Prosiding Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan 2013

NILAI TAMBAH OLAHAN HASIL PERTANIAN PADA USAHA GABUNGAN
KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) MESRA JAYA KELURAHAN SAWAH LEBAR
LAMA KOTA BENGKULU
Rahmat Oktafia1), Alfayanti2), Novitri Kurniati dan Dwi Fitriani

3)

1)

Calon Penyuluh BPTP Bengkulu
Calon Peneliti BPTP Bengkulu
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
2)

3)

ABSTRAK
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan salah satu pelaku agroindusri pengolahan hasil
pertanian. Gapoktan Mesra Jaya adalah Gapoktan di Kota Bengkulu yang melakukan usaha pengolahan hasil
pertanian berupa rengginang ubi kayu (renggining) dan keripik pisang nangka. Penelitian ini bertujuan untuk
menghitung nilai tambah pengolahan renggining dan keripik pisang nagka. Lokasi penelitian pada Gapoktan

Mesra Jaya di Kelurahan Sawah Lebar Lama, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu pada bulan Maret sampai
April 2013. Data yang dikumpulkan adalah input dan output pengolahan produk melalui pengamatan proses
produksidan wawancara dengan wanita tani pengolah renggining dan keripk pisang nagka. Data dianalisis
menggunakan analisis nilai tambah mengikuti Metode Hayami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tambah
produk renggining ubi kayu dan keripik pisang nangka masing-masing sebesar Rp.13.057/kg dan 5.975/kg.
Kata Kunci: nilai tambah, olahan hasil pertanian, gapoktan

PENDAHULUAN
Pembangunan pertanian Pembangunan pertanian harus dipandang dari dua pilar utama yang
tidak bisa dipisahkan yaitu pilar pertanian primer yang merupakan kegiatan usahatani yang
menggunakan input produksi untuk menghasilkan produk pertanian primer danpilar pertanian
sekunder sebagai kegiatan meningkatkan nilai tambah produk pertanian primer melalui pengolahan
(agroindustri) beserta distribusi dan perdagangannya (Baroh, 2007). Sifat produk pertanian yang
cepat busuk jika disimpan terlalu lama memerlukan penanganan pengolahan yang lebih lanjut agar
produk pertanian tersebut dapat memberikan nilai tambah dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi
daripada masih dalam bentuk segar.
Kegiatan agroindustri merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian. Efek
agroindustri mampu mentransformasikan produk primer ke produk olahan sekaligus budaya kerja
bernilai tambah rendah menjadi budaya kerja industrial modern yang menciptakan nilai tambah tinggi
(Suryana, 2005 dalam Tarigan,2007). Definisi agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri

yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan
serta jasa untuk kegiatan tersebut. Dengan demikian agroindustri meliputi industri pengolahan hasil
pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian
(pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain) dan industri jasa sektor pertanian (Budiarto, 2009).
Salah satu pelaku agroindustri di Indonesia adalah petani yang tergabung kedalam Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan merupakan lembaga yang menghubungakn petani di suatu
desa dengan lembaga-lembaga lain di luarnya (Syahyuti, 2007). Tujuan utama pembentukan dan
penguatan Gapoktan adalah untuk memperkuat kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan
pemerintah kepada petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas (Deptan, 2006). Gapoktan
diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana
produksi, pemasaran produk pertanian, dan termasuk menyediakan berbagai informasi yang
dibutuhkan petani (Syahyuti, 2007).
Salah satu satu Gapoktan yang melakukan pengolahan hasil pertanian adalah Gapoktan
Mesra Jaya Kelurahan Sawah Lebar Lama Kota Bengkulu. Gapoktan ini merupakan gabungan dari lima
kelompok wanita tani yang mengolah hasil pertanian dari kebun kelompok diantaranya adalah ubi
kayu yang diolah menjadi rengginang (renggining) dan pisang nangka yang diolah menjadi keripik.
Usaha pengolahan hasil yang dilakukan oleh wanita tani juga berpengaruh positif terhadap
penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan waktu luang, dan peningkatan pendapatan wanita tani dan
keluarganya serta peningkatan nilai tambah produk pertanian.


