Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perubahan Sosial di Pedesaan Bali

APENDIX

Catatan Dari Penelitian Lapangan

“Sebaiknya bapak jangan melakukan penelitian di Tabola,
Sidemen. Sebab Desa Adat Tabola sekarang situasinya sudah berubah
dibandingkan dengan ketika bapak pertama ke Tabola kurang lebih
setahun lalu. Saya usulkan tempat penelitian bapak diganti di Desa
Adat Sibetan saja”, demikian kata pak Catra. Ketika itu, siang hari 11
November 2009, saya memang sedang bertandang ke rumah pak Catra,
panggilan akrab dari Ida I Dewa Gde Catra.
Pertemuan itu
berlangsung setelah hampir setahun setengah sebelumnya sempat
bertemu dan berdiskusi dengannya tentang berbagai masalah adat di
Desa Tabola. Dalam kesempatan pertemuan di bulan November 2009
itu, meluncurlah kalimat sebagaimana dikutip di atas.
Pertemuan pertama itu terjadi ketika saya sedang menyiapkan
laporan evaluasi untuk sebuah organisasi donor yang membantu
mendanai program penyusunan “awig-awig desa” yang dilakukan oleh
pak Catra dan kelompoknya. Dalam pertemuan itu saya berkesempatan
menggali banyak informasi dari sosok budayawan yang lahir dan

dibesarkan di Tabola, tetapi menjelang akhir kariernya sebagai guru
terpaksa pindah ke Amlapura, Ibukota Kabupaten Karangasem, Bali.
Desa Tabola sendiri berada dalam lingkup wilayah Kabupaten
Karangasem, yaitu tepatnya berada di Kecamatan Sidemen.
Ternyata tidak hanya informasi terkait bahan laporan evaluasi
yang bisa digali dari sosok pensiunan guru itu. Lebih dari itu, dari hasil
diskusi, pak Catra banyak sekali menjelaskan berbagai hal terkait
perkembangan masyarakat Desa Adat Tabola, yang semua itu sungguh
menarik perhatian saya. Oleh karena itu tidak terlalu mengherankan
ketika berkesempatan mengikuti program studi doktor “by research”
maka pilihan topik penelitiannya adalah perubahan sosial di perdesaan
Bali, dengan wilayah penelitian di Desa Adat/Pakraman Tabola. Jadi
ketika akan mulai melakukan penelitian lapangan terkait studi doktor
“by research”, saya sebenarnya tidak mulai dari nol sama sekali. Saya

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI
telah mengenal daerah penelitian tersebut, dan bahkan sempat
membuat laporan penelitian evaluasi di daerah tersebut.
Kembali kesaran pak Catra agar saya memindahkan wilayah
lokasi penelitian. Tentu saran ini sedikit agak mengejutkan, selain juga

menjadi “menarik” karena sempat dikatakan bahwa Desa Tabola
sekarang sudah berubah. Apanya yang berubah? Pertanyaan ini benarbenar menggoda pikiran, apalagi penelitian yang sedang saya siapkan
justru menyingung tema terkait perubahan sosial di perdesaan. Oleh
karena itu, alih-alih menerima saran untuk memindahkan wilayah
penelitian seperti yang diusulkan pak Catra, sebaliknya saya malah
penasaran dan semakin berkeinginan kuat melakukan penelitian di
Desa Tabola seperti rencana semula. Meskipun pak Catra menawarkan
diri akan membantu secara penuh kalau mau memindahkan wilayah
penelitian ke Desa Sibetan.
Karena agak sedikit ngotot untuk tetap melakukan penelitian di
wilayah Desa Tabola, maka akhirnya pak Catra “mengalah” terhadap
keinginan penulis dan malah berjanji akan membantu sepenuhnya
proses penelitian sebagai narasumber. Inilah awal dari serangkaian
diskusi dan wawancara saya dengan Ida I Dewa Gde Catra terkait
masalah penelitian. Terus terang dalam prosesnya kemudian banyak
sekali informasi berharga terkait substansi penelitan yang bisa
diperoleh dari berbagai diskusi dengan tokoh Adat Desa Tabola itu.
Pak Catra sendiri sebenarnya sudah sejak lama tidak bermukim di Desa
Tabola, melainkan tinggal di kota Amlapura (Ibukota Kabupaten
Karangasem). Namun demikian, ia tetap menjadi anggota krama dari

Desa Adat Tabola, karena budayawan ini lahir, besar dan bekerja
sebagai guru di Desa Tabola, sebelum akhirnya dipindahtugaskan ke
kota Amlapura (Ibukota Kabupaten Karangasem) hingga pensiun
sebagai pegawai negeri sipil.
Pada diskusi awal dengan pak Catra itu, saya menjadi mengerti
maksud dari kata-kata yang sempat diucapkannya bahwa Tabola
sekarang situasinya sudah berubah. Rupanya sejak pertengahan tahun
awal tahun 2009, di Tabola mencuat konflik di masyarakat, yang
melibatkan Pengurus Desa Tabola yang lama dibawah kepemimpinan
384

APENDIX
Cokorda Gde Dangin (sebagai pingejen desa), I Gusti Lanang Gita
(sebagai bendesa/klian desa) dengan kelompok masyarakat, yang waktu
itu dipimpin oleh I Gusti Lanang Sidemen, yang kemudian terpilih
menjadi Bendesa/Klian Desa Pakraman Tabola yang baru.
Sebagaimana dijelaskan dalam isi disertasi (Bab VII), konflik itu
meledak dipicu oleh persoalan kenaikan tarif langganan air PDAM
yang dirasakan memberatkan masyarakat setempat. Dari persoalan
kenaikan tarif itu, akhirnya konflik merembet ke mana-mana, dan

memuncak pada tuntutan penggantian pengurus desa pakraman.
Jadi ketika saya hendak melakukan penelitian lapangan,
kondisi Desa Tabola sedang dalam suasana “panas” menyusul terjadinya
“pelengseran” pengurus desa lama. Sedangkan ketika setahun
sebelumnya saya ke Desa Tabola dan bertemu dengan pengurus desa,
mereka semua adalah pengurus desa yang lama yang sudah
dilengserkan. Agaknya inilah yang dimaksudkan pak Catra bahwa
kondisi Desa Tabola sudah tidak kondusif bagi saya untuk melakukan
penelitian di sana. Tetapi dari perspektif substansi penelitian, situasi
seperti ini justru menarik, karena menggambarkan kondisi dinamis dari
perkembangan sosial-budaya masyarakat di lokasi penelitian. Hal ini
yang melatarbelakangi mengapa saya menyampaikan berbagai
argumentasi untuk meyakinkan kepada pak Catra agar mengijinkan
dan membantu penelitian di Desa Tabola.
Setelah pak Catra bersedia akan membantu proses penelitian
lapangan, pensiunan guru yang di masa mudanya sempat menjadi
Pengurus Desa Dinas Sidemen ini, menyarankan saya untuk juga
menemui Cokorda Gde Dangin, Penglingsir Puri Sidemen yang juga
tokoh penting Desa Adat/Pakraman Tabola. Sebagaimana disinggung
di depan, Pak Cok, demikian ia sering dipanggil, adalah mantan

