Peningkatan penalaran siswa pada konsep tekanan melalui penerapan metode problem solving di SMP Pangudi Luhur Moyudan - USD Repository
PENINGKATAN PENALARAN SISWA PADA KONSEP TEKANAN
MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DI SMP
PANGUDI LUHUR MOYUDAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh:
Tri Handono
NIM : 021424004
PROGRAM STUDI PENDIDKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
PENINGKATAN PENALARAN SISWA PADA KONSEP TEKANAN
MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DI SMP
PANGUDI LUHUR MOYUDAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh:
Tri Handono
NIM : 021424004
PROGRAM STUDI PENDIDKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji Syukur Kepada TUHAN YANG MAHA ESA, karena
berkat rahmat-NYA dan kasih Krunia-NYA, membuat saya
bisa terus berjuang untuk menyelesaikan,skripsi ini dengan
. baik:
Karya ini kupersembahkan kepada
Bapak Agus Sutiya, Ibu Seselia, Pak Sumadi, Ibu Mur, Ibu
Kris Dan segenap keluarga yang ada dijogja, yang telah
memberikan dukungan doa dan materi yang telah diberikan
untuk kelancaran skripsi ini, Serta para pembaca sekalian.PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.Yogyakarta 21 Juni 2010 Penulis Tri Handono
ABSTRAK
Tri Handono . “Peningkatan Penalaran Siswa Pada Konsep TekananMelalui Penerapan Metode Problem Solving Di SMP Pangudi Luhur
Moyudan.Program Studi Pendidkan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma YogyakartaTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan penalaran
siswa, prestasi siswa, dan sikap siswa pada penerapan metode problem solving,
pada pokok bahasan tekanan.Subyek penelitian yaitu siswa kelas VIII SMP Panggudi Luhur Moyudan
yang berjumlah 75 siswa. Data diperoleh melalui beberapa tahap yaitu pretes,
pembelajaran, postes, tes prestasi dan kuiesoner sikap. Soal pretes dan postes
berupa tes pilihan ganda, yang tujuannya untuk mengetahui kemampuan
penalaran siswa, pada konsep tekanan. Soal tes prestasi berupa tes esay, yang
tujuannya untuk mengungkap pemahaman siswa pada konsep tekanan. Sedangkan
kuesioner sikap tujuannya untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran.
Proses pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode problem solving.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penalaran siswa meningkat, dengan
t = -3.830. Ada korelasi antara penalaran siswa dengan prestasi siswa dengan
indeks korelasi sebesar 0, 386. Dengan menerapkan metode problem solving, pada
pokok bahasan Tekanan, diperoleh sebanyak 59% siswa bersikap netral dan 41%
siswa bersikap positif.
ABSTRACT
Tri Handono. “Student Reasoning Improvement on Pressure Conceptthrough Implementation of Problem Solving Methods in Pangudi Luhur
Junior High School Moyuda n.” Program of Study of Physics Education, Majors of Education ofMathematics and Natural Sciences, University Sanata Dharma Yogyakarta.
The purpose of this research is to determine students’ reasoning
improvement, student achievement and student attitude on implementation of
problem solving method on the subject of pressure.Research subjects were 75 students of class VII Pangudi Luhur Moyudan.
The data were obtained through several stages, pretest, learning, posttest,
achievement test, and questionnaire of attitude. Pretest and posttest were in form
of multiple- choice test, which is aimed to identify students’ reasoning ability onpressure concept. Achievement test was in form of essay test, which is aimed to
uncover students’ understanding on pressure concept. While the objective of
questionnaire of attitude to identify students’ attitude towards learning.The result showed that students’ reasoning improved by t = -3.830. There
is a correlation equal to 0.386 between students’ reasoning and students’
achievement. By applying the problem solving method on the subject of pressure,
the result showed that 59% students were being neutral and 41% students being
positive.KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat dan karunia TUHAN YANG MAHA ESA, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Penalaran siswa
pada konsep Tekanan Melalui Penerapan Metode Problem Solving Di SMP
Pangudi Luhur Moyudan,” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada jenjang pendidikan starata satu.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, tidak terlepas
dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :1. Dr. Paulus Suparno, SJ, Selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran dan perhatian membimbing sejak awal penyusunan hingga akhir penulisan skripsi ini
2. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si, selaku kaprodi pendidikan Fisika, yang memberikan dukungan untuk melanjutkan penyelesain skripsi ini
3. Bapak Drs. Tarsius Sarkim, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan FKIP Sanata Dharma, yang memberikan dukungan untuk melanjutkan penyelesain skripsi ini
4. Seluruh Dosen dan KaryawanUniversitas Sanata Dharma, khususnya Bapak Aloysius Sugeng yang telah mengabdikan diri untuk memberikan pelayanan terbaik bagi mahasiswa JPMIPA.
