Sejarah perkembangan Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Alquran (LPPIQ) Surabaya tahun 1993-2016 M.
SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1)
Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)
Oleh:
Mohammad Ilham Ma’ruf
NIM : A02213058
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Alquran Surabaya Tahun 1993-2016 M.”. Adapun fokus masalahnya adalah sebagai berikut: 1) Apa yang melatar belakangi berdirinya LPPIQ Surabaya 2) Bagaimana perkembangan LPPIQ Surabaya pada tahun 1993-2016 M. 3) Bagaimana respon masyarakat terhadap LPPIQ Surabaya dari awal berdirinya LPPIQ sampai saat ini?
Penelitian ini di susun dengan menggunakan metode historis perspektif diakronis yang mengungkapkan waktu, obyek, latarbelakang, dan pelaku dari kejadian tersebut guna untuk mengungkap alur kejadian beserta perkembangan yang dialami, dengan beberapa langkah di antaranya observasi, wawancara, heuristik, verifikasi sumber, interpretasi, dan historiografi. Adapun pendekan yang digunakan adalah pendekatan sosiologis guna untuk melihat golongan sosial yang berperan, fungsistruktur sosial, pelapisan sosial, peranan, dan status sosial. Di dukung pula dengan teori social institution yang memandang bahwa lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat.
Hasil dari penelitian skripsi ini adalah: 1) latar belakang dari berdirinya LPPIQ ialah dikarenakan adanya rasa khawatir terhadap minimnya pemahaman masyarakat muslim Indonesia dalam memahami makna atau arti dari maksud Alquran.2) Perkembangan program terjemah Alquran yang diperkasasai oleh LPPIQ berkembang sampai ke luar Surabaya. 3) Respon masyarakat tehadap cenderung ke arah positive dikarenakan system pembelajaran yang dipakai oleh LPPIQ menarik, keaktifan ustad dalam menyampaikan materi tidak selalu monoton sehingga peserta didik dalam mengikuti pelajaran tetap aktif bahkan hiperaktif.
(7)
ABSTRACT
The title of this thesis is the Development History of Surabaya Educational Institutions and Al qur’an Studies. The main problems of this thesis are about why Surabaya Educational Institutions and Al qur’an Studies is established, then how the development of Surabaya Educational Institutions and Al qur’an Studies is, and how public community responses about Surabaya Educational Institutions and Al qur’an Studies since then until now.
This research is arranged by diachronic perspective historical method and used sociological approach. diachronic perspective historical method is a method that reveal the development chronologies. The procedures of diachronic perspective historical method are such as observing, interviewing, heuristics, source verification, interpretation, and historiography. Sociological approach is useful for observing social groups who play the role on it, function of social structure, social stratification, and social status. The research is also supported by social institution theory. Social institution theory said that public community institutions are the assemblage of norms from every level of public daily needs.
The result from this research are : 1)the background of the establishment of Educational Institutions and Al qur’an Studies is due to a sense of worry about the lack of muslim Indonesian community in understanding the meaning or meaning of the intent of Alquran. 2) The development of translation al quran programs were developing not only in Surabaya, but also out of Surabaya. 3) Public society gives positive responses because learning system of Educational Institutions and Al qur’an Studies is interesting, innovative and the teacher (ustadz) was very active in delivering the lesson so that the learners could join actively too.
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN KEASLIAN... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI... PEDOMAN TRANSLITERASI... PERSEMBAHAN... MOTTO... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii iii iv v vi vii viii ix x xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Kegunaan Penelitian... E. Pendekatan dan Kerangka Teori... F. Penelitian Terdahulu... G. Metode Penelitian... H. Sistematika Pembahasan...
1 7 7 8 9 11 13 17 BAB II LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PENGKAJIAN
(9)
A. Sejarah Berdirinya LPPIQ... 1. Latar Belakang berdirinyaLPPIQ... 2. Perubahan LPIQ Menjadi LPPIQ... 3. Tujuan Didirikannya LPPIQ... B. Struktur Kepengurusan... 1. Kepengurusan LPPIQ Tahun 1993-2016... 2. Tugas dan Wewenang Pengurus LPPIQ... 3. Program Kerja LPPIQ... C. Tokoh Pendiri LPPIQ...
1. Achmad Kholil... 2. PendukungBerdirinya LPPIQ...
21 23 24 25 28 30 31 33 34 35 37
BAB III PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DAN
PENGKAJIAN ILMU ALQURAN SURABAYA TAHUN 1993-2016 M.
A. Masa Pendirian LPPIQ... 1. Jumlah Jama’ah Kajian LPPIQ...
B. Program Terjemah Alquran Sistem 40 Jam... 1. Terjemah Alquran Melalui Surah Al-Baqarah... 2. Terjemah Alquran Sistem 40 Jam... 3. Silaturrahmi Nasional... 4. Referensi Program Terjemah Alquran
Sistem 40 Jam... C. Kota-kota Penyelenggara Program Terjemah
43 44 48 49 52 58 59 61
(10)
Alquran Sistem 40 Jam... D. Sarana dan Prasarana... 1. Kantor LPPIQ dan Perkembangannya... 2. Prasarana...
63 63 64
BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PENGKAJIAN ILMU ALQURAN (LPPIQ) SURABAYA
A. Respon Jama’ah LPPIQ... 1. Tuning, Ibu Rumah Tangga... 2. Evi Puspita Lestari, Wiraswasta... B. Respon Pemilik Atau Pengurus
Tempat Kajian LPPIQ... 1. Asnawi, Pengurus Takmir Masjid
Al-Ikhlas Jambangan Surabaya... 2. Radio SAM FM Surabaya...
64 64 65
66
66 67 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... B. Saran...
70 71 DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN-LAMPIRAN...
73 76
(11)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Intisari dari ajaran Islam adalah apa yang termaktub dalam Alquran dan dalam pelaksanaanya seperti yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad shalla
Allah ‘alayh wassalam selama hidupnya.
Alquran diturunkan guna untuk dijadikan sebuah pedoman hidup dalam menjalankan kehidupan sehari-hari umat muslim. Untuk mengetahui isi dari Alquran tersebut, seorang muslim harus membaca dan memahami isi dari kandungan Alquran tersebut, mengingat Alquran itu sendiri ditulis menggunakan bahasa Arab dan dalam penulisannya banyak menggunakan bahasa sastra ataupun kiasan. Jadi sudah menjadi suatu keharusan dan keniscayaan bagi orang-orang Islam untuk mamahami isi dari Alquran, karena Alquran selain sebagai sumber ajaran Islam, juga sebagai way of life yang menjamin kesenangan dan kebahagiaan dunia akhirat bagi pemeluknya.
Indonesia merupakan suatu Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Tetapi, sebagian besar masyarakat muslim Indonesia yang sudah jauh masanya dengan nabi Muhammad tidak memahami bahasa Arab dengan baik. Maka sangat disayangkan jika rata-rata penduduk Indonesia tidak memahami kitab sucinya sendiri.
Alquran yang memang pada awalnya diturunkan guna untuk dijadikan sebagai patokan ataupun pedoman dalam kehidupan sehari-hari, sudah seharusnya dibaca dan kemudian dipahami. Namun kemudian yang menjadi persoalan
(12)
berdasarkan fakta yang ada bahwa sebagian besar masyarakat muslim Indonesia dalam membaca Alquran bertujuan untuk mendapatkan pahala, menenangkan diri, mendekatkan diri kepada sang Ilahi, dan lain sebagainya. Hal ini tidak bisa kita salahkan, karena memang pada kenyataanya dengan kita membaca Alquran kita bisa mendapatkan pahala, menenangkan diri, dan mendekatkan diri kepada sang Ilahi, dan lain sebagainya. Tapi bila kita kembali lagi kepada latar belakang kenapa Alquran itu diturunkan, maka akan berbeda persoalanya. Belum tentu dengan hanya sebatas membaca Alquran akan melahirkan suatu pemahaman tentang isi dari Alquran tersebut. Hal ini kemudian yang mengakibatkan tidak adanya pemahaman terhadap Alquran yang kita baca. Sehingga fungsi Alquran sebagai petunjuk terabaikan, akibatnya kondisi moralitas bangsa kita sangat menyedihkan. Hal tersebut tidak terlepas dari peran umat Islam yang mayoritas di negeri ini, yang berpegang pada pedoman kitab suci Alquran ternyata tidak mampu menunjukkan sebagai bangsa yang terbaik, justru sebaliknya.
Semaraknya kegiatan majlis taklim, berjamurnya taman-taman pendidikan Alquran, pengajian-pengajian, kuiah-kuliah subuh di media cetak maupun di televisi, kajian-kajian tafsir Alquran, kajian Hadist, kegiatan biro kerohanian Islam, badan dakwah Islam di instansi-instansi pemerintah maupun swasta, dan lain-lainnya, masih belum mampu mengangkat kondisi moralitas bangsa ini kearah yang lebih baik.
Lembaga pendidikan Islam adalah suatu wadah bagi para jama’ah kajian yang menuntut ilmu keagamaan. Suatu lembaga Islam mengajarkan tentang ilmu-ilmu pengetahuan yang berlandaskan kepada ajaran-ajaran agama Islam. Menurut
(13)
M. Daud Ali suatu lembaga pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang berdasarkan ajaran Islam dan berfungsi untuk memberikan pedoman pada masyarakat muslim mengenai tatalaku dan sikap dalam menghadapi permasalahan yang ada dalam masyarakat, dan memberikan pengarahan dalam melakukan pengendalian sosial.1
Lembaga pendidikan yang akan penulis bahas pada penulisan skripsi ini adalah Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Alquran (selanjutnya disebut LPPIQ) yang telah beroprasi selama 24 tahun di Surabaya. LPPIQ berdiri dan diresmikan pada tahun 1993 M. sesuai dengan Akte notaris atas nama pembuatan: A. Kohar S.H. Nomor: 125.- yang didirikan oleh Achmad Kholil, Abdussalam, Sumarno, Abdul Muhaimin, dan Muslimin. Pada awalnya, LPPIQ berpusat di Masjid Jam’ul Fawaid Gubeng Kertajaya yang sebelumnya bertempat di rumah Achmad Kholil. Kemudian pindah tempat ke kantor Islamic center di Jl. Raya Dukuh Kupang 122-124 Surabaya, memenuhi ajakan Ahmad Shobirin selaku Kakanwil. Depag. pada tahun 1993. Semenjak berpindah tempat ke kantor Islamic center, kegiatan belajar mengajar yang awalnya berada di kantor Islamic center, kemudian dipecah diberbagai tempat.
LPPIQ Surabaya merupakan suatu lembaga yang independen non profit. Bergerak di bidang pendidikan terjemah Alquran. Salah satu program yang diandalkan adalah program terjemah Alquran sistem 40 jam dan Surah al-Baqarah sebagai objek awal dari pembelajaran terjemah Alquran. Pemilihan Surah al-Baqarah sebagai langkah awal dalam menterjemahkan Alquran karena surah
1
(14)
tersebut merupakan surah paling panjang di Alquran dan hampir sebagian kosa kota yang ada di dalam Alquran terkandung dalam surah al-Baqarah, sehingga jika kosa kata yang terdapat di surah Albaqrah dapat dikuasai, maka akan mengetahui makna dari kosakata yang ada pada surah-surah Alquran setelahnya.
Proses pembelajaran LPPIQ ialah dilakukan dengan menggunakan sistem klasikal, menyebar dan terjun langsung ke masyarakat. Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh jama’ah kajian sendiri dengan jumlah asatidz yang ahli di bidangnya sebanyak 27 orang. Pada tahun 2016 M. LPPIQ Surabaya telah mempunyai 281 kelompok kajian. Tempat pembelajaran LPPIQ terdiri dari masjid, mushollah, TPQ, Perseroan Terbatas (PT), intansi pemerintahan dan tempat-tempat lainnya.
