Ekaristi sebagai upaya meningkatkan motivasi pelayanan para katekis di Paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EKARISTI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI
PELAYANAN PARA KATEKIS DI PAROKI SANTO YUSUP
BINTARAN, YOGYAKARTA
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Benedikta Ganda Anggraeni
NIM: 131124040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, kepada
yang terkasih kedua orang tuaku, Bapak Valentinus Budi Santosa dan Ibu
Skolastika Sujiati, kepada Saudara-saudariku tercinta kakak Yosefina Septi
Madah Kurnia, abang Gamaliel Wisnu Trimandaru dan abang Andreas Fajar
Nugroho, yang setia memberi doa, dukungan dan motivasi kepada penulis, serta
teman-teman yang selalu membantu dan mendukung hingga terselesaikannya

skripsi ini.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah dan permohonan dengan ucapan syukur”
(Flp 4:6)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “EKARISTI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
MOTIVASI PELAYANAN PARA KATEKIS DI PAROKI ST. YUSUP
BINTARAN, YOGYAKARTA”. Penulis memilih judul ini berdasarkan
pengamatan dan pengalaman katekis terlibat di dalam kegiatan katekese di paroki
Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta. Penulis mendapatkan kesan bahwa katekis
perlu untuk lebih bersemangat di dalam melayani umat. Kenyataan ini
menunjukkan motivasi pelayanan katekis belum sungguh-sungguh menjiwai
karya pelayanannya. Katekis masih mengalami semangat yang pasang-surut
terlebih dalam kehadiran, keterlibatan dan keaktifan di dalam kegiatan
berkatekese. Bertitik tolak dari persoalan ini, maka skripsi ini dimaksudkan
sebagai sumbangan pemikiran bagi peningkatan semangat pelayanan katekis di
Bintaran.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana meningkatkan motivasi
pelayanan katekis dengan menghayati dan memperdalam makna Ekaristi di dalam

karya pelayanan mereka. Menanggapi hal tersebut, penulis menggunakan studi
pustaka guna membantu para katekis untuk lebih memperdalam makna Ekaristi
dan jati diri seorang katekis. Di samping itu, penulis juga melakukan penelitian
berupa penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap para katekis guna
memperoleh gambaran sejauhmana Ekaristi telah memotivasi katekis di paroki St
Yusup Bintaran. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa para katekis ternyata
telah memaknai dan termotivasi oleh makna Ekaristi di dalam karya
pelayanannya. Namun penulis meragukan hal tersebut sebab bertolak dari
pengalaman, penulis mendapatkan kesan bahwa para katekis menjawab menurut
pemahaman mengenai makna Ekaristi bukan berdasarkan fakta.
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian tersebut, penulis mengusulkan
kegiatan rekoleksi pengayaan (enrichment) dan pemberdayaan (empowerment)
makna Ekaristi dengan metode berbagi pengalaman, sebagai upaya meningkatkan
semangat pelayanan katekis. Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi proses saling
belajar dan saling memberdayakan satu sama lain (empowerment). Katekis
diharapkan memiliki semangat baru yang menggerakkan, menginspirasi dan
mendorongnya untuk melayani umat.

viii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

This thesis is entitled "EUCHARISTI AS AN EFFORTS TO IMPROVE
THE MOTIVATION OF THE SERVICES OF CATECHISTS IN THE
PARISH OF SAINT YUSUP OF BINTARAN, YOGYAKARTA". The author
chose this title based on observations and experiences of catechists involved in
catechetical activities in the parish of Saint Yusup Bintaran, Yogyakarta. The
author gets the impression that catechists need to be more enthusiastic in serving
the people. This fact shows that the motivation of catechist services has not really
inspired their ministry. Catechists still experience the ups and downs of
enthusiasm, especially in the presence, involvement and catechetical activities.
Starting from this problem, this thesis is intended as a contribution to the thought
of increasing the spirit of catechist service in the Bintaran.
The main problem in this thesis is how increase the motivation of catechist
services by living and deepening the meaning of the Eucharist in their ministry. In
response to this, the author uses a literature study to help catechists to further
deepen the meaning of the Eucharist and the identity of a catechist. In addition,
the author also conducted research in the form of questionnaires and interviews

with catechists in order to get an idea of the extent to which the Eucharist had
motivated catechists in the parish of Saint Yusup Bintaran. The results of the study
revealed that catechists turned out to have interpreted and motivated the meaning
of the Eucharist in their ministry. However, the author doubts this because based
on experience, the author gets the impression that the catechists answered by
expressing an understanding of the meaning of the Eucharist not based on the
facts.
As a follow up to the results of the study, the authors propose enrichment
and empowerment recollection about the meaning of the Eucharist by sharing
experiences, in an effort to increase the spirit of catechist service. Through this
activity, it is expected that a process of mutual learning and mutual empowerment
will occur. Catechists are expected to have a new spirit that moves, inspires and
encourages them to serve the people.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
kasih dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul EKARISTI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI
PELAYANAN PARA KATEKIS DI PAROKI ST. YUSUP BINTARAN,
YOGYAKARTA.
Skripsi ini ditulis sebagai bentuk perhatian penulis sebagai calon katekis
terhadap perkembangan karya pelayanan katekis di paroki di masa mendatang.
Sebagai calon katekis dan anggota karya pewartaan di paroki St Yusup Bintaran,
penulis melihat semangat pelayanan katekis masih mengalami pasang-surut. Hal
ini mengakibatkan pelayanan katekis kurang maksimal dan tidak mengalami
perkembangan. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai
sumbangan pemikiran bagi paroki St Yusup Bintaran untuk lebih memperdalam
makna Ekaristi sebagai upaya meningkatkan motivasi karya pelayanan katekis.
Penulis menyadari dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pada kesempatan ini penulis dengan sepenuh hati mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1.

Dr. B.Agus Rukiyanto S. J, selaku Ketua Program Studi PAK, yang telah

memberikan izin bagi penulis untuk mengerjakan tugas akhir ini mulai dari
awal penyusunan hingga selesai.

2.

Drs. FX Heryatno Wono Wulung, SJ. M.Ed, selaku dosen pembimbing utama
yang telah memberikan perhatian, memberikan semangat, meluangkan waktu
x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukanmasukan dan kritikan-kritikan sehingga penulis dapat semakin termotivasi
dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi
ini.
3.

Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd selaku dosen penguji II sekaligus dosen
pembimbing akademik yang penuh kesabaran dan perhatian memberikan
dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini


4.

