DOCRPIJM 1507934048RPIJM PELALAWAN BAB 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya Baru

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
(RPIJM)

BAB VII – RENCANA
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
CIPTA KARYA

Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan
bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan
penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan
drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari
pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting
sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus
diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian
terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan
pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program
dan kegiatan yang dibutuhkan.

7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan

pengembangan

permukiman

terdiri

dari

pengembangan

permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan
VII - 1

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN


RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
(RPIJM)
permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman
baru

dan

peningkatan

pengembangan

kualitas

kawasan

permukiman

perdesaan


terdiri

kumuh,
dari

sedangkan

pengembangan

untuk
kawasan

permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

7.1.1. Arah Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat
peraturan perundangan, antara lain :
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan

kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukung bagi

seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi

tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal
tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Pasal

4

mengamanatkan

bahwa

ruang

lingkup


penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan
perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d),
pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum,
rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab
pemerintah.

VII - 2

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
(RPIJM)
4. Peraturan


Presiden

No.

15

Tahun

2010

tentang

Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan
kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan
kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di
kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

7.1.2. Kondisi Eksisting
A.

Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan

permukiman saat ini adalah :
• Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi
dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
• Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah
tangga kumuh perkotaan.
• Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif
Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
• Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT,
Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
• Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
• Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk

perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan
bertambahnya kawasan kumuh.
• Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah
dibangun.

VII - 3

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
(RPIJM)
• Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman.
• Belum

optimalnya

peran

pemerintah


daerah

dalam

mendukung

pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas
kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat
organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di
bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Di samping penjabaran isu strategis nasional, bagian ini juga berisikan
identifikasi isu-isu strategis kabupaten Pelalawan yang perlu diantisipasi dan
mempengaruhi upaya pegembangan permukiman.
Adapun isu strategis Kabupaten Pelalawan

yang berpengaruh terhadap

pengembangan permukiman saat ini tertuang didalam Rencana Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2026 yaitu bersinggunan dengan isu sgtrategis

bidang Ksesehatan Masyarakat dan Lingkungan.
Adapun isu strategis di Kabupaten Pelalawan adalah terdapat pada point 3
yaitu “Tingkat kesehatan masyarakat ditunjukkan dengan Angka Harapan Hidup.
Angka Harapan Hidup penduduk Kabupaten Pelalawan saat ini telah mencapai
70,13 Tahun. Meskipun sudah terjadi peningkatan yang cukup signifikan dibanding
Tahun 2010, namun jika dibandingkan dengan daerah lain, angka tersebut relatif
masih rendah. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya-upaya menekan angka
kesakitan, angka kematian anak dan ibu melahirkan, serta menekan endemi
penyakit menular melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, peningkatan
sarana dan prasarana kesehatan, pemberian subsidi pelayanan berobat gratis.
Selain itu yang tidak kalah pentingnya guna menciptakan kesehatan individual
penduduk

perlu

dilakukan

upaya

menciptakan


dan

menjaga

kesehatan

lingkungan, peningkatan akses sanitasi rumah tangga, dan penyediaan air minum
yang sehat bagi seluruh penduduk. Penyehatan lingkungan dilakukan melalui
penataan permukiman, penyediaan Ruang Terbuka Hijau yang proporsional,
pencegahan polusi udara dimana hal yang paling rentan terjadi dan bahkan
menjadi isu nasional dan internasional adalah kejadian kebakaran hutan dan lahan

VII - 4

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
(RPIJM)
di Kabupaten Pelalawan. Oleh sebab itu sejalan dengan program nasional maka
menjadi penting memprogramkan penanganan permukiman kumuh, penataan
kawasan permukiman dengan baik, penyediaan air bersih, peningkatan akses
sanitasi, penanganan limbah dan persampahan serta pencegahan kejadian
kebakaran lahan dan hutan. Pembangunan dan penataan Ibukota Pangkalan
Kerinci selama ini telah mendapat penghargaan yakni dengan diperolehnya
Sertifikat Adipura untuk kategori kota kecil. Tentu saja hal tersebut perlu terus
ditingkatkan, dengan target diperolehnya piala Adipura. Selain itu penanganan
penyediaan air bersih di Kabupaten Pelalawan menjadi sangat penting, hal ini juga
terkait dengan kondisi sebahagian besar wilayah Kabupaten Pelalawan yang pada
saat musim kemarau kesulitan mendapatkan air bersih”
Tabel 7. 1 Isu-isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman di
Kabupaten Pelalawan
Isu Strategis
Meningkatkan

Keterangan
Kualitas Penanganan permukiman kumuh, penataan

Kesehatan Masyarakat dan kawasan
Lingkungan

permukiman

dengan

baik,

penyediaan air bersih, peningkatan akses
sanitasi,

penanganan

limbah

dan

persampahan serta pencegahan kejadian
kebakaran lahan dan hutan
Sumber: RPJMD Kabupaten Pelalawan, 2016

B. Kondisi Eksisting Kumuh Pelalawan

a. Data kondisi eksisting kawasan kumuh
Dalam Pasal 97, Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 ditegaskan bahwa
pada tahap pelaksanaannya peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh perlu didahului dengan penetapan lokasi perumahan
kumuh dan permukiman kumuh perkotaan.

