PERBEDAAN TINGKAT PENYESUAIAN DIRI ANTARA PENSIUNAN GURU LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN SKRIPSI

PERBEDAAN TINGKAT PENYESUAIAN DIRI ANTARA PENSIUNAN GURU LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

  SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  Oleh: SETIASIH DWI INDRATI NIM : 059114069 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

  FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  MOTTO Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu.

  

Orang-orang yang masih terus belajar,

akan menjadi pemilik masa depan .

  (Mario Teguh)

  Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Bapak dan Ibuku yang selalu mendukung dan berjuang demi aku,

Kakakku, Sahabat-sahabatku.

  

ABSTRAK

Setiasih Dwi Indrati (2009). Perbedaan tingkat penyesuaian diri antara

pensiunan guru laki-laki dan perempuan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi;

Jurusan Psikologi; Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat penyesuaian diri antara pensiunan guru laki-laki dan perempuan. Penyesuaian diri adalah suatu reaksi terhadap tuntutan-tuntutan terhadap dirinya yang berupa tuntutan internal dan eksternal. Aspek penyesuaian diri adalah kepuasan psikis, efisiensi kerja, gejala-gejala fisik, dan penerimaan sosial. Hipotesis yang diajukan adalah pensiunan guru perempuan mempunyai penyesuaian diri lebih baik daripada pensiunan guru laki-laki.

  Subjek dari penelitian ini adalah 50 orang pensiunan guru laki-laki dan 50 orang pensiunan guru perempuan dengan batasan usia 60 sampai 72 tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala penyesuaian diri. Koefisien reliabilitas dari skala penyesuaian diri adalah 0,927.

  Hasil analisis menunjukkan nilai t sebesar 0.971 dengan nilai p sebesar 0.167(p>0,05), artinya hipotesis yang menyatakan pensiunan guru perempuan memiliki tingkat penyesuaian diri lebih baik daripada pensiunan guru laki-laki ditolak. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat penyesuaian diri yang signifikan antara pensiunan guru laki-laki dan guru perempuan.

  Kata Kunci: penyesuaian diri, pensiunan guru laki-laki perempuan.

  

ABSTRACT

Setiasih Dwi Indrati (2009). The differences of self-adjustment level between

male and female teacher pensions. Yogyakarta: Psychology Faculty;

Department of Psychology; Sanata Dharma University.

  Current research was aimed to know the differences of self adjustment l between male and female teacher pensions. Self adjustment was a reaction towards demands againts self in the form of internal and external. Self-adjusment aspect are psychological satisfaction, job efficiency, physical symptoms, and social acceptance. Hypothesis of this research female teachers pensions had better self-adjustment that male teacher pensions.

  Subjects of this research were 50 male teacher pensions and 50 female teacher pensions with age 60 years until 72 years. Data collecting procedures was done by spread self-adjustment scale. The reliability coefficient of the self- adjustment scale was 0,927.

  It was shown that t value was 0,971 with p of 0,167 (p>0,05). It meant that the hypothesis stated previously was rejected. It can be summarized that there was no different significant self-adjustment level between male teacher pensions and female teacher pensions.

  Key Words: self-adjustment, male teacher pensions, female teacher pensions

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Penyesuaian Diri Antara Pensiunan Guru Laki-laki dan Perempuan”.

  Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

  1. Bapak: Sugimin, terima kasih untuk setiap cinta, kasih sayang, pengorbanan serta kesabaran yang bapak berikan dan Ibu: Tatik tercinta, terima kasih untuk segala doa, untuk setiap cinta, kasih dan sayang untuk setiap kesabaran, ketabahan dan pengorbanan Ibu bagi kami. Terima kasih atas kesempatan pendidikan di perguruan tinggi. Terimakasih atas pengorbanan kalian. Hanya ini yang dapat kupersembahkan sebagai rasa sayangku pada Bapak dan Ibu.

  2. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dan memberikan semangat kepada penulis.

  3. Y. Heri Widodo, M.Psi. selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis.

  4. Sylvia CMYM, S. Psi., M.Si. yang telah membantu dan memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti.

  5. M.L. Anantasari S.Psi., M.Si. dan Dr.A.Priyono Marwan,S.J. selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan dorongan agar penulis dapat segera menyelesaikan studi.