Jenjang pendidikan di LPPIQ ialah dengan menggunakan empat tingkatan, yaitu: tingkatan dasar, menengah, atas dan tingkatan tinggi. Untuk tingkatan dasar terdapat tiga paket yaitu mulai dari paket satu sampai tiga. Pada tingkatan ini, peserta diharapkan bisa mengartikan kata demi kata di setiap ayat yang terdapat di juz satu sampai juz tiga Alquran. Selain itu pada tingkatan ini, jama’ah kajian diberi penjelasan mengenai isim, fi’il, huruf, madhi, mudhari’, amar serta jamid dan musytaq.
Pada tingkatan menengah jama’ah kajian mendapatkan paket empat sampai dengan paket lima. Setiap jama’ah kajian diharapkan dapat mengartikan ayat demi ayat yang terdapat di juz empat sampai dengan juz enam dan dapat mentashrif kalimat baik secara istilahi maupun lughawi dan dapat menjelaskan mana fi’il yang shahih dan mana yang mu’tal, mana yang mujarrad dan mana
(15)
yang mazid. Tingkatan menengah ini merupakan kelanjutan dari tingkatan dasar. Pada tingkatan ini kemudian jama’ah kajian dijelaskan mengenai jamid dan mutasharif, mengenal shahih dan mu’tal, mengenal mujarrad dan mazid, hal ini dilakukan agar jama’ah kajian bisa mencapai target yang ditentukan pada tingkatan ini.
Adapun tingkatan atas. Setiap jama’ah kajian yang telah menempuh dua tingkatan tersebut, maka mereka melanjutkan ke tingkatan atas. Pada tingkatan ini setiap jama’ah kajian diharapkan bisa mengartikan sendiri kata demi kata yang terdapat pada juz tujuh sampai dengan juz sembilan sesuai dengan jumlah paket pada tingkatan ini yakni paket tujuh sampai dengan sembilan. Selain itu jama’ah kajian juga diberi materi tambahan mengenai mabni dan mu’rab, mengenal umdah dan mengenal takmilah / fadhlan.
Selesai mengikuti pendidikan pada tingkat tiga tingkatan di atas jama’ah kajian diharapkan bisa menerjemahkan sendiri dan dapat mengethui istilah-istilah dalam ilmu Nahwu dan Sharaf. Tingkat Tinggi merupakan tingkat pengembangan dari juz 10 sampai dengan 12 dan juga ditargetkan bisa selesai sampai tuntas. Untuk selanjutnya pada paket 13 sampai dengan 15 ialah pendalaman ilmu Balaghah. Untuk paket-paket selanjutnya, mulai dari 16 sampai dengan 30 para jama’ah kajian diharapkan sudah mampu menerjemahkan sendiri dengan ilmu-ilmu yang terkait dengannya dan selanjutnya dapat berkembang menjadi Mufassir dan menyebarkan ilmu yang didapatkannya kepada masyarakat luas.
Keberadaan Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Alquran (LPPIQ) diharapkan mampu memasyarakatkan Alquran dan meng-Alquran-kan masyarakat
(16)
dalam format yang lebih nyata dan riil. Berdirinya LPPIQ Surabaya dan lahirnya pembelajaran terjemah Alquran ini merupakan alternatif yang bisa menjadi jawaban atas kesulitan umat Islam dalam mempelajari dan menterjemahkan Alquran, sehingga bisa menghayati kandungan kitab sucinya, yang sekaligus dapat meningkatkan sumber daya muslim di Indonesia. Untuk membahas lebih dalam mengenai tahapan, bagaimana berdiri dan perkembanganya Lembaga Pendidikan dan Penelitian Ilmu Alquran Surabaya yang sempat penulis singgung seperti pemaparan di atas.
Topik pembahasan dari penelitian ini ialah tentang sejarah dan perkembangan Lembaga Pendidikan dan Pengakjian Ilmu Alquran Surabaya dengan batasan waktu dari Tahun 1993-2016 M. Batasan penelitian ialah dimulai dari tahun 1993 sampai 2016 M. Tahun 1993 M. merupakan waktu pendirian dan permulaan dari perkembangan-perkembangan LPPIQ yang akan dibahas secara relevan menggunakan pendekatan diakronis guna untuk menjelaskan perkembangan-perkembangan yang terjadi di dalamnya. Tahun 2016 sengaja penulis jadikan sebagai batasan akhir dari penelitian ini, karena pada masa tersebut masih berlangsung perkembangan-perkembangan yang dialami oleh LPPIQ baik dari segi keanggotaan ataupun factor lainnya.
Keunggulan dan keunikan yang dimiliki oleh LPPIQ saat ini ialah banyaknya ketertarikan dari kalangan masyarakat Surabaya terhadap salah satu program yang dimiliki LPPIQ yakni program terjemah Alquran. Pemilihan program terjemah Alquran di karenakan sudah banyak lembaga pendidikan yang ada di Surabaya yang telah mengayomi di bidang baca tulis, tafsir, dan tahfidzh
(17)
Alquran. Meskipun LPPIQ adalah suatu lembaga yang non profit dan legalitas yang dimiliki hanya sebatas akte npotaris, namun mampu mengayomi dan mencetak masyarakat yang paham terhadap bahasa Alquran. Dari keunggulan dan keunikan yang dimiliki oleh LPPIQ timbul sebuah ketertarikan dari penulis untuk meneliti dan mengkaji Lembaga ini.
B. Rumusan Masalah
Demi kefokusan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan batasan-batasan ruang lingkup pembahasan dalam mengkaji penelitian ini. ruang lingkup pembahasan penulis ialah perkembangan Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Alquran Surabaya tahun 1993-2016 M.
Adapun perumusan masalahnya adalah:
1. Apa yang melatar belakangi berdirinya LPPIQ Surabaya?
2. Bagaimana perkembangan LPPIQ Surabaya pada tahun 1993-2016 M.?
3. Bagaimana respon masyarakat terhadap LPPIQ Surabaya dari awal berdirinya LPPIQ sampai saat ini?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Lembaga Pendidikan Pengkajian Ilmu Alquran Surabaya
2. Untuk mengetahui perkembangan Lembaga Pendidikan Pengkajian Ilmu Alquran Surabaya pada tahun 1993-2016 M.
3. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap Lembaga Pendidikan Pengkajian Ilmu Alquran Surabaya.
(18)
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, di antaranya sebagai berikut :
1. Secara Akademik (Praktis)
a. Memberikan tambahan kazanah keilmuan sejarah Indonesia pada umumnya dan sebagai bahan referensi dalam bidang sejarah dan peradaban Islam pada khususnya, serta dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang melakukan penelitian selanjutnya.
b. Sebagai pelengkap khazanah ilmu pengetahuan agama dan memberikan wacana bagi perkembangan perbendaharaan ilmu pengetahuan Islam, terutama dalam bidang sejarah.
2. Secara Ilmiah (Teoritis)
a. Peneliti diharapkan dapat memberikan manfaat dan pemahaman bagi pembaca mengenai Lembaga Pendidikan Pengkajian Ilmu Alquran Surabaya
b. Untuk memperkaya kajian sejarah tentang Lembaga Pendidikan Islam yang ada di Indonesia.
(19)
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan historis perspektif diakronis dan pendekatan sosiologis. Pendekatan historis adalah suatu ilmu yang di dalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Dalam hal ini sudah barang tentu penulisan sejarah perkembangan LPPIQ akan mengungkapkan peristiwa apa saja yang terjadi terhadap LPPIQ dengan cara melihat kapan peristiwa itu terjadi, di mana, apa sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.2 Adapun secara konseptual diakronis dimaksudkan untuk menjelaskan secara rinci suatu gerak dalam waktu dan kejadian-kejadian yang kongkrit. Dari pendekatan historis tersebut kemudian, penulis bisa memaparkan secara detail dari tahun berdiri dan berkembangnya LPPIQ dari tahun 1993 sampai dengan 2016.
Dalam pada itu penggunaan pendekatan sosiologis dimaksudkan untuk melihat golongan sosial yang berperan, fungsi struktur sosial, pelapisan sosial, peranan, dan status sosial.3 Hal tersebut bisa juga dikaji dengan menggunakan prespektif sosiologi. Perspektif sosiologi merupakan pola pengamatan ilmu sosiologi dalam mengkaji tentang kehidupan masyarakat dengan segala aspek atau proses sosial kehidupan di dalamnya. Inti dari perspektif sosiologi adalah pertanyaan bagaimana kelompok mempengaruhi manusia, khususnya bagaimana manusia dipengaruhi masyarakatnya. Dengan menggunakan pendekatan sosiologi penulis dapat melihat bagaimana perkembangan, peranan serta pengaruh LPPIQ
2
Atang Abdul Hakim, Metodologi Studi Islam (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2000), 64. 3
(20)
terhadap masyarakat Surabaya dalam mengembangakn pengetahuan masyarakat Surabaya terhadap ilmu Alquran.
Teori merupakan sebuah alat bantu dalam memecahkan suatu masalah-masalah dalam melakukan sebuah penelitian. Kegunaanya dalam penelitian ialah sebagai pedoman yang berguna untuk mempermudah jalannya penelitian dan sebagai pegangan pokok bagi peneliti.
Lebih lanjut pendekatan sosiologi dalam hal ini menggunakan konsep social institution atau teori lembaga kemasyarakatan. Teori social institution yang memandang bahwa lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat.4 LPPIQ merupakan suatu lembaga pendidikan Alquran di tengah-tengah kehidupan masyarakat, merupakan kebutuhan dan keperluan tuntutan pokok kehidupan manusia, dalam hal ini kebutuhan manusia akan pendidikan, sehingga menimbulkan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren, taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi dan lain sebagainya. Adanya LPPIQ yang khusus mengajarkan tentang pendidikan Alquran, menekankan kepada pola-pola hidup kebebasan, sehingga dengan fokus terhadap pendidikan Alquran, diharapkan para jama’ah kajian dapat menjadikan Alquran sebagai landasan aturan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, sehingga tetap pada ajaran Alquran.
4
(21)
F. Penelitian Terdahulu
Kajian tentang Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Alquran Surabaya belum pernah ada yang membahas tentang kajian ini. Penulis menemukan satu kajian ilmiah dengan objek yang sama tapi dengan tema yang berbeda. Dalam penelitian terdahulu ini, penulis telah melacak dan menemukan satu skripsi. Sedangkan untuk buku dan literature yang membahas tentang LPPIQ tidak penulis temukan di Perpustakaan UIN Sunan Ampel, Taman Bacaan pendidikan Sejarah dan lain-lain.
1. Skripsi yang ditulis oleh Irma Fahriani (2008) mahasiswi Pendidikan Agama Islam dengan judul : “Efektivitas Pembelajaran Terjemah Al- Qur'an Melalui Surat al-Baqarah di LPPIQ Surabaya dan Pembelajaran Terjemah Alquran
Metode Al-Wahyu di Madrasah Lukman Al-Hakim Surabaya : Suatu Kajian Perbandingan.”5
Skripsi ini membahas tentang metode Terjemah Alquran melalui surat al-Baqarah di LPPIQ, di dalam kajian tersebut sekilas membahas tentang sejarah dan perkembangan LPPIQ. Skripsi ini lebih condong kepada pembahasan tentang sisitem pelajaran yang dilakukan oleh LPPIQ. Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa proses pembelajaran di LPPIQ ialah dilakukan dengan menggunakan sistem klasikal, menyebar dan terjun langsung ke masyarakat. Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh pesrta didik. Tempat pembelajaran LPPIQ
5
Irma Fahriani, Efektivitas Pembelajaran Terjemah Al- Qur'an Melalui Surat Al-Baqarah di LPPIQ Surabaya dan Pembelajaran Terjemah Al-Qur'an Metode Al-Wahyu di Madrasah Lukman Al-Hakim Surabaya : Suatu Kajian Perbandingan, (Skripsi, UIN Sunan Ampel, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Surabaya, 2008).
(22)
terdiri dari masjid, mushollah, pondok pesantren, TPQ, Perseroan Terbatas (PT), intansi pemerintahan dan tempat-tempat lainnya.
