KONSEP ULUL ALBĀB DALAM PENDIDIKAN ISLAM (ANALISIS SURAT ALI-IMRAN AYAT 190-191) SKRIPSI

  KONSEP

ULUL ALBĀB DALAM PENDIDIKAN

  

ISLAM

(ANALISIS SURAT ALI-IMRAN AYAT 190-191)

SKRIPSI

  

Disusun Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

KURNIA INDRIYANI

NIM: 111-12-006

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

  MOTTO

   ِرْسُعْلا َعَم َّنِإَف اًرْسُي

Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan

(Q.S Al-Insyirah: 5) PERSEMBAHAN

  Assalamualaikum Wr. Wb Alhamdulillah dengan izin Allah swt skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  Skripsi ini saya persembahkan kepada orang-orang yang telah mendukung dan membantu mewujudkan mimpi saya:

  1. Bapak dan ibu yang tak henti-hentinya memberikan dukungan dan arahan kepadaku dari aku kecil hingga sekarang.

  2. Untuk nenek dan almarhum kakek yang tak henti-hentinya memberikan doa kepadaku.

  3. Untuk adikku yang tak henti-hentinya memberi dukungan dan motivasi untukku.

  4. Untuk sahabat-sahabat dan teman-teman yang selalu memberi motivasi untuk selalu semangan menyelesaikan skripsi ini.

  5. Serta teman-teman PAI A 2012 khususnya dan teman-teman PAI angkatan 2012 yang telah memberikanbanyak kenangan indah.

  KATA PENGANTAR

  Assalamualaikum Wr. Wb

  Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah swt. atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini dengan baik. Taklupa solawat serta salam kita panjtakan kepas Nabi Agung Muhammad saw.

  Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga .

  Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI.

  4. Bapak Drs. A. Bahrudin, M.Ag.selaku dosen pembimbing akademik.

  5. Bapak M. Hafidz M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlasmencurahkan waktu, pikiran dan tenaganya dalam membimbing penulis skripsi ini.

  6. Bapak ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

KEMENTERIAN AGAMA

  Jalan Lingkar Salatiga KM. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

  ABSTRAKSI Kurnia Indriyani, 2017, Konsep Ulul Albab dalam pendidikan Islam Analisis

  Surat Ali Imran 190-191 . Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Progam Studi Pendidikan Agama Isam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Pembimbing: Muh. Hafidz M.Ag Kata kunci:

  Ulul Albāb, Pendidikan Islam

  Penulis menelliti tentang Konsep

  Ulul albāb dalam Pendidikan Islam Analisi Surat Ali Imran ayat 190-191. Penelitian ini bertujuan untuk: 1.

  mengetahui konsep Ulul albāb dalam surat Ali imran 190-191. 2. mengetahui konsep

  Ulul albāb dalam surat Ali Imran ayat 190-191dalam Relevansi nya dengan konteks pendidikan masa kini.

  Untuk menjawab penelitian tersebut penulis menggunakan metode library research, yaitu penelitian dimana objek penelitiannya digali dengan cara membaca, memahami serta menelaah buku-buku, kitab-kitab tafsir serta sumber-sumber yang berkenaan dengan permasalahan yang ada. Dalam penarikan kesimpulan penulis menggunakan metode tahlili. Metode tahlili adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-

  Qur‟an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan maksudnya secara terperinci sesuai urutan ayat dan surat dalam mushhaf „Utsmani.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Konsep

  Ulul albāb yang

  ada pada surat Ali Imran ayat 190-191 adalah orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah swt dalam setiap keadaan baik itu dalam keadaan sehat atau sakit yang digambarkan dalam surat Ali Imran ayat 191 yaitu selalu mengingat Aallah dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring. Dan juga orang-orang yang memikirkan ciptaan Allah di alam semesta ini. Yang digambarkan dengan kegiatan berdzikir dan berfikir, sehingga dengan kegiatan berfikir dan berzikir tersebut mereka mampumengambil manfaat dari semua keagungan Allah swt. dan dapat mengambil hikmahakal dan keutamaannya dalam segala situasi dan kondisi. 2. Relevansi konsep Ulul

  albāb dengan pendidikan Islam masa kini meliputi tujuan pendidikan,

  kurikulum, pembelajaran, dan evaluasi pendidikan Islam adalah untuk menghasilkan peserta didik yangselalu tunduk dan patuh kepada Allah swt. dengan cara menjalankan semua perintah Allah swt dan meninggalkan semua larangannya. Dan juga untuk membentuk peserta didik agar mampu mengaplikasikan pengetahuannya untuk kehidupan sehari-hari.

  DAFTAR ISI JUDUL .................................................................................................................. i HALAMAN BERLOGO ...................................................................................... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................................. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ iv PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... v MOTTO ............................................................................................................... vi PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii ABSTRAK .......................................................................................................... x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 9 C. Tujuan penelitian ......................................................................... 9 D. Kegunaan Penelitian..................................................................... 9

  E.