Cecilia Paulina Sianipar, S.Pd., M.Si., MM.Ed selaku dosen penguji III yang
telah bersedia meluangkan waktu dan bersedia menjadi dosen penguji pada
pertanggungjawaban skripsi ini.

5.

Segenap dosen dan staf karyawan Prodi PAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan dukungan
dan bantuan dalam studi maupun penulisan skripsi ini.

6.

Rm Stefanus Heruyanto Dwiatmojo, Pr selaku Pastor Paroki St Yusup
Bintaran Yogyakarta yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian
terhadap para katekis di paroki ini.

7.


Bapak Yosaphat Sudarmo Karyadi, selaku DPP bidang Pewartaan, Bapak FX.
Ari Raharta, selaku katekis Bintaran dan Bapak Prisnanto Aribowo selaku
seksi LitBang paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta, yang telah
membantu penulis mendapatkan informasi dan data paroki guna penulisan
skripsi ini.

8.

Seluruh katekis di paroki St Yusup Bintaran, Yogyakarta yang telah
meluangkan waktu menjadi responden penelitian.

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
MOTTO .............................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................................... vii
ABSTRAK ..........................................................................................................viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xvii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. ..xviii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan Skripsi ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan................................................................................... 5
E. Metode Penulisan .................................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan .................................................................................... 7
BAB II EKARISTI MENJADI MOTIVASI KATEKIS DALAM
MENGEMBAN TUGAS PELAYANANNYA
A. Makna Perayaan Ekaristi bagi Umat Beriman Kristiani ......................... 8
1. Pokok-pokok Perayaan Ekaristi .......................................................... 9
a. Kenangan akan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus ... 10
b. Perayaan perjamuan syukur ........................................................... 12
c. Kesatuan dengan Allah dan Gereja ................................................ 13
3. Makna Ekaristi bagi Umat dalam Kehidupan Sehari-hari .................. 16
xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani ......... 16
b. Ekaristi sebagai Sakramen Cinta: undangan untuk
tinggal di dalam Kristus................................................................. 19
c. Ekaristi sebagai kekuatan berbagi .................................................. 21
B. Sosok Katekis ......................................................................................... 23
1. Identitas Katekis.................................................................................. 24
2. Panggilan Menjadi Katekis ................................................................. 27
2. Spiritualitas Katekis ............................................................................ 29
a. Keterbukaan terhadap Allah Tritunggal ......................................... 29
b. Keterbukaan terhadap Gereja ......................................................... 30
c. Keterbukaan terhadap dunia ........................................................... 32
d. Keutuhan dan keaslian hidup ......................................................... 33
e. Semangat misioner ......................................................................... 33
f. Devosi kepada Bunda Maria ........................................................... 34
3. Karya Pelayanan Katekis .................................................................... 35
a. Karya pelayanan katekis dalam tugas pewartaan (Kerygma) ......... 35
b. Karya pelayanan katekis dalam bidang liturgi (Liturgia) .............. 36
c. Karya pelayanan katekis dalam persaudaraan (Koinonia) ............. 37
d. Karya pelayanan katekis dalam bidang pelayanan (Diakonia) ...... 38
C. Ekaristi Menjadi Motivasi Katekis dalam Karya Pelayanan .................. 39
BAB III PENELITIAN TENTANG SEJAUHMANA EKARISTI
MEMOTIVASI PELAYANAN PARA KATEKIS DI PAROKI ST. YUSUP
BINTARAN, YOGYAKARTA
A. Gambaran Umum Paroki St Yusup Bintaran, Yogyakarta ..................... 44
1. Sejarah Gereja Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta ............................ 44
2. Visi dan Misi Paroki St Yusup Bintaran, Yogyakarta ........................ 48
a. Visi Paroki St Yusup Bintaran, Yogyakarta ................................... 48
b. Misi Paroki St Yusup Bintaran, Yogyakarta .................................. 48
3. Letak dan Batas Geografis Paroki St Yusup Bintaran,
Yogyakarta ...................................................................................... 50
4. Jumlah dan Pembagian Lingkungan, Wilayah dalam Paroki
Santo Yusup Bintaran......................................................................... 50
5. Situasi Umat Paroki Santo Yusup Bintaran Yogyakarta .................... 52
xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

a. Jumlah umat di paroki St Yusup Bintaran, Yogyakarta ................. 52
b. Suku umat di paroki St Yusup Bintaran, Yogyakarta .................... 52
c. Kekhasan paroki St Yusup Bintaran, Yogyakarta ......................... 53
6. Gambaran Singkat Kehidupan Katekis di Bintaran ............................ 53
B. Penelitian tentang Sejauhmana Ekaristi Meningkatkan Motivasi
Karya Pelayanan Katekis di Paroki St Yusup Bintaran, Yogyakarta ..... 54
1. Persiapan Penelitian ............................................................................ 55
a. Latar belakang penelitian ............................................................... 55
b. Tujuan penelitian ............................................................................ 56
c. Jenis penelitian ............................................................................... 57
d. Instrument pengumpulan data ........................................................ 57
e. Responden penelitian...................................................................... 58
f. Tempat dan alokasi waktu .............................................................. 58
g. Variabel penelitian ......................................................................... 58
h. Tabel kisi-kisi ................................................................................. 59
2. Laporan Hasil Penelitian ..................................................................... 59
a. Laporan hasil kuesioner.................................................................. 60
b. Laporan hasil wawancara ............................................................... 71
3. Pembahasan Hasil Penelitian tentang Penghayatan Ekaristi Para
Katekis ................................................................................................ 73
a. Identitas responden ......................................................................... 73
b. Hasil kuesioner tentang penghayatan Ekaristi para katekis .......... 75
c. Hasil wawancara mengenai harapan katekis untuk dapat
menghayati Ekaristi ....................................................................... 78
C. Kesimpulan Hasil Penelitian ................................................................... 80
BAB

IV REKOLEKSI PENGAYAAN (ENRICHMENT) DAN
PEMBERDAYAAN (ENPOWERMENT) MAKNA EKARISTI
DENGAN MODEL BERBAGI PENGALAMAN SEBAGAI USAHA
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI PELAYANAN PARA
KATEKIS DI PAROKI SANTO YUSUP BINTARAN,
YOGYAKARTA
A

Rekoleksi Pengayaan (enrichment) dan Pemberdayaan
(empowerment) Makna Ekaristi dengan Model Berbagi
Pengalaman ........................................................................................... 82
1. Latar Belakang Rekoleksi ................................................................... 82
xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Tujuan Katekese Rekoleksi................................................................. 84
3. Waktu, Tempat, dan Peserta ............................................................... 84
B.