2. Skripsi yang ditulis oleh Nunung Nur Jannah (2003) mahasiswi Pendidikan Agama Islam dengan judul : “Cara Cepat Memahami Alquran dengan Metode Terjemah Sistem 40 Jam Di Lembaga Pengembangan Ilmu Alquran (LPIQ) Surabaya”.6 Di dalam skripsi ini membahas tentang metode Terjemah Alquran sistim 40 jam di LPPIQ, di dalam kajian tersebut sekilas membahas tentang sejarah dan perkembangan LPPIQ. Selain itu skripsi ini juga lebih condong kepada pembahasan tentang sisitem pelajaran yang dilakukan oleh LPPIQ. Dalam skripsi tersebut dijelaskan tentang pengertian dari terjemah Alquran sistim 40 jam, metode yang digunakan beserta teknik dan bentuk evaluasi program terjemah Alquran.
3. Skripsi yang ditulis oleh (2003) mahasiswa Pendidikan Agama Islam dengan judul : “Studi Tentang Sistem Pendidikan DGPQ (Diklat Guru Pengajar Alquran) Dalam Upaya Membina Profesionalitas Guru Pada Pendidikan Luar
Sekolah Di LPIQ Surabaya”.7
Di dalam skripsi ini membahas tentang salah satu program yang dimiliki oleh LPIQ yakni DGPQ (Diklat Guru Pengajar Alquran) , di dalam kajian tersebut sekilas membahas tentang sejarah dan perkembangan LPIQ, namun lebih banyak mengarah kepada sejarah dari DGPQ tersebut.
6
Nunung Nur Jannah, Cara Cepat Memahami Alquran dengan Metode Terjemah Sistem 40 Jam Di Lembaga Pengembangan Ilmu Alquran (LPIQ) Surabaya (Skripsi, IAIN Sunan Ampel, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Surabaya, 2003).
7
Moh. Asrofil M., Studi Tentang Sistem Pendidikan DGPQ (Diklat Guru Pengajar Alquran) Dalam Upaya Membina Profesionalitas Guru Pada Pendidikan Luar Sekolah Di LPIQ Surabaya (Skripsi, IAIN Sunan Ampel, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Surabaya, 2003).
(23)
Kesimpulannya, Penelitian yang penulis lakukan tentu sangatlah berbeda dengan penelitian-penelitian yang sudah diteliti sebelumnya, karena Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan fokus kajiannya terhadap perkembangan yang terjadi di Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Alquran Surabaya tahun 1993-2016.
G. Metode Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencapai penulisan sejarah oleh karena itu, upaya merekonstruksi masa lampau dari obyek yang diteliti itu di tempuh melalui metode sejarah dan menggunakan penelitian deskriptif analisis, yaitu suatu cara untuk mencari akar permasalahan dengan cara menguraikan, menafsirkan, mencatat, dan melanjutkan proses analisa data8.
Menurut Louis Gottschalk, metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Dengan metode sejarah juga dapat merekonstruksi sebanyak-banyaknya peristiwa masa lampau manusia9. Menurut Kuntowijoyo, sebelum tahapan metode tersebut dilakukan maka yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah menentukan tema atau judul yang akan dibahas10. Adapun judul penelitian ini adalah “Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Alquran (LPPIQ) Surabaya Tahun 1993-2016 M.
Adapun langkah-langkah metode penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
8
Nugroho Notosusanto, Hakekat Sejarah Dan Metode Sejarah (Jakarta: Mega Book Store, 1984), hal. 22-23.
9
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta:UI Press, 1985), hal. 30.
10
(24)
1. Heuristik (pengumpulan data)
Heuristik merupakan bagian operasi pokok dalam historiografi. Mengungkap jumlah dokumen penting tentang judul tertentu adalah yang yang menetapkan kemungkinan terus melakukan penelitian atau berubah judul lain.11 Dengan kata lian, heuristic adalah suatu kegiatan pengumpulan sumber. Heuristik juga dapat dikatakan sebagai kegiatan menghimpun data jejak-jejak masa lampau dengan cara mencari dan menemukan sejumlah dokumen penting sesuai dengan judul penelitian ini.
Sumber-sumber yang penulis kumpulkan merupakan sumber primer dan sumber skunder. Sumber sekunder digunakan sebagai pendukung dalam penelitian ini atau sebagai sumber-sumber dari orang-orang yang tidak terlibat dalam peristiwa sejarah. Sumber-sumber tersebut penulis dapatkan dari buku-buku literature yang berkaitan dengan tema yang penulis teliti, foto-foto kegiatan yang pernah diadakan oleh LPPIQ, dan kabar berita di media-media sosial seperti “LPPIQ Perkenalkan Teknologi Qurani” dalam http://m.republika.co.id/berita/shortlink/45508.
Sumber priemer adalah sumber yang ditulis oleh pihak yang terlibat langsung dalam sejarah atau pihak yang menjadi saksi mata peristiwa sejarah. Untuk mendapatkan sumber primer yang digunakan sebagai acuan utama dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi dan wawancara terhadap para informanyang terkait dengan penelitian ini. Salah satu diantaranya adalah Ustad Masyhudi Tahir.
11
Hasan Usman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Direktor Jendral Kelembagaan Agama Islam, 1986), hal. 64.
(25)
a. Observasi ke lapangan yaitu pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi langsung ke lapangan, yaitu ke Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Alquran, di tempat tersebut penulis menemukan akte notaris atas nama pembuatan: A. Kohar S.H. Nomor: 125. Di akte notaris yang dibuat pada hari Selasa tanggal 27 April 1993 M. dijelaskan bahwa LPPIQ didirikan pada tahun 1993 M. selain hal di atas tersebut, penulis juga mengetahui bahwa proses belajar mengajar di LPPIQ ialah di luar kantor bahkan menyebar di tempat yang berbeda-beda. Selain itu penulis juga mendapatkan akte notaris beserta Struktur Kepengurusan LPPIQ.
b. Sumber lisan dari Wawancara dengan orang-orang yang memahami tentang awal mulanya berdiri pondok LPPIQ Surabaya, hal ini dilakukan agar memperoleh data yang benar-benar dibutuhkan. wawancara juga mencakup cara yang digunakan untuk suatu tujuan khusus dengan cara mencari keterangan atau pendapat secara lisan dari seorang responden dengan bercakap-cakap dan berhadapan muka mengenai apa yang dirasakan, dipikirkan dan diakuinya.12 Dalam teknik ini penulius mendapat sumber-sumber lisan dari beberapoa informan.
2. Verivikasi (Kritik Sumber)
Kritik sumber merupakan peneltian terhadap teks-teks sumber serta penentuan hubungan satubdan lainnya. Dalam tahap ini penulisi menganalisis dan mengkritisi sumber-sumber yang didapat serta melakukan perbandingan
12
(26)
terhadap sumber-sumber yang didapat agar mendapatkan sumber yang valid dan relevan dengan tema yang dikaji penulis.
Kritik sumber meliputi kritik intern dan kritik ekstern. Kritik ekstern untuk menghasilkan tulisan yang memiliki kebenaran isi sumber atau kredibilitas yang tinggi, dilakukan dengan cara membandingkan hasil-hasil tulisan atau informasi yang ada hubungannya dengan tulisan ini, penulis mencoba menelaah ulang tentang sumber priemer yang penulis peroleh dan membandingkannya dengan data-data lainnya.
Kritik intern dilakukan untuk mendapatkan sumber yang otentik dengan melihat siapa yang mengatakan atau menulis sumber tersebut. Setelah melakukan kritik ekstern di atas, tentunya penulis perlu melakukan kritik intern untuk menentukan apakah sumber itu dapat memeberikan informasi yang dapat dipercaya atau tidak.13
Kritik intern lebih tegasnya adalah bertujuan untuk menetapkan kesahihan dan dapat dipercaya isi dari sumber itu sendiri. Sumber-sumber sejarah yang telah mengalami kritik ekstern lalu dikritik kembali dengan menggunakan kritik intern. Setelah dilakukan kritik intern terhadap dokumen tadi maka dapart diketahui bahwa isi sumber tersebut dapat dipercaya karena penulis telah membandingkan dengan sumber-sumber yang lain.
3. Interpretasi
Interpretasi adalah suatu upaya peneliti untuk meninjau kembali tentang sumber-sumber yang telah penulis temukan. Dengan tujuan untuk
13
(27)
membuktikan ada atau tidaknya keterhubungan antara sumber-sumber yang telah didapatkan. Pada tahap interpretasi ini penulis menganalisis dan mengsistensiskan sumber-sumber yang telah didapatkan.
4. Historiografi
Historiografi adalah penyusunan dari hasil penafsiran-penafsiran yang didapatkan dari sumber-sumber sejarah yang diperoleh dalam bentuk tertulis. Pada tahap ini, penulis merangkai sumber-sumber yang telah ditafsirkan kemudian disajikan dengan sebaik mungkin sehingga menjadi suatu kisah yang disusun secara sistematis.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami skripsi ini, maka penulis merangkai sistematika pembahasa yuang terdiri dari:
Bab pertama yaitu terdiri dari latar blakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, penelitian terdahulu, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Melalui bab ini akan diungkapkan gambaran umum tentang seluruh rangkaian penelitian skripsi sebagai dasar dasar pijakan bagi pembahasan berikutnya.
Bab kedua yaitu Sejarah berdirinya Lembaga Pendidikan Pengkajian Ilmu Alquran Surabaya. Terdiri dari sub pembahasan tentang letak geografis LPPIQ, sejarah berdirinya, latar belakang berdirinya, tujuan dan maksud dari berdirinya.
Bab ketiga yaitu tentang perkembangan Lembaga Pendidikan Pengkajian Ilmu Alquran Surabaya dari tahun 2013-2016. Terdiri dari sub pembahasan tentang LPPIQ Surabaya pada awal berdirinya, perkembangan tempat-tempat
(28)
kajian LPPIQ beserta jumlah kelompoknya dan kota-kota penyelenggara program terjemah Alquran sistem 40 jam. Pada bab tiga pula, penulis akan sedikit membahas tentang program terjemah Alquran sistem 40 jam.
Bab keempat, tentang respon masyarakat terhadap LPPIQ. Terdiri dari sub pembahasan tentang respon jama’ah kajian terhadap LPPIQ dan respon ketua ataupun pengurus tempat-tempat kajian LPPIQ.
Bab kelima berisi tentang kesimpulan-kesimpulan dan saran. Pada bab ini akan dibahas tentang kesimpulan-kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Selain itu di bab ini juga akan dipaparkan sebuah saran untuk LPPIQ.
(29)
BAB II
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PENGKAJIAN ILMU ALQURAN (LPPIQ) SURABAYA
Lembaga adalah bentuk lain dari suatu organisasi yakni kesatuan yang memungkinkan masyarakat mencapai suatu tujuan yang tidak memungkinkan untuk dicapai secara individu, dengan kata lain dilakukan oleh seorang diri. Pada dasarnya tujuan dari suatu lembaga ialah untuk memperoleh suatu keuntungan, menyelenggarakan pendidikan, membantu perkembangan agama, dan lain sebagainya.14
Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Alquran adalah suatu lembaga independen non profit dan telah memiliki Operational back up yang memadai untuk berkembang secara optimal di masyarakat. Lembaga ini berkiprah pada bidang pendidikan dan pengajaran terjemah Alquran di Surabaya yang diresmikan pada tanggal 27 April 1993 M. oleh Achmad Kholil, Abdussalam, Sumarno, Abdul Muhaimin, dan Muslimin.15
Pada awalnya lembaga ini bernama Lembaga Pendidikan Ilmu Alquran, yang berkiprah pada ilmu baca tulis Alquran, tahfidz Alquran, tafsir Alquran dan terjemah Alquran. Namun kemudian karena para pendiri LPIQ merasa sudah banyak lembaga pendidikan yang menjurus kepada ilmu baca tulis Alquran, tahfidz Alquran dan tafsir Alquran, maka para pendiri tersebut sepakat untuk memfokuskan lembaga ini kepada ilmu terjemah Alquran.16
14
James L. Gibson, Organisasi Perilaku-Struktur Proses (Jakarta : Erlangga, 1996), hal. 7. 15
A. Kohar S.H, Akta Pendirian LPIQ No.125 (Surabaya,1993). 16
(30)
Aset yang dimiliki oleh LPPIQ berupa kantor pusat dan suatu sinergi yang terdiri atas: tim yang ahli dalam ilmu terjemah Alquran, Asatidz/ instruktur yang sudah terlatih dan berpengalaman dalam mengajarkan ilmu terjemah Alquran, modul/ paket belajar dan mengajar Alquran yang sudah siap saji. Proses pembelajaran LPPIQ dilaksanakan di kantor pusat itu sendiri dan di berbagai tempat yang terdiri dari diantaranya seperti masjid, lembaga dakwah, majelis taklim, dan di rumah-rumah jama’ah kajian itu sendiri. Hal semacam ini dilakukan guna mempermudah memperkenalkan LPPIQ ke masyarakat luas yang akhirnya menciptakan suatu ketertarikan dari masyarakat itu sendiri untuk mengikuti kegiatan LPPIQ.
