Deteksi Ekpsresi mRNA dan Protein
DETEKSI EKSPRESI mRNA DAN PROTEIN
Oleh : Dr. Daniel Joko Wahyono, M.Biomed
Pendahuluan
Salah satu fungsi dasar yang harus dijalankan oleh DNA sebagai materi genetik
adalah fungsi fenotipik. Artinya,
DNA harus mampu mengatur
pertumbuhan dan
diferensiasi individu organisme sehingga dihasilkan suatu fenotipe tertentu. Fenotipe
organisme sangat ditentukan oleh hasil interaksi protein-protein di dalam sel. Setiap protein
tersusun dari sejurnlah asam amino dengan urutan tertentu, dan setiap asam amino
pembentukannya disandi (dikode) oleh urutan basa nitrogen
Rangkaian proses
ini, mulai dari DNA hingga terbentuknya
sebagai dogma sentral genetika
/4
I
di dalam molekul
DNA.
asam amino, dikenal
molekuler (Susanto, 2012).
___*__+
t
DNA
replikasi
RNA
transkripsi
--}
asam amlno
translasi
Gambar 1. Diagrarn dogma sentral genetika molekuler
Pada Gambar 1 menunjukkan perubahan urutan basa
di dalam molekul DNA menjadi
ututan basa molekul RNA dinamakan transkripsi, sedangkan peneq'emahan urutan basa
RNA menjadi urutan asatn amino suatu protein dinamakan translasi. Jadi, proses tanskripsi
dan translasi dapat dilihat sebagai tahap-tahap ekspresi urutan basa DNA. Namun, tidak
DNA akan diekspresikan menjadi urutan asam amino. Urutan basa DNA
yang pada akhimya menyandi urutan asam amino disebut sebagai gen. Dengan demikian,
selnua urutan basa
kirnia gen adalah urutan basa nitrogen tertentu pada molekul DNA yang dapat
dieskpresikan melalui tahaptahap transkripsi dan translasi rnenjadi urutan asam amino
teftentu. Secara umum mekanisme transkripsi pada prokariot dan eukariot hampir salna.
Hanya saja, pada prokariot produk langsung transkripsi atau transkrip prirnernya adalah
mRNA (akan dijelaskan di bawah), sedangkan pada eukariot transkrip primernya harus
secara
bio.unsoed.ac.id
rnengalami prosesing RNA terlebih dahulu sebelum menjadi mRNA. Prosesing
RNA ini
mencakup dua peristiwa, yaitu modiflkasi kedua ujung transkrip primer dan pembuangan
urutan basa pada transkrip primer yang tidak akan ditranslasi (disebut intron). Ujung 5'
dimodifikasi dengan penambahan guanosin dalam ikatan 5'-5' yang tidak umum hingga
terbentuk suatu gugus terminal yang dinamakancap, sedangkan ujung 3' dimodifikasi
dengan urutan poliadenosin (poli A) sepanjang lebih kurang 200 basa. Sementara itu,
panjang intron yang harus dibuang dapat mencapar 50Yo hingga 90% dai, panjang transkrip
primer, tetapi segmen yang mengandung ujung 5' (gugus cap) tidak pernah dibuang.
Setelah intron dibuang, segmen-segmen sisanya (disebutekson) segera digabungkan
menjadi mRNA. Pembuangan intron dan penggabungan ekson menjadi molekul mRNA
dinamakan penyatuan RNA atau KNA splicing. Translasi, atau pada hakekatnya sintesis
protein, berlangsung
di dalam ribosom, suatu struktur organel yang ban.vak
terdapat di
dalam sitoplasma. Ribosom terdiri atas dua subunit, besar dan kecil, yang akan menyatu
selama inisiasi translasi dan terpisah ketika translasi telah selesai. Ukuran ribosorn sering
dinyatakan atas dasar laju pengendapannlra selama sentrifugasi sebagai satuan yang
disebut satuan Svedberg (S). Pada kebanyakan prokariot ribosom mempunyai ukuran 70S,
sedangkan pada eukariot biasanya sekitar 80S (Susanto,2012).