5. Bapak Fx. Budiono,S.Pd selaku kepala sekolah SMP pangudi Luhur Moyudan, atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.
6. Ibu Maryanti, S.Pd. selaku guru Fisika kelas VIII atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian terhadap siswa- siswi yang diasuhnya.
7. Kedua orang tuaku tercinta dan dan keluarga mbah Pawiro utomo, yang telah memberikan motivasi, semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Terima kasih untuk teman-teman bint@ngnet, Mas Iwan, Kotrek, Sideh, dan mas peyek, yang selalu memberikan semangat.
9. Terima kasih untuk,Teman-teman kost Bul-bul, atas semua bantuan dan dukungan yang di berikan.
10. Teman-teman P Fis 02 terima kasih atas kebersamaan kita kuliah di selama di Sanata Dharma.
11. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang dengan caranya tersendiri telah membantu penuls dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun guna
mengembangkan tugas akhir penulis, sehingga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
pembaca sekalian.Yogyakarta 21 Juni 2010 Penulis
x DAFTAR ISI i Halaman Judul …………………………………………………
Halaman Persetujuan Pembimbing ...... ii ……………………….. Halaman Pengesahan iii
………………………………………….
iv Halaman Persembahan …………………………………………. v Hal Pernyataan Keaslian Karya …………………………………Abstrak vi …………………………………………………………..
Abstract vii …………………………………………………………..
Kata Pengantar viii ……………………………………………………
Daftar Isi x ………………………………………………………….
Daftar Tabel xi ………………………………………………………. xii Daftar gambar……………………………………………………... xiii Daftar Lampiran ………………………………...…………………
BAB I PENDAHULUAN................................................................
1 A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1 B. Rumusan Masalah....................................................................
6 C. Tujuan Penelitian.....................................................................
7 D. Manfaat Penelitian...................................................................
7 E. Hipotesis...................................................................................
8 BAB II DASAR TEORI ..................................................................
9 A. Hakikat Penalaran ...................................................................
9 B. Tahap Operasi Formal..............................................................
11 1. Pemikiran Deduktif Hipotesis............................................
11 2. Pemikiran Induktif Saintifik..............................................
14 3. Pemikiran Abstraksi Reflektif...........................................
15 C. Pembelajaran Fisika.................................................................. 16
xi E. Hakekat Kemampuan Pemecahan Masalah..........................
C. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................... 35
B. Analisis Data............................................................................... 56
A. Data ............................................................................................ 51
..............…... 51
G. Metode Analisis Data................................................................. 43 BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA .....................
F. Validitas..................................................................................... 42
3. Tes Prestasi........................................................................ 40
2. Pre Tes Dan Post Tes...................................................... 37
1. LKS .................................................................................... 36
E. Instrumen Penelitian................................................................... 36
D. Treatment .................................................................................. 35
B. Populasi dan Sampel Penelitian................................................. 34
20 F. Prestasi Belajar.....................................................................
32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .…………….................. 33 A. Rancangan Penelitian ................................................................ 34
31 3. Pengaruh Teori Dalam Penelitian....................................
2. Pengaruh Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Fisika Dan Kemampuan Penalaran Siswa.................................
1. Pengaruh Penalaran Siswa Terhadap Keamampuan
Pemahaman siswa ........................................................ 30
30
26 I. KAITAN TEORI DAN PENELITIAN.................................
25 2. Tekanan Dalam Zat Cair..................................................
25 1. Tekanan Pada Zat padat..................................................
23 H. Uraian Tekanan Pada Zat Padat Dan Zat Cair.....................
22 G. Pengukuran Ranah Afektif...................................................
C. Pembahasan................................................................................. 60
xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 66 A. Kesimpulan ............................................................................... 66 B. Saran .......................................................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................. 71
DAFTAR TABEL
. Kisi-kisi tes penalaran formal ............................................................. Tabel 1Kisi-kisi tes prestasi..............................................................................
