KONSEP PENDIDIKAN MORAL DAN SPIRITUAL DALAM SURAT ALI IMRAN AYAT 133-135 SKRIPSI

  

KONSEP PENDIDIKAN MORAL DAN SPIRITUAL

DALAM SURAT ALI IMRAN AYAT 133-135

SKRIPSI

  

Disusun Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

ANANTA BAYU KRISNANDAR

NIM: 111-12-052

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

MOTTO

Bukanlah Harta Yang Menjadikanmu Dicintai Oleh Allah SWT,

Namun Iman Dan Takwamulah Yang Menyebabkan Engkau Dicintai-

  

Nya

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil ‟alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

  skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1.

  Bapak Sidik Istanto dan Ibu Sri Sudarsi yang senantiasa memberikan nasehat dan yang telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.

  2. Kakak serta adik tercinta Rifki Yudha Rasyid, Anaga Tiger Setyawan, Anjani Dewi Pangestuti dan Arcsindha Chika Riffiani yang selalu memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.

  3. Keluarga besar Bapak Kusnan (alm) serta Ibu Sarti, Siti Sangadah, Siti Jamiah, Muhammad Supyan serta Nahnul Karim yang banyak memberikan limpahan do‟a, motifasinya serta materi.

  4. Mas Imam Agus Arafat, Slamet Ikhwan Lukmanto, Wahyu Najib Fikri dan seluruh teman yang selalu menemani dalam setiap langkah ketika masa kuliah.

  5. Sahabat baik Andika Sapriyanto, Riko Ilham Ramadhan, Ali Murtadho, Muhammad Fathoni serta Oz Dahlan yang senantiasa mendukung serta mengingatkan ketika salah.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul

  “Konsep Pendidikan Moral dan

  Spiritual Dalam Surat Ali Imran Ayat 133- 135.”

  Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Bapak Muh. Hafidz, M.Ag. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  

ABSTRAK

  Krisnandar, Ananta Bayu. 2017. Konsep Pendidikan Moral dan Spiritual Dalam Surat Ali Imran Ayat 133-135.

  Kata kunci: Konsep, Pendidikan, Moral, Spiritual

  Dalam prespektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dapat memperkaya khazanah berfikir manusia dan bermanfaat untuk pengembangan itu sendiri.

  Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditemukan bahwa pendidikan dicanangkan untuk mengembangkan potensi moralitas dan potensi spiritual dari tiap-tiap individu. Sementara itu dalam kebijakan nasional, antara lain ditegaskan bahwa pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses bangsa dan negara. Dalam hal ini nilai-nilai moralitas dan spiritual sangatlah penting diterapkan kepada setiap individu melalui pendidikan moral dan pendidikan spiritual.

  Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan nilai-nilai pendidikan moral dan spiritual serta mengetahui sekaligus mengamalkan bagaimana nilai-nilai pendidikan moral spiritual yang terkandung dalam Q.S. Ali Imran: 133-135. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana nilai- nilai pendidikan moral dan spiritual yang terkandung dalam Q.S. Ali Imran: 133- 135. 2) Bagaimana implementasi nilai pendidikan moral spiritual dalam kajian Q.S. Ali Imran: 133-135.

  Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library reserch), yaitu suatu bentuk penelitian terhadap literatur dengan pengumpulan data atau informasi dalam Al-

  Qur‟an surat Ali Imran ayat 133-135 dengan bantuan buku- buku yang berkaitan tentang moral dan spiritual, yang ada di perpustakaan dan materi pustaka yang lainnya. Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah analisis deskriptif dan content analysis.

  Berdasarkan telaah dari literature, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Nilai-nilai pendidikan moral yang terkandung dalam surat Ali Imran ayat 133-135, antara lain: berinfaq dalam keadaan luang maupun sempit, menahan amarah, memaafkan kesalahan orang lain, bersegera kepada ampunan Allah, bersegera kepada surga serta memperbanyak istighfar. 2. Implementasi pendidikan moral spiritual dalam kehidupan sehari-hari yang terkandung dalam surat Ali Imran ayat 133-135, antara lain: sedekah, infaq, sabar, memberi maaf, taubat, bersegera dalam mengerjakan kebaikan serta memperbanyak istighfar.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... v MOTTO............................................................................................................ vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7 E. Definisi Operasional ...................................................................... 8 F. Metode Penelitian .......................................................................... 11 G. Sistematika Penulisan .................................................................... 13 BAB II KOMPILASI AYAT A. Redaksi Ayat dan Terjemahan Surat Ali Imran Ayat 133-135 ...... 15 B. Makna Mufrodat............................................................................. 15 C. Kandungan Surat Ali Imran Ayat 133-135 .................................... 25 1. Kandungan Surat Ali Imran Secara Umum .............................25