VII - 5

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
(RPIJM)
Penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh wajib memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a) kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata
ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota;
b) kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan lingkungan;
c) kondisi dan kualitas prasarana, sarana,dan utilitas umum yang memenuhi
persyaratan dan tidak membahayakan penghuni;
d) tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;
e) kualitas bangunan; dan
f) kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.
Persyaratan dalam penetapan lokasi di atas memberikan landasan yang
wajib dipatuhi, bahwa lokasi perumahan dan permukiman kumuh sebaiknya :
1. Memperhatikan RTRW Nasional, RTRW Propinsi serta RTRW
Kabupaten/Kota, yang berarti sesuai dengan arahan lokasi
permukiman yang telah ditetapkan dalam RTRW terkait;
2. Sesuai dengan rencana tata bangunan dan lingkungan yang telah
ditetapkan dalam rencana detail tata ruang wilayah, maupun
menurut Peraturan Menteri PU No. 06/2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
3. Memiliki prasarana dan sarana dasar serta utilitas umum yang
baik kondisi

dan

kualitasnya,

atau

minimal

memenuhi

Permen PU No. 14/2010 tentang Standar Pelayanan Minimum
(SPM) Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
4.

Memenuhi kesesuaian koefisien dasar bangunan (KDB) dan
koefisien lantai bangunan (KLB) dengan persyaratan yang
ditetapkan oleh setiap daerah, atau berpedoman pada SNI 03 1733 - 2004 tentang Tata cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan;

5. Memenuhi kualitas bangunan yang balk sesuai dengan SNI
VII - 6

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
(RPIJM)
yang terkait;
6. Memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang dapat
berkesinambungan.
Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib
didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
melibatkan peran masyarakat. Proses pendataan meliputi proses :
a) Identifikasi lokasi; dan
b) Penilaian lokasi

Gambar 7. 1 Skema Penetapan Lokasi Kumuh
VII - 7

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
(RPIJM)

Lokasi kawasan permukiman kumuh ditetapkan oleh Bupati dan akan
menjadi Surat Keputusan Bupati Kabupaten Pelalawan. Pada Surat Keputusan
Bupati disebutkan bahwa terdapat 5 lokasi kawasan permukiman kumuh yang
tersebar di 2 kecamatan yaitu Kecamatan

Pangkalan Kerinci dan Pangkalan

Kuras.

VII - 8

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN

Gambar 7. 2 Lampiran SK Kumuh Kabupaten Pelalawan

VII - 9

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
Kegiatan Verifikasi dan Justifikasi Lokasi Kumuh

merupakan bagian dari

proses pemutakhiran profil permukiman kumuh. Hasil dari verifikasi dan justifikasi
adalah data update lokasi-lokasi permukiman kumuh serta daftar kawasan
prioritas penanganan.
Berdasarkan gambar 7.2 Jumlah kawasan kumuh di Kabupaten Pelalawan
sesuai dengan SK Bupati Pelalawan Nomor : KPTS.050/BAPPEDA/757/2014
berjumlah 5 kawasan dengan luasan keseluruhan sebesar 70,94 Ha.

Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam

pengembangan

permukiman

terdapat

kriteria

yang

menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum


Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.



Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.



Kesiapan lahan (sudah tersedia).



Sudah tersedia DED.



Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP,
RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)



Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana
daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem
bisa berfungsi.
-

Ada unit pelaksana kegiatan.

-

Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

2. Khusus
Rusunawa


Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA



Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh



Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air
Minum, dan PSD lainnya


VII - 10

Ada calon penghuni RIS PNPM
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN


Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.



Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.



Tingkat kemiskinan desa >25%.



Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP
minimal 5% dari BLM.

PPIP


Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI



Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum
ditangani program Cipta Karya lainnya



Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik



Tingkat kemiskinan desa >25%

PISEW


Berbasis pengembangan wilayah



Pembangunan
mendukung
pemasaran

infrastruktur

dasar

perdesaan

yang

(i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii)
pertanian,

(iv)

air

bersih

dan

sanitasi,

(v)

pendidikan, serta (vi) kesehatan


Mendukung komoditas unggulan kawasan

Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang
harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman
seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No.
1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh
memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2)
ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas
rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum,
serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke
dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai
berikut :
VII - 11

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
1. Vitalitas Non Ekonomi
a) Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai
legalitas kawasan dalam ruang kota.
b) Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh
memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman
kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas
bangunan yang terdapat didalamnya.
c) Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang
dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan
permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan
penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a) Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada
wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang
strategis.
b) Fungsi

kawasan

dalam

peruntukan

ruang

kota,

dimana

keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan
pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang
ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusatpusat

aktivitas

bisnis

dan

perdagangan

seperti

pasar,

terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.
c) Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian
penduduk kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a) Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman. b.
Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air
bersih, dan Air limbah.
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a) Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan
kawasan

VII - 12

kumuh

dengan

indikasi

penyediaan

dana

dan

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
mekanisme kelembagaan penanganannya.
b) Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya
rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk
(master plan) kawasan dan lainnya.

Pada saat ini, Kabupaten Pelalawan belum memiliki dokumen
Perencanaan bidang Pengembangan Kawasan Kumuh sehingga tidak bisa
dijabarkan terkait dengan Permasalahan dan Tantangan serta Rencana dan
Usulan program bidang Pengembangan Kawasan Permukiman di Kabupaten
Pelalawan

7.2.

