Perbedaan kesiapan kerja antara mahasiswa yang ikut organisasi dan mahasiswa yang tidak ikut organisasi - USD Repository

  

PERBEDAAN KESIAPAN KERJA ANTARA MAHASISWA YANG IKUT

ORGANISASI DAN MAHASISWA YANG TIDAK IKUT ORGANISASI

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh:

  

Ina Utadi

NIM : 079114051

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2012 i ii

  “ A jouney of a t h ousand mil es began wit h a singl e st ep”

  M OTTO

  • L ao Tzu- “ Cint ai BA HA GIA kar ena d ia membuat mu cer ia, t api cint ai juga SEDIH kar ena dia membuat mu dewasa”
  • A nonim-

  “ A jouney of a t h ousand mil es began wit h a singl e st ep”

  M OTTO

  • L ao Tzu- “ Cint ai BA HA GIA kar ena d ia membuat mu cer ia, t api cint ai juga SEDIH kar ena dia membuat mu dewasa”
  • A nonim-

  KARYA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK: TUHAN YESUS untuk penyertaan Nya dalam setiap langkah hidupku BAPAK dan IBU untuk kasih sayang dan ketulusan mereka

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 22 Mei 2012 Penulis,

  Ina Utadi vi

  

PERBEDAAN KESIAPAN KERJA ANTARA MAHASISWA YANG IKUT

ORGANISASI DAN MAHASISWA YANG TIDAK IKUT ORGANISASI

Ina Utadi

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kesiapan kerja antara mahasiswa yang

ikut organisasi dan mahasiswa yang tidak ikut organisasi. Hipotesis yang diajukan adalah

mahasiswa yang ikut dalam organisasi merasa lebih siap untuk memasuki dunia kerja daripada

mahasiswa yang tidak ikut dalam organisasi. Subjek penelitian ini adalah 100 orang yang terdiri

dari 50 orang yang ikut dalam organisasi dan 50 orang yang tidak ikut organisasi. Mereka yang

menjadi subjek adalah mahasiswa yang sedang menempuh matakuliah skripsi di Yogyakarta.

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala persepsi kesiapan

kerja. Reliabilitas skala persepsi kesiapan kerja diuji dengan menggunakan metode koefisien

reliabilitas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil 0,913 dari 40 aitem. Data dianalisis dengan

menggunakan independent sample t-test. Hasil analisis data menunjukkan nilai p sebesar 0, 296

(p>0,05) yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal persepsi kesiapan kerja antara

mahasiswa yang ikut organisasi dan mahasiswa yang tidak ikut dalam organisasi.

  Kata kunci: organisasi, kesiapan kerja, mahasiswa

  

THE DIFFERENCE OF WORK READINESS BETWEEN STUDENTS

WHO WERE INVOLVED IN ORGANIZATION AND STUDENTS WHO

WERE NOT INVOLVED IN ORGANIZATION

Ina Utadi

ABSTRACT

  This study was aimed to see the difference of work readiness between students who were

involved in organization and students who were not involved in organization. The presented

hypothesis was that the students who were involved in organization feltreadier to enter the

working world than the students who were not involved in any organization. The subjects of this

study were 100 students, consisting 50 students who were involved in organization and 50 students

who were not involved in organization. Those who became the subjects were the students who

were taking the undergraduate thesis in Yogyakarta. The data collection used in this study was the

work readiness perception scale. The work readiness perception scale reliability was tested with

cronbach alpha reliability coefficient method. The result was 0,913 from 40 items. The data was

analyzed with t-test independent sample. The result showed that p value was 0,296(p>0.05) which

meant there was no significant difference in terms of work readiness between students who were

involved in organization and students who were not involved in organization.

  Keywords: organization, work readiness, college students

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama: Ina Utadi NIM: 079114051

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah saya yang berjudul:

  “Perbedaan Kesiapan Kerja Antara Mahasiswa Yang Ikut Organisasi dan Mahasiswa Yang Tidak Ikut Organisasi”

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan dan mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa harus meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di: Yogyakarta Pada tanggal: 22 Mei 2012 Yang menyatakan, Ina Utadi

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME yang senantiasa membimbing dan menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Kesiapan Kerja Antara Mahasiswa yang Ikut Organisasi dan Mahasiswa yang Tidak Ikut Organisasi”.