Salah satu aset yang dimiliki oleh LPPIQ adalah kantor pusat yang beralamat di Jl. Karah Tama Asri 01 nomer 30, Karah, Jambangan Kota Surabaya. Kantor ini multi fungsional jadi bisa dijadikan tempat apapun sesuai kegiatan yang dibutuhkan oleh LPPIQ, seperti menjadi pusat informasi tentang LPPIQ, Tempat pertemuan para asatidz dan tempat pembinaan kepada calon Ustadz atau uztadzah setiap hari Senin.
Penyebaran tempat-tempat pembelajaran ke berbagai masjid, lembaga dakwah, majelis taklim, dan di rumah-rumah jama’ah kajian diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada jama’ah kajian yang notabenya sudah berumah tangga dan tidak memungkinkan bila harus datang ke kantor pusat, karena perjalanan ke kantor pusat dari sebagian besar rumah jama’ah kajian membutuhkan jarak tempuh yang cukup lama bahkan sampai ada yang dari luar Surabaya seperti Sidoarjo, Gersik, Pasuruan, Malang dan Mojokerto.
(31)
Dalam satu tempat terdapat satu sampai dengan dua kelompok. Dalam satu kelompok terdiri dari 15 sampai 20 orang. Untuk waktunya yakni dilaksanakan setiap hari dari setelah shubuh sampai jam 21.00 WIB. Dalam jangka waktu yang cukup lama tersebut tentunya kegiatan proses belajar mengajar di LPPIQ tidak terus menerus berlangsung. ketersediaan waktu tersebut merupakan jam kesiapan para asatidz untuk membina para jama’ah kajiannya sesuai dengan ketentuan yang diinginkan oleh jama’ah kajian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Hal ini tidak akan mengakibatkan terjadinya suatu bentrokan waktu anatara kelompok satu dengan kelompok yang lain karena telah diatur sebelumnya oleh pengurus LPPIQ yang bersangkutan. Jadi meskipun nanti terjadi suatu kegiatan di hari yang sama dengan waktu pelaksanaan yang sama pula tidak akan mengakibatkan hal tersebut terjadi.
Seperti contoh peserta kelompok yang mengikuti kajian terjemah Alquran pada tahun 2016 M. di SAS FM Surabaya dilaksanakan pada hari Senin pada jam 15:30 – 17:00 yang dibimbing oleh Ustad Masyhudi Thohir. kemudian di hari yang sama dengan waktu yang sama pula terdapat suatu kelompok belajar di Masjid Baitussalam yang dimimbing oleh Ustad Soemarno. Adapun tempat-tempat pembelajaran LPPIQ Surabaya sebagaimana terlampir.
A. Sejarah Berdirinya LPPIQ
Pertengahan tahun 1990 di Surabaya, Ikatan Persaudaraan Haji yang dimotori oleh Achmad Kholil mengadakan suatu musyawarah guna untuk menyusun suatu misi untuk membangun sebuah lembaga yang berkiprah di
(32)
bidang ilmu Alquran.17 Ikatan Persaudaraan Haji merupakan sekelompok orang-orang yang selamat dari peristiwa Mina pada 02 Juli 1990 M. Tragedi Mina tersebut memakan korban sebanyak 1.426 jiwa, 631 diantaranya berasal dari Indonesia.18 Untuk mengungkapakan rasa syukur atas keselamatan dari tragedi Mina tersebut, mereka kemudian membaca Alquran secara bersama-sama di Mina, namun kemudian ketika membaca Alquran, Ikatan Persaudaraan Haji tersebut tidak bisa mengerti dan memahami isi dari Alquran tersebut.
Berangkat dari kesadaran pribadi dan keprihatinan terhadap kurangnnya pemahaman masyarakat Indonesia terhad Alquran, Ikatan Persaudaraan Haji yang dimotori oleh Achmad Kholil berusaha untuk menambah khasanah pengetahuan di bidang ilmu terjemahan Alquran. Dari hasil musyawarah tersebut, Achmad Kholil dan dibantu oleh rekan-rekannya yaitu: Muhaimin As'ad, Anas Adnan, Abd. Salam, Sumarno, Muslimin, Imam Nashir dan Roem Rowie menemukan suatu metode memahami Alquran dengan cepat dan singkat yang dinamakan sistem 40 jam, dan kemudian dibentuk program terjemah Alquran sistem 40 jam 3.624 kosakata yang pada surah Baqarah juz pertama. Pemilihan surat al-Baqarah dalam metode ini, selain dikarenakan surah tersebut merupakan surat yang terdapat di juz pertama di dalam Alquran juga merupakan surat terpanjang di dalamnya dan mengandung 3.624 kosakata. 19 Kegunaan dari metode ini ialah memudahkan sang pengguna metode dalam memahami dan mengingat kosa kata bahasa Arab yang ada pada juz-juz Alquran selanjutnya. Semakin banyak kosa
17
Khoirul Anam, Wawancara, Surabaya, 09 Juli 2017 M.
18Liputan6, “2-7-1990: Tragedi Terowongan Mina Tewaskan 1.426 "Syuhada Haji"”, http://global.liputan6.com/read/2263436/2-7-1990-tragedi-terowongan-mina-tewaskan-1426-syuhada-haji, 12 Juli 2017 M.
19
(33)
kata yang dihafal dalam surat al-Baqarah maka semakin sedikit kosa kata yang akan dihafalkan, karena 89% kosa kata yang ada dalam Alquran terdiri dari kosa kata yang sering diulang-ulang.20
Pada tanggal 15 Maret 1993, Achmad Kholil dan rekan-rekannya mendirikan Yayasan LPIQ dan kemudian diresmikan di Islamic Centre Jl. Raya Dukuh Kupang 122-124 Surabaya (sekarang gedung PPI) pada tanggal 27 April 1993.21 Sebelum LPIQ diresmikan, Achmad Kholil dan rekan-rekannya telah melakukan kegiatan program terjemah Alquran sistem 40 jam kepada masyarakat Gubeng Kertajaya dan tempat kegiatannya bermacam-macam, di antarannya bertempat di masjid Jam’ul Fawaid. Setelah kemudian LPIQ diresmikan, proses belajar mengajar berpindah ke Islamic Center, memenuhi ajakan H. Amad Shobirin selaku Kakanwil. Depag. pada masa itu.22 Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengajak masyarakat oleh LPIQ adalah dengan cara menyebarkan brousure tentang program terjemah Alquran sistem 40 jam, dan kemudian membuka pendaftaran untuk kegiatan terjemah Alquran.
1. Latar Belakang Berdirinya LPPIQ
Berangkat dari rasa prihatin terhadap kurangnya sebuah ketertarikan masyarakat muslim Indonesia terhadap memahami isi Alquran. Mayoritas bangasa Indonesia beragama Islam. Tetapi, sebagian besar masyarakat muslim Indonesia yang sudah jauh masanya dengan nabi Muhammad tidak memahami bahasa Arab dengan baik. Maka sangat disayangkan jika rata-rata
20
Ibid. 21
A. Kohar S.H, Akte Pendirian LPIQ No.125 (Surabaya,1993) 22
(34)
penduduk Indonesia tidak memahami kitab sucinya sendiri, sehingga fungsi Alquran sebagai petunjuk terabaikan.
Sebagian besar masyarakat muslim Indonesia dalam membaca Alquran memiliki beragam tujuan yang berbeda-beda. Seperti yang kita ketahui bahwa Allah menurunkan Alquran kepada Nabi kita Muhammad SAW. untuk memberi petunjuk kepada manusia. Jadi sudah menjadi suatu keharusan dan keniscayaan bagi orang-orang Islam untuk mengenal isi atau kandungan Alquran, karena Alquran selain sebagai sumber ajaran Islam, juga sebagai way of life yang menjamin kesenangan dan kebahagiaan dunia akhirat bagi pemeluknya.
Sedangkan kebanyakan dari sebagian besar masyarakat muslim Indonesia membaca Alquran bertujuan untuk mendapatkan pahala, menenangkan diri, mendekatkan diri kepada sang Ilahi, dan lain sebagainya. Hal ini tidak salah, karena memang pada kenyataanya Alquran bisa mendatangkan pahala, menenangkan diri, dan mendekatkan diri kepada sang Ilahi, dan lain sebagainya. Tapi bila kita kembali lagi kepada latar belakang kenapa Alquran itu diturunkan, maka akan berbeda persoalanya. Belum tentu dengan kita membaca Alquran kita akan paham kepada apa yang tersirat dari ayat-ayat Alquran yang kita baca.23
2. Perubahan LPIQ Menjadi LPPIQ
Pada tahun 1995 M, Achmad Kholil beserta asatidz lainya melakukan ekspansi ke luar Jawa Timur. Hal tersebut ia lakukan guna untuk
23
(35)
mengembangkan dan memperkenalkan LPIQ kepada masyarakat yang lebih luas. Adapun sasaran yang dituju diantaranya ialah DKI Jakarta, Kota Bandung dan Kota Semarang. Pada mulanya Surabaya dan kota-kota tersebut dalam satu manajemen organisasi. Namun kemudian, karena terjadi kesulitan dalam melakukan koordinasi, maka manajemen organisasi dikelola oleh masing-masing cabang. Pengelolaan di masing-masing cabang hanya berpengaruh di manajemen organisasinya saja. Seperti di Surabaya, semenjak LPIQ dikelola di masing-masing cabang, pada tahun 2008 nama LPIQ di Surabaya, berubah menjadi LPPIQ.24 Meskipun organisasi kelembagaan ini berjalan sendiri-sendiri, semangat dalam menjalankan visi dan misi LPIQ di berbagai daerah tetap sama dan satu tujuan.
Penambahan satu huruf P (pengkajian) menjadi LPPIQ dilakukan untuk memperluas makna dari lembaga ini. Perubahan nama tersebut tidak menyangkut kepada metode pembelajaran, justru ini masalah manajemen organisasi lembaga ini saja. Adapun alasan Yayasan LPIQ beralih menjadi suatu lembaga ialah karena dipengaruhi oleh undang-undang tentang yayasan yang sangat mengikat.25
3. Tujuan Didirikannya LPPIQ
Tujuan merupakan arah atau sasaran yang dicapai. Tujuan menggambarkan tentang apa yang akan dicapai atau yang diharapkan. Tujuan merupakan titik akhir tentang apa yang harus dikerjakan. Tujuan juga menggambarkan tentang apa yang harus dicapai melalui prosedur, program,
24
Asri Ningtyas Asmoro, Akte Pendirian LPPIQ Surabaya (Sidoarjo, 2010) 25
(36)
pola (network). Tujuan merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dan berfungsi sebagai indikator keberhasilan untuk mencapai target dengan maksimal. Dengan adanya tujuan dapat dipastikan sebuah lembaga itu akan memikirkan bagaimana untuk mencapainya.
