja tersebut disebabkan karena komoditas mineral tambang yang merupakan kontributor penerimaan BK terbesar, mengalami tekanan dimana mengalami pertumbuhan negatif terdalam sebesar minus 18,11 persen. Namun demikian, kinerja komoditas penyumbang BK lainnya masih tumbuh positif terutama dari produk kelapa sawit yang tumbuh 76,28 persen.

  tersebut dikontribusi oleh hasil audit ditambah peningkatan taxbase/ teus importir berisiko tinggi (IBT) sebagai dampak positif PIBT.

  extra effort

  A P B N K

  ITA ( K iner ja d an F ak ta ) E d is i F eb ru ar i 2

  Impor komoditas bertarif 0 persen ditambah utilisasi FTA yang terus meningkat, turut memperlambat pertumbuhan penerimaan BM yang hanya mencapai 5,1 persen. Kinerja yang berbeda terlihat pada penerimaan

  Secara total, devisa impor bulan Januari 2019 turun minus 0,97 persen dibandingkan bulan Januari 2018.

  Penerimaan cukai MMEA mencapai Rp0,25 triliun atau 4,15 persen dari target APBN 2019 yang sebesar Rp5,99 triliun. Kinerja cukai MMEA yang juga mengalami pertumbuhan positif hingga 19,15 persen, didorong oleh naiknya tarif cukai MMEA golongan A pada tahun 2019. Penerimaan cukai etil alkohol (EA) sendiri capaiannya baru sebesar Rp0,01 triliun atau 7,97 persen dari target APBN tahun 2019 yang sebesar Rp0,16 triliun. menjadi yang tertinggi dibandingkan capaian komponen penerimaan yang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan BM adalah devisa impor yang terkena tarif di atas 0 persen, utilisasi FTA, hingga dampak program penertiban impor berisiko tinggi (PIBT).

  Penerimaan cukai hasil tembakau (CHT) mampu meraup Rp0,22 triliun atau 0,14 persen dari target APBN 2019 yang sebesar Rp158,86 triliun. CHT mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar 76,03 persen, kinerja tersebut didorong oleh peningkatan produksi yang disebabkan oleh tidak adanya forestalling sebagai akibat tidak adanya kenaikan tarif CHT di tahun 2019. Pertumbuhan produksi terutama pada pabrik rokok (PR) golongan I, mengakibatkan peningkatan tarif efektif CHT sebesar 492 rupiah per batang (4,71 persen).

  tanggal 31 Januari 2019 yang berhasil dikumpulkan adalah sebesar Rp0,49 triliun atau 0,29 persen dari target APBN 2019 yang sebesar Rp165,50 triliun. Pertumbuhan penerimaan cukai menjadi pertumbuhan yang tertinggi dibandingkan komponen penerimaan lainnya, dengan mampu tumbuh sebesar 36,54 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Kinerja tersebut didorong oleh pertumbuhan produksi hasil tembakau (HT) dan kenaikan tarif minuman mengandung etil alkohol (MMEA).

  Penerimaan BK Januari, 2016 - 2019

  1

  extra effort BM, yang A P B N K

  ITA ( K iner ja d an F ak ta ) E d is i F eb ru ar i 2

  1

  Pemerintah Sederhanakan Aturan Ekspor Kendaraan K ementerian Keuangan melakukan penyederhanaan aturan ekspor kendaraan bermotor dalam keadaan utuh (completely built up/CBU) dengan menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-01/BC/2019 tentang Tata Laksana Ekspor Kendaraan Bermotor dalam Bentuk Jadi, yang ditetapkan pada 11 Februari 2019. Dengan adanya relaksasi prosedur ekspor ini, Pemerintah berharap ekspor kendaraan bermotor CBU akan meningkat, sehingga dapat memperbaiki defisit neraca perdagangan dan mengurangi hambatan dalam ekspor.

  Dalam aturan baru tersebut, Pemerintah berupaya mendorong percepatan proses ekspor dengan memberikan tiga kemudahan. Pertama, ekspor kendaraan bermotor CBU dapat dimasukkan ke Kawasan Pabean tempat pemuatan sebelum pengajuan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). Kedua, pemasukan ke Kawasan Pabean tidak memerlukan Nota Pelayanan

  Ekspor (NPE). Terakhir, pembetulan jumlah dan jenis barang paling lambat dilakukan tiga hari sejak tanggal keberangkatan kapal.

  Sebelum aturan baru ini berlaku, setiap kendaraan bermotor yang akan diekspor wajib mengajukan PEB; menyampaikan NPE; serta apabila terdapat kesalahan, pembetulan jumlah dan jenis barang harus dilakukan paling lambat sebelum masuk Kawasan Pabean, sehingga waktu yang diperlukan lebih lama. Selain itu, perlu proses grouping atau pengelompokan ekspor yang kompleks, seperti berdasarkan waktu keberangkatan kapal, negara tujuan, vehicle identification number (VIN), jenis transmisi, sarana pengangkut, dan waktu produksi. Penyederhanaan aturan tersebut akan mempermudah proses dengan mengintegrasikan data yang masuk pada in-house system Indonesia Kendaraan Terminal dan sistem DJBC, untuk kemudian dilakukan barcode scanning terhadap VIN setiap kendaraan bermotor yang

9 Dorong Peningkatan Ekspor,

  Foto:DJBC A P B N K

  ITA ( K iner ja d an F ak ta ) E d is i F eb ru ar i 2

  1

  9

  akan diekspor. Kemudahan proses ini diharapkan dapat meningkatkan competitiveness advantages, karena:

  1. Akurasi data lebih terjamin, sebab proses bisnis dilakukan secara otomatis melalui integrasi data antara perusahaan, tempat penimbunan sementara (TPS), dan DJBC;

  2. Adanya efisiensi penumpukan di gudang eksportir, sehingga inventory level rendah. Dengan inventory level yang rendah, gudang eksportir dapat dimanfaatkan untuk penumpukan kendaraan CBU hasil peningkatan kapasitas produksi;

  3. Dapat memaksimalkan jangka waktu penumpukan di Gudang TPS selama tujuh hari, karena proses grouping dan final quality control sebelum pengajuan PEB dapat dilakukan di TPS; dan