Tabel 2. Tabel 3. Kisi-kisi soal kuisoner.................................................................. Tabel 4. Data skor hasil tes penalaran......................................................... 46 Tabel 5. Deskripsi data pretes dan postes.................................................... 46 Tabel 6. Skor tiap item soal dan skor maksimum tes prestasi.................... 48 Tabel 7. Data skor tes prestasi.................................................................... 48 Tabel 8 Deskripsi data hasil tes prestasi...................................................... 49 Tabel 9. Data skor hasil post-tes dan tes prestasi........................................ 49 Tabel 10. Skor item pernyataan kuisioner................................................... 50 Tabel 11. skor rata-rata yang diperoleh tiap siswa...................................... 51 Tabel 12. Kriteria sikap beradasrkan acuan skor rata-rata.......................... 51 Tabel 13. Persentase sikap siswa ............................................................... 52 Tabel 14. Data pretes penalaran.................................................................. 53 Tabel 15. Data postes Penalaran................................................................. 54 Tabel 16. Data tes prestasi ......................................................................... 56xiii Tabel 17. Data sikap siswa......................................................................... 57 Tabel 18 . Paired Samples Statistics........................................................... 58 Tabel 19. Paired Samples Correlations...................................................... 59 Tabel 20. Ringkasan hasil analisis uji
- –T, skor postes terhadap skor tes prestasi.......................................... 59 Tabel 21. Hasil analisis korelasi skor postes terhadap skor tes prestasi............................................................. 60
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pendulum/bandul ............................................................................... 15 Gambar 2. Pompa hidrolik........................................................................................ 27xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Satuan pelajaran........................................................................... 73
Lampiran 2. LKS ............................................................................................. 77
Lampiran 3. Soal tes Penalaran ....................................................................... 90
Lampiran 4. Lembar jawaban dan kunci jawaban tes penalaran..................... 104
Lampiran 5. Soal Tes prestasi dan jawaban tes prestasi .................................. 106
Kuiesoner sikap..................................................................................... 110 Lampiran 6. Lampiran 7.
Data hasil pretes dan postes penalaran.......................................... 114
Lampiran 8. Hasil uji-T.................................................................................... 117
Lampiran 9. Data hasil tes prestasi................................................................... 118
Lampiran 10. Uji korelasi postes penalaran dan prestasi................................. 121
Lampiran 11. Data kuesioner sikap siswa........................................................ 122
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pelajaran fisika masih dianggap pelajaran yang sulit dan menakutkan,
karena kebanyakan siswa berpendapat bahwa fisika itu hanya rumus-rumus atau
persamaan matematis saja, sehingga fisika identik dengan angka dan rumus.
Akibatnya bagi siswa konsep, prinsip, dan hukum dalam fisika menjadi sulit
dipahami.Mata pelajaran fisika hendaknya tidak diarahkan semata-mata menyiapkan
anak didik untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, namun
yang lebih penting adalah menyiapkan anak didik untuk (1) mampu memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep
sains yang telah mereka pelajari, (2) mampu mengambil keputusan yang tepat
dengan menggunakan komsep-konsep ilmiah, (3) mempunyai sikap ilmiah dalam
memecahkan masalh yang dihadapi sehingga memungkinkan mereka untuk
berpikir dan bertindak secara ilmiah (Ndraka, 1985:16)Untuk mewujudkan pembelajaran yang konstruktivis, maka pembelajaran
bukanlah suatu kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid,
melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa untuk membangun sendiri
pengetahuannya. Menurut Court ( Suparno, 1997:65) mengajar berarti partisipasi
dengan pebelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari
kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Di lain pihak pembelajaran
fisika yang hanya menekankan pada aspek produk seperti menghapal konsep-
konsep, prinsip-prinsip fisika atau rumus, tidak memberikan kesempatan kepada
siswa untuk terlibat aktif dalam proses-proses fisika serta tidak menumbuhkan
sikap ilmiah siswa.Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan
fisika, pengetahuan logika-matematika dan pengetahuan sosial. Tidak semua
pengetahuan dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Hal ini dapat diketahui dari
contoh yang dikemukakan oleh Piaget yaitu pengetahuan sosial seperti nama hari,
tanda atom dan lambang matematika dapat dipelajari secara langsung. Tetapi
pengetahuan fisik dan logika matematika tidak dapat ditransfer secara utuh dari
pikiran guru ke pikiran siswa tetapi harus dibangun di dalam pikiran siswa sendiri
sebagai usaha keras siswa untuk mengorganisasi pengalaman-pengalamannya
dalam hubungannya dengan skema atau struktur mental yang telah ada
sebelumnya (Dahar, 1988 : 192 ).Pada proses membangun konsep fisika dalam pembelajaran yang
konstrutivis, diperlukan kreativitas berpikir siswa agar pengetahuan yang di
peroleh bukan sekedar hapalan, tetapi lebih mengarah ke pemahaman yang
lengkap terhadap konsep itu. Supriadi (2001) memaparkan bahwa kreativitas
merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah
ada sebelumnya. Sementara itu, Munandar (1999) mengemukakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data,
informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada atau sudah dikenal sebelumnya, yaitu
semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama
hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan
masyarakat.Selain itu menurut Sumarno (Trihadiyanti, 2009 ) dikatakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menemukan cara-cara baru bagi
pemecahan problema-problema, baik yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
seni sastra atau seni lainnya, yang mengandung suatu hasil atau pendekatan yang
sama sekali baru bagi yang bersangkutan, meskipun bagi orang lain merupakan
suatu hal yang tidak asing lagi.Mengingat pentingnya kreativitas siswa tersebut, maka di sekolah perlu
disusun suatu strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas.