  Penulis juga menyadari banyak pihak yang telah berperan serta, baik dalam memberikan waktu, tenaga dan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Tuhan Yesus yang selalu menuntun dan memberi kekuatan untuk dapat menyusun tugas akhir ini.

  2. Orang tua yang sangat menyayangiku dan senantiasa berdoa untukku

  3. Ibu Aquilina Tanti Arini S.Psi., M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing saya dengan penuh kesabaran dari awal sampai akhir dalam pembuatan skripsi ini

  4. Kakak-kakakku, yang selalu mengingatkanku untuk segera menyelesaikan skripsi ini

  5. Sahabat-sahabatku: Oppie, Renny, Stella, Nenis, Putri, Krisna, Intan, Ita, Erin, Anggi, Katie, Ringgo, 4R Crews (Ika, Lusi, Ayu, Creysta, Christin, Clara, Liris, Mba Tia, Mba Wulan, Mba Juju, Mba Agnes, Mb Lia), teman-teman satu bimbingan (Tisa, Mutia, Anas, Rara, Ita) terimakasih buat kebersamaan kita.

  6. Para responden yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.

  7. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu dan telah membantu sampai pada penyusunan skripsi ini Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun.

  Yogyakarta, 22 Mei 2012 Ina Utadi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING…………………… ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….. iii HALAMAN MOTTO………………………………………………………... iv HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………... v HALAMAN KEASLIAN KARYA………………………………………….. vi ABSTRAK…………………………………………………………………… vii

  

ABSTRACT …………………………………………………………………... viii

  HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH…………………………………………………………………… … ix KATA PENGANTAR……………………………………………………….. x DAFTAR ISI………………………………………………………………… xii DAFTAR SKEMA…………………………………………………………... xv DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xvi DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xvii

  BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………

  1 A. Latar Belakang Masalah………………………………………………

  1 B. Rumusan Masalah …………………………………………………….

  5 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………

  5 D. Manfaat Penelitian…………………………………………………….

  5 BAB II. LANDASAN TEORI ………………………………………………..

  6 A. Kesiapan Kerja………………………………………………………… 6 1. Definisi Kesiapan Kerja …………………………………………..

  6 2. Aspek-aspek Kesiapan Kerja …………………………………….

  7

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja………………

  9 B. Mahasiswa ……………………………………………………………. 10

  C. Organisasi…………………………………………………………….. 10

  1. Definisi Organisasi……………………………………………….. 10

  2. Macam-macam Organisasi ………………………………………. 13

  3. Manfaat Mahasiswa Terlibat dalam Organisasi………………….. 15

  D. Dinamika Perbedaan Kesiapan Kerja Antara Mahasiswa yang Ikut Organisasi dan Mahasiswa yang Tidak Ikut Organisasi……………… 17

  E. Hipotesis……………………………………………………………… 21

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………………… 22 A. Jenis Penelitian……………………………………………………….. 22 B. Identifikasi Variabel Penelitian ……………………………………… 22 C. Definisi Operasional………………………………………………….. 22 D. Subjek Penelitian……………………………………………………… 23 E. Sampling……………………………………………………………… 24 F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ………………………………… 24 G. Uji Coba Alat Ukur…………………………………………………… 25 H. Kredibilitas Alat Ukur………………………………………………… 26

  1. Estimasi Validitas…………………………………………………. 26

  2. Seleksi Aitem……………………………………………………… 26

  3. Estimasi Reliabilitas……………………………………………… 27

  I. Teknik Analisis Data ………………………………………………… 28

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………. 29 A. Pelaksanaan Penelitian ……………………………………………….. 29 B. Deskripsi Subjek Penelitian ………………………………………….. 29 C. Hasil Penelitian……………………………………………………….. 31

