BAB II. PROFIL KABUPATEN INDRAGIRI HILIR - DOCRPIJM 4f4287fd51 BAB IIBAB 2 PROFIL KABUPATEN

BAB II. PROFIL KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

2.1. WILAYAH ADMINISTRASI

  Kabupaten Indragiri Hilir terletak di sebelah Timur Provinsi Riau atau pada bagian Timur pesisir Pulau Sumatera. Secara resmi terbentuk pada tanggal 14 Juli 1965 sesuai dengan tanggal ditanda-tanganinya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1965. Karena letak posisi Kabupaten Indragiri Hilir di pantai Timur pesisir Pulau Sumatera, maka Kabupaten ini dapat dikategorikan sebagai daerah pantai. Panjang garis pantai Kabupaten Indragiri Hilir adalah 339.5 Km dan luas perairan laut meliputi 6.318 Km² atau sekitar 54.43 % dari luas wilayah. Kabupaten Indragiri Hilir yang merupakan bagian wilayah Provinsi Riau, memiliki luas wilayah 1.367.551 Ha, dengan jumlah pulau-pulau kecil sebanyak 25 pulau. Secara geografis terletak pada posisi 0 36’LU ―1 07’ LS dan 104 10’ ― 102 32’ BT. Adapun batas wilayah administrasi Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebagai berikut :

  Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan;

  

  Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Provinsi Jambi)

  

  Sebelah barat berbatsan dengan Kabupaten Indragiri Hulu; dan

  

  Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karimun, dan Kabupaten Lingga (Provinsi

   Kepulauan Riau).

  Berdasarkan letak dan posisinya yang startegis, keberadaan Kabupaten Indragiri Hilir di Pantai Timur Sumatera memiliki prospek yang cukup tinggi bagi pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi, karena posisinya yang berdekatan dengan pusat-pusat pertumbuhan seperti Batam dan Karimun, serta berada di wilayah perairan yang mampu mengakses berbagai wilayah dalam maupun luar negeri. Hal ini merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadikan Kabupaten Indragiri Hilir sebagai “Pintu gerbang Timur

  

Sumatera “ dalam berbagai aktifitas pembangunan. Kabupaten Indragiri Hilir merupakan daerah

pantai dan rawa pasang surut dengan penyebaran sungai hampir di seluruh kecamatan.

  Disamping sungai, selat dan terusan juga terdapat parit-parit untuk mengendalikan arus air pada saat pasang surut, kondisi ini menggambarkan karakteristik wilayah ini yang juga lebih dikenal dengan sebutan “Negeri Seribu Parit”.

  11 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2021

  Untuk lebih jelasnya mengenai luas dan presentase wilayah menurut kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

  

12. Kateman 48.781 3,57

  Sebagian besar wilayah Kabupaten Indragiri Hilir merupakan dataran rendah, yaitu daerah endapan sungai, daerah rawa dengan tanah gambut (peat), dan daerah hutan payau (mangrove). Selain itu, wilayahnya juga terdiri atas pulau-pulau besar dan kecil. Wilayah Kabupaten Indragiri Hilir rata-rata memiliki ketinggian 0 – 3 Meter di atas permukaan laut. Daerah yang landai ini sebagian besar terletak di dekat pantai atau sungai. Sedangkan sebagian kecilnya 6.69 % berupa daerah berbukit-bukit dengan ketinggian rata-rata 6 - 35 meter dari permukaan laut yang terdapat dibagian selatan Sungai Reteh, Kecamatan Keritang. Daerah ini termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT).

  

20. Sungai Batang 40.489 2,96

Jumlah 1.367.551 100,00 Sumber : Draft RTRW INHIL 2011-2031

  

19. Kempas 58.453 4,27

  

18. Concong 26.348 1,93

  

17. Teluk Balengkong 42.774 3,13

  

16. Pelangiran 85.396 6,24

  

15. Pulau Burung 58.050 4,24

  

14. Tembilahan Hulu 13.899 1,02

  

13. Kemuning 104.984 7,68

  

11. Mandah 174.273 12,74

  Tabel 0-1. Luas dan Presentase Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2011 No. Kecamatan Luas (Has) Persentase (%)

  

10. Gaung 207.617 15,18

  

9. Gaung Anak Serka 64.995 4,75

  

8. Batang Tuaka 39.118 2,86

  

7. Tempuling 75.287 5,51

  

6. Tembilahan 15.164 1,11

  

5. Kuala Indragiri 71.495 5,23

  

4. Tanah Merah 47.660 3,49

  

3. Enok 44.941 3,29

  

2. Reteh 53.183 3,89

  

1. Keritang 94.642 6,92

2.2. KONDISI TOPOGRAFI

  13 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2021

  Secara fisiografinya, wilayah Kabupaten Indragiri Hilir terbelah-belah oleh beberapa sungai, terusan, sehingga membentuk gugusan pulau-pulau. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa kemiringan lereng wilayah Kabupaten Indragiri Hilir di dominasi oleh kemiringan 0 – 2 %, seluas 1.298.763 Ha (94.97 %), kemiringan 3 - 5 % seluas 9.710 Ha (0.71 %), kemiringan 16 - 40% seluas 21.197 Ha (1.55 %) dan kemiringan di atas 40 % seluas 37.744 Ha (2.76 %). Sedangkan khusus kondisi topografi untuk Kawasan Kuala Enok didominasi oleh lahan dengan kemiringan 0 – 8 %.

