DOCRPIJM 306014a8dd BAB VIIMicrosoft Word BAB 7 Rencana Infrastruktur Cipta Karya Akhir

BAB 7 Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

7.1.1. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Kumuh

  Data kondisi eksisting kawasan kumuh, sebagai baseline perencanaan pembangunan menuju 100-0-100, dilengkapi dengan Surat Keputusan Bupati Rembang Nomor 050/ /2017 tentang Penetapan Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten Rembang. Adapun lokasi permukiman kumuh perkotaan di Kabupaten Rembang berdasarkan hasil verifikasi dan identifikasi kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Rembang tahun 2016, didapati 19 lokasi kawasan permukiman kumuh yang tersebar di 19 kelurahan/ desa dan 4 kecamatan di Kabupaten Rembang.

  Hasil verifikasi dan identifikasi sendiri telah dilaksanakan melalui hasil diskusi dan survey langsung dengan Tim Pokjanis, Tim P2KKP, BKM/ KSM, dan perangkat kelurahan/ desa terkait dengan hasil luasan sebesar 288,02 ha. Berdasarkan hasil tersebut, maka lokasi permukiman kumuh berdasarkan hasil verifikasi dan identifikasi dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini.

  

Tabel VII.1

Lokasi Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP)

di Kabupaten Rembang

  Luas Lokasi Permukiman Kumuh (Ha) RT 001, RT 002, RT 003, RT 004/ RW 001; RT 001, RT 20,20 Kelurahan Tanjungsari, 002, RT 003, RT 004, RT 005, RT 006/ RW 002; RT 001,

  Kec.Rembang RT 002, RT 003, RT 004, RT 005, RT 006/ RW 003; dan RT 001/ RW 004

Desa Pasarbanggi, RT 001, RT 002/ RW 001 dan RT 002, RT 003/ RW 004 6,86

Kec.Rembang

  Lokasi Permukiman Kumuh Luas (Ha) Desa Padaran, Kec.Rembang

  Kec.Lasem RT 002, RT 003, RT 004/ RW 003 7,25 Desa Sidorejo, Kec.Pamotan

  001 dan RT 002, RT 003, RT 004, RT 005, RT 006/ RW 002 14,63

  12,05 Desa Karangharjo, Kec.Kragan RT 002, RT 003, RT 004, RT 005, RT 006, RT 007/ RW

  Desa Kragan, Kec.Kragan RT 001, RT 002, RT 003/ RW 003 dan RT 001, RT 002, RT 003, RT 004/ RW 004

  RT 001, RT 002, RT 003, RT 004, RT 005, RT 006, RT 007/ RW 001 dan RT 001, RT 002, RT 003, RT 004, RT 005, RT 006/ RW 002 46,32

  001, RT 002/ RW 002 19,99 Desa Tegalmulyo, Kec.Kragan

  23,61 Desa Bangunrejo, Kec.Pamotan RT 001, RT 002, RT 003, RT 004, RT 005/ RW 001 dan RT

  Kec.Pamotan RT 002, RT 003/ RW 001; RT 002, RT 003, RT 004/ RW 002; RT 001/ RW 006; RT 001, RT 002, RT 003/ RW 007; RT 002/ RW 009; dan RT 006/ RW 10

  RT 002, RT 003/ RW 001; RT 001, RT 002, RT 003/ RW

002; dan RT 001, RT 002, RT 003/ RW 003

20,34 Desa Pamotan,

  RT 001, RT 003, RT 004, RT 005/ RW 001 dan RT 001, RT 002/ RW 002 33,63 Desa Sumbergirang,

  RT 001, RT 002/ RW 001; RT 001, RT 002, RT 003/ RW 002; RT 001, RT 003, RT 004, RT 005/ RW 003; dan RT 001, RT 002, RT 003, RT 004, RT 005/ RW 004 36,94

  Kec.Lasem RT 003/ RW 002 dan RT 009/ RW 004 8,38 Desa Gedongmulyo, Kec.Lasem

  008, RT 009/ RW 002; RT 016/ RW 004; dan RT 013, RT 014, RT 015/ RW 005 15,90 Desa Soditan,

  RT 001, RT 002/ RW 006 2,93 Desa Babagan, Kec.Lasem RT 003/ RW 001; RT 004, RT 005, RT 006, RT 007, RT

  RT 001, RT 002, RT 003/ RW 001 5,83 Desa Dorokandang, Kec.Lasem RT 008, RT 009/ RW 003 1,98 Desa Ngemplak, Kec.Lasem

  Kec.Rembang RT 001, RT 002/ RW 001 dan RT 001, RT 002/ RW 002 3,82 Desa Sukoharjo, Kec.Rembang

  RW 002 5,02 Desa Kabongan Lor,

  4,77 Kelurahan Gegunung Kulon, Kec.Rembang RT 001, RT 002/ RW 001; dan RT 001, RT 002, RT 003/

  Kelurahan Gegunung Wetan, Kec.Rembang RT 001, RT 002, RT 003, RT 004/ RW 001; RT 001, RT 02/ RW 002; dan RT 001, RT 002, RT 003, RT 004/ RW 003

  Luas Kawasan Kumuh Perkotaan Kabupaten Rembang 290,45

  Adapun SK Bupati Kabupaten Rembang tentang Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permuiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten Rembang yang dimaksud merupakan SK Bupati Rembang Nomor 050 / /2017 tentang Penetapan Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten Rembang.

  12. Gedongmulyo 33,63 PRIORITAS III

  Kondisi eksisting permukiman perdesaan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Rembang. Permukiman pedesaan disini adalah permukiman diluar kawasan perkotaan yang memiliki ciri pedesaan (kawasan pertanian, kondisi cenderung belum tertata dll).

  Total 290,45

  19. Karangharjo 14,63 PRIORITAS II

  18. Kragan 12,05 PRIORITAS II

  17. Kragan Tegalmulyo 46,32 PRIORITAS II

  16. Bangunrejo 19,99 PRIORITAS III

  15. Pamotan 23,61 PRIORITAS III

  14. Pamotan Sidorejo 20,34 PRIORITAS III

  13. Sumbergirang 7,25 PRIORITAS II

  11. Soditan 8,38 PRIORITAS III

  Tabel VII.2 Lokasi Permukiman Kumuh Perkotaan (SK Bupati) di Kabupaten Rembang No. Lokasi Luas (ha) Prioritas Penanganan Kecamatan Kelurahan/Desa

  10. Babagan 15,90 PRIORITAS III

  9. Ngemplak 2,93 PRIORITAS III

  8. Lasem Dorokandang 1,98 PRIORITAS III

  7. Sukoharjo 5,83 PRIORITAS III

  6. KabonganLor 3,82 PRIORITAS III

  5. Gegunungkulon 5,02 PRIORITAS III

  4. Gegunungwetan 4,77 PRIORITAS III

  3. Padaran 36,94 PRIORITAS III

  2. Pasarbanggi 6,86 PRIORITAS II

  1. Rembang Tanjungsari 20,20 PRIORITAS II

7.1.2. Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Pedesaan

  Permukiman pedesaan berdasarkan pembagian kawasan permukiman RTRW adalah seperti table berikut ini.