Sektor Penataan Bangunan Dan Lingkungan
Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan

kebutuhan program dan pembiayaan dalam penataan bangunan dan
lingkungan, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.
7.2.1. Komdisi Eksisting
a. Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari
Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL.
Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka
kebijakan

yang

menjadi

dasar

acuan

pelaksanaan

program-program

penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda
nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang
mengamanatkan

terlayaninya

masyarakat

dalam

pengurusan

IMB

di

kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung
Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.
Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s
2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target
MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan
hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan
VII - 13

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang
signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun
2020.
Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global
Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida
(CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya
suhu permukaan global hingga
6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di
seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini
memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu
munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.
Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang
juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah
diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai
dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB
yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan
perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14
Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan
"Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai
kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi
masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk
bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka
hijau (RTH) di perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan
bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh
kembangnya ekonomi lokal;
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar

VII - 14

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
Pelayanan Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam
penataan bangunan dan lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib

pembangunan

dan

keandalan

bangunan

gedung

(keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda
bangunan gedung di kab/kota;
c. Tantangan
fungsional,

untuk

mewujudkan

bangunan

gedung

yang

tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/

berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan
rumah negara
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung
dan rumah Negara.

3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta
orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;
b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk
sharing in-cash sesuai MoU PAKET;
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah
dalam penanggulangan kemiskinan.

Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti
Skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala
prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b)
RTH,

c)

kebakaran,

Bangunan
bagi

Tradisional/bersejarah

pencapaian

terwujudnya

dan

d)

penanggulangan

pembangunan

lingkungan

permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
Rencana Struktur Kabupaten Pelalawan menetapkan Sistem Pusat
Kegiatan meliputi: Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL),

VII - 15

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

Tabel 7.3 Penetapan Pusat Kegiatan Sistem Perkotaan/Pedesaan Kabupaten
pelalawan
FUNGSI/HIERARKI
I.

PKW 1)

PUSAT
- PANGKALAN KERINCI

(Pusat Kegiatan Wilayah)

II. PKL 2)

-

Keterangan

Klasifikasi
Karakter Pusat

Ibukota Kab. Pelalawan dan Pusat
Pelayanan Sosial Ekonomi Kab.

Perkotaan

-

-

-

(Pusat Kegiatan Lokal)

PKLp 3)
(PKL Promosi)

III. PPK 3)
(Pusat Pelayanan Kawasan)

IV. PPL 3)

- SOREK
- UKUI

Ibukota Kec. Pangkalan Kuras
Ibukota Kec. Ukui

Perkotaan
Perkotaan

-

Ibukota Kec.
Ibukota Kec.
Ibukota Kec.
Ibukota Kec.
Ibukota Kec.
Ibukota Kec.
Ibukota Kec.
Ibukota Kec.
Ibukota Kec.

Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan

SIKIJANG
PELALAWAN
LANGGAM
PANGKALAN LESUNG
PANGKALAN BUNUT
LUBUK KERANJI
KERUMUTAN
TELUK MERANTI
TELUK DALAM

- PANGKALAN GONDAI

(Pusat Pelayanan Lingkungan) - BETUNG

- PULAU MUDA
- SOKOI

Pusat
Pusat
Pusat
Pusat

di
di
di
di

Bandar Sei Kijang
Pelalawan
Langgam
Pangkalan Lesung
Pangkalan Bunut
Bandar Petalangan
Kerumutan
Teluk Meranti
Kuala Kampar

Kec.
Kec.
Kec.
Kec.

Langgam
Pangkalan Kuras
Teluk Meranti
Teluk Meranti

Pusat
Pusat
Pusat
Pusat

Perdesaan
Perdesaan
Perdesaan
Perdesaan

Sumber: Hasil Analisis

Sumber : RTRW Kabupaten Pelalawan 2011-2031
Sumber: Hasil Analisis

Catatan:
1) PKW Pangkalan Kerinci ditetapk an dalam RTRWN dan ditetapk an juga dalam RTRW Provinsi Riau.
2) Tidak ada PKL di Kabupaten Pelalawan yang ditetapk an dalam RTRW Provinsi Riau
3) PKLp, PPK, dan PPL ditetapk an dalam RTRW Kabupaten Pelalawan.
- Sistem Perk otaan meliputi : PKW, PKLp, dan PPK.
- Sistem Perdesaan adalah PPL .

b. Kondisi Peraturan Daerah Bangunan Gedung dan NSPK lainnya di
Kabupaten
Pelalawan
Kondisi regulasi untuk sektor Penataan Bangunan dan Gedung
Kabupaten Pelalawan mengacu pada RPJP Provinsi Riau, Perda TJSP Provinsi
Riau, RPJMD Kabupaten PElalawan 2016 – 2021 dan Perda BG Kabupaten
Pelalawan No. 06 Tahun 2016, seperti yang dapat di lihat pada tabel beikut.

VII - 16

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN

Tabel 7. 4. Peraturan Daerah/Peraturan Walikota Terkait Penataan Bangunan
dan Lingkungan

Jenis Produk
Peraturan

No

Perda
/PerWal
Nomor dan
Tahun
09/2011

RPJP Provinsi Riau 2005 Arahan Pembangunan Jangka Panjang
- 2025
Provinsi Riau

Perda Provinsi Riau

6/2012

Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (TJSP) di
Provinsi Riau

2

4

d.