Rekoleksi Pengayaan (enrichment) dan Pemberdayaan
(empowerment) Makna Ekaristi dengan Model Berbagi
Pengalaman sebagai Usaha untuk Meningkatkan Motivasi
Pelayanan Para Katekis di Paroki Santo Yusup Bintaran,
Yogyakarta .............................................................................................. 85
1. Latar Belakang Kegiatan ................................................................ 85
2. Rumusan Tema dan Tujuan Kegiatan ............................................ 86
3. Gambaran Kegiatan ........................................................................ 86
4. Sarana ............................................................................................. 87
5. Metode ............................................................................................ 88
6. Sumber Bahan ................................................................................ 88
4. Matriks Program Rekoleksi............................................................ 89
5. Contoh Satuan Pertemuan .............................................................. 93

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 104
B. Saran...................................................................................................... 105
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian

(1)

Lampiran 2 : Surat Keterangan Selesai Penelitian

(2)

Lampiran 3 : Data Paroki

(3)

Lampiran 4 : Struktur Jumlah Jiwa di Keluarga

(4)

Lampiran 5 : Suku Bangsa

(6)

Lampiran 6 : Keterlibatan Sosial Umat

(8)

Lampiran 7 : Jenis Kelamin Umat Berdasarkan Usia

(9)

Lampiran 8 : Kuesioner Tertutup

(11)

Lampiran 9 : Contoh Jawaban Responden

(14)

Lampiran 10 : Panduan Pertanyaan Wawancara

(23)

Lampiran 11 : Transkrip Hasil Wawancara

(24)

Lampiran 12 : Cerita “Ingin Jadi Katekis, Tapi Ingin Hidup”

(26)

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi ................................................................................................... 59
Tabel 2 Identitas Responden ................................................................................. 60
Tabel 3 Makna Ekaristi untuk Para Katekis .......................................................... 62
Tabel 4 Faktor Pendukung yang Mempengaruhi Penghayatan Ekaristi dalam
Karya Pelayan Para Katekis di Paroki Santo Yusup Bintaran,
Yogyakarta .............................................................................................. 67
Tabel 5 Faktor Penghambat yang Mempengaruhi Penghayatan Ekaristi
dalam Karya Pelayan Para Katekis di Paroki Santo Yusup Bintaran,
Yogyakarta .............................................................................................. 69

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Kitab Suci
Kis

: Kisah Para Rasul

Kor

: Korintus

Mat

: Matius

Mrk

: Markus

Ptr

: Petrus

Yoh

: Yohanes

Singkatan Dokumen Resmi Gereja
EG

: Evangelii Gaudium, Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang
Pewartaan Injil di Dunia Dewasa ini, 24 November 2013

EN

: Evangelii Nuntiandi, Anjuran Apostolik Paus Paulus VI tentang
Pewartaan Injil di Dunia Modern, 8 Desember 1975

SC

: Sacrosanctum Concillium, Konstitusi tentang Liturgo Suci Konsili
Vatikan II. 4 Desember 1963

KGK

: Katekismus Gereja Katolik, uraian tentang ajaran iman dan moral
Gereja Katolik, 22 Juni 1992

KHK

: Kitab Hukum Kanonik, susunan atau kodifikasi peraturan kanonik
dalam Gereja Katolik, 25 Januari 1983

LG

: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang
Gereja, 21 November 1964

Singkatan Lain
CEP
: The Congregation for the Evangelization of Peoples, Kongregasi
Evangelisasi untuk Bangsa-bangsa, menerbitkan buku Pedoman
Untuk Katekis, 5 Juni 1997
DPP

: Dewan Pastoral Paroki

KAS

: Keuskupan Agung Semarang

KomKat

: Komisi Kateketik

KWI

: Konferensi Waligereja Indonesia

LitBang

: Bidang Penelitian dan Pengembangan
xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Komisi Kateketik KAS (2016: 33) Gereja Katolik itu bersifat
kerygmatis dan missioner. Sejak semula Tuhan Yesus memanggil mereka yang
dikehendaki-Nya serta untuk diutus-Nya mewartakan Injil (Mrk 3:13). Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pewartaan memiliki peranan penting dalam
perkembangan kehidupan Gereja. Kehidupan Gereja tidak dapat dipisahkan dari
pewartaan karena keduanya ada untuk saling melengkapi dan memiliki keterkaitan
erat satu dengan yang lain. Gereja hadir untuk mewartakan Injil dan melalui
kegiatan pewartaan Injil ini, Gereja lahir dan tetap hidup, tumbuh dan
berkembang hingga sampai saat ini.
Pewarta

berarti

seseorang

yang

mewartakan,

mengkomunikasikan,

membagikan informasi, atau mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan iman
yang secara teknis disebut katekis (Indra Sanjaya, 2011: 16). Panggilan menjadi
katekis merupakan panggilan yang khusus dan luhur sebab katekis ikut ambil
bagian dalam tugas pengajaran Kristus di dunia. Dengan kata lain, katekis
menjadi batu penjuru bagi umat yang ingin mengenal Kristus dan mengikuti-Nya.
Selain itu, menjadi katekis juga merupakan panggilan dari tri tugas Gereja yaitu
Imam, Raja dan Nabi, yang berpangkal dari tugas kaum beriman Kristiani yaitu
dalam sakramen Baptis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