  2. Kandungan Surat Ali Imran Ayat 133-135 .............................26

  BAB III ASBABUN NUZUL DAN MUNASABAH AYAT A. Surat Ali Imran Ayat 133-135 ....................................................... 32 B. Asbabun Nuzul .............................................................................. 35 C. Munasabah Ayat .......................................................................... 40 1. Munasabah Ayat ................................................................... 41 2. Munasabah Surat .................................................................... 48 BAB IV PEMBAHASAN A. Nilai-nilai Pendidikan Moral Dan Spiritual dalam Surat Ali Imran Ayat 133-135 ................................................................................. 51 B. Implementasi Nilai-nilai PendidikanMoral Dan Spiritual dalam Pendidikan Formal ........................................................................ 71 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................... 98 B. Saran .............................................................................................. 100 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 101 RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ 104

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam prespektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan

  dimaknai orang secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing- masing dan teori yang dipegangnya. Terjadinya perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik merupakan sesuatu yang lumrah, bahkan dapat memperkaya khazanah berfikir manusia dan bermanfaat untuk pengembangan itu sendiri. Untuk mengetahui definisi pendidikan dalam prespektif kebijakan, kita telah memiliki rumusan formal dan operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni:

  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Samani, 2011: 26).

  Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditemukan bahwa pendidikan dicanangkan untuk mengembangkan potensi moralitas dan potensi spiritual dari tiap-tiap individu. Sementara itu dalam kebijakan nasional, antara lain ditegaskan bahwa pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses bangsa dan negara. Dalam hal ini nilai-nilai moralitas dan spiritual sangatlah penting diterapkan kepada setiap individu melalui pendidikan moral dan pendidikan spiritual.

  Pada taraf permulaan ini, perlu adanya penunjukan bahwasanya moral benar-benar ada, dan orang tidak dapat memungkirinya. Adanya keyakinan tentang moral dan keharusannya itu dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Kalau diteliti secara seksama lagi, nampak bahwa moral berarti acuan bahwa hidup itu mempunyai arah tertentu meskipun arah tersebut pada saat ini belum dapat dipahami atau dilihat sepenuhnya (Poespoprodjo, 1988: xvii).

  Moral dipandang sebagai suatu struktur pemikiran bukan isi. Dengan demikian penalaran moral bukanlah tentang apa yang baik ataupun apa yang buruk, tetapi tentang bagaimana seseorang berpikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik atau buruk. Penalaran- penalaran inilah yang menjadi indikator dari tingkatan atau tahap kematangan moral. Memperhatikan penalaran mengapa suatu tindakan salah, akan lebih memberi penjelasan daripada memperhatikan perilaku seseorang atau bahkan mendengar pernyataan bahwa sesuatu itu salah (Budiningsih, 2013: 25).

  Masalah moral adalah masalah yang pertama-tama muncul pada diri manusia, secara ideal maupun real dan masalah moral adalah masalah normatif. Dengan perubahan zaman yang semakin maju, secara otomatis juga telah merombak tatanan kehidupan dalam masyarakat. Dapat diambil contoh bahwa pada zaman dahulu dalam proses pembelajaran antara murid dan guru saling menghormati dan menghargai. Berbeda dengan kehidupan remaja pada zaman sekarang yang modern dan pluralistik telah memberikan warna yang bervariasi dalam berbagai segi.

  Pola berpikir yang berlaku dalam tradisi yang hidup (living

  

tradition ) mencakup beberapa faktor yang saling terkait. Menyebut di

  antaranya adalah sistem pendidikan dan pengajaran, pengasuhan anak dalam keluarga, pengaruh lingkungan, pemikiran keagamaan, setting sosial dan pelatihan intelektual. Masing-masing dari sekian banyak aspek tersebut tidak berdiri dengan sendirinya namun saling berkaitan. Sistem etika ataupun moral, sebenarnya lebih luas cakupannya daripada hanya terfokus pada konsep-konsep keagamaan. Oleh karena itu, nilai-nilai moral secara eksplisit atau implisit erat berkaitan dengan sosiologi (Abdullah, 1995: 143).