  1. Deskripsi Data Penelitian………………………………………… 31

  2. Uji Asumsi ……………………………………………………… 32

  a. Uji Normalitas ……………………………………………… 32

  b. Uji Homogenitas ……………………………………………... 33

  3. Uji Hipotesis……………………………………………………… 34

  D. Pembahasan…………………………………………………………... 35

  BAB V. PENUTUP ………………………………………………………… 39 A. Kesimpulan…………………………………………………………… 39 B. Saran…………………………………………………………………. 39 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 41 LAMPIRAN………………………………………………………………… 45

  DAFTAR SKEMA Skema 1. Skema Dinamika Perbedaan Kesiapan Kerja……………………….. 20

  DAFTAR TABEL Tabel 1. Blueprint Skala Kesiapan Kerja Sebelum Uji Coba………………… 25 Tabel 2. Blueprint Skala Kesiapan Kerja Setelah Uji Coba …………………. 27 Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian dilihat dari Keikutsertaannya dalam

  Organisasi…………………………………………………………… 30 Tabel 4. Deskripsi Subjek Penelitian dilihat dari Indeks Prestasi yang diperoleh ………………………………………………………. 30 Tabel 5. Deskripsi Subjek Penelitian dilihat dari Jenjang Semester …………. 31 Tabel 6. Deskripsi Statistik Data Penelitian …………………………………. 31 Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji Normalitas…………………………………….. 33 Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas………………………………….. 34 Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ……………………………………… 34

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 ( Tryout) ………………………………………………………… 46

  1. Format Skala Kesiapan Kerja………………………………………… 47

  2. Uji Reliabilitas dan Seleksi Aitem …………………………………… 65 Lampiran 2 (Penelitian) ……………………………………………………… 78

  1. Format Skala Kesiapan Kerja………………………………………… 79

  2. Uji Normalitas ……………………………………………………… 92 3.

  Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis ………………………………….. 93

  4. Uji One Sample t-test ………………………………………………… 94

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, pekerja di Indonesia yang berasal dari lulusan universitas banyak

  yang belum siap dalam menghadapi persaingan global. Hal tersebut disebabkan kurangnya rasa kepercayaan diri, daya pikir divergen, dan juga kemampuan untuk berkomunikasi (Napitupulu & Latief, 2011). Kenyataan ini menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia semakin bertambah karena banyak calon karyawan yang tidak sesuai dengan permintaan pasar.

  Berdasarkan data statistik yang ada, dari 8.320.000 orang pengangguran yang ada di Indonesia sampai bulan Agustus 2010, ternyata jumlah pengangguran yang paling banyak didominasi oleh lulusan sarjana dan diploma. Badan Pusat Statistik (BPS) menguraikan bahwa jumlah lulusan sarjana yang menganggur adalah sebesar 11, 92% dan jumlah lulusan diploma yang menganggur adalah sebesar 12,78% (Hida, 2010). Sementara itu, berdasarkan Data Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sekitar 30 % lowongan kerja pada tahun 2010 tidak terisi. Padahal, jumlah orang yang mencari pekerjaan melimpah. Hal ini disebabkan karena kualifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai dengan permintaan pasar. Data dari provinsi, kabupaten, dan kota menunjukkan sekitar 4.120.000 pencari kerja terdaftar. Lowongan kerja yang disediakan untuk 2.380.000 orang tidak terisi semua karena hanya terisi 1.620.000 orang atau sekitar 70 % (Latief, 2011).

  Data statistik tersebut menunjukkan bahwa ketika mahasiswa telah dapat menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi dan meraih gelar sarjana, keberhasilan dalam mendapatkan gelar tersebut tidak menjamin seseorang akan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya dengan cepat.

  Kurangnya rasa percaya diri dan kemampuan berkomunikasi yang membuat mahasiswa merasa belum siap untuk memasuki dunia kerja dikeluhkan juga oleh perusahaan. Banyak perusahaan yang memiliki harapan jika calon karyawannya nanti tidak hanya memiliki kemampuan akademis yang baik saja, melainkan memiliki keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja, seperti: kemampuan untuk memimpin, kemampuan untuk berkomunikasi, rasa percaya diri, dan juga tanggung jawab (Latief, 2011).