Setiap lembaga pendidikan tentunya mempunyai tujuan tersendiri. Tujuan tersebut diharapkan bisa mengatasi setiap permasalahan yang melatar belakangi lembaga tersebut berdiri. Adapun Tujuan dari didirikannya LPPIQ ialah untuk membentuk suatu masyarakat yang ahli dalam hal menguasai bahasa Alquran. Adapun tujuan dari didirikannya LPPIQ ialah sebagai berikut:
a. Mengupayakan terwujudnya pribadi muslim yang utuh, beramal sholeh berdasarkan iman dan ilmu
b. Meningkatkan harkat dan martabat umat Islam dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
c. Menyiapkan generasi penerus yang mampu memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan
Demi untuk mencapai sebuah kesuksesan dalam suatu usaha, maka diperlukan sebuah perencanaan dan tindakan nyata untuk mewujudkannya. Adapun visi dan misi dari LPPIQ adalah sebagai berikut:
a. Visi dari LPPIQ adalah terdepan dalam memasyarakatkan Alquran dan meng-Qurankan masyarakat.
(37)
b. Misi dari LPPIQ adalah melayani masyarakat agar mengerti, memahami bahasa dan informasi Alquran dengan mudah, efektif, efisien untuk kemudian dapat dijadikan nilai dan pijakan dalam kehidupan sehari-hari.
Tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam mencapai tujuan sesuai harapan dari LPPIQ itu sendiri adalah sebagai berikut:
a. Menyusun dan merumuskan program (produk) b. Mengatur dan mengendalikan alur distribusi produk c. Updating rumusan program dan pengaturan alur distribusi
d. Menggali dan menjalin berbagai potensi pengembangan program (produk)
e. Menginformasikan dan menawarkan program (produk) seluas-luasnya kepada masyarakat,
f. Rekrutmen calon jama’ah (peserta)
g. Melengkapi data dan pesyaratan jama’ah baru
h. Menyusun dan melaporkan berkas data dan persyaratan jama’ah baru
i. Menjalin dan mempererat hubungan silaturrahim antara lembaga dan jama’ah
j. Mengolah dan menyempurnakan data perkembangan jama’ah secara
periodik
k. Menyiapkan dan menugaskan asatidzah sesuai kebutuhan
l. Menyiapkan dan menyediakan berkas penugasan dan perangkat pembelajaran
m. Menyusun dan meng-update tabulasi data asatidzah serta jadwal kegiatan pembelajaran
n. Meningkatkan dan menyempurnakan mutu serta kualitas Sumber Daya Asatidzah (SDA)
o. Menjalin dan mempererat hubungan silaturrahim antar asatidzah
p. Mengusahakan dan menciptakan rasa nyaman serta aman di lingkungan asatidzah
(38)
q. Menggali dan mengelola keuangan lembaga r. Menyusun rancangan anggaran belanja lembaga s. Menyusun peraturan alur distribusi keuangan lembaga
t. Menyusun dan melaporkan rekapitulasi keuangan lembaga secara periodik
u. Mengusahakan dan menyusun kisaran jumlah gaji serta kesejahteraan karyawan dan asatidzah
v. Mengusahakan dan menggali sumber dana non budget
w. Menata dan mengatur seluruh kebutuhan administrasi lembaga
x. Mengatur pengadaan dan penggunaan serta pemeliharaan seluruh sarana prasarana lembaga.
B. Struktur Kepengurusan
Dalam suatu organisasi terdapat sebuah struktur kepengurusan. Struktur kepengurusan yang dimaksud adalah kerangka dan susunan dari orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Dengan dibentuknya struktur kepengurusan juga mengharapkan adanya keterikatan antara satu bagian dengan bagian yang lain di mana dapat saling membantu antar bagian jika ada kesulitan dan juga dapat menyelesaikan suatu masalah dengan musyawarah untuk mencapai mufakat.
Untuk menindak lanjuti dan melaksanakan dari tujuan-tujuan yang diingankan oleh LPPIQ. dalam mengurusi pengelolahan administrasi dan kegiatan rutinan LPPIQ, maka diperlukan adanya sebuah struktur kepengurusan. Pembentukan struktur kepengurusan dimaksudkan agar tercipta pola kegiatan hubungan tugas dan tanggung jawab agar membawa tercapainya suatu tujuan yang digariskan. Struktur kepengurusan yang dimuat berfungsi untuk membantu
(39)
Direktur LPPIQ. Seperti mengatur jadwal-jadwal kegiatan para jama’ah kajian, melaksanakan kegiatan-kegiatan, serta membimbing para jama’ah kajian.
Adapun struktur kepengurusan LPPIQ tahun 2017 adalah sebagai berikut:26
26
Data diambil di Kantor LPPIQ pada tanggal 15 Mei 2017 M. Drs. H. Masyhudi T.
Direktur Pelaksana
Suwita, M.HI Litbang
H. Anshori A., M.HI Dewan Asatidz
Drs. H. Rosyidin, M, ThI. Keuangan
Mediator
A. Bahauddin A., S.ThI Administrasi
Asatidz Jama’ah
Prof. Dr. H. M. Roem Rowi, MA Direktur
(40)
1. Kepengurusan LPPIQ Tahun 1993-2009 M.
Pergantian kepengurusan di LPPIQ tidak dilaksanakan setiap tahun. Pergantian atau pengangkatan pengurus baru ialah dilaksanakan sesuai kebutuhan. Berikut daftar struktur kepengurusan LPPIQ dari tahun 1993-2009 a. Struktur kepengurusan LPPIQ tahun 1993
Direktur : Achmad Kholil
Sekertaris : Muslimin
Keuangan : Drs. Rosidin Shobar
Dewan Majlis Asatidz : Drs. H. Masyhudi T.
Kurikulum : Abd. Majid
Abd. Hakam
Tim Ahli : Anas Adnan
Khoirul Anam Abdussalam b. Struktur kepengurusan LPPIQ tahun 2000
Direktur : Prof. Dr. H. M. Roem Rowi, MA
Wakil Direktur : Drs. H. Masyhudi Thohir Bidang Majlis Asatidz : Drs. Abd. Hakam
Bidang Pengajaran : Drs. Abd. Majid
Bidang Litbang : Drs. M. Khoirul Anam
Bidang Keuangan : Drs. Rosidin Shobar Bidang Kesekretariatan : Drs. Imam Yahya Bidang Umum dan Kasir : Drs. Asri Pandi Latif c. Struktur kepengurusan LPPIQ tahun 2009
Direktur : Prof. Dr. H. M. Roem Rowi, MA
Direktur Pelaksana : Drs. H. Masyhudi T. Dewan Majlis Asatidz : H. Anshori A., M.HI
Litbang : Suwita, M.HI
Keuangan : Drs. Rosidin Shobar
(41)
2. Tugas dan Wewenang Pengurus LPPIQ
Adapun tugas dan wewenang struktur pengurus LPPIQ adalah sebagai berikut:27
a. Direktur memiliki tugas dan wewenang :
a) Keputusan mengenai pengubahan anggaran dasar. b) Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus.
c) Penetapan kebijakan umum lembaga berdasarkan anggaran dasar lembaga.
d) Pengesahan program kerja dan rancangan anggran tahunan lembaga. e) Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran
lembaga.
f) Penunjukan likuidator dalam pembubaran lembaga. b. Pengurus memiliki tugas dan wewenang:
a) Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan lembaga untuk kepentingan lembaga.
b) Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan lembaga untuk disahkan pembina.
c) Setiap anggota pengurus wajib dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
d) Pengurus berhak mewakili lembaga didalam dan diluar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian.
Dalam struktur kepengurusan LPPIQ, yang termasuk susunan pengurus adalah seluruh pengurus atau anggota pimpinan yang ada. Secara garis besar meliputi, direktur, direktur pelaksana, keuangan, dewan asatid, litbang dan administrasi. Adapun rincian tugas pengurus LPPIQ adalah sebagai berikut:
27
(42)
a. Direktur dan direktur pelaksana bertugas:
a) Merencanakan, menyusun dan merumuskan program (produk) b) Mengatur dan mengendalikan alur distribusi produk
c) Updating rumusan program dan pengaturan alur distribusi
d) Menggali dan menjalin berbagai potensi pengembangan program (produk)
b. Litbang bertugas:
a) Menginformasikan dan menawarkan program (produk) seluas-luasnya kepada masyarakat,
b) Rekrutmen calon jama’ah (peserta)
c) Melengkapi data dan pesyaratan jama’ah baru
d) Menyusun dan melaporkan berkas data dan persyaratan jama’ah baru
e) Menjalin dan mempererat hubungan silaturrahim antara lembaga dan jama’ah
f) Mengolah dan menyempurnakan data perkembangan jama’ah secara
periodik
c. Majelis asatidz bertugas:
a) Menyiapkan dan menugaskan asatidzah sesuai kebutuhan
b) Menyiapkan dan menyediakan berkas penugasan dan perangkat pembelajaran
c) Menyusun dan meng-update tabulasi data asatidzah serta jadwal kegiatan pembelajaran
d) Meningkatkan dan menyempurnakan mutu serta kualitas Sumber Daya Asatidzah (SDA)
e) Menjalin dan mempererat hubungan silaturrahim antar asatidzah f) Mengusahakan dan menciptakan rasa nyaman serta aman di
lingkungan asatidzah d. Keuangan bertugas:
a) Menggali dan mengelola keuangan lembaga b) Menyusun rancangan anggaran belanja lembaga
(43)
c) Menyusun peraturan alur distribusi keuangan lembaga
d) Menyusun dan melaporkan rekapitulasi keuangan lembaga secara periodik
e) Mengusahakan dan menyusun kisaran jumlah gaji serta kesejahteraan karyawan dan asatidzah
f) Mengusahakan dan menggali sumber dana non budget e. Administrasi bertugas:
a) Menata dan mengatur seluruh kebutuhan administrasi lembaga
b) Mengatur pengadaan dan penggunaan serta pemeliharaan seluruh sarana prasarana lembaga.
3. Program Kerja LPPIQ
Setiap lembaga pendidikan memiliki program kerja sebagai tahapan untuk mencapai visi dan misi sesuai yang diharapkan. Dalam menjalankan program kerja dibutuhkan suatu kekompakan serta kerjasama antar pengurus. Adapun program kerja yang diagendakan oleh LPPIQ Surabaya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Program kerja LPPIQ Surabaya pada tahun 2016 M.
No Program kerja Penanggung jawab
01. Rekrutmen jama’ah (peserta) Lit
b ang D ir ek tur dan D ir ekt u r Pe la ksa na
02. Penyiapan dan penataan administrasi kepesertaan 03. Mempererat hubungan komunikasi dan silaturrahmi
dengan peserta
04. Penyiapan dan peningkatan profesiolisme sumber
daya asatidz Ma
jli
s Asa
tid
z
05. Supervise
06. Pertemuan dan pembinaan berkala asatidz 07. Penyiapan dan penataan administrasi keasatidzan
08. Penyiapan dan penyempurnaan perangkat
pengajaran 09.
10.
Menyusun dan merencanakan program peningkatan kesejahteraan asatidz.
Menyusun dan merencanakan penggalian sumber dana lembaga
Keu
an
g
an
(44)
distribusi
12. Merumuskan rancangan peningkatan peningkatan kesejahteraan asatidz dan karyawan
13. Menyusun dan menata administrasi lembaga
A
dm
in
is
tr
as
i
14. Menginventarisir seluruh kekayaan dan dokumen lembaga
15. Menyiapkan seluruh perangkat administrasi lembaga 16. Menyelesaikan dan menyiapkan modul-modul
pengajaran
17. Menyusun kalender kegiatan lembaga 18. Menyusun dan merencanakan kegiatan Milad 19. Menyusun dan merencanakan pembangunan rumah
Alquran
Sumber: hasil dari wawancara dengan Drs. Masyhudi Thohir, Surabaya, 23 Juni 2017 M.