Berkat Sakramen Baptis yang telah diterima, setiap anggota umat Allah
menjadi murid yang missioner (EG, 120). Setiap pribadi yang telah dibaptis,
apapun kedudukannya dalam Gereja, dipanggil dan diutus menjadi subjek
pewartaan yang memiliki tugas untuk membawa orang lain kepada Kristus,
supaya orang-orang terlahir kembali berkat sabda Allah (1 Ptr 1:23). Hal tersebut
disampaikan Yesus dalam amanat Agung-Nya sebelum Ia terangkat ke sorga,
“Pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam
nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 28:20). Akan tetapi, tidak semua hal
dalam pewartaan dapat dilaksanakan oleh semua awam. Katekis adalah awam
yang terpanggil untuk secara khusus mengambil tugas dalam berkatekese.
Peristiwa Pentakosta menjadi jejak para rasul dalam menjalankan amanat
Agung Yesus untuk mewartakan Injil. Berkat karya Roh Kudus, karya pewartaan
para rasul membuahkan hasil yang melimpah; banyak orang dibaptis dan pada
hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Setelah dibaptis,
mereka menunjukkan sikap-sikap iman dengan tetap bertekun dalam pengajaran
rasul-rasul dan dalam persekutuan. Mereka juga selalu berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa (Kis 2:41-47). Dengan demikian, tentunya mereka
membutuhkan orang-orang (pewarta) yang mampu menjadi penerus pelayanan
para rasul sehingga umat mendapatkan penyegaran iman dan semakin diperteguh.
Bertolak dari cara hidup para rasul, yang hidup bersama Yesus mereka
mengenal Yesus, memahami ajaran-Nya dan mengalami kasih-Nya sampai
akhirnya mereka menyediakan diri untuk mengambil bagian dalam tugas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

perutusan-Nya (Komisi Kateketik KAS, 2016: 33). Seorang katekis juga dipanggil
untuk tinggal bersama Yesus sebagai Sang Sumber yang hendak diwartakan.
Ekaristi menjadi saat dimana kita diundang oleh Yesus sendiri untuk tinggal
bersama Dia dan membangun kualitas relasi dengan-Nya. Dengan demikian karya
pewartaan yang dikerjakan para katekis merupakan ekspresi atas pengalaman
hidupnya bersama dengan-Nya bukan sekedar teori mengenai pengetahuan akan
sosok Yesus Kristus.
Indra Sanjaya (2011: 54) menegaskan seorang katekis :
membagikan pengalaman pribadi akan Allah yang mencintai manusia
dengan segala dinamikanya merupakan unsur penting yang harus mendapat
perhatian oleh siapa pun yang mau menjadi pewarta Kabar Sukacita dengan
demikian, membina relasi dengan pribadi Tuhan menjadi kewajiban bagi
kita semua (katekis)
Penegasan tersebut menekankan pentingnya relasi seorang katekis dengan pribadi
Allah, sebab yang hendak ditawarkan dalam pewartaan adalah pribadi Yesus,
wujud cinta Allah kepada manusia. Pengenalan katekis akan pribadi Yesus adalah
pengalaman yang dibagikan dalam pewartaan. Ekaristi merupakan cara bagi
katekis untuk mengenal Sang Pribadi itu sekaligus Ekaristi menjadi tempat untuk
menimba kekuatan dari Allah Sang Sumber pewartaan itu sendiri. Melaluinya,
kekuatan Gereja sebagai sakramen penyelamatan sangat besar. Dimana kita
disatukan dengan Tritunggal Maha Kudus. Tubuh dan Darah-Nya menjadi
jaminan kekal bagi kita yang mengambil bagian pada perjamuan Paskah Kristus,
yang dihadirkan dalam Ekaristi Kudus.
Ekaristi adalah sumber dan puncak hidup Kristiani (SC, 10), yang menjadi
pusat iman umat Katolik. Ekaristi adalah nafas hidup orang beriman, yang
meskipun bukan dari dunia tetapi berada di dalam dunia (Prasetya, 2008: 14).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

Menyatunya seorang katekis dengan Ekaristi menunjukkan seorang katekis
tersebut siap untuk dibentuk. Dibentuk yang berarti mau diperkembangkan dan
dijiwai oleh Ekaristi sehingga sungguh menjadi hidupnya, yang menantangnya
untuk berbagi hidup dan memberikan diri dalam pelayanan di dunia.
Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta merupakan Gereja Jawa pertama
yang diperuntukkan bagi orang-orang pribumi di Yogyakarta. Salah satu pelopor
pembangunan Gereja ini adalah seorang katekis pribumi yaitu bapak Dawoed
(Komsos Paroki Santo Yusup Bintaran, hlm 4). Maka dapat dikatakan bahwa
semangat

pelayanan

katekis

awam

untuk

ambil

bagian

di

dalam

memperkembangkan Gereja telah tampak sejak awal pembangunan Gereja
Bintaran. Hal ini bertolak belakang dengan semangat pelayanan katekis saat ini
yang mengalami pasang surut. Dalam sebuah wawancara bapak Ari Raharta (23
September 2017), salah satu katekis di paroki ini mengatakan paroki ini memiliki
15 orang katekis yang aktif baik dalam kegiatan menggereja maupun berpastoral.
Keaktifan mereka juga sering kali naik-turun, membuat beberapa katekis
merangkap tugas dalam memberikan pelayanan yang bersifat rutin seperti menjadi
pendamping para calon penerima sakramen inisiasi. Sebagai seorang pewarta,
keterlibatan mereka juga masih dirasa kurang dalam kegiatan persiapan
pembekalan Adven, pra Paskah, BKSN dsb. Maka perlu adanya regenerasi
terutama dari kaum muda dalam karya pelayanan ini
Keberadaan katekis yang mayoritas adalah kaum tua, mendampingi umat
dengan segala karakter dan persoalan yang kompleks terkadang menurunkan
semangat pelayanan para katekis. Maka penulis tertarik untuk merumuskan judul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

“Ekaristi sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Para Katekis dalam Karya
Pelayanannya di Paroki St. Yusup Bintaran, Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apa makna Ekaristi bagi pelayanan para katekis?
2. Seberapa besar Ekaristi telah memotivasi pelayanan para katekis di paroki
Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta?
3. Usaha apa yang perlu dilakukan agar Ekaristi dapat meningkatkan motivasi
pelayanan para katekis di paroki St. Yusup Bintaran?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan makna Ekaristi bagi pelayanan para katekis
2. Mengetahui seberapa besar Ekaristi telah memotivasi pelayanan para katekis di
paroki St. Yusup Bintaran, Yogyakarta
3. Menguraikan usaha yang perlu dilakukan agar Ekaristi dapat meningkatkan
motivasi pelayanan para katekis di paroki St. Yusup Bintaran

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Katekis :
Para Katekis semakin memaknai Ekaristi lebih mendalam sehingga mendorong

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

Mereka untuk semakin bersemangat dalam melaksanakan pelayanan mereka
secara total.

