NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT YUSUF AYAT 20-29 PADA TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB - Test Repository

  

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM

SURAT YUSUF AYAT 20-29 PADA TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : TAUFIQURRAHMAN NIM: 111-12-002 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016

  

MOTTO

    

  



 ...

   Sesungguhnya pada kisah-kisah

mereka itu terdapat pengajaran bagi

orang- orang yang mempunyai akal” (Q.S Yusuf 111)

  

Tidaklah Setiap Yang di Cita-Citakan

Seseorang Itu Mesti Diraih Hasilnya

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil ’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

  skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1.

  Bapak Juremi yang senantiasa memberikan nasehat dan tidak lelah mendidik dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta doa-doanya yang mampu menjadi penguat bagi anaknya. Kepada Ibu tercinta ibu Wiwit yang senantiasa saya rindukan dan selalu saya doakan semoga Syurga lah tempat yang tepat untuk ibu.

  2. Kakak-kakak tersayang mas Ahmad Salam, mbak Siti Asiyah, mas Ahmad Salman, dan mbak Umi Maghfiroh, keluarga dari bapak Muhammad Ma ’arif, serta keluarga dari kakak-kakak, yang selalu memberikan tutur dan nasehat agar menjadi orang yang manfaat.

  3. Ibu Dr. Supartinah Sp.THT, bapak Dr. Aulia Erick, ibu Dr. Duhita Yassi Sp.THT, terimakasih saya ucapkan, atas bantuan dan dukungannya sehingga dengan lancar saya dapat menuntut ilmu. Serta seluruh karyawan THT center, dan keluarga besar THT Syifaa Rohmani, saya ucapkan terimakasih.

  4. Mas Halimin, mas Ikhwan, mas Faizin, mas Andri, Mbak Haroh, mbak Kummi, mbak Nurul hidayah. Kepada banyak teman yang selalu mendukung dan dalam hal Skripsi.

  5. Sodara-sodaraku keluarga PAI A, Keluarga PPL SMA MUHAMMADIYAH (PLUS) Salatiga, Kelompok KKN yang telah memberi pengalaman akan arti sebuah ilmu social, pertemanan dan persaudaraan.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul

  “NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK SURAT YUSUF AYAT 20-29 PADA TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB”

  Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

  4. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak Drs. A. Bahrudin, M.Ag. selaku pembimbing akademik.

  6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

  7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

  Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

  Salatiga, 23 September 2016 Penulis

  Taufiqurrahman NIM. 111-12-002

  

ABSTRAK

  Taufiqurrahman. 2016. Nilai-nilai Akhlak Sura Yusuf ayat 20-29 Pada Tafsir Al- Misbah Karya M.Quraish Shihab. Skripsi. Salatiga. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2016. Pembimbing: Tri Wahyu Hidayati, M.Ag.

  Kata kunci: Nilai Pendidikan Akhlak

  Latar belakang dari penelitian ini adalah: Banyaknya oarng-orang yang masih kurang faham dalam memahami Kitab Tafsir, sehingga nilai-nilai dalam kitab-kitab tafsir masih sulit untuk dicerna dalam kehidupannya, maka dari itu kajian tafsir sangat dibutuhkan untuk mencari nilai-nilai yang di kandungnya sehingga dapat dijadikan pengetahuan dan dapat di amalkan. Dalam kajian tafsir ini peneliti akan mengkaji Q.S Yusuf ayat 20-29 pada Tafsir Al-Misbah Karya M.Quraish Shihab. Bagaimana relevansi nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam Q.S Yusuf ayat 20-29 pada Tafsir Al-Misbah Karya M.Quraish Shihab.

  Penelitian ini adalah penelitian keperpustakaan atau library research. Sumber data primer menggunakan kitab Tafsir AL-Misbah karya M. Quraish Shihab. Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dan analisi isi. dengan cara mengidentifikasi makna yang terkandung dalam Q.S Yusuf ayat 20- 29 dengan menggunakan kitab Tafsir Al-Misbah dan untuk mengungkapkan nilai- nilai pendidikan akhlah dalam ayat tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam Q.S Yusuf ayat 20-29 dalam Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab, dan relevasninya terhadap pendidikan akhlak dalam konteks kekinian.

  Hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam Q.S Yusuf ayat 20-29 dalam tafsit Al-Misbah karya M.Quraish Shihab, terdapat nilai-nilai akhlah sebagai berikut: Sabar khawatir melakukan keburukan, kemandirian, rendah hati, ihsan, tanggungjawab, teguh pendirian,menghindar dari berdua-duaan, jujur, tidak pendengam, bijaksana. (2) Nilai-nilai Akhlak dalam Q.S Yusuf memiliki relevansi terhadap pendidikan pada zaman sekarang.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

  BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 4 D. Metode Penelitian .......................................................................... 5 E. Penegasan Istilah ........................................................................... 7 F. Sistematika Penulisan .................................................................... 15 BAB II BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN BIOGRAFI TAFSIR AL- MISBAH ................................................................................................ 16 A. Biografi M. Quraish Shihab .......................................................... 16 B. Karya-karya M. Quraish Shihab ................................................... 18 C. Latar Belakang Penullisan Tafsir .................................................. 19

