BAB II TINJ AUAN PUSTAKA A. Tinjauan Medis 1. Kehamilan - Kusmiati BAB II

  a. Definisi Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang hampir selalu terjadi pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum, tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu atau sampai 42 minggu (Nugroho dan Utama, 2014).

  Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga minggu ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga minggu ke-40) (Prawirohardjo, 2014 h; 213).

  Berdasarkan urainan diatas, kehamilan didefinisikan suatu proses alamiah bertemunya sel sperma dan sel telur yang tubuh dan berkembang didalam lahir seorang wanita.

  8 b. Tanda-Tanda Kehamilan Tanda kehamilan menurut Manuaba (2010. h. 107

  • – 109) adalah sebagai berikut : 1) Tanda dugaan kehamilan

  a) Amenorhoe (tidak dapat haid) Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir dengan menghitung rumus Naegle, dapat ditentukan perkiraan persalinan.

  b) Nausea (enek) dan emesis (muntah) Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang.

  c) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu) Sering terjadi pada bulan-bulan pertama dan menghitung makin tuanya usia kehamilan.

  d) Sinkope atau pingsan Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala

  (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia 16 minggu.

  e) Mammae menjadi tegang dan membesar Kehamilan ini dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli pada mammae sehingga glandula montglomery tampak lebih jelas.

  f) Sering miksi Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang.

  g) Obstipasi atau konstipasi Pengaruh progesteron dapat menghabat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan buang untuk buang air besar.

  h) Pigmentasi kulit Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi disekitar pipi, pada dingding perut, dan sekitar payudara. i) Epulis

  Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil. j) Varises atau penampakan pembuluh darah vena

  Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. 2) Tanda tidak pasti kehamilan

  a) Uterus membesar Pada kehamilan ini, terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi rahim. Pada pemeriksaan dalam, dapat diraba bahwa uterus membesar dan semakin lama semakin bundar bentuknya.

  b) Tanda hegar Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama daerah ismus. Pada minggu- minggu pertama, ismus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri.

  c) Tanda chadwick Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah dan kebiru-biruan termasuk porsio. Hal ini disebabkan pleh pengaruh hormon estrogen.

  d) Tanda Piscaseck Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang pembesaran tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan pembesaran tersebut.

  e) Tanda braxton hicks Bila uterus dirangsang, akan mudah berkontraksi.

  Waktu palpasi atau pemeriksaan dalam uterus yang awalnya lunak akan menjadi keras karena berkontraksi.

  Tanda ini khas dalam masa kehamilan.

  f) Reaksi kehamilan positif Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human cholionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air seni pertama pada pagi hari. Dengan tes ini, dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.

  g) Teraba ballotement Penomena bandul atau pantulan balik. Hal ini dapat dikenli dengan jalan menekan tubuh janin melalui dingding abdomen yang kemudian terdorong melalui cairan ketuban dan kemudian memantul balik ke dingding abdomen atau tangan pemeriksa. Fenomena bandul jenis ini disebut ballotement in toto. Jenis lain dari pantulan ini adalah ballotement kepala yaitu hanya kepala janin yang terdorong dan memantul kembali ke dingding uterus atau tangan pemeriksa setelah memindahkan dan menerima tekanan balik cairan ketuban di dalam kavum uteri.

  3) Tanda Pasti

  a) Terasa gerakan janin Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada kehamilan 18 minggu. Sedangkan pada multigravida, dapat dirasakan pada kehamilan 16 minggu karena telah berpengalaman dari kehamilan terdahulu.

