Peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu melalui metode mendongeng.

(1)

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS II SD PANGUDI LUHUR

SEDAYU MELALUI METODE MENDONGENG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Antonius Dimas Wisnugroho NIM: 091134111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

i

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS II SD PANGUDI LUHUR

SEDAYU MELALUI METODE MENDONGENG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Antonius Dimas Wisnugroho NIM: 091134111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(3)

(4)

(5)

iv MOTTO

“Always Do The Best”

Dengan segala kerendahan hati,

kupersembahkan yang terbaik dalam skripsi ini


(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 Juli 2013 Penulis

Antonius Dimas Wisnugroho


(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Antonius Dimas Wisnugroho

NIM : 091134111

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS II SD PANGUDI LUHUR SEDAYU MELALUI METODE MENDONGENG”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 14 Juni 2013 Yang menyatakan,


(8)

vii ABSTRAK

Wisnugroho, Antonius Dimas. 2013. Peningkatan Minat Belajar dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn Kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu Melalui Metode Mendongeng. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa kelas II di SD Pangudi Luhur Sedayu melalui metode mendongeng pada mata pelajaran PKn materi mengenal nilai-nilai Pancasila tahun pelajaran 2012/2013.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Kemmis dan Mc Taggart dengan subjek penelitian siswa kelas II yang terdiri dari 30 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan tahapan setiap siklus meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data minat belajar adalah observasi dan kuesioner sedangkan data prestasi belajar diperoleh melalui tes tertulis dan rubrik observasi. Data capaian minat belajar yang diperoleh dari lembar observasi dan kuesioner, dianalisis dengan menggunakan kriteria penyekoran dan menghitung jumlah skor keseluruhan. Data prestasi siswa dianalisis dengan menjumlahkan skor seluruh siswa untuk menghitung rata-rata kelas dan persentase siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni 75.

Upaya peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa melalui metode mendongeng dilaksanakan dengan langkah-langkah yakni (1) Pemilihan cerita yang sesuai dengan materi pelajaran, (2) Mengkondisikan siswa di kelas, (3) Menunjukkan media yang akan digunakan pada siswa, (4) Guru mendongeng menggunakan media dengan melibatkan siswa, (5) Guru mengajukan pertanyaan tentang tokoh dan amanat dalam dongeng, (6) Guru mengkaitkan dongeng dengan materi pelajaran melalui tanya jawab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa setelah menggunakan metode mendongeng pada pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu. Data kondisi awal rata-rata minat sebelum menggunakan metode mendongeng yakni 54,8 setelah dilaksanakan siklus I rata-rata minat menjadi 79,4 kemudian rata-rata minat tersebut meningkat lagi menjadi 88,2 pada siklus II.

Rata-rata prestasi belajar siswa pada kondisi awal adalah 74,9 dengan persentase tingkat capaian siswa yang tuntas sebesar 53,33%, setelah menggunakan metode mendongeng dalam pembelajaran pada siklus I rata-rata kelas meningkat menjadi 75,9 dengan persentase ketuntasan 68,97%. Pada siklus II terjadi peningkatan prestasi belajar menjadi 81,5 untuk rata-rata kelas dan persentase ketuntasan mencapai 79,31%.

Kata kunci: minat belajar, prestasi belajar, mata pelajaran PKn, metode mendongeng.


(9)

viii ABSTRACT

Wisnugroho, Antonius Dimas. 2013. Improving the Students Learning Interest and Learning Achievement in Civic Education Subject of the 2nd Grade at Pangudi Luhur Sedayu Primary School through Story Telling Method. Thesis. Yogyakarta. Elementary School Teacher Education Program. Sanata Dharma University.

The purpose of this research was to increase the learning interest and learning achievement of the 2nd grade students at Pangudi Luhur Sedayu primary school through story telling method in civic education subject of the Pancasila value in the academic year 2012/2013.

This was a class action research employing Kemmis and Mc Taggart’s model of class action research. The subject of the research was a group of thirty 2nd grade students. The experiment was conducted in two cycles with each cycle includes four phases namely planning, action, observation and reflection. Data collection techniques used to measure the learning interest were observation and questionnaire while written tests were used to measure the learning achievement. The learning interests data obtained from observation sheets and questionnaires were analyzed by using the scoring criteria and calculating the amount of the overall score. Student achievement data were analyzed by summing the score of all the students to calculated the average grade and the percentage of students who met the minimum completeness criteria (KKM) of 75.

The efforts to improved the learning interest and learning achievement through the method of story telling was done with the steps: (1) Selected the story according to the subject matter, (2) Conditioning the students in the class, (3) Indicated the media that will be used on students, (4 ) Teacher used media to engaged students in story telling process, (5) Teachers asked questions about the characters and the message in the story, (6) Teachers tales related to the subject matter through questions and answers.

The results showed there was an increased in learning interest and learning achievement after using story telling method in teaching civic education in 2nd graders at Pangudi Luhur Sedayu primary school. The baseline average learning interest before using the story telling method is 54.8 and after using story telling method in the first cycle the average became 79.4 then the average learning interest increased again up to 88.2 in the second cycle.

Known to the average student achievement on initial condition is 74.8 with a percentage of the level of achievement of students who was completed was 53.33%, after using the story telling method in the learning process in the first cycle, the class average increased to 75.9 with 68.97% completeness. The research was continued to the second cycle with increased performance up to 81.5 for the class average and the percentage of completeness reached 79.31%.

Keywords: learning interest, learning achievement, civic education subjects, story telling method.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Penulisan tugas akhir yang berupa skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana (S-1) pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Bapak Drs. YB. Adimassana, M.A., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dorongan sehingga penulisan skripsi dapat berjalan lancar.

4. Ibu Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.A., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, bantuan berupa ide dan saran.

5. Bapak Drs. Petrus Silam, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Pangudi Luhur Sedayu yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

6. Bapak Wahyu Wasana, S.Pd., selaku wali kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu yang telah memberikan masukan dan bantuan dalam melakukan penelitian.


(11)

x

7. Siswa-siswi kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu. 8. Alm. Ayah yang telah menjadi sumber inspirasi.

9. Ibu yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi.

10.Santa yang selalu mengingatkan untuk terus semangat dan memotivasi sehingga skripsi dapat dicapai tepat waktu.

11.Teman-teman kelas C PGSD angkatan 2009 yang selau kompak memberi dukungan satu sama lain.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dari awal hingga akhir pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala masukan, kritik dan saran demi kesempurnaan penyusunan laporan tugas akhir masa-masa yang akan datang. Akhir kata, semoga laporan penelitian tugas akhir ini berguna bagi semua pihak.


(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. HALAMAN PENGESAHAN ……… MOTTO DAN HALAMAN PESEMBAHAN ………... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……….. ABSTRAK ……….. ABSTRACT ……… KATA PENGANTAR ………. DAFTAR ISI ………... DAFTAR TABEL ………... DAFTAR LAMPIRAN ………... DAFTAR GAMBAR ……….. PENDAHULUAN ………..

1.1 Latar Belakang ………

1.2 Batasan Masalah ………..

1.3 Rumusan Masalah ………...

1.4 Tujuan ………..

1.5 Manfaat Penelitian ………...

1.6 Batasan Pengertian………...

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….. 2.1 Landasan Teori ..………. 2.1.1 Minat Belajar ………. 2.1.1.1 Indikator Minat Belajar ……….. 2.1.1.2 Cara Menarik Minat Belajar ……… 2.1.1.3 Cara Mengukur Minat Belajar ……… 2.1.2 Prestasi Belajar ……….. 2.1.2.1 Aspek Prestasi Belajar ………

Hal. i ii iii iv v vi vii viii ix xi xiv xvi xvii 1 1 4 4 5 5 6 8 8 8 9 10 13 13 14


(13)

xii

2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ……….. 2.1.3 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ………. 2.1.4 Metode Pembelajaran ………... 2.1.4.1 Pengertian Metode ………... 2.1.4.2 Pengertian Metode Pembelajaran ………... 2.1.5 Dongeng ………... 2.1.5.1 Pengertian Dongeng ………... 2.1.5.2 Ciri-Ciri Cerita Anak ………... 2.1.5.3 Unsur-Unsur dalam Cerita Anak ………... 2.1.6 Mendongeng ………... 2.1.6.1 Pengertian Mendongeng ………... 2.1.6.2 Pelaksanaan Mendongeng ..………... 2.1.7 Mendongeng Sebagai Metode Pembelajaran PKn …………... 2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya ……….

2.3 Kerangka Berpikir ………

2.4 Hipotesis Tindakan ………...

BAB III METODE PENELITIAN ………..

3.1 Jenis Penelitian ……….

3.2 Seting Penelitian ………...

3.3 Rencana Tindakan ………

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .…….………. 3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ……….. 3.4.2 Instrumen Penelitian ……….………... 3.4.2.1Instrumen Minat Belajar ….………. 3.4.2.2Instrumen Prestasi Belajar ………... 3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen………. 3.5.1 Validitas Instrumen ……… 3.5.2 Reliabilitas ……….. 3.6 Teknik Analisis Data ……… 3.6.1 Teknik Analisis Data Minat Belajar ………..

Hal. 14 16 16 16 17 18 18 19 19 22 22 23 34 37 40 41 43 43 44 46 54 54 57 57 60 62 62 67 69 69


(14)

xiii

3.6.2 Teknik Analisis Data Prestasi Belajar ……… 3.7 Indikator Keberhasilan ………. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 4.1 Hasil Penelitian ………. 4.1.1 Pra Penelitian Tindakan Kelas ……….. 4.1.2 Siklus I ……… 4.1.3 Siklus II ……….. 4.2 Pembahasan ……….. 4.3 Keterbatasan Penelitian ……….