2.2.1. KONDISI GEOHIDROLOGI

  Pada umumnya keadaan hidrologi di Kabupaten Indragiri Hilir ditentukan oleh perbedaan topografi terutama antara perbukitan, dataran maupun perairan. Keadaan hidrologi di Kabupaten Indragiri Hilir pada dasarnya mempunyai potensi perairan yang cukup luas serta daratan yang dapat dikembangkan usaha budidaya perikanan, berpeluang bagi investor untuk menanamkan investasi baik di bidang penangkapan khususnya di perairan lepas pantai dan dibidang budidaya perikanan (tambak, keramba, budidaya kerang Anadara dan kolam).

  Disamping sungai-sungai dan selat, di Kabupaten Indragiri Hilir banyak terdapat parit- parit baik keberadaannya secara proses alami atau yang dibuat manusia, sehingga Kabupaten Indragiri Hilir disamping terkenal dengan julukan Negeri Sri Gemilang, juga di kenal sebagai Negeri Seribu Parit.

  Untuk sumberdaya air di wilayah kabupaten Indragiri Hilir terdiri dari air permukaan dan air tanah. Air permukaan meliputi air rawa, air sungai dan parit. Air tanah terdiri dari air tanah bebas/unconfined ground water dan air tanah agak tertekan / semiconfined groundwater. Penentuan potensi ditentukan berdasarkan kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas sumberdaya air terutama ditentukan berdasarkan pengamatan lapangan di samping dari data yang terhimpun dari penelitian terdahulu. Di Kabupaten Indragiri Hilir terdapat 5 (lima) Daerah Aliran Sungai (DAS) dari pesisir Selatan ke arah Utara, yaitu DAS Reteh Gangsal, DAS Indragiri Tuaka, DAS Gaung Anak Serka, DAS Batangtumu, dan DAS Guntung Kateman.

  Untuk lebih jelasnya mengenai gambaran kondisi hidrologi Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat pada peta dibawah ini.

  15 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2021

2.2.2. KONDISI GEOLOGI

  Berdasarkan sejarah geologi, wilayah kabupaten Indragiri Hilir merupakan jalur cekungan sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan tektonik bumi yang menyebar luas dan berbentuk morfologi pendataran. Morfologi pendataran ini biasanya memiliki bentuk sungai berbelok-belok dan membawa pasokan material sedimen dari hulu ke hilir. Sedimen-sedimen tersebut akhirnya terperangkap bersama media air pada cekungan-cekungan. Tanah pada cekungan tersebut ditumbuhi oleh mangrove (hutan bakau) sebagai sumber daya hayati pada ekosistem rawa dan hutan dataran rendah.

  Dalam jangka waktu skala geologi, cekungan-cekungan dan sumberdaya hayati di atasnya tersebut mengalami penurunan untuk mencari keseimbangan akibat adanya gaya-gaya tektonik dan pembebanan. Kemudian tertutup kembali oleh sedimen yang terus memasoknya dan kejadian ini berulang terus hingga sekarang.

  Sumberdaya hayati yang terperangkap dan tertutup sedimen pada masa muda akhirnya membentuk suatu endapan rawa dari tanah gambut. Sementara proses-proses ini terus berlangsung, endapan gambut yang sudah berumur lebih dewasa dapat disebut sebagai batubara muda. Jadi gambut dapat dianggap sebagai tahapan awal pembentukan batubara. Endapan batubara yang mengalami pembebanan hingga jangka waktu skala geologi sampai suatu saat berubah menjadi lempung hitam dapat dianggap sebagai sumber minyak bumi yang mengalami pencucian atau leaching. Hasil pencucian tersebut akhirnya terjebak dalam suatu batuan perangkap minyak bumi. Akhirnya minyak bumi tersebut disebut sebagai bahan bakar energi fosil karena asalnya berasal dari sumberdaya hayati yang telah terjebak menjadi fosil-fosil.

  Berdasarkan hal di atas, maka unit-unit karakteristik geologi yang diterjemahkan dalam geologi lingkungan merupakan satu kesatuan utuh yang meliputi tektonika, batuan, tanah, struktur, bentang alam dan hidrogeologi. Keadaan geologi lingkungan tersebut sangat mempengaruhi sistem sungai-sungai besar dan kecil, yang selanjutnya berdampak terhadap bentuk formasi pesisir pantai, ekologi rawa, kualitas air sungai dan laut, penyebaran kenekaragaman hayati, dan pemanfaatan sumberdaya pesisir oleh manusia.

  Wilayah kabupaten Indragiri Hilir dibentuk oleh sebagian dari dataran alluvium Sumatera Timur yang sangat luas. Dataran alluvium tersebut sebagian berupa rawa yang terbentuk sebagai akibat kenaikan muka air laut pada zaman es. Perubahan ini merupakan awal proses pembentukan gambut di dataran alluvium Sumatera Timur. Ketika zaman es berakhir, air laut kembali surut, tetapi proses pembentukan gambut dan akumulasi sedimen di daerah rawa dan sepanjang pantai wilayah kabupaten Indragiri Hilir tetap berlangsung terus.