  Pada bulan keempat dan kelima, janin berukuran kecil jika dibandingkan dengan banyaknya air ketuban, maka kalau rahim didorong atau digoyangkan, maka anak melenting didalam rahim. b) Teraba bagian-bagian janin Bagian-bagian janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan cara palpasi menurut leopold pada akhir trimester kedua.

  c) Denyut jantung janin Denyut jantung janin secara objektif dapat diketahui oleh pemriksa dengan menggunakan :

  (1) fetal electrocardiograph pada kehamilan 12 minggu. (2) Sistem doppler pada kehamilan 12 minggu. (3) Stetoscop laenec pada kehamilan (4) Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen (5) Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin berupa ukuran kantong janin, panjangnya janin dan diameter bipateralis sehingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan.

  c. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pada Ibu Hamil Menurut Cunningham (2012; h. 112

  • – 132) perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil adalah sebagai berikut: 1) Sistem Reproduksi

  a) Uterus Selama beberapa minggu pertama, uterus mempertahankan bentuknya yang mirip buah pir, tetapi seiring dengan kemajuan kehamilan, korpus dan fundus mengambil bentuk lebih membulat, dan hampir seperti sferis pada 12 minggu.

  Pada usia kehamilan 16 minggu tinggi rahim setengah dari simfisis dan pusat. 20 minggu tinggi fundus 2 jari dibawah pusat dan 24 minggu fundus setinggi pusat, usia kehamilan 28 minggu tinggi fundus 3 jari diatas pusat, 32 minggu tinggi fundus uteri adalah setengah jarak prosesus xifoideus, pada usia 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar 1 jari dibawah prosesus xifoideus dan kepala bayi belum masuk panggul, 40 minggu tinggi fundus akan turun menjadi 3 jari dibawah prosesus xifoideus (Manuba, 2010; h. 87-88).

  b) Serviks Satu bulan setelah konsepsi ,serviks sudah mulai mengalami perlunakan dan sianosis mencolok. Perubahan- perubahan ini terjadi karena peningkatan vaskularitas dan edema serviks keseluruhan, disertai oleh hipertrofi dan hiperplasia kelenjar serviks. Hal ini menjadikan serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak yang disebut dengan tanda Goodel.

  c) Ovarium Selama kehamilan, ovulasi berhenti dan pematangan folikel-folikel baru ditunda. Biasanya hanya satu korpus luteum yang ditemukan pada wanita hamil. Struktur ini berfungsi maksimal selama 6 sampai 7 minggu kehamilan 4 sampai 5 minggu pasca ovulasi dan setelah itu tidak banyak berkontribusi dalam produksi progesteron.

  d) Vagina dan Perineum Selama kehamilan, terjadi peningkatan vaskularitas dan hiperemia di kulit dan otot perineum dan vulva, disertai perlunakan jaringan ikat dibawahnya. Meningkatnya vaskularitas sangat memengaruhi vagina dan menyebabkan warnanya mengenai keunguan (tanda Chadwisk). Dingding vagina mengalami perubahan mencolok sebagai persiapan untuk meregang saat persalinan dan pelahiran. Perubahan-perubahan ini mencakup peningkatan bermakna ketebalan mukosa, melonggarnya jaringan ikat, dan hipertrofi sehingga terbentuk gambaran-gambaran berpaku-paku halus.

  2) Kulit Pada kulit dingding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama

  

striae gravidarum. Pada banyak perempuan kulit digaris

  pertengahan perutnya akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Pada wajah disebut dengan

  

cloasma gravidarum. Areola dan genetalia akan mengalami

hiperpigmentasi (Prawirohardjo, 2010. h; 179).

  3) Payudara Pada minggu-minggu awal kehamilan, wanita sering merasakan parestesia dan nyeri payudara. Setelah bulan kedua, payudara membesar dan memperlihatkan vena-vena halus di bawah kulit. Puting jauh lebih besar, berwarna lebih gelap, dan lebih tegak. Setelah beberapa bulan pertama, pemijatan lembut pada puting susu sering menyebabkan keluarnya cairan kental kekuningan atau yang disebut dengan kolostrum. Selama bulan- bulan tersebut areola menjadi lebih lebar dan lebih gelap. Di areola tersebar sejumlah tonjolan kecil, kelenjar montgomery, yaitu kelenjar sebasea hipertrofik. Jika peningkatan ukuran payudara berlebihan, dapat terbentuk stria seperti yang terjadi di abdomen.