2. Bagi Paroki
Penulisan ini dapat menjadi masukan bagi paroki untuk memberikan
pendampingan bagi katekis agar mampu menyadari dan menghayati makna
Ekaristi dalam karya pelayanannya

3. Bagi Penulis
Sebagai calon katekis, penulis semakin menyadari makna Ekaristi sebagai
sumber kekuatan dalam melaksanakan tugas pewartaan sehingga penulis
semakin dimantapkan untuk menjadi seorang katekis

E. Metode Penulisan
Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis menggunakan metode deskripsi yang
analitis. Dalam metode ini, penulis akan memusatkan perhatian kepada masalah
sebagaimana ditemukan di dalam penelitian, kemudian diolah dan dianalisis untuk
diambil kesimpulan. Penulis akan menjelaskan makna Ekaristi dan sosok katekis
dengan menggunakan studi pustaka. Selanjutnya, penulis menggunakan penelitian
kualitatif yang terdiri dari kuesioner tertutup dan wawancara terstruktur bersama
para katekis dengan panduan beberapa pertanyaan penuntun yang bertujuan untuk
memperoleh gambaran nyata tentang “Ekaristi sebagai Upaya Meningkatkan
Motivasi Pelayanan Para Katekis di Paroki St. Yusup Bintaran, Yogyakarta”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

F. Sistematika Penulisan
Judul skripsi yang dipilih adalah Ekaristi sebagai Upaya Meningkatkan
Motivasi Pelayanan Para Katekis di Paroki St. Yusup Bintaran, Yogyakarta.
Secara keseluruhan skripsi ini dibagi ke dalam empat bab. Adapun perinciannya
sebagai berikut:
Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
Bab II memaparkan secara umum pengertian dan makna Ekaristi bagi umat
Kristiani, yang terdiri dari pokok-pokok perayaan Ekaristi dan makna Ekaristi
bagi umat dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan
mengenai sosok katekis yang terdiri dari identitas katekis, panggilan katekis,
spiritualitas katekis dan karya pelayanan katekis.
Bab III berisi gambaran umum mengenai paroki St Yusup Bintaran,
Yogyakarta dan pembahasan hasil penelitian tentang sejauhmana Ekaristi
memotivasi pelayanan para katekis di paroki St. Yusup Bintaran, Yogyakarta.
Bab

IV

menyampaikan

rekoleksi

pengayaan

(enrichment)

dan

pemberdayaan (empowerment) tentang makna Ekaristi dengan model berbagi
pengalaman sebagai usaha untuk meningkatkan motivasi pelayanan para katekis
di paroki Santo Yusup Bintaran, Yogyakarta.
Bab V merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

BAB II
EKARISTI MENJADI MOTIVASI KATEKIS
DALAM MENGEMBAN TUGAS PELAYANANNYA

Pada Bab II ini, penulis akan memaparkan tentang Ekaristi secara umum
dan pelayanan para katekis. Bab ini akan dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian
pertama akan menjelaskan tentang makna Ekaristi yang meliputi pokok-pokok
Ekaristi dan makna Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari. Bagian kedua
menjelaskan sosok katekis yang meliputi identitas katekis, panggilan menjadi
Katekis, Spiritualitas Katekis dan Karya Pelayanan Katekis. Bagian ketiga
menjelaskan bagaimana Ekaristi menjadi Motivasi dalam Karya Pelayanan
Katekis.

A. Makna Ekaristi bagi Umat Beriman Kristiani
Secara kodrati manusia memiliki kerinduan yang selalu melekat yaitu
keterbukaan batin pada pengalaman akan Allah (Martasudjita, 2012: 14). Dapat
dikatakan bahwa hidup manusia adalah sebuah pencarian untuk dapat berjumpa
dan tinggal bersama Allah. Namun demikian, untuk dapat mencapainya
diperlukan tindakan aktif dari manusia yaitu pengalaman dan perjuangan di dalam
hidupnya. Seperti diungkapkan dalam Injil Yohanes “Marilah, dan kamu akan
melihat” (Yoh 1:39). Allah berkehendak agar manusia dengan akal budi
mempertangungjawabkan seluruh hidupnya dengan bekerja dan berdoa agar dapat
tinggal bersama Dia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

Tujuan hidup manusia adalah Allah, namun manusia tidak boleh lupa bahwa
kehidupan merupakan anugerah yang patut disyukuri. Salah satu bentuk syukur
manusia adalah dengan berdoa. Doa merupakan ungkapan syukur sekaligus
memberikan kekuatan bagi aktivitas hidup sehari-harinya. Doa-doa tersebut
pantaslah dihunjukkan ke hadapan Allah melalui Ekaristi. Sebab, Ekaristi menjadi
sumber kehidupan yang menjanjikan pemenuhan atas kehausan dan dambaan hati
setiap umat beriman Kristiani (Martasudjita, 2000: 36).
Pada bagian ini penulis akan menjelaskan mengenai makna Ekaristi secara
umum yaitu bagi umat beriman Kristiani. Selanjutnya penulis akan membahas
mengenai sosok katekis secara khusus. Meskipun katekis merupakan bagian dari
umat beriman namun makna Ekaristi di sini ditempatkan di dalam konteks untuk
meningkatkan spiritualitas katekis.

1. Pokok-pokok Perayaan Ekaristi
Istilah Ekaristi berasal dari bahasa Yunani eucharistia yang berarti puji syukur. Kata eucharistia adalah sebuah kata benda yang berasal dari kata kerja
bahasa Yunani eucharitein yang berarti memuji dan mengucap syukur
(Martasudjita, 2005: 28). Istilah Ekaristi ini menekankan aspek isi yang mau
dirayakan yaitu makna Ekaristi sebagai puji syukur. Ungkapan syukur atas karya
penyelamatan Allah yang dikerjakan oleh Yesus Kristus. Istilah Ekaristi dikenal
juga dengan istilah “Misa”. Misa berasal dari rumus pembubaran “Ite missa est”
(Pergilah, kalian diutus) untuk menunjukkan seluruh aspek Ekaristi yang
menekankan pada perutusan untuk melayani Tuhan dan sesama, serta mewartakan
kabar baik kepada sesama (Sumarno, 2015: 33).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Pokok-pokok utama di dalam perayaan Ekaristi adalah umat mengenangkan
sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus dan merayakan perjamuan syukur atas
anugerah dan cinta Allah kepada manusia, serta sebagai sarana yang menyatukan
umat dengan Allah dan Gereja.
a. Kenangan umat akan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus
Kenangan merupakan suatu peristiwa penting di masa lalu yang mempunyai
daya memurnikan dan menyembuhkan serta mengerakkan kehidupan saat ini.
Seringkali manusia cenderung untuk melupakan kenangan pahit karena dinilai
menyakitkan dan mengganggu aktivitas saat ini dan hanya mengingat kenangankenangan manis saja. Tetapi, Ekaristi justru ingin mengajarkan kepada umat-Nya
untuk berani menghadapi kegelapan masa lampau dengan harapan yang
dilandaskan pada kemenangan kasih Allah yang nyata dalam diri Yesus yang
wafat dan bangkit (Martasudjita, 2011: 69-70).
Memoria (kenangan- Bahasa Latin) atau anamnese (Bahasa Yunani) dalam
tradisi biblis menunjuk pada tindakan penyelamatan Allah di masa lampau. Tetapi
tindakan itu dihadirkan secara nyata dan sedemikian rupa sehingga sebenarnya
yang menjadi objek pengenangan tetaplah tindakan penyelamatan Allah pada hari
dan di tempat ini, atau hic et nunc (di sini dan kini) (Martasudjita, 2005: 296).
Tindakan Allah di masa lampau bukan hanya menjadi kenangan yang hanya
sekedar untuk diingat secara intelektual tetapi aktualisasi tindakan di masa lampau
ke masa sekarang, sebab karya penyelamatan Allah tidak hanya berhenti di masa
lampau melainkan tetap berlangsung dan akan dipenuhi pada akhir zaman. Yang
berarti kurban salib Kristus yang terjadi sekali dan untuk selamanya dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