  Softskill atau keterampilan yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi

  kesiapan kerja. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Wijayanti (2008). Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut, menunjukkan jika semakin tinggi efikasi core skills yang dimiliki mahasiswa, maka akan semakin tinggi pula kesiapan kerja yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Mahasiswa dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir, yang merupakan calon lulusan dan kemudian akan melanjutkan ke dunia kerja (Wijayanti, 2008).

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), yang dimaksud dengan kesiapan adalah suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan untuk suatu hal tertentu. Kesiapan kerja dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai suatu kondisi seseorang mengetahui keterampilan yang digunakan di dunia kerja, seseorang dapat berbaur atau berinteraksi dengan orang lain, dan mengetahui kapasitas untuk mempelajari sesuatu yang baru (Ward&Riddle, 2002).

  Keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam dunia kerja dapat diperoleh salah satunya dengan terlibat dalam sebuah organisasi. Ketika seseorang aktif dalam sebuah organisasi, maka softskill yang dimiliki akan semakin terasah, interaksi menjadi lebih luas, lebih mudah untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan atau tempat yang baru, serta dapat mengasah kemampuan

  

leadership (“Rajin Berorganisasi Pangkal Sukses”, 2010). Mahasiswa yang ikut

  serta dalam organisasi dapat berkreasi dan beraktivitas secara lebih luas. Selain itu, mahasiswa akan banyak berinteraksi dengan orang lain yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Kemampuan komunikasi dan emosi yang dimiliki oleh mahasiswa akan semakin terlatih dalam menghadapi banyaknya konflik yang ada (Bamboed, 2010).

  Pengalaman berorganisasi yang dimiliki oleh mahasiswa akan sedikit banyak membantu ketika mahasiswa memasuki dunia kerja setelah menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Sebagai contoh, seorang manajer HRD merasakan adanya dampak positif dari keterlibatannya dalam organisasi, yaitu pengalaman ketika dulu memegang jabatan sebagai wakil ketua. Ketika memasuki dunia kerja, seseorang dapat membagi waktu secara efektif dan dapat berkomunikasi dengan lebih baik (“Rajin Berorganisasi Pangkal Sukses”, 2010). Berorganisasi dapat memberikan banyak ilmu kepada seseorang, seperti: bagaimana memanajemen waktu dengan baik, bagaimana cara untuk menghargai pendapat orang lain, dan bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain atau masyarakat yang mungkin tidak semua ilmu tersebut diperoleh ketika mahasiswa berada dalam ruang perkuliahan (“Kuliah vs Organisasi”, 2010). Ilmu yang diperoleh mahasiswa dari keterlibatannya dalam sebuah organisasi akan berguna dan dibutuhkan dalam dunia kerja (Bamboed, 2010).

  Mahasiswa yang memiliki softskill akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru, bertemu dengan orang-orang baru dan memiliki tanggung jawab yang baru pula, karena ketika mereka masih terlibat dalam oganisasi, mereka sudah pernah mengalami situasi tersebut. Hal ini didukung dengan adanya sebuah penelitan yang pernah dilakukan sebelumnya, dimana mahasiswa yang aktif berorganisasi memiliki kompetensi interpersonal yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak aktif berorganisasi (Ikasari, 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang aktif berorganisasi memiliki kemampuan berinisiatif, mengatasi konflik interpersonal dan kemampuan bersikap terbuka yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak aktif berorganisasi. Dengan kata lain, mahasiswa yang aktif dalam organisasi memiliki softskill yang dibutuhkan di dunia kerja. Keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi dimana mahasiswa dapat mengasah keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja apakah dapat membuat mahasiswa merasa lebih siap untuk memasuki dunia kerja?

  Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang perbedaan kesiapan kerja antara mahasiswa yang mengikuti organisasi dan tidak mengikuti organisasi pada mahasiswa tingkat akhir.

  B. Rumusan Masalah

  Apakah mahasiswa tingkat akhir yang pernah mengikuti organisasi lebih siap dalam memasuki dunia kerja dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak pernah mengikuti organisasi?

  C. Tujuan Penelitian

  Mengetahui apakah mahasiswa tingkat akhir yang pernah mengikuti organisasi lebih siap dalam memasuki dunia kerja dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak pernah mengikuti organisasi.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan teori Psikologi, khususnya pada psikologi organisasi dan psikologi komunikasi.