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 5.1 Kesimpulan ……… 5.2 Saran ……….. DAFTAR PUSTAKA ……….

Hal. 72 73 75 75 75 79 89 99 110 111 111 112 114


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ………... Tabel 3.2 Peubah (Variabel) Beserta Pengumpulan Data ………. Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Observasi Minat Belajar (Afektif) ……… Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Minat Belajar (Psikomotorik) …….. Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner Minat ………..………... Tabel 3.6 Kisi-Kisi Soal Tertulis ….……….. Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Perangkat Pembelajaran ………... Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Uji Validasi Perangkat Pembelajaran ……….. Tabel 3.9 Hasil Uji Validasi Perangkat Pembelajaran ………. Tabel 3.10 Penghitungan Validitas Soal Siklus I ………..……… Tabel 3.11 Penghitungan Validitas Soal Siklus II ………..….….. Tabel 3.12 Kriteria Koefisien Realibilitas ………. ………... Tabel 3.13 Kualifikasi Hasil Realibilitas ………...………… Tabel 3.14 Teknik Analisis Observasi ………...……… Tabel 3.15 Teknik Analisis Kuesioner Minat ………..……….. Tabel 3.16 Klasifikasi Minat Siswa ………..……….… Tabel 3.17 Kriteria Skor ………. Tabel 3.18 Kriteria Keberhasilan ………... Tabel 4.1 Capaian Minat Belajar Kondisi Awal ………... Tabel 4.2 Capaian Prestasi Belajar Siswa Kondisi Awal ………..……

Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ……….. Tabel 4.4 Capaian Minat Belajar Siklus I ……….. Tabel 4.5 Perbandingan Minat Belajar Kondisi Awal dengan Siklus I ...….. Tabel 4.6 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I ………. Tabel 4.7 Kendala dan Strategi Pemecahan Masalah ……...………. Tabel 4.8 Capaian Minat Belajar Siklus II ………. Tabel 4.9 Perbandingan minat Belajar Siklus I dengan Siklus II ...………... Tabel 4.10 Capaian Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus II ……..………….

Hal. 45 54 58 59 60 61 63 64 65 66 67 68 68 70 71 72 72 74 76 77 79 84 85 86 88 93 95 96


(16)

xv

Tabel 4.11 Rangkuman Minat Belajar …………..……… Tabel 4.12 Rangkuman Klasifikasi Capaian Minat Belajar ………..……... Tabel 4.13 Rangkuman Prestasi Belajar ………...……… Tabel 4.14 Capaian Minat Belajar dan Prestasi Belajar ……… Tabel 4.15 Kriteria Keberhasilan yang Tercapai …………..………

Hal 102 102 106 107 108


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Silabus ………..………..………... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ……….. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ………. Hasil Uji Validitas ……….………. Hasil Uji Reliabilitas ……….. Instrumen Pengumpulan Data ……… Hasil Pengolahan Data ……….……….. Lembar Kuesioner Siswa ………... Lembar Soal Evaluasi Siswa ……….. Foto-Foto Kegiatan Selama Penelitian ……….……….. Surat Perijinan Kampus ……….………. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ……….…………..

Hal. 117 129 155 179 191 192 198 208 215 223 225 226


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Boneka Tangan ….……….. Gambar 2.2 Wayang Karton ……….. Gambar 2.3 Papan Background ………. Gambar 2.4 Kostum ……….……….. Gambar 2.5 Buku Cerita ……… Gambar 2.6 Literature Map ……… Gambar 3.1 Skema Penelitian ……… Gambar 3.2 Respon Kuesioner ……….. Gambar 4.1 Diagram Capaian Minat Belajar ………. Gambar 4.2 Diagram capaian Prestasi Belajar ………..

Hal. 32 32 33 33 34 39 36 44 109 109


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya strategis dalam pembentukan sistem nilai yang ada dalam diri seseorang, dalam proses berlangsungnya pendidikan tentunya akan diupayakan peningkatan kesadaran akan tanggung jawab sebagai manusia, tak terkecuali bagi siswa Sekolah Dasar. Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran di mana siswa dididik mengenai nilai kehidupan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang biasa disebut dengan PKn dapat diartikan sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2006 tentang Standar Isi, 2006:271), dengan ini mata pelajaran PKn dapat diartikan juga sebagai landasan untuk mengembangkan karakter siswa melalui nilai-nilai kehidupan.

Proses belajar mengajar di sekolah dasar, tak terkecuali pada pelajaran PKn tentunya membutuhkan banyak faktor demi mencapai keberhasilan pembelajaran, di antaranya adalah faktor penggunaan metode pembelajaran. Metode merupakan teknik atau cara yang harus dilalui untuk melakukan suatu pekerjaan dalam rangka mencapai suatu tujuan (Roestiyah, 1998:1). Sebuah pembelajaran dengan metode


(20)

2

pembelajaran yang tepat akan membantu siswa untuk mencapai suatu hasil pembelajaran yang memuaskan.

Salah satu kegiatan pembelajaran yang sangat menarik digunakan adalah proses pembelajaran dengan mendongeng, di mana menurut Agus (2008:14) mendongeng merupakan kegiatan bercerita atau menuturkan cerita secara lisan. Mendongeng dapat menjadi sebuah jembatan bagi guru menyampaikan pesan kepada siswa. Hendri (2013:18) mengatakan bahwa mendongeng bisa menjadi metode penyampaian pesan-pesan moral yang sangat efektif, sejalan dengan hal itu mendongeng merupakan metode yang sangat menarik bagi siswa, karena dongeng sering disampaikan dengan menggunakan alat peraga berupa boneka atau wayang (Agus, 2008:15). Pengajaran yang tepat dapat membantu siswa dalam memahami suatu pesan dan juga dapat merangsang kemampuan berbahasa siswa. Penyajian pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan memberikan stimulus yang positif sehingga siswa dapat mengungkapkan kembali dengan sistematis sesuai dengan apa yang didengar, dilihat dan dirasakan.

Saat ini masih banyak guru yang belum menggunakan metode pembelajaran, seperti halnya dengan guru kelas II di sebuah sekolah, berdasarkan tanya jawabdengan guru kelas diketahui bahwa guru hanya menggunakan metode konvensional dalam mengajar. Guru berpendapat bahwa metode pembelajaran lebih difleksibelkan saat mengajar sehingga tidak terlalu menjadi masalah dan tidak perlu dipersiapkan, padahal kenyataannya metode pembelajaran sangatlah penting digunakan dan harus dipersiapkan sebelum mengajar. Diketahui bahwa KKM untuk mata pelajar PKn ialah 75. Berdasarkan data yang diambil dari nilai


(21)

prestasi belajar siswa tahun sebelumnya diketahui jumlah siswa yang tuntas belajar hanya sebanyak 53,33 % atau 16 siswa dari jumlah keseluruhan 30 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang diberikan belum maksimal sehingga sebagian besar siswa juga belum memahami benar materi yang diberikan. Data diperkuat dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap cara mengajar guru kelas, di mana siswa mengikuti pembelajaran dengan kurang antusias dan kurang berminat dikarenakan proses pembelajaran hanya didominasi oleh guru dari awal hingga akhir pelajaran.

Salah satu cara untuk mendapatkan minat belajar siswa yang baik dalam pembelajaran adalah dengan pilihan metode belajar yang tepat, seperti mendongeng. Ketika mendongeng guru akan merangsang siswa untuk mengoptimalkan alat pendengarannya, penglihatannya dan perasaannya agar pesan yang disampaikan guru dapat ditangkap dengan baik. Menurut guru kelas, siswa akan senang bila dalam pembelajaran terdapat media namun guru mengalami kesulitan mengaplikasikan media dan teknik yang tepat kepada siswa dalam pembelajaran PKn. Hendri (2013: 200) menyampaikan bahwa metode mendongeng dalam pembelajaran bisa disampaikan sebagai pengantar atau selipan dalam pelajaran PKn, mendongeng pun bisa dilakukan oleh guru kelas pada saat menyampaikan materi. Berbeda dengan ceramah yang bersifat menggurui, mendongeng bersifat murni dan tidak menggurui (Bimo, 2011:16). Berdasarkan dua hal tersebut mendongeng dapat digunakan sebagai metode dalam pengajaran PKn dan akan memberikan pengaruh baik untuk memperbaiki proses pembelajaran. Minat belajar siswa akan ditingkatkan melalui mendongeng


(22)

4

karena dengan suasana yang menyenangkan, siswa tidak akan merasa bahwa mereka hanya akan mendengar ceramah sang guru dan prestasi belajar siswa dalam belajar akan ditingkatkan melalui materi yang diberikan oleh guru melalui isi dongeng yang bersifat nasihat ataupun materi ajar yang terselip di dalamnya. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis akan melakukan penelitian

“Peningkatan Minat Belajar dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran PKn Kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu Melalui Metode

Mendongeng”.

1.2 Batasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran PKn kelas II semester genap di SD Pangudi Luhur Sedayu dengan menggunakan metode mendongeng pada materi nilai-nilai kehidupan sesuai dengan kompetensi dasar (KD) 4.1 Mengenal nilai kejujuran, kedisiplinan, dan senang bekerja dalam kehidupan sehari-hari.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui metode mendongeng.

2. Apakah metode mendongeng dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu semester genap


(23)

tahun pelajaran 2012/2013?

3. Apakah metode mendongeng dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu semester genap tahun pelajaran 2012/2013?