  Metode penelitian ...................................................................... 10 F. Definisi Operasional................................................................... 12 G.

  Sistematika penulisan ................................................................ 15

  BAB II DISKRIPSI SURAT ALI IMRAN 190-191 A. Reduksi Ayat dan terjemah ...................................................... 17 B. Mufrodad ................................................................................. 17 C. Kandungan Ayat ...................................................................... 18 BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH A. Asbabun Nuzul ........................................................................ 24 B. Munasabah ............................................................................... 25 BAB IV PEMBAHASA A. Konsep Ulul albab dalam Q.S Ali-Imran 190-191 ................... 33 B. Relevansi Ulul albab dalam surat Ali-Imran 190-191 dengan pendidikan Islam pada konteks pendidikan masa kini

  1. Relevansi Ulul albab dalam surat Ali-Imran 190-191 dengan Tujuan Pendidikan Islam ................................ 53

  2. Relevansi Ulul albab dalam surat Ali-Imran 190-191 dengan Kurikulum Pendidikan Islam ........................... 64

  3. Relevansi Ulul albab dalam surat Ali-Imran 190-191 dengan Pembelajaran Pendidikan Islam ...................... 70

  4. Relevansi Ulul albab dalam surat Ali-Imran 190-191 dengan Evaluasi Pendidikan Islam ............................. 79

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 84 B. Saran .......................................................................................... 85 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk Allah yang diberi keistimeaan yakni

  berupa akal dan perasaan. Akal yang diberikan kepada manusia ini juga merupakan hal yang membedakan antara manusia dengan mahluk Allah yang lainnya. Akal berpusat di otak, digunakan untuk berfikir dan perasaan pusatnya di hati, digunakan untuk merasa dan dalam tingkat paling tinggi ia melahirkan kata hati (Daradjat, 1996: 4).

  Akal dan perasaan dalam diri manusia tidak dapat dipisahkan karena merupakan anugerah dari Allah yang menjadikan manusia itu istimewa dan berbeda dari mahluk lainnya. Fungsi akal dan perasaan tidak dapat dipisahkan, karena misalnya orang yang merasa sekaligus juga berfikir.Perasaan sedih, kecewa, cemas, dan takut serta khawatir dapat mempengaruhi kegiatan fikir seseorang. Begitu juga dengan fikiran dapat dirasakan dan diyakini kebenarannya. Hasil dari fikiran dapat memberikan rasa kenikmatan.Kemampuan bererfikir dan merasa inilah merupakan anugerah Tuhan yang paling besar, dan ini pulalah yang menjadikan manusia mulia dan istimiwa jika dibandingkan dengan makhluk Allah yang lainnya (Djumrasah. Amrullah, 2007:29).

  Allah memerintahkan mausia menggunakan akalnya untuk berfikir sebaik-baiknya. Karena dengan menggunakan akal manusia mampu berfikir, mampu mengamati serta menganalisa apa saja yang Allah swt ciptakan di bumi ini. Sehingga kemampuan manusia untuk berfikir inilah yang menjadikannya sebagai mahluk-Nya yang diberi amanat untuk beribadah kepadaNya dan diberi tanggung jawab dalam segala pilihan dan keinginanya. Akal pula yang menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi dan berkewajiban untuk membangun dengan sebaik-baiknya (Musfir, 2005: 274).

  Karena akal yang dimiliki manusia merupakan alat untuk menuntut ilmu, maka Islam memerintahkan mausia untuk menuntut ilmu, bukan saja ilmu agama tetapi juga ilmu-ilmu yang lain. Karena dengan ilmu Umat Islam dapat mempertahankkan kemulian-Nya, sehingga Umat Islam diperintahkan untuk menuntut ilmu dalam waktu yang tidak terbatas.

  Ketika manusia maju ilmu pengetahuanya, dia dapat mengungkapkan dan menemukan banyak kenikmatan dari Allah yang sebelumnya tidak ia ketahui. Dengan bertambahnya pengetahuan yang ilmiah membuka banyak keajaiban dan rahasia alam kepada manusia serta membawa lebih dekat dengan Tuhannya. Dengan demikian pikiran manusia secara bertahap dapat menaklukan semua unsur dan kekuatan alam semesta. Karena sesungguhnya menusia diciptakan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, namun dengan kasih sayang Allah swt ia diberi ilmu pengetahuan dan kecerdasan yang dapat dipakai untuk mengendalikan kekuatan alam serta memanfaatkan hukum-hukumnya (Rahman, 1992: 21).