  4) Perubahan Metabolik Penambahan berat selama kehamilan disebabkan oleh uterus dan isinya, payudara, dan peningkatan volume darah serta cairan ekstrasel ekstravakular. Selama kehamilan penambahan berat sekitar 12,5 kg (Cunningham, 2014. h;117).

  5) Perubahan Hematologis Setelah 32 sampai 34 minggu kehamilan, hipervolemia yang telah lama diket ahui besarnya 40 sampai 45 persen diatas volume darah tak hamil. Volume darah ibu hamil meningkat selama trimester pertama. Pada minggu ke-12, volume plasma bertambah sebesar 15% dibandingkan dengan keadaan sebelum hamil. Karena plasma bertambah cukup besar maka konsentrai hemoglobin dan hematokrit agak berkurang selama kehamilan. Akibatnya kekentalan darah keseluruhan berkurang. Hemoglobin pada aterm 12,5 g/dl.

  6) Sistem Kardiovaskular Pada minggu ke lima cardiac output akan meningkat dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sitemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu ke 10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi peningkatan preload. Performa ventrikel selama kehamilan di pengaruhi oleh penurunan resistensi vaskular sistemik dan perubahan pada aliran pulsasi arterial.

  Peningkatan estrogen dan progesteron juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan penurunan resistensi vaskular perifer (Prawirohardjo, 2010. h;182). 7) Sistem Pernafasan

  Volume tidal dan resting minute ventilation meningkat secara bermakna seiring dengan perkembangan kehamilan.

  Jumlah oksigen yang disampaikan ke paru oleh volume tidal yang meningkat jelas melebihi kebutuhan oksigen yang ditimbulkan oleh kehamilan. Selain itu, masa hemoglobin total, dan pada gilirannya kapasitas darah mengangkut oksigen total, meningkat secara bermakna selama kehamilan normal, demikian juga curah jantung.

  8) Sistem Kemih Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari organ panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali.

  Pada ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan vitamin yang larut air dalam jumlah yang lebih banyak (prawirohardjo, 2014 h;185)

  9) Saluran Pencernaan Seiring dengan kemajuan kehamilan, lambung dan usus tergeser oleh uterus yang terus membesar. Karena itu temuan- temuan fisik pada penyakit tertentu mengalami perubahan. Apendiks biasanya tergeser ke atas dan agak lateral akibat uterus yan membesar. Kadang-kadang apendiks dapat mencapai pinggang kanan. Waktu pengosongan lambung tampaknya tidak berubah selama kehamilan.

  d. Peubahan Psikologi Ibu hamil Semua emosi yang dirasakan oleh wanita hamil cukup labil. Ia dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hatinya kerap berubah dengan cepat. Reaksi emosional dan persepsi mengenai kehidupan juga dapat mengalami perubahan. Menjadi sangat sensitif dan cenderung bereaksi berlebihan. Merasa sangat takut akan kematian baik pada dirinya sendiri dan pada bayinya.

  Tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri dan cenderung menuntut (Varney, 2007; h. 501).

  Trimester pertama adalah periode penyesuaian atau penerimaan terhadap kenyataan. 80% mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan. Waktu dimana terjadi penurunan libido tapi tidak menentukan bahwa wanita hamil tirmester pertama tidak ada hasrat hubungan seksual (Varney, 2007., h. 501). Trimester kedua merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan. Lebih banyak bersosialisasi dengan wanita hamil lainnya, sudah dapat menerima kehamilan, mempersiapkan peran baru. Mengalami kemajuan untuk berhubungan seksual. Hilang rasa menuntut kasih sayang namun mencari kasih sayang dari orang terdekatnya (Varney, 2007; h. 502).

  Trimester ketiga disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Wanita mulai menyadari bayi sebagai makhluk terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Fokusnya hanya tentang kelahiran dan bayinya dengan rasa waspada. Merasakan ketidaknyamanan fisik (Varney, 2007; h. 503).

  e. Komplikasi Pada Kehamilan 1) Abortus

  a) Definisi Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasa n adalah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2010 h; 460).

  b) penatalaksanaan (1) lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu.

  (2) Periksa tanda-tanda syok. Bila ibu mengalami syok, berikan penanganan awal syok.