  BAB III DESKRIPSI PENELITIAN .............................................................. 24 A. Tafsir Al-Misbah Q.S Yusuf Ayat 20-29 ...................................... 24 1. Tafsir Ayat 20 ......................................................................... 24 2. Tafsir Ayat 21 ........................................................................ 25 3. Tafsir Ayat 22 ........................................................................ 28 4. Tafsir Ayat 23 ........................................................................ 32 5. Tafsir Ayat 24 ........................................................................ 37 6. Tafsir Ayat 25 ........................................................................ 40 7. Tafsir Ayat 26-27 ................................................................... 43 8. Tafsir Ayat 28-29 ................................................................... 46 BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................... 49 A. Nilai-Nilai Akhlak Dalam Surat Yusuf Ayat 20-29 ...................... 49 B. Relevansi Nilai-Nilai Akhlak dalam Surat Yusuf Ayat 20-29 ..... 60 BAB V PENUTUP ........................................................................................... 65 A. Kesimpulan.................................................................................... 65 B. Saran .............................................................................................. 66 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Lembar Konsultasi 4. Riwayat Hidup

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al- Qur’an adalah Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat diturunkan atau diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Al- Qur’an kitab suci yang oleh umat Islam diyakini dan dipercaya sebagai petunjuk bagi semua manusia, Al-

  Qur’an juga yang menjadi sumber hukum yang pertama dalam Agama Islam. Al-

  Qur’an disebut Kalam Ilahi yang di dalam kandungannya banyak memuat hukum-hukum, perintah, larangan, petunjuk, dan hikmah.

  Menurut Quraish Shihab (1994:40) ajaran yang terkandung dalam Al- Qur’an diklasifikasikan menjadi tiga, pertama aspek akidah, yaitu ajaran tentang keimanan akan keEsaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pemb alasan, kedua aspek syari’ah, yaitu ajaran tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan sesamanya, ketiga aspek akhlak, yaitu ajaran tentang norma-norma keagamaan dan sosial yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.

  Dilihat dari kandungan Al- Qur’an selain akidah dan Syari’ah, akhlak sangatlah urgen dalam kehidupan manusia. Urgensi akhlak ini tidak hanya dirasakan oleh manusia dalam kehidupan perseorangan, akan tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, bahkan juga dirasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Begitu banyaknya hal yang dapat menyebabkan kemerosotan akhlak yang dapat menimbulkan akhlak buruk semaksimal mungkin untuk mencapai akhlak yang baik. Salah satunya dengan mengkaji Al- Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

  Karena sumber dari pada pendidikan akhlak yang utama adalah Al- Qur’an dan Al-Hadits.

  Dalam mengkaji Al- Qur’an untuk diamalkan tidak semudah mengkaji berbagai ilmu pengetahuan sebagaimana kita mudah memahami teori-teori yang telah dikemukakan oleh pakar ilmuan, akan tetapi dalam memahami Al- Qur’an perlu dilakukan pengkajian ulang tentang kandungan isi Al-Qur’an dengan menggunakan tafsir. Namun dalam kajian tafsir tidak menuntut kemungkinan manusia bias memahami tafsir beserta nilai-nilai yang ada dalam kandungan Al-

  Qur’an yang telah ditafsirkan. Karena banyak dari mufasir dalam menafsirkan dan menuliskan dalam kitab-kitab tafir tidak mengulas kandungan nilai-nilai yang terdapat di dalamnya, akan tetapi lebih fokus dalam penafsiran kandungan ayat berdasarkan kaidah bahasa dan berdasarkan asbabunnuzul (sebab-sebab diturunkan ayat). Maka dari itu perlu juga tafsir-tafsir tersebut dikaji lebih dalam untuk mendapatkan nilai yang tersembunyi guna pemahaman dan dapat di jadikan pelajaran serta dapat diamalkan.

  Pada kandungan Al- Qur’an aspek akhlak ini banyak disebutkan di dalamnya karena begitu pentingnya akhlak dalam peranannya bagi manusia untuk menjalani kehidupannya di dunia. Kandungan Al-

  Qur’an tentang sejarah atau kisah-kisah disebut dengan istilah kisah Al- Qur’an. Ayat-ayat yang berbicara tentang kisah sangat banyak dibandingkan dengan ayat-ayat yang berbicara tentang hukum. Hal ini memberikan isyarat bahwa Al- Qur’an sangat perhatian terhadap masalah kisah, yang memang di dalamnya banyak mengandung pelajaran (ibrah).

  Selain itu akhlak dapat mendorong kita untuk menjalani sebaik mungkin umur yang terbatas dan hanya satu kali ini sesuai dengan rancangan Tuhan. Yaitu hidup suci dengan kesadaran penuh bahwa kita adalah bagian dari manusia universal, bagian dari seluruh umat manusia di muka bumi.(Nurcholis Madjit, 2006:111).