  Batuan yang tersingkap di permukaan kawasan pesisir kabupaten Indragiri Hilir berdasarkan peneliti terdahulu (Suwarna.dkk,1991) terdiri dari jenis alluvium, endapan pantai (Qac) dan endapan rawa (Qs) yang keduanya mempunyai umur Kuarter. Tanah dan batuan yang tampak dipermukaan terdiri dari gambut, lumpur, lempung dan pasir. Gambut terletak di atas lumpur dan lempung, serta pasir didapatkan sebagai sisipan pada lumpur dan lempung. Sedangkan kedalaman batuan dasar sangat beragam, dimana ke arah pantai semakin dalam.

  Tanah dan batuan di kawasan dataran pantai merupakan alluvium dan endapan pantai (Qac) yang disusun oleh pasir, lanau, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal, sisa tumbuhan setempat dan lapisan gambut dengan tebal mencapai 5 meter. Tanah di dataran pantai terdiri dari lumpur berwarna abu-abu (terdapat dalam keadaan cair, sangat lunak, sangat plastik, memiliki rekah kerut tinggi, kadang-kadang mengandung bahan organik kurang dari 10% dan nilai unconfined strength kurang dari 0.5 kg/cm²).

  Dalam keadaan kering sifat lumpur sulit dibedakan dengan lempung. Lumpur abu-abu memiliki sifat keteknikan buruk, kurang teguh dan stabil. Batuan dasar, diperkirakan terdapat pada kedalaman lebih dari 60 meter. Karena batuan dasar, diperkirakan satu-satunya batuan keras di wilayah kabupaten Indragiri Hilir dapat ditafsirkan sebagai lapisan keras yang mampu menahan bangunan berat dan berada pada kedalaman lebih dari 60 meter.

  Tanah dan batuan di dataran limbah banjir dan rawa tepian sungai merupakan endapan rawa (Qs) yang disusun oleh lempung, lanau, pasir dan gambut. Tanah di kawasan ini terutama terdiri dari lempung abu-abu atau abu-abu dengan bercak kuning. Di beberapa lokasi kadang- kadang di atas lempung ditemukan gambut dengan ketebalan beragam, berkisar antara 50-300 cm.

  18 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2021

  

Lempung abu-abu , terdapat dalam keadaan liat, bersifat plastis, mengotori tangan/sticky, dan

  kadang-kadang mengandung bahan organik kurang dari 10%, rekah kerutnya tinggi, mudah mencair dan memiliki nilai unconfined strength kurang dari 2 kg/cm². Selain itu, dalam keadaan kering dapat mencapai 4 kg/cm² dan menjadi bersifat rapuh/brittle (Rajiyowiryono, 1986).

  

Pasir , terdapat sebagai sisipan tipis pada lempung dan lumpur. Komposisi utamanya berupa

kuarsa yang belum terikat kuat dan masih bersifat lepas.

  Batuan dasar , diperkirakan terdapat pada kedalaman lebih dari 40 meter.

Gambut , bersifat sangat higroskopis, mampu menghisap dan melepas air dengan cepat,

  butirannya tidak terlalu kuat karena hanya terikat oleh tegangan pori dari air yang mengisi rongga antar butiran. Dalam keadaan kering akan kehilangan tegangan pori hingga mudah lepas, tetapi dalam kondisi kelewat jenuh air, gambut bersifat cair dan daya dukungnya bertambah lemah, sehingga gambut memiliki sifat keteknikan yang buruk. Sebagian besar wilayah Kabupaten Indragiri Hilir (90 %) merupakan lahan dengan karakteristik tanah gambut ini.

2.2.3. KONDISI KLIMATOLOGI

  Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada dataran rendah atau daerah pesisir timur dengan ketinggian < 500 meter dari permukaan laut. Hal ini mengakibatkan daerah ini menjadi rawa-rawa yang beriklim tropis basah. Akan tetapi, terdapat beberapa desa yang merupakan dataran tinggi. Desa-desa tersebut terdapat di Kecamatan Keritang dan Kemuning. Hal ini menyebabkan lahan pertanian pada daerah tersebut tidak terpengaruh pada air laut.

  Pada tahun 2012, rata-rata curah hujan di Kabupaten Indragiri Hilir adalah 136,15 mm dengan rata-rata hari hujan adalah 10 hari. Rata-rata curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Nopember yaitu 229,8 mm dengan rata-rata hari hujan adalah 14 hari.

  Pada musim kemarau kadang-kadang hujan tidak turun beberapa bulan lamanya (1-2 bulan). Akibatnya air tawar terdesak oleh air asin laut menuju hulu sungai. Hal ini menimbulkan sedikit kesulitan terhadap persediaan air bersih, pengairan persawahan, dan sebagainya.