  (3) Bila terdapat tanda-tanda sepsis, atau abortus dengan komplikasi berikan antibiotik.

  (4) Segera rujuk ibu ke rumah sakit. 2) Preeklampsia dan eklampsia

  a) Definisi Preeklamsia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi yaitu 140/90 mmHg dan hasil laboratorium protein urine positif.

  b) Penatalaksanaan Menurut Prawirohardjo (2010. h; 546) (1) Penderita preeklamsia harus segera dirujuk.

  (2) Pemberian obat anti kejang yaitu MgSO4. (3) Pemberian obat diuretika apabila ada odema paru, yaitu furosemid.

  (4) Pemberian obat antihipertensi.

  3) Ketuban pecah dini

  a) Definisi Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan (Prawirohardjo, 2010 h; 678).

  Ketuban pecah dini didefinisikan pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu pada primi bila pembukaan kurang dari 3 cm dan pada multi bila pembukaan kurang dari 5 cm (Mochtar,2012 h; 117).

  b) Penatalaksanaan Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea, dapat pula diberikan misoprostol 25 mcg

  • – 50 mcg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri. (1) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.

  (2) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan. 4) Kehamilan lewat waktu

  a) Definisi Kehamilan lewat waktu disebut juga posttrem, serotinus, postdate, yaitu kehamilan yang berlangsung 42 minggu (294 hari) atau lebih dihitung dari haid pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2010 h; 686). b) Penatalaksanaan (1) Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan atau bukan.

  (2) Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.

  (3) Periksa kematangan serviks dengan skor bishop. (4) Bila serviks telah matang dilakukan induksi persalinan.

  (5) Bila serviks belum matang perlu dinilai keadaan janin lebih lanjut.

  (6) Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri.

  f. Kunjungan Pemeriksaan Antenatal Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantau rutin selama kehamilan (Prawirohardjo, 2014 h; 278).

  Kunjungan pemeriksaan antenatal menurut Kemenkes RI (2013. h; 23) sebagai berikut : 1) Trimester I

  Jumlah minimal satu kali dengan waktu yang dianjurkan adalah pada saat umur kehamilan sebelum minggu ke 16.

  2) Trimester II Jumlah kunjungan minimal satu kali dengan waktu kunjungan yang dianjurkan adalah pada saat umur kehamilan 24

  • – 28 minggu.

  Tujuan pemeriksaan ANC terpadu adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas, sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalinan dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat. (Sari dkk, 2015). Standar asuhan kebidanan ANC menurut kemenkes (2014, h;87) minimal kehamilan termasuk dalam 10T yaitu sebagai berikut : 1) Ukur berat badan dan tinggi badan.

  3) Trimester III Jumlah kunjungan minimal dua kali dengan waktu kunjungan yang dianjurkan adalah pada saat umur kehamilan 30

  • – 32 minggu dan pada saat umur kehamilan 36 – 38 minggu.

  2) Ukur tekanan darah. 3) Ukur lingkar lengan atas (LILA). 4) Pengukuran tinggi fundus uteri. 5) Pemberian imunisasi TT. 6) Pemberian tablet fe minimal 90 tablet. 7) Penentuan presentasi janin dan DJJ. 8) Temu wicara/konseling. 9) Pelayanan tes laboratorium. 10) Tatalaksana kasus.

B. Persalinan

  a. Definisi Pelahiran bayi adalah periode dari awitan kontraksi uterus yang regukler sampai ekspulasi plasenta. Proses terjadinya hal ini secara normal disebut persalinan ( Cunningham, 2013 h; 392)

  Persalinan (partus = labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viabel melalui jalan lahir yang biasa (Rustam Mochtar, 2012 h; 71).

  Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi di dalam uterus yang keluar melalui jalan lahir.

  b. Tanda-Tanda Persalinan Menurut Manuaba (2010. h; 169) tanda-tanda persalinan diantaranya sebagai berikut :

  1) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.

  2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir, lendir bercampur darah).