  Tabel VII.3. Sebaran Kawasan Permukiman Perkotaan dan Pedesaan

7.1.3. Potensi dan Tantangan Pengembangan Kawasan Permukiman

  Potensi dan permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Rembang adalah sebagai berikut. Potensi :

  1 Lahan di Kabupaten Rembang masih sangat luas terutama di kawasan pedesaan untuk pengembangan permukiman.

  2 Beberapa kawasan sudah mengarah pola permukiman grid, sehingga akses lebih banyak dan tidak menimbulkan permasalahan lalu lintas.

  3 Beberapa lokasi permukiman mempunyai tema untuk dikembangkan, terutama pada kawasan permukiman yang mempunyai nilai sejarah, wisata maupun tema tertentu.

  4 Mulai tumbuhnya penyediaan perumahan formal dikabupaten rembang dengan bertambahnya beberapa kawasan perumahan formal baru terutama di perkotaan Rembang. Permasalahan :

  1 Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan kawasan permukiman walaupun sudah ada Peraturan Zonasi, kajian mengenai lokasi rawan bencana dan Peraturan Daerah yang mengaturnya.

  2 Tingginya rumah tidak layak huni dan kepadatan penduduk yang tidak merata menyebabkan kawasan pesisir semakin padat bahkan garis pantai semakin bertambah panjang.

  3 Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya tinggal pada lokasi rawan bencana yang memperhatikan aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

  4 Belum adanya dokumen kajian mengenai perumahan dan kawasan permukiman, terutama untuk memenuhi pengembangan kawasan pedesaan.

  5 Sarana dan prasarana pencegahan kebakaran kurang diperhatikan dalam gedung disamping itu belum adanya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran di Kabupaten Rembang.

  6 Sarana dan prasarana pemadam kebakaran di Kabupaten Rembang belum memadai sehingga apabila terjadi bencana harus menunggu armada pemadam dari Kabupaten Pati maupun Kabupaten Blora.

  7 Belum adanya database atau sistem informasi mengenai bangunan atau kawasan permukiman yang mudah diakses oleh masyarakat, sehingga perlu disusunnya

  RP3KP untuk merumuskan kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman, serta mengalokasikan ruang untuk tipologi perumahan dan permukiman, menangani/ mengatur kualitas perumahan.

  NO URAIAN SASARAN PROGRAM TOTAL LUAS KAWASAN SASARAN PROGRAM TAHUN

  II Kawasan Permukiman Perdesaan …….. Ha …… Ha …… Ha …… Ha …… Ha …… Ha

  I Kawasan Kumuh Perkotaan …….. Ha …… Ha …… Ha …… Ha …… Ha …… Ha

  V KET

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

  IV TAHUN

  III TAHUN

  II TAHUN

  I TAHUN

  

Tabel VII.4.

Matriks Sasaran Program Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  8 Akses antar permukiman perlu ditingkatkan, terutama untuk mengatasi kesenjangan desa-kota.

  bidang Cipta Karya khususnya pada setiap sektor baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/ kota.

  

dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan

  Sasaran program mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus

  7.1.4. Sasaran Program

  11 Masih terdapat keberadaan perumahan/ permukiman kumuh dan liar sehingga perlu penertiban terhadap perumahan/ permukiman kumuh dan liar tersebut.

  10 Masih terdapat keberadaan rumah yang tidak layak huni sehingga perlu adanya kebijakan yang dapat memberikan kemudahan bagi warga untuk merenovasi rumahnya yang masuk dalam kategori layah huni.

  9 Masih terdapat backlog di mana ada kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan rakyat sehingga perlu adanya pengurangan jumlah penduduk yang tinggal di rumah tidak layak huni untuk menurunkan angka backlog yang ada.

  III Kawasan Permukiman Khusus (Permukiman Nelayan, Perbatasan, Pulau Kecil, Rawan Bencana dsb) …….. Ha …… Ha …… Ha …… Ha …… Ha …… Ha

7.1.5. Usulan Kebutuhan Program dan Pembiayaan

  Berisikan rincian usulan hasil identifikasi kebutuhan program untuk pencapaian sasaran program dari setiap sektor pengembangan kawasan permukiman yang dijabarkan setiap tahunnya.

  Daerah rawan bencana seharusnya menjadi daerah lindung yang tidak boleh digunakan untuk lahan terbangun, apalagi dijadikan sebagai kawasan permukiman. Akan tetapi, di lapangan ternyata masih banyak daerah-daerah rawan bencana yang ditempati penduduk sebagai tempat hunian. Masalah yang mempengaruhi ini adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kawasan-kawasan lindung yang terlarang untuk permukiman. Selain itu, akibat dari kurang tegasnya pengendalian pembangunan dari aparat Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang. Berikut ini disampaikan ringkasan dalam tabel lokasi perumahan dan permukiman di daerah rawan bencana

7.2. SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

7.2.1. Kondisi Eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.2.1. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung

A. Rencana Tata Bangunan

  Kabupaten Rembang telah mempunyai Peraturan Daerah mengenai Bangunan Gedung yang ditetapkan pada tahun 2007 yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 15 Tahun 2007 tentang Bangunan Gedung yang ditetapkan pada tanggal 30 Juli Tahun 2007. Arahan pengaturan tata bangunan di Kabupaten Rembang adalah sebagai berikut :

1. Rencana Kepadatan Bangunan

  Kepadatan bangunan adalah jumlah bangunan di atas satu luasan lahan tertentu, dinyatakan dalam satuan yaitu bangunan/ha. Faktor yang dipertimbangkan untuk menetapkan kepadatan bangunan adalah : Faktor kesehatan, yang mencakup :

  1. air bersih, 2. sanitasi dan pembuangan limbah, 3. cahaya, sinar matahari, udara dan ketenangan, dan 4. ruang gerak dalam tempat tinggal;

  Faktor sosial, yang mencakup :

  1. ruang terbuka pribadi, 2. privasi, 3. perlindungan dan 4. fasilitas lingkungan;

  Faktor teknis, yang mencakup : 1. resiko kebakaran, 2. ketersediaan lahan untuk bangunan, 3. daya hubung dan 4. kondisi tanah.