  Ilmu pengetahuan atau sains pada hakikatnya merupakan produk akal manusia, setelah akal memikirkan secara sistematis dan mendalam dengan menggunakan metode tertentu terhadap gejala alam. Sehingga orang yang memikirkan tentang tumbuh-tumbuhan akan menghasilkan ilmu tentang tumbuhan, orang yang memikirkan gejala dan gerak planet di ruang angkasa akan menghasilkan ilmu angkasa. Orang yang memikirkan tentang kehidupan fisik manusia akan menghasilkan ilmu biologi, orang yang memikirkan mengenai hewan dan tumbuhan akan menghasilkan ilmu fauna dan flora, demikian seterusnya. Teori-teori yang terdapat dalam berbagai ilmu, jika disinergikan dengan teknik yangakan menghasilkan teknologi.Teknologi dalam berbagai aspeknya memberikan kemudahan, efisiensi, dan mengantarkan manusia cepat mencapai tujuannya.

  Sedangkan keimanan yang dihasilkan melalui proses berfikir dan mengingat akan membawa manusia untuk menemukan dasar bagi pengembangan ilmu dan teknologi (Nata, 2010: 134).

  Al- Qur‟an mengekspos keluhuran orang yang beriman dan berilmu sehingga hamba-hamba Allah yang memiliki kedudukan tinggi, bahkan diberi gelar khusus untuk mereka yang memiliki kedudukan ini, yang mampu mendaya gunakan anugerah Allah (potensi akal, kalbu, dan nafsu) pada sebuah panggilan yaitu

  Ulul albāb. Allah tiak menafikkan

  potensiyang digunakan olehNya kepada manusia agar tidak tergiur dan terpesona oleh hasinya sendiri, sehingga keterpesonaan itu membuat dirinya menjadi hamba dunia, karena kecintaannya berlebihan pada dunia (Ulum, 2011: 2).

  Maka dari itu Islam telah menaruh perhatian besar terhadap perkembangan proses berfikir manusia dengan memerintahkan untuk mengamati semua yang ada di langit dan di bumi, mengamati diri sendiri, dan mengamati semua mahluk-Nya (Musfir, 2005: 275).

  Allah memerintahkan manusia untuk memperhatikan alam semesta dan juga mengamati fenomena alam yang beraneka ragam dengan merenungkan penciptaan dan proses keteraturan yang ada didalamnya. Semua ini akan memberikan informasi dan ilmu pengetahuan yang beraneka ragam. Dalam hal ini tampak jelas bahwa ada seruan kepada manusia agar dapat memperhatikan, mengamati, merenungkan, dan juga meneliti secara ilmiah (Musfir. 2005: 275-276).

  

          

             

          

         

  Artinya:

  “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (Q.S Al-Baqarah: 164)

  Melalui proses memperhatikan, mengamati, merenungkan, dan juga meneliti secara mendalam terhadap segala sesuatu yang telah Allah ciptakan, manusia akan menemukan berbagai temuan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta akan membawa manusia dekat dengan Allah. Jadi Sosok

  Ulul albāb dalam mencari ilmu pengetahuan

  melalui sumber yang khas Islami, yaitu wahyu (Al- Qur‟an dan As-

  Sunnah), alam semesta (afaq), diri sendiri (anfus) dan sejarah. Sedangkan cara yang ditempuh meliputi pengetahuan indrawi, pengetahuan akal dan pengetahuan intuisi (ilham) (Zainudin, 2008: 98).

  Konsep

  Ulul albāb dalam surat Ali-Imran ayat 190-191

  memberikan penjelasan bahwa orang yang berakal adalah orang yang melakukan dua hal yaitu tadzakkur yakni mengingat (Allah) dan tafakkur memikirkan (ciptaan Allah) (Nata, 2010: 131).

  Dengan demikian Pendidikan Islam tidak hanya mempunyai tugas untuk mempertahankan, menanakan, dan mengembangkan nilai-nilai ideal pendidikan yang Islami yang besumber pada Al-Quran dan Hadits, namun juga memberikan kelenturan terhadap perkembangan dan tuntunan perubahan sosial yang mungkin terjadi, sehingga sebagai proses untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan mengantisipasi persoalan hari ini dan hari esok yang akan dicapai melalui intensitas mencari, mengolah, dan menginterprestasikan informasi. Dalam Islam strategi pengembangan ilmu harus didasarkan pada perbaikan dan kelangsungan hidup peserta didik, untuk menjadi manusia yang berperan sebagai khalifah di bumi dengan tetap memegang teguh amanah besar dari Allah swt, maka dari itu ilmu harus selalu dalam kontrol iman. Ilmu dan iman manjadi sosok yang berada dalam diri seseorang, sehingga dengan demikian teknologi sebagai produk dari ilmu akan menjadi sesuatu yang bermafaat bagi manusia disepanjang masa (Zainudin, 2008: 96).