Keberadaan Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Alquran (LPPIQ) diharapkan mampu memasyarakatkan Alquran dan meng-Alquran-kan masyarakat dalam format yang lebih nyata dan riil. Berdirinya LPPIQ Surabaya dan lahirnya pembelajaran terjemah Alquran ini merupakan alternatif yang bisa menjadi jawaban atas kesulitan umat Islam dalam mempelajari dan menterjemahkan Alquran, sehingga bisa menghayati kandungan kitab sucinya, yang sekaligus dapat meningkatkan sumber daya muslim di Indonesia
C. Tokoh Pendiri Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Alquran.
Dalam pendirian LPPIQ di tengah-tengah masyarakat Surabaya tidak akan terlepas dari tangan-tangan ikhlas para tokoh-tokoh yang turut serta dalam memperkenalkan maupun mempertahankan eksistensi dari LPPIQ itu sendiri. Tanpa bantuan dan dorongan dari para tokoh pendiri LPPIQ, maka belum tentu LPPIQ akan beroprasi di tengah-tengah masayarakat Surabaya. Berikut akan dijelaskan beberapa tokoh yang ikut andil dalam perkembangan LPPIQ Surabaya.
(45)
1. Achmad Kholil
Achmad Kholil merupakan seorang pengusaha percetakan yang sukses pada masa sebelum ia berkiprah dengan LPIQ. Ia merupakan orang yang awam dalam ilmu agama. Mungkin karena ia tidak pernah mengenyam dunia pesantren. Namun semangatnya dalam mempelahari ilmu Alquran dan mendakwahkannya sangat tinggi. Menurut keterangan yang penulis peroleh dari hasil wawancara dengan Masyhudi Thohir; ia merupakan salah satu karyawan Kholil pada waktu itu dan sekarang menjabat sebagai Direktur Pelaksana di LPPIQ, dari saking semangatnya dalam mendakwahkan Alquran sampai-sampai usaha percetakan yang ia kelola dan merupakan percetakan yang cukup besar pada waktu itu ia biarkan terbengkalai dan fokus terhadap mengembangkan dakwah Alquran. Ia mula-mula melakukan ekspansi ke Jakarta, dan melakukan pelatihan-pelatihan di sana. Memperkenalkan metode yang ia miliki kepada masyarakat yang ada di sana. Kemudian ia menetap di sana, dan mengelola LPIQ yang ada di sana. Sedangkan untuk LPIQ yang ada di wilayah Surabya, ia serahkan kepada rekan-rekannya.
Dalam rangka memperkenalkan program terjemah tersebut telah mengadakan acara presentasi-presentasi untuk memaparkan sistim dan metode 40 jam. Untuk pertama kali disampaikan secara sederhana di hadapan 18 Ustadz, yang saat ini sudah menjadi ustadz-ustadz senior di LPIQ, yang kemudian dipresentasikan pada 1.500 guru TPA se Jawa Timur di Masjid IAIN Sunan Ampel Surabaya, Forum Pengasuh Pengajian Anak-anak se Jatim di Pamekasan, Kanwil Departemen Agama, Loka karya di Jember, loka
(46)
karya di Bojonegoro, study tour ke Pesantren Ilmu Al Qur'an di Jombang, ke Pondok Modern Gontor Ponorogo dan puluhan masjid-masjid yang terkemuka di Jawa Timur.
Pada tanggal 02 Nopember 1993, dipresentasikan pada Forum Penerangan Agama Islam se Jawa, Lampung dan Bali di Tawangmangu Jawa Tengah. Pada tanggal 19 Juli 1994 dibahas dalam Forum Nasional pada Munas LPTQ se Indonesia di Pekanbaru Riau. Pada tahun 1995 mengadakan ta'aruf berbagai tokoh antara lain, Prof Dr Qurais Shihab rektor IAIN Hidayatullah Jakarta, Rektor UNMUH Jakarta, di Jajaran Depag Pusat, Lembaga Pendidikan Al Azhar, Yayasan Pendidikan Panglima Sudirman, Islamic Palace di Tangerang, Masjid Istiqlal, DDII, PP Muhamadiyah, Masjid-masjid terkemuka di Jakarta seperti, Masjid Sunda Kelapa, Masjid Raya Pondok Indah, Masjid Cut Mutia, Yayasan Rumah Sakit Islam, UNISMA di Bekasi, Universitas Islam Jakarta, Universitas Ibnu Khaldun, Yayasan Pendidikan At Thohiria, Yayasan Pendidikan Islam As Syafi'iyah, Pertamina Balikpapan, Kanwil Departemen Agama Kalimantan Timur di Samarinda, Pusdai (Pusat Dakwa Islamiyah) di Bandung dan lainnya.
Disamping itu mengadakan silaturrahim beberapa tokoh seperti, KH. Hasyim Muzadi di Malang, Pimpinan Wilayah Muhamadiyah Jatim, Rektor UNMUH Malang, Rektor UNISMA, Ketua MUI Jatim, Pimpinan PIQ Singosari Malang, Ketua MUI Jawa Tengah KH Sahal Mahfud, pimpinan lembaga-lembaga Islam dan lainnya. 28
28
(47)
2. Pendukung Berdirinya LPPIQ
Pendukung berdirinya LPPIQ yang dimaksud merupakan para ustad-ustad dan beberapa orang yang berjihad bersama Achmad Kholil dalam mengembangakan LPIQ. Peran para Pendukung berdirinya LPPIQ mempunyai pengaruh penting terhadap perkembangan di LPIQ adapun ustad-ustad tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Masyhudi Thohir b. Abdul Majid
c. Rosyidin d. Khoirul Anam
e. Abdul Hakam f. Anas Adnan
g. Muslimin h. Roem Rowie
Dalam pengolahan materi Achmad Kholil dibantu oleh Anas Adnan dan Muslim. Adapun Roem Rowie mempunyai peran dalam membimbing ustad-ustad tersebut. Sedangkan Masyhudi, Khoirul Anam dan lainnya mempunyai andil dalam mengembangkan LPIQ dengan cara memresentasikan program terjemah Alquran sistem 40 jam dan melakukan pelatihan-pelatihan instruktur ke berbagai kota seperti yang penulis paparkan di atas. Seperti Khoirul Anam yang kemudian ditugaskan untuk mengembangkan LPIQ di Bandung Jawa Barat.
Sejak tahun 1993 sampai akhir tahun 2003 telah mengadakan pelatihan-pelatihan calon-calon instruktur di berbagai propinsi dan kota-kota besar di Indonesia sebanyak 44 angkatan, antara lain :29
Angkatan pertama, di Masjid Al Falah Surabaya, diselenggarakan oleh Remaja Masjid Al Falah dan BKPRMI Jatim, 40 peserta pada tahun 1993 M.
29
(48)
Angkatan ke-2, di Masjid Rahmat Surabaya, diselenggarakan oleh Koordinator Masjid Surabaya, yang diikuti 50 peserta pada tahun 1993 M.
Angkatan ke-3, di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, diselenggarakan Depag Pusat, diikuti Kasi-Kasi Penais se Jawa, 40 peseta, pada tahun 1994 M diresmikan oleh Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji. Angkatan ke-4, di Kantor DDII Jakarta, diikuti 44 peserta pada bulan Desember tahun 1994 M. Angkatan ke-5, di Aula Departemen Agama Kabupaten Kudus Jawa Tengah, diselenggarakan oleh Kakandepag Kab Kudus, 38 peserta pada tahun 1994 M.
Angkatan ke-6, di Masjid Jami' Bandung, diselenggarakan oleh Yayasan Az Zaqqiyah, diikuti oleh 35 peserta tahun 1995 M. Angkatan ke-7, di Balai Kesehatan Banjarmasin, diselenggarakan oleh Depag dan LPTQ Prop. Kalsel, diikuti 36 peserta tahun 1995 M. Angkatan ke-8, di Masjid Jami' Bandung, diselenggarakan oleh Yayasan Az Zaqqiyah, diikuti oleh 40 peserta tahun 1995 M. Angkatan ke-9, di Padang Sumatera Barat, diselenggarakan oleh Kasubdit Kemasjidan Depag Pusat, diikuti 42 peserta tahun 1995 M.Angkatan ke-10, di Aula Masjid Istiqlal Jakarta, diselenggarakan oleh TPPTQ Masjid Istiqlal, diikuti oleh 80 peserta pada tahun 1996 M.
Angkatan ke-11, di Aula Masjid Istiqlal Jakarta, diselenggarakan oleh TPPTQ Masjid Istiqlal, diikuti oleh 95 peserta tahun 1996 M. Angkatan ke-12, di Palangkaraya Kalimantan Tengah, diselenggarakan oleh Kasubdit Kemasjidan Depag Pusat, diikuti oleh 40 peserta pada tahun 1996 M. Angkatan ke-13, di Bontang Kalimantan Timur, diselenggarakan oleh Bidang Keagamaan PT Pupuk Kaltim, 64 peserta 1996 M. Angkatan ke-14, di
(49)
Surabaya, oleh Kanwil Depag Jawa Timur, diikuti 50 peserta tahun 1996 M. Angkatan ke-15, Cijantung Jakarta, oleh Yayasan P Sudirman, diikuti 95 peserta tahun 1996 M.
Angkatan ke-16, di Jakarta Depag Pusat Lantai 6, oleh Binrohis Pusat yang diikuti oleh 60 peserta tahun 1997 M. Angkatan ke-17, di Asrama Haji Semarang diselenggarakan oleh LPTQ Propinsi Jawa Tengah sebanyak 50 peserta, dari guru-guru MAN, Kasi-kasi Penais, Para Penyuluh se Jawa Tengah, 1997 M. Angkatan ke-18, di Asrama Haji Semarang diselenggarakan oleh LPTQ Propinsi Jawa Tengah sebanyak 48 peserta, dari guru-guru MAN, Kasi-kasi Penais, Para Penyuluh se Jawa Tengah, 1997 M. Angkatan ke-19, di Asrama Haji Semarang diselenggarakan oleh LPTQ Propinsi Jawa Tengah sebanyak 54 peserta, dari guru-guru MAN, Kasi-kasi Penais, Para Penyuluh se Jawa Tengah, 1997 M. Angkatan ke-20, di Kantor MUI Propi Jawa Barat, diikuti 16 peserta, diresmikan oleh Ketua MUI Prop. Jawa Barat 1997 M.
Angkatan ke-21, di DPP Pengajian Al Hidayah Jakarta Pusat, diikuti oleh 80 pst tahun 1997 M. Angkatan ke-22, di DPD Pengajian Al Hidayah Jakarta Timur, diikuti oleh 92 peserta tahun 1997 M. Angkatan ke-23, di DPD Pengajian Al Hidayah Jakarta Barat, diikuti oleh 90 peserta tahun 1997 M. Angkatan ke-24, di DPD Pengajian Al Hidayah Jakarta Selatan, diikuti oleh 90 peserta tahun 1997 M. Angkatan ke-25, di DPD Pengajian Al Hidayah Jakarta Utara, diikuti oleh 80 peserta tahun 1997 M.
Angkatan ke-26, di Karang Anyar Jawa Tengah, diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah, diikuti 60 peserta, tahun 1997 M. Angkatan
(50)
Ke-27, di Kandepag Kab Karanganyar, diselenggarakan oleh Kakandepag Kab Karanganyar Jawa Tengah 80 peserta, 1997 M. Angkatan ke 28, di Batam yang diselenggarakan oleh Kakandepag Kodya Batam, diikuti 50 peserta, tahun 1997 M. Angkatan ke-29, di Tanjung Pinang yang diselenggarakan oleh Depag Kab Kepulauan Riau, diikuti 60 peserta, 1998 M. Angkatan ke-30, di Aula Masjid Istiqlal yang diselenggarakan TPPTQ Masjid Istiqlal, diikuti 57 peserta, 1998 M.