Pengurus Desa Tabola yang baru saja dilengserkan. Kalau pak Catra
tinggal di Amlapura, maka Pak Cokorda tinggal di Puri Sidemen, yang
masih wilayah Desa Pakraman Tabola. Sebagaimana dengan Pak Catra,
saya sebelumnya juga sudah mengenal Pak Cokorda, hanya saja, seperti
halnya dengan pak Catra, sudah hampir setahun setengah belum
sempat ketemu lagi. Terakhir bertemu, pak Cokorda masih menjabat
sebagai Pengurus Desa Pakraman Tabola (pingajeng desa), dan juga
385

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI
Ketua Majelis Desa Pakraman Sidemen. Jabatan yang terakhir ini
masih dipegangnya hingga disertasi ini selesai ditulis.
Sesuai saran pak Catra akhirnya saya menemui pak Cokorda
dikediamannya di komplek Puri Sidemen, yang merupakan bangunan
peninggalan Istana Kerajaan Sidemen pada masa dahulu. Saya segera
menyampaikan rencana untuk melakukan penelitian lapangan di
Tabola. Merespon rencana itu, ternyata pak Cokorda menyampaikan
hal yang sama dengan yang pernah dinyatakan oleh Pak Catra. Saya
disarankan untuk memilih daerah penelitian di wilayah dekat Desa
Tabola, yaitu Sibetan. Alasannya, sama seperti yang dikatakan pak

Catra, Desa Tebola sudah banyak berubah sekarang.
Menghadapi hal ini, sekali lagi saya menyampaikan berbagai
argumentasi yang intinya agar diperkenankan dan dibantu untuk tetap
melaksanakan rencana penelitian di Desa Tabola.
Menghadapi
argumentasi saya, pak Cokorda akhirnya juga “mengalah” dan malahan
juga siap membantu penelitian saya di desanya itu. Tentu saja dalam
menyampaikan argumentasi kepada pak Cokorda saya sudah mengenal
latar belakang konflik yang terjadi di Tabola, sehingga lebih mudah
bagi saya untuk meyakinkannya.
Setelah Penglingsir Puri Sidemen ini bersedia membantu
rencana penelitian lapangan saya, maka disampaikanlah berbagai
informasi terkait konflik di Desa Tabola, yang memang secara langsung
melibatkan dirinya, dan khususnya, dengan bendesa yang baru Desa
Pakraman Tabola, I Gusti Lanang Sidemen. Tentu informasi yang
disampaikan lebih dari sudut pandang Pak Cokorda ketimbang,
misalnya, para “lawannya” yaitu para pengurus baru Desa Pakraman
Tabola. Tetapi yang sedikit mengejutkan, setelah banyak cerita tentang
situasi perkembangan di Tabola, pak Cokorda tiba-tiba berinisiatif
menulis surat kepada Bendesa Desa Pakraman Tabola. Pesannya ke

saya: ”Tolong sampaikan surat ini ke Bendesa Tabola yang baru. Isinya
permohonan agar bendesa bisa menerima bapak untuk melakukan
penelitian di Tabola ini”.
Memang mengejutkan karena tidak menyangka bahwa Pak
Cokorda menulis surat kepada “lawannya”, justru setelah secara
386

APENDIX
terbuka mengkritiknya di depan saya. Rupanya, meskipun mereka
berkonflik, tetapi tidak menghilangkan sama sekali upaya-upaya untuk
menjalin komunikasi kembali. Di kemudian hari saya memahami
fenomena seperti ini sebagai bentuk keinginan untuk membangun
harmoni setelah konflik mereda. Lalu ketika saya menemui Bendesa
Desa Tabola, I Gusti Lanang Sidemen, untuk meminta ijin rencana
melakukan penelitian di wilayah kekuasaannya, surat tersebut saya
serahkan. Sulit menduga reaksi apa yang mungkin akan terjadi setelah
bendesa membaca surat tersebut, mengingat bayangan tentang suasana
konflik di antara mereka. Informasi dari berbagai sumber memberikan
gambaran bahwa konfliknya sangat tajam dan berujung pada proses
pelengseran pimpinan pengurus (lama) desa pakraman.

Akhirnya bendesa membaca surat Pak Cokorda. Setelah itu
Bendesa I Gusti Lanang Sidemen, menyampaikan bahwa ia menerima
saran Pak Cokorda agar menerima dan turut bersedia membantu
penelitian yang akan saya lakukan. Tentu saya menerima dengan
gembira sikap bendesa baru itu. Dengan demikian saya akan bisa
mendapatkan informasi terkait penelitian dari dua kelompok yang
sebelumnya saling bersaing dan berkonflik di Desa Tabola: kelompok
mantan pengurus desa pakraman (lama) dan kelompok pengurus desa
pakraman (baru). Penerimaan kedua kelompok yang saling bersaing
ini, sedikit banyak memberikan keuntungan karena bisa mendapatkan
informasi dari perspektif keduanya secara sekaligus. Hal ini penting,
sebab persaingan dan konflik di antara kedua kelompok itu, ternyata
memang merupakan bagian dari dinamika sosial-politik desa, yang
memiliki arti penting bagi munculnya gejala perubahan sosial
perdesaan di Tabola.
Penerimaan Bendesa Tabola yang baru itu, sekaligus
mengawali penelitian lapangan saya. Sebab ia langsung mengundang
saya untuk menghadiri rapat lengkap pengurus desa, dalam rangka
memperingati satu tahun berdirinya Forum Peduli Desa Pakraman
Tabola (FPDPT). FPDPT adalah suatu forum masyarakat desa yang

dibentuk dalam rangka mengorganisasi aspirasi masyarakat yang
merasa kecewa terhadap kebijakan pengurus desa yang lama,
khususnya paska kenaikan tarif langganan air minum (PDAM) di
387

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI
Tabola. FPDPT ini lah yang kemudian mensponsori tuntutan untuk
mencopot para pengurus desa yang lama dari jabatannya. I Gusti
Lanang Sidemen adalah salah seorang pimpinan FPDPT, sebelum
kemudian terpilih menjadi Bendesa Tabola yang baru menggantikan
bendesa lama yang mengundurkan diri. Keesokharinya saya berkumpul
di balai pertemuan Banjar Budha Manis, Desa Pakraman Tabola, untuk
mengikuti dan mendengarkan pertemuan para pengurus Desa
Pakraman Tabola. Di tempat pertemuan itulah saya berkesempatan
mengenal para tokoh desa, khususnya dari jajaran pengurus desa yang
baru.
Berawal dari perkenalan itu, maka selanjutnya saya meminta
sebagian dari mereka untuk menjadi nara sumber penelitian.
Selanjutnya satu demi satu nara sumber dihubungi untuk menjadi nara
sumber dalam setiap kesempatan saya berada di Desa Tabola/Sidemen,