  3) Dapat disertai ketuban pecah. 4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks

  (perlunakan serviks, perdataran serviks, terjadi pembukaan serviks).

  c. Mekanisme Persalinan Rustam Mochtar (2012, h.71) persalinan kala satu adalah waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap

  10 cm. Persalinan kala dua adalah kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir. Persalinan kala tiga adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri. Persalinan kala empat adalah mulai lahirnya uri sampai 1 – 2 jam. 1) Kala I (kala pembukaan)

  Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah ( bloody show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effecement).

  a) Fase laten Pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7

  • – 8 jam.

  b) Fase aktif Berlangsung selama 6 jam dan dibagi 3 subfase yaitu : (1) Periode akselerasi, berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

  (2) Periode dilatasi maksimal, selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

  (3) Periode deselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

  2) Kala II (kala pengeluaran janin) Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2

  • – 3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan
pada otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka.

  Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala 2 pada primi berlangsung selama 1½

  • 2 jam, pada multi 30 menit sampai 1 jam.

  3) Kala III Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar.

  Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5

  • – 10 menit, seluruh plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5
  • – 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah 100 – 200 cc.

  4) Kala IV Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.

  Menurut manuaba (2010, h; 185) mekanisme persalinan diantaranya sebagai berikut: a) Engagement

  Kepala terfiksasi sinklitismus pada PAP atau terjadi ketika diameter bipariental kepala janin telah melalui PAP.

  b) Turun (descent) Asinklitismus posterior si promontorium. Penurunan merupakan hasil dari sejumlah kekuatan yang meliputi kontraksi.

  c) Fleksi Asinklitismus anterior di promontorium. Fleksi terjadi ketika kapala janin bertemu dengan tahanan, tahanan ini meningkat ketika terjadi penurunan dan yang kali pertama ditemui adalah serviks, lalu dari sisi

  • –sisi lain dingding pelvis, hingga akhirnya dari dasar pelvis.

  d) Fleksi maksimal

  e) Rotasi internal Puter paksi dalam di dalam panggul. Mekanisme ini menyebabkan diameter anteroposterior kepala janin menjadi sejajar dengan diameter anteroposterior pelvis ibu. Ketika oksiput melakukan rotasi 45 derajat akhir kedalam posisi oksiput anterior, bahu bayi tidak melanjutkan rotasi mengikuti dengan kepala, akan tetapi bahu bayi akan masuk ke pintu atas panggul pada salah satu diameter oblik. Oleh karena itu, memiliki mekanisme efek memutar leher 45 derajat.

  f) Ekstensi Terjadi moulage kepala janin, ekstensi, hipomoklion uuk di bawah simpisis. Ekstensi harus terjadi ketika oksiput berada dibagian anterior karena kekuatan tahanan pada dasar pelvis yang membentuk sumbu carus yang mengarahkan kepala menuju pintu bawah vulva. Dengan demikian, kepala dilahirkan dengan ekstensi meliputi oksiput, sutura sagital, fontanela anterior, alis, orbit, hidung, mulut, dagu secara berurutan muncul dari perineum.

  g) Ekspulasi kepala janin Berturut-turut lahir uub, dahi, muka, dau.

  h) Rotasi eksternal Puter paksi luar (restitusi) terjadi pada saat bahu berotasi 45 derajat menyebabkan diameter bisakromial sejajar dengan diameter anteroposterior pada pintu bawah panggul. Hal ini menyebabkan kepala melakukan rotasi eksternal sebesar 45 derajat ke arah LOT atau ROT, tergantung pada arah restitusi.

  d. 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal Menurut buku panduan praktikum asuhan kebidanan (2015, h; 56

  • – 62) langkah asuhan persalinan normal adalah sebagai berikut: Melihat tanda dan gejela kala dua 1) Mengamati tanda dan gelaja persalinan kala dua

  Menyiapkan pertolongan persalinan 2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

  3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih. 4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

  5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

  6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (pakai sarung tangan steril dan meletakkan kembali di partus set).

  Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik 7) Membersihkan vulva dan perineum.