Tentang

Perda Provinsi Riau
1

3.

Ama
nat

Ranperda
Kabupaten
Pelalawan
Perda
Kabupaten
Pelalawan

Seluruh Perusahaan besar wajib
mempunyai program TJSp/CSR

RPJMD
Kabupaten Arahan Rencana Pembangunan Jangka
Pelalawan 2016-2021
Menengah Kabupaten Pelalawan
06 / 2016

Bangunan Gedung

ketentuan mengenai fungsi dan
Klasifikasi Bangunan Gedung,
persyaratan Bangunan Gedung,
penyelenggaraan Bangunan
Gedung, TABG, Peran
Masyarakat, pembinaan dalam
penyelenggaraan Bangunan
Gedung, sanksi administratif,
penyidikan, pidana dan aturan

Kebutuhan Readiness Criteria Sektor PBL
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan

dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen
Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana
pendamping, pengadaan

lahan

jika

diperlukan,

serta

pembentukan

kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset
proyek setelah infrastruktur dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
adalah:

VII - 17

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
➢ Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung
Kriteria Khusus:
1. Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan
Gedung;
2. Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG
➢ Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis
Komunitas Kriteria Khusus
Fasilitasi

Penyusunan

Rencana

Penataan

Lingkungan Permukiman

Berbasis Komunitas :

1. Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan;
2. Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada
PJM Pronangkis-nya;
3. Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;
4. Ada

rencana

pengembangan

dan

investasi

Pemda,

swasta,

dan

masyarakat;
5. Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

➢ Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Kriteria
Lokasi :
1. Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;
2. Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;
3. Kawasan yang dilestarikan/heritage;
4. Kawasan rawan bencana;
5. Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi
sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra
niaga (central business district);
6. Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;
VII - 18

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
7. Komitmen

Pemda

dalam

rencana

pengembangan

dan

investasi

Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan
rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;
8. Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;
9. Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.

➢ Penyusunan

Rencana

Tindak

Revitalisasi

Kawasan,

Ruang

TerbukaHijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk
elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan
pelaksanaan serta DAED/DED.
Kriteria Umum:
1. Sudah

memiliki

RTBL

atau

merupakan

turunan

dari

lokasi

perencanaan RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau;
2. Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm scenario pengembangan
wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha);
3. Komitmen

pemda

dalam

rencana

pengembangan

dan

investasi

Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan
Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;
4. Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan
dan Revitalisasi Kawasan:
1. Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;
2. Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas;
3. Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;
4. Ada

rencana

pengembangan

dan

investasi

pemda,

swasta,

dan

masyarakat;
5. Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

VII - 19

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
Kriteria

Khusus

Fasilitasi

Penyusunan

Rencana

Tindak

Ruang

Terbuka Hijau:
1. Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia
dengan taman (RTH Publik);
2. Area

memanjang/jalur

dan/atau

mengelompok,

yang

penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik
alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata ruang);
3. 3Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH public minimal
20% dari luas wilayah kota;
4. Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta,
masyarakat;
5. Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria

Khusus

Fasilitasi

Penyusunan

Rencana

Tindak

Permukiman Tradisional Bersejarah:
1. Lokasi

terjangkau

dan

dikenal

oleh

masyarakat

setempat

(kota/kabupaten);
2. Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang
khas dan estetis;
3. Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai;
4. Ada

rencana

pengembangan

dan

investasi

Pemda,

swasta,

dan

masyarakat;
5. Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria

Fasilitasi

Penyusunan

Rencana

Induk

Sistem

Proteksi

Kebakaran (RISPK):
1. Ada Perda Bangunan Gedung;
2. Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;
3. Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi
4. Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 ttg
Tata Ruang;
VII - 20

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
5. Ada

rencana

pengembangan

dan

investasi

Pemda,

swasta,

dan

masyarakat;
6. Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria

dukungan

PSD

Untuk

Revitalisasi

Kawasan,

RTH

Dan Permukiman Tradisional/Ged Bersejarah:
1. Mempunyai

dokumen

Rencana

Tindak

PRK/RTH/Permukiman

Tradisional- Bersejarah;
2. Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya;
3. Ada DDUB;
4. Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran;
5. Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional,
diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi
prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya;
6. Ada

rencana

pengembangan

dan

investasi

Pemda,

swasta,

dan

masyarakat;
7. Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
a. Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran:
1. Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah
(minimal SK/peraturan bupati/walikota);
2. Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan
dengan DPRD);
3. Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun;
4. Ada lahan yg disediakan Pemda;
a. 12. Ada

rencana

pengembangan

dan

investasi

Pemda,

swasta, dan masyarakat;
5. Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria

Dukungan

Aksesibilitas

Pada

Bangunan

Gedung

Dan Lingkungan:

VII - 21

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
1. Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan;
2. Bangunan

gedung

pelayanan

umum

(puskesmas,

hotel,

tempat

peribadatan, terminal, stasiun, bandara);
3. Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial
masyarakat (taman, alun-alun);
4. Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

7.2.2. Sasaran Program
Merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Sasaran
program mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai.
Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan
bidang Cipta Karya khususnya sektor penataan bangunan dan lingkungan baik di
tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota.

7.2.3.

