Menggali spiritualitas Santo Vinsensius De Paul sebagai upaya meningkatkan pelayanan para suster SCMM kepada kaum miskin - USD Repository

  MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO VINSENSIUS DE PAUL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PARA SUSTER SCMM KEPADA KAUM MISKIN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh : Yuliana Apu Day NIM: 061124031 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

  

MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO VINSENSIUS DE PAUL SEBAGAI

UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PARA SUSTER SCMM

KEPADA KAUM MISKIN

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

  

Oleh :

Yuliana Apu Day

NIM: 061124031

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

  

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

  i ii

iii

iv

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini saya persembahkan kepada: Kongregasi Suster-Suster Cinta Kasih dari Maria Bunda yang Berbelaskasih sebagai komunitas religius yang membentuk saya menjadi religius SCMM.

  Para susterku sekongregasi, yang selalu mendukung dalam perjalanan panggilan dan perutusan studi saya.

  Bapak dan Ibu saya sebagai teladan yang mengajari saya untuk berbagi kasih kepada orang lain, khususnya yang miskin dan menderita. v

  MOTTO

  “Jalan terbaik untuk memperoleh sukacita abadi dengan pasti ialah hidup dan mati untuk melayani orang miskin, sambil membiarkan diri dituntun oleh Penyelenggaraan Ilahi dan menyangkal diri untuk mengikuti Kristus”. (Vinsensius, SV III, 392)

  “Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada Tuhan, dan Ia mendengar suaraku”.

  (Mazmur 18:7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 21 Juni 2010 Penulis,

  Yuliana Apu Day vi

  

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Yulianan Apu Day NIM : 061124031

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan wewenang bagi Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul:

  

MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO VINSENSIUS DE PAUL SEBAGAI

UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN PARA SUSTER SCMM

KEPADA KAUM MISKIN

  untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk penggalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin maupun memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Yogyakarta, 21 Juni 2010 Hormat saya, Yuliana Apu Day vii

  ABSTRAK

  Judul skripsi ini adalah “MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO

  

VINSENSIUS DE PAUL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

PELAYANAN PARA SUSTER SCMM KEPADA KAUM MISKIN.

  Judul ini dipilih penulis berdasarkan realitas yang ada dalam kehidupan para suster SCMM, yang memberi kesan, kurang mengetahui, memahami dan menghayati Spiritualitas St.Vinsensius de Paul, yang oleh pendiri telah mengangkatnya menjadi pelindung kedua sekaligus pelindung karya kongregasi SCMM. Kekaburan mereka akan Spiritualitas St.Vinsensius de Paul yang oleh pendiri dijadikan sebagai pelindung karya bagi kongregasi, berdampak pada kurang maksimalnya pelayanan para suster SCMM kepada kaum miskin. Hal tersebut nampak dalam sikap hidup dan karya perutusan yang cenderung mengutamakan pelayanan kepada orang yang mampu atau berkecukupan dari pada kepada orang yang miskin.

  Persoalan pokok dalam skiripsi ini adalah, bagaimana para suster SCMM dapat dibantu untuk lebih mengenal, memahami serta mengahayati Spiritualitas St.Vinsensius de Paul sehingga semakin meningkat pula pelayanan mereka terhadap kaum miskin.

  Dalam menanggapi persoalan tersebut, penulis menilai perlu adanya proses pengenalan lebih dekat akan tokoh penting St.Vinsensius de Paul yang oleh pendiri telah diangkat sebagai pelindung karya para suster SCMM. Dalam skripsi ini penulis akan memaparkan riwayat hidup St.Vinsensius de Paul, Spiritualitas St.Vinsensius de Paul dan cara St.Vinsensius de Paul berhadapan dengan kaum miskin, yang akan menghantar para suster SCMM untuk semakin mengenal lebih dekat, memahami dan menghayati dalam hidup mereka sehingga bisa menjadi inspirasi dan panutan hidup serta karya mereka dalam melayani kaum miskin.

  Pada bagian akhir, penulis mengusulkan sebuah program retret dengan tema “Spiritualitas St.Vinsensius de Paul bagi para suster SCMM” sebagai salah satu upaya yang dapat ditempuh agar mereka semakin mengenal, memahami dan menghayati Spiritualitas St.Vinsensius de Paul sehingga akan meningkat pula pelayanan mereka terhadap kaum miskin. Untuk itu pentinglah para formator yang akan membawakan retret ini dipersiapkan dengan bahan dari skripsi ini dan buku- buku berisikan spiritualitas Vinsensius de Paul. viii

  ABSTRACT The title of this paper is “DEEPENING THE SAINT VINCENT DE

  

PAUL’S SPIRITUALITY AS AN EFFORTS OF SCMM SISTERS TO

  IMPROVE THE SERVICES TO THE POOR.”

  The writer chose this title based on the realities of SCMM Sisters, which gives the impression that they less to know, less to understand and less to living out the Spirituality of St. Vincent de Paul, who has been appointed by the founder as the second patron of SCMM Congregation and as protector of its mission. This vagueness of understanding of St.Vincent de Paul’s spirituality gave less impact on the SCMM sisters in their services to the poor. It can be seen in their attitudes and services that tend to give more priority to the rich than to the poor.