  Oleh karena itu kisah dalam Al- Qur’an memiliki makna tersendiri bila dibandingkan isi kandungan yang lain. Maka perlu kiranya kita sebagai umat Islam untuk mengetahui nilai-nilai yang ada dalam Al-

  Qur’an sehingga kita dapat mengambil pelajaran. Dalam hal ini peneliti bermaksud untuk mengkaji nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada Al- Qur’an surah Yusuf ayat 20-29 yang di dalamnya berisi kisah nabi Yusuf yang digoda oleh istri seorang pembesar Mesir. Berawal dari ditemukannya Yusuf dalam sumur oleh seorang kafilah Mesir dan Yusuf dijualnya untuk dijadikan budak, hingga Yusuf dibeli oleh seorang pembesar Mesir untuk dijadikan anak angkatnya.

  Maka dari itu penulis kemudian ingin melakukan penelitian dengan mengangkat judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK SURAT YUSUF AYAT 20-29 pada Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan masalah yang dijadikan dasar penulisan skripsi ini adalah sebagai bedrikut : 1.

  Bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Q.S Yusuf ayat 20-29 tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihah? 2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam

  Q.S Yusuf ayat 20-29 tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab? C.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan dari pokok pembahasan di atas, tujuan dari penelitian ini secara umum bertujuan sebagai berikut:

  1. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk a.

  Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Q.S Yusuf ayat 20-29 tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab.

  b.

  Untuk mengungkapkan relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam Q.S Yusuf ayat 20-29 tafsir Al-Misbah Karya M.

  Quraish Shihah dengan realita saat ini.

  2. Penelitian ini secara teoritris diharapkan dapat digunakan untuk: a.

  Menambah wawasan keilmuan dalam bidang pendidikan agama Islam khususnya nilai-nilai pendidikan akhlak. b.

  Memberikan kontribusi positif dalam ilmu pendidikan agama Islam kususnya dalam pendidikan akhlak.

D. Metode Penelitia 1.

  Fokus Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengungkapkan fokus penelitian sebagai berikut : Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Q.S Yusuf ayat 20-29 pendidikan akhlak pada tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab.

  2. Sumber Data a.

  Primer Data primer dalam penelitian ini adalah Q.S Yusuf ayat 20-29 yang difokuskan pada tafsir Al-Misbah Karya M.Quraish Shihab.

  b.

  Sekunder Dalam melakukan kajian tentang ayat, penulis menggunakan sumber yang berasal dari tafsir-tafsir Al- Qur’an yang terkait dengan pembahasan dalam penelitian. Penulis juga mengambil dari sumber lain yang relevan dengan penelitian, seperti mengambil sumber data dari buku-buku bacaan yang dapat mendukung dan sesuai dengan pembahasan skripsi.

  3. Metode Pengumpulan Data a.

  Penelitian perpustakaan (library research) Penelitian ini menggunakan penelitian keperpustakaan, tujuan atau fondasi berfikir untuk membangun landasan teori serta mengembangkan aspek teoritis Maupun aspek manfaat praktis (Sukardi,2007:33) penelitian menggunakan penelitian keperpustakaan dikarenakan nilai-nilai akhlak yang diteliti terdapat pada tafsir Al- Misbah karya M. Quraish Shihab. Namun literatur yang digunakan tidak terbatas dengan kitab tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab saja melainkan dengan buku-buku, artikel, informasi dari internet dan dari media massa yang sekiranya mendukung dan relevan dengan penelitian.

  b.

  Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode penelitian yang dilaksanakan dengan mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian, terdahulu dan sebagainya (Suharsimin, 2010:274). Skripsi ini menggunakan meteode dokumentasi dalam hal mengumpulkan materi dari buku-buku.

  c.

  Metode Analisis Isi Metode analisis isi, metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis isi. Analisis isi adalah teknik penelitian untuk mengungkapkan sebuah buku, membuat referensi yang dapat ditiru dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya (Nawawi, 2007:72), analisis ini selanjutnya untuk menganalisis kitab tafsir Al-Misbah karya M.Quraish Shihab agar memperoleh nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam Q.S Yusuf ayat 20-29.

E. Penegasan Istilah 1.

  Nilai Nilai sebagaimana dalam kamus besar bahasa indonesia yaitu sifat- sifat yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. (Tim Redaksi KBBI,

  2007:783). Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia dan masyarakat mengenai hal-hal yang dianggap baik, benar dan hal-hal yang dianggap buruk dan salah. (Mujib.1991:110). Dalam pembahasan ini, nilai yang dimaksudkan adalah mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Q.S Yusuf ayat 20-29 pada tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab.

2. Pendidikan

  Pendidikan menurut Brubacher John.S (dalam Sumarno, 2006:20) pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah diteteapkan.

  Pendidikan menurut Good Carter.V (dalam Sumarno, 2006:20) pendidikan adalah: Pertama, keseluruhan proses dimana seseorang lainnya yang bernilai positif dalam masyarakat ditempat hidupnya; kedua, proses social dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khusus yang datang dari sekolah), sehingga orang tersebut bias mendapat atau mengalami perkembangan kemampuan social maupun kemampuan individu secara optimal.