  Secara umum tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Rembang lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas tampung kota secara keseluruhan. Dengan demikian untuk pengembangannya dapat dilakukan secara horizontal dengan memperhatikan kegiatan non-urban tanpa mengganggu daerah pinggiran kota (daerah transisi). Namun demikian, bagi pengembangan di pusat kota harus juga memperhitungkan intensifikasi penggunaan ruang. Hal ini mengingat kemungkinan besar perkembangan di pusat kota akan jauh lebih cepat dibandingkan dengan perkembangan daerah transisinya. Sehingga dalam menentukan alternatif distribusi kepadatannya menggunakan asumsi yaitu kepadatan akan semakin rendah pada kawasan-kawasan yang jauh dari pusat kota.

  Sedangkan Koefesien Dasar Bangunan (KDB) Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan Kota, maka KDB dikelompokan dalam klasifikasi :

   Kepadatan Sangat Tinggi sebesar > 75 %

   Kepadatan Tinggi sebesar 50 – 75 %

   Kepadatan Sedang sebesar 20 – 50 %

   Kepadatan Rendah sebesar 0 – 20 %

  Mengenai perpetakan lahan merupakan unit perpetakan berupa sistem kapling yang ditetapkan sesuai dengan ukuran petak lahannya. Klasifikasi perpetakan lahan menurut Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327/ KPTS/ M/ 2002 tanggal 12 Agustus 2002 yang membagi perpetakan bangunan dalam 8 klasifikasi, antara lain :

   Klasifikasi I (Sistem Blok) = > 2.500 m²

   Klasifikasi II (kapling Sangat Besar) = 1.000 m² - 2.500 m²

   Klasifikasi III (kapling Besar) = 600 m² - 1.000 m²

   Klasifikasi IV (kapling Sedang) = 250 m² - 600 m²

   Klasifikasi V (kapling Kecil) = 100 m² - 250 m²

   Klasifikasi VI (kapling Sangat Kecil) =50 m² - 100 m²`

   Klasifikasi VII (Tanpa kapling) = < 50 m²

   Klasifikasi VIII (kapling sangat besar) = Rumah Susun/ Flat

  Untuk pengaturan KDB terbesar diarahkan pada kegiatan perdagangan sebesar 90 % dengan pertimbangan intensitas kegiatan dan produktifitas penggunaan lahannya memiliki nilai ekonomis tinggi, sehingga sebagian besar kavling dimanfaatkan untuk kegiatan usaha. Namun demikian hanya dibatasi sebesar 90 % dengan pertimbangan tetap tersedianya lahan untuk garis sempadan bangunan terhadap jalan maupun kanan- kiri dan belakang bangunan.

  Pada kawasan ini dipersyaratkan untuk disediakan areal parkir secara komunal berupa areal parkir khusus (parking area) atau pada setiap kapling penggunaan lahan memiliki parkir bawah tanah/lantai dasar. Dengan demikian pada kawasan padat lalu lintas tidak akan terjadi parkir tepi jalan (on street parking). Sedangkan KDB terendah terendah terdapat pada kegiatan olahraga dan ruang terbuka hijau yaitu maksimal sebesar 15 % dan kawasan konservasi maksimal 5 %. KDB maksimal untuk masing- masing kegiatan bergantung pada lokasi kegiatannya, sehingga tidak semua kawasan memiliki KDB maksimal sebagaimana yang diarahkan. Prioritas lokasi dengan KDB maksimal diarahkan pada :

   Kawasan pusat perkotaan, pusat BWK dan pusat Blok. 

  Kawasan disepanjang jalan utama kota, dengan tetap mengikuti ketentuan GSB terhadap jalan. 

  Kawasan permukiman lama yang dikembangkan secara intensif, dengan tetap melakukan upaya pengendalian dan pengaturan lingkungan permukimannya.

  Prinsip yang digunakan dalam penetapan kepadatan bangunan adalah sebagai berikut :  Kepadatan bangunan perlu memperhatikan ruang kota yang tercipta akibat adanya bangunan-bangunan;  Pemanfaatan ruang dengan fungsi konservasi, meminimalkan penggunaan ruang untuk kawasan terbangun dan memperbesar ruang terbuka hijau;

   Menciptakan suasana asri dan alamiah dengan menciptakan keterangan dan kenyamanan.

2. Ketinggian Bangunan

  Ketinggian bangunan ialah suatu nilai yang menyatakan jumlah lapis/ lantai (storey) maksimum pada petak lahan. Ketinggian bangunan dinyatakan dalam satuan lapis atau lantai (lantai dasar = lantai 1) atau meter. Perhitungan ketinggian bangunan dapat ditentukan sebagai berikut :

  a) Ketinggian ruang pada lantai dasar ditentukan dengan fungsi ruang dan arsitektur bangunannya; b) Dalam hal perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak vertikal dan lantai penuh ke lantai penuh berikutnya lebih dari 5 meter, maka ketinggian bangunan dianggap sebagai dua lantai;

  c) Terhadap bangunan tempat ibadah, gedung pertemuan, gedung pertunjukkan, gedung sekolah, bangunan monumental, gedung olah raga, bangunan serbaguna dan bangunan sejenis lainnya tidak berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir (2).

  d) Apabila tinggi tanah perkarangan berada di bawah titik ketinggian (peil) bebas banjir atau terdapat kemiringan yang curam atau perbedaan tinggi yang besar pada tanah asli suatu perpetakan, maka tinggi maksimum lantai dasar ditetapkan oleh instansi yang berwenang mengeluarkan IMB; Adapun alternatif pengaturan kepadatan perumahan didasarkan pada perbandingan antara lahan terbangun dibagi dengan luas kavling lahan yang bersangkutan. Hasil dari angka perbandingan diatas berupa suatu koefesien pemanfaatan lahan yang bersifat horisontal (Koefesien Dasar Bangunan/ KDB) dan koefesien yang menunjukan dimensi vertikal (Koefesien Lantai Bangunan/ KLB).