  The main problem in this paper is, how to help SCMM sisters to know, to understand, and to living out St.Vincent de Paul’s spirituality better, so that they are able to improve their services to the poor.

  In response to this problem, the writer sees the need for closer recognition of St.Vincent de Paul who has been appointed as the protector of the SCMM sisters mission. The writer will present the bibliography of St.Vincent de Paul, his Spirituality, and his ways in dealing with the poor with hope that these could lead the SCMM sisters to see closer, to understand better and to living out St.Vincent de Paul’s spirituality, so that these could be an inspiration and role model of life and their services to the poor.

  Finally in the last part of this paper, the writer proposes a retreat program with the theme "St. Vincent de Paul’s spirituality for the SCMM sisters" as an effort to know, to understand better and at last could living out the St. Vincent de Paul’s spirituality to improve their services to the poor. It is necessary for this purpose, that the formators who will give the retreat, to be prepared with material from this paper and from the books containing Vincent de Paul's spirituality. ix

KATA PENGANTAR

  Puji dan Syukur kepada Allah Tritunggal Maha Kudus karena rahmat dan kasih-Nya yang membimbing, menuntun dan menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “MENGGALI SPIRITUALITAS SANTO

  

VINSENSIUS DE PAUL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

PELAYANAN PARA SUSTER SCMM KEPADA KAUM MISKIN”.

  Dalam skripsi ini penulis mengangkat keprihatinan yang berkaitan dengan kekurangpengetahuan dan pengenalan para suster SCMM akan Spiritualitas St.Vinsensius de Paul yang oleh pendiri telah mengangkatnya sebagai pelindung kedua kongregasi sekaligus pelindung karya kongregasi SCMM. Oleh karena itu penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para suster SCMM dalam mengenal, memahami dan mengahayati spiritualitas St.Vinsensius de Paul, sehingga semakin meningkatkan pelayanan para suster SCMM terhadap kaum miskin.

  Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini berkat bantuan dan dukungan dari banyak pihak yang telah memberikan perhatian, dorongan, motivasi dan inspirasi. Maka pada kesempatan ini penulis patut mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Drs. H. J. Suhardiyanto, SJ. selaku Kaprodi, pembimbing akademik, sekaligus pembimbing utama yang senantiasa dengan sabar, setia, perhatian dan penuh kasih seorang bapak dalam membimbing, mengarahkan, memotivasi dan memberikan masukan serta inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. x

  2. Y.H.Bintang Nusantara, SFK, M.Hum selaku dosen penguji II yang penuh perhatian dan cinta memotivasi dan mendukung sehingga kini boleh berkenan memeriksa dan sekaligus menguji skripsi penulis.

  3. Dra. J. Sri Murtini,M.Si., selaku dosen penguji III yang telah berkenan mendampingi dan membimbing penulis dengan penuh perhatian dan cinta yang sekaligus memeriksa skripsi dan menguji penulis.

  4. Bapak-Ibu dosen dan staf prodi IPPAK Universitas Sanata Dharma yang telah mendampingi dengan setia serta menjadi rekan selama penulis melaksanakan studi di IPPAK-FKIP-USD Yogyakarta.

  5. Suster Provinsial Kongregasi SCMM beserta dewannya yang telah memberikan kesempatan, dukungan dan motivasi kepada penulis untuk memperkembangkan pengetahuan, kepribadian dan kerohanian selama studi di IPPAK-FKIP-USD Yogyakarta.

  6. Para suster komunitas Santa Sesilia yang telah memberikan dukungan, perhatian, doa dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan tugas studi ini.

  7. Semua rekan-rekan seangkatan 2006 yang walaupun sudah berpisah, namun selalu dengan caranya masing-masing, mendukung, memotivasi, mendoakan dan menguatkan penulis sehingga pada akhirnya berhasil menyelesaikan studi di IPPAK tercinta ini.

  8. Suster Martha Chandra, SCMM, Suster Donata Manalu, SCMM, dan Suster Agnesia Apu, SCMM yang memberikan semangat, motivasi, doa, perhatian dan kasih yang tulus bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. xi

  9. Bapak, ibu, kakak, adik dan saudara-saudariku yang telah mendoakan, mendukung dan mengajari aku untuk berbagi pada orang lain khususnya orang miskin dan menderita 10. Semua pihak yang penulis tidak sebut pada tulisan ini yang dengan caranya sendiri telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, dengan senang hati dan terbuka penulis menerima segala kritik dan saran demi penyempurnaan dan pengembangan lebih lanjut. Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi sumbangan pemikiran bagi siapa saja yang ingin melanjutkan pelayanan Yesus Kristus kepada kaum miskin.

  Yogyakarta, 21 Juni 2010 Penulis,

  Yulianan Apu Day xii

  DAFTAR ISI

  JUDUL ……………………………………………………………………..... i PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………... ii PENGESAHAN ……………………………………………………………... iii PERSEMBAHAN …………………………………………............................ iv MOTTO …………………………………………………………………….... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………. vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………………………........ vii ABSTRAK …………………………………………………………………... Viii ABSTRACT …………………………………………………………………. ix KATA PENGANTAR ………………………………………………………. x DAFTAR ISI ………………………………………………………………… xiii DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………………. xvi BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………..