3. Akhlak

  Akhlak adalah jamak dari tunggal khuluq, sedangkan khuluq itu sendiri merupakan lawan dari khalq. Khuluq itu dapat dilihat dengan mata batin, sedangkan khalq dapat dilihat dengan mata lahir. Kedua kata tersebut berasal dari akar yang sama, yaitu berasal dari kata khalaqa.

  Kemudian kata khuluq diartikan sebagai sesuatu yang telah tercipta atau terbentuk dari suatu proses. Kebiasaan merupakan tindakan yang tidak memerlukan pemikiran atau pertimbangan. Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa akhlaq adalah kehendak dan tindakan yang sudah menyatu dengan pribadi seseorang dalam kehidupannya, sehingga tidak dapat dipisahkan dan tidak lagi memerlukan pertimbangan atau pemikiran untuk menjalankannya (Nasirudin, 2010:31).

  Selain dari pengertian di atas, akhlak mempunyai dua jenis yaitu: a. Akhlakul Karimah atau Terpuji

  Akhlakul karimah adalah akhlak yang mulia atau terpuji. Akhlak yang baik itu dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik pula, yaitu sesuai dengan ajaran Allah SWT dan rasul-rasul-Nya (Badruzzaman,2004:41). akhlak yang baik adalah: “menahan amarah, hati-hati, sabar, tahan banting, dermawan, berani, adil, berbuat sebaik-baiknya, serta berbagai sifat mulia dan kesempurnaan jiwa lainnya (Bakar,2005:247). Akhlak karimah bukan hanya ditandai oleh simbol pakaian luar, tetapi mengungkapkan lahir dan batin (Anwas,1986:57) Amalan-amalan akhlak Karimah: 1) Taat kepada Allah dan tidak takut kepada sesama manusia. 2) Bakti kepada Allah lahir dan batin yang disertai dengan kesadaran. 3)

  Menjaga diri dari segala bentuk maksiat, baik maksiat lahir maupun batin. 4)

  Bertingkah laku selaras dengan kehendak aturan Tuhan. Tidak merasa diri besar dari yang lain. Tidak merasa diri amat berkuasa. 5)

  Merasa dirinya sebagai manusia biasa yang padanya dipikulkan tanggungjawab berat, yang kelak akan dipertanggungjawabkan dihadapan hakim agung yang Maha Tinggi dan Maha Adil (Anwas,1986:57). Dalam buku Pengantar Studi Akhlak karya Zahruddin dan Hasanuddin (2004:158) Akhlak yang terpuji dibagi menjadi dua bagian: 1)

  Taat Lahir Taat lahir berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan Tuhan, termasuk berbuat baik kepada sesama manusia dan lingkungan dan dikerjakan oleh anggota lahir. Beberapa perbuatan yang dikategorikan taat lahir adalah : (a)

  Tobat Menurut para sufi adalah fase awal perjalanan menuju Allah

  Tobat dikategorikan taat lahir dilihat dari (taqarrub ila Allah). sikap dan tingkah laku seseorang. Namun, sifat penyesalannya merupakan taat batin.

  (b) Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar

  Yaitu perbuatan yang dilakukan kepada manusia untuk menjalankan kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan.

  (c) Syukur

  Yaitu berterima kasih pada nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia dan seluruh makhluk-Nya.

  2) Taat Batin

  Taat batin adalah segala sifat yang baik dan terpuji yang dilakukan oleh anggota batin (hati). Beberapa perbuatan yang dikategorikan taat batin adalah : (a)

  Tawakal Yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi, menanti atau menunggu hasil pekerjaan.

  (b) Sabar

  Dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sabar dalam beribadah, sabar ketika dilanda malapetaka, sabar terhadap kehidupan dunia, sabar terhadap maksiat, sabar dalam perjuangan. (c)

  Qanaah Yaitu merasa cukup dan rela dengan pemberian yang dianugerahkan oleh Allah. b. Akhlakul Madzmumah Akhlakul madzmumah adalah akhlah tercela atau akhlak yang tidak terpuji. Akhlakul madzmumah (tercela) ialah akhlak yang lahir dari sifat-sifat yang tidak sesuai dengan ajaran Allah SWT dan RasulNya (Badruzzaman,2004:41).

  Akhlak yang tercela: “Zalim, dengki, curang, riya, ujub, lemas, dan malas. (Bakar, 2005:303).

  Dalam buku Pengantar Studi Akhlak karta Zahruddin dan Hasanuddin (2004:155) Akhlak yang tercela dibagi menjadi dua bagian: 1)

  Maksiat Lahir Yaitu pelanggaran oleh orang yang berakal baligh (mukallaf), karena melakukan perbuatan yang dilarang dan meninggalkan pekerjaan yang diwajibkan oleh syariat Islam. Maksiat lahir dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : (a)

  Maksiat mata. Seperti melihat aurat wanita yang bukan mahromnya, melihat aurat laki-laki yang bukan mahromnya, melihat orang lain dengan gaya menghina dan melihat kemungkaran tanpa beramar ma’ruf nahi mungkar.

