PERBEDAAN KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI PELAJARAN MATEMATIKA ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN SKRIPSI

  

PERBEDAAN KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI

PELAJARAN MATEMATIKA ANTARA SISWA LAKI-LAKI

DAN PEREMPUAN

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Oleh:

  CICILIA SISKA KRISMAWARTI NIM : 069114019

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

  

MOTTO

  Hidupmu ada di kedua tanganmu untuk menentukan pilihanmu (John Kehoe)

  Kebanggaan terbesar kita bukan karena tidak pernah gagal, tetapi kemauan kita untuk bangkit setiap kali kita gagal. (Ralph Waldo Emerson)

  Memang sakit kalau gagal, tetapi lebih buruk lagi kalau tidak pernah berusaha untuk berhasil (Theodore Roosevelt) Kupersembahkan karya sederhana ini untuk: Tuhan Yesus Kristus

  Bapak dan Ibu tercinta Dan semua orang yang aku sayangi …

  

PERBEDAAN KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI

PELAJARAN MATEMATIKA ANTARA SISWA LAKI-LAKI DAN

PEREMPUAN

  

Cicilia Siska Krismawarti

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecemasan menghadapi

mata pelajaran matematika antara siswa kali-laki dan perempuan. Kecemasan merupakan

suatu perasaan khawatir, tidak menyenangkan dan mengganggu yang dialami oleh

individu dimana obyeknya tidak jelas. Aspek kecemasan meliputi kognitif, perilaku dan

fisik. Hipotesis yang diajukan adalah kecemasan siswa perempuan lebih tinggi dari siswa

laki-laki dalam menghadapi pelajaran matematika. Subjek dari penelitian ini adalah 43

siswa laki-laki dan 43 siswa perempuan dengan batasan usia 16 sampai 18 tahun.

Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala kecemasan. Koefisien reliabilitas

dari skala kecemasan adalah 0,950. Hasil analisis menunjukkan nilai t sebesar 1,928

dengan nilai p sebesar 0,057 (p > 0,05), artinya hipotesis yang menyatakan kecemasan

siswa perempuan lebih tinggi dari siswa laki-laki ditolak. Dari penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kecemasan menghadapi pelajaran matematika

antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. Hasil penelitian juga menghasilkan mean

empiris siswa perempuan 116.09 dan mean empiris siswa laki-laki 124.42. Berdasarkan

hasil uji tambahan diperoleh pula mean teoritis yakni 135 dengan p siswa sebesar 0,000.

Hal ini berarti bahwa keseluruhan subyek di SMA memiliki kecemasan yang rendah

dalam menghadapi pelajaran matematika.

  Kata Kunci: kecemasan, siswa kali-laki perempuan

  

THE ANXIETY DIFFERENCE BETWEEN MALE AND FEMALE

STUDENTS IN FACING MATHEMATIC SUBJECT

Cicilia Siska Krismawarti

ABSTRACT

  The purpose of this research is to find out the difference of anxiety in facing mathematic

subject which happen between male and female students. Anxiety is a feeling of worry, unpleasant

and disturbing which experienced by an individual in which the object is unknown. The aspects of

anxiety consist of cognitive, behavioral and physical. The proposed hypothesis says that the level

of anxiety of female students is higher than that of the male students in facing mathematic exam.

The subject of this research was 43 male students and 43 female students with age range 16 to 18

years old. The data gathering process was done through delivering anxiety scale. The reliability

coefficient of anxiety scale was 0, 950. The result of the analysis showed the value of t was 1,928

and the value of p was 0,057 (p>0,05). From the result, the researcher concluded that the

hypothesis which states the anxiety of female students is higher than that of the male students is

rejected. It can be concluded from this research that there was no anxiety difference in facing

mathematic exam between the male and female students. The result of the research also resulted

empiric mean of female students 116,09 and empiric mean of male students 124,42. Based on the

result of additional test, the researcher found theoretic mean of 135 with students’ p 0,000. It

means that the entire subject of the high school have low anxiety in facing mathematic subject.

  Keyword: anxiety, male and female students

  KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu setia menyertai dan member kasih yang sempurna kepada penulis, sehingga skripsi yang berjudul “Perbedaan Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi Pelajaran Matematika Antara Siswa Laki-Laki Dan Perempuan” dapat diselesaikan.

  Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan informasi, waktu, tenaga, pikiran dan nasihat serta dukungan yang tiada henti dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada:

  1. Tuhan Yesus Kristus, atas kekuatan, berkat, kasih, cinta, kesetiaan dan campur tanganNya dalam kehidupanku, aku percaya apa yang telah aku kerjakan tidak akan sia-sia, Amin.

  2. Bapak dan Ibu yang sangat penulis sayangi. Terima kasih atas cinta, kasih sayang, pengorbanan, pengertian, semangat dan doa yang selalu diberikan kepada penulis.

  3. Dr. Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dan memberikan dukungan kepada penulis.

  4. Sylvia CMYM, S.Psi., M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

  5. Y. Heri Widodo, M.Psi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis. Terima kasih juga atas kesabaran dan ketulusannya selama membimbing penulis.