Usulan Kebutuhan Program Sektor Penataan Bangunan dan

Lingkungan
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh
hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang
dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, antara lain:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
-

Penyusunan RTBL

-

Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)

-

Pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman
tradisional dan bersejarah
pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan

-

pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
-

VII - 22

Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum
memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan,
keamanan, kenyamanan dan kemudahan) ;
RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
-

Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan
Rumah
Negara;

-

Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.

b. Kegiatan

Pemberdayaan

Komunitas

dalam

Penanggulangan

Kemiskinan
Program

yang

mencakup

penanggulangan
dilaksanakan

pemberdayaan

kemiskinan
dalam

bentuk

adalah

komunitas

PNPM

kegiatan

Mandiri,

P2KP

dalam
yang

(Program

Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan
program

pemerintah

yang

secara

substansi

berupaya

menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan masyarakat dan
pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah
dan kelompok peduli setempat.

Usulan program kegiatan yang disulkan oleh stakeholder terkait
sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Pelalawan
bisa dilihat pada tabel di BAB VIII Memorandum Program.

7.3. Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
7.3.1. Kondisi Eksisting
a. Isu Strategis
Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya
Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini
didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isuisu strategis tersebut adalah:
1.

Peningkatan Akses Aman Air Minum;

2.

Pengembangan Pendanaan;

3.

Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;

VII - 23

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
4.

Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan;

5.

Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum;

6.

Rencana Pengamanan Air Minum;

7.

Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat; dan

8.

Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis
dan Penerapan Inovasi Teknologi

Berdasarkan Dokumen Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
(RISPAM) Kabupaten Pelalawan, diketahui kendala utama yang terjadi dalam
pemenuhan kebutuhan air bersih adalah kurang tersediannya sumber air baku
atau kurang maksimalnya pemanfaatan sumber air baku, tekanan air (kualitas)
dan kontinuitas pendistribusian air minum yang kurang memadai pada beberapa
daerah pelayanan serta belum terprogramnya rencana pengembangan areal
pelayanan yang sampai saat ini dilaksanakan sesuai dengan permintaan
sambungan baru. Kurangnya tekanan dan kontinuitas air disebabkan belum
adanya penambahan jaringan pipa distribusi primer dan sekunder, serta masih
adanya sambungan rumah yang langsung di tapping ke pipa distribusi induk.
1. Sistem Sumur Bor
Sumber Air
Sumber air yang digunakan berasal dari air tanah dalam yang
berlokasi di Kantor Camat Langgam dengan kapasitas pengambilan sebesar
2,5 l/dt. Bangunan penangkap berupa sumur bor dalam.
Unit Distribusi
Air

dari

sumur

bor

langsung

didistribusikan

ke

pelanggan

menggunakan PVC dia. 50 mm dan 75 mm. Sistem pengalirannya dilakukan
dengan bantuan pompa distribusi jenis submersibel sebanyak 1 unit dengan
kapasitas 5 l/dt. Saat ini jumlah sambungan aktif sebanyak 41 unit.
Daerah Pelayanan
Sistem ini melayani daerah pelayanan di Desa Langgam, Kecamatan
Langgam. Jumlah penduduk yang terlayani saat ini sebanyak 164 jiwa.
Adapun jam pelayanannya selama 7 jam setiap harinya.
VII - 24

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN

2. UPT-BPAB Bunut
Sumber Air
Sumber air yang digunakan berasal dari Sungai Bunut yang berlokasi
di Kelurahan Pangkalan Bunut, Kec. Bunut dengan kapasitas pengambilan
sebesar 5 l/dt. Bangunan penangkap berupa intake sumuran.
Unit Transmisi
Pipa transmisi yang digunakan adalah GIP dia. 100 mm sepanjang
50 m. Sistem pengalirannya dilakukan dengan bantuan pompa jenis
submersibel sebanyak 1 unit dengan kapasitas pemompaan 5 l/dt.
Unit Produksi
Dilakukan pengolahan terhadap sumber air baku yang berupa IPA
Paket Ruhak Phala dengan kapasitas pengolahan 5 l/dt. Jam operasi
produksi air 15 jam setiap harinya.
Reservoir
Terdapat 1 unit reservoir dengan kapasitas 200 m 3 yang berupa
ground reservoir dengan konstruksi beton.
Unit Distribusi
Pipa distribusi menggunakan PVC mulai dia. 50 mm, 75 mm, dan 100
mm. Sistem pengalirannya dilakukan dengan bantuan pompa distribusi jenis
sentrifugal sebanyak 2 unit x 5 l/dt. Kedua pompa ini digunakan secara
bergantian. Saat ini jumlah sambungan aktif sebanyak 106 unit.
Daerah Pelayanan
Daerah pelayanan sistem ini adalah Kelurahan Pangkalan Bunut.
Jumlah penduduk yang terlayani saat ini sebanyak 424 jiwa. Adapun jam
pelayanannya selama 11 jam setiap harinya.

VII - 25

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
3. UPT-BPAB Sorek / Pangkalan Kuras
Sumber Air
Sumber air yang digunakan berasal dari Sungai KM.2 yang berlokasi
di Desa Sorek 1, Kec. Pangkalan Kuras dengan kapasitas pengambilan
sebesar 5 l/dt. Mengingat debit airnya mulai mengecil maka pada tahun 2001
dibantu dengan sumur bor di lokasi instalasi dengan kapasitas 5 l/dt.
Unit Transmisi
Pipa transmisi yang digunakan adalah GIP dia. 100 mm sepanjang
300 m. Sistem pengalirannya dilakukan dengan bantuan pompa jenis
submersibel sebanyak 2 unit x 5 l/dt untuk sumber air KM.2 (digunakan
secara bergantian) dan 1 unit 5 l/dt untuk sumur bor.