  Hal ini dapat dilihat dari keadaan kawasan terbangun yang pada tahun 2010 atas dasar peta citra, berorientasi pada koridor jalur pantura dengan kepadatan cukup tinggi. Diperkirakan dengan semakin bertambah jumlah penduduk dan tuntutan kebutuhan untuk permukiman, maka pada gilirannya intensitas pemanfaatan lahan untuk kegiatan non-urban termasuk (catchment area) akan semakin berkurang sejalan dengan berkembangnya kegiatan urban dimasa mendatang. Untuk itu perlu adanya pengaturan intensitas pemanfaatan ruang (Koefesien Dasar Bangunan/KDB dan Koefesien Lantai Bangunan/KLB). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan Kota, maka KLB dikelompokan dalam klasifikasi :

1. Koefesien Lantai Bangunan (KLB) Pengaturan KLB merupakan kelipatan dari KDB yang bersangkutan.

   Untuk ketinggian bangunan 1 lantai pada kepadatan tinggi maka KLB nya adalah (1 x 50%-1 x 75%) atau antara 0,5 – 0,75.  Ketinggian bangunan 1 – 2 lantai pada kepadatan tinggi, maka KLB nya adalah (1 x 50% - 2 x 75%) atau antara 0,5 -1,5. Seluruh bangunan yang terdapat di Kabupaten Rembang saat ini umumnya memiliki tinggi bangunan 1 - 3 lantai. Mengingat daya dukung ruang yang ada di Kabupaten Rembang bagian utara cukup baik, maka dimungkinkan pelaksanaan pembangunan tetap dilakukan secara horisontal dan vertikal. Begitu juga dengan daya dukung kelayakan lahannya yang memungkinkan pembangunan dilakukan secara vertikal dengan penambahan jumlah lantai bangunan. Walaupun tingkat perkembangan fisik terbangun kota relatif besar namun masih cukup banyak tersedia lahan cadangan kota, maka diarahkan tinggi bangunan di Kabupaten Rembang berkisar antaraa 1 - 4 lantai, dengan tetap membatasi/mengontrol perkembangan ruang kota yang terjadi secara eksternal/horizontal. Untuk bangunan yang akan dibangun dengan tinggi melebihi dari ketentuan tersebut masih dimungkinkan, dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan/ijin dari instansi yang berwenang, bangunan yang memungkinkan diantaranya untuk penggunaan hotel dan pusat perbelanjaan.

  Ketentuan tentang pengaturan ketinggian bangunan dibagi dalam 4 tingkatan, yaitu : a) Bangunan dengan ketinggian > 4 lantai hanya diperuntukkan bagi bangunan komersial dan jasa yang berlokasi di kawasan pusat kota, karena tingginya intensitas kegiatan dan penggunaan lahan sehingga pemanfaatan lahan dapat dioptimalkan dengan pengembangan bangunan secara vertikal, diantaranya seperti bangunan hotel, pertokoan, perkantoran, fasilitas umum (pendidikan, rumah sakit), bank, dan shopping center. Dengan demikian ketersediaan areal parkir kendaraan tetap terjamin atau dengan memanfaatkan bangunan gedung sebagai bertingkat) tempat parkir (parkir bawah tanah/basemen atau parker. b) Bangunan dengan ketinggian 2 - 4 lantai diarahkan pada jalan utama kota serta di kawasan pusat kota dan sekitarnya dengan dasar pertimbangan seperti di atas, namun hanya dibatasi maksimal 4 lantai untuk menjaga keseimbangan lingkungan dengan bangunan di sekitarnya/di belakangnya, menyangkut keseimbangan tata udara dan sinar matahari. Fungsi bangunan yang direncanakan diataranya perkantoran, jasa, pertokoan & bangunan umum.

  c) Bangunan dengan ketinggian 1 - 3 lantai diarahkan untuk bangunan fasilitas umum seperti bangunan pendidikan, kesehatan dan peribadatan. Untuk ketinggian 1 - 2 lantai khusus diperuntukkan bagi bangunan perumahan dan fasilitas umum.

  3. Arahan Perpetakan Bangunan

  Arahan perpetakan bangunan akan mengatur luas petak–petak bangunan yang terdapat pada setiap blok peruntukkan dalam kawasan, hal ini berkaitan dengan kepadatan bangunan. Mengenai perpetakan lahan merupakan unit perpetakan berupa sistem kapling yang ditetapkan sesuai dengan ukuran petak lahannya. Klasifikasi perpetakan lahan menurut Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327/ KPTS/ M/ 2002 tanggal 12 Agustus 2002 yang membagi perpetakan bangunan dalam 8 klasifikasi, antara lain : Klasifikasi I (Sistem Blok) = > 2.500 m² Klasifikasi II (kapling Sangat Besar) = 1.000 m² - 2.500 m² Klasifikasi III (kapling Besar) = 600 m² - 1.000 m² Klasifikasi IV (kapling Sedang) = 250 m² - 600 m² Klasifikasi V (kapling Kecil) = 100 m² - 250 m² Klasifikasi VI (kapling Sangat Kecil) = 50 m² - 100 m²` Klasifikasi VII (Tanpa kapling) = < 50 m² Klasifikasi VIII (kapling sangat besar) = Rumah Susun/ Flat

  4. Arahan Garis Sempadan

  Untuk menata lingkungan permukiman yang teratur, perlu direncanakan pengaturan Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan pengaturan jarak bangunan. Pengertian Garis Sempadan Bangunan (GSB) disini adalah garis diatas permukaan tanah yang pada pendirian bangunan ke arah yang berbatasan tidak boleh dilampaui dan yang membatasi dinding terluar dengan trotoar atau tepi perkerasan badan jalan. Untuk menetapkan pengaturan garis sempadan bangunan disesuaikan dengan besar kapling pada jaringan jalan rencana.

B. Kondisi Prasarana Penanggulangan Kebakaran

  Tingginya perkembangan kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan membawa dampak tumbuhnya kantong-kantong permukiman kumuh di wilayah Kabupaten Rembang. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal semakin meningkat seiring dengan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas dan kecenderungan warga masyarakat yang ingin tinggal di dekat pusat-pusat kota. Akibatnya kawasan pusat kota tidak mampu lagi menampung aktivitas warganya yang berdampak pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan masalah sosial yang semakin kompleks. Lokasi permukiman kumuh di perkotaan terdapat kawasan nelayan di sekitar pantai, yang berada di wilayah utara Kabupaten Rembang. Untuk mengurangi dan menghilangkan kawasan kumuh, Pemerintah Kabupaten Rembang akan menata lingkungan kumuh berbasis komunitas dengan menciptakan kemandirian masyarakat dalam memeliharan lingkungan permukimannya menjadi tertata, bersih dan layak huni. Faktor keselamatan bangunan gedung belum diperhatikan dari sebagian masyarakat sehingga sering dijumpai bangunan gedung yang tidak tertata, kepadatan bangunan tinggi dan factor keteledoran manusia seringkali menjadi penyebab terjadinya musibah kebakaran. Demikian juga yang terjadi di Kabupaten Rembang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dan gambar di bawah ini.

  

Tabel VII.5.

Bencana Kebakaran di Kabupaten Rembang Tahun 2008-2010

BENCANA KORBAN KEBAKARAN NO TAHUN BENCANA

  TAKSIRAN RUMAH BANGUNAN MENINGGAL LUKA- KERUGIAN KEBAKARAN LAIN LUKA MATERI (Rp.)

