Penerapan metode simulasi untuk meningkatkan pemahaman tentang zakat fitrah mata pelajaran Fiqih pada siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo.

(1)

SKRIPSI

Oleh:

BILQIS SHOLICHAH NIM. D07213005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FEBRUARI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vii ABSTRAK

Bilqis Sholichah, 2017. Penerapan Metode Simulasi untuk Meningkatkan Pemahaman tentang Zakat Fitrah Mata Pelajaran Fiqih pada Siswa Kelas IV MIN Buduran Sidoarjo, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing: Dr. Hj. Zumrotul Mukaffa, M.Ag. dan Dr. Sihabuddin, M.Pd.I, M.Pd.

Kata Kunci: Peningkatan Pemahaman, Zakat Fitrah, Metode Simulasi

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pemahaman siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo tentang zakat fitrah mata pelajaran fiqih, karena metode yang digunakan oleh guru kurang efektif, akibatnya prosentase ketuntasan belajar siswa masih kurang. Oleh karena itu, perlu perbaikan metode pembelajaran yang dilakukan guru.

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman tentang zakat fitrah mata pelajaran fiqih pada siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo? 2) Bagaimana peningkatan pemahaman tentang zakat fitrah mata pelajaran fiqih setelah menggunakan metode simulasi pada siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo?

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi tiap siklusnya. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo tahun ajaran 2016-2017 dengan jumlah 27 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, tes tulis, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penerapan metode simulasi berjalan dengan baik, yang melalui tahapan kegiatan pembentukan kelompok, demonstrasi simulasi zakat fitrah, pengorganisasian peranan, pelaksanaan simulasi zakat fitrah, diskusi dan presentasi oleh kelompok serta evaluasi pemahaman tentang zakat fitrah. Terbukti dari hasil observasi aktivitas guru pada siklus I dengan skor 76,78 dan meningkat pada siklus II menjadi 91,07 serta hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dengan skor 78,57 dan meningkat pada siklus II menjadi 94,64. 2) Peningkatan pemahaman siswa tentang zakat fitrah setelah menggunakan metode simulasi meningkat dari prosentase ketuntasan belajar saat pra siklus sebesar 55,56%, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 70,37%, dan pada siklus II meningkat menjadi 88,89%. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode simulasi dapat meningkatkan pemahaman tentang zakat fitrah pada mata pelajaran fiqih di kelas IV MIN Buduran Sidoarjo.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN SAMPUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tindakan yang Dipilih ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Lingkup Penelitian ... 6


(8)

BAB II. KAJIAN TEORI ... 10

A. Pemahaman ... 10

1. Pengertian Pemahaman ... 10

2. Indikator Pemahaman ... 11

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman ... 13

4. Tingkatan-Tingkatan Pemahaman ... 15

B. Metode Simulasi ... 17

1. Pengertian Metode Simulasi ... 17

2. Tujuan Metode Simulasi ... 19

3. Bentuk-Bentuk Simulasi ... 20

4. Langkah-Langkah Pelaksanaan Simulasi ... 22

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Simulasi ... 23

C. Mata Pelajaran Fiqih ... 24

1. Pengertian Fiqih ... 24

2. Tujuan Pembelajaran Fiqih di MI ... 25

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih di MI ... 26

D. Zakat Fitrah ... 26

1. Pengertian Zakat Fitrah ... 26

2. Ketentuan Zakat Fitrah ... 28

3. Tata Cara Memberikan Zakat Fitrah ... 32

4. Penerapan Metode Simulasi untuk Meningkatkan Pemahaman tentang Zakat Fitrah pada Mata Pelajaran Fiqih ... 33


(9)

BAB III. METODE PENELITIAN ... 36

A. Metode Penelitian ... 36

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 37

C. Variabel yang Diselidiki ... 38

D. Rencana Tindakan ... 38

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 43

F. Indikator Kinerja ... 49

G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 49

BAB IV. HASIL PENELIITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil Penelitian ... 51

B. Pembahasan ... 70

BAB V. PENUTUP ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 91

RIWAYAT HIDUP ... 92


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator Pemahaman ... 12 3.1 Kriteria Tingkat Keberhasilan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 45 3.2 Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 46 4.1 Peningkatan Skor Aktivitas Guru dan Siswa Serta Prosentase Ketuntasan Belajar ... 85


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(12)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Diagram Peningkatan Skor Aktivitas Guru dan Siswa ... 83 4.2 Diagram Peningkatan Prosentase Ketuntasan Belajar ... 84


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keterangan dari Sekolah ... 93

2. Pedoman Wawancara Pra Siklus ... 94

3. Butir Soal Evaluasi Pra Siklus ... 96

4. Kunci Jawaban Evaluasi Pra Siklus ... 97

5. Hasil Belajar Siswa Saat Pra Siklus ... 98

6. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Saat Pra Siklus ... 101

7. RPP Siklus I ... 102

8. Lembar Kerja Siklus I ... 118

9. Butir Soal Evaluasi Siklus I ... 119

10. Kunci Jawaban Evaluasi Siklus I ... 120

11. Lembar Validasi Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I ... 122

12. Lembar Validasi RPP Siklus I ... 124

13. Lembar Validasi Butir Soal Siklus I ... 130

14. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I ... 132

15. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 135

16. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ... 138

17. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus I ... 141


(14)

19. Butir Soal Evaluasi Siklus II ... 160

20. Kunci Jawaban Evaluasi Siklus II ... 161

21. Lembar Validasi Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus II ... 163

22. Lembar Validasi RPP Siklus II ... 165

23. Lembar Validasi Butir Soal Siklus II ... 171

24. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II ... 173

25. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 176

26. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 179

27. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus II ... 182

28. Foto Kegiatan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 183

29. Profil MIN Buduran Sidoarjo ... 195

30. Surat Izin Penelitian ... 197

31. Surat Tugas Bimbingan Skripsi ... 198


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siswa Madrasah Ibtidaiyah merupakan generasi-generasi muslim yang akan berperan aktif di masa yang akan datang. Mereka memerlukan banyak pengalaman belajar sebagai bekalnya dalam mencapai kehidupan yang baik. Dalam hal ini, pemahaman materi agama dijadikan sebagai bekal yang penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Memahami materi agama bukan sekedar mengetahui atau menghafal, sehingga melalui pemahaman materi tersebut selanjutnya dapat dilaksanakan dalam kehidupan nyata. Salah satu materi agama yang perlu dipahami siswa di MI adalah fiqih. Mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fiqih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta fiqih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.1 Salah satu materi yang menuntut pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan

1 Lampiran Keputusan Menteri Agama RI No. 165 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab pada Madrasah, hlm. 41.


(16)

rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu zakat fitrah.

Zakat fitrah mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia baik sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat. Zakat fitrah bermanfaat untuk mendidik manusia untuk membersihkan jiwanya dari sifat kikir, tamak, sombong, dan angkuh karena kekayaannya. Zakat fitrah juga akan menumbuhkan rasa kasih sayang dan peduli terhadap sesama muslim, memberikan rasa optimisme bagi fakir miskin dan mendorong adanya sistem

ekonomi yang berdasarkan kerjasama dan tolong menolong.2

Banyak sekali manfaat mengeluarkan zakat fitrah, itulah sebabnya pemahaman tentang zakat fitrah dalam mata pelajaran fiqih sangat perlu untuk dikuasai oleh siswa, tetapi pada fakta di lapangan menunjukkan masih ada permasalahan yang merujuk pada ketidakmampuan siswa dalam memahami materi zakat fitrah pada mata pelajaran fiqih. Hal seperti ini terjadi pada siswa kelas IV MIN Buduran, kemampuan memahami materi zakat fitrah dalam mata pelajaran fiqih pada siswa kelas IV MIN Buduran masih kurang.3

Hal ini tampak dari hasil evaluasi saat dilaksanakan pra siklus pada mata pelajaran fiqih kelas IV menunjukkan ketuntasan 55,56%. Nilai Ketuntasan Kriteria Minimal (KKM) mata pelajaran fiqih kelas IV di MIN

2 Sofyan Sauri, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Alfabeta, 2004), hlm. 72.


(17)

3

Buduran yaitu 82. Dari 27 siswa dalam satu kelas, diketahui sejumlah 12 siswa masih memperoleh nilai di bawah KKM pada mata pelajaran fiqih. Kondisi ini menjadi beban tersendiri bagi wali kelas IV, terutama bagi guru fiqih.

Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran fiqih di kelas IV MIN Buduran Sidoarjo, diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh guru. Metode yang digunakan metode ceramah. Meskipun ada kegiatan permainan yang dilakukan oleh guru, namun permainan tersebut hanya menuntut siswa untuk menghafal konsep. Siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman.4

Metode pengajaran memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mendukung keberhasilan pengajaran.5 Berdasarkan analisis yang dilakukan

peneliti, masalah mendasar yang membuat kurangnya pemahaman siswa dalam materi zakat fitrah adalah metode yang digunakan oleh guru. Metode yang digunakan oleh guru fiqih di MIN Buduran kurang efektif dalam meningkatkan pemahaman materi zakat dalam mata pelajaran fiqih pada siswa kelas IV MIN Buduran.

Untuk menjawab permasalahan di atas, diperlukan metode yang sesuai dan tepat untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Maka dari

4 Hasil observasi kegiatan pembelajaran siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo, 25/10/2016. 5 Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 176.


(18)

4

itu peneliti akan meningkatkan pemahaman tentang zakat fitrah dalam mata pelajaran fiqih pada siswa kelas IV MIN Buduran dengan menerapkan metode simulasi.

Pada dasarnya terdapat berbagai metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi zakat dalam mata pelajaran fiqih. Namun, peneliti memilih metode simulasi untuk meningkatkan kemampuan memahami materi zakat dalam mata pelajaran fiqih. Hal tersebut karena konsep tentang zakat fitrah yang awalnya berupa konsep abstrak menjadi konkret sebab melalui metode simulasi siswa dapat mempraktikkan atau mengamati secara langsung. Dengan mempraktikkan simulasi mengeluarkan dan menerima zakat fitrah, siswa juga secara tidak langsung dapat belajar memahami materi zakat fitrah. Siswa juga memiliki karakteristik yang aktif dan cenderung lebih menyukai kegiatan pembelajaran yang melibatkan aktifitas fisik. Melalui metode simulasi ini pula, keaktifan, ketertarikan, kesenangan dalam diri siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dapat meningkat.

Berdasarkan permasalahan di atas, menjadi pendorong utama bagi

peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Penerapan Metode Simulasi

untuk Meningkatkan Pemahaman tentang Zakat Fitrah Mata Pelajaran Fiqih


(19)

5 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman

tentang zakat fitrah mata pelajaran fiqih pada siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo?

2. Bagaimana peningkatan pemahaman tentang zakat fitrah mata pelajaran fiqih setelah menggunakan metode simulasi pada siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo?

C. Tindakan yang Dipilih

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tindakan yang dipilih pada penelitian ini yaitu menggunakan metode simulasi untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang zakat fitrah kelas IV MIN Buduran Sidoarjo. Tindakan dalam penelitian ini menggunakan skenario kerja dan prosedur tindakan dengan mengadaptasi model Kurt Lewin yang dalam satu siklusnya terdiri dari empat langkah pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.6 Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan

yang sudah direvisi, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.


(20)

6 D. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman

tentang zakat fitrah mata pelajaran fiqih pada siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo.

2. Mengetahui peningkatan pemahaman tentang zakat fitrah mata pelajaran fiqih setelah menggunakan metode simulasi pada siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo.

E. Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini dapat tuntas dan terfokus, permasalahan tersebut di atas akan dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Topik permasalahan yang akan dilakukan tindakan untuk diselesaikan adalah tentang peningkatan pemahaman siswa tentang zakat fitrah.

2. Implementasi penelitian ini menggunakan metode simulasi.

3. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo.

4. Penelitian ini menggunakan materi tentang zakat fitrah pada mata

pelajaran fiqih kelas IV.

5. Kompetensi Dasar


(21)

7

2.1Membiasakan perilaku peduli terhadap sesama sebagai implementasi dari pemahaman terhadap ketentuan zakat fitrah

3.1Memahami ketentuan zakat fitrah

4.1Mensimulasikan tata cara zakat fitrah

Fokus penelitian ini menggunakan KD 3.1 Memahami ketentuan zakat fitrah.

6. Indikator

1.1.1 Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan

Yang Maha Esa

2.1.1 Menunjukkan sikap peduli dan dermawan terhadap sesama

3.1.1 Menguraikan pengertian zakat fitrah

3.1.2 Menjelaskan ketentuan zakat fitrah

4.1.1 Memperagakan tata cara berzakat fitrah

Fokus penelitian ini menggunakan indikator 3.1.1 Menguraikan pengertian zakat fitrah dan 3.1.2 Menjelaskan ketentuan zakat fitrah.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, diantaranya sebagai berikut:


(22)

8

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi lembaga pendidikan, khususnya yang berhubungan dengan metode pembelajaran. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru di Madrasah Ibtidaiyah untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya dalam proses pembelajaran.

2) Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan dalam memilih

atau menentukan metode pembelajaran.

3) Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil pembelajaran.

4) Sebagai informasi bagi semua tenaga pendidik mengenai metode simulasi.

b. Bagi Siswa

1) Dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran fiqih

materi pokok zakat fitrah.

2) Dapat meningkatkan keaktifan, ketertarikan, dan kesenangan dalam


(23)

9

c. Bagi Peneliti

1) Untuk meningkatkan dan mendapatkan produktivitas dalam

mencari solusi masalah-masalah pembelajaran menggunakan metode simulasi.


(24)

10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pemahaman

1. Pengertian Pemahaman

Pemahaman adalah perilaku yang menunjukkan kemampuan peserta didik dalam menangkap pengertian suatu konsep. Pemahaman meliputi perilaku menerjemahkan, menafsirkan, menyimpulkan, atau mengekstrapolasi (memperhitungkan) konsep dengan menggunakan kata-kata atau simbol-simbol lain yang dipilihnya sendiri.1 Memahami dapat juga berarti membangun pengertian dari pesan pembelajaran.2

Bloom merumuskan taksonomi pembelajaran khususnya dalam domain kognisi mulai dari keterampilan berpikir tingkat rendah sampai pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau mulai dari tingkat pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis yang digolongkan dalam keterampilan berpikir tingkat rendah sampai pada tingkat sintesis dan evaluasi yang merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berdasarkan domain kognisi Bloom, pada tingkat pemahaman, peserta didik mampu mengerti dan membuat rangkaian dari sesuatu yang

1 Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. 135.

2 Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 117.


(25)

dikomunikasikan. Artinya, peserta didik mampu menerjemahkan,

menginterpretasi, dan meramalkan kemungkinan dalam berkomunikasi.3

Di antara taksonomi kawasan kognitif, jenjang pemahaman paling banyak digunakan baik pada jenjang perguruan tinggi maupun jenjang pendidikan di bawahnya. Alasannya karena jenjang pemahaman merupakan dasar yang sangat menentukan untuk mempelajari dan menguasai jenjang-jenjang taksonomi di atasnya seperti penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi atau bentuk yang lebih terintegrasi seperti

pemecahan masalah.4

2. Indikator Pemahaman

Indikator pemahaman menunjukkan bahwa pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari pengetahuan.5 Jika pada tingkat pengetahuan, siswa

dituntut untuk mengetahui, mengingat atau menghafal suatu konsep tanpa menangkap pengertian atau maksud dari suatu konsep. Sementara pemahaman meliputi perilaku yang menunjukkan kemampuan siswa dalam menangkap makna atau arti dari suatu konsep.

3 Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 90-91.

4 Atwi Suparman, Desain Instruksional..., hlm. 135.

5 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), hlm. 50.


(26)

Adapun indikator pemahaman yang dapat digunakan untuk mengetahui ukuran keberhasilan siswa dalam memahami suatu konsep ialah sebagai berikut:6

TABEL 2.1

INDIKATOR PEMAHAMAN

Taksonomi Perilaku Kemampuan Internal Indikator

Pemahaman Menerjemahkan

Menafsirkan Memperkirakan Menentukan ... Misalnya: metode prosedur Menjelaskan Menguraikan Merumuskan Merangkum Mengubah Memberikan contoh tentang Memahami ... Misalnya: konsep kaidah prinsip kaitan antara fakta Menyadur Meramalkan Menyimpulkan Memperkirakan Menerangkan


(27)

isi pokok Mengartikan/

Menginterpretasikan Misalnya: tabel

grafik bagan

Menggantikan Menarik kesimpulan Meringkas Mengembangkan Membuktikan

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman

Keberhasilan siswa dalam memahami dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang mendukungnya. Faktor-faktor tersebut meliputi:7

a. Tujuan

Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dan perjalanan proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.

b. Guru

Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan

7 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 124-135.