  6. Semua dosen di Fakultas Psikologi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama masa kuliah.

  7. Mas Gandung, Mas Mudji, Mas Doni dan Pak Gik, yang telah memberi bantuan dan kemudahan kepada penulis. Terima kasih atas kesabaran, senyum dan keramahannya dalam menolong dan melayani kebutuhan kami semua.

  8. Masku tercinta, terima kasih karena Mas selalu mendukung setiap langkah yang aku tempuh, yang selalu menuntun aku, yang sabar dan menjadi pendengar yang baik. Mas selalu ada saat aku membutuhkan kakak. Aku sangat sayang Mas....

  9. Buat Bulekku. Terima kasih atas dukungan dan doanya. Terima kasih dengan setia menemani diriku mencari subyek. Karena dirimu jugalah aku dapat menyelesaikan sikripsiku. Thank’s Bulek….

  10. Buat Mbah Putri, Mbak Atin, dan dua ponakanku (Dede & Dina), terima kasih doa dan dukungannya….

  11. Sahabat-sahabatku yang selalu setia menemani dan mendukungku: Reni, Gita, Shinta & Ina. Kalian adalah bagian yang terindah yang mewarnai perjalanan hidupku.

  12. Buat K’ Chika: makasih ya selalu mau dengerin curhatku, makasih juga buat segala nasehat, semangat dan dukungannya..Akhirnya selesai juga kak….

  Sukses ya kak..

  13. Teman-teman psikologi: Bx (“makasih untuk kebersamaannya”), Dewi, Marni, Tere, Nora, Momo, Henny, Devi, Ita (“makasih bantuin nyebar angketnya) dan seluruh angkatan`05 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma: “Thanks for all your support”.

  14. Buat anak kos baru: Deta, Nisi, dan Nia, terimakasih atas dorongannya agar cepat menyelesaikan revisiku…

  15. Buat mas Iwan (Fc. Shinta): terima kasih telah memberikan informasi tentang pensiunan guru yang berada di Paingan.

  16. Teman-teman KKN angkatan 36 kelompok 10 desa Tanen: Ella (“ayo masak lagi!”), Nene (“Ayo Ne tetap semangat”), Sinta Farmasi (“akhirnya diriku menyusulmu”), Bagong, Mas Adit, Paulina, Aza, Dani, Eksi, dan Anita. Thank’s buat kebersamaannya….

  17. Buat orang-orang apotik Ketandan: Mas Jo (“ayo buruan cari pasangan…..!), Pak Budi (“makasih banget ya bantuin sebar angket”), Deni (“makasih ya atas bantuannya”). Terimakasih kalian selalu membuka tangan kalian untuk diriku….

  18. Buat sahabat-sahabatku dari SMF: Lia (“Akhirnya aku menyusul dirimu”), Nana, Ratih, Lastri, Nunung, Chanifah Ipeh, Indah, Rizki, Nisa, dan Ana…makasih banget buat doa-doanya.. Kebersamaan kita di kos ’67 tidak akan pernah terlupakan…

  19. Buat bapak dan ibu pensiunan guru yang telah bersedia berpartisipasi sebagai subyek penilitian ini, terima kasih atas bantuannya, tanpa ada kalian penelitian ini tidak akan berjalan. Terima kasih juga atas nasehat-nasehat dan cerita- cerita, bagiku semua sangat berarti.

  20. Terima kasih pula bagi semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu kelancaran studi penulis serta yang telah membantu penulis memaknai arti hidup dan cinta.

  Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik terhadap kekurangan ataupun kesalahan pada karya tulis ini sehingga di masa yang akan datang penulis dapat menulis dengan lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan dunia Psikologi pada khususnya.

  Penulis

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………… HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………….

  HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….......... HALAMAN MOTTO……………………………………………………….. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………...........................

  HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………............ PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………............. ABSTRAK…………………………………………………………............... ABSTRACT………………………………………………………................... KATA PENGANTAR……………………………………………….............. DAFTAR ISI………………………………………………………………… DAFTAR TABEL…………………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….....

  BAB I PENDAHULUAN……………………………………………............ A. Latar Belakang Masalah……………………………………............... B. Rumusan Masalah…………………………………………….............. C. Tujuan Penelitian…………………………………………………… D. Manfaat Penelitian…………………………………………………… i ii iii iv v vi vii viii ix x xiv xvii xviii

  1

  1

  4

  4

  4

  BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………

  5 A. Penyesuaian Diri……………………………………………………

  5

  1. Pengertian Penyesuaian Diri ……………………………………

  5 2. Kriteria Penyesuaian Diri ………………………….....................