  Menurut Poespoprodjo, (1988: 102), mengatakan bahwa moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang dengan itu kita berkata bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup pengertian tentang baik buruknya perbuatan manusia. Moralitas dapat bersifat objektif ataupun subjektif. Moralitas objektif memandang perbuatan semata sebagai suatu perbuatan yang telah dikerjakan, bebas lepas dari pengaruh-pengaruh sukarela dari pengaruh-pengaruh pihak pelaku. Lepas dari segala keadaan khusus si pelaku yang dapat mempengaruhi atau menguasai penguasaan diri dan bertanya apakah orang yang sepenuhnya menguasai dirinya diizinkan dengan sukarela menghendaki perbuatan tersebut. Sedangkan moralitas subjektif adalah moralitas yang memandang perbuatan sebagai perbuatan yang dipengaruhi pengertian dan persetujuan si pelaku sebagai individu. Hal tersebut juga dipengaruhi, dikondisikan oleh latar belakangnya, pendidikannya, kematangan emosionalnya dan sifat-sifat pribadi lainnya.

  Selain dua sifat moralitas di atas, pembagian moral masih sangat beragam, salah satunya adalah moralitas intrinsik dan ektrinsik. Moralitas intrinsik memandang perbuatan menurut hakikatnya bebas lepas dari setiap bentuk hukum positif.

  Moralitas ektrinsik adalah moralitas yang memandang perbuatan sebagai sesuatu yang diperintahkan ataupun dilarang oleh seseorang yang berkuasa, atau oleh hukum positif, baik dari manusia asalnya maupun dari Tuhan (Poespoprodjo, 1988: 103).

  Dalam lingkungan pendidikan saat ini, pencanangan akan pendidikan moral dan spiritual sangat ditekankan. Alasan penekanan pendidikan moral dan spiritual tersebut adalah mengingat banyak sekali pelanggaran-pelanggaran moral yang terjadi. Salah satu penyebab pelanggaran-pelanggaran tersebut ialah minimnya nilai spiritual pada diri seseorang.

  Pendidikan moral adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Pendidikan moral telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional dan pengembangan etika siswa. Hal tersebut merupakan upaya proaktif yang dilakukan baik sekolah maupun pemerintah untuk membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etika dan nilai-nilai kinerja, seperti kepedulian, kejujuran, kerajinan, ketabahan, tanggung jawab serta menghargai diri sendiri dan orang lain (Samani, 2011: 43).

  Sedangkan pendidikan spiritual, menurut Gunarsa, (1981: 69), adalah pembersihan jiwa atau perjalanan menuju Allah, atau istilah-istilah lain atau yang ditemukan dalam terminologi sufisme. Adapun dalam buku- buku pendidikan spiritual, secara umum, seluruhnya dituangkan pada satu wajah yang sama yakni perpindahan dari jiwa yang kotor menuju jiwa yang bersih, dari akal yang belum tunduk pada syariat menuju akal yang sesuai dengan syariat, dari hati yang keras dan berpenyakit menuju hati yang tenang dan sehat. Singkatnya ialah dari yang kurang sempurna menuju yang lebih sempurna dalam kebaikan dan mengikuti Rasulullah baik perkataan, tingkah laku dan keadaannya.

  Pendidikan spiritual merupakan bagian pendidikan yang memberikan pengaruh kuat pada kepribadian seseorang, menjadikan cenderung kepada kebaikan, berhias dengan sifat-sifat mulia, berpegang teguh dalam pribadi dan tingkah laku kepada akhlak mulia dengan teguh dan konsisten, senang membantu yang lain dan cinta akan tolong menolong serta senantiasa memohon dan berlindung kepada Allah (Hurlock, 1993:43).

  Dalam kerangka sudut pandang seperti itu, akan sangat menarik untuk mengkaji hubungan pendidikan moral dan spiritual dengan ajaran Islam. Dalam ajaran Islam itu sendiri sangat banyak diterangkan mengenai anjuran untuk memiliki moral yang baik, serta mampu memahami nilai- nilai spiritual keagamaan. Anjuran untuk memiliki moral serta spiritual yang baik salah satunya terdapat dalam Q.S Ali Imran ayat 133-135 yang berbunyi:

  

  

  

 

 

  

  

 

 

 

   

 

  

  

  

  

  

   

   

    

  Artinya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan juga orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

  Dari ayat di atas, sangat banyak makna tersirat yang menyinggung mengenai permasalahan moral dan spiritual. Kajian dari ayat tersebut adalah mengenai konsep keimanan atau aqidah dan juga mengenai konsep perbuatan atau akhlak.