  6. Prof. Dr. A. Supratiknya selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan dorongan agar penulis dapat segera menyelesaikan studi.

  8. Maria “Anna” Agustina, Maria Inez, dan Maria “Emak” Evangeli, sahabat- sahabat terbaik yang selalu punya tempat di hatiku, karena kalian hidupku jadi berwarna.

  9. Semua teman-teman angkatan 2006, teman-teman seperjuangan mari segera menyusul dan bertemu di wisuda !!!

  10. Asrama syantikara, khususnya unit St. Pieter, tanpa dukungan dan semangat kalian aku tak akan mungkin sampai tahap ini… terima kasih teman.

  11. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu dan telah membantu sampai dengan selesainya skripsi ini.

  Penulis banyak menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Sehingga, untuk dapat berevolusi menuju kebaikkan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga karya tulis yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Tuhan Yesus Memberkati.

  Yogyakarta, Mei 2010 Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT................................................................................................... viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... ix KATA PENGANTAR ...................................................................................... x DAFTAR ISI................................................................................................... xii DAFTAR TABEL.......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xvi

  BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 7

  BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 9 A. Kecemasan

  1. Definisi Kecemasan ........................................................................ 9

  2. Aspek Kecemasan ......................................................................... 10

  3. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan....................................... 12

  4. Penyebab Kecemasan.................................................................... 14

  5. Proses Terjadinya Kecemasan Dalam Menghadapi Pelajaran Matematika.................................................................... 15

  6. Kecemasan Dalam Menghadapi Pelajaran Matematika................ 16

  B. Remaja

  1. Definisi Remaja............................................................................. 16

  2. Perbedaan Remaja Laki-laki dan Perempuan ............................... 18

  3. Perbedaan Kecemasan Antara Siswa Laki-laki dan Perempuan dalam Menghadapi pelajaran Matematika .................................... 20

  4. Hipotesis........................................................................................ 23

  BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 24 A. Jenis Penelitian.................................................................................... 24 B. Identifikasi Variabel Penelitian........................................................... 24 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian............................................ 24 D. Subyek Penelitian................................................................................ 25 E. Metode dan Alat pengumpulan Data................................................... 26

  2. Seleksi Item ................................................................................... 27

  3. Estimasi Reliabilitas...................................................................... 29

  4. Uji Hipotesis ................................................................................. 30

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 31 A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 31 B. Deskripsi Data Penelitian.................................................................... 31

  1. Deskripsi Subyek .......................................................................... 31

  2. Kategori Data ................................................................................ 32

  3. Hasil Tambahan ............................................................................ 33

  C. Uji Asumsi .......................................................................................... 34

  1. Uji Normalitas............................................................................... 34

  2. Uji Homogenitas ........................................................................... 35

  D. Hasil .................................................................................................... 35

  1. Uji Hipotesis ................................................................................. 35

  2. Pembahasan................................................................................... 36

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 39 A. Kesimpulan ......................................................................................... 39 B. Saran.................................................................................................... 39 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 40

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1. Tabel Spesifikasi Skala Kecemasan.................................................. 26 Tabel 2. Pemberian Skor Skala Kecemasan Menghadapi Pelajaran

  Matematika ........................................................................................ 27 Tabel 3. Tabel Spesifikasi Skala Kecemasan Setelah Uji coba ...................... 29 Tabel 4. Kategorisasi Skor Kecemasan........................................................... 32 Tabel 5. Deskripsi Kategori Subyek ............................................................... 33

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1. Skala Kecemasan........................................................................ 43 Lampiran 2. Uji Reliabilitas dan Seleksi item ................................................ 49 Lampiran 3. Uji Normalitas ............................................................................ 65 Lampiran 4. Uji Hipotesis ............................................................................... 66 Lampiran 5. Tabel Statistik Deskriptif............................................................ 67 Lampiran 6. One Sample t-test........................................................................ 70 Lampiran 7. Hasil Wawancara ........................................................................ 71

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang matematika merupakan mata pelajaran yang

  penting dan mendasar. Matematika penting karena matematika merupakan ilmu pengetahuan dasar yang melandasi semua disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu sosial. Oleh karena itu, matematika tetap menjadi tinjauan yang aktual dalam setiap perubahan masyarakat dan dunia pendidikan khususnya (Wahjoetomo, 1992).

  Dalam matematika, logika memegang peranan yang amat penting. Dengan menggunakan logika, siswa menyimpulkan satu atau beberapa pernyataan yang lain dengan menggunakan aturan berpikir yang telah ditentukan (Susilo, Suwarsono, & Budi, 1998). Matematika merupakan salah satu alternatif untuk mencari pemecahan masalah yang dialami manusia dan mencapai solusi yang tepat mengenai masalah manusia tersebut (Suparmi & Hastuti, 2002). Selain itu, banyak hal di sekitar kita yang selalu berhubungan dengan matematika seperti jual beli barang, menukar uang, mengukur jarak dan waktu, dan masih banyak lagi (Setyono, 2008). Disisi lain, kebanyakan orang tua beranggapan bahwa metematika merupakan pelajaran yang penting bagi anak-anaknya sehingga anak dengan nilai matematika yang baik lebih

  Belakangan ini, peran matematika dalam kehidupan manusia sudah tidak dapat diragukan lagi. Tanpa bantuan matematika tampaknya tidak mungkin dicapai kemajuan yang begitu pesat dalam bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi, komputer, dan berbagai bidang yang lain. Dari sini tampak bahwa matematika sangat berperan bagi kehidupan manusia dan setiap orang yang mempunyai pengetahuan matematika akan mendapatkan keuntungan dari padanya (Sujono dalam Wijayanti, 2000).