  6 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri………….

  7 B. Pensiunan Guru………………………………………………….......

  9 1. Pengertian Guru…………………………………………………..

  9 2. Pensiunan ……………………………………..........................

  10

  3. Masa Lanjut Usia………………………………………………

  10 C. Laki-Laki dan Perempuan…………………………………………

  11 D. Perbedaan Penyesuaian Diri pada Pensiunan Guru Laki-laki dan Perempuan………………………………………………………….

  12 E. Hipotesis…………………………………………………………...

  15 BAB III METODE PENELITIAN……………………………………….

  16 A. Jenis Penelitian………………………………………………........

  16 B. Identifikasi Variabel Penelitian……………………………………

  16 C. Definisi Operasional Variabel Penelitian…………………….........

  16 1. Jenis Kelamin …………………………………………………..

  16 2. Penyesuaian Diri ………………………………………………..

  17 D. Sampel Penelitian……………………………………………...........

  18 E. Metode dan Pengumpulan Data……………………………………..

  18 1. Penyusunan aitem…………………………………………..........

  18 2. Pemberian skor aitem skala Penyesuaian Diri ………………......

  20

  F. Pengujian Instrumen Penelitian………………………………………

  21

  1. Estimasi Validitas………………………………………………

  21 2. Daya Beda Item………………………………………………….

  21 3. Estimasi Reliabilitas……………………………………………..

  22 G. Pelaksanaan Uji Coba Alat Ukur…………………………………......

  22 1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian……………………………….......

  22 2. Hasil Uji coba Alat Ukur Penelitian……………………………..

  23 H. Metode Analisis Data………………………………………………

  25 1. Uji Asumsi………………………………………………………..

  26 2. Uji Hipotesis……………………………………………………..

  26 BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………………

  27 A. Pelaksanaan Penelitian……………………………………….............

  27 B. Hasil Penelitian………………………………………………….........

  28 1. Uji Asumsi………………………………………………………..

  28 2. Uji Hipotesis…………………………………………………….

  28

  3. Uji Nilai Mean……………………………………………………

  29 C. Pembahasan………………………………………………………….

  29 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………

  33 A. Kesimpulan……………………………………………………………

  33 B. Saran………………………………………………………….............

  33 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..

  34

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Blue print Skala Penyesuaian Diri sebelum seleksi aitem…………………………………………………………

  19 Tabel 2. Distribusi aitem Skala Penyesuaian Diri……………………

  20 Tabel 3. Pemberian skor pada Skala Harga Diri pilihan jawaban favorabel……………………………………………………

  20 Tabel 4. Pemberian skor pada Skala Harga Diri pilihan jawaban unfavorabel…………………………………………………

  21 Tabel 5 Blue Print Skala Penyesuaian Diri Setelah Seleksi Aitem

  24 Tabel 6. Blue Print Skala Penyesuaian Diri Setelah Uji Coba……….

  25 Tabel 7 Blue Print Skala Penyesuaian Diri untuk Penelitian ……….

  25

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Uji coba Penyesuaian Diri………………………...

  Lampiran 2. Skala Penelitian…………………………………………. Lampiran 3. Reliabilitas Dan Seleksi Aitem Skala Penyesuaian Diri.. Lampiran 4. Uji Normalitas................................................................ Lampiran 5. Uji Hipotesis……………………………………………. Lampiran 6. Uji Nilai Mean…………………………………………..

  37

  45

  51

  58

  59

  60

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tidak selamanya akan bisa menikmati aktivitas kerja dalam

  memenuhi kebutuhan hidup. Semakin bertambah umur seseorang akan menyebabkan semakin menurun kondisi fisiknya. Hal tersebut yang membatasi seseorang untuk melakukan aktivitas.

  Usia yang semakin bertambah tersebut menyebabkan perubahan dalam diri maupun lingkungan individu sehingga seseorang harus melakukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri dilakukan seseorang agar dapat dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya (Schneiders dalam Gunarsa & Gunarsa, 1986).

  Perubahan dalam diri maupun lingkungan menyebabkan seseorang melakukan penyesuaian diri. Salah satu seseorang yang mengalami perubahan hidup adalah pensiunan. Seseorang mengalami berbagai perubahan ketika pensiun sehingga menyebabkan individu melakukan penyesuaian diri ketika pensiun .