  Pemahaman terhadap potensi yang dimiliki akal yang berupa ilmu memiliki hubungan yang amat erat dengan pendidikan.Hubungan tersebut yakni mengenai perumusan tujuan pendidikan. Dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif dan afektif sangat erat kaitannya dengan fungsi kerja dari akal. Dalam ranah kognitif terkandung fungsi mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintentis dan mengevaluasi. Fungsi-fungsi ini erat kaitannya dengang fungsi akal pada aspek berfikir (tafakkur). Sedangkan dalam ranah afektif terkandung fungsi memperhatika, merespon, menghargai, mengorganisasi nilai, dan mengkarakterisasi. Fungsi-fungsi ini erat kaitanya dengan fungsi akal pada aspek mengingat (tadzakkur). Orang-orang yang mampu mempergunakan fungsi berfikir yang terdapat dalam ranah afektif dan kognitif adalah termasuk dalam kategori

  Ulul albāb. Orang yang demikian itulah akan

  berkembang kemampuan intelektualnya, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta emosionalnya mampu mempergunakan semuanya itu untuk berbakti kepada Allah dalam arti seluas-luasnya (Nata, 2010: 138- 139).

  Pendidikan Islam tidak hanya mempunyai tugas untuk mempertahankan, menanamkan, dan mengembangkan nilai-nilai ideal pendidikan yang Islami yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits Nabi, namun juga memberikan kelenturan terhadap perkeangan dan tuntunan perubahan sosial yang mungkin terjadi, sehingga perbadi-pribadi peserta didik yang dihasilkan oleh pendidikan Islan mampu melakukan dialog konstruktif terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi moderen, dengan kata lain tugas pendidikan Islam adalah mengembangkan potensi peserta didik dalam membentuk sosok

  Ulul albāb dalam setiap diri peserta

  didik. Karena salah satu tugas pendidikan Islam adalah mengembangkan potensi-potensi anak didik agar mampu melakukan pengamalan nilai-nilai secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan ajaran Islam baik dalam kehidupan duniawi maupun ukhrawi (Djumransjah, Amrullah, 2007:70).

  Dengan demikain pendidikan Islam harus mampu menciptakan sosok

  Ulul albāb dimana iman dan takwa menjadi pengendalian dalam

  pengamalan ilmu yang mereka miliki dalam masyarakat, serat membawa kebahagiaan dalam dunia maupun di akhirat. Sehubungan dengan permasalaha tersebut, penuli tertarik untuk mengkaji konsep

  Ulul albāb

  yang terdapat dalam surat Ali-Imran ayat 190-191 dan sebagai pertimbangan tersebut penulis memilih judul

  “KONSEP ULUL ALBĀBDALAM PENDIDIKAN ISLAM ANALISIS SURAT ALI-

  IMRAN AYAT 190- 191”.

B. Rumusan Masalah

  Mengacu pada uraian diatas maka selanjutnya penulis merumuskan poko-pokok permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut. Hal tersebut antara lain: 1.

  Bagaimana konsep Ulul albāb dalam surat Ali-Imran ayat 190-191?

  2. Bagaimana relevansi Ulul albāb yang terdapat dalam surat Ali-Imran ayat 190-191 dengan pendidikan Islam masa kini?

C. Tujuan Penelitian

  Bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah atas, maka dapaat ditetapkan beberapa tujuan penetitian sebai berikut:

  1. Untuk memperoleh diskripsi mengenai konsep Ulul albāb dalam surat Al-Imran ayat 190-191.

  2. Untuk memperoleh diskripsi mengenai relevansi Ulul albāb dalam surat Ali-Imran ayat 190-191 dengan pendidikan masa Islam kini.

D. Kegunaan Penelitan 1.

  Manfaat teoritis a.

  Penelitian ini ada relevansinya dengan Ilmu Agama Islam khususnya dan Progam Studi Agama Islam, sehingga hasil pembahasannya berguna menambah literatur atau bacaan tentang konsep

  Ulul albāb

  dalam surat Ali-Imran ayat 190-191 yang berkaitan dengan pendidikan Islam.

  b.

  Penelitian ini semoga dapat memberi kontribusi positif bagi pendidik dan pelaksana pendidikan khususnya bagi penulis untuk mengetahui dan mendalami dan mengamalkan konsep

  Ulul albāb yang terkandung dalam surat Ali-Imran ayat 190-191.

2. Manfaat praktis

  Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan berfikir dan bertindak. Secara khusus penelitian ini dapat digunakan sebagai berikut: a.

  Penelitian ini semoga memberikan motivasi untuk menggali segala potensi yang dimiliki oleh akal agar menjadi insan kamil.

  b.

  Penelitian ini semoga memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan pada khususnya bagi penulis sendiri. Amin.

E. Metode Penelitian

  Dalam penulisan skripsi ini digunakan beberapa teknik untuk sampai pada tujuan penelitian teknik tersebut meliputi:

  1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini tergolong penelitian pustaka (libary

  research ), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka

  (Hadi, 1981: 9). Data-data yang digunakan penulis dalam penelitian adalah berbagai tulisan yang temanya sama dengan judul yang penulis angkat.

  2. Sumber data.

  a.

  Sumber data primer Sumber data yang langsung berkaitan dengan penelitian yaitu

  Al- Qur‟an surat Al-Imran ayat 190-191.

  b.

  Sumber data sekunder

  Sumber data yang melengkapi sumber-sumber dari data primer. Sumber data ini diambil dengan cara mencari, menganalisis buku- buku, internet dan informasi lainya yang berkaitan dengan judul skripsi ini.