  1 A.

  1 Latar Belakang ……………………………………………………….

  B.

  4 Rumusan Permasalahan ……………………………………………...

  C.

  4 Tujuan Penulisan …………………………………………………….

  D.

  4 Manfaat Penulisan …………………………………………………… E. Metode Penulisan ……………………………………………………. 5 F.

  5 Sistematika Penulisan ………………………………………………..

  BAB II. GAMBARAN UMUM KONGREGASI SCMM DI INDONESIA………………………………………………………..

  7 A.

  7 Sejarah Kongregasi Suster SCMM di Indonesia……………………..

  1. Keadaan Masyarakat Indonesia pada awal abad XX…………........

  8

  2. Awal mula kongregasi SCMM di Indonesia dan perkembangannya

  10 3. Ciri khas dan Tujuan Kongregasi…………… …………………....

  16 B.

  17 Visi dan Misi Kongregasi…………………………………………….

  1. Visi Kongregasi…………………. ………………………………..

  17 2. Misi Kongregasi……….…………………………………………...

  18 C. Pemahaman dan Penghayatan Spiritualitas St.Vinsensius de Paul pada para Suster SCMM…………………………………...................

  19 xiii

  D.

  25 Karya pelayanan para suster SCMM di Indonesia...……………….....

  1. Pelayanan di bidang Pendidikan…………………………………...

  27 2. Pelayanan di bidang Kesehatan……. ……………………………..

  28 3. Pelayanan di bidang Sosial……………………………………........

  29 BAB III. SPIRITUALITAS ST VINSENSIUS DE PAUL……………..........

  32 A.

  33 Riwayat hidup St.Vinsensius de Paul..…………………………….....

  B.

  45 Tiga Keutamaan St.Vinsensius de Paul…………………………......

  1. Kesederhanaan………………… ………………………………...

  48 2. Kerendahan Hati……………….. ………………………………..

  50 3. Cinta Kasih…………………………………………………….....

  52 C.

  53 Lima Pokok dalam Spiritualitas St.Vinsensius de Paul……………...

  1. Kristus……….………………… ………………………………...

  53 2. Konteks sebagai tempat pertemuan dengan Allah………………..

  54 3. Misteri kehadiran Kristus dalam diri kaum miskin…………….....

  55 4. Injil…………………………………... …………………………..

  56 5. Doa dan Perbuatan………………………………………………..

  56 D.

  57 St.Vinsensius de Paul berhadapan dengan kaum miskin…………… 1. Kategori Kaum Miskin.……… ………………………………....

  58 2. Pelayanan terhadap Kaum Miskin harus diutamakan.…………..

  60 3. Alasan melayani Kaum Miskin….……………….………….......

  61 4. Kunjungn terhadap Orang Miskin.……………………………....

  62 5. Cara Menyediakan Kebutuhan Materiil bagi Kaum Miskin…......

  63

  6. Beberapa saran untuk memelihara semangat dasar dalam melayani Kaum Miskin…………………………………………

  64 BAB IV. USULAN PROGRAM RETRET DENGAN TEMA “SPIRITUALITAS ST VINSENSIUS DE PAUL BAGI PARA SUSTER SCMM………………………………………………

  66 A.

  67 Latar Belakang Program Retret.…………………………………..

  B. Alasan Pemilihan Tema…………………………………………...

  68 C.

  70 Rumusan Tema dan Tujuan Retret………………………………..

  D.

  72 Program Retret Bagi Para Suster SCMM………………………...

  E.

  79 Catatan Untuk Pelaksanaan Program.……………………………... xiv

  F. Contoh Persiapan Retret…………………………………………...

  79 1. Persiapan Pelaksanaan Hari Pertama...………………………….

  79 2. Persiapan Pelaksanaan Hari Kedua ………………………….....

  88

  3. Persiapan Pelaksanaan Hari Ketiga…………………………….. 102

  4. Persiapan Pelaksanaan Hari Keempat..………………………… 116

  5. Persiapan Pelaksanaan Hari Kelima …………………………… 129

  6. Persiapan Pelaksanaan Hari Keenam…………………………... 134

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………….…………………….. 143 A. Kesimpulan… ……………………………………………………. 143 B. Saran……………………….. ……………………………………. 145 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 148

  xv xvi

  DAFTAR SINGKATAN Berikut ini adalah daftar singkatan berdasarkan urutan alfabetik.

  Injil Lukas Injil Mateus Mawar Altar

  Shared Christian Praxis

  Perguruan Tinggi

  PT SCP SCMM : : :

  Projo Pater

  : :

  Pr P

  No : Nomor NTT : Nusa Tenggara Timur PAK : Pendidikan Agama Katolik

  Monseigneur Kongregasi Misionaris Keluarga Kudus

  : :

  MB : Madah Bakti Mgr. MSF

  : : :

  Art Ay CM

  KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Luk Mat MA

  Konstitusi Para Suster cintakasih dari Maria Bunda Berbelaskasih Konsili Vatikan

  KV : :

  Frater Suster Hati Kudus Konst.