Teknik Reverse transcriptase PCR (RT-PCR)
Teknik RT-PCR digunakan untuk mendeteksi ekspresi transkrip gen yang terdiri
dari tiga tahap yaitu isolasi RNA total, sintesis cDNA, dan arnplifikasi daerah transkip gen
target. Tahap peftama adalah isolasi RNA sampel klinis berasal dari jaringan tubuh, misal
darah, spesimen biopsi jaringan, dan kultur sel/jaringan. Isolasi RNA merupakan proses
untuk mendapatkan mRNA yang terkandung dalam sel melalui beberapa langkah sebagai
berikut : perlama, melisiskan sel dan nukleus; kedua, pemisahan DNA/RNA dan protein
dengan metoda presipitasi protein; ketiga, pemisahan RNA dan DNA dengan ensim DNase;
keempat, penyimpanan RNA dalam ddH2O bebas enzim nuklease. Larutan RNA yang
diperoleh dapat langsung digunakan untuk analisis Reverse Transcriptase PCR (RT-PCR)
atau disitnpan dalam jangka waktu lama pada suhu -80 "C. Tahap kedua adalah sintesis
cDNA
bio.unsoed.ac.id
(komplemen DNA) merupakan proses untuk mengubah RNA khususnya mRNA
(messenger RNA) gen target menjadi cDNA dengan enzim reverse transcriptase dan Oligo
(dT)rr
primer
Larutan cDNA disimpan pada suhu 2-8 C bila akan segera digunakan
disimpan selama l-2 jam atau dilakukan penyimpanan dalam jangka waktu larna pada suhu
gen target menggunakan
-15 s/d -25 C. Tahap ketiga adalah amplifikasi daerah transkrip
menghasilkan amplikon
primer oligonukleotida yang spesifik. Amplifikasi dua tahap PCR
secara biokimia
oDNA yang merupakan ekspresi transkrip gen target dan divisualisasi
teknik RT-PCR dalam mendeteksi
dengan elektroforesis pada gel agarose. Aplikasi klinis
penderita KNF
gen target adalah ekspresi mRNA BRLF1 EBV pada
ekspresi transkrip
pada jaringan tumor KNF sebesar 4
menunjukkan bahwa positivitas ekspresi BRLF1 EBV
dan 3 dari 8 sampel
7 sampel biopsi tumor KNF (57,1 persen) (Feng et a1.,2000)
dai
biopsi tumor KNF (37,5 persen) (Martelrenotr et al',1995)'
{.s{.
t.s1
yr.lt,
*a*'
ffie
'"
tr"
ilr
6u.7*gii:1
iffi
i
'..' .:,:i'
s'i
"'."*',&.4,ftr.:r
,
i:-'i :
*
n*,,&,,
s
ri
ifxeS:e
-,r,,,
tt- 1
.
.':,ir ..:
/1|;:
*"-..$':lt+
+dfiF
*
'
W.kl.iNZ
i i41=
**u,t,.mj'
'*#
ri
iqi!-qr
"*'
l,'!-:''#
'*"'-
I "sj;::i:il:r
::::;:;H
#,4i,'i:
tr
Gambar 2.
ffi
}iil']"*"$::
l
ffiE+
l:tl::r#k*
BRLFl,
Autoradiogra.f RT-PCR yang menunjukkan ekspresi mRNA BZLFI,
jaringan
biopsi
(a)
priV
dan
aari sampel klinis darah
BALF2 dan BCLF1
(b).