1.4 Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, tujuan penelitiannya adalah:

1. Mengetahui bagaimana upaya peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui metode mendongeng.

2. Meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui metode mendongeng.

3. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui metode mendongeng.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan manfaat tentang penggunaan metode mendongeng dalam proses belajar mengajar PKn, manfaat tersebut antara lain:


(24)

6

1. Bagi Guru

Bagi guru untuk menjadi kesempatan untuk memberikan bentuk pembelajaran yang berbeda serta menambah keterampilan guru dalam mengajar siswa melalui metode yang baru digunakan. Selain itu metode mendongeng ini mampu meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa. 2. Bagi Siswa

Dengan metode mendongeng proses belajar akan lebih menarik. Pembelajaran yang kreatif dan inovatif akan membangkitkan minat belajar siswa ketika mengikuti proses pembelajaran. Dongeng juga akan memberikan nasihat dan petuah kepada siswa.

3. Bagi Peneliti

Bagi penulis, penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan dalam pengajaran yang kreatif dan inovatif serta tentunya bermanfaat. Selain itu, penulis juga akan menambah pengalaman dalam mengajar khususnya saat melakukan penelitian ini.

4. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan serta kontribusi sebagai kekayaan pustaka dalam dunia pendidikan khususnya dalam mengajar PKn dengan menggunakan metode mendongeng.

1.6 Batasan Pengertian

Peneliti membatasi pengertian terhadap beberapa istilah dalam penelitian ini, diantaranya adalah:


(25)

1. Minat belajar

Minat belajar adalah sebuah rasa yang muncul dari dalam diri siswa untuk ingin belajar. Minat yang akan ditingkatkan ialah minat belajar siswa dalam belajar PKn.

2. Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah hasil dari usaha belajar yang telah dicapai siswa. Prestasi belajar yang akan ditingkatkan ialah prestasi belajar siswa dalam pelajaran PKn. Penelitian ini akan mengambil nilai kognitif sebagai pembanding hasil penelitian dengan kondisi awal, karena kondisi awal hanya menggunakan penilaian kognitif.

3. Metode

Metode adalah cara yang digunakan peneliti dalam menyampaikan bahan materi pelajaran menggunakan mendongeng dalam proses pembelajaran. 4. Dongeng

Dongeng adalah cerita yang penuh dengan khayalan dan imajinasi, dalam penelitian ini dongeng akan ditambahkan materi pelajaran PKn yang akan disampaikan.

5. Mendongeng

Mendongeng merupakan keterampilan bercerita dengan memasukkan materi pelajaran ke dalam dongeng yang disampaikan oleh peneliti, dengan menggunakan berbagai media selama pembelajaran PKn kepada siswa kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu.


(26)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab II kajian pustaka berisi landasan teori, hasil penelitian sebelumnya, kerangka berpikir, dan hipotesis. Landasan teori membahas teori-teori yang relevan dengan penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang berisi pengalaman penelitian yang pernah ada, selanjutnya hasil penelitian dirumuskan dalam kerangka berpikir dan hipotesis yang berisi jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian.

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Minat Belajar

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang minat. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri, “semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat” (Slameto, 2003:180), sejalan dengan itu Winkel (1983:30) menuturkan bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang studi/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Dalam proses pembelajaran tentunya minat atau perhatian siswa terhadap sesuatu merupakan hal yang sangat penting diketahui oleh guru (Arikunto, 1980:103).Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa minat merupakan hal yang penting yang harus ada dalam


(27)

diri siswa agar mampu menetap pada suatu hal, dalam konteks ini yaitu menetap dalam pembelajaran.

2.1.1.1 Indikator Minat Belajar

Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

2. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

3. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati. 4. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya. 5. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Sependapat dengan itu, Winkel (2004:212) mengungkapkan bahwa ciri-ciri minat belajar adalah cenderung merasa tertarik dan senang pada materi atau topik yang sedang dipelajarinya. Hal demikian diungkapkan oleh Syah (2008:151) bahwa pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang dinginkan. Joko (2012:8) juga mengemukakan bahwa ada indikator-indikator siswa yang berminat dalam belajar, yakni ekspresi perasaan senang, perhatian dalam belajar, kemauan mengembangkan diri dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ciri-ciri minat belajar dapat dibagi menjadi empat indikator utama yakni:

1. Perasaan senang dan suka terhadap pembelajaran. 2. Usaha untuk mengembangkan diri.


(28)

10

3. Perhatian dalam pembelajaran. 4. Keterlibatan diri dalam pembelajaran.

Peneliti membagi menjadi empat indikator utama dikarenakan keempat indikator tersebut mewakili teori indikator minat belajar. Slameto (2003:58) mengutarakan ada lima indikator minat belajar, namun untuk poin indikator ada rasa suka dan senang pada sesuatu dan poin indikator lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lain, digabungkan menjadi satu yakni perasaan senang dan suka terhadap pembelajaran karena adanya kesamaan maksud yaitu rasa senang dan suka. Sementara untuk pendapat dari Winkel (2004:212) juga mendukung indikator perasaan senang dan suka terhadap pembelajaran.

2.1.1.2 Cara Menarik Minat Belajar

Menurut Arikunto (104-106) cara untuk mengusahakan agar unsur-unsur di dalam kelas dapat menjadi pusat perhatian siswa demi menarik minat belajar siswa, diantaranya adalah:

1. Bahan pelajaran yang menarik minat

“Bahan pelajaran merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayankan untuk dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu guru khususnya, atau pengembangan kurikulum umumnya tidak boleh lupa harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera di dalam


(29)

silabus berkaitan dengan kebutuhan siswa pada usia tertentu dan dalam lingkungan tertentu pula.”

2. Alat-alat pelajaran yang menarik minat

Unsur lain yang berfungsi mendukung penyampaian materi pelajaran adalah alat-alat pelajaran dan atau media pendidikan. Alat pelajaran hendaknya dipilih yang sesuai dengan usia siswa. Bagi anak-anak kecil alat-alat pelajaran dipilihkan yang berwarna-warni, ringan, dan bentuknya aneh. Jika penggunaan alat harus perseorangan, alat-alat tersebut dipilih yang tidak berbahaya.

3. Keadaan atau situasi yang menarik minat siswa

Keadaan atau suasan di dalam kelas hendaknya diusahakan sedemikian rupa sehingga tidak membosankan dan cepat membuat siswa menjadi lelah. Keadaan dan suasana menarik adalah yang mendukung terpenuhinya kebutuhan siswa yang baik kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani maupun rohani. Ruangan yang cukup luas dan dapat digunakan untuk bergerak leluasa, udara yang bebas dan segar sehingga memungkinkan siswa dapat bernafas dengan lega, dapat menarik minat siswa hanya pada pelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan kata lain, keadaan atau suasana lebih banyak merupakan faktor pendukung, bukan sebagai objek yang diperhatikan.

4. Guru yang menarik perhatian

Bagaimana guru bergaya dan berprilaku banyak dibicarakan di dalam strategi pengajaran.Suara yang cukup keras dengan intonasi yang naik


(30)

12

turun dengan teratur, pandangan mata yang menunjukkan kegairahan besar dalam mengabdikan diri demi ilmu pengetahuan, serta penguasaan terhadap siswa.

Berdasarkan cara-cara yang tertuang di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mencari minat siswa, guru harus mampu memfasilitasi usaha-usaha dalam meningkatkan minat siswa, sejalan dengan itu Winkel (1984:31) menyebutkan ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk membuat siswa berminat dalam belajar, antara lain:

1. Membina hubungan yang akrab dengan siswa.

Guru harus mampu membina hubungan yang baik dengan siswa sehingga tercipta keakraban dan terbina hubungan baik pula.

2. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit atau terlalu mudah. Bahan pelajaran yang diberikan tentunya mampu dipelajari oleh siswa tetapi tidak terlalu sulit bahkan terlalu mudah sehingga siswa mampu menerimanya.

3. Menggunakan media pembelajaran yang cocok.

Penggunaan media akan sangat membantu dalam proses belajar di kelas. 4. Menggunakan alat-alat pelajaran yang cocok.

Alat-alat pelajar yang digunakan ialah alat-alat yang mendukung prasana di kelas.

5. Menggunakan cara mengajar atau metode mengajar yang bervariasi.


(31)

6. Guru mampu menggunakan metode yang baik dalam mengajar agar materi pelajaran dapat tersampaikan dengan baik dan menarik, selain itu juga harus bervariasi sehingga siswa tidak bosan.

2.1.1.3 Cara Mengukur Minat Belajar

Minat belajar siswa dapat diukur menggunakan penilaian non tes. Masidjo (1995:59) mengatakan bahwa non tes merupakan rangkaian pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab dalam sebuah situasi. Penilaian non tes dapat berupa observasi (pengamatan), wawancara, kuesioner (angket), daftar cek dan catatan anekdot.

2.1.2 Prestasi Belajar

Dalam konteks sekolah, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman siswa sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Beberapa ahli menuturkan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa” (Hawadi, 2004). Selain itu prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan pretasi merupakan hasil dari proses belajar.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993:895) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata


(32)

14

pelajaran, lazimnya dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru. Darsono (2000:110) berpendapat bahwa “prestasi belajar siswa merupakan perubahan -perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan/kognitif, keterampilan/psikomotor, dan nilai sikap/afektif sebagai akibat interaksi aktif dengan lingkungan”. Sementara itu Sudjana (2009:22) mendefinisikan prestasi belajar sebagai “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar ialah hasil dari perubahan kemampuan dalam hal kognitif, afektif dan psikomotorik pada siswa setelah melalui pengalaman belajar di kelas.

2.1.2.1 Aspek Prestasi Belajar

Sudjana (2009, 22-23) menyebutkan bahwa klasifikasi prestasi belajar dari Bloom secara garis besar terdapat tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Berikut merupakan ketiga aspek tersebut:

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berpikir siswa, yang mana aspek ini berkaitan erat dengan kemampuan berpikir siswa yang meliputi enam aspek kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Aspek afektif

Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap, afektif menyangkut dengan sikap dan nilai dalam diri siswa. Lima aspek dalam


(33)

afektif yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasai, dan internalisasi.

c. Aspek psikomotorik

Aspek psikomotorik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik. Aspek ini menunjukkan kemampuan atau keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah menerima pengetahuan. Gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif merupakan aspek dalam psikomotorik.