  : :

  Fr HK

  Dan sebagainya Dewan Pimpinan Propinsi Dewan Pimpinan Umum

  : : :

  CMM : Congregatio Matris Misericordiae Dsb DPP DPU

  Artikel Ayat Kongregasi Misi (Roma Lasaris)

  : : :

  Suster Cinta Kasih dari Maria Bunda yang xvii Berbelaskasih

  SD : Sekolah Dasar SMP : Sekolah Menengah Pertama SMU : Sekolah Menengah Umum SJ St SSpS SV TK TPP

  : : : : :

  Serikat Jesus Santo Kongregasi Misi Suster-Suster “Abdi Roh Kudus” Surat-surat Vinsensius Taman Kanak Kanak Tim Pembina Propinsi

  USD : Universitas Sanata Dharma Yes : Kitab Yesaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian suatu Kongregasi pada umumnya mempunyai norma atau aturan

  hidup yang diyakini dapat menjadi pedoman hidup anggotanya. Setiap pendiri kongregasi juga memiliki ciri khas tersendiri, baik dalam hal cara hidup maupun pelayanannya. Norma atau aturan hidup ini dimaksudkan membentuk kekhasan hidup dan pelayanan para anggotanya.

  Kongregasi SCMM (Suster Cinta Kasih dari Maria Bunda yang Berbelaskasih) adalah kongregasi yang didirikan oleh Mgr. Joannes Zwijsen pada tanggal 23 November di ‘t Heike Tilburg. Pendirian kongregasi ini, terinspirasi oleh St.Vinsensius de Paul yang peka akan kebutuhan sesama, khususnya mereka yang miskin dan terlantar. Oleh pengikutnya, cara hidup St.Vinsensius de Paul dijadikan “Spiritualitas St.Vinsensius de Paul” dan pendiri mengangkatnya sebagai pelindung karya kongregasi SCMM. Gereja juga memberi gelar kepada St.Vinsensius de Paul sebagai pelindung karya misi.

  Para suster SCMM sebagai anggota kongregasi yang didirikan oleh Mgr. Joannes Zwijsen, dipanggil untuk memberi pelayanan kepada orang miskin, kecil dan tak berdaya. Dalam pembicaraan akrab mengenai karya-karya kasih, bapak pendiri (Mgr.Joannes Zwijsen) memaparkan tujuan pelayanan kasih yakni: demi keselamatan jiwa-jiwa, dan khususnya demi kaum papa. Dan andaikan pernah terjadi bahwa lebih banyak orang kaya berada dalam pelayanan para suster

  2 SCMM dari pada orang miskin, hal tersebut dapat dikatakan bahwa kongregasi telah kehilangan roh aslinya (Kusnoharjono, 1998:51).

  Harapan dari setiap pendiri kongregasi ialah, para pengikutnya mampu meneruskan cara hidup dan semangat yang telah dimulainya dalam hidup dan karya pelayanan di dunia ini. Sejalan dengan harapan pendiri, Paus Paulus VI juga pernah mengamanatkan kepada setiap kongregasi, agar pembaharuan yang dilaksanakan tetap mempertahankan hakekat dan semangat asli kongregasi dan tidak menyimpang dari ketentuan yang sudah ditetapkan dalam tujuan kongregasi.

  Oleh karena itu pembaharuan harus tetap mempertahankan keutuhan dan semangat asli pendiri (Riberu, 1983:233).

  Dalam pertemuan propinsi dan retret Vinsensian yang dilaksanakan oleh kongregasi pada tanggal 31 sampai dengan 11 Agustus 2009 di Maumere-Flores yang diikuti oleh para suster SCMM dari seluruh Indonesia, ada keprihatinan bahwa para suster SCMM kurang mengenal dan memahami Spiritualitas St.Vinsensius de Paul, yang oleh kongregasi dijadikan sebagai pelindung karya. Ketidakjelasan pemahaman spiritualitas St.Vinsensius de Paul ini disebabkan oleh pendahulu yang tidak cukup menyampaikan kepada generasi berikut, juga dari para suster sendiri yang kiranya kurang membaca buku-buku kongregasi. Ada kesan kekurang pengenalan para suster SCMM akan Spiritualitas St.Vinsensius de Paul membawa akibat kurang maksimalnya pelayanan para suster SCMM dalam melayani kaum miskin. Hal tersebut dipaparkan secara jelas pada buku “Butir- butir penting hari Propinsi SCMM Indonesia tahun 2009 “ sebagai salah satu buku dokumen kongregasi yang digunakan penulis untuk mendapatkan data dan

  3 informasi mengenai karya pelayanan para suster SCMM Indonesia secara khusus dalam melayani kaum miskin. Salah satu keprihatinan bahwa para suster lebih mengutamakan pelayanan kepada orang yang mampu atau berkecukupan dari pada orang yang miskin. Selain itu para suster lebih ingin melakukan karya-karya besar yang ternama dari pada terjun langsung melayani kaum miskin, hal tersebut bahkan mau ditindaklanjuti dengan menutup karya yang tidak cukup memberi

  

income, padahal karya-karya yang seperti itu umumnya berada di pedesaan yang

  justru banyak melayani masyarakat kurang mampu. Semangat St.Vinsensius de Paul diperjelas dengan pertemuan dan retret yang dibimbing oleh P.Wahyu, CM sebagai salah seorang pengikut Santo Vinsensius de Paul.