  Berdasarkan latar belakang di atas, penulis terdorong untuk mengkaji lebih dalam tentang “Konsep Pendidikan Moral dan Spiritual

  Dalam Surat Ali Imran Ayat 133- 135.” B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan gambaran masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

  1. Apa saja nilai-nilai pendidikan moral dan spiritual yang terkandung dalam Q.S. Ali Imran: 133-135?

  2. Bagaimana implementasi nilai pendidikan moral spiritual dalam pendidikan formal sesuai kajian Q.S. Ali Imran: 133-135?

C. Tujuan Penelitian

  Adapun dalam tujuan ini yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk menjelaskan nilai-nilai pendidikan moral dan spiritual yang terkandung dalam Q.S. Ali Imran: 133-135.

  2. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai pendidikan moral spiritual dalam pendidikan formal sesuai kajian Q.S. Ali Imran: 133-135.

D. Manfaat Penelitian

  Adapun kegunaan atau manfaat penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan ini ialah:

  1. Untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

  2. Agar dapat memberikan gambaran bagi pembaca akan pentingnya nilai moral spiritual yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat.

  3. Memberikan pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca untuk selalu menjaga akhlak mulia dan melaksanakannya.

E. Definisi Operasional

  Untuk menghindari kekeliruan pembaca dalam memahami istilah dalam judul penelitian ini, maka peneliti menjelaskan definisi-definisi operasionalnya. Beberapa istilah yang dianggap perlu untuk dijelaskan antara lain sebagai berikut:

1. Konsep

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2007:198) konsep berarti rancangan atau buram surat dan lannya; ide atau pemikiran yang diabstrakkan dalam pemikiran konkret. Bahri, (2008: 30) mengemukakan dalam bukunya Pemberdayaan Masyarakat: “Konsep dan Aplikasi” bahwa konsep adalah satuan arti yang sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang mempunyai konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga.

  Konsep juga berarti ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata (Daroeso, 1986:5).

  Menurut Singarimbun dan Effendi (1989:34) konsep ialah abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu.

2. Pendidikan

  Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2007:211) berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Samani, 2011:26).

  Memelihara dan memberi latihan, ajaran, bimbingan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran: didikan: hasil didikan; bingung, bodoh (Zubaidi, 2002:12). Pendidikan adalah menjadikan pengajaran di sekolah makin bersifat kegiatan belajar, dan pendidikan di luar sekolah terprogram dan produktif, untuk menuju tercapainya seutuhnya dengan segala kekayaan kepribadiannya, cara mengaturnya yang kompleks dan dalam segala kewajibannya sebagai perorangan, keluarga dan anggota masyarakat, sebagai penduduk dan penghasil atau penemu teknik-teknik dan pemimpin yang kreatif, serta masyarakat yang terus belajar, yaitu masyarakat yang anggotanya tidak lagi asyik mencari pengetahuan sekali saja untuk lama-lamanya sepanjang hidupnya, tetapi harus belajar membangun suatu badan pengetahuan untuk seumur hidup yang senantiasa berk embang yaitu “belajar untuk hidup” (Hartono, 2002:7).

  3. Moral Kata moral berasal dari kata

  “mores” (Bahasa Latin) yang berarti

  tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:205). Moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yang membicarakan salah atau benar (Budiningsih, 2013:24).

  Moral adalah suatu perbuatan atau tingkah laku manusia yang timbul karena adanya interaksi antara individu-individu di dalam pergaulan” (Daroeso, 1986:22).

  4. Spiritual Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2007:226) spiritual berarti berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin).

  Spiritualitas merupakan dimensi yang berbeda dari perbedaan individu. Sebagai dimensi yang berbeda, spiritualitas membuka pintu untuk memperluas pemahaman kita tentang motivasi manusia dan tujuan hidup manusia serta cara untuk mengejar dan usaha untuk mencapai kepuasan diri (Piedmont, 2001: 9).

  Spiritual juga memiliki pengertianpencarian arti dalam kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem keoercayaanseseorang yang mana akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi (Hanafi, 2005: 4) F.