sepanjang kurun waktu kurang lebih selama hampir dua tahun, sejak
2009 hingga 2011. Dalam setiap kesempatan kegiatan penelitian
lapangan (di Desa Pakraman Tabola), biasanya saya tinggal di Desa
Tabola antara seminggu hingga dua minggu; atau tidak jarang pula
tinggal di Denpasar, Bali dan kemudian pergi ke Desa Tabola setelah
memperoleh janji bertemu dengan seseorang nara sumber. Nara
sumber ini beranekaragam latar belakangnya, bisa tokoh desa,
pengusaha lokal, aparat pemerintah (mulai Camat dan beberapa
aparatnya serta Kepala Desa Dinas), pedagang di pasar, serta
masyarakat biasa (krama desa).
Dalam beberapa waktu tertentu saya mengunjungi Ida I Dewa
Gde Catra, di Amlapura, Karangasem untuk melakukan diskusi,
terutama menyangkut masalah adat masyarakat desa Tabola pada
khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya. Selama proses
penelitian, saya menganggap bahwa Ida I Dewa Gde Catra, atau pak
Catra, merupakan nara sumber penting karena pengetahuannya yang
luas dan dalam tentang masalah-masalah adat dan agama (Hindu).
Atau dalam kesempatan lain, melakukan penelusuran pustaka, baik
yang ada di perpustakaan Universitas Udayana maupun perpustakaan
Pemda Bali, yang ada di Denpasar Bali. Terkait studi pustaka, saya

beruntung mendapatkan pustaka dari koleksi pribadi Puri Sidemen,
dalam bentuk babad. Babad yang berjudul “Babad Dalem Anom
388

APENDIX
Pemahyun” itu berisi cerita tentang sejarah asal usul penguasa Puri
Sidemen, yang di dalamnya juga disebutkan kaitannya dengan Desa
Tabola sebagai lokasi dari Puri Sidemen itu sendiri. Karena penelitian
ini menggunakan pendekatan kajian sejarah (komparasi sejarah)
sebagai salah satu metodenya maka babad itu menjadi bahan penting.
Ini khususnya bernilai untuk menjelaskan sejarah perkembangan
masyarakat desa di Bali pada umumnya dan Desa Tabola pada
khususnya dari periode ke periode hingga dewasa ini.
Terkait penelitian ini, saya juga berkesempatan melakukan
diskusi dengan seorang peneliti dari luar (AS), Lene Pedersen, yang
secara kebetulan juga sedang melakukan penelitian lanjutan di bidang
Anthropologi, melanjutkan penelitian sejenis yang pernah dilakukan
beberapa tahun sebelumnya terkait dinamika Puri Sidemen. Hasil
penelitan yang pertama berjutudul “The Sphere of The Keris: Power
and People in a Balinese Princedom”, merupakan penelitian doktoral di
bidang anthropologi, di Universitas Southern California, USA. Tentu
banyak pelajaran yang bisa dipetik dari serangkaian diskusi dengan
antropolog ini, sama seperti halnya diskusi-diskusi baik dengan pak
Catra maupun pak Cokorda. Semuanya memiliki pengetahuan yang
sangat luas dan mendalam terkait masyarakat Bali pada umumnya, dan
masyarakat Desa Tabola/Sidemen pada khususnya. Harus diakui,
mereka ini adalah “para guru” yang saya kenal dalam proses penelitian
lapangan.
Dalam setiap wawancara dengan berbagai nara sumber, saya
tidak memakai daftar pertanyaan yang ketat. Sebaliknya saya hanya
menggunakan pokok-pokok pertanyaan yang disusun berdasarkan
kebutuhan terkait substansi penelitian. Oleh karena itu, wawancaranya
seringkali bersifat terbuka, dan tidak jarang berkembang menjadi suatu
diskusi menarik yang seringkali hasilnya memperkaya substansi terkait
topik penelitian. Kadangkala wawancara dengan seseorang nara
sumber juga tidak direncanakan sebelumnya, tetapi justru berkembang
setelah berdiskusi di lapangan dalam kesempatan kunjungan lapangan.
Wawancara dengan Ketua Adat Desa Tenganan Pegringsingan (Desa
Bali Aga), misalnya, berkembang setelah kunjungan dan perkenalan di
lapangan.
Saya sengaja mengunjungi Desa Tenganan Pegringsingan untuk
mendapatkan gambaran pembanding langsung dari lapangan tentang
apa yang dinamakan desa Bali aga dan desa Bali apanaga. Dalam hal ini,
389

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI
Desa Tenganan termasuk desa Bali aga, sedangkan Desa Tabola adalah
desa Bali apanaga. Setelah melihat secara langsung kondisi ke dua tipe
desa itu, memang akhirnya bisa disimpulkan bahwa kedua desa
tersebut memilik banyak perbedaan, disamping masih adanya
kesamaan. Hasil dari kunjungan lapangan untuk membandingkan ke
dua jenis desa di Bali itu, dituangkan dalam Bab II. Di sini saya merasa
beruntung sempat berkenalan dan berdiskusi dengan nara sumber yang
sangat kompeten terkait upaya menggali informasi mengenai profil
Desa Bali aga, khususnya Desa Tenganan yang namanya cukup terkenal
itu. Dengan cara penelitian lapangan seperti disebutkan di atas maka
tidak mengherankan kalau apa yang dipikirkan pertama kali waktu
menyusun kerangka penelitian, kelak kemudian pada prosesnya di
lapangan lalu terjadi pergeseran dan perkembangan yang tidak
semuanya
bisa
dibayangkan
sebelumnya.
Sehingga
tidak
mengherankan kalau gambaran outline penulisan disertasi berubah di
sana sini dalam beberapa kali. Sampai pada akhirnya semua hasil
penelitian lapangan itu terwujud dalam keseluruhan isi disertasi ini.

390

INDEKS

A
Abang, 118, 128, 144, 179
Abdurrahman Wahid, 7
ABRI, 3, 5, 132, 250
Aceh, 15, 187
Agensi, 36, 39, 45, 61, 62, 63, 64
65, 350, 351, 352, 354, 371
Agung Putra, 195
Airlangga, 88, 383, 389
Aktor, 25, 36, 38, 39, 40, 44, 52,
55, 61, 67, 69, 345, 351, 361, 372,
377
Al-Fayyadl, 330, 332, 362
Allan, 65, 198, 383
Amerika, 43, 56
Amlapura, 107, 120, 144, 146, 149,
168, 210, 212, 213, 221, 241, 284,
296, 308, 383
Anandakusuma, 194, 383
Anda Kasa, 316
Angantalu, 117, 118, 178
Antiga, 146
APBD, 123, 262, 383
Arab, 202
Aristoteles, 49
Arya, 89, 161, 166, 167, 171, 228,
229, 231, 273, 314
Atony, 35, 191
Awig-awig, 14, 29, 30, 136, 145,
146, 155, 170, 171, 172, 173, 188,
189, 190, 193, 194, 195, 196, 199,
200, 201, 202, 203, 204, 205, 206,
208, 209, 210, 211, 212, 213, 214,
215, 216, 217, 218, 219, 220, 221,
222, 223, 224, 225, 226, 227, 228,
229, 231, 233, 234, 235, 236, 237,

238, 239, 240, 241, 242, 243, 244,
245, 246, 247, 258, 259, 260, 262,
263, 264, 265, 266, 267,268, 269,
270, 271, 274, 275, 275, 277, 279,
281, 289, 296, 300, 301, 303, 308,
326, 327, 334, 335, 336, 338, 339,
340, 341, 342, 343, 347, 347, 352,
354, 355, 376, 390