Strategi tersebut diantaranya meliputi pemilihan pendekatan, metode atau model
pembelajaran. Menurut Ratnaningsih salah satu pembelajaran yang saat ini sedang
berkembang ialah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk
memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan
pada awal pembelajaran. Masalah yang disajikan pada siswa merupakan masalah
kehidupan sehari-hari (kontekstual). Pembelajaran berbasis masalah ini dirancang
dengan tujuan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan
mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah, belajar berbagai
peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman-pengalaman
nyata (Trihadiyanti, 2009).
Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan
pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar, artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kreatif. Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada dilingkungannya.
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang
mandiri, artinya ketika siswa belajar, siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu (Depdiknas, 2003). Oleh sebab itu Pembelajaran berbasis masalah yangdigunakan dalam penelitian ini. Siswa diajak untuk belajar dan bekerja
(individu / kelompok) pada situasi masalah, untuk menyelesaikan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran, sehingga siswa diberi kebebasan berpikir dalam mencari solusi dari situasi masalah yang disajikan.
Kemampuan memecahkan masalah pada siswa dapat dikaitkan dengan
prestasi belajarnya, karena pada dasarnya pelajaran fisika yang diajarkan banyak menekankan pada pemecahan masalah. Dengan demikian dapat diuraikan bahwa, prestasi belajar fisika dapat dikembangkan dan ditingkatkan dengan baik bila, kemampuan memahami gejala-gejala fisika bagi siswa maupun kemampuan memecahkan masalah dalam fisika dapat berkembang dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah (problem solving).Terkait dengan bagaimana siswa melakukan pemecahan masalah fisika,
tidak lepas dari kemampuan berpikir yang dimiliki siswa. Menurut penelitian Ali,
Jika diperhatikan dengan seksama konsep-konsep yang ada dalam materi fisika di
SLTP sebagiannya akan ditemukan konsep-konsep yang sifatnya abstrak. Agar
siswa dapat memahami materi tersebut dengan lebih bermakna maka diharapkan
siswa sudah memiliki penalaran formal. Sebab jika tidak, subyek didik akan
mengalami pseudo learning yaitu belajar yang tidak fungsional. Siswa yang tidak
berada pada tahap konkret operasional bila mencoba mempelajari materi yang
memerlukan proporsional dan probabilitas mungkin akan berhasil dengan
menghafal materi tetapi tidak akan mampu melakukan penalaran. Tentu hal ini
sangatlah merugikan siswa (Wilantara, 2003 : 5).Penalaran merupakan faktor internal yang dimiliki siswa, hali ini perlu
dikembangkan agar siswa dapat memecahkan persoalan fisika secara ilmiah dan
sistematis, berdasarkan pengalaman mereka terhadap gejala-gejala fisika yang
pernah dialami atau dilihat. Dalam artikelnya Irawati menegaskan bahwa materi
fisika yang memerlukan analisa pemahaman dan penalaran, akan menumbuhkan
motivasi belajar yang relatif kuat dan stabil. Faktor-faktor penyebab rendahnya
motivasi dan berbagai cara yang dapat diterapkan didalam kelas dalam upaya
meningkatkan motovasi belajar siswa perlu selalu dikaji dan dianalisa (Irawati,
2008); Sehingga hasil belajar siswa tidak sebatas hafalan, tetapi perioritasnya
lebih ditekankan pada pemahaman, yang dibangun oleh siswa itu sendiri.Problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang melatih
siswa untuk berpikir sesuai dengan penalaran yang mereka miliki, untuk
memecahkan persoalan fisika. Model pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini mengajak siswa untuk terlibat secara aktif dalam mengidentifikasi
masalah, mengumpulkan data, menganlisa data, dan menarik sebuah kesimpulan,
yang digunakan untuk pemecahan masalah.Upaya yang dilakukan dalam membuat rencana pembelajaran pada
penelitian ini, tidak lepas dari keinginan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran baik dari proses maupun hasil. Pembelajaran yang dimaksud juga
mengacu pada pandangan konstruktivisme yaitu bahwa belajar merupakan proses
pengaturan sendiri yang dilakukan oleh seseorang dalam mengatasi konflik
kognitif. Yang di utamakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan fisika dengan
penalaran yang sudah dimilikinya.B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar latar belakang di atas muncul beberapa masalah yang akan diteliti, yaitu:
1. Apakah penerapan model problem solving dapat meningkatkan penalaran siswa pada konsep tekanan, di SMP Pengudi Luhur Moyudan?