  Penulis sebagai anggota kongregasi SCMM terdorong untuk mempelajari lebih dalam, peranan Spiritualitas St.Vinsensius de Paul dalam karya dan pelayanan para suster SCMM khususnya dalam melayani kaum miskin, lemah dan tertindas, sehingga pelayanan para suster SCMM tidak kehilangan arti berupa arah dan tujuan. Oleh karena itu penulis memilih judul: ”MENGGALI

  

SPIRITUALITAS SANTO VINSENSIUS DE PAUL SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN PELAYANAN PARA SUSTER SCMM KEPADA

KAUM MISKIN”. Penulis berharap semoga melalui tulisan ini para formator

  suster SCMM semakin memahami, mendalami dan mengahayati Spiritualitas St.Vinsensius de Paul sehingga dapat menolong para suster se-kongregasi dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada kaum miskin.

  4

B. Rumusan Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang pemilihan tema di atas maka penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:

  1. Apa isi Spiritualitas St.Vinsensius de Paul? 2.

  Bagaimana Pemahaman Spiritualitas St.Vinsensius de Paul pada para suster SCMM? 3. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk membantu para suster SCMM dalam menghayati spiritualitas St.Vinsensius de Paul, guna meningkatkan pelayanan kepada kaum miskin? C.

   Tujuan Penulisan

  Tujuan penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk memahami isi Spiritualitas St.Vinsensius de Paul.

  2. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman Spiritualitas St.Vinsensius de Paul pada para suster SCMM.

  3. Untuk mengetahui usaha yang dapat membantu para suster SCMM dalam menghayati Spiritualitas St.Vinsensius de Paul guna meningkatkan pelayanan kepada kaum miskin.

D. Manfaat Penulisan

  Adapun manfaat penulisan skripsi ini sebagai berikut: 1. Meningkatkan pemahaman Spiritualitas St.Vinsensius de Paul pada para suster SCMM.

  5

  2. Membantu para suster formator dalam mendampingi dan membina para suster SCMM untuk semakin memahami dan menghayati Spiritualitas St.Vinsensius de Paul dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada kaum miskin.

  3. Membantu secara tidak langsung para suster SCMM dalam meningkatkan pelayanan kepada kaum miskin.

  E. Metode Penulisan

  Skripsi ini ditulis dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang menggambarkan dan menganalisa permasalahan yang ada untuk menemukan jalan pemecahan yang memadai atas sebuah studi pustaka dari berbagai buku referensi karangan ilmiah yang berkaitan dengan tema yang diangkat oleh penulis. Selain itu, agar memperoleh wawasan yang lebih luas dalam membahas skripsi ini, penulis juga berusaha menggali konteks permasalahan yakni pemahaman dan penghayatan para suster SCMM Indonesia akan Spiritualitas St.Vinsensius de Paul dalam pelayanan kepada kaum miskin dengan menggunakan hasil pertemuan propinsi 2009 dan retret Vinsensian yang diikuti oleh penulis sendiri dan rangkuman atas evaluasi hidup dan karya para suster SCMM yang tertuang dalam buku “Butir-butir penting hari Propinsi SCMM Indonesia tahun 2009”.

  F. Sistematika Penulisan

  Skripsi ini ditulis dalam lima bab. Penulisan ini dimulai dengan Pendahuluan, yang akan dipaparkan pada setiap bab, kemudian diakhiri dengan bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

  6

  Bab I berupa Pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II membahas Gambaran Umum kongregasi suster SCMM di Indonesia yang meliputi: Sejarah kongregasi suster SCMM di Indonesia, Visi dan Misi kongregasi, Pemahaman dan penghayatan Spiritualitas St.Vinsensius de Paul pada para suster SCMM dan Karya pelayanan para suster SCMM di Indonesia. Bab III membahas Spiritualitas St.Vinsensius de Paul yang meliputi: Riwayat hidup St.Vinsensius de Paul, tiga keutamaan pokok St.Vinsensius de Paul, lima pokok dalam Spiritualitas St.Vinsensius de Paul, dan St.Vinsensius de Paul berhadapan dengan kaum miskin. Bab IV berisi usulan program Retret bagi para Suster SCMM dengan tema umum ”Spiritualitas St.Vinsensius de Paul bagi para suster SCMM” yang meliputi, latar belakang penyusunan program retret, alasan pemilihan tema retret, rumusan tema dan tujuan retret, program retret bagi para suster SCMM, catatan untuk pelaksanaan program dan contoh persiapan retret.