  2. Manfaat praktis Dapat memberikan informasi dan masukan pada mahasiswa, khususnya mahasiswa tingkat akhir berkaitan dengan kesiapan diri seseorang untuk memasuki dunia kerja.

BAB II LANDASAN TEORI A. Kesiapan Kerja 1. Definisi Kesiapan Kerja Kata siap memiliki arti yaitu sudah bersedia (untuk), dapat melakukan suatu

  pekerjaan tanpa pelatihan lagi atau siap pakai (KBBI). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesiapan berarti suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan untuk suatu hal tertentu. Sementara itu, di dalam kamus Bahasa Inggris, kesiapan (readiness) berarti keadaan siap, kecepatan. Chaplin (2006:419), mendefinisikan kesiapan sebagai keadaan siap siaga untuk mereaksi atau menanggapi.

  Individu yang siap bekerja dapat diartikan sebagai individu yang dapat menyesuaikan diri terhadap budaya kerja yang baru, mengetahui keterampilan yang dimiliki, mengetahui dengan benar apa yang diinginkan, dan kapasitas untuk mempelajari sesuatu yang baru. Individu juga dapat berbaur dengan orang lain, memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dengan perubahan, mengerti apa yang menjadi harapan dalam hidup, mengerti apa yang menjadi harapan orang lain, dan harapan dalam pekerjaan. Selain itu, individu juga dapat menjaga kesehatan fisik dan mental, serta memiliki etos kerja yang baik (Ward&Riddle, 2002).

  Pada penelitian ini, pengertian kesiapan kerja mengacu pada pengertian kesiapan kerja yang diungkapkan oleh Ward dan Riddle (2002). Hal ini dikarenakan ketika seseorang terlibat dalam sebuah organisasi, seseorang akan memperoleh suatu pengalaman yang mungkin nantinya dapat membuat seseorang siap untuk memasuki dunia kerja. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh seseorang dalam organisasi tidak jauh berbeda dengan pendapat Ward dan Riddle (2002). Seseorang memiliki kesempatan untuk belajar sesuatu yang baru, belajar berinteraksi atau bersosialisasi dengan orang lain. Selain itu, seseorang juga belajar untuk mengerti apa yang menjadi harapan diri dan harapan orang lain tentang suatu tugas atau kewajiban yang dimiliki.

2. Aspek-aspek Kesiapan Kerja Brady (2010), mengemukakan adanya enam aspek dalam kesiapan kerja.

  Aspek-aspek tersebut adalah :

  a. Tanggung jawab Individu yang siap untuk bekerja memiliki perasaan atau keinginan untuk bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Misalnya, datang tepat waktu, bekerja sampai dengan waktu yang telah ditentukan, bertanggung jawab terhadap segala peralatan dan perlengkapan (sarana dan prasarana), dapat menjaga rahasia perusahaan, dan memiliki waktu untuk kerja lembur.

  b. Dinamis atau mudah menyesuaikan Individu yang dapat beradaptasi dengan perubahan dan tuntutan dari tempat kerja. Individu yang dinamis ini dapat menerima perubahan yang terjadi, baik itu perubahan yang dapat diprediksikan ataupun perubahan yang tidak dapat diprediksikan. Selain itu, individu yang dinamis juga dapat lebih menyiapkan diri untuk beradaptasi terhadap perubahan dari jam kerja, tugas-tugas, maupun posisi/ jabatan tertentu.

  c. Keterampilan Individu yang merasa siap untuk bekerja mengetahui jika keterampilan yang mereka miliki akan mereka pergunakan di lingkungan kerja. Individu ini mampu untuk mengidentifikasi kemampuan atau kekuatan yang dimiliki untuk mengerjakan tugasnya.