  Pensiunan yang dipilih pada penelitian ini adalah pensiunan guru. Pensiunan guru dipilih pada penelitian ini karena di masyarakat pensiunan yang banyak ditemukan adalah pensiunan guru. Pada tahun 2007 saja jumlah pensiunan guru sebanyak 420.000 orang (Musadi, 2004). Hal tersebut menjadi salah satu alasan peneliti memilih pensiunan guru menjadi subyek penelitiannya.

  Pensiunan guru mengalami perubahan dalam pola hidup. Ketika masih mengajar, seorang guru mempunyai pola hidup yang teratur. Pola hidup yang teratur tersebut adalah aktivitas terjadwal ketika mengajar disekolah. Aktivitas setiap hari biasanya dimulai dari pagi sekitar pukul 07.00 sampai sekitar pukul 14.00 ketika guru berada di sekolah. Hal tersebut berlangsung dari hari Senin sampai hari Sabtu. Pola hidup itu berubah ketika guru memasuki masa pensiun. Guru harus berhenti bekerja. Hal ini yang menyebabkan tidak lagi dimilikinya aktivitas mengajar di sekolah.

  Selain kehilangan pekerjaannya, masa pensiun menyebabkan hilangnya sumber penghasilan, karir, jabatan, peran, harga diri, kesempatan untuk mengadakan interaksi dengan lingkungannya, aktivitas-aktivitasnya dan status sosialnya atau identitas diri. Akibatnya, masa pensiun dianggap sebagai krisis hebat dalam hidup mereka (Kuntjoro, 2002).

  Selain itu, guru yang sudah memasuki masa pensiun dianggap telah lanjut usia. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hardywinoto dan Setiabudhi (2005), yaitu yang dimaksud dengan kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Pada tahap ini ditandai dengan penurunan kondisi fisik seseorang. Permasalahan inilah yang membedakan pensiunan guru dengan pensiunan lainnya sehingga pensiunan guru lebih sulit untuk menyesuaiakan diri dibandingkan dengan pensiunan lainnya. Permasalahan ini merupakan alasan kedua peneliti memilih pensiunan guru sebagai subyek penelitiannya.

  Salah satu tujuan seorang individu melakukan penyesuaian diri adalah agar dapat di terima oleh lingkungan sekitarnya. Lingkungan di sekitar individu adalah masyarakat. Individu agar dapat diterima oleh masyarakat, maka harus berperilaku sesuai dengan tuntutan dari masyarakat.

  Masyarakat memberikan tuntutan yang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan. Maka, pada pembicaraan mengenai laki-laki dan perempuan tidak akan pernah dipisahkan dengan pembicaraan mengenai peran jender (gender role) dan stereotip jender (gender stereotype) (William & Best dalam Prastowo 2002).

  Konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor sosial dan budaya. Gender dapat diartikan sebagai konsep sosial yang membedakan peran antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan dibedakan menurut kedudukan fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai bidang kehidupan dan sosial. Maka, dari perbedaan tuntutan masyarakat terhadap peran laki-laki dan perempuan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan penyesuaian diri antara pensiunan guru laki-laki dan perempuan.

  B. Rumusan Masalah

  Masalah yang akan diteliti adalah: “ Apakah ada perbedaan tingkat penyesuaian diri antara pensiunan guru laki-laki dengan pensiunan guru perempuan?”

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: apakah ada perbedaan tingkat penyesuaian diri antara pensiunan guru laki-laki dengan pensiunan guru perempuan.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis

  Hasil penelitian dapat digunakan untuk memberikan kontribusi wacana di bidang Psikologi Perkembangan, khususnya yang berkaitan penyesuaian diri pada pensiunan guru laki-laki dan perempuan.

  2. Manfaat praktis

  Bagi komunitas pensiunan guru, penelitian ini dapat membantu komunitas untuk memahami gambaran penyesuaian diri antara pensiunan guru laki-laki dan perempuan. Maka dari pemahaman tersebut diharapkan gambaran tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga kesejahteraan hidupnya di masa pensiun menjadi lebih baik.

  .

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Penyesuaian Diri

1. Pengertian penyesuaian diri

  Menurut Kartono (2000), penyesuaian diri merupakan usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungannya, dapat mempertahankan eksistensinya, serta memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah. Selain itu, penyesuaian diri juga berarti bahwa individu dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan-tuntutan sosial.