  

Tabel 0-2. Rata-rata Hari Hujan dan Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten

Indragiri Hilir Tahun 2012

  BULAN HARI HUJAN (Hari) CURAH HUJAN (mm) Januari 6 77,0 Februari 12 170,8 Maret 13 197,8 April 13 196,6 Mei 11 130,0 Juni 6 55,9 Juli 7 92,8 Agustus 5 58,1 September 6 90,1 Oktober 12 177,0 Nopember 14 229,8 Desember 15 157,9

  Rata-Rata 10 136,15

  Sumber : BPS, Kabupaten Dalam Angka 2013

2.3. POTENSI WILAYAH KABUPATEN/KOTA

2.3.1. POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH

2.3.1.1. Sektor Pertanian

  Sektor pertanian merupakan mayoritas lapangan usaha bagi penduduk di Kabupaten Indragiri Hilir, yaitu sebanyak 75,87% pada tahun 2012 atau sebanyak 231.250 penduduk pada usia kerja. Selain itu, lahan untuk kegiatan pertanian juga menempati areal terluas yang dibagi menjadi pertanian tanaman pangan dan pertanian hortikultura.

1. Pertanian Tanaman Pangan

  Kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Indragiri Hilir terbagi menjadi 2 macam, yaitu pertanian padi sawah dan padi ladang. Untuk pertanian padi sawah tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten Indragiri Hilir dengan luas areal 29.972 Ha. Sedangkan untuk pertanian padi ladang terdapat di Kecamatan Kemuning dengan jumlah luasan kurang lebih sekitar 644 Ha.

  Di wilayah Kabupaten Indragiri Hilir, tanaman pangan selain dihasilkan dari areal persawahan, juga dihasilkan dari areal perladangan dan tegalan. Pada tahun 2012, luas areal lahan tanam komoditi padi adalah 30.036 Ha dengan produksi panen sebanyak 127.037,46 ton, dengan demikian tingkat produktivitas komoditas pada pada tahun 2012 mencapai 41,91 Kw/Ha (4,191 Ton/Ha).

  2 . Pertanian Hortikultura

  Pertanian hortikultura di Kabupaten Indragiri Hilir berada di kawasan pertanian lahan kering, dengan komoditas buah-buahan dan sayuran yang berada di Kecamatan Tembilahan Hulu, Kecamatan Tempuling, Kecamatan Kemuning dan Kecamatan Keritang.

  a. Palawija

  Kabupaten Indragiri Hilir juga menghasilkan Kelompok tanaman palawija yang tersebar hampir di seluruh kecamatan. Berikut adalah luas areal, produksi dan tingkat produktivitas komoditas palawija di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012;

  • Komoditas jagung menempati luas areal 2.157 Ha dengan hasil produksi

  sebanyak 5,062.51 ton atau dengan tingkat produktivitas sebesar 23,47 ton/ha;

  • Komoditas kedelai menempati luas areal 147 Ha dengan hasil produksi sebanyak 164,26 Ha atau dengan tingkat produktivitas 11,7 ton/ Ha.
  • Komoditas kacang tanah menempati luas areal 20 Ha dengan hasil produksi sebanyak 19,01 Ha atau dengan tingkat produktivitas 9,5 ton/ Ha.
  • >Komoditas kacang hijau menempati luas areal 61 Ha dengan hasil produksi sebanyak 62,98 Ha atau dengan tingkat produktivitas 10,32 ton/
  • Komoditas Ubi Kayu menempati luas areal 194 Ha dengan hasil produksi sebanyak 4974,27 Ha atau dengan tingkat produktivitas 256,41 ton/ Ha.
  • Komoditas ubi jalar menempati luas areal 103 Ha dengan hasil produksi sebanyak 811,82 Ha atau dengan tingkat produktivitas 82,85 ton/ Ha.

  b. Sayuran

  Tanaman Sayur-sayuran di Kabupaten Indragiri Hilir tidak terlalu banyak ragamnya, hanya cabai dan petsai yag tersebar di seluruh kecamatan. Sedangkan komoditas sayuran lain umumnya komoditi ini banyak didatangkan dari daerah tetangga.

c. Buah-buahan

  Tanaman buah buahan yang dhasilkan di Kabupaten Indragiri Hilir meliputi; mangga, manggis, sawo, durian, jeruk, pisang, pepaya, nanas dan beberapa komoditas buah lainnya. Wilayah komoditas buah-buahan ini menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Indragiri Hilir.

3. Perkebunan

  Sektor perkebunan di Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai kedudukan yang penting. Perkembangan kegiatan perkebunan di Indragiri Hilir menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Hal ini dapat dilihat dari semakin luasnya lahan perkebunan, meningkatnya produksi, dan semakin beragamnya jenis tanaman perkebunan.

  Tanaman perkebunan yang merupakan tanaman perdagangan yang cukup potensial di daerah ini adalah kelapa dalam, kelapa hibrida, kelapa sawit, karet, sagu, kopi, kakao, pinang, gambir dan aneka tanaman. Potensi hasil perkebunan di Kabupaten Indragiri Hilir yakni produksi kelapa dalam mencapai 294.152,12 ton per tahun dengan luas lahan 384.267 Ha. Dengan potensi tersebut membuat Kabupaten Indragiri Hilir tercatat sebagai salah satu daerah kelapa terbesar di dunia, bahkan dijuluki sebagai “Tanah Hamparan Kelapa Dunia” yang menjadi top of mind and interest para penanam modal. Potensi, Peluang Investasi dan Pemanfaatan lahan komoditas perkebunan Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1 Tabel Luas dan Produksi Komoditas Perkebunan Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012/2013

  Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Indragiri Hilir, 2013

Tabel 2.2 Luas dan Jumlah Produksi Kelapa Dalam dan Kelapa Hibrida di Kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2012/2013

  1 3 4 5 6 7=3+5-6 8 9 10 11=7 12 13 14 15 16 17

1 384,267 393 214 386 384,095 38,766 258,020 87,312 384,095 297,901,329 1,502 294,152,123 1,202 Kopra 78,512

2 37,440 82 21 125 37,336 1,219 29,007 7,112 37,336 47,560,553 1,508 40,153,396 1,232 Kopra 15,116

3 108,964 141 416 354 109,026 35,112 70,633 3,283 109,026 245,670,470 2,853 249,603,281 2,560 CPO 36,720

4 1,239 10 14 17 1,236 216 617 404 1,236 391,027 754 393,555 681 Biji Kering 1,104

5 1,929 4 48 63 1,914 600 754 561 1,914 320,881 299 324,616 319 Biji Kering 391

6 16,342 59 198 137 16,403 2,784 10,201 3,423 16,403 7,636,076 834 7,595,308 666 Biji Kering 15,930

7 17,853 43 92 55 17,890 4,200 6,052 7,638 17,890 7,460,716 1,173 7,475,176 1,172 Tepung Basah 1,889

8 13,193 - 5 75 13,123 1,280 9,366 2,479 13,123 11,666,945 1,418 11,464,300 1,397 Daun 1,328

9 5,361 5 90 5 5,446 1,532 2,885 1,030 5,446 3,410,783 1,176 3,552,138 1,176 Ojol 1,702

10 12 - - - 12 4 8 - 12 2,880 360 2,880 360 Gelondong -

   586,599 737 1,098 1,217 586,480 85,712 387,542 113,241 586,480 622,021,659 11,877 614,716,771 10,765 - 152,691 Nipah Kelapa hibrida Kelapa Saw it Kopi Kakao Pinang Sagu

  No. Komodiri Luas Akhir Semester Lalu Luas Areal (Ha) Produksi (Kg) Produksi (Kg) Wujud produksi Jumlah petani (KK) Mutasi dalam tahun laporan Kondisi 2012 2013 Tanaman Ulang

  Rata-rata (Kg/Ha) Pemilik 2 Kelapa Dalam TM TTM/TR Jumlah Jumlah (Kg)

  Rata-rata (Kg/Ha) Jumlah (Kg) Tanaman

  Baru Pengurang an Jumlah TBM

  Karet Gambir Jumlah

  Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Indragiri Hilir, 2013 1 3 4 5 6 7=3+5-6 8 9 10 11=7 12 13 14 15 16 17

1 24,391 - - - 24,391 3,261 17,199 3,931 24,391 18,746,910 1,090 18,746,910 1,090 Kopra 4,978

2 16,662 11 13 - 16,675 2,007 7,011 7,657 16,675 8,337,600 1,200 8,413,200 1,200 Kopra 3,403

3 44,123 - - 5 44,118 2,760 31,945 9,413 44,118 30,227,538 946 30,219,970 946 Kopra 9,004

4 15,395 29 15 29 15,381 2,425 10,580 2,376 15,381 8,002,161 733 7,755,140 733 Kopra 3,139

5 28,904 55 57 5 28,956 5,472 20,181 3,303 28,956 18,721,728 924 18,645,129 924 Kopra 5,909

6 37,689 - - - 37,689 6,049 24,002 7,638 37,689 28,802,400 1,200 28,802,400 1,200 Kopra 7,692

7 6,100 - - - 6,100 1,093 4,436 571 6,100 5,308,800 1,200 5,323,200 1,200 Kopra 1,245

8 27,115 - 97 245 26,967 999 24,637 1,332 26,967 25,744,950 1,050 25,868,850 1,050 Kopra 5,503

9 10,879 - - - 10,879 1,220 8,143 1,516 10,879 9,764,400 1,200 9,771,600 1,200 Kopra 2,220

10 24,993 34 - - 24,993 1,356 12,736 10,901 24,993 17,320,960 1,360 17,320,960 1,360 Kopra 5,101

11 3,520 - 4 - 3,524 84 3,364 76 3,524 6,053,400 1,800 6,055,200 1,800 Kopra 719

12 10,159 50 - - 10,159 1,359 6,176 2,624 10,159 7,358,400 1,200 7,411,200 1,200 Kopra 2,073

13 17 - 1 - 18 4 14 1 18 16,800 1,200 16,800 1,200 Kopra 384,267 393 214 386 384,095 38,766 258,020 87,312 384,095 297,901,329 1,502 294,152,123 1,202 78,512 23

14 55,216 - - - 55,216 3,968 37,866 13,382 55,216 46,383,600 1,200 45,439,200 1,200 Kopra 11,374

15 15,770 209 - 40 15,730 4,056 10,616 1,058 15,730 15,482,322 1,494 15,860,304 1,494 Kopra 3,210

16 14,093 5 5 46 14,052 551 5,938 7,563 14,052 10,762,700 1,300 7,719,400 1,300 Kopra 2,868

17 10,810 - 3 11 10,802 4 10,796 2 10,802 12,968,400 1,200 12,955,200 1,200 Kopra 2,204