  Bab V berupa penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

  

BAB II

GAMBARAN UMUM KONGREGASI SUSTER SCMM DI INDONESIA Pada pembahasan bab II akan dijabarkan dalam empat bagian yakni: Sejarah Kongregasi Suster SCMM di Indonesia; Visi dan Misi Kongregasi; Pemahaman dan Penghayatan Spiritualitas St.Vinsensius de Paul pada para suster SCMM dan Karya pelayanan para suster SCMM di Indonesia. Pada pembahasan Pemahaman dan Penghayatan Spiritualitas St.Vinsensius de Paul pada para suster SCMM, penulis menggunakan analisis atas permasalahan dan keprihatinan dalam

  hidup dan karya para suster SCMM sesuai dengan hasil pertemuan hari Propinsi dan retret Vinsensian pada tahun 2009 yang diikuti oleh para suster SCMM seluruh Indonesia yang telah dibukukan pada buku “Butir-butir penting Hari Propinsi SCMM Indonesia tahun 2009”. Hasil inilah yang digunakan penulis dalam melihat harapan para suster SCMM Indonesia untuk kembali kesemangat yang ditekankan oleh pendiri.

A. Sejarah Kongregasi Suster SCMM di Indonesia

  Kongregasi SCMM merupakan lembaga hidup bakti yang didirikan oleh Pastor Joannes Zwijsen pada tanggal 23 November tahun 1832 di Belanda, di desa

  

Oud e Dijk, yang pada waktu itu ia menjabat sebagai pastor paroki di ‘t Heike di

  Tilburg. Sebagai seorang pastor paroki ia prihatin melihat umatnya yang sebagian besar adalah pekerja industri tekstil, buruh harian dengan pendapatan harian yang sangat kecil. Pastor Zwijsen membawa tiga suster pertamanya ke suatu rumah

  8 kecil di daerah ‘t Heike’ di Tilburg untuk melayani dan meringankan kemelaratan umat parokinya yang miskin. Pada awalnya pastor Zwijsen hendak membatasi jumlah susternya sampai tiga belas orang saja, namun kepercayaan teguh akan bimbingan Allah dan Penyelenggaraan Ilahi yang penuh kasih menyebabkan beliau menyetujui perkembangan yang cepat dari kongregasi. Pada tahun 1877 sebagai tahun wafatnya pendiri, kongregasi SCMM memperluas daerah pelayanannya sampai ke Belgia, Inggris, Wales, Amerika Serikat dan pada tahun 1885 kongregasi SCMM masuk ke Indonesia.

1. Keadaan masyarakat Indonesia pada awal abad XX Pada Awal abad XX bangsa Indonesia masih di bawah jajahan Belanda.

  Pada masa itu kehidupan bangsa Indonesia tergantung dari sistem politik dan ekonomi yang diterapkan oleh penjajah. Sejak tahun 1870 sampai awal abad XX, di Indonesia diterapkan sistem “Politik Pintu Terbuka”. Ini berarti bahwa arus modal dari luar boleh masuk ke Indonesia dan dengan demikian terjadilah imperialisme (sistem politik yang bertujuan menjajah Negara lain untuk mendapat kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar). Di mana-mana modal asing ditanamkan dan dikembangkan dalam sektor pertanian, pertambangan dan perkebunan (Badrika, 1991: 71-72).

  Masyarakat Indonesia mengalami penderitaan yang berat karena adanya sistem Tanam Paksa, yang mewajibkan rakyat bekerja untuk pemerintah. Rakyat Indonesia semakin kehilangan haknya atas tanah dan akhirnya muncullah golongan rakyat yang tidak mempunyai tanah. Setelah dihapus sistem Tanam

  9 Paksa, rakyat Indonesia bekerja bagi majikannya yang baru, yakni kaum kapitalis. Dengan sistem ini, kehidupan rakyat tetap miskin dan semakin menderita. Program pembuatan saluran-saluran air hanyalah untuk memenuhi kebutuhan pengairan perkebunan milik pemerintah Belanda dan pemilik modal asing dan bukannya untuk rakyat. Pendidikan dilaksanakan bukan untuk mencerdaskan bangsa Indonesia melainkan hanya untuk kepentingan Pemerintah Belanda.

  Perpindahan penduduk yang digerakkan hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di perkebunan milik pemerintahan Belanda (Badrika, 1991:65-67).

  Setelah Perang Dunia Pertama berakhir, terjadilah perubahan suhu politik kawasan Asia Tenggara, khususnya di Indonesia. Pertentangan antara pihak nasionalis Indonesia dengan pihak kolonial dan kapitalis Belanda semakin tajam. Perbedaan mencolok dalam kesejahteraan antar golongan pribumi dengan golongan non pribumi menimbulkan perasaan tidak memuaskan. Oleh karena itu terjadilah pemberontakan-pemberontakan, seperti di Jambi (1916), Pasar Rebo (1916) dan Toli-toli (1920). Muncul juga organisasi-organisasi yang bersifat sosial, politik, ekonomi seperti Budi Utomo (1908), Serikat Dagang Islam (1911), dan Indische Partij (1912). Pergolakan-pergolakan yang dilakukan oleh rakyat pribumi menyebabkan bertambah goncangnya kedudukan Belanda di Indonesia.

  Akibat dari pergolakan ini, rakyat kecil semakin melarat, miskin dan kebodohan semakin meluas (Badrika, 1991:113-114).