  Menurut Vembriarto (1993) penyesuaian diri merupakan suatu reaksi terhadap tuntutan-tuntutan terhadap dirinya. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat digolongkan menjadi tuntutan internal dan eksternal. Tuntutan internal adalah tuntutan yang berupa dorongan atau kebutuhan yang timbul dari dalam, baik yang bersifat fisik maupun sosial, misalnya: kebutuhan makan, minum, penghargaan sosial, persahabatan. Tuntutan eksternal adalah tuntutan yang berasal dari luar diri individu, baik bersifat fisik maupun sosial, misalnya: keadaan iklim, lingkungan alam, individu lain, dan masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Gerungan (1988) yang menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, juga mengubah lingkungan sesuai Schneiders (dalam Yusuf & Nurihsan, 2007), penyesuaian diri adalah suatu respon individu, baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional, frustasi dan konflik; dan memelihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.

  Dari uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan definisi dari penyesuaian diri adalah suatu respon individu untuk menghadapi berbagai macam tuntutan baik yang berasal dari dalam diri maupun dari lingkungannya agar terjadi keharmonisan pada diri sendiri dan lingkungannya. Tingkat penyesuaian diri tinggi apabila individu memiliki kemampuan yang baik dalam merespon berbagai macam tuntuntan yang ada, sedangkan tingkat penyesuaian diri rendah apabila individu memiliki kemampuan yang kurang baik dalam merespon berbagai macam tuntutan yang ada.

2. Kriteria penyesuaian diri

  Untuk menilai berhasil atau tidaknya proses penyesuaian diri Vembriarto (1993) mengemukakan empat kriteria yang dapat digunakan, yaitu: a. Kepuasan psikis

  Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan kepuasaan psikis dimana mereka menjadi riang, senang, tenang dan aman, sedangkan yang gagal akan menimbulkan rasa tidak puas yang menjelma dalam bentuk perasaan kecewa, gelisah, lesu, dan depresi.

  b. Efisiensi kerja Penyesuaian diri yang berhasil akan nampak dalam kerja atau kegiatan yang efisien artinya seseorang dapat melakukan pekerjaan atau kegiatan dengan baik dan positif, sedangkan yang gagal nampak dalam kerja atau kegiatan yang tidak efisien.

  c. Gejala-gejala fisik Mereka yang gagal menyesuaikan diri akan menampakkan gejala- gejala fisik yang kurang baik dan sehat, seperti pencernaan terganggu, sakit perut, kepala pusing, gatal-gatal, sedangkan mereka yang berhasil menyesuaikan diri kondisi fisiknya selalu baik dan sehat.

  d. Penerimaan sosial Mereka yang berhasil menyesuaikan diri akan diterima baik oleh masyarakat, mereka menerima reaksi setuju dari masyarakat sedangkan yang gagal tidak akan diterima baik oleh masyarakat dan akan mendapatkan reaksi tidak setuju dari masyarakat .

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri

  Menurut Daradjat (1969), faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah: a. Frustrasi (tekanan perasaan) Frustrasi adalah proses yang membuat seseorang merasa ada hambatan dalam proses pemenuhan kebutuhannya atau menyangka bahwa akan terjadi suatu hal yang menghalangi keinginannya. Maka dengan adanya perasaan bahwa adanya hambatan dalam memenuhi tuntutan menyebabkan seseorang menjadi pesimis ketika mengahadapi suatu tuntutan sehingga menjadi sulit baginya untuk mengorganisasi kemampuan berpikir, perasaan, motivasi, dan tingkah laku untuk menghadapi suatu tuntutan yang harus dipenuhi. Penyesuaian diri yang baik terjadi jika seseorang dapat memenuhi suatu tuntutan yang muncul dalam dirinya, maka dengan tidak terpenuhinya tuntutan tersebut menyebabkan penyesuaian diri menjadi menurun.