(28)

anak didik menjadi orang yang cerdas. Di dalam satu kelas anak didik satu berbeda dengan lainya nantinya akan mempengaruhi pula dalam keberhasilan belajar. Dalam keadaan yang demikian ini seorang guru di tuntut untuk memberikan suatu pendekatan atau belajar yang sesuai dengan keadaan anak didik, sehingga akan tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

c. Anak didik

Anak didik (siswa) adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah. Maksudnya anak didik disini tidak terbatas oleh usia, baik usia muda, usia tua atau telah lanjut usia. Anak didik yang berkumpul di sekolah, mempunyai bermacam-macam karakteristik kepribadian, sehingga daya serap (pemahaman) siswa yang dapat juga berbeda-beda dalam setiap bahan pelajran yang di berikan oleh guru. Oleh karena itu, terdapat tingkatan keberhasilan yaitu tingkat maksimal, optimal, minimal dan kurang untuk setiap bahan yang di kuasai anak didik.

d. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pengajaran adalah proses terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dalm kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pengajaran ini, meliputi bagaimana guru menciptakan metode dan media pembelajaran serta evaluasi pengajaran. Dimana hal-hal


(29)

tersebut jika di pilih dan digunakan secara tepat, maka akan mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar.

e. Bahan dan Alat Evaluasi

Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Guru berperan dalam pembuatan alat evaluasi. Validitas dan realibilitas data dari hasil evaluasi itulah yang mempengaruhi keberhasilan anak didik dalam memahami suatu materi.

f. Suasana Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas akan mempengaruhi suasana kelas. Suasana yang tenang, tertib, dan disiplin ketika berlangsungnya evaluasi (ujian) dapat mencapai keberhasilan pengajaran.

4. Tingkatan-Tingkatan dalam Pemahaman

Dalam kegiatan pembelajaran, setiap individu memiliki tingkatan pemahaman yang berbeda-beda terhadap suatu materi. Ada yang memahami materi secara menyeluruh, ada yang memahami sebagian materi, dan ada pula yang sama sekali tidak dapat menangkap makna dari materi yang ia sedang pelajari, sehingga hanya sebatas mengetahui.


(30)

Menurut Daryanto, kemampuan pemahaman dapat dijabarkan ke dalam tiga tingkatan meliputi:8

a. Menerjemahkan (translation)

Pengertian menerjemahkan bisa diartikan sebagai pengalihan arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya.

b. Menginterpretasi (interpretation)

Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan. Ini adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat dilakukan dengan cara menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang diperoleh berikutnya, menghubungkan antara grafik dengan kondisi yang dijabarkan sebenarnya, serta membedakan yang pokok dan tidak pokok dalam pembahasan.

c. Mengekstrapolasi (extrapolation)

Ekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi karena seseorang dituntut untuk bisa melihat sesuatu dibalik yang tertulis. Membuat ramalan tentang konsekuensi atau memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.


(31)

B. Metode Simulasi

1.Pengertian Metode Simulasi

Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok.9 Pilihan metode tergantung pada apa yang ingin diajarkan (konten), siapa yang diajarkan,

dan tingkat kemampuan yang diharapkan.10

Metode pembelajaran disebut juga sebagai cara untuk

mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu.11 Neumann dan Koper menyatakan bahwa metode pembelajaran didefinisikan sebagai seperangkat aktivitas yang mengarah pada hasil belajar yang dilakukan oleh peserta didik dan pendukung pembelajaran.12 Sehingga dengan adanya penggunaan metode secara tepat, peserta didik dapat mencapai hasil pembelajaran dan kemampuan yang diharapkan.

Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seolah-olah, atau perbuatan yang pura-pura saja.13 Simulasi dapat dikatakan seperti latihan, tetapi tidak dalam realitas sebenarnya, melainkan seolah-olah menggambarkan keadaan sebenarnya. Melalui

9 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar, (Padang: Quantum Teaching, 2005), hlm. 52. 10 Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip..., hlm. 224.

11 Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 81.

12 Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip..., hlm. 224.

13 Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 126.


(32)

simulasi terjadi perumpamaan yang serupa dengan yang dilakukan orang dewasa.14 Dengan cara ini peserta didik akan memperoleh pemahaman dari situasi yang dilakukan.

Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.15

Dalam simulasi para siswa dapat:16

a. Mencoba menempatkan diri atau berperan sebagai tokoh atau

pribadi tertentu, misalnya, sebagai pahlawan, petani, dokter, atau guru. Siswa dilatih menghargai jasa dan peranan orang lain. Dalam pembelajaran zakat fitrah, siswa dapat berperan sebagai muzakki (orang yanag mengeluarkan zakat), amil, fakir, miskin, ibnu sabil, fisabilillah, gharim, mualaf, dan budak. Karena hal itu bermanfaat bagi pembentukan keterampilan sosial bagi siswa. Mereka dapat

14 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), hlm. 137.

15 Mulyono, Strategi Pembelajaran..., hlm. 98-99. 16 Uzer Usman, Upaya Optimalisasi..., hlm. 126.


(33)

memiliki keterampilan dalam membagikan zakat dengan santun, serta menerima zakat dengan santun pula.

b. Berperan sebagai benda-benda, misalnya berpura-pura sebagai

gunung, pohon, angin, atau awan. Siswa dapat berperan sebagai benda-benda disesuaikan dengan tema. Hal demikian dapat menambah pengetahuan siswa tentang kegunaan benda-benda, misalnya pohon berguna untuk menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen. Selain itu, dengan berperan sebagai benda-benda, siswa juga dapat mengembangkan keterampilan berekspresi dan meningkatkan sikap berani dan percaya diri.

2.Tujuan Metode Simulasi

Penggunaan metode simulasi memiliki tujuan sebagai berikut:17

a. Menghayati peranan dan perasaan orang lain yang menimbulkan sikap

menghargai orang lain.

b. Mengembangkan daya imajinasi pada diri siswa.

c. Melatih keterampilan tertentu baik yang bersifat profesional maupun kehidupan sehari-hari.

d. Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.

e. Memberikan motivasi belajar karena sangat menarik dan

menyenangkan anak.


(34)

f. Untuk meningkatkan aktivitas belajar dengan melibatkan dirinya dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian sebenarnya.

3.Bentuk-Bentuk Simulasi

Menurut Gilstrap, simulasi dapat berbentuk: peer teaching,

sosiodrama, psikodrama, simulasi game, dan role playing.18 a. Peer Teaching

Peer teaching adalah latihan atau praktik mengajar. yang menjadi muridnya adalah temannnya sendiri. Tujuannya untuk memperoleh keterampilan dalam mengajar. Secara teknis siswa berperan sebagai guru yang menjelaskan materi pada siswa. Siswa tersebut adalah temannya sendiri.

b. Sosiodrama

Sosiodrama adalah sandiwara atau dramatisasi tanpa skrip (bahan tertulis), tanpa latihan terlebih dahulu, dan tanpa menyuruh anak menghafal sesuatu. Pokok atau masalah yang didramatisasikan atau diperankan, ialah yang berhubungan dengan situasi sosial yang bertalian dengan hubungan antarmanusia. Sosiodrama ini sering kita dapati pada anak-anak kecil, misalnya mereka memerankan sebagai ayah atau ibu dengan bonekanya. Tujuannya adalah agar anak dapat


(35)

menghayati perasaan orang lain dan dapat memecahkan masalah-masalah sosial.

c. Psikodrama

Permainan peranan yang dilakukan, dimaksudkan agar individu yang bersangkutan memperoleh insight atau pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan self concept. Psikodrama digunakan untuk maksud terapi. Masalah yang diperankan adalah perihal emosional yang lebih mendalam yang dialami seseorang. Misalnya, memerankan orang yang sedang sedih atau gembira.

d. Simulasi Game

Simulasi game adalah permainan bersaing untuk mencapai tujuan tertentu dengan menaati peraturan-peraturan yang ditetapkan. Contohnya: bermain monopoli, catur, sepak bola, dan sebagainya. e. Role Playing

Role playing adalah permainan peranan yang dilakukan untuk mengkreasi kembali peristiwa-peristiwa sejarah masa lampau,

mengkreasi kemungkinan-kemungkinan masa depan dan

mengekspos kejadian-kejadian masa kini. Siswa bertindak menggambarkan kembali tindakan orang lain, sehingga dia memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pribadi dan motivasi yang mendorong tingkah lakunya.