  3. Teknik pengumpulan data Untuk pengumpulan data dalam melakukan pengumpulan penelitian dalam hal ini menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 201).

  Metode ini penulis gunakan untuk mencari data dengan cara menelaah dan mengkaji buku-buku tafsir Al- Qur‟an serta buku-buku yang berkaitan dengan tema penelitian ini, diantaranya buku yang terkait dengan konsep Ulul albāb dan pendidikan Islam.

  4. Metode analisis Untuk melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode tahlili.

  Metode Tahlili adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-

  Qur‟an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan maksudnya secara terperinci sesuai urutan ayat dan surat dalam mushhaf „Utsmani (Budihardjo, 2012:132).

  Metode ini penulis gunakan untuk membahas ayat Al- Qur‟an surat Ali-Imran ayat 190-191 dan menghimpun beberapa pendapat mufasir mengenai tema yang dibahas, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

F. Definisi Operasional

  Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul penelitian, maka penulis perlu menjelaskan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini antara lain: 1.

  Ulul albāb Kata

  Ulul albāb terdiri dari dua kata yaitu Ulul dan albāb. Kata Ulul berarti yang mempunyai (Yunus, 2010: 54) dan kata albāb berasal

  dari kata lubb yang berarti saripati sesuatu, akal dan pikiran (Yunus, 2010 : 388).

  Menurut beberapa toko

  Ulul albāb adalah:

  Pertama menurut M Quraish Shihab dalam bukunya Tafsir Al- Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran Vol 2

  “ Ulul albāb

  adalah orang-orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi oleh kulit, yakni kabut ide, yang dapat melahirkan keracunan dalam berfikir. Yang merenungkan tentang fenomena alam raya akan dapat sampai kepada bukit yang sangat nyata tentang keesaan dan kekuasaan Allah swt ” (Shihab, 2012: 370).

  Kedua menurut Abudin Natta dalam bukunya yang berjudul Tafsir ayat-ayat pendidikan

  “ Ulul albāb adalah orang yang melakukan dua hal yaitu memikirkan ciptaan Allah (tafakkur) dan mengingat ciptaan Allah (tadzakkur) ” (Nata, 2010: 131). Dan ketiga menurut Zainuddin Muhammad dalam bukunya Paradigma Pendidikan Terpadu, Menyiapkan Generasi Ulul albāb.

  “Ulul albāb adalah orang yang memiliki akal, yaitu daya ruhani yang

  dapat memahami kebenaran fisik maupun metafisik sosok

  Ulul albāb

  juga merupakan orang-orang yang memiliki ciri-ciri pokok antara lain: beriman, bertanggung jawab, berakhlaq mulia, tekun beribadah, berjiwa sosial dan juga bertaqwa ” (Zainudin. 2008:98).

  Dari uraian diatas sosok

  Ulul albāb adalah orang yang mampu

  memahami, megetahui, menghayat, mengambil kesimpulan dari tanda- tanda kekuasaan Allah melalui ayat-ayat Al-Quran, fenomena- fenomena kekuasaan Allah, melalui sejarah dan juga fenomena- fenomena yang terjadi di masyarakat.

2. Pendidikan Islam

  Kata pendidikan diambil dari bahasa Arab yaitu at-tarbiya yang berasal dari kata rabba yang memiliki arti mengasuh, mendidik dan memelihara (Yunus, 2010: 137). Pendidikan adalah proses kegiatan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan seirama dengan subjek didik (Achmadi, 1992:14). Menurut beberapa tokoh pendidikan Islam adalah:

  Pertama menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam bahwa pendidikan Islamsebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Tafsir, 1992: 32)

  Kedua menurut Ahcmadi dalam bukunya yang berjudul Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan bahwa pendidikan Islam ialah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam (Achmadi, 1992: 20)

  Ketiga menurut Samsul Nizar dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupan sesuai dengan ideologi Islam(Nizar, 2002: 34) .

  Dari pengertian diatas dapat disimpulan bahwa pendidikan Islam adalah segala usaha yang dilakukan seseorang (pendidik) untuk membimbing orang lain (peserta didik) supaya menjadi manusia yang seutuhnya sesuai dengan ideologi dan norma-norma Islam.

3. Surat Ali-Imran

  Surat Ali-Imran dinamai demikian karena didalamnya dikemukakan kisah keluarga Imran dengan terperinci. Yaitu Isa, Yahya, Maryam dan ibu beliau, sedang Imran adalah ayah dari Ibu Nabi Isa a.s yatiu Maryam a.s. surat ini terdiri dari 200 ayat. Tujuan utama suratAli- Imranadalah pembuktian tauhid, keesaan dan kekuasaan, harta, dan anak yang terleras dari nilai-nilai ilahiyyah tidak akan bermanfaat kelak. Hukum-hukum alam yang melahirkan kebiasaan-kebiasaan, pada hakikatnya ditetapkan dan diatur oleh Allah yang Maha Hidup dan

  Qayyum (Maha Menguasai dan Maha Mengelola segala sesuatu),

  sebagaimana yang terlihat dari peristiwa-peristiwa yang dialami oleh Ali-Imran (Shihab, 2002: 3-4).