2. Apakah ada korelasi antara kemampuan penalaran siswa dengan prestasi
siswa pada konsep Tekanan di SMP Pengudi Luhur Moyudan?
3. Bagaimana sikap siswa terhadap penerapan model problem solving pada konsep tekanan di SMP Pengudi Luhur Moyudan?
C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. peningkatan penalaran siswa pada konsep Tekanan; 2. hubungan antara kemampuan penalaran siswa dengan prestasi belajar siswa; 3. sikap siswa terhadap model problem solving.
D. MANFAAT PENELITIAN Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi praktisi pendidikan dan peserta didik, yaitu:
1. Model pembelajaran problem solving yang dikembangkan dan dicobakan ini, diharapkan dapat menambah wawasan para guru IPA tentang model-model pembelajaran fisika yang menyenangkan.
2. Memberi pengalaman baru bagi siswa tentang cara belajar dengan model problem solving.
3. Menambah wawasan dan memberi masukan untuk penelitian lanjutan dalam ruang lingkup yang lebih luas dan pembahasan yang lebih mendalam, untuk meningkatkan mutu pendidikan.
E. HIPOTESIS
Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka hipotesis dapat diajukan sebagai berikut:
1. Ada peningkatan penalaran siswa yang signifikan pada pada konsep tekanan melalui pembelajaran problem solving
2. Ada korelasi positif yang signifikan antara penalaran siswa dan prestasi siswa.
BAB II DASAR TEORI A. HAKEKAT PENALARAN Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan mahluk yang berpikir, merasa dan bersikap. Sikap dan tindakannya yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa dan berpikir. Penalaran dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri tertentu. Ciri yang pertama ialah adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Dalam hal ini penalaran mempunyai logikanya tersendiri. Ciri yang kedua penalaran adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan
untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan
(Suriasumantri, 2003: 42-43).Menurut Poespoprodjo dan Gilarso (1985:4) logika adalah ilmu kecakapan berpenalaran, berpikir dengan tepat untuk mengolah pengetahuan yang kita terima melalui panca indra dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Proses berpikir itu meliputi : mempertimbangkan, merenungkan, membuktikan sesuatu, menunjukan alasan-alasan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, mencari bagaimana berbagai hal berhubungan satu sama lain, mengapa atau untuk apa sesuatu itu terjadi.
Semua penalaran selalu bertolak dari sesuatu yang sudah ada atau sudah kita
ketahui. Kita tidak mungkin menalar bertolak dari ketidak tahuan. Selalu ada
sesuatu yang tersedia yang kita pergunakan sebagai titik tolak untuk menalar.
Titik tolak itu kita namakan “yang diketahui” yaitu sesuatu yang dapat dijadikan
sebagi premis, evidensi, bukti, dasar bahkan alasan- alasan darimana hal “yang belum diketahui” dapat disimpulkan (Sumaryo, 1999:76)Amien (Wilantara, 2003: 39) menyatakan bahwa sesuai dengan teori
perkembangan, anak-anak semakin matang dan berpengalaman setiap harinya,
maka secara perlahan-lahan mereka akan mengembangkan pola berpikir yang
lebih berpengalaman antara usia 12-15 tahun, yaitu anak-anak mulai berpikir
seperti orang dewasa. Mereka mulai menyampaikan pola berpikirnya melalui
simbol, pertimbangan ide-ide yang berlawanan ke realitas, menyusun teori
abstrak, merefleksikannya sesuai dengan proses berpikir dan cara berpikir mereka.