   Metode Penelitian 1. Desain Penelitian

  Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kepustakaan (library reserch), yaitu suatu bentuk penelitian terhadap literatur dengan pengumpulan data atau informasi dalam Al-

  Qur‟an surat Ali Imran ayat 133-135 dengan bantuan buku- buku yang berkaitan tentang moral dan spiritual, yang ada di perpustakaan dan materi pustaka yang lainnya.

  Sebagai bahan parameter analisis perbandingan yang dimaksud dengan library research adalah penelaahan kepustakaan yakni penelitian yang berusaha mencari teori-teori, konsep-konsep generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan.

  Dari sisi lain, penelitian kepustakaan adalah studi yang sumbernya digali dari buku-buku, disertai dengan indek penerbitan berkala (majalah atau surat kabar), sistem penyimpanan dan pencarian informasi (Furchan, 1982: 98).

2. Sumber Data a.

  Sumber Data Primer

  Sumber data primer adalah sumber data utama yang akan dikaji dalam permasalahan. Karena sifat dari penelitian literatur, maka datanya bersumber dari literatur. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku tafsir Al- Qur‟an Surat Ali Imran ayat 133-135.

  b.

  Sumber Data Sekunder Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini ialah buku-buku yang berisi tentang kajian moral dan spiritual yang membantu dalam pembahasan skripsi ini yang ada di dalamnya.

3. Metode Analisis Data

  Dalam menganalisis data dari pengumpulan data yang telah dilakukan penulis menggunakan analisis data sebagai berikut: a.

  Deskriptif Sebagai pembahasan yang bersifat literatur, maka segala sesuatu yang berhubungan dengan topik pembahasan hasil penelitian secara apa adanya sejauh yang penulis peroleh. Adapun teknik deskriptif yang penulis pergunakan adalah analisis kualitatif, dengan analisis ini akan diperoleh gambaran sistematika mengenai isi buku untuk diteliti isinya.

  b.

  Content Analysis Metode ini digunakan untuk memperoleh pemahaman isi dan makna dari berbagai data dalam penelitian, yang analisis ini menghendaki objektifitas, pendekatan sistematik dan generalisasi, baik yang mengarah pada isi maupun yang mengarah pada makna, terutama dalam perbuatan dan penarikan kesimpulan.

G. Sistematika Penelitian

  Sistematika yang dimaksud oleh penulis di sini adalah gambaran singkat tentang subtansi pembahasan secara garis besar. Agar dapat memberi gambaran yang lebih jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi, maka penulis membagi sistematika ke dalam lima bab sebagai berikut:

  BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini penulis menjabarkan mengenai pokok permasalahan yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian dan Sistematika Penelitian.

  BAB II : Kompilasi ayat-ayat. Dalam bab ini penulis menguraikan kajian umum tentang konsep moral spiritual, dilanjutkan penghimpunan segala ayat-ayat yang berhubungan dengan konsep moral spiritual yang terkandung dalam Al-

  Qur‟an Surat Ali Imran Ayat 133-135

  BAB III : Asbabun Nuzul dan Munasabah. Dalam bab ini menguraikan tentang sebab-sebab turunnya ayat dan sebab-sebab munculnya hadits yang menerangkan tentang pendidikan moral spiritual, selain itu di dalam bab ini juga menerangkan ayat-ayat ataupun hadits- hadits yang berhubungan dengan ayat atau hadits yang berkaitan dengan pendidikan moral spiritual.

  BAB IV : Pembahasan. Dalam bab ini penulis menjabarkan tentang nilai pendidikan moral spiritual yang terkandung dalam Al- Qur‟an surat

  Ali Imran ayat 133-135 yang meliputi: Pengertian Moral dan Spiritual, Nilai-nilai Moral dan Spiritual yang Terkandung Dalam Al-

  Qur‟an Surat Ali Imran Ayat 133-135 serta Pokok-pokok Nilai Moral Spiritual Dalam Al- Qur‟an Surat Ali Imran Ayat 133-135.

  BAB V : Merupakan kesimpulan dari seluruh uraian yang telah dikemukakan dan merupakan jawaban dari permasalahan tulisan ini.

