KONSEP KECANTIKAN DALAM QS. AL-AHZAB AYAT 52 DAN QS. AL-MUNAFIQUN AYAT 4 - Test Repository

  

KONSEP KECANTIKAN DALAM QS. AL-AHZAB

AYAT 52 DAN QS. AL-MUNAFIQUN AYAT 4

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

YUNI KURNIASIH

  

111 13 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

KONSEP KECANTIKAN DALAM QS. AL-AHZAB

AYAT 52 DAN QS. AL-MUNAFIQUN AYAT 4

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

YUNI KURNIASIH

  

111 13 002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  

MOTTO

ْﻢُﻜِﻟﺎَﻤْﻋَﺃَﻭ ْﻢُﻜِﺑْﻮُﻠُﻗ ﻰَﻟِﺇ ُﺮُﻂْﻨَﻳ ْﻢُﻜِﻟﺍَﻮْﻣَﺃَﻭ ْﻢُﻛِﺭَﻮُﺻﻰَﻟِﺇ ُﺮُﻆْﻨَﻳﺎَﻟ َﷲَّﻥِﺇ

  “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada wajah kalian, juga tidak

kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR.

  Muslim dalam kitab Al Birr Wash Shilah Wal Adab, bab Tahrim Dzulmin Muslim Wa Khadzlihi Wa Ihtiqarihi Wa Dami hi Wa ‘Irdhihi Wa Malihi, VIII/11, no. 2564 (33))

  

Cantik itu, bukan ia yang memiliki mata yang indah, melainkan ia yang selalu

menjaga pandangan matanya

Cantik itu, bukan ia yang memiliki senyum yang menawan, melainkan ia yang selalu

tersenyum karena ibadah

Cantik itu, bukan ia yang memiliki bibir terindah, melainkan ia yang memiliki bibir

untuk selalu berdzikir

Cantik itu, bukan karena ia menggunakan make up yang mahal di wajahnya,

melainkan ia yang selalu membasuh wajahnya dengan air wudhu

Cantik itu, bukan ia yang memiliki tubuh indah, melainkan ia yang selalu menghijabi

tubuhnya dengan pakaian-pakaian santun

Cantik iru, bukan ia yang selalu menolong, melainkan ketulusan hatinya saat

menolong

Cantik itu., ada pada hati yang tercantik karena kecantikan hati akan memancarkan

cahaya di wajah. Maka jadilah hatimu lebih cantik dari wajahmu

  (NN)

  

PERSEMBAHAN

  Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan kepada:

  1. Orang tua ku tersayang Bapak Kaerun dan Ibu Mubiati yang telah mendidik, membimbin g, memberikan kasih sayang, do’a, dukungan dan semangat yang tiada henti, serta menjadi perantaraku untuk memperoleh tujuan hidupku, ilmu, iman, amal shalih dan ridho Allah Swt.

  2. Kakak-kakakku tercinta, Nut Syafa’atun dan M. Fatkurrahman yang selalu mendukung dan mendoakanku.

  3. Segenap anggota keluargaku yang selalu memotivasi, mendukungku dan selalu memberi semangat kepadaku.

  4. Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.

  5. Sahabatku (Ummu, Sulis, Yuli, Fajar, Dewi, Ulya, Atik, Khoir, Sitkom, Anggun, Ayu, Ratna) yang selalu memberi semangat dan dukungan dalam mengerjakan skripsi.

  6. Almamaterku tercinta IAIN Salatiga.

  7. Sahabat-sahabtku yang selalu membantu dan memberikan dukungan.

  8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013, khususnya teman-teman PAI, teman-teman PPL dan KKN.

KATA PENGANTAR

  

ِمْيِحَّرلا ِن ْحْْ رلا ِالله ِمْسِب

  Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

  “Konsep Kecantikan Wanita dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-

  Munafiqun ayat 4”. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa mengharapkan syafaatnya di akhirat nanti.

  Skirpsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.

  Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi ini. oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  2. Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Hj. Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd, selaku dan dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini.

  5. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun material dalam penulisan skripsi ini.

  Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

  Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

  Salatiga, 11 September 2017 Penulis

  ABSTRAK Yuni Kurniasih. 2017. Konsep Kecantikan dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS.

  Al-Munafiqun ayat 4. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Pembimbing: Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd.

  Kata Kunci: Konsep Kecantikan, QS. Al-Ahzab: 52, QS. Al-Munafiqun: 4

  Kecantikan tidak bisa diukur dengan nilai. Kecantikan mempunyai makna yang luas. Kecantikan tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang, tetapi dari banyak sudut pandang untuk mengetahui konsep kecantikan yang sesungguhnya. Melihat hal tersebut penulis menganalisi tentang konsep kecantikan dalam qs.al- Ahzab ayat 52 dan qs.al-Munafiqun ayat 4, dan implementasi qs.al-Ahzab ayat 52 dan qs. al-Munafiqun ayat 4 terhadap pendidikan akhlak.

  Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian naskah tafsir dengan menggunakan penafsiran

  maudhui’i atau tematik yaitu menafsirkan kitab suci

  dengan menghimpun ayat-ayat Al-Qur'an dari berbagai surat yang berkaitan dengan persoalan atau topik yang ditetapkan. Penelitian ini menggunakan metode analsis isi, deskripsi untuk memberikan penafsiran, dan dilanjutkan dengan metode tahlili yaitu menjelaskan arti dan maksud ayat-ayat al- Qur’an dari sekian banyak seginya, menjelaskan asbabun nuzul dan munasabah serta kandungan ayatnya.