2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Sudjana (1980:39-42) mengemukakan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik, dua faktor tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Faktor Intrinsik

Faktor ini merupakan faktor dalam diri siswa sehingga berasal dari dalam diri dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Faktor intrinsik meliputi motivasi, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan, ketekunan, sosial ekonomi dan fisik serta psikis.

2. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah faktor dari luar diri siswa atau dari lingkungan siswa. Kualitas dalam pengajaran di kelas juga faktor besar dalam segi ekstrinsik. Kualitas pengajarn dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti:


(34)

16

kompetensi guru dalam mengajar siswa, karakteristik kelas (suasana, sarana dan sumber belajar), serta karakteristik sekolah (kedisiplinan, adanya perpustakaan, tempat yang rapi, serta kenyamanan dalam belajar di lingkungan sekolah).

2.1.3 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dijelaskan dalam pasal 39 ayat 2 UU RI No. 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional, bahwa Pendidikan Pancasila mengarah pada moral yang dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar negara dengan negara serta pendidikan.

Berdasarkan pengertian tersebut, PKn memiliki peran penting dalam membentuk pribadi manusia yang memiliki jiwa Pancasila dalam hidup sehari-hari. Tujuan pembelajaran PKn adalah mampu membentuk warga Negara untuk melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara seperti yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.

2.1.4 Metode Pembelajaran 2.1.4.1 Pengertian Metode

Metode merupakan teknik atau cara yang harus dilalui untuk melakukan suatu pekerjaan dalam rangka mencapai suatu tujuan (Roestiyah, 1998:1), sama halnya dengan Sunaryo (1995:73) yang berpendapat bahwa metode adalah


(35)

cara yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil yang memuaskan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode adalah cara yang dianggap efisien yang digunakan untuk mencapai hasil yang memuaskan.

2.1.4.2 Pengertian Metode Pembelajaran

Metode di dalam pembelajaran memegang peranan yang sangat penting, karena merupakan tata cara dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan. Pasaribu (1983:13-15) mengutarakan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan, dengan pemilihan dan penggunaan metode dalam pembelajaran bertujuan untuk mempermudah mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Hal serupa juga diutarakan oleh Surakhmad dalam Wasimin (2009:3) bahwa metode pembelajaran adalah cara atau teknik yang digunakan dalam mengelola proses belajar mengajar sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Roestiyah (1998:1) berpendapat bahwa metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa dengan baik. Penggunaan metode secara tepat dan akurat, membuat guru mampu mencapai tujuan dalam pembelajaran, jadi guru sebaiknya menggunakan metode mengajar karena melalui metode pembelajaran guru dan siswa akan mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif dan efisien.


(36)

18

2.1.5 Dongeng

2.1.5.1 Pengertian Dongeng

Dongeng merupakan satu dari beberapa jenis cerita anak. Agus (2008:11) menjelaskan bahwa dongeng merupakan cerita berisi hiburan juga ajaran moral, selain itu dongeng menurut Alfandiyar (2007:23-24), dongeng merupakan salah satu cara yang efektif mengembangkan aspek-aspek kognitif (pengetahuan) afektif (perasaan, sosial), dan aspek kognitif (penghayatan) anak-anak, selain itu dongeng pun dapat membawa anak-anak pada pengalaman-pengalaman baru yang belum pernah dialaminya. Pendapat dari Endraswara (2002:115) mengungkapkan bahwa cerita anak pada dasarnya demi perkembangan anak, karena di dalamnya mencerminkan liku-liku kehidupan yang dapat dipahami oleh anak, melukiskan perasaan anak, dan menggambarkan pemikiran-pemikiran anak, sementara Sugihastuti (1996:69) menuturkan bahwa cerita anak adalah media seni yang mempunyai ciri-ciri tersendiri sesuai dengan selera penikmatnya dan tidak seorang pengarang cerita anak-anak mengabaikan dunia anak-anak. Penuturan di atas dapat disimpulkan bahwa dongeng untuk anak merupakan cerita anak yang berisi ajaran moral dan hiburan di mana terdapat liku-liku kehidupan untuk mengajari anak sesuai dengan pemahaman mereka demi merangsang perkembangan anak.

Dunia anak-anak tidak dapat diremehkan dalam proses kreatifnya, maka dari itu cerita anak diciptakan oleh orang dewasa seolah-olah merupakan ekspresi diri anak-anak lewat bahasa anak-anak. Priyono (2006:3) dalam bukunya mengelompokkan dongeng sebagai berikut:


(37)

1. Dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat (legenda) 2. Dongeng yang berkaitan dengan dunia binatang (fabel)

3. Dongeng yang berkaitan dengan fungsi pelipur lara

4. Dongeng yang berkaitan dengan kepercayaan nenek moyang (mite) 5. Dongeng yang berkaitan dengan cerita rakyat.

Pengelompokkan dongeng di atas juga menjadi pilihan bagi seseorang untuk memilih dongeng mana yang akan digunakan sebagai dongeng untuk diceritakan kepada anak Bimo (2011:37) pemilihan tema cerita menjadi penting dikarenakan dalam memilih dongeng kita harus selalu sesuai dengan tema, kondisi acara, siapa audience kita yang semuanya akan menentukan materi atau isi dongeng kita.

2.1.5.2 Ciri-Ciri Cerita Anak

Endarswara (2002:119) mengatakan bahwa ada tiga ciri-ciri cerita anak, yakni:

1. Berisi sejumlah pantangan, yang dimaksud adalah dalam cerita hanya hal-hal tertentu saja yang boleh diberikan dan tidak semua harus disampaikan perlu ada penyesuaian.

2. Penyajian secara langsung, kisah yang ditampilkan memberikan uraian secara langsung, tidak berkepanjangan.

3. Memiliki fungsi terapan, yakni memberikan pesan dan ajaran kepada anak-anak.

2.1.5.3 Unsur-Unsur dalam Cerita Anak

Lustantini (1998:16) penyebab ketertarikan audience pada dongeng yang akan disampaikan tidak terlepas dari empat unsur penting dongeng. Unsur-unsur


(38)

20

tersebut haruslah ada dalam cerita anak yang akan dibawakan. Unsur-unsur pembangun cerita anak tersebut, antara lain:

1. Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa yang ada dalam cerita. Tokoh dapat memiliki dua sifat, yaitu protagonis (karakter yang melambangkan kebaikan, menunjukkan sikap positif dan merupakan contoh yang layak ditiru) dan antagonis (karakter yang berlawanan dengan tokoh protagonis, merupakan karakter yang harus dijauihi perbuatannya).

2. Latar atau setting

Latar (setting) yaitu tempat maupun waktu terjadinya cerita. Latar merupakan keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Latar ada dua macam, yaitu latar sosial (mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup maupun bahasa) dan latar fisik atau material (mencakup tempat seperti bangunan atau daerah).

3. Tema dan Amanat

Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan cerita rekaan oleh pengarangnya (Aminuddin dalam Siswanto, 2008:161). Tema merupakan konsep abstrak yang dimasukkan


(39)

pengarang ke dalam cerita yang ditulisnya. Berikut penjelasan tentang tema:

a. Tema adalah arti pusat yang terdapat dalam cerita.

b. Pengarang menampilkan tema karena ada maksud tertentu atau pesan yang ingin disampaikan dan maksud atau pesan yang ingin disampaikan itu disebut amanat.

Amanat adalah gagasan yang mendasari suatu pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar (Siswanto, 2008: 162) jadi, amanat merupakan gagasan yang mendasari karya atau suatu pesan baik tersirat maupun tersurat dalam suatu karya.

4. Alur

Alur adalah konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan yang dialami oleh pelaku. Sudjiman (dalam Siswanto 2008: 159) menyatakan bahwa alur adalah peristiwa yang diurutkan membangun pokok cerita. Alur ada dua macam, yaitu alur lurus dan alur sorot balik. Alur lurus adalah peristiwa yang disusun mulai dari awal, tengah kemudian akhir yang diwujudkan dengan pengenalan, mulai bergerak, menuju puncak dan penyelesaian. Alur sorot balik adalah urutan peristiwa uang dimulai dari tengah, awal, akhir atau sebaliknya. Alur ditutup dengan ending, yaitu happy ending (bahagia) atau sad ending (sedih).

Unsur-unsur penting di atas merupakan kunci ketertarikan pada suatu dongeng. Unsur-unsur di atas mempermudah siswa dalam memahami cerita anak.


(40)

22

Keempat unsur-unsur dalam cerita anak meliputi tokoh, latar, tema dan amanat, akan menjadi bahan penelitian, sedangkan alur tidak termasuk dalam kompetensi yang akan diteliti oleh penulis dikarenakan materi ajar kelas 2 tematik maka akan memasukkan mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk mengidentifikasi unsur cerita.

2.1.6 Mendongeng

2.1.6.1 Pengertian mendongeng

Menurut Agus (2008:14) mendongeng merupakan kegiatan bercerita atau menuturkan cerita secara lisan, di samping itu kegiatan bercerita seperti mendongeng ini juga dinilai efektif karena cerita umumnya lebih berkesan daripada nasihat murni, selain itu melalui cerita manusia dididik untuk mengambil hikmah tanpa merasa digurui (Bimo, 2011:16). Mendongeng ialah kegiatan menceritakan sesuatu ke pada penonton (audience) dengan tujuan menyampaikan pesan dengan bantuan media yang bercerita tidak disebut dalang tetapi pendongeng selain itu, bahan-bahan yang digunakan tidak terikat pada pakem-pakem tertentu seperti, adanya musik pengiring, waktu pementasan, dan bahan yang digunakan jadi, para pendongeng dapat memodifikasinya tergantung pada kreativitas pendongeng dan sesuai dengan bahan yang ada. Mendongeng juga memanfaatkan beberapa media dalam penyampaiannya seperti wayang, boneka, gambar, kostum, tata rias dan properti lainnya.