  Dilihat dari pentingnya matematika tampaknya masih banyak siswa yang belum menguasai matematika. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mengeluh ketika mempelajari matematika di bangku sekolah formal. Matematika adalah sesuatu yang bisa membuat muka pucat, sakit perut atau badan gemetar dan berkeringat dingin. Matematika dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan (Setyono, 2008). Sampai sekarang masih banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, untuk mempelajarinya diperlukan kemauan dan kemampuan. Akibatnya, banyak siswa yang takut terhadap matematika dan sejauh mungkin akan berusaha menghindari bilangan dan operasi bilangan. Bukan hal yang aneh lagi jika mata pelajaran matematika menjadi mata pelajaran yang menakutkan dan seringkali dianggap pelajaran momok bagi para siswa SLTA. Hal ini pada akhirnya membuat siswa merasa cemas ketika akan menghadapi mata pelajaran matematika. kepada siswa kelas 3A SLTPN 26, “Materi pelajaran apa yang paling adik- adik takuti?” secara serentak para siswa menjawab “Matematika Pak.” Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nawangsari (2001) mengatakan bahwa siswa yang mengalami kecemasan matematika menunjukkan sikap enggan belajar, merasa rendah diri, merasa tidak ada artinya belajar matematika, kebingungan, gugup, gelisah, khawatir serta mengalami gangguan fisiologis. Kecemasan matematika muncul dari rasa takut siswa terhadap tugas-tugas, ujian atau pada saat pelajaran matematika karena merasa akan gagal, tidak mampu mengikuti dan ketakutan mendapat nilai yang jelek.

  Pada dasarnya kecemasan merupakan kondisi yang tidak menyenangkan, dapat bernilai positif jika seseorang mampu melakukan penyesuaian positif untuk mengurangi kecemasan serta dapat bernilai negatif jika kecemasan tersebut menjadi kecemasan yang neurotik (Byrne, 1961).

  Menurut Mahler, kecemasan yang dialami siswa akan mempengaruhi kondisi fisik, psikis, maupun kognitifnya. Dari segi kognitif kecemasan akan mempengaruhi proses berfikir dan menyebabkan kesulitan berkonsentrasi dalam pelajaran sehingga akan berpengaruh pada prestasi akademiknya. Dari segi fisiologis kecemasan akan termanifestasi dalam tidak lancarnya perilaku, seperti gerakan terpotong-potong, bergetar, merapikan pakaian atau tampilan rambut, bahkan perubahan tinggi suara (Calhoun & Acocella, 1990). Pada gejala psikis (afektif) akibat kecemasan akan menimbulkan perasaan takut dan rasa kurang percaya diri, merasa rendah diri dan perasaan tidak mampu menghadapi masalah (Hurlock, 1980).

  Sriyanto (wawancara subyek 1, 2010) yang merupakan guru matematika di SMA Kolese De Brito mengungkapkan bahwa seringkali matematika dianggap sebagai momok, dipersepsi sebagai pelajaran yang sulit oleh sebagian siswa sekolah. Anak merasa deg-degan, cemas dan takut setiap kali mengikuti pelajaran matematika di sekolah. Bahkan ada anak yang karena begitu takutnya terhadap matematika, sampai “mandi keringat” ketika diminta untuk mengerjakan soal di papan tulis. Matematika bagi sebagian anak telah menimbulkan kecemasan tersendiri. Menurut Hudojo (1996) beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecemasan tertinggi dialami siswa pada saat siswa belajar matematika dibandingkan dengan belajar lainnya.

  Menurut Darajat (1996) terdapat beberapa faktor lain yang menjadi penyebab kecemasan yaitu faktor usia, faktor lingkungan sosial budaya dan faktor jenis kelamin. Faktor yang pertama yaitu usia. Usia sangat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang karena gangguan kecemasan banyak dialami oleh individu yang timbul pada usia 16-21 tahun. Menurut Santrock (2002) mereka dikategorikan sebagai remaja karena usia kronologis mereka berkisar antara 12-22 tahun. Menurut Hurlock (1999) masa remaja sering dikatakan sebagai masa yang paling sulit dalam seluruh rentang kehidupan manusia. Selain faktor usia, kecemasan juga disebabkan oleh faktor kecemasannya. Lingkungan sosial yaitu tempat tinggal, sekolah, kampus, keluarga, pergaulan dengan teman, sedangkan lingkungan budaya yaitu daerah tempat asal, adat istiadat dan budaya setempat.