Angkatan ke-31, di Gedung Serbaguna Pati Jawa Tengah, diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Pati, diikuti oleh 60 peserta, 1998 M. Angkatan ke-32, Aula Asrama Haji Jl. Jaksa Jakarta Pusat, diselenggarakan oleh Direktorat Penerangan Agama Islam, diikuti utusan dari Propinsi se Jawa dan utusan dari Ormas Islam se DKI Jakarta, diikuti oleh 44 peserta, 1999 M. Angkatan ke-33, di Ruang Eksekutif Masjid Istiqlal, diselenggarakan oleh Binrohis Pusat diikuti oleh utusan dari instansi pemerintah dan swasta sebanyak 42 peserta, pada tahun 1999 M. Angkatan ke-34, di Pekanbaru Riau, diselenggarakan oleh LPTQ Propinsi Riau, 42 peserta utusan Lembaga-lembaga Islam, 1999 M. Angkatan ke-35, di Aula Kantor Wilayah Departemen Agama Sulawesi Tenggara di Palu, diselenggarakan oleh Departemen Agama Pusat, yang diikuti oleh 44 peserta, pada tahun 1999 M.
Angkatan ke-36, di Aula Kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, diselenggarakan oleh Yayasan UMI Makassar, diikuti 18 peserta, 2000 M. Angkatan ke-37, di Aula Masjid Al Markaz Al Islami Makassar, diselenggarakan oleh Bidang Pendidikan dan Dakwa Masjid Al
(51)
Markaz Al Islami, 2000 M. Angkatan ke-38, di Gedung Islamic Center Surabaya, diselenggarakan oleh LPTQ Jawa Timur, 46 peserta, tahun 2000 M. Angkatan ke-39, Aula MUI Propinsi Jawa Barat, diselenggarakan oleh LPIQ MUI Jawa Barat, diikuti oleh 40 peserta, 2000 M. Angkatan ke-40, di Diklat Pemerintah Propinsi Riau, diselengarakan oleh Yayasan Yapita Pekanbaru Riau, diikuti oleh 40 peserta, 2000 M.
Angkatan ke-41, di Aula Pesantren Al Hikam Malang, diselenggarakan oleh Lembaga Program Terjemah Malang, diikuti oleh 48 peserta, 2000 M. Angkatan ke-42, di Aula Masjid Istiqlal Jakarta, diselenggarakan oleh TPPTQ Masjid Istiqlal, diikuti oleh 61 peserta dari calon yang diseleksi sebanyak 132 calon, 2001 M. Angkatan ke-43, di Aula MUI Propinsi Jawa Barat, diselenggarakan oleh LPIQ MUI Prop. Jawa Barat, diikuti oleh 40 calon instruktur, pada tahun 2002 M. Angkatan ke-44, di Purwakarta di Aula Pondok Pesantren As Salam, diselenggarakan oleh MUI Propinsi Jawa Barat, diikuti oleh 52 peserta, 2003 M.30
Adapun dukungan external ialah dari Achamd Shobirin selaku Kakanwil. Depag. pada tahun 1993 M. Peranan Achamd Shobirin berupa keikut sertaanya dalam menyediakan kantor LPPIQ.31 Berkat pertolongan dan bantuan Achamd Shobirin, LPIQ kemudian menempati kantor Islamic Center, sehingga proses organisasi dan kegiatan lainnya seperti kegiatan belajar mengajar, rapat, dan evaluasi antar ustad dapat terlaksana dengan baik.32
30
Ibid. 31
Masyhudi Thohir, Wawancara, Surabaya, 08 Mei 2017 M. 32
(52)
BAB III
PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PENGKAJIAN ILMU ALQURAN SURABAYA TAHUN 1993-2016 M.
A. Masa Pendirian LPPIQ
Sebelum diresmikan dan mengadakan kegiatan belajar mengajar di Islamic Center, proses pembelajaran di LPPIQ berlangsung di masjid-masjid, salah satu di antara masjid tersebut ialah masjid Jam’ul Fawaid di daerah Gubeng Kerta Jaya. Adapun markas atau tempat perkumpulan para pendiri yang telah penulis ungkit di bab sebelumnya ialah di rumah Achmad Kholil. Cara memperkenalkan lembaga yang mereka kelola ialah dengan mengunjungi rumah-rumah atau yang lebih dikenal dengan istilah door to door, selain itu juga dengan cara mendatangi kantor-kantor pemerintahan, majlis ta’lim, masjid-masjid serta TPQ yang ada di Surabaya dan kota-kota lainnya. Uraian di atas merupakan fase atau masa perintisan LPIQ pada tahun 1991 M. Jadi sudah sejak awal sistem pembelajaran LPPIQ ialah dengan sistem jemput bola atau datang ke tempat.
Setelah kemudian LPIQ diresmikan, kantor pusat LPIQ bertempat di Islamic Center, begitupun juga dengan kegiatan belajar mengajar LPPIQ. Mula-mula di kantor tersebut para pengusrus LPPIQ membuka pendaftaran. Informasi tentang pendaftaran LPIQ pada waktu itu disebarkan melalui pamflet yang mereka sebarkan ke rumah-rumah, kantor-kantor pemerintahan, majlis ta’lim, masjid -masjid serta TPQ yang ada di Surabaya. Muatan informasi dalam pamflet tersebut tentang telah dibukanya Lembaga Pendidikan Ilmu Alquran yang menggunakan metode paham Alquran dalam 40 jam atau sistem 40 jam. Tercatat pada awal
(53)
pendaftaran terdapat 400 orang yang mendaftarkan diri untuk mengikuti kajian tersebut.33 Waktu pembelajaran LPIQ dilaksanakan setiap hari dimulai dari setelah sholat shubuh sampai pada jam 21:00 WIB. para jama’ah kajian bebas memilih waktu yang telah disediakan oleh LPIQ. Jadi setiap peserta datang ke kantor Islamic Center setiap harinya sesuai dengan waktu yang telah mereka tentukan sendiri. Namun hal ini kurang berjalan lancar, disebabkan jauhnya jarak peserta yang ditempuh. Mengingat peserta yang mengikuti kajian LPPIQ tidak hanya di sekitar area Islamic Center, akhirnya kemudian LPPIQ kembali kepada cara mereka yang semula dalam melakukan dakwah ilmu Alquran.34
1. Jumlah Asatidz
Ustad atau guru merupakan salah satu peranan pokok yang sangat penting dalam suatu lembaga pendidikan. Keberadaanya sangat diperlukan mengingat ustad adalah gudang ilmu bagi para santri-santrinya. Pada umumnya seorang ustad melakukan kegiatan belajar mengajar bersama santri-santrinya di dalam suatu kelas ataupun dalam suatu sekolahan, yayasan maupun lembaga. Atau semisal di pondok pesantren, seorang santri yang datang kepada kiyai atau ustad-ustad di pondok pesantren tersebut, sedangkan para ustad di LPPIQ langsung datang ke tempat sesuai keinginan dan permintaan jama’ah kajiannya yang telah mereka tentukan sendiri. Ini kemudian yang menjadi ketertarikan bagi masyarakat Surabaya untuk mulai bergabung dengan LPPIQ. Kehadiran seorang ustad kekediaman mereka (jama’ah kajian) sangat membantu mereka, karena rata-rata jama’ah kajian
33
Rasyidin, Wawancara, Surabaya, 19 Mei 2017 M. 34
(54)
LPPIQ adalah ibu-ibu rumah tangga. Sangat jarang jama’ah kajian LPPIQ dari kalangan muda, meskipun ada, tapi itu sedikit.35
Adapun syarat untuk menjadi seorang Ustad/ustadzah di LPPIQ ialah sebagai berikut:
a. Mempunyai kemampuan di bidang tilawah Alquran b. Menguasai bahasa Arab secara pasik dan ilmu alat c. Bersedia ditugaskan kapan saja dan dimana saja
Khusus untuk ustad/ustadzah yang baru diterima sebagai tenaga pengajar di LPPIQ mendapatkan latihan khusu yang dilakukan setiap minggu satu kali pada hari senin. Materi yang disampaikan ialah tentang pendalaman materi yang akan disampaikan kepada peserta/ jama’ah dan yang kedua ialah tentang keterampilan dalam mengajar. Hal ini dilakukan guna untuk memantapkan sekaligus mematangkan para ustad/ustadzah junior dalam mengajar jama’ah kajiannya.
Pada awal pendiriannya tahun 1993 M. LPPIQ mempunyai Sembilan orang pengajar (asatidz) yaitu adalah Ustad Kholil, Ustad Abdussalam, Ustad Sumarno, Ustad Masyhudi, Ustad Abdul Hakam, Ustad Abdul Majid, Ustad Rasyidin, Ustad Anas Adnan dan Ustad Choirul Anam.36 Kesembilan orang tersebuut sebelumnya telah diuji oleh KH. Bashori Alwi di rumahnya. Beliau merupakan pengasuh pondok pesantren Ilmu Al-Qur’an (PIQ) Singasari Malang.37
35
Ibid. 36
Masyhudi Thohir, Wawancara, Surabaya, 19 Juni 2017 M. 37
(55)
Kemudian pada tahun 2000, jumlah Asatidz LPPIQ bertambah menjadi 17 orang, yaitu adalah sebagai berikut: Ustad Sumarno, Ustad Masyhudi, Ustad Abdul Hakam, Ustad Abdul Majid, Ustad Rasyidin, Ustad Haris, Ustad Hariri, Ustad Abd Syakur, Shofwan, Ustad Asriphandi, Ustad Hariri Irfan, Ustad Qodri, Ustad Zaenal, Ustad Nasihin, Ustad Atho’illa dan Ustad Choirul Anam.38
Pada tahun 2009, jumlah ustad bertambah menjadi 26 orang yaitu adalah sebagai berikut: Ustad Roem Rowi, Ustad Masyhudi Thohir, Ustad Rosyidin Sobar, Ustad Asriphandi Latif, Ustad Abd. Majid, Ustad Abd. Hakam, Ustad A. Hariri Irfan, Ustad M. Qodri, Ustad Ahmad Sofwan, Ustad Sumarno, Ustad Nasihin Anwar, Ustad Ahmad Bahauddin, Ustad Anshori Arif, Ustad Ainul Murtafiq, Ustad Fathur Rahman, Ustad Irwansyah, Ustad Sugianto, Ustad Muhammad Syakir, Ustad Nasihul Musthofa, Ustad Suwita, Ustad Kasuwi, Ustad Khusnul Asma, Ustad Syarif Radin, Ustad Setyo Prayitno, Ustad Imma Wahib, Ustad Zainal Arifin. 39
Adapun jumlah asatidzah LPPIQ pada tahun 2016 ialah sebanyak 27 orang, berikut table perkembangan Asatidz dari tahun 1993-2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Data perkembangan jumlah ustad LPPIQ mulai tahun 1993- 2017 M.
Tahun Jumlah
1993-1999 9 orang
2000-2008 17 orang
38
Nunung Nur Jannah, hal. 26. 39
(56)
2009-2015 26 orang
2016 27 orang
Sumber: data didapatkan dari data-data yang ada pada penelitian terdahulu dan hasil wawancara dengan Drs. Masyhudi Thohir, Surabaya, 23 Juni 2017 M.
2. Jumlah Jama’ah Kajian LPPIQ
Penerimaan jama’ah kajian di LPPIQ sebenarnya sudah dibuka pada masa perintisannya yakni pada tahun 1991-1993 M. namun pada waktu tersbut jumlah jama’ah kajian tidak menetap. Baru ketika tahun 1993 M. tepatnya ketika LPPIQ diresmikan dan bertempat di kantor Islamic Center. Jumlah jama’ah kajian yang kemudian mendaftarkan diri mereka berjumlah sebanyak 400 orang.40 Pada tahun 2000 M. jumlah jama’ah kajian berkembang menjadi 771 jama’ah kajian,41 tahun 2015 jumlah jama’ah kajian mencapai 2.851 jama’ah kajian,42 dan pada tahun 2016 jumlah jama’ah kajian mencapai sebanyak 3.088 jama’ah kajian.