  10

2. Awal mula kongregasi SCMM di Indonesia dan perkembangannya Kongregasi SCMM masuk ke Indonesia pada tahun 1885 di kota Padang.

  Di wilayah sekitar kota Padang pulau Sumatera, beberapa imam Yesuit aktif dalam pelayanan di bidang karya misi. Salah seorang diantaranya adalah pater Smit yang pada permulaan 1885 memberitahu kepada uskup, Mgr Claessens di Batavia, bahwa tak mungkin ia dapat menjadikan orang Indonesia orang kristen yang baik, tanpa pertolongan suster, yang dapat menangani pendidikan. Dengan demikian munculah gagasan untuk meminta suster SCMM berkarya di Padang. Gagasan tersebut disampaikan oleh rekan imam pater Smith yakni pater Meurs yang pada saat itu sedang berlibur di Negri Belanda, kepada Mgr.Godchalk, uskup Den Bosch. Pada bulan Januari tahun 1885, sebuah surat permohonan dari Mgr.Godchalk kepada suster Syncleticia Smarins Pemimpin Umum Kongregasi SCMM waktu itu, memohon agar beliau mengutus beberapa suster ke Indonesia yang pada masa itu disebut ‘Hindia Belanda”, untuk menangani beberapa sekolah Katolik dan pendidikan ketrampilan putri (Van de Molengraft, 1992: 143-146).

  Permohonan Mgr.Godchalk, uskup Den Bosch ditanggapi secara serius oleh dewan Pimpinan Umum, maka pada tanggal 27 Mei tahun 1885, Kongregasi SCMM mengutus sembilan anggota SCMM ke Indonesia. Daerah yang dituju adalah Padang (Sumatra Barat). Kesembilan suster misionaris pertama adalah: Suster Wafrida Screuder, Suster Ewalda van Beek, Suster Irmine van Apol, Suster Custodie Boerkamp, Suster Eupharase Klamer, Suster Philomeno Visser, Suster Ludovicus Molenaar, Suster Melchiorine Schrender dan Suster Veronie van Abelen. Setelah pelayaran mengarungi samudera luas akhirnya pada tanggal 12

  11 Juli 1885 mereka tiba di Padang. Para suster disambut meriah oleh panitia yang dihadiri oleh pastor Smith, SJ dan pastor Van Meurs, SJ dan beberapa anggota paroki dengan inkulturasi ala Minangkabau. Mereka menetap di sebuah rumah besar, berdinding papan dengan atap rumbia yang merupakan rumah bekas Bapak Gubernur.

  Setelah tiga hari para suster berada di Padang, Suster Ewalda van Beek selaku pemimpin biara menghadap Gubernur Jendral O.van Riees mengajukan permohonan agar mengesahkan statuta-statuta Kongregasi serta mengakui hak milik Kongregasi atas bangunan biara dan kompleks lainnya, sehingga karya perutusan dan harta pemilikan Kongregasi secara resmi diterima dan diakui oleh pemerintah setempat. Permohonan Suster Ewalda van Beek dikabulkan, sehingga para suster memulai karyanya yang pertama, yakni: memberi pelajaran agama Katolik kepada anak-anak, pendidikan ketrampilan kepada kaum putri. Pada tanggal 1 September 1885 secara resmi pendidikan SD dibuka dan pada tanggal

  15 September 1885 gedung TK dan pendidikan TK dibuka secara resmi. Sr.Melchiorine dan Sr.Veronie sebagai guru TK dengan jumlah murid 35 orang. Tuhan memberkati usaha dan karya para suster sehingga berkembang pesat dan mendapat dukungan dari masyarakat. Kemajuan sekolah-sekolah membuat iri hati kaum “loge” (orang-orang elite Belanda yang tidak menganut agama). Mereka menyebarkan fitnah dan celaan bahwa sekolah-sekolah Katolik tidak dapat dipercaya karena para guru tidak memiliki ijazah guru. Dalam situasi yang dihadapi, para suster tetap mengadakan kerjasama yang baik. Situasi sudah mulai pulih pada tanggal 7 Mei 1887. Karya-karya para suster semakin berkembang dan

  12 membutuhkan tenaga, sehingga pada tanggal 18 Agustus 1888 dua anggota SCMM gelombang kedua diutus ke Indonesia, yakni Suster Lusine Preusting dan Suster Remegia (Syukur Agnes & Yustina Hondro, 2004:9-12).

  Perkembangan dan pelayanan yang baik tidak selalu berjalan mulus. Cukup banyak mengalami tantangan dari pihak kelompok elit yang merasa disaingi dalam tugas dan kedudukan. Iklim daerah tropis dengan segala jenis penyakit, merenggut nyawa dua suster misionaris pertama, yakni Suster Philomeno pata tanggal 5 Februari tahun 1889 dan Suster Ewalda van Beek pada tanggal 24 Maret tahun 1889. Yang menggantikan Suster Ewalda van Beek sebagai pemimpin biara adalah Suster Lusine Preusting (Syukur Agnes & Yustina Hondro, 2004:19-28).