Unit Produksi
Untuk sumber air dari Sungai KM.2 dilakukan pengolahan dengan IPA
Paket Maswandi dengan kapasitas 5 l/dt, sedangkan air dari sumur bor
diolah dengan saringan pasir bertekanan dengan kapasitas 5 l/dt. Namun
begitu kapasitas produksi ril dari kedua pengolahan ini hanya sekitar 5 l/dt.
Jam operasi produksi air 14 jam setiap harinya.
Reservoir
Terdapat 1 unit reservoir dengan kapasitas 100 m 3 yang berupa
ground reservoir dengan konstruksi beton.
Unit Distribusi
Pipa distribusi menggunakan PVC mulai dia. 50 mm, 75 mm, dan 100
mm. Sistem pengalirannya dilakukan dengan bantuan pompa distribusi jenis
sentrifugal sebanyak 2 unit x 5 l/dt, tetapi yang digunakan hanya 1 unit. Saat
ini jumlah sambungan aktif sebanyak 120 unit yang terdiri dari sambungan
rumah tangga 109 SR, komersial/niaga 11 SR.
Daerah Pelayanan
VII - 26

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
Daerah pelayanan sistem ini adalah Desa Sorek, Kec. Pangkalan
Kuras. Jumlah penduduk yang terlayani saat ini sebanyak 480 jiwa. Adapun
jam pelayanannya selama 12 jam setiap harinya.

4. UPT-BPAB Ukui
Sumber Air
Sumber air yang digunakan berasal dari danau tadah hujan yang
berlokasi di Desa Ukui, Kec. Ukui dengan kapasitas pengambilan sebesar 5
l/dt. Bangunan penangkap berupa pipa sadap vertikal yang ditopang dengan
rangka besi.
Unit Transmisi
Pipa transmisi yang digunakan adalah GIP dia. 100 mm sepanjang
700 m. Sistem pengalirannya dilakukan dengan bantuan pompa jenis
submersibel sebanyak 2 unit x 5 l/dt.
Unit Produksi
Dilakukan pengolahan terhadap sumber air baku dengan IPA Paket
Wijaya Kusuma Emindo kapasitas 5 l/dt. Jam operasi produksi air 15 jam
setiap harinya.
Reservoir
Terdapat 1 unit reservoir dengan kapasitas 100 m3 yang berupa
ground reservoir dengan konstruksi beton.
Unit Distribusi
Pipa distribusi menggunakan PVC mulai dia. 50 mm, 75 mm, dan 100
mm. Sistem pengalirannya dilakukan dengan bantuan pompa distribusi jenis
sentrifugal sebanyak 2 unit x 5 l/dt. Kondisi pompa saat ini 1 unit rusak,
sehingga yang berfungsi hanya 1 unit saja. Jumlah sambungan aktif
sebanyak 283 unit.
Daerah Pelayanan

VII - 27

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
Daerah pelayanan

ystem ini adalah Desa Ukui Kec. Ukui. Jumlah

penduduk yang terlayani saat ini sebanyak 1.132 jiwa atau sekitar 29,79%
dari penduduk di daerah pelayanan. Adapun jam pelayanannya selama 11
jam setiap harinya.
5. UPT-BPAB Pangkalan Kerinci
Pelayanan air bersih di Kec. Pangkalan Kerinci terdiri dari 2 sistem
yang terpisah, yaitu Sistem Utama yang sumber airnya berasal dari Sungai
Kampar dan Sistem Sumur Bor.
Sumber Air
Sumber air yang digunakan berasal dari Sungai Kampar yang
berlokasi di Desa Kuala Terusan, Kec. Pangkalan Kerinci dengan kapasitas
pengambilan sebesar 20 l/dt.
Unit Transmisi
Pipa transmisi yang digunakan adalah PVC dan GIP dia. 200 mm
sepanjang 2,2 km. Sistem pengalirannya dilakukan dengan bantuan pompa
jenis

ystem ible sebanyak 2 unit. 1 unit 20 l/dt dan 1 unit 30 l/dt. Kedua

pompa ini digunakan secara bergantian tiap sebulan sekali.
Unit Produksi
Terdapat 2 buah bangunan pengolahan yang berupa IPA Paket 10 l/dt
dan IPA Konvensional 20 l/dt. Namun IPA Paket 10 l/dt ini hanya digunakan
saat dilakukan pencucian filter di IPA Konvensional. Jam operasi produksi air
14 jam setiap harinya.
Reservoir
Terdapat 4 unit reservoir dengan kapasitas masing-masing 100 m3,
200 m3, 70 m3, dan 500 m3. Untuk reservoir 500 m3 diisi 1 minggu 1 x untuk
melayani kawasan kantor bupati dan DPRD.
Unit Distribusi
Pipa distribusi menggunakan PVC mulai dia. 50 mm, 75 mm, 100 mm,
150 mm, 200 mm, 250 mm, dan 300 mm. Sistem pengalirannya dilakukan
dengan bantuan pompa distribusi jenis sentrifugal sebanyak 2 unit. 1 unit 20