(36)

4.Langkah-Langkah Pelaksanaan Simulasi

Metode simulasi dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:19

a. Guru menentukan topik dan tujuan simulasi.

b. Guru memberi gambaran secara garis besar situasi yang akan

disimulasikan.

c. Guru memimpin mengorganisasi atau membentuk kelompok,

peranan yang akan disimulasikan, pengaturan ruangan materi.

d. Guru memilih para pemain.

e. Guru memberi penjelasan kepada kelompok dan kepada para pemain

tentang hal-hal yang harus dilakukan.

f. Menentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk bersimulasi.

g. Pelaksanaan simulasi, dalam pelaksanaan ini guru membantu

mensupervisi dan memberi sugesti demi kelancaran pelaksanaan simulasi.

h. Tindak lanjut, berupa: memberi kritik atau saran dan menyimpulkan.


(37)

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Simulasi

Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan

kekurangan masing-masing. Adapun kelebihan metode simulasi ialah sebagai berikut:20

a. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam

menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.

b. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.

c. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.

d. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.

e. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses

pembelajaran.

Sedangkan kelemahan metode simulasi diantaranya sebagai berikut:21

a. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan

sesuai dengan kenyataan di lapangan.

20 Mulyono, Strategi Pembelajaran..., hlm. 99-100. 21 Ibid., hlm. 100.


(38)

b. Pengelolaan yang kurang baik, sering mengakibatkan simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.

c. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi

siswa dalam melakukan simulasi.

C. Mata Pelajaran Fiqih

1.Pengertian Fiqih

Fiqih menurut bahasa adalah mengetahui sesuatu secara mendalam. Adapun fiqih secara terminologis seperti yang dikemukakan oleh Tajuddin al-Subki bahwa fiqih adalah ilmu tentang hukum-hukum

syara’ yang bersifat amali yang digali dari dalil-dalilnya yang bersifat tafsili (rinci).22 Fiqih merupakan sistem atau seperangkat aturan yang

mengatur hubungan manusia dengan Allah swt. (Hablum-Minallah),

sesama manusia (Hablum-Minan-nas), dan makhluk lainnya (Hablum -

Ma‘al-Ghairi).23

Mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fiqih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta fiqih

22 Chabib Thoha, dkk., Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1999), hlm. 144-146.


(39)

muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam

meminjam.24

2.Tujuan Pembelajaran Fiqih di MI

Secara substansial mata pelajaran fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah swt., dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia,

makhluk lainnya ataupun lingkungannya.25

Mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:26

a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik

yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.

b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar

dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah swt., dengan

24 Lampiran Keputusan Menteri Agama..., hlm. 41 25 Ibid., hlm. 41


(40)

diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya.

3.Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih di MI

Ruang lingkup mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:27

a. Fiqih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang

cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji.

b. Fiqih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman

mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

D. Zakat Fitrah

1. Pengertian Zakat Fitrah

Zakat menurut bahasa berarti kesuburan, suci, keberkahan, atau

pensucian. Pengertian zakat menurut syara’ ialah pemberian yang wajib


(41)

diberikan dari harta tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu.28

Secara garis besar zakat dibagi menjadi dua macam, diantaranya zakat mal dan zakat nafs. Zakat mal (zakat harta), yaitu zakat emas, perak, binatang, tumbuh-tumbuhan (buah-buahan dan biji-bijian), dan barang perniagaan (tijarah). Sedangkan zakat nafs, yaitu zakat jiwa yang dinamai juga dengan zakat fitrah.29

Zakat fitrah atau zakat jiwa yaitu harta berupa makanan pokok yang harus diberikan oleh setiap jiwa/ orang yang beragama Islam kepada orang yang berhak menerimanya pada bulan Ramadhan sampai dengan sebelum shalat Idul Fitri pada bulan Syawal.30 Zakat ini disebut zakat fitrah karena dikaitkan dengan diri (fitrah) seseorang, bukan dengan hartanya, atau karena zakat ini dikeluarkan pada waktu fitri, yakni berbuka puasa setelah selesai puasa Ramadhan.31 Fitrah berarti suci, sehingga zakat ini bertujuan untuk mensucikan setiap jiwa seorang muslim pada setiap tahunnya.

28 Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hlm. 161.

29 Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar..., hlm. 166.

30 Nurcholis, dkk., Buku Siswa Fikih Kelas IV MI, (Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014), hlm. 5.


(42)

2. Ketentuan Zakat Fitrah

a. Hukum Zakat Fitrah

Mengeluarkan zakat fitrah hukumnya wajib bagi setiap orang Islam baik laki-laki maupun perempuan, merdeka atau hamba sahaya. Orang yang berkewajiban membayar zakat fitrah apabila mempunyai kelebihan makanan sehari semalam dalam keluarga itu yang hidup

sejak awal sampai terbenamnya matahari akhir bulan Ramadan.32

َلاَق ضر َرَ ُع ِ ْبا ِ َع

:

َة َََز ص ِها ُلْ ُسَر َضَرَف

ْطِفل

ْا

ّرُحْا َو ِدْ َعل

ْا َ َل ٍ ِْْعَش ْ ِم اًاَص ْوَا ٍرْ َت ْ ِم اًاَص ِر

َرَ َا َو َ ِْْ ِ ْسُ

ْا َ ِم ِ ِْْ َ ْا َو ِ ِْْغ َصا َو ََْنُاْا َو ِرَكَذا َو

ِةَا َص ا َىِا ِساَنا ِجْوُرُخ َ ْ َق ىَلَؤُت ْنَا اَ ِب

.

Dari Ibnu Umar RA, ia berkata, “Rasulullah SAW mewajibkan

zakat fitrah satu sha' (+ 2,5 kg atau 3 liter) dari korma atau satu sha' dari gandum atas budak maupun orang merdeka, laki-laki, perempuan, kecil dan dewasa dari orang-orang Islam, dan beliau menyuruh supaya dikeluarkan zakat fitrah itu sebelum orang-orang keluar pergi shalat ('Idul Fitri)". [HR. Bukhari]

Dengan hadis di atas, zakat fitrah merupakan alat pembersih bagi orang-orang yang berpuasa dan dikeluarkan sebelum shalat Idul

32 Nurcholis, dkk., Buku Siswa..., hlm. 5.


(43)

Fitri. Kemudian yang harus kita berikan perorang/jiwa sebanyak 3,1 liter atau sekitar 2,5 kg dan hanya diberikan dalam setahun sekali.33

b. Waktu Membayar Zakat Fitrah

Adapun waktu membayar zakat fitrah adalah sebagai berikut:34

1) Waktu wajib yaitu sejak terbenamnya matahari pada akhir bulan

Ramadan samapai menjelang Shalat Idul Fitri

2) Waktu haram yaitu membayar zakat fitrah setelah terbenam matahari pada hari raya Idul Fitri.

3) Waktu afdal (lebih baik) yaitu sesudah shalat subuh tanggal 1 Syawal sebelum pergi ke shalat Idul fitri.

4) Waktu mubah (boleh) yaitu sejak tanggal 1 Ramadan sampai dengan akhir bulan Ramadan.

5) Waktu makruh yaitu sesudah shalat idul fitri sebelum

terbenamnya matahari pada tanggal 1 Syawal.

c. Syarat-Syarat Orang yang Berkewajiban Mengeluarkan Zakat Fitrah

Orang yang mengeluarkan zakat disebut muzakki. Orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah syaratnya adalah:35

1) Beragama Islam

33 Nurcholis, dkk., Buku Siswa..., hlm. 6. 34 Ibid., hlm. 7.


(44)

2) Orang tersebut, ketika sebelum matahari terbit pada hari raya Idul Fitri masih hidup (yang baru lahir maupun dalam sakaratul maut)

3) Mampu menafkahi dirinya dan keluarganya

4) Orang yang tidak berada di bawah tanggung jawab orang lain

5) Seorang kepala rumah tangga wajib mengeluarkan zakat fitrah bagi dirinya, istri, anak-anaknya, ibunya dan orang lain yang menjadi tanggungannya misalnya karyawannya, pembantunya dan lainnya.

d. Orang yang Berhak Menerima Zakat Fitrah

اَ َنِإ۞

ٱ

ُ ٰ َقَد َص

َو ِءكاَرَقُفۡ ِ

ٱ

ِِْ ٰ َسَ

ۡ

َو

ٱ

َِْ ِ ٰ َ

ۡل

اَ ۡيَ َع

َوٱ

ِ َفَلَؤُ

ۡ

َِِو ۡ ُ ُب

ُ ُق

ٱ

ِباَقِّر

َو

ٱ

َِْمِرٰ َ

ۡل

ِ يِبَس َِِو

ٱ

َِه

َوٱ

ِ ۡب

ٱ

ِ يِب َس

َ ِّم م َضيِر

َف

ٱ

هَِه

َو

ٱ

ُ َه

ٞ يِ َح ٌ يِ َع

غو

Artinya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu´allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana


(45)

Berdasarkan ayat di atas 8 kelompok yang berhak menerima zakat adalah:36

1) Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta benda dan tidak memiliki pekerjaan untuk mencarinya.