(41)

2.1.6.2 Pelaksanaan Mendongeng

Sebelum melaksanakan kegiatan mendongeng, hendaknya melakukan berbagai macam persiapan mulai dari langkah dalam mendongeng, pemilihan cerita, kiat-kiat dalam mendongeng, hal-hal yang harus diperhatikan dan perlengkapan mendongeng. Berikut hal-hal yang harus dicermati dalam pelaksanaan mendongeng:

a. Langkah dalam Mendongeng

Abdul Aziz (2002:30-34) menjelaskan langkah-langkah mendongeng dalam proses pembelajaran yaitu:

1. Pemilihan Cerita

Dalam mendongeng hendaknya memilih cerita yang benar-benar dikuasai atau sudah paham cerita dalam dongeng, sebab cerita yang akan disampaikan, khususnya apabila diambil dari buku ini, memuat berbagai cerita dengan aneka bentuk, sedangkan jika mengambil bahan selain dari buku ini maka sebaiknya guru memilih satu bentuk cerita saja.

2. Persiapan Masuk Kelas

Sebelum masuk kelas, guru hendaknya mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan dalam mendongeng, yang perlu diketahui bagi para guru bahwa setiap menit waktu yang digunakan untuk berfikir dan mengolah cerita sekaligus mempersiapkannya sebelum pelajaran dimulai, akan membantu dalam penyampaian cerita dengan mudah. Begitu juga saat menggambarkan berbagai peristiwa di hadapan anak-anak, ia dapat melakukannya dengan jelas. Ia mampu karena ia telah memikirkannya,


(42)

24

merancang gambaran alur cerita dengan jelas, dan menyiapkan kalimat-kalimat yang akan disampaikannya sebelum masuk kelas.

3. Posisi Duduk Siswa

Ketika bercerita, yang diharapkan adalah perhatian para siswa dengan sepenuh hati dan pikiran mereka, oleh karena itu guru harus dapat menguasai cerita yang disampaikan dengan baik, sehingga mereka dapat mengikuti jalan cerita. Keperluan ini digunakan ketika penceritaan berlangsung, para siswa hendaknya diposisikan secara khusus, tidak seperti waktu mereka belajar menulis dan membaca, karena yang terpenting adalah siswa dapat menerima cerita yang disampaikan secara aktif, tidak duduk sesukanya dan kalau perlu mereka dapat berdiri sejenak. Suasana seperti ini akan jauh dari kesan resmi, tidak seperti umumnya pelajaran lain dan tidak lupa diantara guru dengan murid harus terjalin keakraban yang wajar.

Selain itu Agus (2002:99) juga menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam mendongeng ialah sebagai berikut:

1. Berkonsentrasi untuk mengingat kembali dongeng yang akan dibawakan. Mencoba mengingat urutan cerita, tokoh-tokoh dalam dongeng, dan membayangan seperti apa dongeng akan dibawakan.

2. Mempersiapkan kejutan-kejutan untuk diberikan kepada anak-anak ketika proses mendongeng.

3. Buatlah kartu pengingat untuk mempermudah alur cerita. Kartu pengingat berisi tulisan pendek hanya untuk pengingat dan bisa ditempel dibelakang gambar.


(43)

4. Setelah semua siap, mulailah dengan menyapa anak-anak.

5. Setelah menyapa kemudian mulailah dengan mendongengkan cerita untuk anak-anak.

Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti menggabungkan ke dalam 6 langkah pokok di mana setiap langkah-langkah yang menyerupai atau sama akan dijadikan sebagai satu langkah. 6 langkah dalam mendongeng antara lain:

1. Pemilihan cerita yang sesuai dengan materi pelajaran.

Pemilihan cerita didasarkan pada materi yang akan dipelajari, cerita akan dibuat sendiri sehingga siswa akan lebih mudah menangkap isi dan jalan cerita yang akan dibawakan.

2. Mengkondisikan siswa di kelas.

Guru akan mulai dengan mempersiapkan siswa sebelum dongeng dimulai, menarik perhatian siswa dengan menyapa, nyanyian dan mengubah posisi duduk agar tidak monoton.

3. Menunjukkan media yang akan digunakan pada siswa.

Guru akan menunjukkan media pada siswaa, sehingga siswa akan merasa tertatik di awal dan menunggu penggunaan media. Adapun media yang digunakan berbeda di setiap pertemuan yakni: boneka flanel, wayang karton, papan background, kostum dan buku raksasa.

4. Guru mendongeng menggunakan media dengan melibatkan siswa.

Penggunaan media akan melibatkan siswa, di mana sesaat siswa akan menjadi tokoh dongeng dengan menggunakan boneka flanel atau


(44)

26

wayang, siswa juga akan menggambar di buku raksasa yang telah dipersiapkan sebelumnya.

5. Guru mengajukan pertanyaan tentang tokoh dan amanat dalam dongeng. Dalam mendongeng guru juga mengajukan pertanyaan seputar dongeng seperti:”Siapa tokoh kesukaan kalian?”, “ Bagaimana sifat dari tokoh dalam dongeng tadi?” dan pertanyaan lainnya.

6. Guru mengkaitkan dongeng dengan materi pelajaran melalui tanya jawab.

Guru juga akan mengkaitkan dongeng dengan materi pelajaran yang dipelajari seperti menanyakan contoh perbuatan tokoh dongeng yang akan dicontoh siswa dalam keseharian, perbuatan yang tidak boleh dilakukan, dan lainnya.

Peneliti menyimpulkan menjadi 6 langkah pokok, di mana langkah-langkah tersebut menjadi langkah-langkah metode mendongeng dalam penelitian ini. b. Pemilihan Cerita

Dalam mendongeng tentunya ada cerita yang akan dibawakan, oleh karena itu Agus (2008:96-97) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih cerita yang baik, hal tersebut adalah:

1. Pilih tema cerita yang cocok untuk anak-anak.

2. Alur cerita dan kalimat di dalam cerita sederhana dan tentunya mudah dimengerti.

3. Apabila menggunakan buku cerita, halaman buku tidak terlalu banyak.


(45)

4. Ada pesan moral yang bijak di setiap akhir cerita sehingga anak akan mendapat makna serta kesan yang mendalam.

5. Dapat menginspirasi suatu tindakan moral.

6. Menimbulkan perasaan senang ketika anak mendengar cerita tersebut. 7. Membantu anak mengarahkan mereka untuk memahami dunia mereka

sendiri.

8. Kesimpulan cerita harus memotivasi perkembangan anak-anak.

Berdasarkan hal di atas, tentunya dalam memilih cerita tidak sembarangan sehingga bagi para pendongeng harus benar-benar mengetahui isi dari cerita yang akan didongengkan.

c. Kiat-Kiat Penting dalam Mendongeng

Menurut Hendri (2013:108-114), terdapat beberapa kiat-kiat penting dalam mendongeng, di antaranya:

1. Berdoa sebelum mendongeng

Agar dapat berjalan dengan lancar sebelum memulai kegiatan mendongeng, diawali dengan berdoa.

2. Mendongeng dengan cinta

Suasana yang akrab dengan anak akan membuat anak merasa nyaman dan senang serta betah dengan apa yang kita sampaikan sehingga ketika memasuki ruang tunjukkanlah wajauh senang dan sapaan hangat untuk anak-anak.


(46)

28

Memberi salam dan senyum hangat akan membuat anak menyambut kita dan menciptakan suasana menyenangkan.

4. Memilih cerita yang sesuai dengan minat dan keseharian anak

Cerita yang harus benar-benar dipilih dengan seksama, ini dimaksudkan agar anak mudah menyerap isi cerita dan agar anak mau untuk mendengarkan cerita hingga selesai karena mereka merasa tertarik.

5. Mendorong anak untuk berdiskusi dengan cerita

Dalam mendongeng kita bisa libatkan siswa dengan pertanyaan-pertanyaan dalam dongeng agar kita bisa lebih menghidupkan dongeng yang kita bawakan sehingga akan terbangun komunikasi antara kita dengan anak.

6. Jangan membentak

Adakalanya anak merasa jenuh dan tidak siap, namun untuk mendapatkan perhatian anak janganlah membentak mereka, lebih baik melakukan pendekatan terlebih dahulu agar anak menjadi siap.

7. Menggunakan musik bibir

Pendongeng dapat mempengaruhi anak dengan menggunakan musik bibir seperti “bem bem bem tik-tik-tik bem bem bem…”

8. Memberikan reward

Reward diberikan setelah kita selesai bercerita, reward bisa berupa materi yang diberikan dengan menjawab pertanyaan, cara ini juga sebagai cara untuk mengevaluasi sejauh mana anak menyimak.


(47)

d. Hal yang Harus Diperhatikan Saat Mendongeng

Agus (2008:124-125) menuliskan bahwa ada 6 hal nonverbal yang hendaknya diperhatikan dalam mendongeng. Enam hal tersebut adalah:

1. Pola dan irama bicara.

Pola dan irama bicara saat mendongeng haruslah benar-benar jelas sehingga bisa ditangkap dan dipahami anak dengan mudah.

2. Jarak dengan audience.

Jangan berdiri terlalu dekat namun juga jangan menempatkan diri terlalu jauh dengan audience.

3. Gerak dan sikap tubuh

Sebagai pedongeng gerak dan sikap tubuh nerupakan salah satu cara yang penting yang digunakan untuk mengkomunikasikan atau menunjukkan emosi.