  Selain itu, mereka juga harus mau untuk mempelajari hal baru yang dituntut perusahaan berkaitan dengan pekerjaan.

  d. Komunikasi Komunikasi merupakan hal yang penting, di mana individu yang mampu berkomunikasi dengan baik akan lebih mudah berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan kerja yang baru. Individu ini mampu untuk mengikuti perintah atau petunjuk, memahami bagaimana cara meminta bantuan, dapat menerima kritik dan masukan, dan dapat berbaur dengan anggota yang lain (bekerja sama dengan baik).

  e. Pandangan diri Pandangan diri ini berkaitan dengan prinsip yang dimiliki seseorang, terutama prinsip dalam bekerja. Ketika seseorang memiliki prinsip, orang tersebut dapat mengontrol pendapat pribadinya. Individu ini sadar dengan kemampuan yang dimilikinya, penerimaan, keyakinan, dan rasa kepercayaan diri yang ada dalam diri mereka. f. Kebersihan diri dan keselamatan Individu yang merasa siap untuk bekerja tentunya dapat menjaga penampilan, sehat secara fisik dan mental. Mereka juga dapat mengikuti prosedur yang diminta. Misalnya, ketika seseorang bekerja di bidang pengoperasian peralatan, maka orang tersebut dapat mengikuti prosedur yang berkaitan keselamatannya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja

  Ward dan Riddle (2002) menyatakan ada 2 faktor penting yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah: a. Dimensi kemampuan kerja

  Dimensi ini meliputi kemampuan untuk membuat keputusan tentang karir, kemampuan untuk meningkatkan keterampilan, kemampuan untuk mencari pekerjaan, dan kemampuan untuk dapat menjalankan pekerjaan dengan baik.

  b. Dimensi dukungan Selain dimensi kemampuan kerja, Ward dan Riddle juga menyatakan adanya beberapa faktor lain yang mendukung kesiapan kerja seseorang. Faktor tersebut adalah efikasi diri atau keyakinan pada diri sendiri untuk dapat melakukan yang terbaik, harapan yang besar untuk meraih kesuksesan, adanya dukungan sosial, dan juga riwayat atau pengalaman kerja yang dimiliki.

B. Mahasiswa

  Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Menurut Susantoro (dalam Rahmawati, 2006) mahasiswa merupakan kalangan muda berusia antara 19 sampai 28 tahun yang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampai tingkat universitas dan kemudian mereka segera memasuki jenjang karier dalam pekerjaannya. Havighurst (dalam Dariyo, 2004), mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa muda, di antaranya:

  1. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup

  2. Membina kehidupan rumah tangga

  3. Meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga

  4. Menjadi warga Negara yang bertanggung jawab C.

   Organisasi 1. Definisi Organisasi

  Mooney (dalam Supardi & Anwar, 2002) menyatakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap kerja sama manusia untuk pencapaian tujuan bersama.

  Sofyandi dan Garniwa (2007) mendefinisikan organisasi sebagai suatu himpunan interaksi manusia yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yang terikat dalam suatu ketentuan yang telah disetujui bersama. Selain itu, Gaus (dalam Supardi & Anwar, 2002) berpendapat bahwa organisasi merupakan suatu tata hubungan antara orang-orang untuk dapat memungkinkan tercapainya tujuan bersama dengan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab.

  Barnard (dalam Wursanto, 2002) mengemukakan pendapatnya bahwa organisasi adalah suatu sistem usaha bersama antara dua orang atau lebih, tidak bersifat pribadi yang sebagian besar mengenai hubungan-hubungan kemanusiaan. Schein (1991) menambahkan bahwa organisasi merupakan suatu koordinasi sejumlah kegiatan manusia yang direncanakan untuk mencapai suatu tujuan bersama melalui pembagian tugas dan fungsi serta melalui serangkaian wewenang dan tanggung jawab.

  Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang terdapat pada sebuah organisasi adalah: a. Adanya keinginan untuk dapat bekerja sama

  b. Adanya proses pembagian kerja

  c. Adanya pengaturan hubungan

  d. Adanya tujuan yang ingin dicapai Berdasarkan unsur-unsur tersebut, dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Menurut Supardi dan Anwar (2002), organisasi dapat dipandang dari berbagai segi yang berbeda : a. Organisasi sebagai suatu wadah Organisasi adalah tempat di mana kegiatan manajemen dijalankan.