18 3,645 - - - 3,645 92 3,116 437 3,645 3,739,200 7,200 3,739,200 1,200 Kopra 744

19 9,082 - - - 9,082 213 7,196 1,673 9,082 9,606,660 1,335 9,606,660 1,335 Kopra 1,853

20 25,706 - 19 5 25,720 1,794 12,068 11,858 25,720 14,552,400 1,200 14,481,600 1,200 Kopra 5,249

Pelangiran Sei Batang Tanah Merah Tembilahan Hulu Tembilahan Kuindra Kecamatan 2 Produksi (Kg) Wujud produksi Jumlah petani (KK) Mutasi dalam tahun laporan Kondisi 2012 2013 Tanaman Ulang Tanaman Baru Pengurang an Jumlah TBM TM TTM/TR Jumlah Jumlah (Kg) Luas Akhir Semester Lalu Luas Areal Kelapa Dalam (Ha) Produksi (Kg) Rata-rata (Kg/Ha) Reteh Jumlah Jumlah (Kg) Rata-rata (Kg/Ha) Pemilik No. Batang Tuaka Concong Enok GAS Gaung Kateman Kempas Keritang Pulau Burung Teluk Belengkong Tempuling Kemuning Mandah 1 3 4 5 6 7=3+5-6 8 9 10 11=7 12 13 14 15 16 17

1 487 - - - 487 - 251 236 487 175,449 699 175,449 699 Kopra 197

2 - - - - - - - - - - - - - Kopra - 3 492 - - - 492 24 242 226 492 224,092 926 224,092 926 Kopra 199 4 2 - - - 2 - 2 - 2 800 400 800 400 Kopra 1 5 - - - - - - - - - - - - - Kopra - 6 - - - - - - - - - - - - - Kopra -

7 4,001 - - - 4,001 - 2,826 1,175 4,001 8,478,000 3,000 3,631,410 1,285 Kopra 1,620

8 405 - - 60 345 - 138 207 345 112,200 850 117,300 850 Kopra 140 9 10,109 - - - 10,109 947 7,608 1,554 10,109 9,260,715 1,220 9,281,760 1,220 Kopra 4,093 10 144 - - 15 129 - 65 64 129 135,405 1,593 103,545 1,593 Kopra 52 11 8,087 - 21 1 8,107 82 6,470 1,555 8,107 10,831,597 1,669 10,798,130 1,669 Kopra 3,282 12 3,191 - - 35 3,156 - 2,425 731 3,156 7,275,000 3,000 4,850,000 2,000 Kopra 1,278 13 2 - - 1 2 - 2 - 2 840 840 1,680 840 Kopra 1 14 230 - - - 230 - 230 - 230 690,000 3,000 460,000 2,000 Kopra 93 15 7,136 82 - 7 7,129 165 6,817 147 7,129 8,157,548 1,219 8,309,923 1,219 Kopra 2,886 16 20 - - - 20 - 20 - 20 31,420 1,571 31,420 1,571 Kopra 8 17 782 - - 4 778 1 777 - 778 860,200 1,100 854,700 1,100 Kopra 315 18 951 - - 2 949 - 525 424 949 513,298 1,948 511,350 974 Kopra 384 19 367 - - - 367 - 282 85 367 305,124 1,082 305,124 1,082 Kopra 149 No. Komodiri 20 1,035 - - - 1,035 - 327 708 1,035 508,865 1,519 496,713 1,519 Kopra 419 37,440 82 21 125 37,336 1,219 29,007 7,112 37,336 47,560,553 1,508 40,153,396 1,232 - 15,116 Tanah Merah Tembilahan Hulu Tembilahan Kuindra Batang Tuaka Concong Enok Luas Akhir Semester Lalu Luas Areal Kelapa Hibrida (Ha) Produksi (Kg) Produksi (Kg) Wujud produksi Jumlah petani (KK) Mutasi dalam tahun laporan Kondisi 2012 2013 Tanaman Ulang Tanaman Baru Pemilik Jumlah 2 Reteh Jumlah Jumlah (Kg) Rata-rata (Kg/Ha) Jumlah (Kg) Rata-rata (Kg/Ha) Pengurang an Jumlah TBM TM TTM/TR GAS Gaung Kateman Sei Batang Kempas Keritang Pulau Burung Teluk Belengkong Tempuling Kemuning Mandah Pelangiran

  Perkebunan kelapa dalam di Kabupaten Indragiri Hilir pada akhir tahun 2013 tercatat 384.267 Ha (± 10,5 % dari Luas Nasional), namun produktivitas kelapa dalam di Kab. Indragiri Hilir sebesar 1,14 ton/ha/tahun setara kopra, masih berada di bawah standar produktivitas kelapa (1,50 ton/ha). Rendahnya produktivitas lahan perkebunan kelapa dalam di Kabupaten Indragiri Hilir tidak terlepas dari kondisi tanggul pengaman perkebunan yang rusak dan saluran / parit yang tidak berfungsi secara normal. Kondisi tersebut mengakibatkan lahan perkebunan tergenang air dan ditambah lagi adanya intrusi air laut dan serangan hama sehingga tanaman kelapa menjadi rusak/tidak mau berbuah.

  Berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut belum membuahkan hasil seperti yang diinginkan. Pembangunan tanggul baik manual dan mekanis, peremajaan pohon kelapa tua, normalisasi saluran / parit dan pembangunan pintu klip sudah dilaksanakan namun belum maksimal hasilnya sehingga perlu adanya program penanganan lahan kritis / rusak secara terpadu dan terintegrasi dengan sektor lainnya termasuk system penganggaran dan mekanisme / teknis penanganan perlu dirumuskan secara bersama oleh seluruh stakeholders perkebunan kelapa.

4. Peternakan

  Pada dasarnya sektor peternakan akan terkait dengan populasi dan produksi ternak. Sektor peternakan di Kabupaten Indragiri Hilir pada umumnya diusahakan oleh rumah tangga dan masih merupakan usaha sampingan. Jenis peternakan yang dikembangkan adalah ternak besar antara lain ternak sapi, kambing, domba, dan unggas.

  Konsumsi terhadap hasil ternak di Kabupaten Indragiri Hilir cukup tinggi namun pemenuhan kebutuhan dari produksi peternakan lokal di Kabupaten Indragiri Hilir masih jauh dari yang diharapkan. Untuk itu perlu adanya terobosan bagi pengembangan peternakan di Kabupaten Indragiri Hilir mengingat potensi pasar yang cukup besar dan dapat disinergikan dengan pengembangan pertanian maupun perkebunan mengingat kotoran ternak yang dapat digunakan sebagai pupuk sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimiawi sekaligus akan mengurangi dampak kerusakan lingkungan.

2.3.1.2. Sektor Perikanan

  Kabupaten Indragiri Hilir memiliki sumber daya perikanan yang cukup potensial, baik perikanan perairan umum / sungai, rawa maupun perikanan laut. Seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir, memiliki perairan umum (rawa dan sungai) dan budidaya air tawar (kolam), serta diantaranya memiliki wilayah pesisir, yaitu : Kecamatan Pulau Burung, Kateman, Mandah, Gaung Anak Serka, Concong, Kuala Indragiri, Tanah Merah, Sungai Batang dan Reteh merupakan kecamatan yang memiliki potensi perikanan budidaya air payau, budidaya laut dan budidaya pantai.

  Keragaman jenis perikanan di Kabupaten Indragiri Hilir dihasilkan dari sumberdaya dan budidaya perikanan yang terdiri atas budidaya air tawar, budidaya air payau dan perikanan tangkap air laut.

1. Perikanan Tangkap

  Perairan laut Kabupaten Indragiri Hilir memiliki posisi yang strategis dimana berhadapan langsung dengan Selat Berhala dan Laut Cina Selatan yang diyakini banyak menyimpan kekayaan sumberdaya hayati, berupa ikan dan berbagai jenis hewan air serta tumbuhan laut lainnya. Sumberdaya ikan tersebut di atas antara lain adalah ikan pelagis dan demersal yang mempunyai nilai ekonomis penting. Ikan yang tergolong pelagis antara lain: tenggiri (Scomberomerus commersoni), tongkol (Euthynnus spp.), kembung (Rastrelliger spp.), selar (Selaroides spp.), belanak (Mugil spp.), gulamah (Sciaenidae spp.), kuwe (Caranx spp.), cumi (Loligo spp.), senangin (Polynemus spp.) dan ikan yang tergolong demersal yaitu: kakap (Lates calcarifer), bawal hitam (Formio niger), bawal putih (Pampus argenteus), pari (Trigonidae), kurau (Eleutheronema tetradactylum), kitang serta binatang yang berkulit keras yaitu: udang putih (Peneus semisulcatus), udang barong (Penulirus spp.), udang dogol (Metapenaeus spp.), rajungan (Portunus spp.), kepiting (Scylla serrata), udang nenek (Uratos guilla nepa sp.) dan masih banyak jenis ikan dan binatang lainnya. Selain dari perairan laut, potensi perikanan tangkap juga berasal dari perairan umum seperti sungai, danau, parit dan rawa dimana pada tahun 2013 sumberdaya perikanan tangkap dari perairan laut dan perairan umum menghasilkan produksi sebanyak 45,080,17 ton dengan jumlah tenaga kerja 9.074 KK.

2. Perikanan Budidaya

  Budidaya perikanan merupakan salah satu alternatif usaha bagi masyarakat di Indragiri Hilir. Adanya potensi hutan bakau dan kebun kelapa kritis yang luas di Indragiri Hilir mendorong masyarakat untuk mendapatkan penghasilan melalui usaha budidaya perikanan. Salah satu budidaya perikanan yang cukup menjanjikan adalah melalui tambak yang merupakan budidaya perikanan air payau. Pada tahun 2013, areal tambak seluas 1.404 Ha dapat menghasilkan produk ikan budidaya sebanyak 3.001 ton dengan jumlah rumah tangga yang terlibat adalah 1.439 KK. Kecamatan Reteh memiliki tambak yang terluas membudidayakan perikanan air payau yakni 650 Ha dengan melibatkan 40 rumah tangga dengan jumlah produksi mencapai 2.150 ton.