4. Kontak mata

Saat anda mendongeng, aturlah dan usahakanlah agar pandangan mata anda terbagi rata, tidak melulu memandang satu sudut yang kita suka.

5. Suara saat bicara

Saat mendongeng anda, harus benar-benar konsisten dalam memperdengarkan suara-suara lembut dan merdu, atau suara-suara aneh yang jarang dan belum pernah didengar anak.


(48)

30

6. Penampilan

Sebagai pendongeng sebaiknya tampil wajar atau bernampilan secara wajar, apabila menggunakan kostum hendaknya yang sesuai dengan tema dongeng yang dibawakan.

Selain hal di atas, dalam mendongeng, Bimo (2011:40) mengutarakan bahwa:

Secara garis besar unsur-unsur penyajian cerita yang harus dikombinasikan secara proposional adalah (1) narasi; (2) dialog; (3) ekspresi (terutama mimik muka); (4) visualisasi gerak/peragaman(akting); (5) ilustrasi suara, baik suara lazim maupun suara tidak lazim; (6) media/alat peraga; (7) teknis ilustrasi lainnya misalnya lagu, permainan, musik, dan sebagainya.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka dalam mendongeng unsur-unsur di atas harus diperhatikan agar pelaksanaan mendongeng dapat berjalan dengan lancar. e. Perlengkapan Mendongeng

Dalam mendongeng, tentunya memerlukan perlengkapan sebagai alat bantu dalam menyampaikan dongeng, adapun alat peraga atau media akan sangat membantu penyampaian dongeng. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi (Sadiman,1984:7). Notoatmojo (1993:73) menjelaskan bahwa tujuan penggunaan alat peraga yaitu :

1. Sebagai alat bantu dalam latihan atau pendidikan

2. Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah. 3. Untuk mengingatkan sesuatu pesan atau informasi.


(49)

4. Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, dan tindakan.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh (Cakra, 2012:73) bahwa alat peraga adalah wahana atau media untuk menerangkan atau mempraktikkan pada anak didik. Anak akan cepat menangkap apabila dongeng diperagakan secara langsung dengan alat peraga tersebut. Sebagaimana yang diungkap di atas maka peran media dalam mendongeng juga akan menambah daya tarik tersendiri bagi siswa. Berdasarkan tujuan di atas, maka alat peraga dapat membantu siswa dalam memahami isi cerita yang didongengkan karena tujuan alat peraga sebagai alat bantu dan untuk menjelaskan dan mengingat isi cerita.

Di dalam mendongeng ada beberapa pilihan alat peraga seperti yang ditulis Bimo (2011:66-69), alat peraga tersebut diantaranya dengan membacakan cerita, peraga gambar, papan flanel dan boneka. Penggunaan alat peraga tentunya dimaksudkan agar mempermudah siswa untuk menangkap isi cerita, selain itu alat peraga yang lucu dan menarik tentunya membuat siswa semakin betah untuk memperhatikan dongeng yang dibawakan. Berikut beberapa alat peraga yang digunakan peneliti dalam pelaksanaan mendongeng:

1. Boneka Tangan

Boneka flanel terbuat dari kain flanel yang dijahit atau direkatkan dengan lem, penggunaan boneka tangan cukup mudah hanya dengan memasukkan tangan pendongeng ke dalam sarung boneka. Boneka seperti ini juga bisa diganti dengan menggunakan bahan kain perca atau kain bekas yang dijahit dengan pola serupa dengan boneka flanel.


(50)

32

Gambar 2.1 Boneka Tangan 2. Wayang Karton

Wayang dibuat dengan menggunakan karton dengan pola gambar yang kemudian diberi warna, wayang cukup mudah digunakan dengan memegang tongkat di bawah gambar. Siswa juga dapat membuat wayang kreasi seperti wayang dalam mendongeng sehingga hal ini dapat dikaitkan dengan mata pelajaran seni atau kerajinan tangan.

Gambar 2.2 Wayang Karton 3. Papan Background


(51)

Papan ini terbuat dari bambu dan berfungsi untuk meletakkan gambar-gambar yang akan digunakan sebagai setting tempat dalam kegiatan mendongeng.

Gambar 2.3 Papan Background 4. Kostum

Dalam mendongeng juga bisa menggunakan kostum, peneliti telah memodifikasi kostum sehingga mudah digunakan juga dengan waktu yang sangat cepat. Kostum yang dibuat tidaklah rumit, disini digunakan beberapa kain yang digabung. Kemudian untuk pemakaian kostum hanya tinggal direkatkan antar bagian sehingga tidak repot dalam pemakaiannya.


(52)

34

5. Buku Cerita

Buku cerita bisa menjadi pilihan dalam menyampaikan dongeng. Buku yang dibuat berikut ini termasuk dalam ukuran besar sehingga memudahkan siswa untuk mengetahui latar cerita dan kejadian dalam cerita yang disampaikan.

Gambar 2.5 Buku Cerita

2.1.7 Mendongeng Sebagai Metode Pembelajaran PKn

Mendongeng tentunya bisa menjadi sebuah metode dalam mengajar seperti yang disampaikan oleh Hendri (2013:30), di mana metode ini memiliki daya hibur yang luar biasa, juga mengasyikan sehingga siswa tidak seperti digurui. Hendri (2013: 200) juga menyampaikan bahwa dongeng yang disampaikan melalui metode mendongeng dalam pembelajaran bisa disampaikan sebagai pengantar atau selipan dalam pelajaran PKn Dengan mendongeng penyampaian pesan-pesan moral bisa dijalankan dengan baik. Mendongeng juga dapat dijadikan suatu alat untuk menyampaikan pendidikan atau pelajaran akhlaq (Cakra, 2012:2), anak tidak akan merasa digurui ketika guru bercerita. Sejalan dengan Hendri, dalam


(53)

bukunya yang berjudul A Book for Children Literature, (Hollowell dalam Agus, 2009:44) mengemukakan bahwa:

Dongeng dapat mengembangkan imajinasi dan memberikan pengalaman emosional yang mendalam, memuaskan kebutuhan ekspresi diri, menanamkan pendidikan tanpa harus menggurui, menumbuhkan rasa humor yang sehat, mempersiapkan apresiasi sasta, dan memperluas cakrawala khayalan anak.

Pesan moral yang dimaksud juga tertera pada pelajaran PKn yang akan diteliti yakni materi nilai-nilai Pancasila di mana materi tersebut bukan hanya sebatas materi namun juga pada penanaman moral. Dongeng yang disampaikan akan menjadi jembatan komunikasi antara guru dan siswa, pembelajaran akan menjadi efektif bagi anak-anak, pelajaran juga akan terasa menyenangkan bahkan menarik untuk terus disimak. Bagi siswa mereka dapat menangkap isi dan pesan dongeng yang disampaikan oleh guru kelas, seperti halnya yang disampaikan oleh Priyono (2006:26) bahwa kelompok anak usia 6-9 tahun sudah dapat menangkap sisi baik dan sisi buruk dari setiap cerita yang didongengkan oleh orang tua atau guru di sekolah.

Dongeng juga merupakan sumber inspirasi yang baik bagi pendidikan anak. Takwin dalam Hendri (2013:56) menyebutkan bahwa banyak hal yang dapat dipetik dari kegiatan mendongeng untuk pembelajaran, diantara hal-hal tersebut yaitu:

1. Melatih kemampuan menyimak.

Mendengarkan dongeng yang diperagakan akan membuat siswa berusaha menangkap isi, alur dan kejadian di dalam dongeng sehingga dengan demikian siswa juga akan belajar untuk menyimak sebuah cerita.


(54)

36

2. Mengembangkan sikap positif anak terhadap buku dan kegiatan membaca Kegiatan mendongeng akan menjadikan siswa senang untuk mendengarakan dongeng lagi tidak hanya sekali, apabila tidak ada kesempatan mendongengkan anak, maka siswa dapat membaca buku dongeng secara mandiri sehingga menambah motivasi mereka untuk gemar membaca.

3. Menumbuhkan empati dan simpati.

Pesan moral yang ada di dalam dongeng akan menuntun anak untuk belajar empati dan simpati dalam kehidupan mereka.

4. Menanamkan hikmah cerita.

Setiap dongeng yang diberikan tentunya harus terdapat hikmah dalam cerita tersebut, sehingga tidak hanya sebatas cerita. Penyampaian dongeng yang berkesan akan membuat anak secara tidak sadar akan meniru dan mengambil hikmah dari dongeng yang dibawakan.

5. Mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak.

Kreativitas dan imajinasi anak tidak ada batasnya, dongeng juga akan mengembangakan kreativitas anak ketika diminta untuk memperagakan tokoh kesukaan mereka serta mengembangkan imajinasi mereka dalam menangkap isi dongeng itu sendiri.

Manfaat-manfaat dongeng tersebut juga sejalan dengan pendapat Agus (2009:22) yang mengungkapkan bahwa manfaat kebiasaan mendongeng, misalnya adalah anak belajar mendengar, berkonsentrasi, menyerap kosa kata, membedakan suara-suara dan intonasi, secara tidak langsung anak juga mulai mengenal


(55)

tema dongeng. Berdasarkan manfaat di atas yang telah disebutkan tadi dapat diketahui bahwa mendongeng memiliki banyak manfaat bagi anak yang dapat diberikan pula saat proses pembelajaran di sekolah berlangsung.