  Adapun hasil dari analisis tersebut yaitu: konsep kecantikan dalam QS. Al- Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4 yaitu kecantikan itu tidaklah dari kecantikan fisik walaupun kecantikan itu sangat menarik hati, tetapi konsep kecantikan yang sesungguhnya bertumpu pada kecantikan hati. Hati yang mengontrol segala perbuatan dan akhlaknya, dengan didasari dengan iman yang kuat akan kuat pula pertahanan kecantikan hati. Dan implementasi QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4 terciptanya akhlak yang baik, penanaman hati dengan iman, tidak menjadi orang yang cantik hanya diluar saja, serta terhindarnya dari sifat munafik.

  

DAFTAR ISI

SAMPUL ......................................................................................................... i

LEMBAR BERLOGO ................................................................................... ii

JUDUL............................................................................................................ iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iv

PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI

  .......................................................................................................................... vi

  

MOTTO .......................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................... x

ABSTRAK ...................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

  

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah. ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6 E. Penegasan Istilah ............................................................................ 7 F. Metode Penelitian........................................................................... 8 G. Sistematika Penulisan .................................................................... 11

  

BAB II ASBABUN NUZUL QS. AL-AHZAB AYAT 52 DAN QS. AL-

MUNAFIQUN AYAT 4 ................................................................................. 12 A. Redaksi Ayat dan Terjemahannya ................................................. 12 B. Isi Kandungan ................................................................................ 13 C. Asbabun Nuzul ............................................................................... 24

BAB III MUNASABAH QS. AL-AHZAB AYAT 52 DAN QS. AL-

MUNAFIQUN AYAT 4 ................................................................................. 29 A. Pengertian Munasabah ................................................................... 29 B. Munasabah Ayat............................................................................. 30

BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 40

A. Konsep Kecantikan dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4 ............................................................... 40 B. Implementasi QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat

  4 terhadap pendidikan akhlak ........................................................ 44

  

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 48

A. Kesimpulan .................................................................................... 48 B. Saran ............................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 52

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 54

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Riwayat Hidup Penulis ................................................................ 54 Lampiran 2. Lembar Penunjukan Pembimbing .............................................. 55 Lampiran 3. Lembar Konsultasi ...................................................................... 56 Lampiran 4. Surat Keterangan Kegiatan .......................................................... 57

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam sebagai suatu konsep kehidupan yang mempunyai

  landasan yang khas dan spesifik dibandingkan dengan agama lainnya. Karena komponen utama agama Islam yaitu akidah, syari’ah dan akhlak yang kemudian dikembangkan oleh manusia dengan akal pikiran mereka yang didorong dengan ilmu pengetahuan.

  Al- Qur’an merupakan kitab suci yang dijadikan pedoman umat Islam dalam melaksanakan ajaran agama Islam. Di dalam Al-

  Qur’an terdapat isi ajaran yang menyeru pada tauhid atau keimanan sejak diutusnya Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saw. Agama Islam hanyalah agama yang mendapat ridha Allah SWT, maka manusia berkewajiban mengucapkan kalimat syahadat sebagai bentuk keimanan kita kepada Allah SWT.

  Islam adalah agama yang diridhai Allah Swt. Orang yang benar-benar menganut agama Allah Swt. adalah manusia yang mengerahkan segala sikap dan perilakunya hanya kepada Allah Swt. Menjaga kecantikan dan keindahan termasuk ibadah, karena pada hakikatnya Allah swt. mencintai keindahan.

  (Nia Ridwan, 2012: 101).

  Kecantikan tidak bisa diukur dengan nilai. Kecantikan mempunyai makna yang luas. Kecantikan tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang, tetapi dari banyak sudut pandang. Kecantikan dan keindahan merupakan salah satu fitrah manusia. Dengan kecantikan dan keanggunan yang dimilikinya, manusia selalu ingin menjadi pusat perhatian sekitarnya. (Aqila Smart, 2012: 5). Setiap manusia pasti tak lepas dari keinginan untuk selalu terlihat cantik. Terutama wanita.

  Menjadi seorang wanita selalu ingin tampil cantik kapan pun dan dimana pun. Mereka mempercantik dirinya dengan berbagai cara, ada yang menggunakan alat-alat kosmetik dan ada juga yang melakukan operasi plastik. Dia selalu melihat segala sesuatu pada setiap kesempatan untuk membangkitkan jiwanya dan dia rela menghamburkan banyak harta dan waktu demi tercapai tujuannya. (Muhammad bin Abdul Aziz Al-Musannid, 2004: 109).

  Berhias, kata yang sangat identik dengan wanita. Banyak wanita bercermin yang diperhatikan adalah kecantikan fisiknya. Tanpa mengetahuai konsep kecantikan yang sesungguhnya dalam Al-

  Qur’an atau sesuai dengan syari’at Islam. Wanita merupakan makhluk yang sangat menarik untuk dibicarakan dan menarik untuk diperhatikan. Wanita memiliki pesona dan keindahan. Tidak hanya pada seluruh tubuhnya, namun juga pada setiap langkah dan gerek-geriknya. (Solichul Hadi, 2006: 13).