  b. Konflik (pertentangan batin) Konflik adalah dua macam dorongan yang berlawanan satu dan lainnya dan tidak dapat dipenuhi dalam waktu yang bersamaan. Jika terdapat konflik, maka seseorang akan mengalami hambatan dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi karena individu hanya bisa memenuhi satu macam dorongan yang ada. Penyesuaian diri akan baik jika seseorang dapat memenuhi berbagai macam dorongan yang muncul, akan tetapi jika terjadi konflik individu hanya dapat memenuhi satu macam dorongan tersebut sehingga menyebabkan penyesuaian diri menjadi menurun. c. Kecemasan (anxiety) Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang mengalami frustrasi dan konflik. Proses emosi tersebut berupa rasa takut, terkejut, tidak berdaya, dll. Proses emosi misalnya saja rasa tidak berdaya disebabkan individu tidak dapat mengatasi hambatan yang ada dan mempunyai dua dorongan dalam waktu yang bersamaan. Penyesuaian diri akan baik jika individu dapat mengatasi proses emosi tersebut sehingga tuntutan dapat terpenuhi. Akan tetapi jika individu tidak dapat mengatasinya maka menyebabkan penyesuaian diri menjadi menurun.

B. Pensiunan Guru

1. Pengertian Guru

  Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Kata guru dalam bahasa Inggris disebut teacher, kata ini diartikan sebagai seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain (Syah, 2002).

  Guru memiliki pekerjaan yang memiliki ritme yang rutin, yaitu mengajar dengan jam yang sudah ditentukan. Pekerjaan tersebut yaitu mengajar di sekolah dari hari Senin sampai hari Sabtu (Dewi, 2007).

  2. Pensiunan

  Pensiun, artinya ialah seseorang yang sudah tidak bekerja lagi karena usianya sudah lanjut dan harus diberhentikan (Pensiun, 2009).

  Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 32 tahun 1979, batas usia pensiun pada guru adalah usia 56 tahun dan dapat diperpanjang sampai pada usia 60 tahun.

  Menurut Kimmel, pensiun merupakan suatu perubahan yang penting dalam perkembangan hidup individu yang ditandai dengan terjadinya perubahan sosial. Perubahan ini harus dihadapi oleh para pensiunan dengan penyesuaian diri terhadap keadaan tidak bekerja, berakhirnya karier di bidang pekerjaan, berkurangnya penghasilan, dan bertambah banyaknya waktu luang yang kadang – kadang terasa sangat mengganggu (dalam Prastiti, 2005). Hal senada juga diungkapkan Kuntjoro (2002) yaitu, meskipun tujuan ideal pensiun adalah para guru dapat menikmati hari tuanya namun kenyataannya sering diartikan sebaliknya. Pensiun seringkali dipersepsikan sebagai bentuk kehilangan pekerjaan, penghasilan, status, peran, harga diri, jabatan dan mereka harus memutuskan hubungan sosial.

  3. Masa Lanjut Usia Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.

  Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).

  Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

  Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.

  Secara sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Penduduk lanjut usia di negara kita menduduki kelas sosial yang tinggi dan harus dihormati kaum muda (dalam Suhartini, 2009).

C. Laki-laki dan Perempuan

  Perbedaan antara laki-laki dan perempuan terutama dalam konsep jender atau peran jenis terjadi melalui proses sosialisasi, penguatan dan konstruksi sosial-kultural (Handayani & Sugiarti, 2001). Melalui proses yang cukup panjang sehingga jender lambat laun menjadi seolah-olah ketentuan dari Tuhan atau kodrat biologis yang tidak dapat diubah lagi. Konstruksi sosial tentang jender secara evolutif mempengaruhi perkembangan masing- masing jenis kelamin, misalnya sifat jender laki-laki harus kuat dan agresif sehingga konstruksi sosial itu membuat laki-laki terlatih dan termotivasi menuju dan mempertahankan sifat yang ditentukan tersebut. Sebaliknya karena konstruksi sosial kaum perempuan harus lemah lembut maka sejak kecil asosiasi tersebut mempengaruhi perkembangan visi emosi dan ideologi kaum perempuan.

  Spencer dan Kass (dalam Widiyanti, 2002) mengatakan bahwa perlakuan dan sikap yang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan disebabkan oleh anggapan bahwa wanita dan pria mempunyai peranan berbeda di masyarakat. Sesuai dengan peranannya pria diharapkan menjadi kuat, mandiri, agresif, dan mampu memanipulasi lingkungan, berprestasi dan membuat keputusan. Dalam kehidupan sosial mereka diharapkan mampu berkompetisi, tegas, dan dominan. Wanita diharapkan lebih tergantung, sensitif dan keibuan.

  Dalam keluarga, laki-laki dan perempuan memiliki peran yang berbeda. Perempuan berperan pada wilayah domestik yakni sebagai pengurus rumah tangga sementara laki-laki di wilayah publik sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah utama (kapan lagi.com, 2009).