  (b) Maksiat telinga. Seperti mendengarkan pembicaraan orang lain, mendengarkan orang yang sedang mengumpat, mendengarkan orang yang sedang namimah, mendengarkan nyanyian- nyanyian atau bunyi-bunyian yang dapat melalaikan ibadah kepada Allah SWT, mendengarkan umpatan, caci maki, perkataan kotor dan ucapan-ucapan yang jahat.

  (c) Maksiat lisan. Seperti berkata-kata yang tidak bermanfaat, berlebih-lebihan dalam percakapan, berbicara hal yang batil, berkata kotor, mencaci maki atau mengucapkan kata laknat baik kepada manusia, binatang, maupun kepada benda-benda lainnya, menghina, menertawakan, atau merendahkan orang lain, berkata dusta, dan lain sebagainya.

  (d) Maksiat perut. Seperti memasukkan makanan yang haram dan syubhat, kekenyangan, makan dari harta milik orang lain yang belum jelas (yang diambil dari harta wakaf tanpa ada ketentuan untuk itu dari orang yang memberikan wakaf)

  (e) Maksiat farji (kemaluan). Seperti tidak menjaga auratnya

  (kehormatan) dengan melakukan perbuatan yang haram, dan tidak menjaga kemaluannya.

  (f) Maksiat tangan, Seperti menggunakan tangan untuk mencuri, merampok, mencopet, merampas, mengurangi timbangan, memukul sesama kaum muslim dan menulis sesuatu yang diharamkan membacanya.

  (g) Maksiat kaki, Seperti kaki janlan sampai ke tempat-tempat yang haram.

  2) Maksiat batin

  Beberapa contoh penyakit batin (akhlak tercela) adalah : a) Marah (ghadab) Dapat dikatakan seperti nyala api yang terpendam di dalam hati, sebagai salah satu hasil godaan setan pada manusia.

  b) Dengki (hasad) Penyakit hati yang ditimbulkan kebencian, iri, dan ambisi.

  c) Sombong (takabur) Perasaan yang terdapat di dalam hati seseorang, bahwa dirinya hebat dan mempunyai kelebihan.

4. Pendidikan Akhlak Pendidikan akhlak adalah perpaduan antara pendidikan dan akhlak.

  Pendidikan itu sendiri adalah proses pengembangan potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, atau keseluruhan proses mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai positif dalam masyarakat ditempat hidupnya (Sumarno, 2006:20). Sedangkan akhlak adalah kehendak dan tindakan yang sudah menyatu dengan pribadi seseorang dalam kehidupannya, sehingga tidak dapat dipisahkan dan tidak lagi memerlukan pertimbangan atau pemikiran untuk menjalankannya (Nasirudin, 2010:31). Jika dilihat dari tujuan pendidikan akhlak itu sendiri bahwa “Tujuan dari pendidikan moral dan akhlak dalam Islam ialah untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci.” (Al-Abrasyi, 1993: 104).

  Jadi dari pengertian di atas dapat diartikan pendidikan akhlak adalah proses pengembangan potensi, kemampuan, dan kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, atau proses mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai positif untuk membawa anak didik ketingkat kedewasaan yang mampu membiasakan diri dengan sifat-sifat yang terpuji dan menghindar dari sifat-sifat yang tercela.

  Kedewasaan ini meliputi aspek kesempurnaan jasmani dan kesempurnaan rohani yang patut dimiliki oleh setiap manusia, sehingga ia dapat membedakan mana yang harus dikerjakan dan mana yang harus ditinggalkan. Oleh sebab itu kedua perbuatan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Kehidupan berakhlak tidak dapat dipisahkan dengan keyakinan beragama. Maka jelas bahwa inti dari pendidikan akhlak selain memberikan bimbingan mental dan jiwa manusia dalam berperilaku atau melakukan kebaikan juga untuk menguatkan mental manusia untuk kedekatannya kepada Tuhan.

5. Al-Qur’an

  Al- Qur’an dari bahasa arab qara’a yang berarti menghimpun, dan

  qira’ah menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang

  lain dengan satu ucapan yang rapi. Sedangkan

  qur’anah berarti bacaan,

  yaitu bacaan-bacaan yang terdiri dari beberapa huruf seperti terkandung dalam Al- Qur’an. Dari segi penamaanya Al-Qur’an adalah kitab suci umat

  Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., sedangkan dari isi

  Al- Qur’an ialah: ”kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

  SAW, Dalam bahasa arab setiap huruf memiliki nilai ibadah membacanya, memiliki mukjizat yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diahiri dengan surat An-

  Nas” (Harahab, 2003: 341-342). Al-Qur’an kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara mutawatir dalam bahasa arab dan jika orang membacanya dinilai ibadah, dan dimulai dari surat Al- fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas.