  Banyak manusia yang menganggap kecantikan hanyalah dari fisik atau lahiriah saja. Sering kali dianggap bahwa wanita yang cantik adalah wanita yang cantik luarnya saja. Sementara itu hatinya tidaklah sesuai dengan kecantikan fisiknya. Konsep itulah yang mendominasi persepsi orang mengenai kecantikan. Tanpa mengetahui konsep kecantikan yang sesungguhnya. (Nia Ridwan, 2012: 101). Allah berfirman dalam QS. Al- Ahzab ayat 52 bahwa tidak diperboehkan hanya tertarik pada kecantikan secara fisik saja, yaitu:

  ﺎَّﻟِﺍ َّﻦُﻬُﻨْﺴُﺣ َﻚَﺒَﺠْﻋَﺍْﻮَﻟَّو ٍﺝﺍَوْﺯَﺍْﻦِﻣ َّﻦِﻬِﺑ َﻝَّﺪَﺒَﺗْﻥَﺍ ﺂَﻟ ِﺪْﻌَﺑْﻦِﻣ ُﺀﺂَﺴِّﻨﻟﺍ َﻚَﻟ ُّﻞِﺤَﻳﺎَﻟ َو ﺎًﺒْﻴِﻗَﺭ ٍﺀْﻲَﺷ ِّﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ ُﷲَﻥﺎَﻛَو َﻚُﻨْﻴِﻤَﻳ ْﺖَﻜَﻠَﻣﺎَﻣ

  “Tidak halal bagimu menikahi wanita-wanita sesudah itu dan tidak

boleh (pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain), meskipun

kecantikan mereka menarik hatimu, kecuali wanita-wanita (hamba sahaya)

yang kamu miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.”

  (Departemen Agama RI, 2004: 425) Bahkan kecantiakan secara fisik juga dapat menipu. Seperti dalam firman Allah Swt. dalam QS. Al-Munafiqun ayat 4 bahwasanya kecantikan yang memikat dan tutur kata yang manis tidak lebih baik jika kosong imannya.

  ٌﺓَﺪَّﻨَﺴُّﻣ ٌﺐُﺸُﺧ ْﻢُﻬَّﻧَﺎَﻛ ْﻢِﻬِﻟْﻮَﻘِﻟ ْﻊَﻤْﺴَﺗ ﺍْﻮُﻟْﻮُﻘَّﻳْﻥِﺍَو ْﻢُﻬُﻣﺎَﺴْﺟَﺍ َﻚُﺒِﺠْﻌُﺗ ْﻢُﻬُﺘْﻳَﺍَﺭ ﺍَﺫِﺍَو َﻥْﻮُﻜَﻓْﺆُﻳ ﻰَّﻧَﺍ ُﷲ ُﻢُﻬَﻠَﺗﺎَﻗ ْﻢُﻫْﺭَﺬْﺣﺎَﻓُّوُﺪَﻌْﻟﺍ ُﻢُﻫ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ٍﺔَﺤْﻴَﺻَّﻞُﻛ َﻥْﻮُﺒَﺴْﺤَﻳ “Dan apabila kamu melihat mereka tubuh-tubuh mereka membuatmu

kagum, dan jika mereka berkata-kata, kamu mendengarkan mereka. Mereka

seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan

yang keras ditujukkan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang

sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka, semoga Allah

  

membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan dari

kebenaran?”. (Departemen Agama RI, 2004: 554)

  “Kecantikan yang sebenarnya adalah ketulusan hati”. Kecantikan hati adalah cerdas, ramah, murah senyum, punya banyak teman dan rendah hati serta lain sebagainya. Dunia dapat berubah dan kecantikan dapat menipu. Namun, ketulusan hati seorang wanita dapat membuatnya dikatakan cantik. Pancaran kecantikan ini sering disebut inner beauty, yang mencerminkan sikap dan perilakunya. Wanita yang mampu menampilkan kepribadian dan akhlak yang baik menjadikan mereka lebih berharga, karena kepribadian adalah hal yang akan membuat seseorang lebih menarik dan cantik. (Nia Ridwan, 2012: 9-10).

  Dalam Islam, kecantikan tidaklah hanya kecantikan fisik semata, namun juga kecantikan hati. Seorang yang tampil sederhana namun hatinya cantik, tentu akan terlihat cantik. Namun seorang yang fisiknya cantik namun hatinya tidak cantik, tentulah tidak akan terlihat secantik apabila hatinya yang cantik. Mereka kadang melupakan bahwa cantik tidaklah dari fisiknya saja, melainkan juga dari hatinya. Terkadang belum tentu yang cantik secara fisik cantik pula hatinya. Seperti orang yang terlihat cantik di depan kadang juga belum terlihat cantik dibelakang. Seperti orang munafik. Kecantikan fisik dan manis tutur katanya menjadikan orang senang terhadapnya, akan tetapi dibelakangnya jauh dari itu semua. Oleh karena itu bagaimanakah konsep kecantikan yang sesungguhnya?.

  Manusia harus mengetahui konsep kecantikan yang sesungguhnya, karena dengan mengetahui konsep kecantikan yang sesungguhnya akan menghantarkan pada kebaikan, kebahagiaan, ketentraman, dan keselamatan di dunia dan di akhirat.

  Berdasarkan latar belakang diatas, penulis berniat menggali kecantikan dalam Islam, yang mengkaji konsep kecantikan dalam pandangan Islam.