perayaan Ekaristi dikenang atau dihadirkan dalam rangka Gereja, melalui dan
bersama dengan Gereja-Nya dalam rupa lambang, yaitu roti dan anggur.
Ekaristi merupakan kenangan akan sengsara dan wafat Kristus yang
merupakan pengurbanan dan persembahan diri Yesus Kristus kepada Bapa dan
demi umat-Nya. Yesus berkurban dan mempersembahkan seluruh hidup-Nya
karena Ia mencintai Bapa-Nya dan kita manusia. Namun demikian, cinta yang
ditunjukkan oleh Yesus melebihi kualitas cinta pada manusia. Yesus rela sengsara
dan wafat di kayu salib tidak hanya untuk orang-orang tertentu tetapi juga musuhmusuh yang membenci-Nya agar mereka selamat dan berdamai kembali dengan
Allah (Martasudjita, 2000: 26). Darah Kristus mendamaikan Allah dan umat
manusia sehingga terciptalah tata relasi yang baru antara Allah dan umat manusia
(Martasudjita, 2005: 232).
Kenangan akan sengsara dan wafat Kristus dapat membantu kita untuk
memberi makna kepada pengalaman hidup kita di dunia saat ini. Dunia ini penuh
dengan kesengsaraan karena berbagai pengkhianatan yang dilakukan manusia.
Pengkhianatan tersebut berupa nafsu akan kuasa dan harta yang menjadikan orang
melupakan Allah dalam hidupnya. Kebahagiaan semu itu menjadikan manusia
saling membenci dan menganggap satu dengan lainnya sebagai saingan dan
musuh. Dalam perjamuan terakhir, Yesus mengubah pengkhianatan yang Ia alami
menjadi

pemberian

diri

yang

membarui

kehidupan.

Pengkhianatan

menghancurkan kehidupan namun pemberian diri-Nya memberikan kehidupan
(Martasudjita, 2011: 70-72).
Ekaristi juga merupakan kenangan akan kebangkitan Kristus. Kebangkitan
Kristus menghantar umat kepada kehidupan berlimpah. Kematian mengambarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

segala hal yang membelenggu manusia: keinginan dan kebutuhan yang
menjauhkan umat dari Allah dan orang-orang di sekitarnya (Grun, 1998: 81).
Kebangkitan berarti suatu kemenangan akan kematian yang menjauhkan umat dari
Allah. Namun, kebangkitan Yesus memberikan umat harapan baru bahwa Allah
senantiasa menyertai dan menunggu mereka kembali pada-Nya. Kristus
mengundang umat-Nya untuk menanggalkan hidup lama dan melepas topeng dari
wajahnya: segala keinginan diri sendiri, ambisi, sikap iri hati, dendam, kebencian,
curiga, serta segala hal yang menghambat kemerdekaan batin umat agar
memperoleh kedamaian hati.

b. Perayaan perjamuan syukur
Sifat dan bentuk dasar Ekaristi adalah perayaan puji syukur. Kata puji
syukur berasal dari tradisi biblis yakni kata berakah (dari kata kerja barekh-Ibrani
atau eucharistein-Yunani), yang menunjuk doa pujian kepada Allah Bapa sebagai
ungkapan syukur atas tindakan-Nya dalam diri Yesus Kristus yang mengagumkan
bagi umat-Nya terutama wafat dan kebangkitan-Nya. Tindakan penyelamatan
yang dilakukan oleh Yesus di masa lampau, oleh doa pujian dihadirkan sebagai
karya penyelamatan-Nya saat ini sehingga umat ikut mengalami karya Allah ini
sekaligus memohonkan pemenuhannya di masa yang akan datang (Martasudjita,
2005: 343).
Martasudjita (2000: 54) menegaskan dalam iman manusia ditebus dan
diselamatkan oleh penumpahan darah Kristus. Merayakan Ekaristi berarti juga
bersyukur kepada Allah yang lebih dahulu bertindak mengasihi umat-Nya. Maka,
motivasi mengikuti Ekaristi bertolak dari keinginan untuk mengucap syukur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Bersyukur sekaligus mengenang karya penebusan Tuhan yang kini hadir dalam
hidup kita serta membawanya kepada pengharapan dan penyerahan diri kepada
Allah yang mahabaik
Wibowo Ardhi (1993: 11) mengatakan Ekaristi sebagai perayaan syukur
tidak berarti Ekaristi sebagai ungkapan terimakasih atas apa yang kita terima
tetapi lebih kepada pernyataan kagum sekaligus hormat penuh kegembiraan dan
kebahagiaan. Ungkapan ini meliputi syukur atas karunia dari Allah bagi manusia
yang tidak terkatakan (2Kor 9:15) dan syukur atas sikap dasariah manusia di
hadapan Allah yaitu bergantung pada kebaikan Allah (Rm 1:21). Jacobs (1996:
30) menjelaskan syukur sebagai sikap dasariah manusia berarti kita mengakui
bahwa segala sesuatu yang kita miliki dan yang membuat kita hidup berasal dari
Allah dan ditopang oleh Allah.