  Selain faktor usia dan faktor lingkungan sosial budaya, kecemasan juga disebabkan oleh faktor jenis kelamin. Jenis kelamin sangat mempengaruhi kecemasan seseorang terhadap objek tertentu. Dalam National

  

Assessment of Educational remaja laki-laki berprestasi lebih baik dan lebih

  unggul daripada remaja perempuan dalam matematika. Dikatakan juga bahwa remaja laki-laki lebih aktif, eksploratif dan lebih rileks sedangkan remaja perempuan lebih sensitif (Santrock, 2009).

  Remaja perempuan ketika berada di kelas lebih banyak diam, sehingga kurangnya respon siswa terhadap pelajaran matematika akan menghambat proses pembelajaran. Berbeda dengan remaja perempuan, remaja laki-laki lebih banyak berinteraksi dan mempunyai kesempatan mencoba menjawab lebih banyak (Santrock, 2009). Berawal dari hal-hal tersebut maka kecemasan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan menjadi berbeda. Kecemasan yang dialami oleh remaja perempuan ternyata karena ketidakmampuannya. Sementara remaja laki-laki lebih rileks, sehingga menjadikan remaja laki-laki tidak lebih cemas dari remaja perempuan.

  Kondisi fisik, kondisi emosional, dan kondisi psikologis antara perempuan dan laki-laki berbeda terutama ketika akan merespon dan tentang kecemasan yang berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin, perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki (Myers, 1983).

  Menurut Gunarsa (1991), perempuan memiliki aspek-aspek emosionalitas, rasio dan suasana hati yang terintegrasi menjadi suatu kesatuan, sehingga logika berpikirnya lebih dikuasai oleh kesatuan tersebut. Oleh sebab itu ketika perempuan berpikir, cenderung mengikutsertakan perasaan dan suasana hatinya. Dengan demikian, ketika kebanyakan perempuan mengalami kesulitan maka pikirannya cenderung terhambat dan sulit untuk menyelesaikan persoalannya. Hal ini berbeda dengan kebanyakan laki-laki, mereka lebih menunjukkan adanya pembagian antara pikiran, rasio dan emosionalitas. Jalan pikiran laki-laki cenderung tidak dikuasai oleh emosi, perasaan, maupun suasana hati, sehingga kebanyakan laki-laki lebih banyak untuk berinisiatif, keras dan tegas. Dari penjelasan di atas dapat terlihat bahwa perempuan cenderung lebih sulit menyelesaikan persoalannya ketika mengalami kesulitan, sehingga perempuan lebih cemas karena tidak dapat segera menyelesaikan persoalan yang dimilikinya. Disisi lain, laki-laki lebih banyak berinisiatif ketika mengalami kesulitan atau memiliki masalah, sehingga pria tidak mudah cemas karena jalan pikiran laki-laki tidak dikuasai oleh emosi, namun cenderung dikuasai oleh pikiran dan rasio.

  Hal tersebut yang menyebabkan peneliti tertarik untuk meneliti secara matematika antara siswa laki-laki dan perempuan kelas II SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

  B. Rumusan Masalah

  Masalah yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah apakah siswa perempuan lebih cemas dari siswa laki-laki dalam menghadapi pelajaran matematika?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini untuk menguji perbedaan kecemasan menghadapi mata pelajaran matematika antara siswa laki-laki dan perempuan.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian teoritis di bidang psikologi pendidikan, khususnya tentang kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika antara siswa laki-laki dan perempuan.

  2. Praktis

  a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan berupa informasi bagi sekolah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kecemasan pada siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam menghadapi pelajaran matematika. b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan berupa informasi bagi pengajar agar dapat mengantisipasi terjadinya kecemasan pada siswa laki-laki maupun perempuan dalam menghadapi pelajaran matematika.

BAB II LANDASAN TEORI A. Kecemasan

1. Definisi Kecemasan

  Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir pada seseorang yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi (Nevid, Rathus, dan Greene, 2005). Selain itu, kecemasan adalah suatu perasaan yang dialami oleh individu pada saat mengalami ketakutan (Byrne, 1991).

  Kecemasan sebagai proses emosi yang bercampur baur sehingga individu merasa terganggu akibat adanya kondisi yang mengancam meskipun masih bersifat kabur dan tidak jelas apa yang menjadi penyebabnya (Hall dan Lindzey, 1993; Daradjat, 1996)

  Fuhrmann (1990) mengungkapkan bahwa kecemasan seperti bagian dari rasa sakit yang tidak mampu ditoleransi dalam waktu yang lama. Hal lain juga diungkapkan oleh Clerq (1994) bahwa kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang meliputi: interpretasi subjektif dan rangsangan fisiologis.

  Santrock (2003) menambahkan pengertian gangguan kecemasan sebagai gangguan psikologis yang dicirikan dengan ketegangan motorik (seperti: gelisah, gemetar, dan ketidakmampuan untuk rileks) dan

  Berdasarkan uraian dari pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan kecemasan merupakan suatu perasaan khawatir, tidak menyenangkan dan mengganggu yang dialami oleh individu, dimana obyeknya tidak jelas.