  

D. Perbedaan penyesuaian diri pada pensiunan guru laki-laki dan

perempuan

  Masyarakat memberikan tuntutan yang berbeda terhadap peran laki- laki dan perempuan. Hal tersebut tentu saja berpengaruh pada penyesuaian diri pensiunan guru laki-laki dan perempuan. Pensiunan guru harus melakukan penyesuaian diri yang disesuaikan dengan tuntutan dari masyarakat.

  Masayarakat menuntut laki-laki untuk berprestasi dan mampu berkompetisi (Widiyanti, 2002). Tuntutan tersebut dapat dipenuhi pensiunan guru ketika masih bekerja menjadi guru. Permasalahannya ketika pensiun, pensiunan guru tidak bekerja lagi sehingga pensiunan guru tidak bisa menyalurkan tuntutan tersebut yang sudah menjadi kebiasaannya ketika masih bekerja .Hal tersebut membuat pensiunan guru laki-laki mengalami perubahan ketika pensiuan sehingga harus melakukan penyesuaian diri. Selain itu, pada masa pensiun individu dihadapkan pada permasalahan kondisi fisik dan mental yang menurun sehingga pensiunan guru laki-laki sulit untuk memenuhi tuntutan tersebut. Maka, dari kedua permasalahan tersebut menyebabkan pensiunan guru melakukan penyesuaian diri. Lain halnya dengan perempuan yang tidak dituntut terlalu tinggi dalam berprestasi maupun berkompetisi sehingga ketika pensiun tidak ada perubahan yang begitu berbeda. Hal tersebut menyebabkan pensiunan guru perempuan lebih mudah dalam memenuhi tuntutan tersebut.

  Penurunan kondisi fisik dan mental tersebut juga menyebabkan seorang pensiunan tidak bisa lagi melakukan semua hal yang bisa dilakukannya sebelum pensiun. Hal tersebut menyebabkan perlu adanya bantuan orang lain untuk melakukan hal-hal tertentu yang tidak bisa pensiunan guru lakukan. Permasalahan tersebut menyebabkan sebuah permasalahan baru, yaitu rela atau tidaknya seorang pensiunan dibantu oleh orang lain.

  Dalam masyarakat, laki-laki diharapkan kuat dan mandiri (Widiyanti, 2002). Dengan latar belakang tersebut menyebabkan seorang pensiunan guru laki-laki sulit untuk menyesuaikan diri. Pensiunan guru laki-laki harus tetap kuat dan mandiri di depan masyarakat, padahal dengan keadaan fisik dan mental yang menurun membuatnya semakin lemah dan banyak permasalahan tidak bisa diselesaikannya sendiri. Hal tersebut juga menyebabkan adanya perubahan dalam pensiunan guru laki-laki karena sebelumnya terbiasa kuat dan mandiri harus menjadi tergantung pada orang lain. Lain halnya dengan pensiunan guru perempuan. Dalam masyarakat, perempuan lebih ditoleransi oleh masyarakat untuk tergantung pada orang lain sehingga pensiunan guru perempuan bisa rela menerima bantuan dari orang lain. Hal tersebut menyebabkan seorang pensiunan bisa meminta bantuan dari lain sehingga memudahkannya menghadapi berbagai permasalahan di masa pensiun.

  Dalam keluarga, laki-laki berperan pada wilayah publik sebagai

  

pencari nafkah utama (kapan lagi.com, 2009). Permasalahannya adalah ketika

pensiun, pensiunan guru tidak bekerja lagi sehingga pensiunan guru laki-laki

tidak bisa lagi berperan menjadi pencari nafkah utama. Maka dalam hal ini

pensiunan guru laki-laki bisa mengalami konflik antara ingin memenuhi

kebutuhan keluarga karena terbiasa sebagai pencari nafkah utama dengan

menjadi tergantung pada orang lain. Lain halnya dengan perempuan yang

memiliki peran domestik yaitu pengurus rumah tangga. Pensiun tidak menyebabkan perubahan peran tersebut karena ketika pensiun, pensiunan guru perempuan masih memiliki peran tersebut. Perbandingan dari kedua hal tersebut menyebabkan pensiunan guru laki-laki lebih sulit melakukan penyesuaian diri daripada pensiunan guru perempuan.