ekspresi
Gambar 2. memperlihatkan penggunaaan teknik RT-PCR untuk identifikasi
BCLFI EBV dari sampel klinis darah dan
genBZLFl, BRLF1
,BALFZ,
mRNA (trankrip)
pertama 36 siklus
biopsi jaringan. Amplifikasi dilakukan dalam dua tahap PCR yaitu tahap
pcR dan tahap kedua dengan 20 siklus PCR. Amplikon fragmen CDNA diseparasi pada gel
membran nilon. Selanjutnya amplikon fragmen cDNA
dengan radioaktif'
dihibridisasi dengan pelacak oligonuleotida spesifik yang telah dilabel
pada fihn sinar X' Gen
Visualisasi arnplikon fragmen cDNA dengan teknik autoradiografi
dalarn RT-PCR" Kontrol
house keepirtg Histone 3.3. digunakan sebagai internal kontrol
agarose dan ditransfer
ke
bio.unsoed.ac.id
(Feng et al'' 2000)'
positif sampel menggunakan RNA yang berasal dari galur sel 895-8
Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam prosedur RT-PCR adalah
RNAse yang
sebagai berikut (Steven et a1.,2005) : pertama, RNA sangat rentan terhadap
banyak terdapat
di sekitar kita, sehingga
sangat dianjurkan menggunakan alat-alat yang
bebas dari RNAse seperti tabung Eppendorf dan
tip
mikropipet; kedua, peralatan
pada
laboratorium berbahan gelas sebaiknya di bungkus dengan aluminum dan disterilisasi
larutan yang
suhu > 180 "C selama 2 iarn untuk degradasi RNAse; ketiga, reagen dan
digunakan sebaiknya bebas RNAse atau diberi perlakuan dengan diethyl pyrocarbonat
(DEpC) 0,1 o/o v/v yang telah disterilisasi; keempat, .oleh karena Tris-HCl bersifat sangat
reaktif dengan DEpC, maka sebaiknya bahan kimia ini tidak boleh diperlakukan dengan
DEPC; kelima, pacla saat melakukan isolasi RNA sangat dianjurkan menggunakan samng
sebelum
tangan karet (glove). Tutup tabung eppendorfjangan dibuka terlalu lama; keenam,
bekerja meja laboratorium sebaiknya dibersihkan dengan larutan natirum hipoklorit
o
(pemutih pakaian/soklin), etanol 70 , atau 0,1 % SDS; ketujuh, RNA dianjurkan disirnpan
pada suhu -80
"C
untuk penyimpanan waktu lama; kedelapan, pada saat melakukan isolasi
RNA sebaiknya selama bekerja diperlakukan di atas es (suhu
isopropanol stok sebaiknya disimpan pacla suhu -80
"C
4 'C);
kesembilan,
untuk penyimpanan waktu lama;
kesepuluh, seluruh reagen Reverse Transcriptase sebaiknya disimpan pada suhu -20 'C.
pada saat melakukan sintesis cDNA sebiaknya bekerja di atas es (suhu 4 "C); kesebelas,
DNA dapat disimpan pada suhu -20 "C untuk penyimpanan waktu lama atau sebelum
digunakan untuk PCR dan reagen PCR sebaiknya disimpan pada suhu -20 "C; kedua belas,
preparasi untuk membuat campuran PCR (PCR rui-r) sebaiknya dilakukan di atas es (suhu 4
oC selama l-2 han,
"C); ketiga belas, produk PCR (amplikon) dapat disimpan pada suhu 4
oC untuk penyirnpanan rn'aktu lama
namun produk PCR dianjurkan disirnpan pada suhu -20
guna menghindari degradasi oleh aktivitas 5'-eksonuklease dari enzim Zcg polymerase"
Teknik multiprime RT-PCR
bio.unsoed.ac.id
Teknik mtLltiprime RT-PCR adalah teknik RT-PCR yang sensitif untuk mendeteksi
ekspresi 6RNA gen laten pada biopsi jaringan tumor kultur sel dan darah. Teknik
nttiltiprinte RT-PCR digunakan untuk mendeteksi secara simultan ekspresi mRNA EBV
yaitu EBNAI, EBNA2, LMP1, LMP2A, LMP2B, BZLFI, BARTs, dan U1A snRNP
sebagai gen hottsekeeping gene untrtk kontrol internal kuantitas RNA. Selanjutnya,
hibridisasi amplikon fragmen cDNA dengan pelacak olioneukleotida spesifik yang telah
dilabel dengan radioaktif dilakukan untuk meningkatkan spesifitas. Visualisasi amplikon
fragmen cDNA yang menunjukkan ekspresi transkrip gen laten dilakukan dengan
autoradigrafi pada
film sinar X (Steven et al., 2005). Teknik ini lebih sensitif untuk
mendeteksi mRNA yang mengalami proses pembuangan intron (spliced mRNA) dalam
jumlah kecil dan memerlukan lebih sedikit jumlah sampel klinis. Teknik ini lebih efisien
digunakan untuk biopsi jaringan limfoma dengan jumlah sedikit dan menghasilkan kualitas
kontrol yang lebih baik. Pada sampel klinis kuantitas RNA perlu diukur terlebih dahulu
sebelum dianalis RT-PCR dengan teknik gel elektroforesis RNA untuk mendeteksi 18S/28S
RNA (Brinket a\.,1997; Brink et a1.,1998; Middeldorp et a1.,2003). Teknik multipritne
RT-PCR ini merupakan teknik yang ideal untuk melihat profil ekspresi transkrip gen laten
EBV khususnya pada ekspresi gen laten I, II, dan III pada biopsi jaringan, kultur sel, dan
darah (Steven et a|.,2005).