2.3.1.3. Sektor Kehutanan

  Pembangunan kehutanan mencakup semua upaya memanfaatkan sumber daya hutan secara optimal dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan ekologi dan sosial masyarakat untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat terutama masyarakat tempatan. Oleh karena itu potensi kehutanan harus diolah sebaik mungkin sebagai salah satu pendorong penting kegiatan ekonomi masyarakat. Pengembangan kehutanan harus melingkupi berbagai usaha pemanfaatan hutan secara maksimal dengan tidak mengabaikan aspek lingkungan hidup dalam arti luas, pada hakekatnya harus berprinsip dapat memberikan manfaat optimal jangka panjang, meliputi sistem dan manajemen pengelolaan kawasan hutan beserta isinya sebagai sumber pendapatan daerah dan masyarakat agar sejahtera dan berkeadilan. Namun pada kenyataannya banyak dijumpai kejanggalan-kejanggalan dalam sistem dan manajemen pengelolaan hutan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berdampak negatif bahkan sudah mencapai pada taraf “ancaman hari depan”. Untuk itu perlu adanya peninjauan terhadap sistem dan manajemen pengelolaan hutan beserta peraturan dan pengaturan yang berlaku baik langsung maupun yang saling terkait.

  Kabupaten Indragiri Hilir memiliki luas kawasan hutan yang sudah di tata batas adalah seluas 395.634, 94 Ha, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 2.3 Luas Kawasan Hutan yang sudah di Tata Batas Tahun 2011

  No Fungsi/Nama Kawasan Luas (Ha)

  1 Hutan lindung Pulau Airtawar, Pulau Bakung, Pulau Cawan, Pulau

  Pisang 34.973,05

  2 Hutan Produksi Sungai Gaung

  217.634,62

  3 Hutan Produksi Terbatas

  54.731,34

  4 Taman Nasional Bukit Tiga Puluh

  24.761,92

  5 Kawasan Hutan Bakau

  63.534,01

  Sumber : Inhil Dalam Angka 2012

  Secara umum, kebijakan sistem pengelolaan kawasan hutan selama ini adalah untuk kepentingan pengembangan industri agribisnis khususnya komoditi perkebunan yang dikelola dengan kemitraan pola PIR, perkebunan besar swasta (PBS) dan perkebunan rakyat swadaya, terutama pada kawasan hutan konversi. Tetapi sayangnya sasaran peningkatan kesejahteraan petani/masyarakat masih belum dapat tercapai, bahkan kemiskinan terbanyak justru berada di pedesaan terutama masyarakat desa tradisional Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan pendapatan utama dari usaha perkebunan. Sebaliknya tidak sedikit kawasan hutan konversi dikuasai secara berlebihan oleh beberapa perusahaan perkebunan swasta, perorangan dan pemodal besar, sedangkan masyarakat petani pedesaan hanya mampu menguasai luas lahan usaha perkebunan terbatas rata-rata kurang dari 2 hektar setiap kepala keluarga.

2.3.1.4. Sektor Pertambangan

  Sumberdaya mineral merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan keberadaannya terikat pada ruang tertentu serta mempunyai jumlah yang terbatas di alam. Apabila sumberdaya tersebut dikelola dengan baik dapat berperan sebagai modal dasar pembangunan. Sumberdaya mineral merupakan salah satu andalan utama bagi sumber pendapatan dalam mendukung pendapatan daerah. Namun dalam pelaksanaannya, merupakan bagian dalam kerangka pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan dijalankan melalui kegiatan pertambangan yang berwawasan lingkungan.

  Struktur geologi di wilayah Kabupaten Indragiri Hilir terjadi karena adanya aktivitas tektonik zaman karbon sampai dengan Resen, maka terdapat kemungkinan terbentuknya potensi bahan galian. Kabupaten Indragiri Hilir mempunyai potensi sumberdaya mineral cukup besar antara lain batubara, granit, pasir, pasir sungai, pasir kuarsa, tanah liat, kaolin, gambut dan tanah urug.

  Usaha Pertambangan Umum di Kabupaten Indragiri Hilir dapat dilaksanakan oleh perusahaan jika perusahaan sudah memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang terdiri dari IUP Ekplorasi dan IUP Operasi Produksi Izin-izin terkait lainnya. Sampai saat ini untuk kegiatan pertambangan terdapat 14 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Kabupaten Indragiri Hilir.

  2.3.1.5. Sektor Industri

  Dengan semakin meningkatnya pemanfaatan lahan untuk berbagai komoditas pertanian, perkebunan dan perikanan telah mendorong terciptanya berbagai peluang pengembangan industry pengolahan antara lain pengembangan industry tanaman pangan berupa pengolahan minuman dari buah-buahan dengan bahan baku jeruk dan nenas serta industry berbahan baku tanaman pangan lainnya.

  Peluang lainnya berupa industri pengolahan terpadu berbahan baku kelapa dengan jenis produksi berupa minyak, bungkil, sabut kelapa, arang tempurung (karbon aktif), nata de coco, meubel dan produksi industri hilir lainnya. Industry ini berorientasi ekspor dengan negara tujuan Singapura dan Malaysia, terutama untuk dikembangkan menjadi perabot rumah tangga, selain itu terdapat industri pengolahan kelapa sawit yang berkembang dengan pesatnya, hal ini dapat dilihat dari banyaknya pabrik kelapa sawit (PKS) yang beroperasi di Kabupaten Indragiri Hilir.