G. Sistematika Penulisan

  Untuk memudahkan pembahasan dan penelitian yang jelas dalam membaca skripsi ini, maka disusunlah sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:

  Bab I Pendahuluan. Pada bab ini akan dikemukakan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah.

  Bab II Diskripsi ayat-ayat. Pada bab ini merupakan kelanjutan dari bab pertama yang lebih spesifik dalam sistematika penulisan, pada bab kedua ini berisi deskripsi Q.S Ali-Imran ayat 190-191 dan disertai dengan makna mufradat serta isi kandungan ayat.

  Bab III

  asbābun nuzūl dan munāsabah . Pada bab ini dijabarkan

  tentang Asbabun nuzul (sejarah turunnya ayat-ayat suci Al- Qur‟an) dan

  

munāsabah (keterkaitan dan keterpaduan hubungan antara bagian-bagian

  ayat, ayat-ayat, dan surah dalam Al- Qur‟an) dari ayat-ayat Al-Qur‟an surat Ali-Imran ayat 190-191.

  Bab IV Pembahasan. Pada bab ini peneliti lebih memfokuskan dalam inti pembahasan yaitu, menganalisis Konsep

  Ulul albāb dalam pendidikan Islam berdasarkan analisis Q.S Ali-Imran 190-191.

  Bab V Penutup, Simpulan dan Saran. Bab penutup memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat penutup yang sekiranya dianggap penting dan daftar pustaka.

BAB II DISKRIPSI SURAT ALI-IMRAN 190-191 A. Reduksi Ayat dan Terjemah

  = Penciptaan

  = Malam dan siang

   ِراَهَّ نلاَو ِلْيَلا

  = Dan silih berganti

   ِف َلَِتْحَو

  = Semesta langit dan bumi

   ِضْرَلااَو ِتٰوٰمسلا

                    

                

  = Sesugguhnya dalam

  ف ّنا ي

  (Rasihon Anwar, 2014: 150):

  Mufrodat Mufrodat dari surat Ali-Imran ayat 190-191 adalah sebagai berikut

  “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S Ali-Imran: 190-195) B.

  Arinya:

  لا قلخ

   ِتٰيَٰلا

   ًلَِطاَب اَدٰه = Ini sia-sia

   ِقْلَخ يِف

  = Tentang penciptaan

   ِضْرَلااَو ِتٰوٰمَسلا

  = Semesta langit dan bumi

   َتَقَلَح اَم اَنَّ بَر

  = Tuhan kami tidaklah Engkau ciptakan

   َكَنٰحْبُس

  ركف

  = Maha suci Engkau

  اَنِقَف

  = Maka perihalalah kami

   ِراَنلا َباَدَع

  = Siksa neraka C.

   Kandungan Ayat 1.

  Surat Ali-Imran ayat 190

  )

  berasal dari kata

  = Sungguh terdapat tanda-tanda

  berasal dari kata

   ْباَبْلَلاا ىِلوُِلا

  = Bagi orang-orang yang berakal

   َنْيِذَّلا

  = Orang-orang yang

  هّٰللا َنْوُرُكًذَي

  = Me ngingat Allah (kata

  نوركذي

  كذ ر

  ت ركف نو

  )

  اًدْوُعُ ق َو اًمَيِق

  = Berdiri dan duduk

   ْمِهِبوُنُح ىٰلَعَو

  = Dan dalam keadaan mereka berbaring

   َنوُرَّكَفَ تَو

  = Dan memikirkan (kata

              Sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaanya juga dalam silih bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya pada flora dan fauna, dan sebagainya merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan Allah swt, kesempurnaan pengetahuan, dan kekuasaanya (Al Maraghi,1993: 288).

  Dengan memikirkan pergantian siang dan malam mengikuti terbitnya matahari dan tenggelamnya matahari, siang lebih lama dari malam dan sebaliknya. Semua itu menunjukkan atas kebesaran dan kekuasaan penciptanya bagi orang-orang yang berakal memikirkan terciptanya langit dan bumi, pergantian siang dan malam secara teratur dengan menghasilakan waktu-waktu tertentu bagi kehidupan manusia merupakan satu tantangan tersendiri bagi kaum intelektual secara akademis fenomena alam itu, sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa Allah tidaklah menciptakan fenomena itu sia-sia (Departemen Agama RI, 2009: 97).