B
Babi, 118, 179
Babinkam, 251, 254
Babinsa, 251, 254
Badung, 9, 112, 123, 124, 125, 126,
127, 200, 271, 316, 335, 384
Baduy Dalam, 110, 111
Bahan Duluan, 97, 99
Bahan Tebenan, 97, 99
Bakrie, 379
Bale Agung, 91, 92, 154, 169
Bali Aga, 28, 95, 96, 101, 103, 105,
109, 139, 161, 194, 228, 384
Bali Apanaga, 28, 95, 96, 99, 101,
103, 105, 109, 139
Bali Kuno, 28, 120, 152, 194, 196,
228, 356
Bali Post, 51, 236, 277, 386, 389
Baliseering, 126, 130, 139, 363
Bangli, 103, 107, 123, 126, 127,
200, 316
Banjar, 17, 19, 96, 101, 104, 111,
112, 119, 122, 135, 147, 149, 154,
158, 160, 166, 169, 170, 171, 172,
174, 175, 176, 183, 184, 203, 204,
209, 211, 215, 220, 223, 227, 228,
236, 242, 244, 245, 250, 255, 256,

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI
262, 263, 265, 266, 273, 276, 277,
278, 279, 281, 284, 286, 287, 293,
294, 295, 297, 301, 304, 305, 306,
309, 313, 314, 321, 323, 326, 327,
363
Banten, 110, 111
Batavia, 18, 124, 127
Batunkapas, 156, 227
Batur, 84, 103, 316
Baturenggong, 107
Bayu, 87
Bebandem, 117, 118, 128, 144
Bedugul, 122
Bedulu, 90,106
Belanda, 16, 18, 28, 110, 115, 123,
124, 125, 126, 127, 128, 130, 139,
140, 178, 180, 203, 362, 363, 384,
Bendesa, 96, 109, 109, 129, 167,
168, 171, 177, 179, 181, 183, 228,
230, 250, 261, 262, 265, 268, 270,
271, 275, 276,277, 278, 279, 280,
282, 284, 286, 287, 290, 291, 297,
298, 300, 303, 304, 305, 306, 307,
309, 310, 311, 312, 313, 317, 321,
322, 323, 324, 325, 327, 336, 350
Berger, 55, 383
Besakih, 84, 118, 128, 166, 179,
199, 315, 316, 389
Bhairawa, 87
Bhineka Tunggal Ika, 358
Bhuta Yadnya, 84, 164, 225, 226,
239
BMD, 257
Bom Bali, 149, 156, 363
Bourdieu,28, 40, 58, 60, 70, 71, 72,
73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81,
164, 165, 177, 188, 190, 196, 197,
217, 218, 226, 231, 234, 302, 338,
339, 351, 359, 360, 372, 377, 383,

400

384, 386, 389, 390, 391, 392, 394,
397
Boxer, 44
BPD, 257
Brahma, 87, 89, 91, 92, 169, 225,
315, 359
Brahmaisme, 89
Brahmana, 101, 102, 103, 106, 108,
118, 161, 172, 175, 214, 215, 216,
228, 229, 231, 232, 241, 253, 269,
271, 272, 274, 336, 350
Brian, 41, 383
Budakeling, 117, 118, 178
Budha, 87, 89, 90, 91, 93, 94, 117,
262, 287, 295, 297, 309, 321, 324,
357, 358, 371, 377, 386
Budha Manis, 262, 287, 294, 295,
297, 309, 321, 324
Bugbug, 117, 118, 128, 178
Buhu, 155, 227
Buleleng, 7, 107, 115, 123, 126,
127, 180
Butha Kala, 104

C
Calhoun, 74, 384
California, 298, 383, 384, 387, 389
Catra, 120, 145, 146,154, 156, 158,
175, 181, 188, 194, 206, 210, 211,
212, 213, 215, 221, 224, 227, 228,
229, 232, 233, 235, 241, 275, 296,
301, 308, 318, 354, 355, 384
Catur dresta, 13, 14, 86
China, 44
Cibeo, 110
Comte, 46, 56, 79, 387
Culik, 118, 128, 179
Cuntaka, 211, 212, 213, 214, 239,
340, 376

INDEKS

D
Daddi, 16, 384
Dadya, 166, 167, 213, 215, 273,
312, 314, 319, 323, 325
Dahrendorf, 54
Danaher, 78, 390
Delanty, 56, 385
Demak, 107
Demokrasi, 2, 3, 5, 6, 26, 30, 174,
183, 215, 216, 217, 230, 232, 233,
234, 254, 257, 258, 270, 287, 298,
303, 308, 326, 336, 341, 342, 343,
347, 355
Demokrat, 8, 9
Denda Artha, 243
Denda Payah-payahan, 243
Denpasar, 7, 89, 91, 125, 127, 149,
335, 383, 384, 386, 387, 388, 389
Derida, 330, 332, 362, 383
Desa Adat, 10, 13, 14, 15, 16, 18,
19, 26, 29, 30, 81, 86, 91, 95, 101,
103, 105, 110, 118, 120, 126, 128,
129, 130, 131, 134, 135, 137, 140,
143, 145, 146, 148, 151, 154, 155,
156, 159, 160, 171, 172, 173, 175,
177, 178, 179, 181, 183, 184, 185,
186, 187, 188, 189, 190, 195, 196,
200, 201, 202, 203, 204, 206, 208,
209, 210, 216, 220, 221, 222, 224,
227, 228, 229, 231, 232, 233, 234,
235, 236, 237, 239, 241, 242, 243,
245, 249, 250, 253, 254, 257, 258,
259, 260, 261, 262, 264, 265, 266,
267, 268, 269, 274, 282, 287, 288,
289, 310, 311, 319, 320, 322, 326,
327, 328, 334, 335, 337, 338, 339,

340, 341, 344, 345, 346, 347, 348,
349, 350, 353, 354, 355, 356, 379,
380, 384, 386, 389
Desa Dinas, 15, 16, 18, 19, 28, 29,
30, 126, 129, 130, 131, 132, 133,
134, 137, 138, 140, 143, 144, 145,
148, 149, 150, 151, 152, 154, 167,
174, 175, 178, 179, 180, 181, 182,
183, 184, 185, 186, 187, 189, 190,
203, 210, 221, 249, 250, 252, 253,
255, 257, 258, 259, 260, 261, 262,
264, 265, 282, 288, 289, 300, 320,
327, 337, 338, 339, 341, 342, 345,
347, 354, 355, 356, 386, 389
Desa Dresta, 13, 15, 86
Desa Kala Patra, 197, 225
Dewa Mayun, 133, 260, 261, 264,
Dewa Tjatra, 168, 188
Dharmapatni, 88
Dharmayudha, 15
Dialektika, 246, 372
Diferensiasi, 48, 53, 55, 273
Dipasopati, 189, 215, 335
DPD, 3, 4, 5, 21, 246, 347
DPR, 3, 4, 5, 21
Dresta, 13, 14, 15, 86, 195, 196,
199, 204, 223, 225, 279
Druwe Desa, 100
Dualisme, 18, 28, 29, 60, 61, 123,
134, 179, 180, 184, 249, 250, 329,
330, 331, 350, 351, 359, 364, 377
Dualitas, 26, 27, 30, 61, 62, 63, 87,
88, 92, 94, 329, 330, 331, 332, 333,
341, 345, 350, 354, 356, 358, 359,
360, 361, 362, 364, 365, 366, 367,
370, 371, 372, 373, 377, 378, 380,
381
Durkheim, 46, 47, 56, 61, 62, 63,
71, 80, 81, 333