2. Aspek Kecemasan

  Kecemasan terdiri dari begitu banyak ciri fisik, afeksi, perilaku dan kognisi (Nevid, dkk. 2005). Ciri-ciri tersebut terdiri atas: a. Fisik, meliputi: kegelisahan; kegugupan; tangan anggota tubuh yang bergetar atau gemetar; sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi; kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada; banyak berkeringat; telapak tangan yang berkeringat; pening atau pingsan; mulut atau kerongkongan terasa kering; sulit berbicara; sulit bernafas; bernafas pendek; jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang; suara yang bergetar; jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin; pusing; merasa lemas atau mati rasa; sulit menelan; kerongkongan terasa tersekat; leher atau punggung terasa kaku; sensasi seperti tercekik atau tertahan; tangan yang dingin dan lembab; terdapat gangguan sakit perut atau mual; panas dingin; sering buang air kecil; wajah terasa memerah; diare; dan merasa sensitif atau “mudah marah”.

  b. Behavioral (perilaku), meliputi: perilaku menghindar; perilaku melekat dan dependen; dan perilaku terguncang.

  c. Kognitif, meliputi: khawatir tentang sesuatu; perasaan terganggu akan ada penjelasan yang jelas; terpaku pada sensasi ketubuhan; merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian; ketakutan akan kehilangan kontrol; ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah; berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan; berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi; khawatir terhadap hal-hal yang sepele; berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang; berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan; pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan; tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu; berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis; khawatir akan ditinggal sendirian; dan sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.

  Supratiknya (1995), mengungkapkan beberapa hal yang merupakan simptom-simptom (gejala-gejala) kecemasan. Simptom-simptom tersebut terdiri atas:

  a. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was dan keresahan yang bersifat tak menentu (diffuse uneasiness) b. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan, sering merasa tidak mampu, minder, depresi, dan serba sedih.

  c. Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan serta serba takut salah. secara tiba-tiba atau yang tak diharapkan, dan selalu melakukan gerakan-gerakan neurotik tertentu, seperti: mematah-matahkan buku jari, mendehem dan sebagainya.

  e. Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, khususnya pada leher dan sekitar bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering buang air kecil, dan menderita gangguan tidur berupa insomnia dan mimpi buruk.

  f. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah.

  g. Sering berdebar-debar dan tekanan darahnya tinggi.

  h. Sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar-debar tanpa sebab yang jelas.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa kecemasan meliputi aspek fisik, perilaku dan kognitif. Semua kondisi tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain dan akan mempengaruhi kondisi mental dan psikis seseorang.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

  Menurut Daradjat (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah: a. Jenis kelamin, jenis kelamin sangat mempengaruhi kecemasan seseorang terhadap objek tertentu karena fisik, kondisi emosional dan kondisi psikologis antara pria dan wanita itu berbeda terutama ketika akan merespon dan menghadapi objek-objek yang menjadi penyebab b. Usia, usia seseorang sangat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang karena kecemasan yang berlebihan pada masa kanak-kanak dan remaja dianggap mempunyai resiko berkembangnya gangguan kecemasan umum pada saat dewasa. Gangguan kecemasan banyak dialami oleh individu yang memasuki masa dewasa dini yaitu rata-rata timbul pada usia 21 tahun (antara 16-26 tahun).

  c. Lingkungan sosial budaya yaitu: individu bila dihadapkan pada situasi dan kondisi lingkungan sosial dan budaya yang mengancam akan sangat mempengaruhi kecemasannya. Lingkungan sosial yaitu tempat tinggal, kampus/sekolah, keluarga, pergaulan dengan teman.

  Sedangkan lingkungan budaya yaitu daerah/tempat asal, adat- istiadat/budaya setempat.

  Greist, Martens & Sharkey (dalam Gunarsa, 1991) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan, antara lain: a. Tuntutan sosial yang berlebihan, yang belum atau tidak dapat dipenuhi seseorang, dan tuntutan ini dapat merupakan perasaan subyektif dari individu yang mungkin tidak dirasakan orang lain.

  b. Adanya standar keberhasilan yang terlalu tinggi bagi kemampuan yang dimiliki individu sehingga menimbulkan rasa rendah diri.

  c. Individu kurang siap dalam menghadapi suatu situasi atau keadaan yang tidak diharapkan atau diperkirakan olehnya.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain: jenis kelamin, usia, lingkungan sosial budaya, tuntutan sosial dan standar keberhasilan.

4. Penyebab kecemasan

  Timbulnya kecemasan menurut Collins (“Faktor-faktor penyebab”, 2009) karena adanya: a. Threat (ancaman) baik ancaman terhadap tubuh, jiwa atau psikisnya

  (seperti kehilangan kemerdekaan, kehilangan arti kehidupan) maupun ancaman terhadap eksistensinya (seperti kehilangan hak).

  b. Conflict (pertentangan) yaitu karena adanya dua keinginan yang keadaannya bertolak belakang, hampir setiap dua konflik, dua alternatif atau lebih yang masing-masing yang mempunyai sifat approach dan avoidance.

  c. Fear (ketakutan) kecemasan sering timbul karena ketakutan akan sesuatu, ketakutan akan kegagalan menimbulkan kecemasan, misalnya ketakutan akan kegagalan dalam menghadapi ujian atau ketakutan akan penolakan menimbulkan kecemasan setiap kali harus berhadapan dengan orang baru.

  d. Unfulled Need (kebutuhan yang tidak terpenuhi) kebutuhan manusia begitu kompleks dan bila ia gagal untuk memenuhinya maka timbullah kecemasan.