Awal penerimaan jama’ah kajian di LPPIQ Surabaya dilakukan dengan cara menyebarkan brosur dan pamflet. Selain itu LPPIQ juga mengadakan diklat dan mempresentasikannya di kantor-kantor pemerintahan, masjid-masjid, rumah-rumah warga dan tempat lainnya. Ketika melakukan pendaftaran, jama’ah kajian tersebut memilih waktu yang telah disediakan. Mereka berhak memilih waktu tersebut sesuai keinginan mereka.
Waktu yang disediakan ialah setiap hari mulai dari setelah shubuh sampai dengan jam 21:00 WIB. dengan ketentuan ustadz yang telah
40
Rasyidin, Wawancara, Surabaya, 19 Mei 2017 M. 41
Nunung Nur Jannah, Lampiran. 42
(57)
ditugaskan pada jam-jam tersebut dan dilaksanakan sekali tatap muka dalam seminggu dengan alokasi waktu 90 menit. Kemudian dari hasil pendaftaran tersebut, dikelompokkan menjadi beberapa kelompok sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan oleh para calon peserta didi tersebut. Namun hal ini kurang berjalan lancar, disebabkan jauhnya jarak peserta yang ditempuh. Mengingat peserta yang mengikuti kajian LPPIQ tidak hanya di sekitar area Islamic Center, akhirnya kemudian LPPIQ kembali kepada cara mereka yang semula dalam melakukan dakwah ilmu Alquran.
Semenjak itu proses pendaftaran jama’ah kajian kemudian ialah secara berkelompok. Dalam satu kelompok ditunjuk satu kordinator. Jika ada satu orang yang ingin mengikuti kajian LPPIQ maka orang tersebut diharuskan mengajak minimal 15-20 orang. Dan kemudian orang tersebut menjadi kordinator tersebut. Selanjutnya, dari pihak pengelola (LPPIQ) akan mengatur jadwal pelaksanaan sesuai dengan permintaan tersebut. Hal ini dilakukan guna untuk mempermudah dan memeprcepat proses pendaftaran.
Rekapitulasi di LPPIQ jarang dilakukan bahkan tidak sama sekali, hal ini kemudian yang menjadi hambatan penulis dalam memaparkan perkembangan LPPIQ dari segi keanggotaanya. data-data yang terdapat di LPPIQ itupun data-data kelompok kajian dan tidak diketahu jumlah perorangan dalam satu kelompok kajian tersebut berjumlah berapa orang. Rekapitulasi data kelompok kajian baru dilakukan pada tahun 2010 M. Data-data yang penulis dapatkan ialah dari skripsi-skripsi terdahulu yang membahas tentang program terjemah Alquran sistem 40 jam. Sedangkan
(58)
data-data anggota/ jama’ah kajian pada awal pendirian LPPIQ penulis dapatkan dari hasil wawancara dengan Ustad Masyhudi Tohir selaku salah satu perintis sekaligus pendiri LPIQ.
Persyaratan bagi calon jama’ah kajian ialah tidak banyak. Cukup dengan bisa membaca dan menulis Alquran. Sedangkan untuk persyaratan administrasinya ialah sebagai berikut:
a. Mengisi formulir pendaftaran.
b. Menyerahkan pas photo 2 (dua) lembar ukuran 3 x 4. c. Menyerahkan infaq pendaftaran.
d. Mengajak orang lain minimal 15-20 orang
Bagi peserta yang belum lancar melafakan Alquran akan dibina secara khusus dengan program pra terjemah Alquran dalam waktu yang singkat. setelah lancer melafakan Alquran maka jamaah itu baru masuk kepada tingkatan terjemah Alquran.
B. Program Terjemah Alquran Sistem 40 Jam
Program terjemah Alquran sistem 40 jam, merupakan program pertama kali yang dikembangkan oleh LPIQ Surabaya pada tahun 1993 M. Program ini menggunakan surah al-Baqarah sebagai objek pembelajaran. Program ini diperkasasai oleh Achmad Kholil pada tahun 1989 M. Tapi hanya sampai pada paket satu dan dua dan kemudian pada saat LPIQ mulai diresmikan pada tahun 1993 M. akhirnya ia dibantu oleh Anas Adnan dan Muslimin dalam melanjutkan materi-materi yang akan diulas pada paket tiga sampai dengan paket 15.43
43
(1)
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai sejarah perkembangan Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Alquran Surabaya tahun 2000-2016 M. yang telah bahas didalam bab pertama hingga bab keempat, maka pada bab terakhir ini dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa:
1. Latar belakang didirikannya Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu Alquran Surabaya karena sebagian besar masyarakat muslim Indonesia tidak memahami bahasa Arab dengan baik, yang kemudian berdampak kepada kurangnya pemahaman mereka terhadap kitab sucinya sendiri, sehingga fungsi Alquran sebagai petunjuk terabaikan. Program utama yang diaplikasikan dan disampaikan masyarakat ialah program terjemah Alquran sistem 40 jam. Dengan adanya program tersebut diharapkan dapat menarik minat masyarakat khususnya masyarakat di kota Surabaya agar lebih tertarik dalam mempelajari Alquran.
2. Perkembangan LPPIQ dari tahun 1993- 2016 mengalami beberapa perkembangan, yaitu perkembangan dari jumlah jama’ah kajian, pengajar (ustad/ustadzah), serta perkembangan sarana dan prasarana. Selain itu, berkat expansi yang dilakukan oleh Achmad Kholil dan ustad-ustad lainya, program terjemah Alquran sistem 40 jam terus berkembang ke luar Jawa Timur bahan hingga ke pulau Jawa.
(2)
71
3. Adapun respon dari kalangan masyarakat terhadap LPPIQ, kebanyakan dari mereka berpendapat positive, dikarenakan sistem yang dipakai oleh LPPIQ menarik, menurut salah satu nara sumber yakni ibu Evi, ia mengatakan bahwa sistem pembelajaran di LPPIQ cukup unik, datangnya ustad ke tempat kajian sesuai permintaan jama’ah kajian sangat membantu untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
B.Saran
1. Untuk Fakultas Adab dan Humaniora diharapkan mempertahankan setiap potensi mahasiswa yang ada, bila perlu dapat dikembangkan oleh fakultas. Dalam hal ini penulis menyarankan untuk menerapkan program terjemah Alquran sistem 40 jam. Program ini dalam tiap satu kali tatap muka membutuhkan alokasi waktu 90 menit (dua sks), dan bisa dilakukan setiap minggu ataupun dua kali pertemuan dalam seminggu atau lebih sering maka itu lebih baik. Jika program ini dilaksanakan setiap minggu satu kali, maka mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya khususnya Fakultas Adab dan Humaniora dapat menguasai kosa kata yang ada di dalam surah al-Baqarah dalam kurun waktu kurang lebih dua semester. Jika program ini tidak memungkinkan untuk dijadikan mata kuliah wajib, maka penulis menyarankan untuk diaplikasikan pada waktu pelaksanaan ma’had yang dilakukan setiap minggu dua kali.
2. Untuk peneliti lainnya untuk membahas tentang kajian sejarah islam terutama yang memiliki kontribusi dalam kemajuan umat islam seperti dalam hal pendidikan islam. Hal ini diharapkan bisa memberikan banyak manfaat bagi
(3)
72
para akademisi dan masyarakat untuk lebih memperhatikan pendidikan islam khususnya pendidikan Alquran sebagai upaya mengentaskan kebodohan. 3. Untuk meningkatkan mutu kerja Lembaga Pendidikan dan Pengkajian Ilmu
Alquran Surabaya, hendaknya semua data-data dimulai dari rekapitulasi lembaga tentang keanggotaan ada baiknya harus dilaksanakan di setiap tahunnya, guna untuk menjadikan tolak ukur perkembangan dari lembaga tersebut.
Skripsi yang penulis susun ini tentu masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, pemulis mengharapkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun dan memperbaiki dari berbagai pihak sebagai upaya untuk melakukan penyempurnaan skripsi sebagai karya tulis ilmiah yang layak untuk dibaca dan dikaji banyak orang.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. Sejarah dan Masyarakat. Jakarta : Pustaka Firdaus, 1987. Abdurahman, Dudung. Metodologi Penelitian Sejarah. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2007.
Ahmadi , Abu. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Ali, M. Daud. Lembaga-lembaga Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
Al-Quran,Yuk Menghafal. “Prof Dr Roem Rowi MA: 'Kisah-kisah Mendominasi Al-Quran”, dalam http://yukcintaquran.blogspot.co.id/2009/05/prof-dr-roem-rowi-ma-kisah-kisah.html, (22 Mei 2017).
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2013. Anonim,
https://workshopnasional.files.wordpress.com/2011/01/eksistensi-aktualisasi-prog-2009.ppt. (06 Juli 2017).
Djarwanto. Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penelitian Skripsi. Jakarta: Liberty, 1990.
Fahriani, Irma. Efektivitas Pembelajaran Terjemah Qur'an Melalui Surat Al-Baqarah di LPPIQ Surabaya dan Pembelajaran Terjemah Al-Qur'an Metode Al-Wahyu di Madrasah Lukman Al-Hakim Surabaya : Suatu Kajian Perbandingan. Skripsi, UIN Sunan Ampel, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Surabaya, 2008.
Hakim, Atang Abdul. Metodologi Studi Islam. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Hakim,Atang Abdul. Metodologi Studi Islam. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2000.
Hugiono, dan P.K. Poerwantana, Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT: Bina Aksara, 1987.
James L. Gibson, Organisasi Perilaku-Struktur Proses. Jakarta : Erlangga, 1996. Jannah, Nunung Nur. Cara Cepat Memahami Alquran dengan Metode Terjemah
Sistem 40 Jam Di Lembaga Pengembangan Ilmu Alquran (LPIQ) Surabaya. Skripsi, IAIN Sunan Ampel, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Surabaya, 2003.
(5)
M., Moh. Asrofil. Studi Tentang System Pendidikan DGPQ (Diklat Guru Pengajar Alquran) Dalam Upaya Membina Profesionalitas Guru Pada Pendidikan Luar Sekolah Di LPIQ Surabaya. Skripsi, IAIN Sunan Ampel, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Surabaya, 2003.
Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT Bumi Aksara, 1995.
Notosusanto, Nugroho. Norma-norma Dasar Penelitian dan Penulisan Sejarah, Jakarta: Pertahanan dan Keamanan Pers. 1992.
Online, Bhirawa. “Gus Ipul Dukung LPPIQ Jadi Lembaga Memasyarakatkan Al-Quran”, dalam http://harianbhirawa.com/2016/05/gus-ipul-dukung-lppiq-jadi-lembaga-memasyarakatkan-al-quran/ (09 Juni 2017)
Raho, Bernard. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.
Renier, G. J. Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada, 2003.
Usman, Hasan. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Direktor Jendral Kelembagaan Agama Islam, 1986.
Yunus, Muhammad. Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1995.
Zuhairi, et al. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1997.
Wawancara:
Anam,Choirul, Direktur LPIQ Bandung, Wawancara, Surabaya, 09 Juli 2017 M. Asnawi, Pengurus Takmir Masjid Al-Ikhlas Jambangan Surabaya, Wawancara, 07
Juni 2014
Khohar, Abdul, Manajer Creative, Wawancara, 15 Juni 2017 M. Kholil, Achmad, Pendiri LPIQ, Wawancara, 10 Juli 2017 M Bahauddin, M. Wawancara, 11 Juli 2017 M.
Rasyidin, Bendahara LPPIQ, Wawancara, Surabaya, 19 Mei 2017 M. Sari, Evi Puspita, Jama’ah LPPIQ, Wawancara, 15 Juni 2017 M.
(6)
Suwita, Wawancara, 11 Juli 2017 M.
Thohir, Masyhudi, Direktur Pelaksana, Wawancara, 08 Mei 2017 M. Tuning, Jama’ah LPPIQ, Wawancara, 14 Juni 2017 M.