F. Sitematika Penulisan Skripsi

  Skripsi ini disusun dalam lima BAB yang secara sistematis penjabaranya sebagai berikut: Bab I pendahuluan, pada bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab II Biografi M.Quraish Shihab dan Biografi Tafsir Al-Misbah, seperti: riwayat pendidikan, riwayat organisasi, karya yang dihasilkan dan Biografi Kitab: Latar belakan penulisan Tafsir Al-Misbah.

  Bab III, Dalam bab ini membahas tentang: Penjelasan tafsir surat Yusuf ayat 20-29 dalam tafsir Al-Misbah karya M.Quraish Shihab. Bab IV, Analisa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Al- Qur’an surat yusuf ayat 20-29 pendidikan akhlak studi tafsir Al-Misbah karya M.Quraish Shihab.

  Bab V, Penutup yang memuat kesimpulan dan saran-saran.

BAB II BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN BIOGRAFI TAFSIR AL- MISBAH A. Biografi Quraish Shihab Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Februari 1944. Beliau adalah

  putra keempat dari seorang ulama besar almarhum Prof. H. Abd. Rahman Shihab, guru besar ilmu tafsir dan mantan Rektor UMI dan IAIN Alaudin Ujung Pandang, bahkan sebagai pendiri kedua Perguruan Tinggi tersebut.

  Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang, beliau melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang, bersamaan dengan itu beliau nyantri di Pondok Darul-Hadits Al-Faqihiyyah. Pada tahun 1958, beliau ke Kairo, Mesir, dan diteriama di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar pada tahun 1967. Beliau meraih gelar Lc (S-1) pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadis di Universitas Al-Azhar. Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di fakultas yang sama, dan pada tahun 1969 meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang Tafsir Al-

  Qur’an dengan tesis berjudul Al-I’jaz Al- Tasyri’iy li Al-Qur’an Al-Karim.

  Setelah kembali ke Ujung Pandang, Quraish Shihab dipercayakan untuk menjabat wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada

  IAIN Alauddin Ujung Pandang. Selain itu beliau juga diberi amanah jabatan- jabatan lain baik di dalam kampus seperti: Koordinator pengurus tinggi swasta

  (Wilayah VII Indonesia Bagian Timur), maupun di luar kampus seperti: Pembantu pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental. Selama di Ujung Pandang, beliau juga sempat melakukan penelitian dengan tema” Penerapan kerukunan beragama di Indonesia timur” (1975) dan “ Masalah wakaf Sulawesi Selatan” (1978).

  Pada tahun 1980, Quraish Shihab kembali ke Kairo dan melanjutkan pendidikan di almamaternya yang lama, Universitas Al-Azhar. Pada tahun 1982, dengan disertasi berjudul Nazhm Al-Durar li Al- Biqa’iy, tahqiq wa

  Dirasah, beliau berhasil meraih gelar Doktor dalam ilmu-ilmu Al-

  Quar’an dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan tingkat I (mumtas

  ma’a martabat al-syaraf al-‘ula).

  Setelah kembali ke Indonesia, sejak tahun 1984, Quraish Shihab ditugaskan di fakultas Ushuluddin dan Fakultas paska-Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selain itu, di luar kampus, beliau juga dipercayakan untuk menduduki berbagai jabatan. Antara lain: Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984); Anggota Lajnah Pentashih Al-

  Qur’an Departemen Agama sejak tahun 1989, dan Ketua Lembaga Pengembangan.

  Beliau juga banyak terlibat dalam beberapa organisasi professional; antara lain: Pengurus Penghimpunan Ilmu- ilmu Syari’ah; Pengurus Konsorsium

  Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; dan Asisten Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI). Di sela-sela segala kesibukannya itu beliau juga terlibat dalam berbagai kegiatan ilmiah di

  Shihab juga aktif dalam kegiatan tulis menulis. Di surat kabar pelita, pada setiap hari rabu dan menulis dalam rubrik “Pelita Hati”. Beliau juga mengasuh rubrik “Tafsir Al-Amanah” dalam majalah dua mingguan yang terbit di Jakarta, Amanah. Selain itu beliau juga tercatat sebagai anggota Dewan Redaksi majalah

  ulumul Qur’an dan Mimbar Ulama, keduanya terbit di

  Jakarta. Selain kontribusinya untuk berbagai buku suntingan dan jurnal-jurnal ilmiah, dan sudah banyak karya beliau yang di terbitkan sampai saat ini (Shihab 1995:6).

B. Karya-karya yang telah di hasikan M. Quraish Shihab

  Selain menjabat di berbagai istansi lembaga tertentu beliau juga mempunyai aktifitas dalam bidang menulis beliau mempunyai banyak karya. Meskipun dalam latar belakang keilmuanya beliau lebih dikenal ulama ahli tafsir akan tetapi dalam karyanya beliau mempunyai banyak karya yang bukan hanya fokus dalam bidang tafsir. Beliau juga berkarya menuliskan dalam hal keagamaan yang menyangkut ibadah keseharian, fenomena budaya dan sosial kemasyarakatan. Akan tetapi beliau tidak meninggslkan dari pendekatan dalam bidang Al-

  Qur’an. Dibawah ini adalah beberapa karya beliau yang telah dibukukan.

1. Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang, IAIN

  Alauddin, 1984); 2. Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur'an

  (Jakarta: Lentera Hati, 1998); 3. Membumikan al-Qur'an; Fungsi dan Kedudukan Wahyu dalam Kehidupan

  Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994); 4. Wawasan al-Qur'an; Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat

  (Bandung: Mizan, 1996);

5. Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (15 Volume,

  Jakarta: Lentera Hati, 2003); 6. Logika Agama; Kedudukan Wahyu & Batas-Batas Akal Dalam Islam

  (Jakarta: Lentera Hati, 2005); 7. Rasionalitas al-Qur'an; Studi Kritis atas Tafsir al-Manar (Jakarta: Lentera

  Hati, 2006); 8. Menabur Pesan Ilahi; al-Qur'an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat

  (Jakarta: Lentera Hati, 2006); 9. Sunnah - Syiah Bergandengan Tangan! Mungkinkah?; Kajian atas Konsep

  Ajaran dan Pemikiran (Jakarta: Lentera Hati, Maret 2007); 10. M. Quraish Shihab Menjawab; 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda

  Ketahui (Jakarta: Lentera Hati, 2008); 11. M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan yang Patut Anda

  Ketahui (Jakarta: Lentera Hati, Maret 2010); 12. Membumikan al-Qur'ân Jilid 2; Memfungsikan Wahyu dalam Kehidupan

  (Jakarta: Lentera Hati, Februari 2011); 13. Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, dalam sorotan Al-Quran dan

  Hadits Shahih (Jakarta: Lentera Hati, Juni 2011); 14. Tafîr Al-Lubâb; Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-Qur'ân (Boxset terdiri dari 4 buku) (Jakarta: Lentera Hati, Juli 2012).

C. Latar Belakang Penulisan Tafsir 1.

  Latar Belekang Penulisan Tsfsir Pengambilan nama Al-Misbah pada kitab tafsir yang ditulis oleh

  Quraish Shihab ditujukan agar tafsir tersebut berfungsi serupa dengan makna Misbah yang berarti lampu, pelita, lentera atau benda lain yang berfungsi sebagai penerangan bagi mereka yang berada dalam kegelapan. Sehingga ia berharap tafsir yang ditulisnya dapat memberikan penerangan dalam mencari petunjuk dan pedoman hidup terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam memahami makna al- Qur’an secara langsung karena kendala bahasa.

  Tafsir al-Misbah adalah karya monumental Muhammad Quraish Shihab dan diterbitkan oleh Lentera Hati. Tafsir al-Misbah diselesaikan selama kurang lebih empat tahun oleh penulisnya. M. Quraish Shihab memulai menulis di Kairo, Mesir pada hari Jum’at 4 Rabi’ul Awal 1420 H/18 Juni 1999 M dan selesai di Jakarta Jum’at 8 Rajab 1423 H/5 September 2003.

  Niat awal menulisnya secara sederhana bahkan merencanakan tidak lebih dari tiga volume, namun kenikmatan ruhani justru lebih dirasakan ketika ia semakin mengkaji, membaca dan menulis tafsirnya hingga tanpa terasa karya ini mencapai lima belas volume. Satu hal yang membuat hati Quraish Shihab tergugah dan membulatkan tekad dalam penyusunan kitab tafsirnya adalah ketika di Mesir ia menerima salah satu surat yang ditulis oleh orang tak dikenal dan menyatakan bahwa: “Kami menunggu karya ilmiah pak Quraish yang lebih serius.” (Shihab, 2003:Vol.15 h.penutup).

  Tafsir al-Mishbah adalah sebuah tafsir al- Qur’an lengkap 30 Juz lengkap. Penulis memberi warna yang menarik dan khas serta sangat relevan untuk memperkaya khazanah pemahaman dan penghayatan umat Islam terhadap rahasia makna ayat Allah swt.

2. Metode dan Sistematika Penulisan Tafsir Al Misbah

1. Metode Al-Tahlili

  Dilihat dari metode yang digunakan dalam tafsir Al-Misbah, M.Quraish Shihab menafsirkan menggunakan metode Al-Tahlili.

  Metode Al-Tahlili menurut istilah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al- Qur’an dari seluruh aspeknya dan mengungkapkan maksud-maksudnya secara terrinci sesuai urutan ayat dan surat Al-

  Qur’an Mushhaf `Utsmani, (Budihardjo 2012:132).

  Al -Tafsir al-tahlili adalah metode tafsir yang bermaksud

  menjelaskan kandungan Al- Qur’an dari seluruh aspeknya. Didalam tafsir tahlili, mufasir mengikuti urutan ayat dan surat sebagai mana yang telah disusun di dalam mushaf `Utsmani. Mufasir memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata yang di ikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat. Mufasir juga mengemukakan

  munasabah (korelasi) ayat-ayat dan menjelaskan hubungan maksud

  ayat-ayat tersebut satu sama lain, membahas sabab-al nuzul (latar belakang terunnya ayat) jika ada, dan menyampaikan dalil-dalil dariu hasits, atau dari sahabat, dan atau dari para tabiin (Budihardjo 2012:132) dan segala segi yang di anggap penting oleh mufasir

  tajzi’iy

  auat tahliliy diuraikan, bermula dari arti kosakata, asbab al-nuzul, munasah, dan lain-lain yang kaitan dengan teks atau kandungan ayat.