BAB II KOMPILASI AYAT A. Redaksi Ayat dan Terjemahan Surat Ali Imran Ayat 133-135

                                      

             

     (133) Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang- orang yang bertakwa.(134) (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan juga orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (135) Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

B. Makna Mufradat 1.

  Mufradat ayat 133 berasal dari kata yang berarti

  ا ُعُسْس – – ًحَػْسُس َي َعُسَس ُْػِزاَس bersegera, cepat, lekas (Yunus, 2007:168).

  Dalam ayat ini menegaskan bahwa Allah menyeru kepada umat manusia untuk menyegerakan diri kepada ampunan Allah dan kepada surgaNya. berasal dari kata yang artinya menutupi

  اًسُفَغ – – َسَفَغ ُسِفْغَي ٍَسِفْغَه

  sesuatu (Yunus, 2007:298). Ampunan berarti pembebasan dari hukuman atau tuntutan. Dalam ayat ini diterangkan bahwasanya kita diperintahkan untuk menyegerakan diri dalam meraih ampunan Allah. Al-Razi (2000:199) berpendapat, tidak ada jalan untuk meraih ampunan Allah selain melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.

  berasal dari kata yang memiliki arti

  ْنُكِّتَز اًّتَز ُّبُسَي َّبَز

  mengasuh, memimpin (Munawwir, 1997:462). Allah adalah Ar-Rabb, pemelihara seluruh makhlukNya. Bentuk tarbiyah Allah kepada makhlukNya ialah, Allah membimbing para manusia untuk beriman, Allah memberi taufik mereka untuk mencintai iman, lalu Allah sempurnakan iman mereka serta Allah hilangkan segala penghalang antara diri mereka dan imannya (As- Sa‟di, 2006:39). berasal dari kata yang artinya menutup

  • – – ٍحٌََّج اًٌَّج ُّيُجَي َّيَج

  (Yunus, 2007:92). Alasan kenapa disebut demikian ialah karena pohon- pohon yang ada di dalamnya sangat lebat sehingga dapat digunakan untuk berteduh di bawahnya.

  “Jannah” dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai taman yang di dalamnya terdapat pohon-pohon (Makhluf,

  1998:74). Dalam ayat ini Allah juga memerintahkan kita untuk meraih surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang- orang bertakwa.

  berasal dari kata yang artinya

  • – –

  ٌضْزَأ اَُِضْسَػ َىُْْضَزَأ ىِضاَزَأ

  tanah, bumi (Yunus, 2007:38). Bumi adalah sesuatu yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini. Dalam agama Islam, proses penciptaan bumi ini dapat dilihat dalam surat Al-

  Anbiya ayat 30 yang artinya, “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya, dan dari air kami ciptakan sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” Dari ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwasanya Allah menciptakan bumi dan langit dalam satu kesatuan.

  • yang berasal dari kata yang artinya

  ُخاَّاَوَّسلا خاََْوَس ءاَوَّسلا

  langit (Yunus, 2007:180). Dalam ayat ini Allah menegaskan kepada umat manusia bahwa ampunan Allah itu seluas langit dan bumi. Serta ampunan tersebut diberikan kepada setiap orang yang bertakwa. yang berasal dari kata yang artinya

  • – – اًّدَػ ُّدُؼَي َّدَػ ْخَّدِػُأ

  menyediakan (Yunus, 2007:256). Dalam ayat ini Allah menyediakan kepada umat Allah yang bertakwa berupa ampunan dan surga yang sangat luas. kata tersebut berarti orang yang bertakwa. Takwa berasal

  َيْيِمَّتُوْلِل

  dari kata yang berarti takut,

  • – – – – – َّقَّ ًحَيِلاَّ اًيُلَّ ىِمَي َقَّ

    ًحَياَلِّ

  menjaga, melindungi dan memelihara (Yunus, 2007:504). Sesuai dengan makna estimologis tersebut, maka takwa dapat diartikan sebagai sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten. Dalam ayat ini orang-orang yang bertakwa telah dijanjikan oleh Allah bahwa mereka akan mendapatkan balasan yaitu surga.

2. Mufradat ayat 134

  • berasal dari kata

  اًمَفًَ اًلاَفًَ ًَ – – – – ُكَفٌَْي ُكُفٌَْي َكَف َىُْْمِفٌُْي َكِفًَ

  yang berarti berkurang dan juga dapat berarti hilang atau pergi (Yunus, 2007:463).

  “An-nafaqah” dalam bahasa Indonesia disebut dengan nafkah.