;4
Oleh : Dr. Daniel Joko Wahyono, M.Biomed
Pendahuluan
Salah satu fungsi dasar yang harus dijalankan oleh DNA sebagai materi genetik
adalah fungsi fenotipik. Artinya,
DNA harus mampu mengatur
pertumbuhan dan
diferensiasi individu organisme sehingga dihasilkan suatu fenotipe tertentu. Fenotipe
organisme sangat ditentukan oleh hasil interaksi protein-protein di dalam sel. Setiap protein
tersusun dari sejurnlah asam amino dengan urutan tertentu, dan setiap asam amino
pembentukannya disandi (dikode) oleh urutan basa nitrogen
Rangkaian proses
ini, mulai dari DNA hingga terbentuknya
sebagai dogma sentral genetika
/4
I
di dalam molekul
DNA.
asam amino, dikenal
molekuler (Susanto, 2012).
___*__+
t
DNA
replikasi
RNA
transkripsi
--}
asam amlno
translasi
Gambar 1. Diagrarn dogma sentral genetika molekuler
Pada Gambar 1 menunjukkan perubahan urutan basa
di dalam molekul DNA menjadi
ututan basa molekul RNA dinamakan transkripsi, sedangkan peneq'emahan urutan basa
RNA menjadi urutan asatn amino suatu protein dinamakan translasi. Jadi, proses tanskripsi
dan translasi dapat dilihat sebagai tahap-tahap ekspresi urutan basa DNA. Namun, tidak
DNA akan diekspresikan menjadi urutan asam amino. Urutan basa DNA
yang pada akhimya menyandi urutan asam amino disebut sebagai gen. Dengan demikian,
selnua urutan basa
kirnia gen adalah urutan basa nitrogen tertentu pada molekul DNA yang dapat
dieskpresikan melalui tahaptahap transkripsi dan translasi rnenjadi urutan asam amino
teftentu. Secara umum mekanisme transkripsi pada prokariot dan eukariot hampir salna.
Hanya saja, pada prokariot produk langsung transkripsi atau transkrip prirnernya adalah
mRNA (akan dijelaskan di bawah), sedangkan pada eukariot transkrip primernya harus
secara
bio.unsoed.ac.id
rnengalami prosesing RNA terlebih dahulu sebelum menjadi mRNA. Prosesing
RNA ini
mencakup dua peristiwa, yaitu modiflkasi kedua ujung transkrip primer dan pembuangan
urutan basa pada transkrip primer yang tidak akan ditranslasi (disebut intron). Ujung 5'
dimodifikasi dengan penambahan guanosin dalam ikatan 5'-5' yang tidak umum hingga
terbentuk suatu gugus terminal yang dinamakancap, sedangkan ujung 3' dimodifikasi
dengan urutan poliadenosin (poli A) sepanjang lebih kurang 200 basa. Sementara itu,
panjang intron yang harus dibuang dapat mencapar 50Yo hingga 90% dai, panjang transkrip
primer, tetapi segmen yang mengandung ujung 5' (gugus cap) tidak pernah dibuang.
Setelah intron dibuang, segmen-segmen sisanya (disebutekson) segera digabungkan
menjadi mRNA. Pembuangan intron dan penggabungan ekson menjadi molekul mRNA
dinamakan penyatuan RNA atau KNA splicing. Translasi, atau pada hakekatnya sintesis
protein, berlangsung
di dalam ribosom, suatu struktur organel yang ban.vak
terdapat di
dalam sitoplasma. Ribosom terdiri atas dua subunit, besar dan kecil, yang akan menyatu
selama inisiasi translasi dan terpisah ketika translasi telah selesai. Ukuran ribosorn sering
dinyatakan atas dasar laju pengendapannlra selama sentrifugasi sebagai satuan yang
disebut satuan Svedberg (S). Pada kebanyakan prokariot ribosom mempunyai ukuran 70S,
sedangkan pada eukariot biasanya sekitar 80S (Susanto,2012).