  Metode ini, walaupun dinilai sangat luas, namun tidak menyelesaikan satu pokok bahasan, karena sering kali satu pokok bahasan diuraikan sisinya atau keterkaitannya, pada ayat lain (Shihab 1995:86). Jadi penafsiran dengan metode Al-Tahlili adalah menguraikan ayat dengan mengemukakan arti kosa kata yang diikuti dengan penjelasan mengenai arti global ayat. Selanjutnya dikemukakan korelasi ayat-ayat dan menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut dati dengan yang lain, membahas latar belakang terunnya ayat jika ada, dan menyampaikan dalil-dalil dari hasist, atau dari sahabat, dan atau dari para tabiin dan segala segi yang dianggap penting.

2. Metode Bil Ma’sur

  Jika dilihat dari cara penafiran M. Quraish Shihab dalam kitab tafsir Al-Misbah secara umum termasuk tafsir bil- ma’sur. Dalam penafsiranya M. Quraish Shihab menafsirkan ayat dengan pertimbangan ayat yang mendukung dan juga denagn menambahkan penafsiran yang pernah di kemukakan oleh mufasir yang lain, sebagai bahan penguat penafsiran dan banyak pula memasukan hadist yang mendukung konteks dalam ayat yang ditafsirkan, untuk membuktikan dan mempertimbangkan penafirannya.

  Tafsir

  bil ma’sur sering juga disebut, ”bir-riwayah atau disebut

  juga tafsir bin-naql karena tafsir bul-

  ma’sur adalah penafsiran Al-

  Qur’an atau hadist atau ucapan sahabat untuk menjelaskan kepada sesuatu yang dikehendaki Allah SWT. Dan dalam tafsir bil-

  ma’sur

  sendiri terbagi menjadi tiga. Adakalanya penafsiran Al- Qur’an dengan ayat Al-

  Qur’an, penafsiran Al-Qur’an dengan Hasist Nabi, dan

  2001:99-100). Jadi penafsiran bil-

  ma’sur adalah cara menafsirkan ayat

  dengan ayat, penafsiran ayat Al- Qu’an sengan Hadis Nabi, dan penafsiran ayat Al- Qur’an dengan ucapan sahabat.

  

BAB III

DESKRIPSI PENELITIAN A. Tafsir Al-Misbah Q.S Yusuf Ayat 20-29 1. Tafsir Ayat 20        

   

  Dan mereka menjualnya dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham yang dapat dihitung dan mereka bukanlah orang-orang yang tertarik hatinya.

  Dalam tafsir Al-Misbah perjalanan para penemu Yusuf berfikir panjang tentang anak yang di temukan itu. Benak kekhawatiran yang muncul dalam benak mereka. Boleh jadi mata mereka tidak melihat keistimewaan-keistimewaannya. Maka, ketika mereka sampai di Mesir, mereka membawa ke pasar dan pembeli pun mereka temukan. Setelah tawar-menawar, dan akhirnya mereka memnjualnya dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham yang dapat di hitung dengan jari, yakni sangat murah dan mereka bukankah orang-orang yang tertarik hatinya kepada Yusuf. Mereka menjualnya dengan harga murah, khawatir orang tuanya atau tuannya mencari dan menemukannya. Atau para pembelinya menampakkan ketidaktertarikan agar harga dapat lebih murah dari yang ditawarkan. penafsiran kata bakhs/murah. Dalam tafsir Al-Misbah

  ( سخب)

  karya Quraish Shihab (2012:41) pada mulanya berarti kekurangan akibat kecurangan, baik dalam bentuk mencela atau memperburuk, sehingga tidak disenanngi, atau penipu dalam nilai atau kecurangan dalam timbangan dan takaran dengan melebihkan atau mengurangi.

  Dalam tafsir Nurul Quran (2005:463) dengan sendirinya ketika seseorang menjual sesuatu dengan cepat dia tidak bias memperoleh harga yang baik bagi barangnya. Dan di akhir ayat, Allah mengatakan dan mereka merasa tidak tertarik kepada Yusuf.

  Dalam tafsir ayat di atas menerangkan bahwa para penemu Yusuf ingin membawa Yusuf ke Mesir untuk dijual. Karena para penemu Yusuf khawatir jika orang tuanya akan menemukan Yusuf, Sehingga dengan penawaran-penawaran Yusuf terjual dengan harga yang murah, yang harganya tidak sesuai dengan harga yang pantas namun karena hal yang mendesak tersebut ahirnya Yusuf terjual gengan harga yang sangat murah.

2. Tafsir Ayat 21

                                