401

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI

E
Empu Tantular, 357, 397
Engin, 56
Eropa, 41, 49, 50, 56, 295, 368
Evans, 2, 3, 384

F
Feodalisme, 232, 270, 276, 303,
336
Field, 24, 73, 75, 76, 79, 81, 122,
245
Flores, 15
FPD, 277
FPDPT, 293, 294, 295, 296, 294,
304, 305

G
G30 S PKI, 324
Gajah Mada, 105, 106
Gampong, 15, 187
Ganesha, 87, 89
Gde Agung, 115, 123, 384
Gde Putra, 117, 118, 124, 127, 157,
384
Gede Gurit, 195
Geertz, 18, 121, 244, 245, 266
Gelgel, 28, 107, 113, 158, 271, 315
Ghanapatya, 87, 89
Gianyar, 9, 19, 83, 90, 106, 107,
123, 126, 127, 180, 195, 200, 271,
316
Giddens, 28, 58, 59, 60, 61, 62, 63,
64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 80,
81, 170, 188, 191, 198, 234, 238,
345, 351, 359, 361, 377, 384

402

Golkar, 2, 3, 7, 8, 9, 132, 250, 254,
255, 256, 298, 299, 320
Goodman, 52, 59, 388
Gorda, 286
Goulet, 368, 369, 384
Griya, 102, 103, 215, 228, 229, 271,
272
Gua Lawah, 316
Gunung Agung, 84, 190, 288, 316
Gunung Raung, 83, 95
Guru Pengajian, 243
Guru Rupaka, 243
Guru Swadhyaya, 243
Guru Wisesa, 243, 244
Gusti Dangin, 155
Gusti Jambe, 155

H
Habermas, 59, 385
Habibie, 1, 2, 3, 185, 230
Habitus, 70, 72, 73, 74, 78, 79, 81,
164, 165, 188, 189, 196, 197, 199,
214, 218, 219, 279, 290, 338, 360,
372, 377, 386
HAM, 370
Hardiman, 59, 385
Harper, 34, 36, 37, 42, 44, 54, 191,
333, 385
Hayam Wuruk, 105
Hedonisme, 50
Hegemoni, 30, 76, 77, 78, 183, 249,
253, 254, 257, 328
Heraclitus, 33
Hindia Belanda, 16, 28, 110, 123,
124, 125, 127, 139, 140, 180, 363,
Hindu, 14, 15, 16, 17, 84, 85, 86,
87, 90, 91, 93, 95, 96, 104, 107,
108, 111, 119, 135, 137, 156, 159,
163, 164, 168, 169, 193, 198, 202,

INDEKS
206, 210, 221, 222, 223, 224, 225,
226, 237, 242, 244, 274, 315, 316,
334, 348, 349, 353, 356, 357, 360,
371, 379, 386, 387, 389
Holton, 13, 38, 385
Hyang Widi Wasa, 17, 91, 92, 94,
135, 164, 169, 225, 226, 243, 293,
315, 357, 358, 359
Hysterisis, 73

I
Idealisme, 50, 51
Indik, 222, 237, 238
Indonesia, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9, 15, 16,
17, 19, 26, 27, 49, 83, 137, 159,
181, 182, 184, 185, 187, 188, 189,
195, 210, 212, 221, 230, 249, 250,
253, 254, 255, 256, 298, 302, 363,
373, 381, 382, 384, 385, 387, 388,
389
Inggris, 44
Inglehart, 57, 58, 385
Integrasi, 45, 52, 53, 54
Islam, 2, 7, 44, 107, 108, 110, 111,
155, 156, 157, 227, 281, 334
Iswara, 87

J
Jagaditha, 135
Jakarta, 2, 6, 18, 51, 195, 379, 383,
384, 385, 386, 387, 388, 389, 390
Jambi, 15
Jawa Timur, 83, 88, 95, 105, 106,
356
Jawa, 7, 15, 16, 18, 28, 83, 88, 89,
95, 105, 108, 110, 112, 138, 159,
184, 187, 196, 210, 215, 381
Jembrana, 7, 107, 123, 127, 184

Johnson, 42, 43, 44, 60, 62, 63, 64,
67, 345, 385
Juru reksa, 265

K
Kahuripan, 88
Kahyangan, 85, 86, 87, 88, 91, 92,
95, 96, 122, 123, 135, 146, 147,
148, 154, 159, 169, 180, 193, 202,
211, 222, 239, 244, 278, 281, 291,
393, 315, 316, 326, 334, 337, 353,
357, 358
Kahyangan Jagat, 313, 315, 316
Kanuruhan, 154, 166, 167, 273,
314
Kapital, 44, 72, 75, 76, 77, 81, 165,
166, 167, 177, 231, 302
Kapitalis, 43, 44, 69, 75
Karangasem, 9, 10, 24, 28, 32, 81,
96, 101, 102, 106, 107, 112, 114,
115, 117, 118, 120, 123, 126, 127,
128, 143, 144, 146, 148, 149, 151,
154, 155, 156, 157, 158, 168, 177,
1778, 179, 180, 188, 184, 195, 200,
206, 210, 212, 213, 221, 229, 235,
236, 241, 261, 263, 264, 265, 271,
276, 281, 282, 283, 284, 286, 295,
296, 304, 306, 307, 308, 311, 312,
313, 314, 316, 317, 318, 321, 322,
323, 334, 355, 375, 383, 384, 389
Kartohadikoesoemo, 83, 393
Kasta, 96, 101, 108, 109, 117, 164,
167, 241, 272, 336, 350
Kawitan, 14, 273, 274, 388
Kediri, 106, 108
Kegaduhan, 195, 196
Kekerasan simbolik, 77, 78
Kemulan, 91, 92
Kepakisan, 89, 106, 107

403

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI
Kerta Bhuwana, 144
Ketut Sukayasa, 133, 149, 166, 167,
174, 255, 256, 273, 301, 313, 314
Khala, 87
Klian, 96, 119, 129, 155, 171, 172,
173, 174, 177, 178, 179, 181, 183,
228, 231, 232, 233, 250, 253, 255,
256, 261, 262, 265, 268, 271, 278,
279, 280, 293, 294, 295, 297, 304,
305, 309, 313, 336
Klotok, 199, 315
Klungkung, 18, 28, 107, 112, 113,
123, 125,126, 127, 195, 199, 200,
271, 315, 316
Knõbl, 56, 365, 385
Koentjaraningrat, 17, 366, 393
Komunis, 43, 302, 363, 364, 365,
384
Konstruksi sosial, 55, 71
Koran Nusa Bali, 304, 305, 383
Korn, 363
Krama, 14, 86, 87, 97, 99, 100, 101,
104, 119, 120, 122, 135, 136, 138,
147, 169, 175, 176, 180, 188, 189,
193, 195, 198, 199, 200, 202, 203,
204, 205, 213, 216, 217, 219, 222,
223, 224, 225, 226, 227, 233, 234,
235, 236, 242, 250, 262, 263, 266,
272, 285, 290, 293, 296, 300, 304,
307, 313, 315, 316, 319, 320, 326,
327, 334, 335, 338, 339, 342, 352,
353, 354, 355, 356, 357, 360
Kubu, 118, 128, 144, 157, 166, 179,
300, 314
Kyai Lurah, 157, 158