Teknik Reverse transcriptase PCR (RT-PCR)
Teknik RT-PCR digunakan untuk mendeteksi ekspresi transkrip gen yang terdiri
dari tiga tahap yaitu isolasi RNA total, sintesis cDNA, dan arnplifikasi daerah transkip gen
target. Tahap peftama adalah isolasi RNA sampel klinis berasal dari jaringan tubuh, misal
darah, spesimen biopsi jaringan, dan kultur sel/jaringan. Isolasi RNA merupakan proses
untuk mendapatkan mRNA yang terkandung dalam sel melalui beberapa langkah sebagai
berikut : perlama, melisiskan sel dan nukleus; kedua, pemisahan DNA/RNA dan protein
dengan metoda presipitasi protein; ketiga, pemisahan RNA dan DNA dengan ensim DNase;
keempat, penyimpanan RNA dalam ddH2O bebas enzim nuklease. Larutan RNA yang
diperoleh dapat langsung digunakan untuk analisis Reverse Transcriptase PCR (RT-PCR)
atau disitnpan dalam jangka waktu lama pada suhu -80 "C. Tahap kedua adalah sintesis
cDNA
bio.unsoed.ac.id
(komplemen DNA) merupakan proses untuk mengubah RNA khususnya mRNA
(messenger RNA) gen target menjadi cDNA dengan enzim reverse transcriptase dan Oligo
(dT)rr
primer
Larutan cDNA disimpan pada suhu 2-8 C bila akan segera digunakan
disimpan selama l-2 jam atau dilakukan penyimpanan dalam jangka waktu larna pada suhu
gen target menggunakan
-15 s/d -25 C. Tahap ketiga adalah amplifikasi daerah transkrip
menghasilkan amplikon
primer oligonukleotida yang spesifik. Amplifikasi dua tahap PCR
secara biokimia
oDNA yang merupakan ekspresi transkrip gen target dan divisualisasi
teknik RT-PCR dalam mendeteksi
dengan elektroforesis pada gel agarose. Aplikasi klinis
penderita KNF
gen target adalah ekspresi mRNA BRLF1 EBV pada
ekspresi transkrip
pada jaringan tumor KNF sebesar 4
menunjukkan bahwa positivitas ekspresi BRLF1 EBV
dan 3 dari 8 sampel
7 sampel biopsi tumor KNF (57,1 persen) (Feng et a1.,2000)
dai
biopsi tumor KNF (37,5 persen) (Martelrenotr et al',1995)'
{.s{.
t.s1
yr.lt,
*a*'
ffie
'"
tr"
ilr
6u.7*gii:1
iffi
i
'..' .:,:i'
s'i
"'."*',&.4,ftr.:r
,
i:-'i :
*
n*,,&,,
s
ri
ifxeS:e
-,r,,,
tt- 1
.
.':,ir ..:
/1|;:
*"-..$':lt+
+dfiF
*
'
W.kl.iNZ
i i41=
**u,t,.mj'
'*#
ri
iqi!-qr
"*'
l,'!-:''#
'*"'-
I "sj;::i:il:r
::::;:;H
#,4i,'i:
tr
Gambar 2.
ffi
}iil']"*"$::
l
ffiE+
l:tl::r#k*
BRLFl,
Autoradiogra.f RT-PCR yang menunjukkan ekspresi mRNA BZLFI,
jaringan
biopsi
(a)
priV
dan
aari sampel klinis darah
BALF2 dan BCLF1
(b).
ekspresi
Gambar 2. memperlihatkan penggunaaan teknik RT-PCR untuk identifikasi
BCLFI EBV dari sampel klinis darah dan
genBZLFl, BRLF1
,BALFZ,
mRNA (trankrip)
pertama 36 siklus
biopsi jaringan. Amplifikasi dilakukan dalam dua tahap PCR yaitu tahap
pcR dan tahap kedua dengan 20 siklus PCR. Amplikon fragmen CDNA diseparasi pada gel
membran nilon. Selanjutnya amplikon fragmen cDNA
dengan radioaktif'
dihibridisasi dengan pelacak oligonuleotida spesifik yang telah dilabel
pada fihn sinar X' Gen
Visualisasi arnplikon fragmen cDNA dengan teknik autoradiografi
dalarn RT-PCR" Kontrol
house keepirtg Histone 3.3. digunakan sebagai internal kontrol
agarose dan ditransfer
ke
bio.unsoed.ac.id
(Feng et al'' 2000)'
positif sampel menggunakan RNA yang berasal dari galur sel 895-8
Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam prosedur RT-PCR adalah
RNAse yang
sebagai berikut (Steven et a1.,2005) : pertama, RNA sangat rentan terhadap
banyak terdapat
di sekitar kita, sehingga