2) Miskin adalah orang yang memiliki harta tetapi hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

3) Amil adalah orang yang mengelola pengumpulan dan pembagian zakat.

4) Mualaf adalah orang yang masih lemah imannya karena baru

mengenal dan menyatakan masuk Islam.

5) Budak atau hamba sahaya adalah orang yang memiliki kesempatan

untuk merdeka tetapi tidak memiliki harta benda untuk menebusnya. Untuk sekarang ini, perbudakan semacam itu sudah tidak ada di negara kita (Indonesia).

6) Gharim yaitu orang yang memiliki hutang banyak sedangkan dia tidak bisa melunasinya.

7) Fisabilillah adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah sedangkan dalam perjuangannya tidak mendapatkan gaji dari siapapun.

8) Ibnu Sabil yaitu orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan, sehingga sangat membutuhkan bantuan.

36 Nurcholis, dkk., Buku Siswa..., hlm. 10.


(46)

3. Tata Cara Memberikan Zakat Fitrah

Adapun tata cara memberikan zakat fitrah adalah:37

a. Kita memilih makanan pokok (seperti beras, sagu, jagung dll.) yang terbaik, minimal sama dengan yang biasa kita makan setiap harinya

b. Kita takar sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu bila menggunakan

takaran literan maka gunakan ukuran 3,1 liter. Bila menggunakan timbangan pastikan timbangannya tepat tidak berkurang, kita ambil 2,5 kg beras.

c. Bagi yang mengeluarkan zakat boleh berdoa dengan niat:

ىلاعت ه اًض ْ ف سْفن ْنع ْطفْلا ةاك ج ْخا ْ ا تْيون

Artinya:

“Saya niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diri sendiri wajib karena Allah.”

d. Makanan pokok (beras) kita berikan langsung kepada yang berhak atau diserahkan kepada amil baik di masjid atau lainnya.

e. Kita serahkan tepat waktu sesuai dengan permintaan panitia, atau kita bagikan sendiri kepada yang berhak pada malam idul fitri atau pagi harinya sebelum shalat Idul Fitri.

f. Panitia menerima zakat dengan berdoa:

ْيف ه جآ

كل هلعج تْي ْبا ا ْيف راب ،تْيطْعا ا

ا ًر ْو ط


(47)

Artinya:

“Semoga Allah memberikan pahala kepadamu dengan apa yang telah

engkau berikan dan mudah-mudahan Allah memberkahi apa yang masih ada padamu dan mudah-mudahan Allah menjadikan kesucian

bagi kami dan kamu.”

g. Panitia bertanggung jawab membagikan kepada yang berhak

menerimanya.

E. Penerapan Metode Simulasi untuk Meningkatkan Pemahaman tentang Zakat Fitrah pada Mata Pelajaran Fiqih di Kelas IV MIN Buduran Sidoarjo

Metode adalah alat atau cara yang digunakan untuk mengajarkan materi pembelajaran kepada peserta didik agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Tidak semua metode cocok digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Hal ini tergantung dari karakteristik peserta didik dan materi pembelajaran.

Menurut teori yang dikemukakan Piaget, usia 7-11 tahun atau pada usia siswa MI berada pada tahap operasi konkret. Pada tahap ini, proses berpikir anak harus konkret, belum bisa berpikir abstrak. Dengan demikian, pada masa ini dalam menyelesaikan masalah anak menggunakan


(48)

logika-logika yang konkret atau bersifat fisik.38 Karena siswa MI proses berpikirnya

harus konkret dan belum bisa berpikir abstrak, maka penggunaan metode simulasi cocok untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep zakat fitrah. Hal tersebut karena konsep tentang zakat fitrah yang awalnya berupa konsep abstrak menjadi konkret sebab melalui metode simulasi siswa dapat mempraktikkan atau mengamati secara langsung.

Mereka juga memiliki karakteristik yang aktif dan cenderung lebih menyukai kegiatan pembelajaran yang melibatkan aktifitas fisik. Melalui metode ini pula, keaktifan, ketertarikan, kesenangan dalam diri siswa ketika mengikuti proses pembelajaran dapat meningkat.

Mata pelajaran fiqih menekankan pada pemahaman yang benar mengenai ketentuan hukum dalam Islam serta kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang tepat mengajarkan kemampuan cara melaksanakan ibadah yang benar yakni dengan praktik. Metode simulasi merupakan salah satu metode yang melibatkan siswa dalam mempraktikkan cara melaksanakan ibadah, termasuk cara mengeluarkan zakat fitrah. Oleh karena itu, pemilihan metode simulasi sesuai dengan materi pembelajaran.

Metode simulasi merupakan salah satu dari banyak metode yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pemahaman tentang zakat fitrah. Hal tersebut

38 Sutirna, Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik, (Yogyakarta: CV. Andi OFFSET, 2013), hlm. 29.


(49)

karena metode ini membuat siswa menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep zakat fitrah. Dengan mempraktikkan simulasi mengeluarkan dan menerima zakat fitrah, siswa secara tidak langsung dapat belajar memahami materi zakat fitrah.

Melalui penghayatan peranan, siswa juga dapat merasakan perasaan orang lain yang menimbulkan sikap menghargai orang lain. Dalam pembelajaran zakat fitrah, siswa dapat berperan sebagai muzakki (orang yang mengeluarkan zakat), amil, fakir, miskin, ibnu sabil, fisabilillah, gharim, mualaf, dan budak. Karena hal itu bermanfaat bagi pembentukan keterampilan sosial bagi siswa. Mereka dapat memiliki keterampilan dalam membagikan zakat dengan santun, serta menerima zakat dengan santun pula.

Metode pengajaran memiliki kedudukan yang amat strategis dalam mendukung keberhasilan pengajaran. Itulah sebabnya, para ahli sepakat, bahwa seorang guru yang ditugaskan mengajar di sekolah, haruslah guru yang profesional, yaitu guru yang memiliki penguasaan yang prima terhadap metode pembelajaran. Melalui metode pembelajaran, mata pelajaran dapat disampaikan secara efisien, efektif, dan terukur dengan baik, sehingga dapat dilakukan perencanaan dan perkiraan dengan tepat.39 Untuk tercapainya

peningkatan pemahaman tentang zakat fitrah, tidak terlepas dari penerapan metode simulasi secara tepat.


(50)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.1

Terdapat berbagai model PTK, namun model yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini adalah model Kurt Lewin, dimana dalam setiap siklus terdapat empat tahap meliputi:2

1. Perencanaan (planning), yaitu proses menentukan program perbaikan yang

berangkat dari suatu ide gagasan peneliti

2. Tindakan (acting), yaitu perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti.

3. Observasi (observing), yaitu pengamatan yang dilakukan untuk

mengetahui efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan (kekurangan) tindakan yang telah dilakukan.

1 Fauti Subhan, Penelitian..., hlm. 17


(51)

4. Refleksi (reflecting), yaitu kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga memunculkan program atau perencanaan baru.

GAMBAR 3.1: SIKLUS PTK MODEL KURT LEWIN

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif dengan menggabungkan beberapa pihak, yaitu guru, siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo, dan peneliti sendiri. Lokasi penelitian di kelas IV MIN Buduran, tepatnya di Desa Banjar Kemantren Kecamatan


(52)

Buduran Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini akan dilaksanakan pada akhir semester ganjil yaitu pada Bulan Desember 2016. Siswa kelas IV berjumlah 27 siswa, meliputi 10 siswa berjenis kelamin laki-laki dan 17 siswa berjenis kelamin perempuan. Rata-rata mereka memiliki karakteristik yang aktif dan cenderung lebih menyukai kegiatan pembelajaran yang melibatkan aktifitas fisik.

C. Variabel yang Diselidiki

1. Variabel Input

Variabel input dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo.

2. Variabel Proses

Variabel proses dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan metode simulasi.

3. Variabel Output

Variabel output dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan pemahaman tentang zakat fitrah di kelas IV MIN Buduran Sidoarjo.