404

L
Laeyendecker, 43, 46, 385
Lanang Gita, 133, 167, 176, 177,
183, 232, 250, 253, 277, 284, 290,
297, 304, 305, 314
Lanang Sidemen, 168, 177, 232,
253, 254, 261, 262, 276, 277, 279,
282, 286, 287, 291, 294, 305, 307,
309, 313, 314, 321, 322, 324, 325
Laurer, 33, 50, 386
Lebak, 110
Lempuyangan Luhur, 316
Lenski, 48
Leteh, 211, 214
Leuidamar, 110
Lewy, 44
Liefrinck, 139, 363
Logosentrisme, 330, 331, 332, 333,
365
Loka dresta, 13, 86
Lokasari, 144
Lombok, 115, 123, 127, 154, 155,
156, 334
LPD, 281, 286, 287, 310
LSM, 293, 344
Luanan, 97, 98, 99
Luckman, 55, 383
Luput, 115, 175, 176, 249, 259, 326

M
MacRae, 19, 383
Made Gianyar, 195
Made Karangasem, 195
Made Sukarana, 312, 313, 314, 317
Mahayana, 89
Mahdi, 44, 383
Mahendradatta, 88

INDEKS
Majapahit, 15, 28, 89, 95, 105, 106,
107, 108, 314, 383
Maligya, 162, 163, 164, 225, 230,
298, 299, 342
Mandala, 170, 239
Manggis, 28, 96, 106, 112, 117,
118, 128, 144, 146, 178, 194
Mangku Pastika, 240
Mangku Windya, 99, 195
Manunggaling, 381, 387
Marep, 223
Marga, 15, 187
Marisudha, 243
Markandya, 83, 84, 85, 95, 96
Marvasti, 23, 386
Marx, 42,43, 54, 56, 61, 78, 80,
383
Marxian, 51, 54, 346, 351
Materialisme, 50
McMichael, 27, 50, 368, 386
MDP, 207, 208, 209, 267, 268, 269,
300, 301, 317, 328, 338, 352,
Medang, 88
Megawati, 7, 9, 185, 230, 298, 299,
342, 343, 363
Mekel, 116
Mengwi, 123, 127, 271
Mesimakrama, 177, 178, 303, 320,
Minahasa, 15
Modalitas, 258, 260, 264
Modernisasi, 27, 28, 37, 41, 51, 55,
56, 57, 58, 60, 80, 348, 365, 366,
367, 368, 373
Mokhsa, 135, 136
Money politic, 311
Montimer, 365
Moore, 33, 34, 35
MPLA, 207
MPR, 1, 3, 7, 363

Mpu Baradah, 106
Mpu Genijaya, 89
Mpu Ghana, 89
Mpu Kuturan, 89, 90, 94, 353, 371,
377, 386
Mpu Semeru, 89
Mrajan, 91, 92, 93
Mula keto, 66, 199, 222
Muncan, 117, 118, 128, 179
Muslim, 154, 155, 156, 226, 227,
281
Muspida, 251
Muspika, 251
Musrenbangdes, 261

N
Neuman, 25, 38, 386
Ngaben, 103, 104, 163, 169, 225
Ngambul, 318
Ngarorod, 241, 242
Ngayah, 162, 163, 176, 177
Ngurah, 125, 286,
Nirartha, 89, 108, 388
Nirwana Resort, 379, 388
Nordholt, 7, 8, 14, 35, 51, 114, 117,
125, 184, 191, 255, 273, 384, 388
NTT, 9
Nyengkuyang, 381
Nyepi, 104, 105, 176, 225, 388
Nyerod, 273

O
Odalan, 175, 176
Ogburn, 43, 45
Ogoh-ogoh, 104
Orde baru, 2, 3, 6, 7, 16, 129, 131,
132, 133, 140, 181, 182, 183, 184,
185, 187, 190, 230, 250, 251, 252,

405

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI
253, 254, 255, 256, 259, 260, 262,
298, 299, 320, 324, 344, 355, 378
Otonomi, 4, 21, 42, 110, 122, 132,
133, 134, 136, 137, 183, 184, 187,
188, 201, 244, 258, 259, 260, 263,
335, 342, 349, 384, 389
Otoriter, 254, 256, 257, 297, 324,
343

P
Padersen, 162
Padmasana, 158, 159, 212
Padruwen, 222, 234
Pakraman (lihat Desa Adat)
Palemahan, 27, 135, 147, 168, 170,
237, 240, 291, 340
Pancasila, 204, 221, 222
pangeling-eling, 194, 195, 196,
199, 204
Pangrarata, 243,
Panwaslu, 311, 323
Panyangaskara Pryascita, 243
Paos, 220, 243
Papatusan, 220, 223, 227, 228, 281,
Paras paros, 136, 262
Parekan, 119, 161, 162, 164, 165,
166, 176, 301
Parhyangan, 27, 135, 168, 169,
170, 240, 279, 340
Parimartha, 146, 182, 386
Pariwisata, 19, 20, 47, 51, 139, 149,
200, 294, 295, 304, 378, 379, 380,
386, 387
Parker, 253, 387
Parson, 52, 53, 54, 56, 80
Partai politik, 2, 3, 37, 253, 355
Partai, 2, 3, 5, 6, 8, 9,21, 37, 230,
246, 252, 253, 254, 255, 298, 299,
302, 303, 325, 343, 355, 363, 364

406

Paruman, 137, 188, 189, 204, 207,
209, 222, 233, 267
Pasedahan, 117, 118, 178, 278, 323
Pasek, 158, 323
Pasekertan, 244
Paswara, 238, 244
Patangan, 172, 228, 278
Pawongan, 27, 135, 147, 168, 169,
170, 237, 240, 278, 279, 291, 337,
340
PDAM, 235, 236, 276, 277, 281,
282, 283, 284, 285, 293, 294, 295,
297, 304, 307, 310, 311, 313, 314,
317, 322, 327
PDI, 2, 3, 8, 340
PDIP, 3, 6, 7, 8, 9, 185, 230, 254,
255, 298, 299, 340,343
PDRB, 20, 149, 378
Pecalang, 105
Pedanda, 214, 215, 216, 272
Pegringsingan, 96, 98, 106, 195,
389, 397
Pelaba pura, 100, 147, 223, 263,
279, 281
Pelinggih, 91, 92
Pemaden, 171, 172, 228, 278, 305
Pemahyun, 89, 106, 109, 154, 157,
158, 165, 231, 273, 383
Pemaksan, 87, 119, 122, 123, 146,
147, 215, 244, 293, 316, 334, 354
Pembangunan, 2, 3, 10, 11, 26, 27,
31, 36, 37, 40, 41, 56, 80, 131, 133,
136, 140, 144, 149, 182, 184, 224,
227, 252, 253, 261, 262, 263, 264,
282, 307, 299, 310, 312, 313, 315,
325, 349, 365, 366, 367, 368, 369,
370, 373, 378, 379, 380, 381, 382,
385, 388