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Terdapat dua penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, penelitian tersebut adalah:

1. Penelitian yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Retno Hartiningsih (2003) yang berjudul “Kemampuan Menyimak Dongeng Detektif Kancil Melalui Media Audio Visual Siswa Kelas I Sekolah Dasar

Pius I Wonosobo Tahun Ajaran 2002/2003”. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini berfokus pada aspek pengetahuan, pemahaman dan aplikasi siswa. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa aspek pengetahuan dengan bobot 20% mendapat hasil baik sekali, sementara aspek pemahaman dengan bobot 30% mendapat hasil yang cukup dan untuk aspek aplikasi siswa mendapat bobot 50% mendapat hasil baik sekali sehingga rata-rata dari semua aspek yang dinilai dapat dikategorikan bahwa kemampua menyimak tersebut mendapat hasil baik. 2. Penelitian lain ialah penelitian oleh Silfiana Mety (2010) yang berjudul

“Penerapan Pendekatan PAKEM untuk Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Dongeng Siswa Kelas V SDN 1 Panjangrejo Pundong

Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010” dengan jenis penelitian yakni deskriptif kuantitatif, instrumen yang digunakan ialah tes pilihan ganda dan


(56)

38

nont tes (wawancara, kuesioner dan jurnal). Adapun hasil penelitian yang dilakukan pada 30 siswa tersebut ialah skor rata-rata siklus I ialah 72,13 sedangkan siklus II menjadi 82,86 sehingga terjadi peningkatan sebesar 10,73% dan penerapan pendekatan PAKEM berhasil meningkatkan kemampuan mengapresiasi dongeng.

3. Penelitian ialah penelitian oleh Regina Nona yang berjudul “Kemampuan Mneyimak Cerita Anak Sepatu Baru Melalui Media Audiovisual pada Siswa

Kelas II SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011”

Peneliti menggunakan tes semi obyektif pada kategori tes jawaban singkat. Populasi dalam penelitian ini adal 30 siswa kelas II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan menyyimak cerita anak melalui media audiovisual berkategori baik seklai (A) dengan skor rata-rata 54,1 atau nilai 85.8%.


(57)

Gambar 2.6 Literatur Map Penelitian yang Relevan

Berdasarkan literatur map tersebut, maka bisa diamati bahwa terdapat tiga penelitian yang berfokus pada dongeng dan cerita anak. Dua penelitian membahas kemampuan siswa dalam menyimak dongeng dan cerita anak, sedangkan satu penelitian membahasa penerapan pendekatan PAKEM untuk mengapresiasi dongeng. Ketiga penelitian tersebut menunjukan adanya keberhasilan dalam menggunakan audiovisual dan pendekatan PAKEM dalam mengapresiasi dongeng

Hartiningsih (2003). Kemampuan Menyimak Dongeng Detektif Kancil Melalui Media Audio Visual

Siswa Kelas I Sekolah Dasar Pius I Wonosobo Tahun Ajaran

2002/2003

Silfiana, Mety (2010). Penerapan Pendekatan PAKEM untuk Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Dongeng Siswa

Kelas V SDN 1 Panjangrejo Pundong Bantul Yogyakarta Tahun

Ajaran 2009/2010

Nona, Regina (2011). Kemampuan Mneyimak Cerita Anak Sepatu Baru

Melalui Media Audiovisual pada Siswa Kelas II SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta Tahun

Ajaran 2010/2011

Cerita Anak Penggunaan dongeng

Peningkatan Minat Belajar dan Prestasi Belajar PKn pada Siswa kelas

II SD Pangudi Luhur Sedayu dengan Metode Mendongeng


(58)

40

serta tingkat pemahaman anak dam menyimak dongeng, sehingga dari penelitian-penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa media mampu mengoptimalisasi penyampaian dongeng kepada siswa, serta penggunaan pendekatan seperti PAKEM juga mampu membuat siswa menangkap dan mengapresiasi dongeng, oleh karena itu peneliti akan mengangkat topik mendongeng untuk metode pembelajaran.

2.3 Kerangka Berpikir

Mengenal nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari adalah materi yang penting untuk diajarkan pada siswa kelas II Sekolah Dasar. Selain mengenal nilai-nilai yang ada tentunya siswa diharapkan mampu mempraktekkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Ada banyak cara yang dilakukan untuk mengenalkan nilai-nilai tersebut salah satunya dengan mendongeng. Dongeng merupakan salah satu cara yang efektif mengembangkan aspek-aspek kognitif (pengetahuan) afektif (perasaan, sosial), dan aspek psikomotorik (ketrampilan) anak-anak. Sayangnya banyak guru masih menggunakan metode konvensional dalam mengajar, padahal sudah jelas bahwa metode seperti itu tidak dapat memaksimalkan baik minat belajar maupun prestasi belajar. Pemilihan metode yang tepat seperti mendongeng dapat mengatasi kondisi awal yang hanya mengandalkan metode konvensional dan metode yang membosankan bagi siswa. Mendongeng dapat menjadi bagian dari ketrampilan berbicara, di mana di dalam kelas guru harus dapat berkomunikasi baik dengan siswa saat menyampaikan materi yang berbentuk cerita kepada siswa.


(59)

Selain itu, terjadi pengabungkan antara unsur komunikasi dan penggunaan media pembelajaran, disaat guru mendongeng terjadi suatu proses komunikasi antar guru dengan siswa. Pembelajaran seperti ini memacu guru untuk berusaha membantu siswa dalam mengenal nilai-nilai kehidupan yang disampaikan melalui dongeng.

Mendongeng juga memiliki banyak manfaat serta mampu menarik minat siswa, selain menggunakan media yang beragam seperti gambar, wayang, boneka maupun kostum sederhana, siswa akan merasa lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Media yang digunakan dalam mendongeng tentunya tidak hanya berfungsi sebagai penarik minat siswa namun juga sebagai media bantuan siswa dalam memahami isi dongeng yang mereka dengar. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan dongeng sebagai bahan ajar untuk siswa, namun pada penelitian ini, akan berfokus pada metode mendongeng bukan sekedar dongengnya saja, namun cara penyampaian dongenglah yang akan ditekankan. Melihat dari keberhasilan penelitian terdahulu maka dari itu peneliti menggunakan mendongeng sebagai metode yang efektif digunakan saat pembelajaran PKn. Jika penggunaan metode mendongeng diterapkan dalam pembelajaran, maka minat belajar dan prestasi belajar siswa SD Pangudi Luhur Sedayu meningkat.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti membuat hipotesis tindakan untuk penelitian sebagai berikut:


(60)

42

1. Upaya peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn menggunakan metode mendongeng dilakukan dengan langkah-langkah yakni: (1) Pemilihan cerita yang sesuai dengan materi pelajaran, (2) Mengkondisikan siswa di kelas, (3) Menunjukkan media yang akan digunakan pada siswa, (4) Guru mendongeng menggunakan media dengan melibatkan siswa, (5) Guru mengajukan pertanyaan tentang tokoh dan amanat dalam dongeng, (6) Guru mengkaitkan dongeng dengan materi pelajaran melalui tanya jawab.

2. Pengunaan metode mendongeng dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

3. Penerapan metode mendongeng dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu semester genap tahun pelajaran 2012/2013.


(61)

43 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini peneliti memaparkan tentang jenis penelitian, setting penelitian, rencana penelitian, persiapan, rencana setiap siklus, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan instrumen, teknik analisis data, dan indikator keberhasilan.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah PTK atau penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa. Penelitian tindakan kelas memiliki beberapa tahapan yakni (1) perencanakan, (2) tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi. Hal ini juga diutarakan oleh Kasboelah (2001:8) bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas dan upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dari kegiatan tugas sehari–hari di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang sejatinya berupaya memperbaiki kualitas pendidikan di sekolah baik dari segi guru maupun siswa dalam pembelajaran demi tercapainya kualitas sekolah.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model PTK milik Stephen Kemmis dan Mc Taggart tahun 1988. Sukardi (2003:215) juga berpendapat bahwa PTK model spiral refleksi diartikan sebagai suatu kesatuan proses yang dilakukan


(62)

44

secara berulang dan diperbaiki melalui refleksi”. Berikut adalah skema penelitian yang dilakukan:

Gambar 3.1 Skema Penelitian (adaptasi dari Kemmis dan Mc Taggart dalam Hopkins, 2011:92)

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 orang yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

1. Perencanaan

2. Tindakan SIKLUS I

3. Observasi 4. Refleksi

1. Perencanaan

2. Tindakan

3. Observasi 4. Refleksi SIKLUS II


(63)

3.2.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah minat belajar dan prestasi belajar siswa di kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu dengan metode mendongeng. Standar Kompetensi yang akan digunakan ialah “Menampilkan nilai-nilai Pancasila”. Peneliti akan menggunakan Kompetensi Dasar yaitu “Mengenal nilai kejujuran, kedisiplinan, dan senang bekerja dalam kehidupan sehari-hari”.

3.2.3 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Pangudi Luhur Sedayu dengan alamat Gubug, Argosari, Sedayu, Bantul, Yogyakarta 55752.

3.2.4 Waktu Penelitian

Secara rinci pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan dapat diamati pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No Keterangan 2013

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli 1 Penyusunan

proposal √ √ 2 Perijinan kepada

pihak sekolah √

3 Penelitian √

4 Pengolahan data √ √

5 Pembahasan √


(64)

46

3.3 Rencana Tindakan

Rencana tindakan dalam penelitian ini terdiri dari perencanaan sebelum penelitian dan rencana setiap siklus. Penjelasan tentang rencana tersebut terdapat di bawah ini.

3.3.1 Persiapan Penelitian

Kegiatan persiapan penelitian dimulai dengan meminta surat perijinan dari kampus yang diminta dari sekretariat prodi PGSD untuk perijinan melakukan observasi, kemudian setelah mendapatkan surat tersebut peneliti kemudian menuju sekolah yang dipilih yang juga tepat untuk melakukan PPL untuk kemudian bertemu kepala sekolah SD Pangudi Luhur Sedayu. Peneliti kemudian memohon ijin untuk melakukan kegiatan penelitian di SD tersebut. Setelah mendapatkan ijin, peneliti menemui guru kelas untuk mendapatkan informasi mengenai kegiatan pembelajaran kelas II, peneliti melakukan tanya jawab mengenai proses pembelajaran dan kondisi kelas II. Peneliti juga meminta ijin untuk melakukan observasi di kelas II, disini peneliti menggunakan alat bantuan seperti kamera untuk merekam secara sederhana kondisi pembelajaran sebagai pandangan awal permasalahan.