  Sehubungan dengan hal diatas, penulis mengangkat judul “KONSEP KECANTIKAN DALAM QS. AL-AHZAB AYAT 52 DAN QS. AL- MUNAFIQUN AYAT 4”. Penulis akan berusaha mengulas konsep kecantikan dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4. Diharapkan nantinya dapat dijadikan referensi bagi masyarakat umum terutama wanita.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan pokok pokok masalah ini yaitu:

1. Bagaimana konsep kecantikan dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-

  Munafiqun ayat 4? 2. Bagaimanakah implementasi QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-

  Munafiqun ayat 4 terhadap pendidikan akhlak?

C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui konsep kecantikan wanita dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4.

  2. Untuk mengetahui implementasi QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al- Munafiqun ayat 4 terhadap pendidikan akhlak.

D. Kegunaan Penelitian

  Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian, yaitu:

  1. Kegunaan Teoritis Untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai konsep kecantikan wanita dalam Al-

  Qur’an.

  2. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat: a. Meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt.

  b.

  Menjadikan kita bukan golongan orang munafik.

  c.

  Membentuk kecantikan hati dan kecantikan akhlak.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari penafsiran dan kesalahpahaman dalam mengemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini maka dijelaskan sebagai berikut: 1.

  Konsep Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia konsep merupakan rancangan, ide, atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkret.

  Gambaran dari obyek, proses ataupun apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan akal budi untuk memahami hal-hal lain. Konsep adalah suatu gagasan atau ide yang relatif sempurna dan mempunyai makna, suatu pengertian tentang suatu objek, yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian seseorang terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek atau benda). (Akbar. 2013: 9)

  Menuurut Umar, konsep adalah sejumlah teori yang berkaitan dengan suatu objek. Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokkan objek-objek tertentu yang mempunyai cirri-ciri yang sama. (Umar Husein, 2004: 51).

  Jadi konsep adalah pengertian, ide ataupun serangkaian pernyataan yang menjelaskan mengenai peristiwa atau kejadian atau sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalam dengan objek tersebut.

2. Kecantikan

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kecantikan berarti keelokan (tentang wajah, muka), dan kemolekan. Sedangkan menurut ensiklopedia kata-kata Al-

  Qur’an Al-Karim yang dikeluarkan oleh dewan bahasa Arab, kecantikan dimaknai dengan keanggunan, kehalusan, dan keelokan. Ada juga yang mengartikan kecantikan dalam kasad mata yaitu hal yang indah dan dapat membuat seseorang menjadi suka dan mencintai.

  (Fauziya, 2015: 1) Sehingga dapat diartikan kecantikan merupakan keelokan atau keindahan. Tergantung bagaimana kecantikan itu dimaknai. Kecantikan dapat berarti kecantikan fisik, namun ada juga yang mengatakan bahwa kecantikan tidak hanya fisik saja, jika seorang yang hatinya cantik juga dapat dikatakan sebagai kecantikan.

F. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian dan pendekatan Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian naskah tafsir yang kaitannya antara teks dengan konteks, penafsiran ini menggunakan tafsir

  maudhu’i yaitu membahasa satu judul tertentu secara mendalam dan

  tuntas. Yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang diangkat secara tuntas sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang dapat dijadikan pegangan. (Nasruddin, 2005: 383)

  Tafsir maudhu'i, disebut juga dengan tafsir tematik, adalah cara menafsirkan kitab suci dengan menghimpun ayat-ayat Al-Qur'an dari berbagai surat yang berkaitan dengan persoalan atau topik yang ditetapkan sebelumnya.

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian naskah tafsir

  maudhu’i atau tafsir tematik adalah menafsirkan kitab suci atau ayat-ayat

  Al- Qur’an dari berbagai surat untuk menyelesaikan permasalahan suatu topik yang ditetapkan.

  Dalam kaitannya dengan penelitian ini maka penulis mengambil sumber dari Al- Qur’an dan buku yang relevansi dengan problematika yang penulis bahas mengenai konsep kecantikan dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4.

  2. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sisitematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, tafsir, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).

  3. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas sumber primer dan sumber sekunder. Kedua sumber data penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: a.

  Sumber Primer, adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya (Sumadi Suryabrata, 2009: 39), yaitu: QS. Al- Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4.

  b.

  Sumber Sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas data primer, yaitu ayat-ayat lain dan hadits-hadist yang mendukung penelitian serta buku-buku yang relevan terhadap penelitian yang berlangsung.

4. Teknik Analisis Data

  Data yang telah terkumpul, terseleksi dan telah tersusun kemudian dianalisis. Analisi yang digunakan adalah analisis isi yaitu suatu teknik penelitian yang membuat referensi yang dapat ditiru kebenarannya serta dengan memperhatikan konteksnya. Kemudian dilakukan deskripsi yaitu memberikan memberikan penafsiran dan uraian tentang data yang telah terkumpul. (Sri Mularsih, 2014: 24)

  Setelah data yang terkumpul dianalisi menggunakan metode tahili. Menurut Harahap (2000: 17) metode tahili dapat diartikan sebagai cara menjelaskan arti dan maksud ayat-ayat al- Qur’an dari sekian banyak seginya, dengan menjelaskan ayat demi ayat sesuai urutan-urutannya di dalam mushhaf, penjelasan asbab al-nuzul (sebab-sebab turunya suatu ayat), munasabah (keterkaitan ayat dengan ayat, surat dengan surat, dan seterusnya), serta kandungan ayat tersebut, sesuai keahlian dan kecenderungan seorang mufassir. (Alfrida Septiyani, 2017: 9)

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah sistematika penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.

  Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan, bab ini akan menguraikan: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  Bab II : Asbabun Nuzul QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat

  4 Bab III : Munasabah QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4

  Bab IV : Pembahasan Bab V : Penutup, bab ini akan menguraikan: kesimpulan dan saran.

BAB II ASBABUN NUZUL QS. AL-AHZAB AYAT 52 DAN QS. AL-MUNAFIQUN AYAT 4 A. Redaksi Ayat dan Terjemahannya Dalam sub ini penulis akan menyajikan redaksi ayat QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4 yang menjadi obyek kajian penulis. Adapun redaksi ayat QS. Al-Munafiqun ayat 4 dan QS. Al-Ahzab ayat 52

  beserta terjemahannya disajikan dalam uraian berikut ini: 1.

  QS. Al-Ahzab ayat 52

  ِﺪْﻌَﺑْﻦِﻣ ُﺀﺂَﺴِّﻨﻟﺍ َﻚَﻟ ُّﻞِﺤَﻳﺎَﻟ َو َّﻦُﻬُﻨْﺴُﺣ َﻚَﺒَﺠْﻋَﺍْﻮَﻟَّو ٍﺝﺍَوْﺯَﺍْﻦِﻣ َّﻦِﻬِﺑ َﻝَّﺪَﺒَﺗْﻥَﺍ ﺂَﻟ ﺎًﺒْﻴِﻗَﺭ ٍﺀْﻲَﺷ ِّﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ ُﷲَﻥﺎَﻛَو َﻚُﻨْﻴِﻤَﻳ ْﺖَﻜَﻠَﻣﺎَﻣ ﺎَّﻟِﺍ

  Artinya:

  “Tidak halal bagimu menikahi wanita-wanita sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain), meskipun kecantikan mereka menariki hatimu, kecuali wanita-wanita (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.” (Departemen Agama RI, 2004: 425) 2.

  QS. Al-Munafiqun ayat 4

  ٌﺓَﺪَّﻨَﺴُّﻣ ٌﺐُﺸُﺧ ْﻢُﻬَّﻧَﺎَﻛ ْﻢِﻬِﻟْﻮَﻘِﻟ ْﻊَﻤْﺴَﺗ ﺍْﻮُﻟْﻮُﻘَّﻳْﻥِﺍَو ْﻢُﻬُﻣﺎَﺴْﺟَﺍ َﻚُﺒِﺠْﻌُﺗ ْﻢُﻬُﺘْﻳَﺍَﺭ ﺍَﺫِﺍَو َﻥْﻮُﻜَﻓْﺆُﻳ ﻰَّﻧَﺍ ُﷲ ُﻢُﻬَﻠَﺗﺎَﻗ ْﻢُﻫْﺭَﺬْﺣﺎَﻓُّوُﺪَﻌْﻟﺍ ُﻢُﻫ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ٍﺔَﺤْﻴَﺻَّﻞُﻛ َﻥْﻮُﺒَﺴْﺤَﻳ Artinya:

  “Dan apabila kamu melihat mereka tubuh-tubuh mereka membuatmu kagum, dan jika mereka berkata-kata, kamu mendengarkan mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukkan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka, semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai

dipalingkan dari kebenaran?”. (Departemen Agama RI, 2004: 554)

B.

  Isi Kandungan 1.

  Seputar QS. Al-Ahzab dan Al-Munafiqun a.

  QS. Al-Ahzab Surat Al-Ahzab terdiri atas 73 ayat. Dan termasuk golongan surat Maddaniyyah, karena hampir seluruh ayat-ayatnya diturunkan di

  Madinah. Surat Al-Munafiqun adalah surat ke-33 dalam Al- Qur’an dan diturunkan sesudah surat Ali-Imran. Dinamai Al-Ahzab yang berarti golongan-golongan yang bersekutu karena dalam surat ini terdapat beberapa ayat, yaitu ayat 9 sampai ayat 27 yang berhubungan dengan peperangan Al-Ahzab yaitu peperangan yang dilancarkan oleh orang- orang Yahudi yang bersekutu dengan kaum munafik serta orang-orang musyrik terhadap orang-orang mukmun yang berada di Madinah.

  Pokok isi ajaran dalam QS. Al-Ahzab diantaranya ialah tentang keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah, dan lainnya seperti penyesalan orang kafir di akhirat karena mereka mengingkari Allah Swt. dan Rasul-Nya, serta sifat-sifat orang munafik.

  b.

  QS. Al-Munafiqun Surat Al- Munafiqun terdiri atas 11 ayat. Dan termasuk golongan surat Maddaniyyah, karena hampir seluruh ayat-ayatnya diturunkan di Madinah. Surat Al-Munafiqun adalah surat ke-63 berdasarkan susunan mushaf dan surat ke-104 sesuai urutan pewahyuan Al-

  Qur’an. Dinamakan Al-Munafiqun karena di dalamnya menceritakan gambaran mengenai sifat-sifat orang yang munafik, keadaan dan perbuatannya. Al-Munafiqun itu sendiri berarti orang- orang munafik. Dengan menggambarkan wajah asli orang-orang yang munafik dan mengisahkan tentang jauhnya mereka dari rahmat Allah Swt.