D. Rencana Tindakan

Kegiatan ini didesain dengan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian dirancang dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat


(53)

tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi kegiatan utama sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2) Menyusun media pembelajaran

3) Menyusun instrumen penelitian, meliputi lembar evaluasi dan lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar

b. Pelaksanaan Tindakan

Peneliti bersama kolaborator melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan. Adapun langkah-langkah pembelajaran pada siklus I secara garis besar adalah sebagai berikut:

1) Menyiapkan siswa untuk menerima pelajaran.

2) Memberikan apersepsi tentang zakat fitrah.

3) Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran melalui metode

simulasi.

4) Menyajikan materi pelajaran tentang zakat fitrah meliputi

pengertian, ketentuan, tata cara, dan hikmah adanya perintah mengeluarkan zakat fitrah.


(54)

5) Peneliti membagi kelas menjadi 5 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 6 orang.

6) Peneliti memanggil 2 perwakilan siswa dari masing-masing

kelompok untuk bertugas memerankan simulasi tata cara berzakat fitrah.

7) Siswa lainnya duduk bersama kelompoknya masing-masing

bertugas mengamati dan memperhatikan simulasi yang sedang diperagakan.

8) Setelah selesai simulasi, masing-masing kelompok berdiskusi

dalam mengerjakan lembar kerja yang disediakan.

9) Peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.

10)Evaluasi

11)Penutup

c. Observasi

Peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan: 1) Aktivitas guru selama proses pembelajaran.

2) Aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

3) Pemahaman konsep dan hasil evaluasi siswa.

4) Keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan harapan penelitian.


(55)

d. Refleksi

1) Secara kolaboratif peneliti dan kolaborator menganalisis dan mendiskusikan hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi mengenai hal yang perlu diperbaiki dan hal yang perlu dipertahankan untuk siklus selanjutnya, sehingga dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan tindakan pada siklus berikutnya.

2) Membuat kesimpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus I.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi kegiatan utama sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2) Menyusun media pembelajaran

3) Menyusun instrumen penelitian, meliputi lembar evaluasi dan lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar

b. Pelaksanaan Tindakan

Peneliti bersama kolaborator melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan. Adapun langkah-langkah pembelajaran pada siklus I secara garis besar adalah sebagai berikut:


(56)

2) Memberikan apersepsi tentang zakat fitrah.

3) Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran melalui metode

simulasi.

4) Menyajikan materi pelajaran tentang zakat fitrah meliputi

pengertian, ketentuan, tata cara, dan hikmah adanya perintah mengeluarkan zakat fitrah.

5) Peneliti membagi kelas menjadi 5 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 6 orang.

6) Peneliti memanggil 2 perwakilan siswa dari masing-masing

kelompok untuk bertugas memerankan simulasi tata cara berzakat fitrah.

7) Siswa lainnya duduk bersama kelompoknya masing-masing

bertugas mengamati dan memperhatikan simulasi yang sedang diperagakan.

8) Setelah selesai simulasi, masing-masing kelompok menyimpulkan materi pelajaran.

9) Peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.

10)Evaluasi 11)Penutup

c. Observasi

Peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan: 1) Aktivitas guru selama proses pembelajaran.


(57)

2) Aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

3) Pemahaman konsep dan hasil evaluasi siswa.

4) Keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam proses pembelajaran yang belum sesuai dengan harapan penelitian.

d. Refleksi

1) Secara kolaboratif peneliti dan kolaborator menganalisis hasil kegiatan siklus I dan siklus II dengan mengkaji ketercapaian tujuan pembelajaran melalui metode simulasi sehingga dapat diketahui perbandingan hasil tindakan siklus I dan siklus II terkait peningkatan pemahaman tentang zakat fitrah pada mata pelajaran fiqig di kelas IV MIN Buduran Sidoarjo.

2) Membuat kesimpulan terhadap pelaksanaan siklus II.

E. Data dan Cara Pengumpulannya

1. Cara Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam PTK ini yaitu observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi.

a. Observasi, yaitu digunakan dalam rangka mengumpulkan data tentang

aktivitas keterampilan mengajar guru dan aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

b. Wawancara, yaitu digunakan dalam rangka mengumpulkan data


(58)

mengajar di kelas, karakteristik siswa, metode yang digunakan guru, sarana dan prasarana, dan hambatan-hambatan yang dijumpai oleh guru.

c. Tes tulis, yaitu digunakan dalam rangka mengumpulkan data tentang peningkatan pemahaman siswa tentang zakat fitrah pada mata pelajaran fiqih kelas IV.

d. Dokumentasi, yaitu digunakan dalam rangka mengumpulkan data

tentang profil sekolah, data tentang keadaan guru, sarana dan prasarana dan lainnya.

2. Teknik Analisa Data

Untuk mengetahui ketepatan suatu metode simulasi dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data, dalam penelitian ini analisa dilakukan dengan memberikan evaluasi dalam setiap akhir pembelajaran dan juga memberi nilai atas kegiatan siswa selama proses pembelajaran.

Teknik analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari hasil tes pembelajaran fiqih materi zakat fitrah dengan menggunakan metode simulasi pada setiap siklusnya. Sementara data kualitatif dalam penelitian ini adalah gambaran tentang kegiatan pembelajaran siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo dengan metode simulasi, yang berkaitan dengan aktivitas siswa, perhatian, antusias, dan


(59)

kepercayaan diri dalam proses pembelajaran. Teknik analisa data secara kualitatif yaitu dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. Teknik wawancara dilakukan sebelum pelaksanaan siklus dengan guru fiqih selaku narasumber. Teknik observasi dilakukan pada saat pelaksanaan siklus I dan siklus selanjutnya yang terdiri dari observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa.

a. Analisis Skor Aktifitas Guru dan Siswa

Melalui observasi terhadap aktivitas guru akan dicari skor kemampuan guru dalam proses pembelajaran fiqih materi zakat fitrah dengan menerapkan metode simulasi. Adapun analisis observasi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.

Nilai = Skor yang Diperoleh x 100 Skor Maksimal

Adapun kriteria tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini:3

TABEL 3.1

KRITERIA TINGKAT KEBERHASILAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Tingkat Keberhasilan Arti

90 – 100 Sangat Baik

3 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remadja Karya, 1988), hlm. 106.


(60)

80 – 89 Baik

65 – 79 Cukup

55 – 64 Kurang

<55 Tidak Lulus atau Gagal

Melalui observasi terhadap aktivitas siswa, akan dicari skor kemampuan siswa pada saat proses pembelajaran fiqih materi zakat fitrah dengan menerapkan metode simulasi. Adapun analisis observasi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.

Nilai = Skor yang Diperoleh x 100 Skor Maksimal

Adapun kriteria tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:4

TABEL 3.2

KRITERIA TINGKAT KEBERHASILAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Tingkat Keberhasilan Arti

90 – 100 Sangat Baik

80 – 89 Baik

65 – 79 Cukup


(61)

55 – 64 Kurang

<55 Tidak Lulus atau Gagal

b. Analisis Ketuntasan

Untuk ketuntasan belajar yaitu secara individu dan secara klasikal berdasar petunjuk belajar mengajar. Seorang siswa telah tuntas belajar secara individu apabila mencapai skor Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai KKM mata pelajaran fiqih kelas IV di MIN Buduran yaitu 82. Sementara kelas tersebut disebut tuntas belajar secara klasikal apabila mencapai keberhasilan belajar 85%.5

1) Penilaian Hasil Siswa

Untuk menghitung hasil ketuntasan belajar siswa secara individu menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai = Skor yang Diperoleh x 100 Skor Maksimal

Setelah nilai siswa diketahui, selanjutnya peneliti menghitung nilai rata-rata kelas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

= x n

5 Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016), hlm. 298.


(62)

Keterangan: = nilai rata-rata

x = jumlah semua nilai siswa

n = jumlah siswa

2) Penilaian Ketuntasan Belajar Klasikal

Untuk menghitung hasil ketuntasan belajar siswa secara klasikal menggunakan rumus sebagai berikut:

Ketuntasan Klasikal: P = Siswa yang tuntas belajar x 100% Siswa

Peneliti menggunakan acuan:6

1) Untuk skor 90% - 100%: tuntas dengan kategori sangat baik

2) Untuk skor 80% - 89%: tuntas dengan kategori baik

3) Untuk skor 65% - 79%: tuntas dengan kategori cukup

4) Untuk skor 55% - 64%: belum tuntas dengan kategori kurang

5) Untuk skor <55%: belum tuntas dengan kategori tidak lulus atau gagal


(63)

F. Indikator Kinerja

Adapun yang menjadi indikator keberhasilan data penelitian ini adalah: 1. Skor aktivitas guru dan aktivitas siswa sekurang-kurangnya berkategori

baik.