Selama ini belum banyak dilakukan penelitian untuk mengetahui nilai tambah produk olahan
pertanian khususnya di Gapoktan Mesra Jaya karena itu perlu dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk menghitung nilai tambah produk olahan pertanian pada Gapoktan Mesra Jaya. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informas bagi Gapoktan Mesra Jaya khususnya dan Peneliti lain yang
ingin melakukan penelitian sejenis.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survei melalui wawancara dengan anggota Gabungan
Kelompok Tani Mesra Jaya Kelurahan Sawah Lebar Lama, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu
pada bulan Maret sampai April 2013. Lokasi dipilih secara sengaja karena Gapoktan ini mengolah hasil
pertanian dan salah satunya adalah produk yang jarang diolah oleh Gapoktan yang lain yaitu
renggining ubi kayu.
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang
dikumpulkan meliputi biaya produksi, jumlah produksi, harga produk, dan keuntungan. Data dianalisis
untuk memperoleh nilai tambah produk, keuntungan. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan
meliputi dokumen kelompok seperti anggaran dasar/rumah serta laporan-laporan teerkait lainnya
yang diperoleh dari internet dan literatur yang mendukung dari berbagai sumber kepustakaan.
Untuk mengetahui besarnya nilai tambah pada usaha pengolahan ubi kayu menjadi
renggining serta pisang nangka menjadi keripik, dilakukan dengan menggunakan metode
Hayamidengan rumus sebagai berikut:
Tabel 1. Prosedur perhitungan nilai tambah produk menggunakan Metode Hayami.


Variabel
I. Output, Input dan Harga
1. Output (Kg)
2. Input (Kg)
3. Tenaga Kerja (HOK)
4. Faktor Konversi
5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK)
6. Harga Output (Rp/Kg)
7. Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK)
II. Peneriman dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp/Kg)
9. Sumbangan Input Lain (Rp/Kg)
10. Nilai Output (Rp/Kg)
11. a. Nilai Tambah (Rp/Kg)
b. Rasio Nilai Tambah (%)
12. a. Pendapatan Tenaga Kerja
Langsung (Rp/Kg)
b. Pangsa Tenaga Kerja (%)
13. a. Keuntungan (Rp/Kg)

b. Tingkat Keuntungan (%)
III. Balas Jasa Pemilik Faktor-Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/Kg)
a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (%)
b. Sumbangan Input Lain (%)
c. Keuntungan Pemilik Perusahaan (%)

Kode
(1)
(2)
(3)
(4) = (1)/(2)
(5) = (3)/(2)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10) = (4) x (6)
(11a) = (10) – (9) – (8)
(11b) = (11a)/(10) x 100%

(12a) = (5) x (7)
(12b) = (12a)/(11a) x 100%
(13a) = (11a) – (12a)
(13 b) = (13a)/(11a) x 100%
(14) = (10) – (8)
(14a) = (12a)/(14) x 100%
(14b) = (9)/(14) x 100%
(14c) = (13a)/(14) x 100%

Sumber: Hayami, et all. Agricultural Marketing and Processing In Up Land Java 1989dalamHidayat (2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Gapoktan Mesra Jaya
Gapoktan Mesra Jaya dibentuk pada tahun 2003 melalui Program Peningkatan Pendapatan
Petani/Nelayan Kecil (P4K). Saat ini Gapoktan Mesra Jaya beranggotakan 71 yang terdiri dari 5
kelompok tani. Keanggotaan Gapoktan Mesra Jaya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Keanggotaan Gapoktan Mesra Jaya Kelurahah Sawah Lebar Lama Tahun 2013.

No

1
2
3
4
5

Nama Kelompok Tani
Melati Jaya I
Melati Jaya II
Serasan
Mandiri Jaya
Barokah Jaya
Jumlah

Jumlah Anggota Kelompok (orang)
11
10
10
22
18

71

Sumber: dokumen Gapoktan Mesra Jaya 2013.

Gapoktan ini melakukan kegiatan usaha dari berbagai macam usaha untuk usaha pengolahan
baik pengolahan hasil pertanian maupun olahan tepung-tepungan. Hasil pertanian yang diolah antara
lain renggining ubi kayu dan keripik pisang nangka.Sedangkan olahan tepung-tepungan yang
diusahakan antara lain kue tat dan keripik bawang. Gapoktan ini sejak tahun 2008 mendapatkan
bantuan dana BLM PUAP dari Departemen Pertanian. Selain kegiatan produktif, di dalam Gapoktan ini
juga dilakukan pemupukan modal (arisan), simpan pinjam, dan kegiatan sosial (pengajian, kunjungan
sosial) yang dilakukan secara rutin setiap bulan sekali.