  Nafkah adalah sejumlah uang atau barang yang diberikan oleh seseorang untuk keperluan hidup orang lain. Dalam ayat ini dijelaskan salah satu ciri-ciri orang bertakwa adalah orang yang menafkahkan hartanya baik diwaktu senang maupun diwaktu susah. Karakter pertama orang-orang yang bertakwa adalah gemar menginfakkan hartanya. Dalam ayat tersebut, al-

  maf‟ul bih (obyek) pada kata “yunfiquuna” tidak disebutkan.

  Tidak adanya al-

  maf‟ul bih itu menunjukkan bahwa infak yang mereka

  lakukan itu mencakup semua infak yang terpuji (Asy-Syiddiqy, 2000:136). berasal dari kata yang berarti

  • – - – ًزُّْسُس ُّسُسَي َّسَس ِءآَّسَّسلَأ ًجَّسَسَه

  mudah, senang, gembira (Yunus, 2007:169). Maksud dari kata mudah tersebut ialah tidak memerlukan banyak tenaga atau pikiran dalam mengerjakan sesuatu. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa tidak ada batasan dalam berinfak. Namun tentu saja infak yang dikeluarkan juga mengikuti kondisi, besar ketika kaya, kecil ketika kekurangan. Akan tetapi besar kecilnya nilai infak tidak berdasarkan banyak atau sedikit jumlah yang dikeluarkan melainkan dari sisi keikhlasannya.

  • – berasal dari kata

  اًّسُض ُّسُضّي – – – َزَّسَض اًّسَض َّسَض ِءآَّسَّضلاَّ

  yang berarti melarat (Yunus, 2007:226). Kata ini berarti

  “al-„usr” yang

  berarti sulit. Maksud dari kata sulit ialah memerlukan banyak tenaga maupun pikiran dalam mengerjakan sesuatu. Dalam ayat ini diterangkan bahwasanya berinfak tidak hanya bisa dilakukan ketika dalam keadaan lapang saja, akan tetapi juga bisa ketika dalam keadaan sempit. Alasannya ialah tidak ada batasan jumlah dalam berinfak. Yang menjadi kadar besar kecilnya nilai infak adalah dari keikhlasannya. berasal dari kata yang

  • – – – َيْيِوِظَكْلا اًهُْظُك اًوَظَك ُنِظُكَي َنَظَك

  berarti menahan (Yunus, 2007:377). Kalimat dalam ayat

  َعْيَغْلا َيْيِوِظَكْلاَّ

  di atas bersifat ma‟tuf atau bersambung dengan kalimat sebelumnya. Adanya perbedaan shigah dari yang sebelumnya berbentuk al-

  fi‟l menjadi al- fa‟il mengandung makna li al-istimraar yang berarti keadaan yang

  berlangsung terus-menerus. Artinya, perilakunya yang dapat menahan sesuatu itu tidak dilakukan hanya sekali, melainkan telah menjadi bagian dari karakter yang melekat pada diri mereka. berasal dari kata yang berarti

  َعْيَغْلا ُة – – اًثَضَغ َضْغَي َةِضَغ

  marah (Yunus,2007:297). Secara istilah adalah perubahan dalam

  َةِضَغ

  diri atau emosi yang dibawa oleh kekuatan dan rasa dendam demi menghilangkan gemuruh di dalam dada. Kata adalah marah yang

  َعْيَغْلا

  paling besar karena definisi dari kata tersebut ialah kemarahan yang teramat sangat. Dalam ayat ini kriteria kedua dari predikat orang yang bertakwa adalah orang yang mampu menahan amarahnya. berasal dari kata yang

  • – – – – اًفاَفَػ َّفَػ

  اًّفَػ َيْيِفاَؼْلَا ًحَّفِػ ُّفِؼَي

  berarti menghapus atau menghilangkan (Yunus, 2007:272). Dalam ayat ini karakter ketiga dari predikat orang bertakwa adalah memberi maaf atas kesalahan orang lain. Menurut Asy-Syiddiqy (2000:97), memaafkan orang yang berbuat salah atas dirinya lebih utama dari pada membalas kesalahannya, walaupun sebenarnya berhak untuk menghukum atau membalasnya. Memaafkan orang yang bersalah akan membukakan ampunan Allah. Ayat ini bukan berarti melarang terhadap orang yang berbuat dzalim, tetapi apabila memberi maaf bisa lebih bermanfaat, maka nilainya jauh lebih baik karena termasuk kedalam kategori sabar.