INDEKS
Pemilu, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 21,
185, 246, 254, 255, 286, 298, 299,
311, 320, 323, 355
Pengarep, 334
Pengeluduan, 97, 99
Penglingsir, 115, 152, 157, 162,
181, 185, 186, 230, 273, 294, 298,
300, 301, 313, 328, 364
Penyarikan, 96, 167, 171, 265, 273,
278, 305
Perang Dunia, 50, 56, 80
Perang Jagaraga, 115, 123, 180, 383
Perang Satha, 239
Perbekel, 118, 119, 129, 133, 149,
167, 178, 179, 181, 183, 186, 187,
210, 230, 250, 255, 256, 260, 261,
264, 273, 284, 295, 300, 301, 304,
325
Permenides, 33
Perubahan sosial, 2, 6, 10, 11, 12,
13, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 25, 26,
27, 28, 29, 30, 33, 34, 35, 36, 37,
38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46,
47, 48, 49, 51, 52, 53, 54, 55, 56,
58, 60, 61, 64, 67, 69, 72, 74, 79,
80, 81, 92, 107, 138, 139, 140, 171,
189, 190, 203, 208, 214, 215, 216,
218, 219, 224, 226, 234, 236, 245,
246, 247, 265, 288, 289, 304, 329,
333, 335, 336, 338, 339, 341, 342,
343, 345, 346, 348, 350, 351, 352,
354, 356, 361, 365, 366, 367, 369,
370, 371, 372, 375, 376, 377, 386,
389
Pesamuan Agung, 90
Pesamuhan, 211, 232, 233, 244,
275, 309
Pesangkan, 117, 118, 179
Petajuh, 278, 279, 291, 305, 337

Petengen, 96
Pilkada, 4, 21, 177, 178, 246, 283,
303, 304, 311, 312, 313, 314, 317,
318, 321, 322, 323
Pilpres, 3, 4, 9, 21, 246
PKB, 3, 7
PKI, 6, 302, 324, 363, 364, 365
Pluralistic collectivism, 121, 122,
245, 266
PNI, 2, 8, 230, 298, 299
Pola relasi, 5, 30, 170, 171, 260,
289, 290, 335
PPP, 2, 3
Prajuru, 96, 171, 172, 207, 228,
277, 305, 309, 312, 313
Prakangge, 96, 119, 171, 174, 176,
228, 232, 233, 236, 242, 243, 265,
268, 275, 276, 285, 305, 306, 317,
383
Presiden, 1, 2, 3, 4, 6, 7, 185, 230,
298, 299, 319, 363
Priyono, 61, 68, 387
Protestan, 44
Pulau Dewata, 7, 8, 362, 363, 364,
375
Punggawa, 117, 118, 119, 127, 128,
129, 131, 178, 179, 181
Punia, 102, 171, 172, 227, 228
Puputan, 18, 124, 125, 126, 384
Pura Dadia, 122, 154
Pura Dalem, 91, 92, 119, 147, 154,
160, 169, 175, 180, 222, 281, 353,
359
Pura Desa, 91, 92, 119, 147, 154,
159, 160, 169, 173, 175, 180, 210,
215, 222, 281, 326, 335, 353
Pura Melanting, 154
Pura Puseh, 91, 92, 119, 120, 147,
154, 158, 159, 160, 169, 174, 175,

407

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI
180, 189, 196, 199, 215, 222, 223,
224, 227, 279, 281, 293, 296, 305,
312, 313, 315, 316, 325, 353, 358
Pura Ulun Suwi, 154
Purasi, 109, 157
Puritan, 44
Purohito, 90
Purwa Dresta, 13, 14, 86
Pusering Jagad, 316

R
Rambut Sedana, 284, 285
Ramseyer, 99, 387
Redfield, 48
Reformasi, 4, 5, 6, 8, 10, 12, 21, 22,
26, 29, 30, 50, 134, 140, 146, 175,
178, 185, 186, 187, 189, 190, 201,
216, 230, 233, 249, 254, 257, 260,
264, 275, 282, 288, 298, 300, 311,
320, 326, 327, 334, 337, 338, 339,
342, 343, 344, 347, 348, 354, 355,
376, 379, 384
Rendang, 118, 128, 144, 157, 179,
300
Revolusi, 56
Ritzer, 45, 46, 52, 59, 63, 72, 74,
75, 79, 333, 351, 359, 361, 384,
387, 388
Robinson, 6, 363, 388
Rwabhineda, 26, 31, 94, 332, 333,
356, 357, 358, 359, 360, 361, 362,
364, 371, 372, 377, 378, 380, 381

S
Sabayantaka, 136, 262
Sagilik Saguluk, 136, 262
Sajen, 199, 211, 212
Salunglung, 136, 262

408

Sanggah, 91, 92, 212
Sangkan Gunung, 144, 145, 206,
268, 301, 355
Santoso, 379
Saput poleng, 358, 359, 371
Saren, 117, 118, 128, 178
Sargah, 211, 220, 221, 222, 236,
238, 240, 243, 244
Sasabu, 223, 334, 335
Saskarayasa, 379, 388
Sastra Dresta, 13, 14, 86
Sastrodiwiryo, 89, 108, 388
Satria, 89, 101, 102, 103, 108, 117,
161, 163, 215, 228, 229, 241, 274,
301, 314, 326
Schulte, 7, 8, 35, 51, 92, 114, 115,
116, 117, 125, 184, 191, 255, 268,
275, 288, 289, 388
Scot, 39
Scott, 17, 113, 140, 321, 388
Sedahan, 116, 171, 228
Seke, 120, 122, 147, 148, 174, 244,
266, 267
Selat, 117, 118, 128, 144, 157, 179,
300
Sen, 369, 388
Seraya, 117, 118, 128, 178
Setra, 100, 160, 169
Sibetan, 117, 118, 128, 179, 194,
335
Sidemen, 10, 19, 24, 25, 28, 29, 81,
93, 101, 102, 107, 114, 115, 117,
118, 128, 133, 134, 143, 144, 147,
148, 149, 150, 151, 152, 153, 154,
155, 156, 157, 158, 160, 161, 162,
163, 165, 166, 167, 168, 171, 172,
176, 177, 178, 179, 180, 181, 183,
185, 186, 188, 190, 204, 206, 207,
208, 210, 215, 228, 229, 230, 231,