2. Surat Ali-Imran ayat 191

   Ulul albāb adalah orang-orang yang mau menggunakan

  pikirannya, mengambil faedah darinya, mengambil hidayah darinya, menggambarkan keagungan Allah dan mau mengingat hikmah akal dan keutamaannya, disamping keagungan karunia-Nya dalam segala sikap dan perbuatan mereka, sehingga mereka bisa berdiri, duduk, berjalan, berbaring dan sebagainya. Bahwa mereka adalah orang- orang yang tidak melalaikan Allah swt dalam sebagian besar waktunya.Mereka merasa tenang dengan mengingat Allah dan tenggelam dalam kesibukan mengoreksi diri secara sadar bahwa Allah selalu mengawasi mereka.Dan hanya dengan melakukan dzikir kepada Allah, hal itu masih belum cukup untuk menjamin hadirnya hidayahnya.Tetapi harus pula dibarengi dengan memikirkan keindahan ciptaan dan rahasia-rahasia ciptaaNya (Al Maraghi, 1993: 290).

  Salah satu ciri khas bagi orang berakal yang merupakan sifat khusus manusia dan kelengkapan ini dinilai meiliki keunggulan dibanding mahluk lain yaitu apabila ia memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan faedah, ia selalu menggambarkan kesabaran Allah, mengingat dan mengenang kebijaksanaan, keutamaan dan banyak nikmat Allah kepadanya. Ia selalu mengingat Allah disetiap waktu dan keadaan, baik pada waktu ia berdiri, duduk, dan berbaring. Tidak ada satu waktu dan keadaan dibiarkan begitu saja, kecuali di isi dan digunakan untuk memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (Departemen Agama RI, 2009: 97).

  

  Ayat ini menjelaskan bahwa keberuntungan dan keselamatan hanya bisa dicapai melalui mengingat Allah dan memikirkan mahluk- mahluk-Nya dari segi yang menunjukkan adanya Sang Pencipta Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. Sosok

  Ulul albāb mempercayai

  para rasul dan mempercayai kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka adalah untuk merinci hukum- ukum syari‟at, mengandung pendidikanyang sempurna dan akhlak-akhlak yang indah disamping hal-hal yang harus diterapkan dalam tatanan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan memeprecayai bahwa dalam perhitungan serta pembalasan terhadap amal-amal itu ada dua alternatif yaitu masuk surga atau masuk neraka.Dan sesungguhnya penuturan dzikir disini hanyalah mengenai makhluk Allah. Hal itu karena ada larangan memikirkan zat sang pencipta karena mustahil seseorang akan bisa sampai kepada hakiakat zat sifat-sifatNya (Al Maraghi, 1993: 291)

  Dalam ayat ini dapat kita mengambil kesimpulan bahwa kemenangan dan keberuntungan hanyalah dengan mengingat Allah serta memikirkan segala mahluk-Nya yang menunjuk kepada angda khalik yang maha Esa yang mempunyai ilmu dan kodrat, yang diiringi oleh iman akan Rasulul akan Rasul dan akan kitab. Disini diterangkan, bahwa yang kita pikirkan itu adalah mahluk Allah. Kita tidak dibenarkan memikirkan tentang zat Tuhan yang menciptakan, karena kita tidak akan sampai kepada hakikat zat dan hakikatnya sifat Allah (Ash Shiddiqy, 1995: 739-740).

   Ayat ini menjelaskan bahwa orang-orang yang berdzikir dan berfikir mengatakan, “Ya Tuhan kami, tidak sekali-kali engkau menciptakan alam yang ada diatas dan yang dibumi yang kami saksikan tanpa arti, dan engkau menciptakan alam yang ada diatas dan ada di bumi yang kami saksikan tanpa arti, dan engkau tidak menciptakan semuanya dengan sia-siakeharusan baginya adalah fana (mati), kemudian anggota-anggoata tubuhnya bercerai berai sesudah roh meninggalkan badanya. Sesungguhnya ia bisa rusak karena memeng ia harus rusak. Setelah itu jasadnya terbangun kembali dan berkata mengenai kekuasaan-Mu dalam kejadian yang lain. Golongan diantara mereka mau taat kepada-Mu dan menerima hidayah, dan segolongan lainnya telah dipastikan tersesat (Al Maraghi,1993: 291- 292).

  Penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam, sungguh merupakan fenomena yang sangat kompleks, yaitu terus menerus menjadi suatu objek penelitian umat manusia, sejak awal lahirnya peradaban manusia. Seorang mukmin yang menggunakan akal pikirannya, selalu mengharapkan kepada Allah dengan pujian dan doa, sesudah ia melihat bukti-bukti yang menunjukkan kepada keindahan hikmah. Ia pun luas pengetahuaannya tentang alam semesta yang menghubungkan antara manusia dengan tuhannya. Dalam ayat ini terdapat pelajaran untuk orang mukmin mengenai komunikasi mereka dengan Tuhan ketika mereka telah mendapatkan hidayah tentang sesuatu yang berkaitan dengan pengertian-pengertian kebijakan dan kedermawanan-Nya di dalam menghadapi ragam mahluk-Nya (Departemen Agama RI, 2009: 98-99).