  1 2008

  4

  4 1.087.000.000,00 2 2009

  17

  22

  1 1 1.181.000.000,00 3 2010

  22

  25

  2 3 1.215.000.000,00

  Sumber: Kabupaten Rembang Dalam Angka, 2016

7.2.2.2. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

A. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

  Kabupaten Rembang pada tahun 2011 telah menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Rembang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031. Selanjutnya RTRW Kabupaten Rembang tersebut akan menjadi pedoman/acuan dalam penyusunan rencana tata ruang yang lebih rinci. Selain itu, telah pula dilakukan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota untuk wilayah perkotaan diantaranya adalah:

  1) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Rembang 2) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Lasem 3) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Sluke 4) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Gunem 5) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Sale 6) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Sarang 7) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Pancur 8) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Kaliori 9) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Sulang 10) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Sumber 11) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Bulu 12) Rencana Detail Tata Ruang Kota Perkotaan Sedan

  Selain itu untuk perencanaan yang lebih rinci telah disusun juga beberapa RTBL untuk kawasan yang dinilai strategis antara lain :

  1. RTBL Kawasan Bahari terpadu pada tahun 2005, yang meliputi kawasan sekitar pelabuhan di Tasikagung dengan karakter lingkungan berupa permukiman nelayan, industri penunjang perikanan laut dan kegiatan pelabuhan.

  2. Detail Architectur Engineering Desain (DAED) Kawasan Perumahan Tradisional di sekitar Rumah/ Museum Kartini di Kota Rembang pada tahun 2003.

  3. RTBL dan DED Kawasan Prioritas Kota PUSAKA sudah disusun di 2017.

B. Kondisi Kota Pusaka di Kabupaten Rembang

  Kota Pusaka adalah kota yang memiliki kekentalan sejarah yang bernilai dan memiliki pusaka alam, pusaka budaya berwujud dan tak berwujud, serta rajutan berbagai pusaka tersebut secara utuh sebagai aset pusaka dalam wilayah/kota atau bagian dari wilayah/ kota yang hidup, berkembang, dan dikelola secara efektif. Pusaka menurut piagam Pelestarian dan Pengelolaan Pusaka Indonesia Tahun 2003 meliputi pusaka alam, pusaka budaya dan pusaka saujana.

  Perencanaan dan penataan suatu kawasan harus mempertimbangkan eksisting kegiatan yang ada di kawasan tersebut. Begitu pula dalam pengembangan, penataan dan pelestarian aset-aset pusaka diperlukan inventarisasi terhadap aset pusaka baik yang bersifat pusaka alam, pusaka budaya maupun saujana. Rembang merupakan salah daerah pesisir di pantai utara Jawa yang memiliki potensi alam dan peninggalan sejarah yang kaya. Potensi alam dan peninggalan bersejarah tersebut dapat didayagunakan untuk kepentingan pengembangan sektor pariwisata yang sangat menarik.

  Pada gilirannya pengembangan sektor pariwisata akan bisa meningkatkan pendapatan daerah dan kesejahteraan rakyat Kabupaten Rembang. Kabupaten Rembang sebagai wilayah dengan sejarah pertumbuhan kota yang panjang, juga memiliki permukiman-permukiman traditional dan bangunan gedung dengan nilai historis yang tinggi, yang terletak terutama dikota-kota utama, seperti Kota Rembang, Kota Lasem, Sluke, dan dibeberapa tempat lainnya. Permukiman-permukiman tradisional tersebut terdapat di Kota Rembang, Lasem dan beberapa kota lainnya. Di Kota Rembang yang termasuk kawasan tua diantaranya adalah Pecinan, Kanjengan (kompleks Kabupaten), Kasaran, Kauman, dan Pesantren.

1. Pecinan

  Pecinan Kota Rembang terletak di dua wilayah administratif, yaitu Desa Tasikagung dan Kelurahan Sumberejo, tepatnya di kampung Gambiran, Undakan, Perapatan Yaini, sebagian sudah berubah fungsi dari bangunan rumah tinggal menjadi tempat usaha perdagangan maupun budidaya burung walet. Kawasan Pecinan ini mempunyai

  landmark yang cukup terkenal yaitu Klenteng Tjoe Hwie Kiong di Jalan Pelabuhan No 1 Rembang.

  2. Kanjengan Merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Rembang sekaligus tempat kediaman bupati. Pusat kawasan ini yang juga menjadi pusat kegiatan kota adalah alun-alun, kabupaten dan masjid. Perumahan di sekitar kabupaten dulu merupakan perumahan abdi kabupaten. Di sebelah barat kabupaten terdapat kampung Magersari yang berasal dari sistem penghunian disekitar penguasa.

  3. Kawasan kolonial Kawasan ini terletak di sekitar Pantai Kartini yang memang memiliki bangunan- bangunan berciri arsitektur portugis dengan landmark adalah eks Gereja Portugis.

  Berikut adalah daftar bangunan cagar budaya (BCB) tak bergerak yang berada di wilayah Kabupaten Rembang sampai dengan bulan Maret 2017.

  Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rembang Tahun 2018 - 2022

  VII - 23

Tabel VII.6.

  

Daftar Registrasi BCB Tak Bergerak di Wilayah Rembang Sampai dengan

Maret 2017

No No. Inventaris Nama BCB/Situs Alamat Kabupaten/Kota Jenis BCB Periode Nomor Surat Proses SK Penetapan

  1 11-17/Rem/TB/1 Situs Selodiri Terjan, Krangan Situs Prasejarah 2 11-17/Rem/TB/2 Masjid Jami Lasem Karangturi, Lasem Masjid Islam 3 11-17/Rem/TB/3 Makam Sayyid Abdurrohman (Mbah

  Sumbu) Karangturi, Lasem Makam Islam 4 11-17/Rem/TB/4 Makam Syeh Abubakar Caruban, Lasem Makam Islam 5 11-17/Rem/TB/5 Prasasti Pamotan Sambikilang, Pamotan Prasasti Klasik 6 11-17/Rem/TB/6 kelenteng Hok Tik Bio Jl. KS Tubun 24 Rembang Kelenteng Kolonial 7 11-17/Rem/TB/7 Kelenteng Tjoe Hwie

  Kiong Jl. Pelabuhan 1 Rembang Kelenteng Kolonial 1386/101.SP/BP3/P-

  VI/2010 8 11-17/Rem/TB/8 Pecinan KS Tubun Rembang Rumah Tinggal Kolonial 9 11-17/Rem/TB/9 Kelenteng Cu Am Kiong Jl. Dasun 19 Lasem Kelenteng Kolonial 1424/101.SP/BP3/P-