  Menurut Kresch & Qrutch (dalam Hartanti dan Dwijayanti, 1997) penyebab kecemasan terdiri dari dua faktor, yaitu: a. Faktor internal

  Kecemasan berasal dari dalam individu, misalnya: perasaan tidak mampu, tidak percaya diri, perasaan bersalah dan rendah diri. Faktor internal ini pada umumnya sangat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak rasional.

  b. Faktor eksternal Kecemasan berasal dari luar individu, dapat berupa: penolakan sosial, kritikan dari orang lain, beban tugas atau kerja yang berlebihan, maupun hal-hal yang dianggap mengancam.

  Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kecemasan yakni faktor internal dan faktor eksternal.

  

5. Proses Terjadinya Kecemasan Dalam Menghadapi Pelajaran

Matematika

  Proses terjadinya kecemasan dalam menghadapi pelajaran matematika menurut Setyono (2008) diawali dari guru yang menganggap siswa sebagai penerima pasif informasi, sehingga siswa hanya duduk mendengarkan materi yang disampaikan. Selain itu, siswa akan dihukum apabila cara pemecahan soal tidak sesuai dengan yang diajarkan oleh guru. Disisi lain, siswa yang mendapat nilai bagus diidentikkan dengan “pintar”, Dari peristiwa tersebut dapat muncul berbagai macam perasaan, salah satunya adalah kecemasan.

6. Kecemasan Dalam Menghadapi Pelajaran Matematika

  Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir pada seseorang pada saat mengalami ketakutan (Nevid, Rathus, dan Greene, 2005; Byrne, 1961), sehingga kecemasan menghadapi pelajaran matematika merupakan suatu keadaan khawatir pada seseorang pada saat mengalami ketakutan menghadapi pengetahuan eksak dan terorganisasi secara sistematik, penalaran yang logik dan masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan, kualitas dan ruang (Sujono, 1988).

  Matematika dipersepsi sebagai pelajaran yang sulit oleh sebagian siswa sekolah. Anak merasa deg-degan, cemas dan takut setiap kali mengikuti pelajaran matematika di sekolah (Hudojo, 1996). Kecemasan dalam menghadapi pelajaran matematika disebabkan oleh rasa takut siswa terhadap tugas-tugas, ujian atau pada saat pelajaran matematika karena merasa akan gagal, tidak mampu mengikuti dan ketakutan mendapat nilai yang jelek (Nawangsari, 2001).

B. Remaja

1. Definisi remaja

  Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa Latin

  

adolescence mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik

(Hurlock, 1999).

  Hurlock (1990), menyatakan bahwa usia remaja merupakan tahap perkembangan yang amat penting dalam sepanjang rentang kehidupan manusia. Dalam tahap ini terjadi proses pembentukan jati diri dan kepribadian individu, karena itu masa remaja dikatakan sebagai masa pencapaian identitas diri. Pada usia remaja seseorang mulai menyadari perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya dalam menghadapi berbagai situasi. Dengan kata lain remaja ingin meninggalkan perilaku, nilai, dan sifatnya di masa kanak-kanak untuk mencapai otonomi atas dirinya sendiri.

  Masa remaja adalah masa peralihan dari usia anak-anak menuju usia dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis, tetapi juga dalam artian fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan fisik tersebut (Sarwono, 2002). Santrock (2002) mengatakan, masa remaja adalah masa transisi perkembangan dari masa anak-anak hingga masa awal dewasa yang dimulai pada usia 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun.

  Permasalahan yang dihadapi remaja memang sangat komplek,

  Dari uraian tersebut dapat disimpulkan pengertian remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dimana terjadi proses pembentukan jati diri dan kepribadian individu, sehingga masa remaja merupakan masa yang sulit dan kompleks.

2. Perbedaan remaja laki-laki dan perempuan

  Menurut Gunarsa (1991) banyak sifat dan ciri-ciri khas perempuan dan laki-laki yang membedakan antara kedua jenis ini, yaitu perbedaan kekhususan laki-laki dan perempuan sesuai dengan tujuan peranan masing-masing dan yang memberi makna kehidupan dan kegairahan hidup. Perbedaan khusus tersebut dapat dilihat dari segi psikis dan biologis, yaitu: a. Segi psikis

  Segi psikis dapat disimpulkan dari seluruh tindak tanduk, ucapan, dan sikap yang tercakup dalam istilah kepribadian.

  Kepribadian seorang perempuan merupakan suatu kesatuan yang terintegrasikan antara aspek-aspek emosionalitas, rasio, dan suasana hati. Biasanya kesatuan ini pada wanita adalah kuat dan menyebabkan logika berpikirnya dikuasai oleh kesatuan tersebut.

  Hal tersebut menunjukkan seolah-olah berpikir dengan mengikutsertakan perasaan dan tidak ketinggalan pula suasana hatinya.