  Pokok isi ajaran dalam QS. Al-Munafiqun yaitu diantaranya tentang orang-orang munafik dan sifat-sifat yang buruk salah satunya ialah pendusta, suka bersumpah palsu, sombong, kikir, dan tidak menepati janji, serta hanya mengandalkan kecantikan dari luarnya.

2. Isi Kandungan dalam QS. Al-Ahzab ayat 52 dan QS. Al-Munafiqun ayat 4

  Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan isi dari kandungan ayat yang dikaji, yaitu pada surat Al-Munafiqun ayat 4 menurut tiga pendapat yaitu Tafsir Ibnu Katsir, M. Quraisy Syihab dan Tafsir Jalalain yaitu: a.

  QS. Al-Ahzab ayat 52

  َّﻦُﻬُﻨْﺴُﺣ َﻚَﺒَﺠْﻋَﺍْﻮَﻟَّو ٍﺝﺍَوْﺯَﺍْﻦِﻣ َّﻦِﻬِﺑ َﻝَّﺪَﺒَﺗْﻥَﺍ ﺂَﻟ ِﺪْﻌَﺑْﻦِﻣ ُﺀﺂَﺴِّﻨﻟﺍ َﻚَﻟ ُّﻞِﺤَﻳﺎَﻟ َو ﺎًﺒْﻴِﻗَﺭ ٍﺀْﻲَﺷ ِّﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ ُﷲَﻥﺎَﻛَو َﻚُﻨْﻴِﻤَﻳ ْﺖَﻜَﻠَﻣﺎَﻣ ﺎَّﻟِﺍ

  Arti dari QS. Al-Ahzab ayat 52 yaitu:

  “Tidak halal bagimu menikahi wanita-wanita sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan istri-istri (yang lain), meskipun kecantikan mereka menariki hatimu, kecuali wanita-wanita (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.”

  Dijelaskan dalam ayat ini bahwa Nabi Muhammad tidak diperbolehkan menikah sesudah mempunyai istri sebanyak yang telah ada dan tidak diperbolehkan mengganti istrinya yang telah ada itu dengan menikahi wanita lain. (Departemen Agama RI, 2004: 426) 1)

  Tafsir Ibnu Katsir

  َﻚَﺒَﺠْﻋَأ ْﻮَﻟ َو ٍﺝﺍ َو ْﺯَأ ْﻦِﻣ َّﻦِﻬِﺑ َﻝَّﺪَﺒَﺗ ْﻥَأ لَ َو ُﺪْﻌَﺑ ْﻦِﻣ ُءﺎَﺴِّﻨﻟﺍ َﻚَﻟ ُّﻞ ِﺤَﻳ َلَ ﺎًﺒﻴِﻗ َﺭ ٍءْﻲَﺷ ِّﻞُﻛ ﻰَﻠَﻋ ُ َّللَّﺍ َﻥﺎَﻛ َو َﻚُﻨﻴِﻤَﻳ ْﺖَﻜَﻠَﻣ ﺎَﻣ لَِإ َّﻦُﻬُﻨْﺴُﺣ “Tidak halal bagimu mengawini perempuan-perempuan sesudah itu dan tidak boleh (pula) mengganti mereka dengan istri- istri (yang lain), meskipun kecantikannya menarik hatimu, kecuali perempuan-perempuan (hamba sahaya) yang kamu miliki. Dan adalah Allah Maha Mengawasi segala sesuatu.” (Departemen

  Agama RI, 2004: 425)

  Dalam ayat ini, banyak ulama seperti Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, Ibnu Zaid, Ibnu Jarir serta yang lainnya menyebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan balasan Allah dan rida-Nya kepada istri-istri Nabi Saw. karena sikap mereka yang baik yaitu lebih memilih Allah dan Rasul-Nya serta pahala akhirat saat mereka disuruh memilih oleh Rasulullah Saw., sebagaimana yang kisahnya telah disebutkan dalam ayat sebelum ini.

  Setelah mereka memilih Rasulullah Saw., maka sebagai imbalan dari Allah ialah Dia membatasi Rasulullah Saw. hanya dengan mereka, dan mengharamkan baginya menikah lagi dengan wanita lain, atau menggantikan mereka dengan istri yang lain selain mereka, sekalipun kecantikan wanita lain itu mempesona hati beliau Saw. Terkecuali hamba sahaya perempuan dan para tawanan wanita, maka diperbolehkan baginya menikahi mereka.

  Kemudian Allah Swt. menghapuskan dosa bagi Nabi Saw. dalam hal ini (kawin lagi dengan wanita lain) dan merevisi hukum ayat ini, serta membolehkannya kawin lagi. Tetapi Nabi Saw. tidak kawin lagi sesudahnya, agar hal ini dianggap sebagai karunia Rasulullah Saw. kepada istri-istrinya.