c. Kesatuan dengan Allah dan Gereja
Gereja adalah sebuah komunitas iman dan sebagai konsekuensinya tindakan
merayakan Ekaristi merupakan perayaan komunitas yang keberadaannya
bergantung pada komunitas Kristiani yang ada (Osborne, 2008: 170). Maka,
kesatuan Gereja terletak pada sikap saling mengasihi antar umat di dalam
komunitas tersebut. Sebab tidak ada Ekaristi dalam komunitas yang anggotanya
tidak saling mengasihi. Perpecahan di dalam komunitas menyelewengkan realitas
Ekaristi sesungguhnya (Osborne, 2008: 39).
Jacobs (1996: 140) mengungkapkan bahwa kesatuan Gereja di dalam
perayaan Ekaristi merupakan kesatuan iman yang dibangun lewat kebersamaan
dalam menghayati perayaan Ekaristi. Dalam mengikuti perayaan Ekaristi, tiap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

orang tidak mempunyai hubungan dengan orang yang berada di sampingnya, akan
tetapi bersama-sama mencoba saling mengenal dan membentuk persatuan umat
yang mengarah kepada pujian dan kebaktian terhadap Allah.
Kesatuan iman yang dimaksud adalah kesatuan yang diwujudkan dalam
persekutuan persaudaraan antara umat beriman yang hidup bersama dalam daerah
atau negara yang sama. Kesatuan tidak sama dengan keseragaman. Lebih tepatnya
kesatuan dalam perbedaan seperti yang diungkapkan dalam semboyan bangsa
Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” (Berbeda-beda tetap satu jua). Kesatuan
Gereja dalam bentuk persekutuan (communio) terarah kepada kesatuan semua
orang yang “berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni”. Tuntutan zaman dan
tantangan-tantangan di dalam hidup bermasyarakat menjadi dorongan kuat untuk
menggalang kesatuan iman dalam menghadapi tugas bersama (Iman Katolik,
1996: 346).
Madya Utama (Jurnal Teologi, Vol 03, No 1, hal 76) mengungkapkan
kesatuan Gereja dalam persekutuan persaudaraan (communion) adalah cara hidup
jemaat Kristiani yang diwarnai oleh semangat cinta kasih, kesediaan untuk
berbagi, saling mendukung dan memberikan kesempatan untuk berkembang, serta
saling menerima

keunikan masing-masing anggota. Setiap anggota saling

memperhatikan sehingga tidak ada anggota yang berkekurangan merupakan ciri
persatuan Gereja yang ditunjukkan dengan persekutuan persaudaraan.
Kesatuan Gereja bukan berarti Ekaristi berefek atau berdaya otomatis pada
persaudaraan umat yang merayakan. Gereja merupakan buah dari karya kasih
Allah yang menyelenggarakan kehidupan: komunitas atau persekutuan yang
terdiri

dari

pribadi-pribadi

yang bermartabat

sebagai

anak-anak

Allah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

(Martasudjita, 2011: 17). Ekaristi menjadikan setiap pribadi menjadi manusia baru
yaitu transformasi dalam Yesus Kristus, di mana manusia diubah oleh Yesus
Kristus menyerupai diri-Nya. Kemanusiaan baru inilah yang membentuk
persaudaraan di antara umat beriman. Persaudaraan yang mengesampingkan
perbedaan-perbedaan sosial dan berhimpun sebagai sesama saudara yang
mempunyai jati diri sebagai anak-anak Allah yang menantikan perjumpaan
dengan Allah.
Kesatuan dengan Allah menunjukkan bahwa di dalam Ekaristi kita
berjumpa dan berkomunikasi dengan Allah. Komunikasi yang terjadi antara Allah
dan umat-Nya adalah komunikasi secara dialogal (Martasudjita, 2000: 46). Allah
berbicara kepada umat-Nya lewat sabda-Nya pada saat Kitab Suci dibacakan
sedangkan umat mendengarkan dan menanggapi sabda-Nya. Ekaristi mengundang
kita untuk mendengarkan Allah, menerima dan membiarkan sabda membarui
hidup kita dan membuka diri akan rencana dan kehendak-Nya sehingga kita dapat
membawanya dalam keseharian kita.
Sebagaimana perjamuan mengakrabkan satu dengan yang lainnya, demikian
perjamuan Ekaristi mengakrabkan kita dengan Allah. Ekaristi adalah persatuan
dengan Kristus dan melalui Kristus, kita disatukan dengan Allah Bapa dan Roh
Kudus. Persatuan kita dengan Kristus ditandai dengan Komuni kudus. Di mana di
dalam komuni kudus: Allah hadir menjadi santapan bagi umat-Nya dan
membentuk satu Tubuh dengan-Nya. Kesatuan mesra inilah yang dikehendaki
oleh Allah (KGK 1331).
Yakob Papo (1982: 253) mengatakan dasar dari kesatuan Kristiani adalah
iman kepada Kristus. Kristus telah wafat dan bangkit. Dengan demikian manusia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

berada dalam hubungan dengan Allah. Hubungan dengan Allah diungkapkan
dalam relasi dengan sesama. Hal tersebut menyatakan bahwa keduanya adalah
satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Panggilan Kristen adalah hidup menurut
hubungan tersebut, sehingga semua umat beriman berada dalam satu persekutuan
dan persaudaraan dengan sesama, semua menjadi satu tubuh (1 Yoh 1:3).
Kita perlu berada di antara orang-orang yang telah mengalami kasih Allah
untuk dapat berjumpa dengan Allah. Sebab, di dalam kesendirian, kita tidak akan
pernah mengalami perjumpaan dengan Allah. Lingkungan dimana kita berada
sangatlah berpengaruh dalam hidup kita. Ketika kita berada di tengah-tengah umat
beriman yang mengucap syukur, berbagi pengalaman iman dan saling
menguatkan, di sanalah kita mengalami karya Allah yang memberi kedamaian
lewat Gereja, maka persatuan kita dengan Gereja menjadi wujud persatuan kita
dengan Allah.