2. Nilai ketuntasan siswa secara individu mencapai 82 sesuai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal apabila mencapai keberhasilan belajar 85%.

G. Tim Peneliti dan Tugasnya

Dalam pelaksanaan tugas penelitian ada beberapa pihak yang terlibat yaitu:

1. Peneliti

a. Nama : Bilqis Sholichah

b. NIM : D07213005

c. Tugas :

1) Bertanggung jawab atas semua kelancaran dalam pelaksanaan

kegiatan pembelajaran.

2) Menyusun RPP dan instrumen penelitian.

3) Terlibat dalam semua jenis kegiatan.

2. Guru Kolaborasi


(64)

b. Jabatan : Guru mata pelajaran fiqih kelas IV

c. Tugas :

1) Menyusun persiapan kegiatan belajar mengajar.

2) Bertanggung jawab dalam semua jenis kegiatan.


(65)

51 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan pra siklus kemudian dilanjutkan dengan siklus I dan siklus II. Hasil penelitian diuraikan dalam tiap-tiap siklus. Berikut uraiannya:

1. Pra Siklus

Pra siklus dilaksanakan pada Hari Selasa, 22 November 2016 pada pukul 10.00-10.30 WIB. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada saat pra siklus yaitu tes tulis untuk mengetahui pemahaman awal siswa tentang materi zakat fitrah mata pelajaran fiqih sebelum dilakukan siklus. Hasil belajar siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo pada materi zakat fitrah mata pelajaran fiqih pada saat pra siklus dapat dilihat pada lampiran 5.

Data hasil belajar siswa pada saat pra siklus menunjukkan terdapat 15 siswa yang dapat mencapai nilai KKM. Adapun 12 anak mendapatkan nilai dibawah KKM. Jumlah keseluruhan nilai siswa pada pra siklus sebesar 1.685 yang jika dibagi dengan jumlah siswa sebanyak 27 siswa, maka ditemukan nilai rata-rata sebesar 62,4. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa. Jika siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa, lalu dibagi jumlah siswa kelas IV sebanyak 27 siswa, kemudian hasilnya dikalikan 100%, maka ditemukan prosentase ketuntasan belajar sebesar 55,56%.


(66)

Prosentase ketuntasan belajar tersebut masih berkategori kurang, sehingga diperlukan pelaksanaan siklus untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang zakat fitrah mata pelajaran fiqih di kelas IV MIN Buduran Sidoarjo.

2. Siklus I

Siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP yang

sudah disusun kemudian divalidasikan kepada dosen sebagai validator. Setelah dokumen RPP divalidasi, RPP kemudian dipergunakan sebagai perangkat pembelajaran dari tindakan yang akan dilakukan. RPP Siklus I terlampir pada lampiran 7.

2) Menyusun media pembelajaran yang telah direncanakan pada RPP.

3) Menyusun dan mempersiapkan instrumen lembar observasi.

Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi yang disiapkan meliputi observasi aktifitas guru dan siswa yang sudah divalidasi oleh dosen.


(67)

4) Menyusun intrumen lembar evaluasi. Lembar evaluasi yang telah disusun kemudian divalidasi oleh dosen.

b. Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada Hari Selasa, 6 Desember 2016 pukul 10.00-11.10 WIB. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan bersama guru fiqih kelas IV pada jam pelajaran pertama dan kedua. Adapun kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Pada kegiatan awal ini diawali dengan guru mengucapkan salam

dan menanyakan kabar siswa. Kemudian siswa dan guru berdo’a

sebelum belajar. Guru juga mengecek kehadiran siswa. Lalu, guru

memberikan ice breaking dengan bermain tepuk konsentrasi.

Selanjutnuya, siswa mengamati gambar yang ditampilkan oleh guru dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru sebagai apersepsi, seperti: 1) Gambar apakah ini? 2) Pernahkan anak-anak melihat atau melakukan kegiatan ini? 3) Kapan kalian menjumpai kegiatan ini?. Setelah itu, guru mengaitkan apersepsi dengan materi yang akan dipelajari yaitu zakat fitrah. Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.

Pada kegiatan inti, siswa mengamati video tentang zakat fitrah. Kemudian, siswa menyebutkan apa yang diketahuinya dari video tersebut dan menyebutkan apa yang dimaksud dengan zakat fitrah sepengetahuannya. Guru menjelaskan pengertian zakat, ketentuan zakat


(68)

fitrah, dan tata cara berzakat fitrah. Selanjutnya, siswa secara berpasangan mengajukan 1 pertanyaan terkait zakat fitrah di kertas. Pertanyaan tersebut ditukarkan pada pasangan siswa lain untuk dijawab. Setelah itu, guru membentuk siswa menjadi 5 kelompok. Guru mendemonstrasikan kegiatan yang akan dilakukan siswa yaitu simulasi zakat fitrah. Setiap kelompok menentukan 2 perwakilan kelompoknya menjadi pemeran simulasi zakat fitrah. Lalu, guru membagi peran masing-masing perwakilan kelompok yang bertugas memperagakan simulasi zakat fitrah, meliputi peran sebagai muzakki, amil, fakir, miskin, ibnu sabil, fisabilillah, mualaf, gharim, dan budak. Siswa yang ditunjuk sebagai pemain memperagakan simulasi zakat fitrah dengan menggunakan atribut yang disediakan dengan bimbingan guru. Sementara siswa lainnya mengamati simulasi zakat fitrah yang diperagakan.

Setelah selesai simulasi, pemain kembali ke kelompoknya dan menyimpulkan materi zakat fitrah bersama-sama dengan kelompoknya masing-masing dengan mengisi lembar kerja (LK) yang disediakan guru. Beberapa kelompok mengkomunikasikan hasil dikusinya. Guru mengapresiasi keaktifan siswa. Guru juga bertanya pada siswa jika ada yang ingin ditanyakan atau ada yang masih belum jelas.

Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru melakukan refleksi dan membuat kesimpulan belajar sehari dengan tanya jawab. Lalu, guru


(69)

memberikan umpan balik dan penguatan materi. Selanjutnya, guru melakukan evaluasi pembelajaran. Setelah selesai evaluasi, siswa berdo’a sesudah belajar. Kemudian guru mengucapkan salam untuk mengakhiri pembelajaran.

c. Observasi

Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, peneliti melakukan pengamatan kegiatan mengajar guru dan aktivitas siswa. Peneliti melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi. Adapun hasil observasi yang dilakukan peneliti selama pembelajaran berlangsung pada siklus I sebagai berikut:

1) Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I

Hasil observasi guru yang dilakukan oleh peneliti selama pembelajaran berlangsung pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 14. Dari hasil observasi aktivitas guru dapat dijelaskan tentang penilaian terhadap masing-masing aspek yang diamati pada pelaksanaan siklus I, diantaranya sebagai berikut:

a) Aspek pengamatan yang mendapat skor 4 karena dapat

dilakukan, sesuai perencanaan, efektif, dan tepat waktu, meliputi guru melakukan evaluasi pembelajaran, guru dan siswa membaca

do’a sesudah belajar, dan guru mengucapkan salam untuk menutup pembelajaran.


(70)

b) Aspek pengamatan yang mendapat skor 3 karena dapat dilakukan sesuai perencanaan, namun kurang efektif, dan tidak tepat waktu, meliputi guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar siswa, guru dan siswa berdoa sebelum belajar, guru mengecek

kehadiran siswa, guru memberikan ice breaking, guru melakukan

apersepsi dan mengaitkan apersepsi dengan materi yang akan dipelajari, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru menjelaskan pengertian, ketentuan, dan tata cara zakat fitrah, guru memimpin diskusi, guru bersama siswa melakukan refleksi dan membuat kesimupulan belajar sehari, guru memberikan umpan balik, dan guru memberikan penguatan materi.

c) Aspek pengamatan yang mendapat skor 2 karena dapat dilakukan

namun tidak sesuai perencanaan, tidak efektif, dan tidak tepat waktu, meliputi guru mendemonstrasikan kegiatan simulasi zakat fitrah yang akan dilakukan siswa dan guru mengorganisasikan peranan yang disimulasikan.

d) Tidak terdapat aspek pengamatan yang mendapat skor 1.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dapat diketahui bahwa dengan menerapkan metode simulasi dalam pelajaran fiqih materi zakat fitrah pada siklus I diperoleh skor 76,78. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktivitas guru pada saat proses belajar mengajar masih dalam kategori cukup.