  ﺎَﻋ َﻝﺎَﻗ ،َﺔَﺸِئ ِﻦَﻋ ،ٍءﺎَطَﻋ ْﻦَﻋ ،و ٍرْﻤَﻋ ْﻦَﻋ ،ُﻥﺎَﻴْفُس ﺎَﻨَثَّﺪَﺣ :ُﺪَﻤْﺣَأ ُمﺎَﻣِ ْلْﺍ َﻢ

  َّﻠَس َو ِهْﻴَﻠَﻋ ُ َّللَّﺍ ﻰَّﻠَﺻ ِ َّللَّﺍ ُﻝﻮُسَﺭ َتﺎَﻣ ﺎَﻣ : ْﺖَﻟﺎَﻗ ،ﺎَﻬْﻨَﻋ ُ َّللَّﺍ َﻲ ِضَﺭ َءﺎَﺴِّﻨﻟﺍ ُهَﻟ ُ َّللَّﺍ َّﻞ ِﺣَأ ﻰﺘﺣ “Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr, dari Ata, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. belum diwafatkan sebelum Allah menghalalkan baginya kawin lagi dengan wanita lain.” (Anonim:

  2013: 33) Jadi artinya bahwa tidak diperbolehkannya menikahi ataupun mengganti wanita lain karena kecantikannya yang menarik hati. 2)

  M. Quraisy Syihab Menurut M. Quraisy Syihab tidak dihalalkan wanita selain istrimu. Dan tidak diperbolehkan menceraikan istri dan mengganti mereka dengan menikahi wanita lain karena tertarik oleh kecantikannya.

  Jadi menurut M. Quraisy Syihab tidak dipoerbolehkan menikah lagi karena tertarik dengan wanita yang lebih cantik dan kemudian meninggalkan istrinya. 3)

  Tafsir Jalalain Dalam tafsir jalalain tidak halal menikahi wanita-wanita setelah menikahi istrinya dan tidak diperbolehkan pula mengganti istri yang lain karena kecantikannya menarik hati kecuali wanita hamba sahaya yang dimiliki. (Anonim: 2013: 1) Jadi dalam tafsir jalalain tidak dihalalkan menikahi wanita- wanita atau menggantinya dengan wanita yang lain karena tertarik dengan kecantikannya.

  Misalnya sudah mempunyai istri yang ketentuan jumlahnya sudah diatur dalam al- Qur’an kemudian menalak salah satu istri karena tertarik dengan wanita lain karena wanita itu kecantikannya menarik hati, maka tidak diperbolehkan. Mengganti istri atau menikah dengan wanita lain tidak diperbolehkan.

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa isi kandungan dalam ayat ini yaitu bahwa pelarangan terhadap orang-orang yang sudah mempunyai istri tetapi ingin menikah lagi dengan wanita yang kecantikannya menarik hatinya. Tidak diperbolehkan menikahi wanita lain karena terpikat oleh kecantikan fisiknya, karena kecantikan dari luar tidak menentukan kecantikan hatinya. Dan jelas Allah Swt. sudah melarangnya melalui ayat ini dan ayat-ayat yang relevan dengan ayat ini.

  b.

  QS. Al-Munafiqun ayat 4

  ٌﺐُﺸُﺧ ْﻢُﻬَّﻧَﺎَﻛ ْﻢِﻬِﻟْﻮَﻘِﻟ ْﻊَﻤْﺴَﺗ ﺍْﻮُﻟْﻮُﻘَّﻳْﻥِﺍَو ْﻢُﻬُﻣﺎَﺴْﺟَﺍ َﻚُﺒِﺠْﻌُﺗ ْﻢُﻬُﺘْﻳَﺍَﺭ ﺍَﺫِﺍَو ﻰَّﻧَﺍ ُﷲ ُﻢُﻬَﻠَﺗﺎَﻗ ْﻢُﻫْﺭَﺬْﺣﺎَﻓُّوُﺪَﻌْﻟﺍ ُﻢُﻫ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ٍﺔَﺤْﻴَﺻَّﻞُﻛ َﻥْﻮُﺒَﺴْﺤَﻳ ٌﺓَﺪَّﻨَﺴُّﻣ َﻥْﻮُﻜَﻓْﺆُﻳ

  Arti dari QS. Al-Munafiqun ayat 4 yaitu:

  “Dan apabila kamu melihat mereka tubuh-tubuh mereka

membuatmu kagum, dan jika mereka berkata-kata, kamu

mendengarkan mereka. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar.

Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukkan

kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka

waspadalah terhadap mereka, semoga Allah membinasakan mereka.

Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan dari kebenaran?”.

  (Departemen Agama RI, 2004: 554) Dalam QS. Al-Munafiqun ayat 4 terdapat isi kandungan yaitu bahwa tubuh dan ucapan membuat kagum, tetapi dibalik itu tidak ada akhlak yang utama. Seperti perumpamaan kayu yang tersandar ialah perumpamaan untuk menyatakan sifat mereka yang jelek meskipun tubuh mereka bagus-bagus dan mereka pandai berbicara, akan tetapi sebenarnya otak mereka kosong, tidak dapat memahami kebenaran.

  (Departemen Agama RI, 2004: 555) 1)

  Tafsir Ibnu Katsir Dalam tafsir Ibnu Katsir dalam QS. Al-Munafiqun ayat 4 bahwa firman Allah Swt. yaitu:

  ْﻢِﻬِﻟ ْﻮَﻘِﻟ ْﻊَﻤْﺴَﺗ ﺍﻮُﻟﻮُﻘَﻳ ْﻥِإ َو ْﻢُﻬُﻣﺎَﺴْﺟَأ َﻚُﺒ ِﺠْﻌُﺗ ْﻢُﻬَﺘْﻳَأ َﺭ ﺍَﺫِإ َو

  “Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka.” (Al-Munafiqun: 4) Mereka memiliki penampilan yang baik-baik, pandai berbicara, dan berlisan fasih. Apabila perkataan mereka didengar, maka pendengarnya akan terpesona oleh perkataan mereka yang berparamasastra. Padahal kenyataannya hati mereka sangat lemah, rapuh, mudah sok, penakut, dan pengecut. Dan disebutkan dalam firman berikutnya:

  ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ٍﺔَﺤْﻴَﺻ َّﻞُﻛ َﻥﻮُﺒَﺴْﺤَﻳ “Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka.