  Apabila kesedihan sedang meliputi dirinya, maka pikirannya terhambat sama lain menyebabkan kaum wanita cepat mengambil tindakan atas dasar emosinya.

  Sifat perempuan berbeda dengan laki-laki. Kepribadian seorang laki-laki menunjukkan adanya pembagian dan pembatasan yang jelas antara pikiran, rasio dan emosionalitas. Jalan pikirannya tidak dikuasai oleh emosi, perasaan, maupun suasana hati. Perhatiannya lebih banyak tertuju pada pekerjaan dengan kecenderungan mementingkan keseluruhannya dan kurang memperhatikan hal yang kecil.

  Pria dalam aktivitasnya lebih agresif, lebih aktif dan tidak sabar. Oleh karena itu, sifat-sifat pria lebih cenderung untuk tidak mau menunggu, kurang tekun dan kurang tabah dalam menghadapi kesulitan hidup dan lekas putus asa. Pria cenderung lebih banyak untuk berinisiatif, keras dan tegas. Segala hal yang masuk akal lebih dipentingkan daripada yang tidak nyata (Gunarsa, 1991).

  b. Segi biologis Tubuh perempuan dan laki-laki memiliki ciri-ciri khas yang jelas dibedakan antara keduanya. Sifat masing-masing individu merupakan perpaduan dari sifat yang ditentukan oleh pembawa sifat yakni kromosom dari ayah dan ibunya. Tulang pinggul perempuan lebih kuat dan lebih besar. Sedangkan laki-laki, dadanya lebih besar dan bidang. dengan orang lain, sedangkan laki-laki cenderung mementingkan pada tercapainya apa yang menjadi tujuan dan sasaran mereka ketika berhubungan dengan orang lain (Buss, 1995).

  Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan baik dalam hal psikis maupun biologis.

  Laki-laki cenderung agresif, tegas, kuat, dan mudah membuat keputusan. Lain halnya dengan perempuan yang cenderung lembut, emosional, halus, dan sulit memperoleh penyelesaian masalah.

C. Perbedaan kecemasan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam menghadapi pelajaran matematika.

  Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisasi secara sistematik, penalaran yang logik dan masalah-masalah yang berhubungan dengan bilangan, kualitas dan ruang. Selain itu, matematika merupakan bagian pengetahuan manusia tentang bilangan dan kalkulasi.

  Matematika membantu orang dalam menginterpretasikan secara tepat berbagai ide dan kesimpulan (Sujono, 1988). Menurut Crow dan Crow (dalam Tanaya, dkk., 1999) matematika adalah sesuatu bidang studi di sekolah yang mempelajari bilangan dan hitungan, yang memuat masalah-masalah konkret sampai dengan abstrak sebagai salah satu cara untuk menemukan solusi masalah manusia.

  Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang saat ini telah

  2001). Sehingga, banyak orang tua yang beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang penting bagi anak-anaknya (Suparmi, 2002).

  Pembelajaran matematika di sekolah lebih sering membahas teori dari buku, kemudian memberikan rumus-rumusnya lalu memberikan contoh soal dan latihan. Akibatnya matematika terreduksi menjadi hal yang rumit dan siswa hanya dapat membayangkan saja. Hal itulah yang memunculkan banyak anggapan negatif dari siswa tentang matematika. Beberapa hal yang membuat siswa merasa cemas dan enggan mempelajari matematika yakni karena matematika itu sendiri menuntut banyak analisa dan berbagai perhitungan yang rumit (Winda, 2010)

  Kecemasan yang dialami oleh siswa dalam menghadapi pelajaran matematika dipengaruhi oleh keyakinan akan kemampuannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi keyakinan dan kemampuan tersebut adalah jenis kelamin, karena pada dasarnya laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang tidak hanya dilihat dari segi fisik.

  Perempuan memiliki kesatuan aspek emosionalitas, rasio dan suasana hati (Gunarsa, 1991). Dengan demikian, ketika siswa perempuan merasa tidak bisa mengerjakan soal matematika atau tidak memiliki keyakinan akan kemampuannya menyelesaikan soal matematika menyebabkan logika berpikirnya terhambat oleh perasaan akan ketidakmampuannya dan mengakibatkan sulit untuk menyelesaikan soal tersebut. Hal ini berbeda banyak untuk berinisiatif dan rileks, sehingga mempunyai jalan keluar tentang apa yang akan dilakukan dalam menyelesaikan soal matematika dan menjadi kurang cemas.

  Secara tipikal laki-laki mempunyai skor yang tinggi pada kemampuan spasial-visual dan matematik (mulai sekolah menengah), sedang remaja perempuan memiliki skor unggul pada pengukuran verbal (Weyther, 1997). Hal ini membuat siswa laki-laki yang memiliki potensi dalam matematika akan menjadi kurang cemas dan akan menikmati pelajaran matematika.

  Berbeda dengan siswa perempuan yang lebih unggul dalam kemampuan verbal, sehingga kurang mampu dalam matematika dan akan menjadi cemas serta menunjukkan sikap menghindar.