  VI/2010 10 11-17/Rem/TB/10 Pecinan Soditan, Lasem Rumah Tinggal Kolonial 11 11-17/Rem/TB/11 Rumah Tinggal Jl. Gedong Mulya, Lasem Rumah Tinggal Kolonial 12 11-17/Rem/TB/12 Kelenteng Gio Yong Bio Jl. Babagan Lasem Kelenteng Kolonial 13 11-17/Rem/TB/13 Rumah Tinggal Jl. Babagan Lasem Rumah Tinggal Kolonial 14 11-17/Rem/TB/14 Pecinan Karangturi, Lasem Rumah Tinggal Kolonial 15 11-17/Rem/TB/15 Rumah Tinggal Jl. Jatiraga Lasem Rumah Tinggal Kolonial 16 11-17/Rem/TB/16 Rumah Tinggal Jl. Jatiraga 16 Lasem Rumah Tinggal Kolonial 17 11-17/Rem/TB/17 Masjid Jami Rembang Kauman, Kutaharja, Rembang Masjid Islam 18 11-17/Rem/TB/18 Makam Kanjeng Sedo Laut Kauman, Kutaharja, Rembang Makam Islam 19 11-17/Rem/TB/19 Makam Nyi Ageng Maloka Gedongcaruban, Gedongmulya, Lasem

  Makam Islam 20 11-17/Rem/TB/20 Masjid Pamotan (Al-Amin) Pamotan Masjid Islam 21 11-17/Rem/TB/21 Masjid Al Mimbar Dresi Wetan, Kaliori Masjid Islam 22 11-17/Rem/TB/22 Petilasan Sunan Bonang Bonang, Lasem Situs Islam Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya Nomor Surat Proses SK No No. Inventaris Nama BCB/Situs Alamat Kabupaten/Kota Jenis BCB Periode Penetapan dan Makam Putri Cempa 23 11-17/Rem/TB/23 Masjid Bonang Bonang, Lasem Masjid Islam

  24 11-17/Rem/TB/24 Rumah Tradisional/Rumah Bonang, Lasem Rumah Tinggal Islam Gadang 25 11-17/Rem/TB/25 Pendapa Kabupaten Jl. Gatot Subroto, Kutaharja Pendapa Kolonial Rembang 26 11-17/Rem/TB/26 SD Kutaharja 2 Jl. Gatot Subroto, Kutaharja Gedung Kolonial 27 11-17/Rem/TB/27 SMU 6 Kartini Jl. Gatot Subroto, Kutaharja Gedung Kolonial 28 11-17/Rem/TB/28 Pesanggrahan Bulu, Rembang Gedung Kolonial Djojodiningrat 29 11-17/Rem/TB/29 Makam RA. Kartini Bulu, Rembang Makam Islam 30 11-17/Rem/TB/30 Bekas Gereja Jl. Diponegoro Gedung Kolonial 31 11-17/Rem/TB/31 Asrama TNI AD Jl. Diponegoro 67 Rembang Gedung Kolonial 32 11-17/Rem/TB/32 Rumdin Pegadaian Jl. Diponegoro Rembang Rumah Tinggal Kolonial 33 11-17/Rem/TB/33 Eks. Stasiun Rembang Jl. Cikar Rembang Stasiun Kolonial 34 11-17/Rem/TB/34 Rumah Tinggal Jl. Jatiraga 18 Lasem Rumah Tinggal Kolonial 35 11-17/Rem/TB/35 Rumah Tinggal Jalatunda, Lasem Rumah Tinggal Kolonial 36 11-17/Rem/TB/36 Eks Stasiun Lasem Widorokandang, Babagan, Stasiun Kolonial

  Lasem 37 11-17/Rem/TB/37 Pendapa Kawedanan Sulang Pendapa Kolonial Sulang 38 11-17/Rem/TB/38 Situs Perahu Kuno Punjulharjo Situs Klasik 312/101.SP/BP3/P- Rembang

  III/2010 39 11-17/Rem/TB/39 Tugu Lilin Rembang Tugu Kolonial 40 11-17/Rem/TB/40 Makam Adipati Desa Karangturi/Kauman Makam Islam Tejokusumo I 41 11-17/Rem/TB/41 Komplek Makam Ulama Desa Karangturi/Kauman Makam Islam (KH. M. Ma'Shoem

  Ahmad, Ny. Nuriyyah & KH. A. Syakir) Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rembang Tahun 2018 - 2022

  VII - 24

  Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rembang Tahun 2018 - 2022

  VII - 25

  No No. Inventaris Nama BCB/Situs Alamat Kabupaten/Kota Jenis BCB Periode Nomor Surat Proses SK Penetapan 42 11-17/Rem/TB/42 Komplek Makam KH.

  Abdul Aziz bin Joyotirto & KH. Baidhowi bon Abdul Aziz Desa Karangturi/Kauman Makam Islam

  43 11-17/Rem/TB/43 Makam Keluarga Bupati Tuban Dsn Caruban, Ds. Gedong Mulyo

  Makam Islam 44 11-17/Rem/TB/44 Makam Santi Puspa Dsn Caruban, Ds. Gedong Mulyo Makam Islam

  45 11-17/Rem/TB/45 Bangunan Cina Jl. Dasun 15, Ds. Soditan, Lasem Rumah Tinggal Islam 46 11-17/Rem/TB/46 Kelenteng Cu An Kiong Jl. Dasun 19, Ds. Soditan,

  Lasem Kelenteng Kolonial 47 11-17/Rem/TB/47 Vihara Karuna Dharma Desa Soditan Rt. 07 Vihara Kolonial 48 11-17/Rem/TB/48 Galangan Kapal

  Galangan Kolonial 49 11-17/Rem/TB/49 Maranatha/Ong's Art Jl. Karangturi Gang I/1 Lasem Rumah Tinggal Kolonial 50 11-17/Rem/TB/50 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang I No. 3 Rumah Tinggal Kolonial 51 11-17/Rem/TB/51 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang I No. 5 Rumah Tinggal Kolonial 52 11-17/Rem/TB/52 Bangunan Cina 53 11-17/Rem/TB/53 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang III No. 19 Rumah Tinggal Kolonial 54 11-17/Rem/TB/54 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang III No. 15 Rumah Tinggal Kolonial 55 11-17/Rem/TB/55 Kantor Dinas Pekerjaan