  ” (Al-Munafiqun: 4) Yakni manakala terjadi suatu peristiwa atau suatu kejadian atau hal yang menakutkan, maka mereka berkeyakinan bahwa hal itu akan menimpa diri mereka, hal ini disebabkan hati mereka yang pengecut lagi penakut.

  Mereka adalah orang-orang yang berpenampilan saja, tetapi dalamnya kosong sama sekali. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:

  َﻥﻮُﻜَﻓ ْﺆُﻳ ﻰَّﻧَأ ُ َّللَّﺍ ُﻢُﻬَﻠَﺗﺎَﻗ ْﻢ ُﻫ ْﺭَﺬْﺣﺎَﻓ ُّوُﺪَﻌْﻟﺍ ُﻢُﻫ “Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka

waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan

mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari

kebenaran)?

  ” (Al-Munafiqun: 4)

  ،ﻲ ﺤَﻤُﺠﻟﺍ ﺔﻣﺍَﺪُﻗ ُﻦْﺑ ِﻚِﻠَﻤْﻟﺍ ُﺪْﺒَﻋ ﺎَﻨَثَّﺪَﺣ ،ُﺪﻳ ِزَﻳ ﺎَﻨَث َّﺪَﺣ : ُﺪَﻤْﺣَأ ُمﺎَﻣِ ْلْﺍ َﻝﺎَﻗ ٍﺪ ﻴِﻌَس ﻲِﺑَأ ِﻦْﺑ ِﺪﻴِﻌَس ْﻦَﻋ ،ِتﺍ َرُفْﻟﺍ ﻲِﺑَأ ِﻦْﺑ ِرْﻜَﺑ ِﻦْﺑ َقﺎَﺤْسِإ ْﻦَﻋ

  ِّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ِﻦَﻋ ،ُهْﻨَﻋ ُ َّللَّﺍ َﻲ ِض َﺭ ،َﺓَرْﻳَرُﻫ ﻲِﺑَأ ْﻦَﻋ ،ِهﻴِﺑَأ ْﻦَﻋ .ِّي ِرُﺒْﻘَﻤْﻟﺍ :ﺎَﻬ َُّللَّﺍ ﻰَّﻠَﺻ

ِﺑ َﻥﻮُﻓ َرْﻌُﻳ ٍتﺎَﻣ َلََﻋ َﻦﻴِﻘِﻓﺎَﻨُﻤْﻠِﻟ َّﻥِإ":َﻝﺎَﻗ َﻢَّﻠَس َو ِهْﻴَﻠَﻋ

  

َﺪ ِﺟﺎَﺴَﻤ ْﻟﺍ َﻥﻮُﺑ َرَﻘَﻳ َلَ َو ،ٌﻝﻮُﻠُغ ْﻢُﻬُﺘَﻤﻴِﻨَغ َو ،ﺔَﺒﻬُﻧ ْﻢُﻬُﻣﺎَﻌَط َو ،ٌﺔَﻨْﻌَﻟ ْﻢُﻬُﺘَّﻴ ِﺤَﺗ

َلَ َو ﻥﻮفَﻟأﻳ َلَ َﻦﻳ ِرِﺒْﻜَﺘْﺴُﻣ ،ﺍرْﺑُد َّلَِإ َﺓ َلََّصﻟﺍ َﻥﻮُﺗْأَﻳ َلَ َو ﺍرْﺠُﻫ َّلَِإ .

  " ِﺭﺎَﻬَّﻨﻟﺎِﺑ ﺐُخُﺻ ،ِﻞْﻴَّﻠﻟﺎِﺑ ٌﺐُﺸُﺧ ،ﻥﻮفَﻟﺆُﻳ

  Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Qudamah Al-Jumahi, dari Ishaq ibnu Bukair ibnu Abul Furat, dari Sa'id ibnu Sa'id Al-Maqbari, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:

  “Sesungguhnya orang-orang

munafik itu mempunyai ciri-ciri khas yang dapat diketahui, yaitu

salam penghormatan mereka berupa laknat, makanan mereka

adalah hasil rampokan, dan ganimah mereka adalah hasil

penggelapan (korupsi). Mereka tidak mendekati masjid-masjid

melainkan menjauhinya, dan mereka tidak mendatangi salat

kecuali paling belakang. Mereka bersikap sombong, tidak bersikap

rukun dan tidak pula bersikap simpatik. Mereka di malam hari

bagaikan kayu (yang tersandar) dan di siang hari gaduh.”

  (Anonim. 2013: 63)

  Jadi dalam tafsir ibnu katsir ayat ini menjelaskan bahwa penampilan yang baik-baik, pandai berbicara, dan berlisan fasih tetapi kenyataannya hatinya sangat lemah, rapuh, mudah sok, penakut, dan pengecut.