  Mereka yang menyebut nama Allah dan memikirkan keadaan alam, mengucapkan dengan lidah, sedang hati mereka berada antara takut dan harap: Wahai Tuhan kami! tidaklah Engkau jadikan dengan percuma apa yang kami persaksikan ini, baik alam bumi, ataupun alam atas. Pada kalimat Maha Suci Engkau jadikan, mempunyai tujuan, mengundang hikmah dan maslahat, masing-masing mengambilm pembalasannya kelak, baik ataupun buruk.Tidak Engkau jadikan manusia dengan percuma. Jika ia lenyap atau bercearai berai suku-suku tubuhnya sesudah roh pergi dari badan maka yang binasa itu hanyalah tubuhnya. Kemudian dia kembali dengan kodrat Engkau dalam kejadian yang lain. Maka jika ia menaati Engakau, masuklah ia kedalam surga dengan amalan-amalannya dan jika ia mendurhakai Engkau masuklah ia ke dalam neraka (Ash Shiddiqy, 1995: 740).

  

  Ayat ini menjelaskan bahwa permintaan atas taufik dan hidayah dengan pertolongan-Mu untuk bisa melakukan amal saleh melalui pemahaman kami tentang bukti-bukti sehingga hal itu bisa menjadi pemeliharaan kami dari siksa neraka (Al Maraghi,1993: 292)

BAB III ASBĀBUN NUZŪL DAN MUNĀSABAH A. Asbābun nuzūl Kata

  asbāb berasal dari kata sabab yang berarti sebab. Sedangkan

  menurut istilah

  asbābun nuzūl adalah peristiwa yang menyebabkan

  turunnya ayat, dimana ayat tersebut menjelaskan pandangan Al- Qur‟an tentang peristiwa yang terjadi atau mengomentarinya(Budiharjo,2012:21).

  Adapun

  asbābun nuzūl surat Ali-Imran ayat 190: Dalam suatu

  riwayat dikemukakan bahwa orang Qurais datang kepada kaum Yahudi untuk bertanya: “Mukjizat apa yang dibawa Musa kepada kalian?“.

  Mereka menjawab: “Tongkat dan tangannya terlihat putih bercahaya”. Kemudian mereka bertanya kepada kaum Nasrani: “ Mukjizat apa yang di bawa Isa kepa da kalian?”. Mereka menjawab: “Ia dapat menyembuhkan orang buta sejak lahir hingga dapat melihat, menyembuhkan orang berpenyakit sopak dan menghidupkan orang mati”. Kemudian mereka menghadap kepada Nabi saw dan berkata: “Hai Muhammad coba berdoalah engkau kepada Tuhanmu agar Gunung Shafa ini dijadikan emas”. Lalu Rasulullah saw berdoa. Maka turunlah ayat surat Ali-Imran ayat 190, sebagai petunjuk untuk memperhatikan apa yang telah ada yang akan lebih besar manfaat bagi orang yang menggunakan akalnya (Shaleh, dkk, 1996:119).

  B.

   Munāsbah

  Kata

  munāsabah berasal dari kata nasaba. Kata tersebut berarti

  hubungan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Kata nasaba juga berarti keturunan, sebab keturunan itu adalah adanya hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya. M

  unāsabah berarti muqōrobah atau kedekatan dan

  kemiripan. Hal ini tentunya bisa terjadi pada seluruh unsur-unsurnya dapat juga terjadi pada sebagian saja. Dengan demikian

  munāsabah menurut

  istilah adalah adanya kecocokan, kepantasan dan keserasian antara ayat dengan ayat atay surat dengan surat, atau

  munāsabah adalah kemiripan

  yang terdapat pada hal-hal tertentu dalam Al-Qur'an baik surat maupun pada ayat-ayatnya yang menghubungkan antara uraian yang satu dengan yang lain(Budiharjo, 2012: 39).

1. Munāsabah Surat a.

  Munāsabah surat Ali-Imran dengan surat Al Baqoroh Adapun

  munāsabah atau hubungan antara surah Al-Baqarah

  dengan suratA li-Imran (Departemen Agama RI. 2009: 451): 1)

  Dalam surat Al-Baqarah disebut bahwa Nabi Adan a.s langsung diciptakan Allah, sendang surat Ali-Imran disebut tentang kelahiran Nabi Isa yang kedua-duanya diluar kebiasaan.

  2) Dalam surat Al-Baqarah dibahas secara luas sifat dan perbuatan orang Yahudi, disertai dengan tujuan-tujuan yang membantah dan membetulkan kesesatan mereka, sedang dalam surat Ali-Imran dipaparkan hal-hal yang sama yang berhubungan dengan orang Nasrani.

  3) Surat Al-Baqarah dimulai dengan menyebutkan tiga golongan manusia, yaitu orang mukmin, orang kafir, dan orang munafik. Sedang surat Ali-Imran menyebutkan orang- orang yang suka menakwilkan ayat-ayat yang mutasyabihat dengan takwil yang salah untuk memfitnah orang-orang mukmin dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam menakwilkannya.