  Organisasi memiliki pola dasar struktur yang sifatnya relatif permanen. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan untuk diadakan perubahan-perubahan karena hal tertentu, misalnya pergantian pimpinan.

  b. Organisasi sebagai suatu proses Tinjauan organisasi sebagai suatu proses adalah memperhatikan dan menyoroti interaksi antar orang-orang yang menjadi anggota organisasi itu. Tinjauan organisasi sebagai suatu proses ini menimbulkan adanya dua macam hubungan dalam organisasi :

  1. Hubungan formil Hubungan formil adalah suatu hubungan dalam organisasi yang ditetapkan secara resmi dan umumnya diatur dalam suatu tata kerja atau prosedur kerja.

  2. Hubungan informal Organisasi dengan sejumlah tata hubungan kerja yang terwujud dari hubungan kerjasama antar sejumlah orang dalam jangka waktu yang panjang (hubungan dan aktivitas tidak ditetapkan secara resmi dalam struktur organisasi). c. Organisasi sebagai suatu system Merupakan suatu kombinasi dari dua atau tiga macam sistem, yaitu :

  1. Sistem sosial Suatu sistem tata hubungan antar sesama manusia.

  2. Sistem fungsional Sistem atau jaringan yang dikaitkan satu sama lain sehingga diharapkan pada akhirnya, tujuan utama yang diinginkan organisasi dapat tercapai.

  3. Sistem komunikasi Suatu sistem arus informasi yang membuat organisasi itu menjadi hidup.

2. Macam-macam Organisasi

  Menurut Wursanto (2002), berbagai macam organisasi dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu dari jumlah pucuk pimpinan, dari segi keresmian, dari segi tujuan, serta dari segi luas wilayah.

  a. Dari segi jumlah pucuk pimpinan, organisasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

  1. Organisasi tunggal: organisasi yang memiliki pucuk pimpinan hanya satu orang saja.

  2. Organisasi jamak: organisasi yang memiliki pucuk pimpinan lebih dari satu orang atau organisasi yang pucuk pimpinannya berada di tangan beberapa orang. b. Menurut keresmiannya, organisasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

  1. Organisasi formal: organisasi di mana kegiatan yang dilakukan dikoordinasikan guna tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, sehingga orang-orang yang berada dalam kelompok tersebut memiliki struktur yang jelas.

  2. Organisasi informal: organisasi yang disusun secara bebas dan spontan. Keanggotaan dalam organisasi ini diperoleh secara sadar atau secara tidak sadar, dimana kapan seseorang menjadi anggota sulit ditentukan.

  c. Menurut luas wilayahnya, organisasi dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

  1. Organisasi daerah: organisasi yang luas wilayahnya meliputi suatu wilayah atau daerah tertentu.

  2. Organisasi nasional: organisasi yang luas wilayahnya meliputi seluruh wilayah dalam suatu negara.

  3. Organisasi regional: organisasi yang luas wilayahnya meliputi beberapa negara tertentu saja.

  4. Organisasi internasional: organisasi yang anggota-anggotanya meliputi negara-negara di dunia d. Dari segi tujuan yang hendak dicapai, organisasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

  1. Organisasi niaga atau organisasi ekonomi: organisasi yang tujuan utamanya mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya

  2. Organisasi sosial atau organisasi kemasyarakatan: organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Organisasi dalam penelitian ini adalah berbagai macam organisasi yang diikuti oleh mahasiswa, baik itu organisasi tunggal, jamak, formal, informal, daerah, nasional, regional, maupun organisasi internasional.

3. Manfaat Mahasiswa Terlibat dalam Organisasi

  Widodo (2010), mengemukakan beberapa manfaat dari keterlibatan mahasiswa dalam sebuah organisasi:

  1. Mahasiswa dapat belajar untuk menjadi pemimpin yang sesungguhnya.

  Dalam organisasi, seseorang dapat belajar secara gratis tentang beberapa hal, seperti: komunikasi, motivasi, koordinasi, dan juga pengambilan keputusan yang merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

  2. Ketika melamar pekerjaan, mahasiswa yang pernah terlibat dalam organisasi akan lebih dipertimbangkan untuk dapat diterima sebagai karyawan dengan jabatan yang lebih baik.