INDEKS
232, 236, 249, 250, 253, 254, 255,
256, 258, 259, 260, 261, 262, 264,
268, 271, 272, 273, 274, 276, 277,
279, 281, 282, 283, 284, 286, 287,
289, 291, 294, 295, 296, 297, 298,
299, 300, 301, 302, 303, 304, 305,
306, 307, 308, 309, 313, 314, 317,
318, 321, 322, 323, 324, 325, 326,
328, 329, 333, 334, 343, 346, 348,
354, 355, 356, 364, 375, 380, 383,
384
Siklikal, 45, 49, 50, 51, 346, 348,
349, 350, 370
Sima, 195, 196, 199, 204
Sindu, 155, 227, 281
Sinduwati, 133, 143, 144, 150, 151,
153, 154, 178, 179, 180, 250, 258,
259, 354
Singaraja, 7, 112, 123, 127, 386
Smelser, 22, 23, 38, 342, 384, 389
Soemardjan, 34, 389
Sogotha, 87
Sorokin, 49, 50
Sosiologi, 38, 43, 45, 62, 63, 64, 69,
79, 383, 385, 389
Spengler, 49, 50
Stadehauder, 127, 180
Struktural, 36, 52, 54, 56, 64, 67,
75, 80, 251, 253
Struktur, 12, 18, 19, 27, 28, 29, 30,
33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 45,
46, 48, 51, 52, 53, 54, 56, 61, 62,
63, 64, 65, 67, 68, 69, 70, 71, 72,
73, 74, 75, 78, 79, 81, 85, 87, 88,
92, 97, 98, 109, 117, 118, 119, 120,
121, 122, 123, 126, 127, 129, 131,
132, 141, 158, 160, 168, 170, 171,
172, 173, 184, 191, 196, 197, 207,
211, 217, 218, 219, 220, 226, 227,

228, 229, 231, 232, 234, 238, 252,
253, 255, 257, 259, 265, 266, 2667,
268, 269, 270, 275, 277, 278, 279,
280, 287, 288, 289, 291, 305, 306,
308, 327, 328, 329, 330, 331, 332,
333, 334, 335, 336, 337, 338, 339,
341, 342, 343, 345, 346, 350, 351,
352, 354, 356, 361, 366, 367, 369,
370, 372, 376
Strukturalisme, 40, 70, 360
Strukturasi, 28, 40, 60, 62, 64, 65,
68, 70, 80, 345, 351, 359
Subak, 19, 101, 115, 116, 119, 120,
122, 123, 148, 154, 172, 173, 205,
215, 228, 244, 245, 267, 278, 389
Subanda, 13, 183, 389
Sudan, 44
Sudhamala, 359
Sudra, 101, 103, 108, 241
Suharto, 1
Sukarno, 1, 230, 298, 299, 365, 386
Sukawati, 107
Sukayana, 14, 215, 389
Sukayasa, 133, 149, 166, 167, 174,
255, 256, 273, 301, 313, 314
Sukreta, 237, 239, 240
Sulinggih, 226
Sumatera Barat, 15
Sumatera Selatan, 15, 187
Sumatera Utara, 15
Sunantara, 184, 253, 389
Sunarto, 62, 389
Surpha, 16, 18, 83, 195, 389
Susilo Bambang Yudhoyono, 9
Sutasoma, 357
Swiss, 282
Syiwa, 87, 89, 91, 92, 94, 169, 215,
225, 358, 359

409

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI
Syiwa-Budha, 91, 93, 94, 357, 371,
377
Sztompka, 10, 12, 37, 38, 41, 47,
55, 389

T
Tabanan, 107, 123, 124, 127, 200,
271, 316
Tabola, 10, 19, 23, 24, 26, 28, 29,
30, 86, 99, 102, 114, 143, 144, 145,
147, 148, 149, 150, 151, 152, 153,
154, 155, 155, 157, 158, 159, 160,
161, 162, 163, 165, 166, 167, 168,
169, 170, 171, 172, 173, 174, 175,
176, 177, 178, 179, 180, 181, 183,
185, 186, 187, 188, 189, 190, 191,
194, 198, 199, 204, 206, 208, 209,
210, 211, 212, 213, 214, 216, 217,
218, 219, 220, 221, 222, 223, 224,
225, 226, 227, 228, 229, 231, 232,
233, 234, 235, 237, 238, 240, 241,
242, 243, 244, 245, 246, 249, 250,
251, 253, 254, 257, 258, 259, 260,
261, 262, 263, 265, 266, 267, 268,
269, 270, 271, 273, 274, 275, 276,
277, 278, 279, 270, 281, 282, 283,
284, 285, 286, 287, 288, 289, 290,
291, 293, 294, 295, 296, 297, 298,
299, 300, 301, 302, 303, 304, 305,
307, 308, 309, 310, 311, 312, 313,
314, 315, 316, 317, 318, 319, 320,
321, 322, 323, 324, 325, 325, 326,
327, 328, 329, 333, 334, 335, 336,
337, 338, 339, 340, 341, 342, 343,
344, 345, 346, 348, 350, 352, 354,
355, 356, 361, 362, 370, 371, 375,
376, 377, 380, 383, 384
Tabuh rah, 239, 240, 376
Taiping, 44

410

Tajen, 239, 240
Talibeng, 118, 128, 144, 179, 206
Tambelapu Duluan, 97
Tamiyu, 223, 224, 225, 226
Tanah Ayahan, 100, 147, 155, 223,
279
Tanah Bekti, 134
Tanah Lot, 379
Tanah Pecatu, 115
Tanah Pekarangan, 91, 100, 147
Tangkup, 144
Taro, 83, 84
Telagatawang, 133, 143, 144, 149,
150, 151, 152, 153, 154, 166, 174,
178, 179, 180, 250, 255, 256, 258,
259, 273, 295, 301, 354
Tembelapu Tebenan, 97
Tempek, 19, 119, 122, 147, 148,
172, 174, 175, 214, 215, 266
Tenganan, 28, 96, 97, 98, 99, 101,
103, 104, 106, 109, 110, 111, 112,
139, 161, 194, 195, 199, 228, 387,
389
Tianyar, 118, 179
Tihisan, 235, 281
Tirtagangga, 300
Tjokorda, 102, 383
TNI, 1, 250, 296, 347
Tonies, 46, 56
Toya anakan, 235, 281
Toynbee, 49, 50
Transformasi, 10, 27, 41, 55, 57,
64, 67, 107, 361, 367, 368, 370
Tri Eka Bhuwana, 144
Tri Hita Karana, 14, 16, 27, 94,
135, 136, 168, 169, 203, 204, 216,
237, 240, 279, 290, 291, 314, 318,
340, 360, 361, 362, 364, 372, 377,
378, 380

INDEKS
Tri Murti, 91, 92, 359
Tri sarira, 163
Triad, 72, 81
Tridatu, 359
Trihita Karana, 221
Triwangsa, 101, 161, 326

U
Ubud, 19, 107, 295
Ulakan, 117, 118, 128, 146, 178
Ulu Watu, 316
Universitas Indonesia, 195, 385,
389
Upakara, 84, 198, 199
Upasaksi, 243

Widisastra, 210, 211, 215
Wiranto, 1
Wismakerta, 144
Wisnu, 84, 85, 87, 91, 92, 169, 225,
358, 359, 383, 385

Y
Yadnya, 84, 164, 198, 225, 226,
239
Yayasan Wisnu, 85, 91, 383, 385

Z
Zollikon Foundation, 282

V
Vickers, 7, 106, 108, 126, 139, 363,
390

W
Wacquant, 71, 72, 81, 390
Wallerstein, 58
Wangsa, 96, 101, 102, 103, 241,
272
Warmadewa, 88, 356
Wayan Geredeg, 312, 313, 314,
317
Wayan kari, 294
Wayan Suartana, 158, 263, 276,
286, 323
Webb, 78, 390
Weber, 13, 44, 80, 385
Weberian, 351
Weisya, 101, 103, 108, 161
Welzel, 57, 385
Widi widana, 242

411