VII - 28

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
l/dt dan 1 unit 30 l/dt. Kedua pompa digunakan secara bergantian seminggu
sekali. Selain itu masih terdapat 2 unit pompa lainnya dengan kapasitas
masing-masing 10 l/dt yang digunakan secara bergantian untuk melayani
daerah perkantoran. Saat ini jumlah sambungan aktif sebanyak 636 unit.
Daerah Pelayanan
Daerah pelayanan

ystem ini meliputi kawasan kota, Perum Bumi

Lago Permai, Kantor Polres, Koramil, dan Kantor Bupati. Jumlah penduduk
yang terlayani saat ini sebanyak 2.744 jiwa. Adapun jam pelayanannya
selama 14 jam setiap harinya.

Pelaksanaan pelayanan air bersih saat ini di Kecamatan Pangkalan
Kerinci

dilaksanakan oleh Unit Pelaksanan Teknis Badan Pengelola Air

Bersih (UPT – BPAB) Kecamatan Pangkalan Kerinci di bawah komando
UPTD SPAM Kabupaten Pelalawan di bawah koordinasi Kepala Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Pelalawan.
Unit Pelaksana Teknis Kecamatan Pangkalan Kerinci merupakan unit
pelayanan air bersih yang melayani daerah kecamatan Pangkalan Kerinci
yang saat ini masih bernama Unit Pelaksana Teknis Badan Pengelola Air
Bersih (UPT – BPAB).
Kecamatan Pangkalan Kerinci merupakan salah satu dari 12
Kecamatan di Kabupaten Pelalawan hasil pemekaran dari Kecamatan
Langgam terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2001
dan pada awal pembentukan Kecamatan Pangkalan Kerinci terdiri dari 7
(tujuh) Desa yaitu Desa Pangkalan Kerinci, Desa Sekijang, Desa Rantau
Baru, Desa Kuala Terusan, Desa Makmur, dan Desa Bukit Agung kemudian
pada Tahun 2009 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2004
Desa Pangkalan Kerinci dimekarkan menjadi 3 (tiga) Kelurahan:Kelurahan
Pangkalan Kerinci Kota, Pangkalan Kerinci Barat, Kelurahan Pangkalan
Kerinci Timur , seiring dengan perkembangannya maka pada Tahun 2005
Desa Sekijang di mekarkan menjadi Kecamatan yang merupakan pecahan

VII - 29

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
dari Kecamatan Pangkalan Kerinci dan Pangkalan Kerinci sampai saat
sekarang wilayahnya terdiri dari 3 (tiga) Kelurahan dan 4 (empat) Desa.
Meliputi :


Kelurahan Pangkalan Keirnci Kota



Kelurahan Pangkalan Kerinci Barat



Kelurahan Pangkalan Kerinci Timur



Desa Kuala Terusan



Desa Makmur



Desa Rantau Baru



Desa Mekar Jaya

Unit Air Baku
Air Baku yang dimanfaatkan Unit Pelayanan Teknis Kecamatan
Pangkalan Kerinci berasal dari Sungai Kampar terletak di Desa Kualo
dengan membangun INTAKE kapasitas 20 l/dt di alirkan dengan pompa 20
liter/detik.

Gambar. 7.3. Lokasi dan Unit Air Baku , Unit Pangkalan Kerinci

VII - 30

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
Unit Produksi
Dilokasi kantor UPT – BPAB Kecamatan kota Pangkalan Kerinci
terdapat 2 unit IPA meliputi
✓ IPA Kapasitas 10 liter/detik.
IPA Kapasitas 10 liter/detik saat ini merupakan unit pengolahan
dilengkapi dengan reservoir kapasitas 200 M3. Dalam kondisi tidak
beroperasi.

Gambar.7.4 Unit Produksi Air Minum (IPA)
IPA Kapasitas 20 liter/detik
✓ IPA Kapasitas 20 liter/detik
IPA kapasitas 20 L/detik saat ini merupakan unit pengolahan dilengkapi
dengan reservoir kapasitas 100 M3. Dioperasionalkan selama 24 jam
setiap harinya.

VII - 31

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN

Gambar. 7.4. Unit IPA Beton Kap. 20 L/D dan Reservoar Kap.300 M3

Kinerja Unit Produksi
Saat ini Pelayanan air bersih saat ini dikelola dengan nama UPT –
BPAB Kecamatan kota Pangkalan Kerinci yang merupakan badan pengelola
pelayanan air minum di Kabupaten Pelalawan terdiri dari 1.447 pelanggan
sambungan rumah (SR).
Kondisi saat ini UPT – BPAB Kecamatan kota Pangkalan Kerinci
dalam menjalankan tugas melayani air minum kepada masyarakat dengan
kapasitas pelayanan 20 liter/detik.
Sedangkan pelanggan UPT – BPAB Kecamatan kota Pangkalan
Kerinci meliputi: Area Perkantora

: 64 Pelanggan Pelayanan Kelurahan

Kerinci Timur dan Kerinci Kota:

1.383 Pelanggan

+Jumlah : 1.447

Pelanggan.
c.