  8) Lakukan pemeriksaan. 9) Mendekontaminasi sarung tangun dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% . kemudian lepas sarung tangan dalam keadaan terbalik. Mencuci kedua tangan.

  10) Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal. Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

  Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran 11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman.

  12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman). 13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran 14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. Persiapan pertolongan kelahiran bayi 15) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. 16) Meletakkan kain bersih diliat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu. 17) Membuka partus set dan cek kembali kelengkapannya. 18) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. Menolong kelahiran bayi Lahirnya kepala 19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.

  20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hail itu tejadi: a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

  b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

  21) Menunggu hinga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

  Lahir bahu 22) Setelah kepala melakukan puteran paksi luar, pegang secara bipariental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

  Lahirkan badan dan tungkai 23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineun, gunakan lengan bagian bawah untuk menyanggah tubuh bayi saat dilahirkan.

  24) Setelah tubuh dari lengan bayi , menelusurkan tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki, pegang kedua mata kaki.

  Penanganan bayi baru lahir 25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tal pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi. 26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk kecuali bagian tali pusat. oksitosin 27) Letakkan train bersih dan tiering pada perut ibu periksa kembali uterus untuk memastikan tidak tidak ada lagi bayi dalam uterus.

  28) Beritahu ibu bahwa ibu akan disuntik. 29) Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, suntik oksitosin 10 iu IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral.

  30) Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. 31) Dengan satu tangan, pegang tali pusat dan lakukan penjepitan. 32) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk IMD.

  33) Selimuti bayi dan menutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain yang bersih dan kering.

  Penegangan tali pusat terkendali.

  35) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas simpisis.

  36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati. 37) Lakukan penegangan dan dorso kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai mengikuti poros jalan lahir. 38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan dan memuternya searah jarum jam hingga plasenta lahir. 39) Segera setelah plasenta lahir lakukan masase uterus selama 15 detik.

  Menilai perdarahan 40) Memeriksa kedua sisi plasenta untuk memastikan kelengkapan plasenta dan utuh. Meletakan plasenta ke tempatnya.

  41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

  Melakukan prosedur pascapersalinan 42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

  43) Biarkan bayi diatas perut ibu. 44) Menimbang berat badan dan memberikan obat tetes mata pada bayi.

  45) Memberikan imunisasi hepatitis B. 46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.

  47) Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana melakukan masase uterus.

  48) Mengevaluasi kehilangan darah. 49) Memeriksa nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan 30 menit selama jam kedua pascapersalinan. 50) Memeriksa respirasi dan temperatur ibu. Kebersihan dan keamanan 51) Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi, mencuci dan membilas peralatan.

  52) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

  53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah.

  Membantu ibu memakai pakaian bersih dan kering. 54) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan

  ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

  55) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin0,5% dan membilas dengan air bersih.

  56) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 57) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. 58) Mendokumentasi dan membuat patograf. e. Partograf Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik

  (JNPK, 2014). Tujuan utama penggunaan partograf adalah untuk : 1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

  2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

  Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.

  3) Data pelengkap terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan mendikamentosa yang diberikan, pemeriksaan labraturium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir (JNPK, 2014.

  H 57). Hal-hal yang harus dicatat dalam partograf menurut Saefudin (2011, h N-12) yaitu : 1) Denyut jantung janin dicatat setiap 1 jam. 2) Air ketuban, catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina : a) U : selaput utuh

  b) J : selaput pecah, air ketuban jernih

  c) M : air ketuban bercampur mekonium

  d) D : air ketuban bernoda darah e) K : tidak ada cairan ketuban/kering 3) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)

  a) 0 : sutura terpisah

  b) 1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/bersesuaian c) 2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki

  d) 3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki 4) Pembukaan mulut rahiim (serviks). Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x).

  5) Penurunan Mengacu pada bagian kepada kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemerikaan abdomen/luar) di atas simpisis pubis, catat dengan tanda lingkaran (O) pada pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada di disimpisis pubis.

  6) Waktu Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diteria.

  7) Jam. Catat jam sesungguhnya. 8) Kontraksi.

  Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk mengitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik :

  a) Kurang dari 20 detik

  b) Antara 20 dan 40 detik c) Lebih dari 40 detik 9) Oksitosin. Jika memakai oksitosin catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan per menit.

  10) Obat yang diberikan. Catat obat yang diberikan. 11) Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar.

  12) Tekanan darah dicatat dalam 4 jam dan ditandai dengan anak pana.

  13) Suhu badan dicatat dalam 2 jam 14) Protein, aseton, dan volume urine dicatat setiap kali ibu berkemih.

C. Bayi Baru Lahir

  a. Definisi Bayi Baru Lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37

  • – 42 minggu dan berat badannya 2500 – 4000 gram (Vivian Nanny. 2011 h; 1). Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu atau 28 hari sesudah kelahiran. Neonatus yaitu bayi baru lahir atau berumur 0 sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Masa neonatus terdiri dari neonatus dini yaitu 0 – 7 hari, dan neonatus lanjut yaitu bayi berusia 7 – 28 hari.

  Berdasarkan definisi diatas, bayi baru lahir adalah bayi yang lahir pada usia aterm dan berat badan lahir 2500

  • – 4000 gram. Masa neonatus adalah masa usia 0 – 28 hari atau 1 bulan.
b. Adaptasi Bayi Baru Lahir 1) Perubahan sistem pernafasan

  Menurut Vivian Nanny (2011; h. 12) ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.

  Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena bebrapa hal berikut : a) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik).

  b) Penurunan PaO dan peningkatan PaCO merangsang

  2

  2

  kemoreseptor yang terletak disinus karotikus (stimulasi kimiawi).

  c) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus (stimulasi sensorik).

  d) Repleks deflasi Hering Breur Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya surfaktan, juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran nafas dengan merintih sehingga udara bisa tertahan di dalam.

  2) Perubahan sistem sirkulasi Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah : a) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri.kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.

  b) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan.

  Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbentuknya sistem pembuluh darah pru- paru (menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru). 3) Perubahan sistem termoregulasi

  Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan- perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut masuk kedalam lingkungan yang jauh lebih dingin. Mekanisme kehilangan panas pada bayi melalui cara-cara : a) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas.

  Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuholeh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringka. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.

  b) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila diletakan diatas benda-benda tersebut.

  c) Konveksi adalah kehilangan tubuh bayi melalui paparan udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang lebih dingin akan mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.

  d) Radiasi adalah kehilangan panas bayi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah daripada suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan langsung).

  4) Perubahan sistem metabolisme Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat 1 sampai 2 jam. Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu : a) Melalui penggunaan ASI.

  b) Melalui cadangan glikogen.

  c) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

  5) Perubahan sistem gastrointestinal Sebelum lahir bayi cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.

  Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand.

  Usus bayi masih belum matang sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari zat-zat berbahaya kolon. Pada bayi baru lahir kurang kurang efisien dalam mempertahankan air dibandingkan orang dewasa, sehingga menyebabkan diare yang lebih serius dari pada neonatus.

  6) Perubahan sistem kekebalan tubuh Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberi kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami yang terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Kekebalan amlami meliputi : a) Perlindungan kulit oleh kulit membran mukosa.

  b) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.

  c) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.

  Kekebalan alami juga disebabkan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada bayi baru lahir sel-sel darah ini masih belum matang, artinya bayi baru lahir tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien. c. Refleks pada Bayi Baru Lahir Menurut Jenny J. S Sondakh (2013. h; 154

  • – 155)

Tabel 2.1 Refleks pada Bayi Baru Lahir Refleks Respons normal Respons abnormal

  Rooting dan menelan Bayi baru lahir menoleh kepala kearah stimulus, membuka mulut, dan mulai menghisap bila pipi, bibir, atau sudut mulut bayi disentuh dengan jari atau puting.

  Respon yang lemah atau tidak ada respons terjadi pada prematuritas, penurunan atau cedera neurologis atau depresi sistem sarap pusat (SSP). Menelan Bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan mengisap bila cairan ditaruh di belakang lidah.