sangat dianjurkan menggunakan alat-alat yang
bebas dari RNAse seperti tabung Eppendorf dan
tip
mikropipet; kedua, peralatan
pada
laboratorium berbahan gelas sebaiknya di bungkus dengan aluminum dan disterilisasi
larutan yang
suhu > 180 "C selama 2 iarn untuk degradasi RNAse; ketiga, reagen dan
digunakan sebaiknya bebas RNAse atau diberi perlakuan dengan diethyl pyrocarbonat
(DEpC) 0,1 o/o v/v yang telah disterilisasi; keempat, .oleh karena Tris-HCl bersifat sangat
reaktif dengan DEpC, maka sebaiknya bahan kimia ini tidak boleh diperlakukan dengan
DEPC; kelima, pacla saat melakukan isolasi RNA sangat dianjurkan menggunakan samng
sebelum
tangan karet (glove). Tutup tabung eppendorfjangan dibuka terlalu lama; keenam,
bekerja meja laboratorium sebaiknya dibersihkan dengan larutan natirum hipoklorit
o
(pemutih pakaian/soklin), etanol 70 , atau 0,1 % SDS; ketujuh, RNA dianjurkan disirnpan
pada suhu -80
"C
untuk penyimpanan waktu lama; kedelapan, pada saat melakukan isolasi
RNA sebaiknya selama bekerja diperlakukan di atas es (suhu
isopropanol stok sebaiknya disimpan pacla suhu -80
"C
4 'C);
kesembilan,
untuk penyimpanan waktu lama;
kesepuluh, seluruh reagen Reverse Transcriptase sebaiknya disimpan pada suhu -20 'C.
pada saat melakukan sintesis cDNA sebiaknya bekerja di atas es (suhu 4 "C); kesebelas,
DNA dapat disimpan pada suhu -20 "C untuk penyimpanan waktu lama atau sebelum
digunakan untuk PCR dan reagen PCR sebaiknya disimpan pada suhu -20 "C; kedua belas,
preparasi untuk membuat campuran PCR (PCR rui-r) sebaiknya dilakukan di atas es (suhu 4
oC selama l-2 han,
"C); ketiga belas, produk PCR (amplikon) dapat disimpan pada suhu 4
oC untuk penyirnpanan rn'aktu lama
namun produk PCR dianjurkan disirnpan pada suhu -20
guna menghindari degradasi oleh aktivitas 5'-eksonuklease dari enzim Zcg polymerase"
Teknik multiprime RT-PCR
bio.unsoed.ac.id
Teknik mtLltiprime RT-PCR adalah teknik RT-PCR yang sensitif untuk mendeteksi
ekspresi 6RNA gen laten pada biopsi jaringan tumor kultur sel dan darah. Teknik
nttiltiprinte RT-PCR digunakan untuk mendeteksi secara simultan ekspresi mRNA EBV
yaitu EBNAI, EBNA2, LMP1, LMP2A, LMP2B, BZLFI, BARTs, dan U1A snRNP
sebagai gen hottsekeeping gene untrtk kontrol internal kuantitas RNA. Selanjutnya,
hibridisasi amplikon fragmen cDNA dengan pelacak olioneukleotida spesifik yang telah
dilabel dengan radioaktif dilakukan untuk meningkatkan spesifitas. Visualisasi amplikon
fragmen cDNA yang menunjukkan ekspresi transkrip gen laten dilakukan dengan
autoradigrafi pada
film sinar X (Steven et al., 2005). Teknik ini lebih sensitif untuk
mendeteksi mRNA yang mengalami proses pembuangan intron (spliced mRNA) dalam
jumlah kecil dan memerlukan lebih sedikit jumlah sampel klinis. Teknik ini lebih efisien
digunakan untuk biopsi jaringan limfoma dengan jumlah sedikit dan menghasilkan kualitas
kontrol yang lebih baik. Pada sampel klinis kuantitas RNA perlu diukur terlebih dahulu
sebelum dianalis RT-PCR dengan teknik gel elektroforesis RNA untuk mendeteksi 18S/28S
RNA (Brinket a\.,1997; Brink et a1.,1998; Middeldorp et a1.,2003). Teknik multipritne
RT-PCR ini merupakan teknik yang ideal untuk melihat profil ekspresi transkrip gen laten
EBV khususnya pada ekspresi gen laten I, II, dan III pada biopsi jaringan, kultur sel, dan
darah (Steven et a|.,2005).
;4