Persiapan selanjutnya adalah mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang didapatkan melalui observasi di kelas. Peneliti kemudian menyusun rumusan masalah, juga mengkaji kompetensi dasar dan materi pokok yang menjadi permasalahan di kelas II. Peneliti kemudian menyusun instrumen pembelajaran yang berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa


(65)

(LKS), keduanya dibuat setiap pertemuan dalam setiap siklus. Peneliti juga menyiapkan perangkat media pembelajaran dan alat peraga mendongeng, dan kemudian langkah selanjutnya adalah menyusun instrumen pembelajaran yang berupa kisi-kisi dan lembar observasi, kisi-kisi dan lembar kuesioner (angket) dan kisi-kisi serta soal evaluasi.

Berdasarkan kesepakatan dengan guru kelas maka pada penelitian ini peneliti sendiri yang akan menjadi guru kelas. Hal ini dikarenakan guru kelas ingin mengetahui bagaimana metode mendongeng digunakan dalam kelas, sehingga guru dapat mengamati serta memberikan masukan selama penelitian berlangsung, selain itu peneliti juga memilih untuk melakukan peran sebagai guru kelas langsung agar penggunaan metode dapat berjalan dengan maksimal sesuai yang telah dipelajari oleh peneliti serta agar pembelajaran yang berlangsung lebih mudah dilakukan karena peneliti terlebih dahulu memahami mengenai metode mendongeng.

3.3.2 Rencana Siklus I

Siklus ini terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tahap-tahap ini akan dijelaskan di bawah ini.

3.3.2.1 Perencanaan

Pada tahap perencanaan peneliti terlebih dahulu merancang dan menyiapkan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Hal-hal yang perlu dipersiapkan yaitu silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), instrumen evaluasi, refleksi dan media pembelajaran. Peneliti juga akan


(1)

Foto-Foto

Foto-FotoFoto-FotoFoto-Foto SelamaSelamaSelamaSelama PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian SiklusSiklusSiklusSiklus IIII

Suasana

SuasanaSuasanaSuasana KelasKelasKelasKelas SiswaSiswaSiswa bernyanyiSiswabernyanyibernyanyibernyanyi lagulagulagulagu apersepsiapersepsiapersepsiapersepsi

Siswa

SiswaSiswaSiswa menjawabmenjawabmenjawabmenjawab pertanyaanpertanyaanpertanyaanpertanyaan SiswaSiswaSiswaSiswa mengerjakanmengerjakanmengerjakanmengerjakan LKSLKSLKSLKS

Peneliti


(2)

Siswa Siswa Siswa

Siswa memperhatikanmemperhatikanmemperhatikanmemperhatikan penelitipenelitipenelitipeneliti SeorangSeorangSeorangSeorang siswasiswa menggambarsiswasiswa menggambarmenggambarmenggambar didididi mediamediamediamedia Peneliti

Peneliti Peneliti

Peneliti memperagakanmemperagakanmemperagakanmemperagakan tokohtokohtokohtokoh

Aktivitas Aktivitas Aktivitas

Aktivitas permainanpermainanpermainanpermainan SuasanaSuasanaSuasanaSuasana kegiatankegiatan dikegiatankegiatan dididi luarluarluarluar ruanganruanganruanganruangan Siswa

Siswa Siswa


(3)

Surat Surat Surat


(4)

Surat


(5)

vii

ABSTRAK

Wisnugroho, Antonius Dimas. 2013. Peningkatan Minat Belajar dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn Kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu Melalui Metode Mendongeng. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa kelas II di SD Pangudi Luhur Sedayu melalui metode mendongeng pada mata pelajaran PKn materi mengenal nilai-nilai Pancasila tahun pelajaran 2012/2013.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Kemmis dan Mc Taggart dengan subjek penelitian siswa kelas II yang terdiri dari 30 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan tahapan setiap siklus meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data minat belajar adalah observasi dan kuesioner sedangkan data prestasi belajar diperoleh melalui tes tertulis dan rubrik observasi. Data capaian minat belajar yang diperoleh dari lembar observasi dan kuesioner, dianalisis dengan menggunakan kriteria penyekoran dan menghitung jumlah skor keseluruhan. Data prestasi siswa dianalisis dengan menjumlahkan skor seluruh siswa untuk menghitung rata-rata kelas dan persentase siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni 75.

Upaya peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa melalui metode mendongeng dilaksanakan dengan langkah-langkah yakni (1) Pemilihan cerita yang sesuai dengan materi pelajaran, (2) Mengkondisikan siswa di kelas, (3) Menunjukkan media yang akan digunakan pada siswa, (4) Guru mendongeng menggunakan media dengan melibatkan siswa, (5) Guru mengajukan pertanyaan tentang tokoh dan amanat dalam dongeng, (6) Guru mengkaitkan dongeng dengan materi pelajaran melalui tanya jawab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa setelah menggunakan metode mendongeng pada pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu. Data kondisi awal rata-rata minat sebelum menggunakan metode mendongeng yakni 54,8 setelah dilaksanakan siklus I rata-rata minat menjadi 79,4 kemudian rata-rata minat tersebut meningkat lagi menjadi 88,2 pada siklus II.

Rata-rata prestasi belajar siswa pada kondisi awal adalah 74,9 dengan persentase tingkat capaian siswa yang tuntas sebesar 53,33%, setelah menggunakan metode mendongeng dalam pembelajaran pada siklus I rata-rata kelas meningkat menjadi 75,9 dengan persentase ketuntasan 68,97%. Pada siklus II terjadi peningkatan prestasi belajar menjadi 81,5 untuk rata-rata kelas dan persentase ketuntasan mencapai 79,31%.

Kata kunci: minat belajar, prestasi belajar, mata pelajaran PKn, metode mendongeng.


(6)

viii

ABSTRACT

Wisnugroho, Antonius Dimas. 2013. Improving the Students Learning Interest and Learning Achievement in Civic Education Subject of the 2nd Grade at Pangudi Luhur Sedayu Primary School through Story Telling Method. Thesis. Yogyakarta. Elementary School Teacher Education Program. Sanata Dharma University.

The purpose of this research was to increase the learning interest and learning achievement of the 2nd grade students at Pangudi Luhur Sedayu primary school through story telling method in civic education subject of the Pancasila value in the academic year 2012/2013.

This was a class action research employing Kemmis and Mc Taggart’s model of class action research. The subject of the research was a group of thirty 2nd grade students. The experiment was conducted in two cycles with each cycle includes four phases namely planning, action, observation and reflection. Data collection techniques used to measure the learning interest were observation and questionnaire while written tests were used to measure the learning achievement. The learning interests data obtained from observation sheets and questionnaires were analyzed by using the scoring criteria and calculating the amount of the overall score. Student achievement data were analyzed by summing the score of all the students to calculated the average grade and the percentage of students who met the minimum completeness criteria (KKM) of 75.

The efforts to improved the learning interest and learning achievement through the method of story telling was done with the steps: (1) Selected the story according to the subject matter, (2) Conditioning the students in the class, (3) Indicated the media that will be used on students, (4 ) Teacher used media to engaged students in story telling process, (5) Teachers asked questions about the characters and the message in the story, (6) Teachers tales related to the subject matter through questions and answers.

The results showed there was an increased in learning interest and learning achievement after using story telling method in teaching civic education in 2nd graders at Pangudi Luhur Sedayu primary school. The baseline average learning interest before using the story telling method is 54.8 and after using story telling method in the first cycle the average became 79.4 then the average learning interest increased again up to 88.2 in the second cycle.

Known to the average student achievement on initial condition is 74.8 with a percentage of the level of achievement of students who was completed was 53.33%, after using the story telling method in the learning process in the first cycle, the class average increased to 75.9 with 68.97% completeness. The research was continued to the second cycle with increased performance up to 81.5 for the class average and the percentage of completeness reached 79.31%.

Keywords: learning interest, learning achievement, civic education subjects, story telling method.


Dokumen yang terkait

Korelasi antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran al-qur’an hadits di Madrasah Tsanawiyah Ta’lim Al-Mubtadi Cipondoh

2 7 91

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI METODE QUANTUM TEACHING PADA PELAJARAN PKn KELAS IV SD Peningkatan Minat Belajar Siswa Melalui Metode Quantum Teaching Pada Pelajaran PKn Kelas IV SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

0 2 16

Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation Pada Siswa Kelas XA SMA Pangudi Luhur Sedayu.

0 0 144

Hubungan antara lingkungan belajar, kemandirian belajar, motivasi belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi : studi kasus pada siswa kelas XII SMA Pangudi Luhur ST. Louis IX Sedayu Yogyakarta.

0 1 202

Peningkatan minat belajar dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu melalui penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II.

0 2 343

Upaya peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X5 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta melalui penerapan metode pembelajaran Active Learning tipe Active Debate.

0 3 201

Pengaruh persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa : studi kasus siswa-siswi kelas II pada mata pelajaran ekonomi akuntansi SMA Pangudi Luhur Sedayu.

0 0 144

Peningkatan minat belajar dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SD Pangudi Luhur Sedayu melalui penerapan model kooperatif teknik Jigsaw II

0 2 341

HUBUNGAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD PANGUDI LUHUR MUNTILAN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 20102011

0 0 147

Peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu melalui metode mendongeng - USD Repository

0 2 256