  Dari uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa pensiunan guru perempuan lebih mudah menyesuaikan diri pada masa pensiun sehingga pensiunan guru perempuan memiliki penyesuaian diri yang lebih baik daripada pensiunan guru laki-laki. Hal tersebut didasarkan pada perbandingan antara peran gender laki-laki dan perempuan dengan permasalahan yang terjadi pada masa pensiun.

E. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pensiunan guru perempuan mempunyai tingkat penyesuaian diri lebih tinggi dibandingkan dengan pensiunan guru laki-laki.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian komparatif yang bertujuan

  untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara pensiunan guru laki-laki dengan pensiunan guru perempuan dalam tingkat penyesuaian diri.

  B. Identifikasi Variabel Penelitian

  Dalam penelitian ini terdapat variabel-variabel yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. variabel bebas : jenis kelamin 2. variabel tergantung : penyesuaian diri

  C. Definisi Operasional

1. Jenis kelamin

  Jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan. Informasi mengenai jenis kelamin dapat dilihat dalam angket. Sebelum mengisi skala, subyek diminta untuk mengisi kolom jenis kelamin. Subyek yang berjenis kelamin laki-laki, diminta untuk mencoret pada kolom perempuan. Sedangkan subyek yang berjenis kelamin perempuan diminta untuk mencoret pada kolom laki-laki.

2. Penyesuaian diri

  Penyesuaian diri adalah suatu reaksi terhadap tuntutan-tuntutan terhadap dirinya yang berupa tuntutan internal dan eksternal. Skor yang tinggi pada penelitian ini menunjukkan bahwa individu memiliki penyesuaian diri yang baik, sedangkan skor rendah menunjukkan bahwa individu memiliki penyesuaian diri yang kurang baik. Variabel penyesuaian diri ini diukur dengan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Vembriarto (1993), yaitu:

  a. Kepuasan psikis Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan kepuasaan psikis dimana mereka menjadi riang, senang, tenang dan aman, sedangkan yang gagal akan menimbulkan rasa tidak puas yang menjelma dalam bentuk perasaan kecewa, gelisah, lesu, dan depresi.

  b. Efisiensi kerja Penyesuaian diri yang berhasil akan nampak dalam kerja atau kegiatan yang efisien artinya seseorang dapat melakukan pekerjaan atau kegiatan dengan baik dan positif, sedangkan yang gagal nampak dalam kerja atau kegiatan yang tidak efisien.

  c. Gejala-gejala fisik Mereka yang gagal menyesuaikan diri akan menampakkan gejala- gejala fisik yang kurang baik dan sehat, seperti pencernaan terganggu, sakit perut, kepala pusing, gatal-gatal, sedangkan mereka yang berhasil menyesuaikan diri kondisi fisiknya selalu baik dan sehat. d. Penerimaan sosial Mereka yang berhasil menyesuaikan diri akan diterima baik oleh masyarakat, mereka menerima reaksi setuju dari masyarakat sedangkan yang gagal tidak akan diterima baik oleh masyarakat dan akan mendapatkan reaksi tidak setuju dari masyarakat.

  D. Sample Penelitian

  Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode

  purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

  yang didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya (Narbuko, C & Achmadi, H. A., 2001). Kriteria subyek pada penelitian ini adalah pensiunan guru laki-laki-laki dan pensiunan guru perempuan yang berusia diatas 60 tahun. Batas usia subyek penelitian ini adalah 72 tahun karena dianggap masih melakukan proses penyesuaian diri pada masa pensiun.

  E. Metode dan Alat Pengumpul Data

  1. Penyusunan aitem Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala penyesuaian diri. Metode penskalaan yang digunakan adalah metode

  summated ratings, dengan menggunakan skala Likert yang terdiri atas

  empat kategori jawaban, yaitu: Sangat Sesuai dengan keadaan diri saya

  (SS), Sesuai dengan keadaan diri saya (S), Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya (TS), dan Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya (STS) Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala dengan tipe pilihan. Butir-butir dalam skala terbagi atas dua kelompok, yaitu: (1) butir

  

favorable, yaitu pernyataan yang sesuai dengan variabel, (2) butir

unfavorable, yaitu butir yang tidak sesuai dengan variable (Hadi, 1986).

  Skala ini, oleh peneliti dibuat sesuai dengan keadaan subyek penelitian yaitu berdasarkan persepsi subyek penelitian.