  3. Bertambahnya relasi Ketika seseorang ingin membuka usaha bisnis, mereka dapat menghubungi teman atau pihak-pihak yang dulu pernah menjadi donatur untuk acara yang pernah dilaksanakan. Sementara itu, Djojodibroto (2004) menambahkan manfaat positif yang didapat dari berorganisasi yaitu mahasiswa dapat menjadi pribadi yang terhormat. Di sisi lain, Gaspersz (2001), mengemukakan manfaat-manfaat yang diperoleh individu ketika terlibat dalam sebuah organisasi:

  1. Mengembangakan kreativitas dalam mencapai tujuan organisasi

  2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kinerja individu itu sendiri

  3. Individu menjadi lebih giat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan

  4. Individu dapat belajar mengidentifikasi kendala atau hal-hal yang menghambat kinerja mereka

  5. Individu belajar untuk dapat bertanggung jawab terhadap masalah yang dihadapi beserta solusi dari permasalahan tersebut

  6. Individu dapat belajar mengevaluasi kinerja mereka

  7. Individu memiliki kesempatan-kesempatan untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mereka

  8. Individu dapat dengan bebas menyumbangkan pengetahuan dan pengalaman mereka

  

D. Dinamika Perbedaan Kesiapan Kerja Antara Mahasiswa Yang Ikut

Organisasi dan Mahasiswa Yang Tidak Ikut Organisasi

  Saat ini persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketat karena peluang yang ada sangat terbatas. Kecermatan sangat dibutuhkan dalam menetukan pilihan yang sesuai dengan minat dan juga kemampuan yang dimiliki oleh calon pekerja. Selain itu, dibutuhkan suatu kesiapan yang berupa strategi untuk dapat memperoleh suatu pekerjaan (Prasasti, 2009).

  Perusahaan banyak yang mengeluh karena calon pekerja yang tersedia tidak dapat memenuhi kualifikasi yang diminta. Mereka beranggapan jika calon pekerja memiliki softskill yang rendah, seperti: kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, kepercayaan diri, dan rasa tanggung jawab yang nantinya sangat dibutuhkan di dunia kerja (Latief, 2011). Softskill tersebut dapat diasah, salah satunya dengan berorganisasi.

  Mahasiswa yang terlibat dalam sebuah organisasi memiliki kesempatan untuk belajar banyak hal positif dan mengasah keterampilan yang akan dibutuhkan di dunia kerja. Sebagai contoh, seorang mahasiswi yang pernah terlibat dalam organisasi memberikan pendapat tentang manfaat yang diperoleh. Misalnya, dapat belajar mengasah leadership, belajar untuk bertanggung jawab terhadap tugas diberikan, belajar membagi waktu dengan lebih baik lagi. Selain itu, mahasiswa juga dapat belajar untuk bekerja dalam tim dan berinteraksi dengan lebih luas. Mahasiswa yang ikut dalam organisasi juga dapat belajar berkreasi dan beraktivitas secara lebih luas.

  Dengan demikian, mahasiswa yang ikut dalam organisasi akan memperoleh banyak manfaat positif, dimana kemampuan komunikasi semakin baik, interaksi semakin luas, dapat melatih diri untuk bekerja dalam tim. Mahasiswa memiliki manajemen waktu yang lebih baik, daya kreasi dan kreativitas juga lebih meningkat. Selain itu, kemampuan leadership yang dimiliki mahasiswa juga lebih terasah lagi. Dengan berorganisasi, mahasiswa terlatih untuk lebih menghargai orang lain dan dapat mengontrol diri dengan lebih baik lagi.

  Berbeda halnya dengan mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi. Mereka tidak atau kurang memiliki bekal yang memang dibutuhkan di dunia kerja.

  Mahasiswa ini tidak memiliki kesempatan untuk belajar bertanggung jawab terhadap tugas, belajar membagi waktu dengan lebih baik, tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi lebih luas. Mahasiswa yang tidak terlibat dalam organisasi juga tidak memiliki kesempatan untuk mengasah leadership dan berkreasi.