  Muntah, batuk, atau regurfitasi cairan dapat terjadi; kemungkinan dapat berhubungan dengan sianosis sekunder karena prematuritas, defesit neurologis, atau cedera; terutama terlihat setelah laringoskopi. Ekstrusi Bayi baru lahir menjulurkan lidah keluar bila ujung lidah disentuh dengan jari atau puting.

  Ekstrusi lidah secara kontinu atau menjulurkan lidah yang berulang-ulang terjadi pada kelainan SSP dan kejang. Moro Ekstensi simetris bilateral dan abduksi seluruh ekstremitas, dengan ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf C, diikuti dengan adduksi ekstremitas dan kembali ke fleksi relaks jika posisi bayi berubah tiba-tiba atau jika bayi diletakkan terlentang pada permukaan datar.

  Respons asimetris terlihat pada cedera saraf perifer (pleksus brakialis) atau fraktur klavikula atau fraktur tulang panjang lengan atau kaki.

  Melangkah Bayi akan melangkah dengan satu kaki dan kemudian kaki lainnya dengan gerakan berjalan bila satu kaki disentuh pada permukaan rata.

  Respons asimetris terlihat pada cedera saraf SSP atau perifer atau fraktur tulang panjang kaki.

  Merangkak Bayi akanberusaha merangkak ke depan dengan kedua tangan dan kaki bila diletakan telungkup pada permukaan datar.

  Respons asimetris terlihat pada cedera saraf SSP dan gangguan neurologis.

  Tonik leher atau fencing Ekstremitas pada satu sisi dimana saat kepala akan di tolehkan akan ekstensi dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila kepala bayi di tolehkan ke satu sisi selagi beristirahat.

  Respons persisten setelah bulan keempat dapat menandakan cedera neurologis. Respons menetap tampak pada cedera SSP dan gangguan neurologis. Terkejut Bayi melakukan abduksi dan fleksi seluruh ekstremitas dan dapat mulai menangis bila mendapat gerakan mendadak atau suara keras.

  Tidak adanya respons dapat menandakan defisit neurologis atau cedera. Tidak adanya respons secara lengkap dan konsisten terhadap bunyi keras dapat menandakan ketulian. Respons dapat menjadi tidak ada atau berkurang selama tidur malam. Ekstensi silang Kaki bayi yang berlawanan akan fleksi dan kemudian ekstensi dengan cepat seolah-olah berusaha untuk memindahkan stimulus ke kaki yang lain bisa diletakkan terlentang; bayi akan mengekstensikan satu kaki sebagai respons terhadap stimulus pada telapak kaki.

  Respons yang lemah atau tidak ada respons yang terlihat pada cedera serat perifer atau fraktur tulang panjang.

Glabellar “blink” Bayi akan berkedip bila dilakukan 4 atau 5 ketuk pertama pada

  batang hidung saat mata terbuka.

  Terus berkedip dan gagal untuk berkedip menandakan kemungkinan gangguan neurorologis

  Palmar grasp Jari bayi akan melekuk di sekeliling benda seketika bila jari diletakkan di telapak kaki bayi.

  Respons ini berkurang pada prematuritas. Asimetris terjadi pada kerusakan saraf perifer (pleksus brakialis) atau fraktur humerus. Tidak ada respon yang terjadi pada defisit neurologi yang berat. Tanda babiskin Jari kaki bayi akan hiperekstensi dan terpisah seperti kipas dari dorsofleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki digosok dari tumit ke atas melintasi bantalan kaki.

  Tidak ada respons yang terjadi pada defisit SSP.

  d. Perawatan Primer pada Bayi Baru Lahir 1) Perawatan bayi baru lahir usia 2

  • – 6 hari Menurut Vivian Nanny (2011; h. 27
  • – 31)

  a) Minum ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.

  ASI diketahui mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, baik kualitas maupun kuantitasnya. Berikan ASI sesering mungkin yaitu setiap 2

  • – 3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), bergantian kanan dan kiri.

  b) Defekasi (BAB) Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam. Feses transisi ( kecil-kecil berwarna coklat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari ketiga sampai hari keenam.