Potensi dan Tantangan
➢ Potensi Air Permukaan

Terdapat beberapa sumber air yang dapat digunakan dalam suatu sistem
penyediaan air baku untuk air minum Sumber-sumber tersebut antara lain :
a. air hujan

VII - 32

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
b. air permukaan : sungai, danau, waduk, embung
c. air tanah : mata air, sumuran, air tanah dangkal, air tanah dalam.
Masing-masing sumber air tersebut mempunyai kualitas dan kuantitas yang
berbeda. Pemilihan sumber yang akan digunakan bergantung pada sumber air
yang ada (terdekat), kuantitas yang dibutuhkan, juga kontinuitas dari sumber
tersebut. Untuk melayani kebutuhan sebuah kota, misalnya, dapat digunakan satu
sumber saja ataupun dibantu oleh sumber yang lain. Adapun pemilihan sumber
yang akan digunakan akan mempengaruhi perencanaan sistem sumber air minum
tersebut (intake dan pengolahan).

Air Hujan (meteorologi water)
Pada hakekatnya air hujan memiliki kualitas yang baik, namun hal ini
akan sangat tergantung pada kualitas atmosfir di suatu wilayah. Air hujan
yang jatuh (presipitasi) akan melewati lapisan atmosfir sebelum sampai ke
bumi/daratan.

Proses jatuhnya

air

ini kemudian

akan

melarutkan

kandungan-kandungan pencemar di udara, seperti CO2, SO2, CO, NOx,
dll. Jadi, jika kualitas atmosfir baik maka kualitas air hujan juga akan baik,
dan begitu pula sebaliknya.
Secara kuantitas, kapasitas air hujan akan tergantung pada
tingginya curah hujan dan sistem penangkap yang direncanakan.
Sedangkan kontinuitasnya sangat dipengaruhi oleh pola iklim setempat dan
regional. Air hujan jarang digunakan untuk suplai air bersih suatu
komunitas, hanya digunakan untuk lingkup yang kecil. Air hujan digunakan
bila tidak ada lagi sumber air yang dapat digunakan seperti di daerah
padang pasir atau daerah yang sangat sulit air. Air hujan umumnya
dikumpulkan dari atap dan disimpan dalam bak atau reservoir untuk
penggunaan domestik. Air hujan mempunyai kualitas yang cukup baik,
namun mempunyai nilai pH yang rendah dan tidak mengandung mineral.
Dari

segi

bakteriologis

relatif

lebih

bersih

tergantung

wadah

penampungannya.
Air Permukaan (surface water)

VII - 33

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
Air permukaan adalah hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada
umumnya air permukaan ini akan mengalami pengotoran selama pengalirannya,
misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan
lain sebagainya. Air permukaan terbagi atas :



Sungai



Danau atau waduk



Air laut
Air permukaan merupakan air yang berasal dari sungai, danau dan laut,

zat yang ada pada air permukaan tergantung batas atau lapisan air (watershed).
Pada air permukaan ditemukan kotoran seperti tanah liat, mineral organik alga,
bakteri dan protozoa dalam bentuk suspensi dan koloid. Gas terlarut seperti
oksigen, nitrogen, karbondioksida, metan, hidrogen sulfida. Mungkin juga
mengandung material organik, amoniak, asam organik, klorida, nitrat dan nitrit. Air
permukaan sampai sekarang masih menjadi alternatif yang paling mungkin untuk
dimanfaatkan sebagai sumber air baku. Kapasitasnya yang cukup besar mampu
menjamin kuantitas air yang dibutuhkan serta kontinuitas alirannya. Walaupun
secara kualitas sumber air ini masih jauh dibawah kualitas air tanah, namun upaya
untuk meminimalkan tingkat pencemaran pada badan air permukaan, masih layak
untuk dikaji secara mendalam, sehingga investasi pada instalasi pengolahan
dapat ditekan.

✓ Sungai dan DAS
DAS merupakan ekosistem alamiah berupa geomorfologi, penggunaan
lahan dan iklim yang memungkinkan terwujudnya ekosistem hidrologi yang unik.
Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (cairan,
padat, gas) pada, dalam, dan di atas permukaan tanah, termasuk di dalamnya
penyebaran, daur dan perilakunya, sifat-sifat fisika dan kimianya, serta yang
berhubungan dengan unsur-unsur hidup dalam air itu sendiri (Asdak, 2002).
Pemahaman prinsip-prinsip hidrologi penting dalam pemanfaatan dan konservasi
air. Dalam menelaah permasalahan hidrologi daerah tangkapan air harus lebih
ditekankan pada tinjauan komponen-komponen daur hidrologi, pengaruh antar
komponen serta kaitannya dengan komponen lain di luar bidang hidrologi secara
holistik. Sementara, pemahaman proses-proses hidrologi menjadi penting dalam
perencanaan konservasi tanah dan air untuk menentukan: a) perilaku hujan dalam

VII - 34

RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten PELALAWAN

RPIJM KABUPATEN PELALAWAN
kaitannya dengan proses terjadinya erosi dan sedimentasi, b) hubungan curah
hujan dan air larian (runoff), c) debit puncak untuk keperluan merancang
penanggulangan banjir, dan d) hubungan karakteristik suatu DAS dengan debit
puncak yang terjadi di daerah tersebut, sehingga dapat diambil langkah
pengendalian terhadap perilaku arus debit tersebut. DAS adalah kawasan la