(71)

Dari perolehan nilai yang telah dijelaskan di atas, disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini perlu adanya perbaikan pada siklus II. Hal tersebut karena indikator keberhasilan data penelitian ini adalah skor aktivitas guru sekurang-kurangnya berkategori baik.

2) Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I

Observasi juga dilakukan pada aktivitas siswa selama pembelajaran. Adapun hasil observasi terhadap siswa selama pembelajaran berlangsung pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 15. Dari hasil observasi aktivitas siswa dapat dijelaskan tentang penilaian terhadap masing-masing aspek yang diamati pada pelaksanaan siklus I, diantaranya sebagai berikut:

a) Aspek pengamatan yang mendapat skor 4 karena dapat dilakukan

sesuai perencanaan, efektif, dan tepat waktu meliputi siswa

bersemangat saat guru memberikan ice breaking, siswa

mengerjakan soal sebagai evaluasi pembelajaran, siswa membaca

do’a sesudah belajar, dan siswa menjawab salam dari guru.

b) Aspek pengamatan yang mendapat skor 3 karena dapat dilakukan

sesuai perencanaan, namun kurang efektif dan tidak tepat waktu,

meliputi siswa menjawab salam dari guru, berdo’a sebelum


(72)

pertanyaan yang diajukan guru, siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pengertian, ketentuan, dan tata cara zakat fitrah, siswa memperhatikan saat guru mendemonstrasikan kegiatan simulasi zakat fitrah yang akan dilakukan siswa, siswa mengikuti arahan guru terkait peranan yang disimulasikan, sswa bersama guru melakukan refleksi dan membuat kesimpulan belajar sehari, siswa menerima umpan balik, dan siswa memperhatikan saat guru memberikan penguatan materi.

c) Aspek pengamatan yang mendapat skor 2 karena dapat

dilakukan, namun tidak sesuai perencanaan, tidak efektif, dan tidak tepat waktu, meliputi siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan siswa berdiskusi bersama kelompoknya.

d) Tidak terdapat aspek pengamatan yang mendapat skor 1.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dapat diketahui bahwa dengan menerapkan metode simulasi dalam pelajaran fiqih materi zakat fitrah pada siklus I diperoleh skor 78,57. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada saat pembelajaran masih dalam kategori cukup.

Dari perolehan nilai yang telah dijelaskan di atas, disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ini perlu adanya perbaikan pada siklus II. Hal tersebut karena indikator keberhasilan


(73)

data penelitian ini adalah skor aktivitas siswa sekurang-kurangnya berkategori baik.

3) Hasil Belajar Siswa pada Siklus I

Adapun hasil belajar siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo pada materi zakat fitrah mata pelajaran fiqih pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 16. Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I dapat diketahui bahwa jumlah nilai siswa kelas IV sebesar 2.200. Jika jumlah tersebut dibagi dengan jumlah siswa dalam satu kelas, maka ditemukan nilai rata-rata siswa sebesar 81,48. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 19 siswa. Sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 8 siswa. Jika jumlah siswa yang tuntas dibagi dengan jumlah siswa keseluruhan dan kemudian hasilnya dikalikan 100%, maka ditemukan prosentase ketuntasan belajarnya yaitu sebesar 70,37%.

Hasil yang diperoleh pada siklus I ini belum memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Karena ketentuan dari peneliti untuk prosentasi ketuntasan belajarnya yaitu 85% yang diperoleh melalui penerapan metode simulasi.

d. Refleksi

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh guru fiqih dan hasil diskusi antara guru fiqih dan peneliti menunjukkan bahwa guru telah melakukan semua aspek yang sudah dirancang pada RPP. Siswa juga merespon kegiatan dan dapat mengikuti arahan guru dengan baik.


(1)

86

14,29. Sementara skor aktivitas siswa pada siklus I sebesar 78,57 yang

artinya berkategori cukup kemudian meningkat menjadi 94,64 yang

artinya berkategori sangat baik, sehingga terjadi peningkatan antara siklus

I dan siklus II sebesar 16,07. Adapun prosentase ketuntasan belajar siswa

pada saat pra siklus sebesar 55,56% yang artinya berkategori kurang, lalu

setelah dilaksanakan siklus I dengan menerapkan metode simulasi dapat

meningkat menjadi 70,37% yang artinya berkategori cukup, sehingga

terjadi peningkatan antara pra siklus dan siklus I sebesar 14,81 dan setelah

dilaksanakan perbaikan pada siklus II meningkat menjadi 88,89% yang

artinya berkategori baik, sehingga terjadi peningkatan antara siklus I dan

siklus II sebesar 18,52.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan

metode simulasi di kelas IV MIN Buduran Sidoarjo dapat meningkatkan

pemahaman siswa tentang zakat fitrah pada mata pelajaran fiqih.


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

86

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini tentang penerapan

metode simulasi untuk meningkatkan pemahaman tentang zakat fitrah mata

pelajaran fiqih pada siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo dapat disimpulkan:

1.

Penerapan metode simulasi untuk meningkatkan pemahaman tentang zakat

fitrah mata pelajaran fiqih pada siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo

dapat dilaksanakan dengan baik, yang melalui tahapan kegiatan

pembentukan kelompok, guru mendemonstrasikan simulasi zakat fitrah

yang akan diperagakan siswa, pengorganisasian peranan dalam simulasi

zakat fitrah, pelaksanaan simulasi zakat fitrah dengan bimbingan guru,

diskusi dan presentasi oleh kelompok serta evaluasi pemahaman tentang

zakat fitrah. Penerapan metode simulasi dapat dilakukan dengan baik

terbukti dari hasil observasi aktivitas guru pada siklus I dengan skor akhir

76,78 yang artinya berkategori cukup dan meningkat pada siklus II

menjadi 91,07 yang artinya berkategori sangat baik. Hasil observasi

aktivitas siswa pada siklus I dengan skor akhir 78,57 yang artinya

berkategori cukup juga meningkat pada siklus II menjadi 94,64 yang

artinya berkategori sangat baik.


(3)

87

2.

Terdapat peningkatan pemahaman tentang zakat fitrah mata pelajaran fiqih

pada siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo setelah menggunakan

penerapan metode simulasi. Hal ini terbukti dari prosentase ketuntasan

belajar siswa pada saat pra siklus yang hanya mencapai 55,56% yang

artinya berkategori kurang, kemudian prosentase bertambah pada siklus I

menjadi 70,37% yang artinya berkategori cukup, sehingga terjadi

peningkatan prosentase ketuntasan belajar dari pra siklus ke siklus I

sebesar 14,81%. Pada siklus II juga meningkat menjadi 88,89% yang

artinya berkategori baik, sehingga terjadi peningkatan prosentase

ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 18,52%.

B.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan

menggunakan metode simulasi peneliti menyarankan:

1.

Metode simulasi diharapkan dapat diterapkan secara kesinambungan oleh

guru dalam meningkatkan pemahaman siswa pada materi zakat fitrah.

Selain itu, metode simulasi juga dapat digunakan sebagai alternatif dalam

pembelajaran yang lain.

2.

Bagi guru diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan

menerapkan

metode-metode

pembelajaran

yang

sesuai

dengan

karakteristik siswa dan karakteristik materi. Selain itu, guru juga bisa


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

88

menerapkan metode yang bervariasi untuk meningkatkan pemahaman

siswa terhadap materi fiqih tanpa membuat mereka jenuh.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Noor Salimi. 2004. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1996.

Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2003.

Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kuswana, Wowo Sunaryo. 2012.

Taksonomi Kognitif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Lampiran Keputusan Menteri Agama RI No. 165 Tahun 2014 tentang Kurikulum

2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab pada

Madrasah.

Mulyono. 2012. Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran di Abad

Global. Malang: UIN-Maliki Press.

Nata, Abuddin. 2009.

Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta:

Kencana.

Nurcholis, dkk. 2014.

Buku Siswa Fikih Kelas IV MI. Jakarta: Kementerian

Agama Republik Indonesia.

Purwanto, Ngalim. 1988.

Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung: Remadja Karya.

Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Padang: Quantum Teaching.

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Sauri, Sofyan. 2004.

Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan

Agama Islam. Bandung: Alfabeta.


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

90

Sudjana, Nana. 1995.

Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algensindo.

Supardi. 2016.

Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan

Psikomotor. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Suparman, Atwi. 2012. Desain Instruksional Modern. Jakarta: Erlangga.

Supiana. 2012.

Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sutirna, 2013. Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik. Yogyakarta: CV.

Andi OFFSET.

Thoha, Chabib, dkk. 1999.

Metodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Usman, Uzer. 1993.

Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Yaumi, Muhammad. 2013.

Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta:

Kencana.