  Umum Jl. Karangturi Gang III No. 12a Rumah Tinggal Kolonial 56 11-17/Rem/TB/56 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang III No. 5 Rumah Tinggal Kolonial 57 11-17/Rem/TB/57 Bangunan Cina Jl. Karangturi No. 16 Rumah Tinggal Kolonial 58 11-17/Rem/TB/58 Bangunan Cina Jl. Karangturi No. 20 Rumah Tinggal Kolonial 59 11-17/Rem/TB/59 Bangunan Cina Jl. Karangturi No. 7 Rumah Tinggal Kolonial 60 11-17/Rem/TB/60 Bangunan Cina Jl. Karangturi No. 9 Rumah Tinggal Kolonial 61 11-17/Rem/TB/61 Bangunan Indis Jl. Karangturi No. 11 Rumah Tinggal Kolonial 62 11-17/Rem/TB/62 Pesantren Karangturi Jl. Karangturi Lasem Rumah Tinggal Kolonial 63 11-17/Rem/TB/63 Bangunan Indis Jl. Karangturi No. 17 Rumah Tinggal Kolonial

  Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rembang Tahun 2018 - 2022

  VII - 26

  No No. Inventaris Nama BCB/Situs Alamat Kabupaten/Kota Jenis BCB Periode Nomor Surat Proses SK Penetapan 64 11-17/Rem/TB/64 Bangunan Indis Jl. Karangturi No. 28 Rumah Tinggal Kolonial 65 11-17/Rem/TB/65 Kelenteng Poo An Bio Jl. Karangturi Gang VII No. 5 Kelenteng Kolonial 66 11-17/Rem/TB/66 Bangunan Indis Jl. Karangturi Gang VI No. 8 Rumah Tinggal Kolonial 67 11-17/Rem/TB/67 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang VI No. 5 Rumah Tinggal Kolonial 68 11-17/Rem/TB/68 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang VI No. 1 Rumah Tinggal Kolonial 69 11-17/Rem/TB/69 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang VI No. 2 Rumah Tinggal Kolonial 70 11-17/Rem/TB/70 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang VI No. 9 Rumah Tinggal Kolonial 71 11-17/Rem/TB/71 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang VI No. 24 Rumah Tinggal Kolonial 72 11-17/Rem/TB/72 Bangunan Indis Jl. Karangturi Gang IV No. 17 Rumah Tinggal Kolonial 73 11-17/Rem/TB/73 Bangunan Indis Jl. Karangturi Gang IV No. 16 Rumah Tinggal Kolonial 74 11-17/Rem/TB/74 Bangunan Indis Jl. Karangturi Gang IV No. 19 Rumah Tinggal Kolonial 75 11-17/Rem/TB/75 Bangunan Indis Jl. Karangturi Gang IV No. 13 Rumah Tinggal Kolonial 76 11-17/Rem/TB/76 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang IV No. 8 Rumah Tinggal Kolonial 77 11-17/Rem/TB/77 Bangunan Cina Jl. Karangturi Gang I No. 8 Rumah Tinggal Kolonial 78 11-17/Rem/TB/78 Pabrik Tegel Lasem Jl. Raya Lasem No. 83 Industri Kolonial 79 11-17/Rem/TB/79 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem No. 84 Rumah Tinggal Kolonial 80 11-17/Rem/TB/80 SD Wijayakusuma Jl. Untung Surapati 74 (Raya Lasem)

  Sekolah Kolonial 81 11-17/Rem/TB/81 Bangunan Indis Jl. Dasun No. 3 Ds. Soditan Rumah Tinggal Kolonial 82 11-17/Rem/TB/82 Bangunan Cina Jl. Dasun No. 7 Ds. Soditan Rumah Tinggal Kolonial 83 11-17/Rem/TB/83 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem (Untung

  Suropati) No. 76 Rumah Tinggal Kolonial 84 11-17/Rem/TB/84 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem (Untung Suropati) No. 63

  Rumah Tinggal Kolonial 85 11-17/Rem/TB/85 Panti Asuhan Marganingsih Jl. Raya Lasem (Untung Suropati) No. 78 Rumah Tinggal Kolonial

  86 11-17/Rem/TB/86 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem (Untung Suropati) No. 80 Rumah Tinggal Kolonial 87 11-17/Rem/TB/87 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem (Untung

  Suropati) No. 86 Rumah Tinggal Kolonial

  Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya Nomor Surat Proses SK No No. Inventaris Nama BCB/Situs Alamat Kabupaten/Kota Jenis BCB Periode Penetapan

  88 11-17/Rem/TB/88 TK Bangunan 92 Jl. Raya Lasem (Untung Toko Kolonial Suropati) No. 92 89 11-17/Rem/TB/89 Salon Yon Jl. Raya Lasem (Untung Rumah Tinggal Kolonial Suropati) No. 96 90 11-17/Rem/TB/90 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem (Untung Rumah Tinggal Kolonial Suropati) No. 85 91 11-17/Rem/TB/91 Puri Sura Adimenggala III Desa Selopuro, Kecamatan Rumah Tinggal Islam Lasem 92 11-17/Rem/TB/92 Makam Cina I Desa Selopuro, Kecamatan Makam Kolonial Lasem 93 11-17/Rem/TB/93 Makam Cina II Desa Selopuro, Kecamatan Makam Kolonial Lasem 94 11-17/Rem/TB/94 Makam Cina III (Charlie Desa Selopuro, Kecamatan Makam Kolonial Richard Liem) Lasem 95 11-17/Rem/TB/95 Makam Cina IV Desa Selopuro, Kecamatan Makam Kolonial Lasem 96 11-17/Rem/TB/96 Makam Cina V Desa Selopuro, Kecamatan Makam Kolonial Lasem 97 11-17/Rem/TB/97 Bangunan Indis Jl. Raya Lasem (Untung Rumah Tinggal Kolonial Suropati) No. 41 98 11-17/Rem/TB/98 Bangunan Indis Jl. Raya Lasem (Untung Rumah Tinggal Kolonial Suropati) No. 39 99 11-17/Rem/TB/99 Bangunan Indis Jl. Raya Lasem (Untung Rumah Tinggal Kolonial Suropati) No. 37

  100 11-17/Rem/TB/100 Bangunan Indis Jl. Raya Lasem (Untung Rumah Tinggal Kolonial Suropati) No. 35 101 11-17/Rem/TB/101 Kantor Polsek Lasem Jl. Raya Lasem No. 21 Babagan Kantor Kolonial Lasem 102 11-17/Rem/TB/102 Bangunan Indis Jl. Raya Lasem No. 29 Rumah Tinggal Kolonial Gedongmulyo, Lasem

  Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rembang Tahun 2018 - 2022

  VII - 27

  Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya Nomor Surat Proses SK No No. Inventaris Nama BCB/Situs Alamat Kabupaten/Kota Jenis BCB Periode Penetapan