2. Makna Ekaristi bagi Umat dalam Kehidupan Sehari-hari
a. Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani
Ekaristi sebagai sumber seluruh hidup Kristiani sebab Ekaristi menjadi
dasar seluruh hidup kita yang merupakan persembahan dan kebaktian kepada
Allah (Jacobs, 1996: 31-32). Sebagai umat beriman, kita selalu menginginkan
iman kita diungkapkan dengan cara yang resmi dan mengundang kebersamaan
dengan orang lain. Doa yang resmi adalah doa yang memakai rumus yang berlaku
di seluruh Gereja dan dipimpin oleh pemimpin resmi yaitu pemimpin tertahbis
dan Ekaristi merupakan pengungkapan iman Gereja secara bersama-sama dan
yang paling resmi (Jacobs, 1996: 30).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Madya Utama (Jurnal Teologi, Vol 03, No 1, hal. 78) mengungkapkan
Ekaristi sebagai sumber seluruh hidup Kristiani sebab Ekaristi menjadi sumber
kekuatan untuk melaksanakan iman yang telah dirayakan dalam Ekaristi ke dalam
hidup sehari-hari. Ekaristi sebagai puncak bukan berarti Ekaristi sebagai tujuan
akhir melainkan langkah awal untuk bertindak lebih lanjut. Dengan demikian,
Ekaristi menjadi dasar yang menggerakkan umat untuk bertindak merealisasikan
Ekaristi dalam hidup sehari-hari. Ekaristi sesungguhnya adalah Ekaristi yang
hidup di tengah kehidupan sehari-hari umat beriman yang ditunjukkan dengan
terwujudnya nilai-nilai Ekaristi yakni iman yang teguh, persaudaraan dengan umat
dan masyarakat serta jiwa pelayanannya. Tujuan dari kehidupan Gereja adalah
diwujudkannya Kerajaan Allah, yang oleh Yesus Kristus telah dimulai di dunia,
untuk selanjutnya disebarluaskan, hingga akhirnya disempurnakan oleh-Nya pula
pada akhir zaman (LG 9).
Sebagai sumber, Ekaristi juga menjadi medan untuk pengungkapan iman
kita masing-masing yang mengambil bagian dalam iman Gereja. Ekaristi memberi
daya dorong kepada komunitas untuk membuat sebuah komitmen yang akan
benar-benar dilaksanakan guna membangun masyarakat yang adil dan penuh
semangat persaudaraan (Jurnal Teologi 03, No 1, hlm. 78). Komitmen yang
dibangun menghantarkan umat untuk senantiasa memberikan perhatian dan
kepeduliannya kepada mereka yang membutuhkan. Sebagai sumber, Ekaristi
menjadi daya gerak umat untuk bertindak sesuatu yang tentunya menjadi tolok
ukur untuk menilai otentisitas Ekaristi yang kita rayakan.
Ekaristi sebagai puncak seluruh hidup Kristiani sebab Ekaristi merupakan
kepenuhan pengungkapan iman yang menjadi inti hidup Gereja. Sebagai puncak,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

Ekaristi merupakan rangkuman seluruh pengungkapan iman Gereja sebab Ekaristi
merupakan sakramen paling pokok dan penting sedangkan sakramen lainnya
menjadi persiapan atau konsekuensi dari perayaan Ekaristi. Sakramen baptis,
sakramen penguatan dan sakramen tobat menjadi persiapan bagi mereka yang
berkehendak untuk disatukan menjadi anggota umat Allah dan akhirnya layak
untuk ikut serta merayakan Ekaristi. Sedangkan, sakramen imamat, sakramen
perkawinan maupun sakramen pengurapan orang sakit menjadi konsekuensi dari
perayaan Ekaristi. Melalui Ekaristi relasi umat dengan Allah dapat terus
diperbarui dan perubahan hidup yang dialaminya (berkeluarga atau ditahbiskan)
semakin dikuatkan dan tetap dalam kebersamaan dengan-Nya, sedangkan untuk
pengurapan orang sakit sebagai penyerahan diri umat agar dapat disatukan dengan
Allah dalam kematiannya (Jacobs, 1996: 31-33).
Konsili Vatikan II dalam konstitusi tentang liturgi suci “Sacrosanctum
Concilium” (SC 9) menyatakan bahwa liturgi Gereja khususnya perayaan Ekaristi
merupakan puncak kehidupan Gereja “sebab tujuan dari semua usaha kerasulan
adalah supaya semua orang yang melalui iman dan pembaptisan menjadi anakanak Allah, berhimpun menjadi satu, meluhurkan Allah di tengah Gereja, ikut
serta

dalam

korban

dan

menyantap

perjamuan

Tuhan”.

Kesatuan Gereja berpola pada kehidupan Allah Tritunggal, Allah yang selalu
mengalirkan kehidupan-Nya sendiri secara berlimpah-limpah dengan cinta
(Jurnal Teologi 03, No 1, hlm. 76).
Ekaristi sebagai sumber dan puncak menunjukkan bahwa Ekaristi tidak
dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Ekaristi akan bermakna apabila
memberi dampak bagi kehidupan mereka yang merayakan serta orang-orang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

mereka jumpai dalam perjalanan hidupnya. Setiap umat yang merayakan Ekaristi
terdorong untuk selalu mengusahakan nilai-nilai Injil di dalam hidupnya baik d

Dokumen yang terkait

Pengaruh keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan tugas pelayanan (Diakonia) umat lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul.

0 4 197

Usaha memahami pewartaan Santo Paulus Rasul untuk meningkatkan pelayanan para katekis zaman sekarang.

0 6 150

Usulan meningkatkan pemahaman tentang makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman putera altar Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung, Gunung Kidul, Yogyakarta.

0 4 149

Pengaruh keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan tugas pelayanan (Diakonia) umat lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul

0 2 195

Gereja Paroki Santo Yusup Batang

0 1 5

Katekese ekologi sebagai upaya meningkatkan penghayatan spiritualitas ekologis bagi para Fransiskan di Yogyakarta dalam rangka gerakan pelestarian lingkungan hidup - USD Repository

0 2 252

Peranan kunjungan keluarga dalam upaya untuk meningkatkan iman keluarga Katolik di Stasi St. Paulus Pringgolayan Paroki St. Yusup Bintaran Yogyakarta - USD Repository

0 0 157

Rekoleksi sebagai upaya melibatkan remaja dalam pengembangan umat di lingkungan Santo Martinus Blendung, Paroki Santa Theresia Sedayu, DIY - USD Repository

0 1 137

Menggali spiritualitas Santo Vinsensius De Paul sebagai upaya meningkatkan pelayanan para suster SCMM kepada kaum miskin - USD Repository

0 1 167

Usaha meningkatkan spiritualitas kerasulan awam bagi prodiakon paroki di wilayah Santo Yusup Sendangsari-Sendangrejo, Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu, Yogyakarta, melalui katekese model Shared Christian Praxis - USD Repository

0 1 121