Para siswa mulai menggunakan konsep yang berbeda secara bersama-sama,
seperti halnya waktu dan jarak untuk menyusun konsep baru, misalnya kecepatan
(jarak / waktu). Selama proses belajar, terjadi trial and error sehingga terjadi
proses penyesuaian diri, misalnya ada sekelompok keterampilan yang bila
dikuasai akan mendekatkan siswa ke pola berpikir formal.Menurut Santyasa (2007) Reasoning merupakan bagian berpikir yang
berada di atas level memanggil (retensi), yang meliputi: basic thinking, critical
thinking , dan creative thinking. Termasuk basic thinking adalah kemampuan
memahami konsep. Kemampuan-kemampuan critical thinking adalah menguji,
menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah,
mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis
informasi, mengingat dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya,
menentukan jawaban yang rasional, melukiskan kesimpulan yang valid, dan
melakukan analisis dan refleksi. Kemampuan-kemampuan creative thinking
adalah menghasilkan produk orisinil, efektif, dan kompleks, inventif, pensintesis,
pembangkit, dan penerap ide.B. TAHAP OPERASI FORMAL
Tahap operasi formal merupakan tahap terakhir dalam perkembangan
kognitif menurut Piaget. Ini terjadi pada umur 11 atau 12 tahun keatas, pada tahap
ini remaja sudah dapat berpikir logis, berdasarkan proposisi dan hipotesis, dan
dapat menarik kesimpulan lepas dari apa yang diamati. Perkembangan pemikiran
pada tahap ini sudah sama dengan pemikiran orang dewasa secara kualitatif.
Perbedaan dengan pemikiran orang dewasa hanya teletak pada kuantitas, yaitu
banyaknya skema pada orang dewasa. Sifat pokok pada tahap operasi formal
adalah pemikiran deduktif hipotesis, induktif saintifik, abstrak reflektif, serta
beberapa ciri lain (Piaget dkk, dalam Suparno, 2001:88-99).1. Pemikiran Deduktif Hipotesis
Menurut Wadsworth dan Brainerd (Suparno, 2001: 89) pemikiran deduktif
adalah pemikiran yang menarik kesimpulan yang spesifik dari suatu yang umum.
Kesimpulan benar hanya bila premis-premis yang dipakai dalam pengambilan
keputusan benar. Alasan deduktif hipotesis adalah alasan/argumentasi yang
berkaitan dengan kesimpulan yang ditarik dari premis-premis yang masih
hipotesis. Jadi, seseorang dapat mengambil kesimpulan dari proporsi yang
diasumsikan, tidak perlu berdasarkan kenyataan yang real. Yang menarik dari
pemikiran deduktif ini adalah bahwa remaja sudah dapat mengambil kesimpulan
yang benar dari suatu hipotesis yang dipercaya tidak benar. Wadsworth
memberikan contoh:Jika semua batu bara berwarna putih Dan batu granit itu berwarna hitam, Maka batu granit itu bukan batu bara. Premis di atas “semua batu bara itu berwarna putih”, salah, karena batu bara tidak
berwarna putih, tetapi seluruh argumentasi di atas benar. Remaja dapat berpikir
seperti itu, yaitu argumentasi benar, meskipun isinya tidak benar. Baginya, karena
batu bara itu kenyataannya tidak putih, maka dapat dibuat argumentasi secara
benar lagi.Model logika itu lebih untuk menguraikan struktur pemikiran yang
menggaris bawahi aktifitas remaja. Pemikiran logis itu lebih menjelaskan
kompetensi para remaja, bukan kenyataan remaja yang sesungguhnya. Dengan
kata lain, dalam pemikiran remaja, piaget dapat mendeteksi adanya pemikiran
logis itu, meskipun remaja sendiri pada kenyataannya tidak tahu atau belum
menyadari bahwa cara mereka berpikir itu logis. Model logis itu lebih merupakan
hasil kesimpulan piaget dalam menafsirkan ungkapan remaja, terlepas dari apakah
para remaja sendiri tahu atau tidak. Pemikiran deduktif hipotesis ini meliputi:a. Sistem kombinasi
Kombinasi ini penting dalam perluasan dan pemajuan pemikiran remaja. Remaja yang dapat berpikir kombinatoris, akan dapat mengkombinasikan objek dengan objek, faktor dengan faktor, ide dengan ide, dan teori dengan teori. Di sini realitas tidak dibatasi oleh segi konkret, tetapi dalam pengertian kombinasi yang mungkin. Kemampuan ini menguatkan seorang untuk berpikir deduktif. Contoh yang jelas adalah kemampuan ramaja untuk membuat kombinasi dan permutasi dalam mengurutkan beberapa benda yang ada. Misalnya seorang remaja diberikan 3 kelereng yang berlainan warna. Ada berapa kemungkinan ketiga kelereng itu disusun? Remaja sudah mulai dapat memikirkan jawabannya dengan meninjau segala kemungkinan. Kombinasi ini sangat penting dalam perluasan dan pemajuan pemikiran remaja.