  Perkembangan karya-karya para suster di Padang membawa dampak positif dan menggembirakan hati Mgr.Claesens (Uskup Batavia), sehingga beliau memohon kepada Dewan Pimpinan Umum di Nederland supaya Kongregasi SCMM membuka Biara baru di Flores (Maumere). Pimpinan umum SCMM menerima perutusan baru dan pada tanggal 8 Januari tahun 1889 tiga suster misionaris diutus ke Maumere. Mereka adalah Suster Oswualdine, Suster Lidwina dan Suster Eugena. Karya perutusan yang semakin berkembang di Maumere membutuhkan penambahan tenaga, maka pada tanggal 26 Oktober tahun 1889 rombongan para suster diberangkatkan lagi untuk berkarya di Maumere. Mereka adalah Suster Mathildis, Suster Alexa, Suster Isedorus, Suster Gonzague, Suster Lousenia. Karya perutusan para suster adalah menangani asrama dan sekolah, mengajar agama katolik di kampung-kampung. Karena iklim dan lingkungan

  13 Maumere kurang sehat untuk kesehatan para suster, maka Mgr.S.Luypen, SJ, menganjurkan agar para suster pindah ke Lela. Di Lela-Flores, mereka memulai karya dari awal, yakni menangani asrama dan sekolah, serta pelayanan kesehatan. Karya pelayanan para suster sangat berkembang dan mendapat dukungan dari masyarakat. Tahun 1916 Tarekat pastor Jesuit menyerahkan misi mereka, kepada para pastor van STEYL. Pada waktu itu pastor van STEYL menuntut lebih banyak demi peningkatan kualitas misi, dan meminta penambahan tenaga para suster yang berdiploma. Semua program ini diberitahukan kepada Dewan Pimpinan Umum, dan keputusannya, karya misi SCMM diserahkan kepada Suster van STEYL. Alasan lain para suster meninggalkan Lela karena komunikasi antara komunitas Lela dan Padang sangat sulit dan letak geografis Lela sangat tidak menguntungkan untuk pengangkutan. Selama 18 tahun para suster SCMM berkarya di Lela-Flores, dan tanggal 1 Juli tahun 1917, mereka menyerahterimakan karya-karya itu kepada kongregasi SSps dari Steyl (Syukur Agnes & Yustina Hondro, 2004:19-28).

  Setelah melepas karya misi di Lela-Flores, para suster memulai karya baru di Tanjung Sakti-Sumatera Selatan, tepatnya tanggal 8 Februari 1917. Karya perutusan awal para suster meliputi: Pendidikan Agama, katekese umat khususnya untuk para ibu dan gadis-gadis remaja, Pendidikan sekolah untuk anak perempuan dan pendidikan Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar. Karya pelayanan di Tanjung Sakti tidak berjalan mulus, banyak tantangan yang dihadapi. Tantangan pertama yang dihadapi para suster adalah usia mereka yang sudah mulai tua, dan tidak mempunyai pengganti dalam menangani karya di Tanjung Sakti, tantangan

  14 kedua dari situasi masyarakat yang mayoritas agama Islam fanatik, yang mempunyai pandangan hidup bahwa kaum wanita tak perlu belajar karena toh pekerjaannya adalah pembantu dan pesuruh. Pandangan masyarakat sudah begitu kental dan sangat sulit dirubah. Para suster mencoba beradaptasi dengan membawa visi baru tentang martabat dan hakekat kaum wanita, namun masyarakat setempat tidak siap menerima kehadiran serta pembaharuan para suster. Kunjungan Muder Jendral pada tanggal 4 Agustus sampai dengan tanggal

  6 Agustus 1923, memberi kesimpulan akhir untuk mengakhiri perutusan SCMM di Tanjung Sakti. Tepat pada tanggal 15 Mei tahun 1930, berakhirlah karya misi kongregasi SCMM di Tanjung Sakti, karya ini diserahterimakan kepada para Suster Hati Kudus (HK). Setelah enam hari karya misi di Tanjung Sakti berakhir, tepatnya tanggal 21 Mei 1930, Kongregasi SCMM memulai karya baru di Sibolga-Sumatera Utara. Dengan semangat cinta yang berbelaskasih ketujuh suster pemula memulai karya di bidang Pendidikan Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar, menangani asrama putera-puteri dan karya pastoral lainnya. Karya pelayanan di Sibolga berkembang pesat dan sekaligus memacu perkembangan Gereja dengan cepat (Syukur Agnes &Yustina Hondro, 2004:35-43).

  Karya pelayanan para suster yang penuh belaskasih di tengah masyarakat Padang yang mayoritas beragama Islam membawa angin segar. Pada bulan Oktober tahun 1934, dua puteri asal Tionghoa dari Padang, yakni Nelly Oei dan Eugenie Lim memasuki tahun postulat di Sibolga, lalu pada bulan Desember 1934 diutus ke Tilburg - Belanda untuk pembinaan selanjutnya. Setelah menyelesaikan masa novisiat Nelly Oie yang diganti nama menjadi Suster Magdalena dan

  15 Eugenia Lim yang diganti menjadi Suster Yosefa kembali ke Indonesia pada tanggal 25 Januari tahun 1940 untuk memulai karya perutusan (Syukur Agnes & Yustina Hondro, 2004:56).