  Oleh karena itu, perempuan cenderung lebih cemas dibandingkan laki- laki. Hal ini juga didukung oleh Maccoby and Jacklin (1974), yang menyatakan bahwa perempuan cenderung lebih mudah cemas dibandingkan laki-laki. Siswa yang mengalami kecemasan ketika menghadapi pelajaran matematika, tampak ketika mereka menunjukkan sikap enggan belajar, merasa rendah diri dan merasa tidak ada artinya belajar matematika.

  Bertolak dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa siswa perempuan memiliki kecemasan yang lebih tinggi daripada siswa laki-laki.

  

Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi Pelajaran Matematika

Laki-laki Perempuan

  Memiliki keunggulan dalam Memiliki keunggulan dalam kompetensi spasial, visual dan kompetensi verbal matematik

  Pelajaran Matematika penalaran yang logik berhubungan dengan hitungan, bilangan, kualitas dan ruang

  Menuntut banyak analisa Perhitungan yang rumit

  Perempuan cenderung lebih cemas Laki-laki cenderung kurang cemas

D. Hipotesis

  Siswa perempuan lebih cemas dari siswa laki-laki dalam menghadapi pelajaran matematika.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini berjudul perbedaan kecemasan antara siswa laki-laki dan

  siswa perempuan dalam menghadapi pelajaran matematika. Penelitian ini merupakan studi perbandingan. Peneliti ingin mencari perbedaan tingkat kecemasan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

  B. Identifikasi Variable Penelitian

  Variabel bebas : Jenis kelamin Variabel tergantung : Kecemasan

  C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

  Variabel dalam penelitian ini adalah variabel jenis kelamin dan kecemasan:

  1. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah ciri fisik yang dimiliki seseorang yang akan mengelompokkan individu dalam kelompok laki-laki atau perempuan.

  Pengelompokan jenis kelamin diperoleh dari identitas subyek penelitian yang diisikan pada bagian identitas skala kecemasan yang diberikan.

  2. Kecemasan Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir pada seseorang pada saat mengalami ketakutan (Nevid, Rathus, dan Greene, 2005; Byrne, 1991).

  Pada penelitian ini kecemasan yang diteliti adalah kecemasan pada siswa SMA dalam menghadapi pelajaran matematika. Kecemasan ini akan diungkap dengan menggunakan skala kecemasan yang disusun sendiri oleh peneliti. Adapun aspek yang diukur meliputi: kognitif, fisik dan perilaku. Skor tinggi menunjukkan kecemasan yang dialami dalam menghadapi pelajaran matematika tinggi, sedangkan skor rendah menunjukkan kecemasan yang dialami dalam menghadapi pelajaran matematika rendah.

D. Subyek Penelitian

  Subyek penelitian adalah sumber utama data penelitian, yaitu yang memiliki data mengenai variabel yang diteliti. Subyek penelitian pada dasarnya adalah yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 2000). Subyek yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki dan siswa perempuan kelas 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan jumlah subyek 86 siswa. Peneliti memilih SMA Pangudi Luhur Yogyakarta karena alasan praktis, yakni perijinan sudah diperoleh di SMA tersebut.

  Teknik pengambilan subyek menggunakan metode purposive sampling yaitu mengambil subyek dengan kriteria tertentu (Azwar, 2000). Adapun pendidikan. Subyek adalah individu dengan usia 16 sampai 18 tahun, dan duduk di kelas XI (2 SMA).

E. Metode dan Alat pengumpulan Data

  Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah penyebaran skala, yaitu: skala kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Skala kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika ini terdiri dari 90 item, yang terdiri dari 45 item favorabel dan 45 item unfavorabel. Skala ini disusun berdasarkan aspek dalam kecemasan, meliputi: aspek fisik, aspek perilaku dan aspek kognitif.

  Tabel 1 Tabel Spesifikasi Skala Kecemasan

  No Aspek Favorabel Unfavorabel Total

  1 Kognitif 1,7,13,19,25,31,37,43,49,55,61,67, 75,81,87

  6,12,24,30,36,42,48,54,60,66,72,74 ,80,86,90 30 item

  2 Perilaku 3,9,15,18,21,27,33,39,45,51,57,63, 69,77,83

  4,10,16,78,84,88,22,28,34,40,46,52 ,58,64,70 30 item

  3 Fisik 2,8,14,17,20,26,32,38,44,50,56,62, 68,76,82

  5,11,73,79,85,89,23,29,35,41,47,53 ,59,65,71 30 item

  Jumlah 45 item 45 item 90 item Skala kecemasan tersebut terdiri dari pernyataan yang favorabel dan dari angka 1 sampai 4 untuk item yang favorabel, sedangkan untuk item yang unfavorable pemberian skor dimulai dari angka 4 sampai 1. Dibawah ini adalah table pemberian skor skala kecemasan dalam menghadapi pelajaran matematika:

  

Tabel 2

Pemberian Skor Skala Kecemasan Menghadapi Pelajaran Matematika

  Jawaban Pernyataan Favorabel Unfavorabel

  Sangat sering

  4

  1 Sering

  3

  2 Jarang

  2

  3 Tidak Pernah

  1

  4 (Azwar, 2000)

F. Alat Ukur

  1. Estimasi Validitas