  • berasal dari kata yang berarti manusia (Yunus,

  ُساٌَلا ٌساًَ ِساٌَّلا

  2007:436). Di dalam al- Qur‟an manusia disebut dalam berbagai macam, antara lain al-insaan yang berarti suka, senang, al-abd berarti mannusia sebagai hamba Allah, dan bani adam yang berarti keturunan Nabi Adam (Makhluf, 1998:93). Dalam al-

  Qur‟an telah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dam memiliki berbagai macam potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat (Rahmat, 1996:64). Dibandingkan dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Kelebihan manusia adalah memiliki akal dan hati sehingga manusia dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-

  Qur‟an. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia sebaik-baiknya. Oleh karena itu ilmu yang dimiliki manusia dilebihkan dibanding dengan makhluk lain. berasal dari kata yang berarti mengasihi,

  اًّثُح – – َّةَح ُّةِحُي ُّةِحَي

  mencintai (Yunus, 2007:95). Dalam KBBI, (2007:16) kata cinta diartikan sebagai perasaan kasih dan sayang kepada sesuatu atau orang lain. Arti cinta dalam Islam sendiri ialah sesuatu yang suci. Dari ayat di atas dijelaskan bahwa Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

  Maksud kebajikan di sini ialah orang-orang yang menafkahkan hartanya disetiap waktu, orang-orang yang mampu menahan amarahnya serta orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain. adalah kata jamak dari kata yang berasal dari kata

  َيْيٌِِسْحُوْلا َيْيِسْحُه

  • – yang memiliki arti berbuat baik atau kebaikan

  اًٌْسُح – ُيُسْحَي َيُسَح

  (Yunus, 2007:103). Dalam terminologi agama Islam, ihsan berarti menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya. Ihsan juga mempunyai arti melakukan ibadah dengan khusyuk, ikhlas dan yakin bahwa Allah senantiasa mengawasi apa yang dilakukan (Ash-Shiddieqy, 2000:201).

3. Mufradat ayat 135

  Kata berasal dari kata yang berarti

  اًش ْحُف – – ُشُحْفَي َشُحَف ًحَشِحاَف

  keji (Yunus, 2007:308). Menurut bahasa artinya perbuatan atau kejahatan yang menimbulkan aib besar. Sedangkan menurut istilah, keji adalah perbuatan yang melanggar norma susila. Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa kriteria orang bertakwa selanjutnya adalah orang yang senantiasa mengingat Allah ketika ingin berbuat maksiat dan menganiaya diri sendiri.

  • – Kata berasal dari
  • – آُْوَلَظ اًوْلَظ
  • – – اًوَلُظ

  ُنِلْظَي ًحَوِلْظَه َنَلَظ

  yang berarti aniaya, menganiaya (Yunus, 2007:248). Kata

  آُْوَلَظ

  (fa‟il) yang terbentuk dari kata ظ

  • – merupakan bentuk kata benda pelaku

  yang berarti tidak bercahaya atau gelap. Dholim menurut istilah

  م – ل

  adalah meletakkan sesuatu atau perkara bukan pada tempatnya. Dholim memiliki persamaan kata dengan baghy yang berarti melanggar hak orang lain, akan tetapi makna dzalim mencakup lebih luas artian. Asal makna kata dholim adalah aniaya dan melampaui batas yang telah ditentukan.

  Dalam ayat ini Allah menyeru kepada manusia untuk selalu mengingat

  Allah dan memohon ampunan-Nya apabila hendak berbuat dholim atau menganiaya diri sendiri maupun orang lain. berasal dari kata yang artinya mengingat,

  ْاُّسَكَذ - – ُسُكْرَي َسَكَذ اًسْكِذ

  memperhatikan, mengenang (Yunus, 2007:134). Di antara pengertian

  

dzikir terdapat pengertian interpretasi yaitu menyebut, menuturkan,

  mengingat dan menjaga. Dzikir dalam artian istilah adalah ucapan yang dilakukan dengan lidah, atau mengingat Allah dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mensucikan Allah dengan memuji dan menyanjung atas sifat Allah yang sempurna dan menunjukkan kebesaran. Dalam ayat ini Allah menyeru kepada umat manusia untuk selalu mengingat Allah apabila hendak berbuat keji serta ingin menganiaya diri sendiri maupun orang lain, sehingga umat tersebut dapat meredam amarah tersebut. berasal dari kata yang berarti