Nilai Tambah Renggining Ubi Kayu dan Keripik Pisang Nangka
Analisis nilai tambah rengginang ubi kayu dan keripik pisang nangka disajikan pada Tabel 3.
Dalam 1 kg ubi kayu dapat dihasilkan 0,9 kg rengginingdengan nilai tambah Rp.13.057/kg sedangkan
dalam 1 kg pisang nangka menghasilkan 0,62 kgkeripik dengan nilai tambah sebesar 5.975/kg.
Dengan demikian terdapat peningkatan nilai tambah bagi setiap produk hasil pertanian dengan
masukan teknologi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hernanto (2003) bahwa penerapan teknologi
akan berpengaruh terhadap biaya dan penerimaan petani.
Marjin yang diperoleh dari pengolahan rengginang ubi kayu sebesar Rp.19.500/kg. Imbalan

tenaga kerja terhadap marjin sebesar 46,53% atau Rp.8.970/kg. Sumbangan input lain 33,04%
(Rp.6.435/kg). Keuntungan yang diperoleh pemilik modal adalah 20,42% dari marjin (Rp.3.900/kg).
Dalam pengolahan keripik pisang nangka diperolah marjin sebesar Rp.10.000/kg. Imbalan tenaga
kerja terhadap marjin sebesar 31,00% atau Rp.3.100/kg. Sumbangan input lain 40,00%
(Rp.4.000/kg). Keuntungan yang diperoleh pemilik modal adalah 29,00% dari marjin (Rp.2.900/kg).

Tabel 3. Nilai Tambah Renggining Ubi Kayu dan Keripik Pisang Nangka pada Gapoktak Mesra Jaya Kota Bengkulu.

III.
IV.
V.
VI.

Variabel
I. Output, Input dan Harga
1. Hasil produksi (kg)
2. Bahan baku (kg)
3. Tenaga kerja (HOK)
4. Faktor konversi
5. Koofisien tenaga kerja

6. Harga produk (Rp/kg)
7. Upah tenaga kerja (Rp/HOK)
II. Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/kg)
9. Sumbangan input lain (Rp/kg)
10.Nilai produksi (Rp/kg)
11.Nilai tambah (Rp/kg)
12. Rasio nilai tambah (%)
13. Imbalan tenaga kerja (Rp/kg)
14. Pangsa tenaga kerja (%)
15. Keuntungan (Rp/kg)
16. Tingkat keuntungan (%)
III. Balas Jasa Faktor Produksi
17. Marjin (Rp/kg)
18. Imbalan tenaga kerja (%)
19. Sumbangan input lain (%)
20. Keuntungan pemilik modal (%)

Renggining Ubi Kayu
9

10
3
0,90
0,36
25.000
25.000

Keripik Pisang Nangka
10
16
2
0,63
0,13
20.000
25.000

3.000
6.443
22.500
13.057
58,03
9.075
69,50
3.982
30,49

2.500
4.025
12.500
5.975
48,00
3.125
52,00
2.850
48,00

19.500
46,53
33,04
20,42

10.000
31,00
40,00
29,00

Sumber: data primer diolah, 2013.

KESIMPULAN
Nilai tambah pengolahan rengginang ubi kayu dan keripik pisang nangka masing-masing
adalah sebesar Rp.13.057/kg dan 5.975/kg. Marjin yang diperoleh dari masing-masing produk adalah
Rp.19.500/kg dan RP 10.000/kg. Dari marjin ini setiap produk memberikan sumbangan terhadap
pendapatan Gapoktan masing-masing sebesar Rp.3.900/kg dan Rp.2.900/kg.

DAFTAR PUSTAKA
Badan SDM Pertanian. 2006. Rencana Kerja Badan Pengembangan SDM Pertanian tahun2006. Rangkuman Hasil
Rapim Badan SDM Pertanian Februari 2006. Badan SDM Pertanian, Deptan. Jakarta.
Baroh,I. 2007. Analisis Nilai Tambah dan Distribusi Kripik Nangka. Laporan Penelitian Lembaga Penelitian
Universits Muhammadiyah Malang.
Budiarto. 2009. Pemilihan Teknologi dalam Pengembangan Agro Industri Perdesaan. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Teknologi Berbasis bahan Baku Lokal. Kerjama Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI)
dengan Fakultas Teknologi Universitas Gajah Mada.Yogyakarta
Hernanto, F. 2003. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai Kelembagaan Ekonomi
di Perdesaan. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 5 (1): 15-35
Tarigan,H. 2007.Peningkatan Nilai Tambah Melalui Pengembangan Agroindustri Pisang di Kabupaten
Lumajang.www.pse.deptan.litbag.go.id (11 Desember 2013).