b.
Kombinasi objek-objek dan proposisi Sesudah umur 12 tahun, seseorang sudah dapat mengkombinasikan objek berdasarkan prinsip kombinasi tanpa dibatasi dengan objek itu. Ia juga dapat membuat permutasi dengan memperhatikan semua kemungkinan yang dapat terjadi. Meskipun remaja pada umur 12-15 tahun belum dapat menentukan hukum-hukum logika yang relevan maupun menuliskan rumus semua kombinasi gagasan proposisi, ia sudah dapat mengkombinasikan beberapa gagasan dan hipotesis dalam pernyataan afirmatif atau negatif yang sederhana. Misalnya, ia dapat mengerti dengan baik bentuk- bentuk logika: jika…maka, baik ini…maupun itu, tidak ini…dan tidak itu…dan lain-lain.
2. Pemikiran Induktif Saintifik
Pemikiran induktif adalah pengambilan kesimpulan yang lebih umum
berdasarkan kejadian-kejadian yang khusus. Pemikiran ini banyak digunakan para
ilmuan dan sering disebut metode ilmiah. Pada tahap ini, anak sudah dapat
membuat hipotesis, menentukan eksperimen, menentukan variabel kontrol,
mencatat hasil dan menarik kesimpulan. Pada tahap pemikiran ini, seorang remaja
sudah dapat memikirkan sejumlah variabel berbeda pada waktu yang sama,
termasuk dalam pemikiran ini adalah kombinasi. Contoh (1) dalam percobaan
elastisitas, seorang diberi lempeng logam yang berbeda penampang , panjang, dan
bahan. Selanjutnya ia disuruh mencari pengaruh panjang tersebut terhadap
elastisitas logam tersebut. Remaja yang berumur 11 atau 12 tahun sudah dapat
membuat hipotesis sebelumnya dan melihat satu demi satu unsur yang
berpengaruh. Remaja yang berumur 14 tahun sudah dapat merencanakan bahwa
semua unsur lain dibuat sama, hanya panjang yang berbeda. Remaja sudah dapat
merencanakan suatu eksperimen, dan menyimpulkan suatu eksperimen dengan
cukup baik. (2) dalam percobaan pendulum, yang terdiri dari bermacam-macam
beban (b), yang berbeda massanya dan juga tali (p) yang panjangnya diubah-ubah.
Selanjutnya beban ditarik sejauh (t) dan dilepaskan sehingga terjadi ayunan
bandul kekiri dan kekanan, Seperti pada gambar (1) dibawah ini:
p
tb
Gambar 1. Pendulum/bandul, p=tali, b=beban, dan t=kedudukan saat melepaskan
bebeban sehingga terjadi ayunan.
Pertanyaan yang diajukan adalah apa yang mempengaruhi frekuensi
ayunan (jumlah ayunan per detik). Dalam percobaan, ditemukan bahwa anak yang
masih pada tahap operasi konkret cukup sulit untuk menentukan faktor mana yang
mempengaruhi frekuensi ayunan, kebanyakan anak menyatakan bahwa panjang
tali (p), berat beban (b) dan kedudukan beban. Pada tahap operasi formal, remaja
dapat menemukan bahwa yang berpengaruh hanyalah panjang tali (p), sedangkan
yang lain tidak mempunyai pengaruh. Ia sudah dapat membuat desain percobaan,
meneliti dengan lebih cermat dan dapat mengambil kesimpulan yang logis dari
data yang ada (Suparno, 2001: 92-94).