  103 11-17/Rem/TB/103 Bangunan Indis Jl. Raya Lasem No. 27, Rumah Tinggal Kolonial Babagan Lasem 104 11-17/Rem/TB/104 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem No. 46, Rumah Tinggal Kolonial Babagan Lasem 105 11-17/Rem/TB/105 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem No. 31 Rumah Tinggal Kolonial 106 11-17/Rem/TB/106 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem No. 50, Rumah Tinggal Kolonial

  Babagan Lasem 107 11-17/Rem/TB/107 Bangunan Indis Jl. Babagan No. 8 Babagan Rumah Tinggal Kolonial 108 11-17/Rem/TB/108 Bangunan Cina Jl. Babagan Gang IV, No. 1 Rumah Tinggal Kolonial Babagan 109 11-17/Rem/TB/109 Bangunan Cina Jl. Babagan Gang IV, No. 4 Rumah Tinggal Kolonial Babagan 110 11-17/Rem/TB/110 Bangunan Indis, Batik Jl. Babagan Gang IV No. 7 Rumah Tinggal Kolonial 111 11-17/Rem/TB/111 Bangunan Indis, toko Jl. Raya Lasem No. 93 Rumah Tinggal Kolonial 112 11-17/Rem/TB/112 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem No. 118 Rumah Tinggal Kolonial 113 11-17/Rem/TB/113 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem No. 99 Rumah Tinggal Kolonial 114 11-17/Rem/TB/114 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem 102 (101-103) Rumah Tinggal Kolonial 115 11-17/Rem/TB/115 Wisma Cinta Sesama M Jl. Raya Lasem 105 Rumah Tinggal Kolonial 116 11-17/Rem/TB/116 Bangunan Indis Jl. Raya Lasem No. 107 Rumah Tinggal Kolonial 117 11-17/Rem/TB/117 Bangunan Cina Jl. Raya Lasem No. 109 Rumah Tinggal Kolonial

  Sumber: Bappeda Kabupaten Rembang, 2017 Review RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Rembang Tahun 2018 - 2022

  VII - 28

C. Kondisi Ruang Terbuka Hijau

  Alokasi Rencana Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Rembang sesuai dengan Kawasan Perkotaan minimal 20 % dari luas wilayah perkotaan. Sehingga untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota diperlukan proporsi minimal 30%. Ruang terbuka hijau tersebut juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Target luas sebesar 30% dari luas wilayah kota dapat dicapai secara bertahap melalui pengalokasian lahan perkotaan secara tipikal. Di dalam RTRW Kabupaten Rembang tahun 2011-2031 telah ditetapkan rencana Ruang Terbuka Hijau yaitu seluas 2.720 Ha yang terdiri atas RTH publik dan RTH Privat yang luasnya 32% (tiga puluh dua persen) dari luas perkotaan, meliputi:

  a) Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik, berupa hutan kota , taman kota, jalur hijau jalan dan sungai, Tempat Pemakaman Umum (TPU) meliputi: Perkotaan Rembang; Perkotaan Lasem; Perkotaan Sumber; Perkotaan Kaliori; Perkotaan Sulang; Perkotaan Pamotan; Perkotaan Sarang; Perkotaan Kragan; Perkotaan Sale; Perkotaan Sedan; Perkotaan Pancur; Perkotaan Gunem; Perkotaan Bulu; dan Perkotaan Sluke.

b) Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat, berupa kebun atau pekarangan rumah tinggal, halaman perkantoran, pertokoan, tempat usaha dan taman atap bangunan.

  Berdasarkan RTRW Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031, RTH merupakan perwujudan pola ruang wilayah kawasan perlindungan setempat yang diantaranya meliputi:

  1) Penyusunan masterplan ruang terbuka hijau (RTH); 2) Pengadaan lahan dan pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) publik meliputi: hutan kota, 3) taman kota, taman kelurahan, taman lingkungan dan taman pemakaman umum. 4) Pembangunan sarana dan prasarana pendukung ruang terbuka hijau (RTH); 5) Sosialisasi sadar penghijauan pada pekarangan atau ruang terbuka hijau (RTH) privat dan ruang terbuka hijau (RTH) Publik.

  Luas RTH Kawasan Perkotaan di Kabupaten Rembang adalah 920,822 ha (28,64%) yang terdiri dari RTH publik maupun RTH privat. Hal ini menunjukkan bahwa RTH di Kawasan Perkotaan di Kabupaten Rembang belum memenuhi amanah UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa proporsi RTH pada wilayah perkotaan paling sedikit 30 % dari luas wilayah kota, yang terdiri dari 20 % ruang terbuka hijau publik dan 10 % ruang terbuka hijau privat.

  Hutan kota yang terdapat di Kota Rembang telah ditetapkan sebagai Ruang Terbuka Hijau dengan Surat Keputusan Bupati Rembang yaitu :

  1) Hutan Kota Besi berdasarkan Surat Keputusan Bupati Rembang Nomor 660.1/262/2009 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan GOR Kabupaten Rembang sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).

  2) Hutan Kota Rowosetro berdasarkan Surat Keputusan Bupati Nomor 660.11/4241/2010 menetapkan kawasan Embung Rowo Setro yang terletak di Desa Pasar Banggi Kecamatan Rembang sebagai kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

  Keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Rembang terdiri dari taman kota, hutan kota, dan jalur hijau dapat ditampilkan pada tabel berikut.

  Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya Tabel VII.7.

  Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan di Kabupaten Rembang RTH RTH

NO. JENIS LUAS (HA) % PENGELOL KONDISI JENIS VEGETASI PERMASALAHA

PUBLIK PRIVAT

  LUAS A N

  Luas Kawasan Perkotaan di Kabupaten 3.214,730 Rembang keseluruhan

  1.RTH Pekarangan

  a Pekarangan rumah V 153,926 4,79% Masyarakat Sedang tanjung,asem,mahoni,mimba, Belum optimalnya tinggal johar,palem,mangga,beringin, pemanfaatan ruang sawo,angsana,dll dan tanaman RTH pekarangan b Halaman V 8,626 0,27% Masyarakat Sedang semak/perdu serta penutup dengan penanaman perkantoran, pertokoan, dan tanah/rumput. tanaman yang sesuai, produktif dan tempat usaha mendukung fungsi c Taman atap bangunan

  V 0,000 0,00% Masyarakat Sedang resapan air

  2. RTH Taman dan Hutan Kota

  a Taman RT

  V V 0,000 0,00% Masyarakat belum Belum terbangunnya terbangun RTH RT,RW dan Kelurahan serta b Taman RW