Deteksi Protein C-myc Pada Jaringan Uterus Mencit (Mus musculus L.) Dengan Metode

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Kanker
Kanker merupakan penyakit pembunuh kedua yang banyak memberi kontribusi
13 % kematian dari 22 % kematian yang dikarenakan penyakit yang tidak menular
utama di dunia. Penyakit kanker hampir 70 % ditemukan dalam kondisi stadium
yang lebih lanjut (Shibuya et al., 2000).
Pertumbuhan sel-sel kanker tidak terkoordinasi dengan jaringan lain
sehingga berbahaya bagi tubuh. Konteks lain menyebutkan kanker merupakan
tumor ganas yang mengalami pertumbuhan abnormal yang tidak diketahui secara
pasti penyebabnya. Dalam kondisi normal, sel hanya akan biak dengan cara
membelah diri jika ada yang mati atau rusak. Sel kanker akan terus mengalami
perkembangbiakan meskipun tidak dibutuhkan oleh tubuh. Sel kanker merusak
jaringan sel lain yang normal dan menyebar ke organ tubuh lain melalui jaringan
ikat, darah, saraf, dan jaringan penunjang organ tubuh. Bagian organ tubuh yang
terserang sel kanker akan terhambat pertumbuhannya (Supriyanto, 2010).
Dalam patologi manusia beberapa jenis tumor dapat terjadi. Terdapat
bermacam-macam klasifikasi tumor. Klasifikasi yang terpenting ialah apakah satu

tumor berbayaha atau tidak bagi seseorang. Bila tumor tersebut berbahaya, maka
disebut tumor ganas (maligna). Dalam klasifikasi ini, golongan tumor lain yang
pada prinsipnya tidak berbahaya untuk tubuh manusia, disebut tumor jinak
(benigna). Perlu diingat bahwa terdapat tumor ganas dari semua derajat
kegananasan, beberapa diantaranya bahkan relative jinak (Sibuea et al., 1992).
Sesungguhnya, seseorang bisa terserang kanker disebabkan banyak faktor.
Diantaranya ialah faktor gen, makanan dan minuman tertentu, dan lain
sebagainya. Adapun tanda-tanda kanker yang bersifat secara umum adalah:
berkurangnya berat badan tanpa diketahui penyebabnya, demam yang lebih sering
terlihat dalam tahap-tahap lanjut, rasa lelah yang berlebihan, rasa nyeri yang
muncul di tempat-tempat tertentu (yang merupakan ssstem tahap lanjut penyakit
kanker), perubahan warna kulit, sehingga kulit menguning, memerah, gatal-gatal,
atau pertumbuhan rambut berlebihan. Selain tanda-tanda kanker yang bersifat

5

umum, perlu juga mewaspadai tanda-tanda kanker yang yang bersifat khusus.
Diantaranya adalah sebagai berikut: adanya borok yang tak kunjung sembuh,
sebuah benjolan di payudara atau pada bagian tubuh lain, pendarahan yang tidak
seperti biasanya, perubahan dalam kebiasaan buang air besar dan kecil, kesulitan

mencerna makanan, batuk atau suara parau yang tidak kunjung hilang, masalahmasalah pendengaran (Supriyanto, 2010).

2.2 Anatomi Uterus
Uterus adalah organ tunggal muskular dan berongga. Oosit yang telah dibuahi
akan tertanam dalam lapisan endometrium uterus dipenuhi kebutuhan nutrisinya
untuk tumbuh dan berkembang sampai lahir. Uterus berbentu buah pir terbalik
dan dalam keadaan tidak hamil memiliki panjang 7 cm, lebar 5 cm, dan diameter
2,3 cm. Organ ini terletak dalam rongga pelvis di antara rektum dan kandung
kemih. Umumnya, uterus terfleksi ke depan (terantefleksi) dan teranteversi
sehingga letaknya hamper horizontal di atas kandung kemih. Pada beberapa
perempuan, uterus secara normal dapat teretrofleksi dan teretroversi sehingga
menindih rectum (Sloane, 2003).
Fungsi uterus untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama
perkembangan, ovum yang telah keluar dari ovarium dihantarkan melalui tuba
uterina ke uterus, sedangkan ovarium sering juga disebut indung telur dan
berfungsi untuk memproduksi ovum, memproduksi hormon estrogen, dan juga
memproduksi hormon progesteron (Syaiffuddin, 2006).
Dinding uterus terdiri dari bagian terluar serosa (perimetrium); bagian
tengah meometrium. Endometrium menjalani perubahan siklus selama menstruasi
dan membentuk lokasi implantasi untuk ovum yang dibuahi. Uterus pada

dasarnya ditopang oleh lipatan peritoneal, ligamen besar yang melekatkan uterus
pada dinding pelvis (Sloane, 2003).

2.3 Anatomi Ovarium
Ovarium berbentuk seperti kacang kenari, dan berukuran panjang 3 sampai 5 cm,
lebar 2 sampai 3 cm, dan tebal 1 cm. keberadaan ovarium terletak pada dinding
samping rongga pelvis posterior dalam fosa ovarian, dan ditahan dalam posisi

6

tersebut oleh mesentrium pelvis (lipatan peritoneum antara peritoneum visceral
dan peritoneum parietal). Hanya ovarium organ yang terdapat dalam rongga pelvis
yang retroperitoneal (terdapat di belakang peritoneum). Permukaan ovarium
terlapisi oleh epitellium germinal. Nama lain dari jaringan ikat ovarium adalah
stroma yang tersusun dari korteks pada bagian luar dan medula pada bagian dalam
(Sloane, 2003).
Permukaan ovarium diliputi oleh epitel permukaan, modifikasi mesotel
dari peritoneum viseralis. Pada wanita muda, epitelnya adalah kuboid, kemudian
menggepeng pada akhir hidup. Di bawah epitel ada tunika albuginea suatu daerah
tipis jaringan ikat kolagen (stroma termodifikasi). Koterks menempati daerah

terbesar dari ovarium. Stromanya terdiri dari jaringan ikat tipe primitif, dengan
banyak fibroblast. Banyak folikel dalam berbagai tahap perkembangan dibenan
dalam stroma korteks, yang paling banyak adalah folikel primer, terdapat dalam
daerah perifer korteks di bawah tunika albuginea dengan struktur paling sederhana
dan terkecil. Folikel-folikel yang besar mungkin folikel dewasa atau matang
(Martoprawiro, 1986).
2.4 Faktor Resiko Kanker Uterus dan Ovarium
Pada tumor jinak, jaringan asal dapat dikenal lebih mudah. Tumor jinak disebut
menurut asal jaringannya. Apabila tumor berasal dari alat kelenjar disebut
adenoma, bila berasal dari otot, misalnya uterus disebut leiomioma atau sering
disebut mioma (Sibuea et al., 1992).
Penyebab utama timbulnya mioma pada rahim dan sekitarnya belum
diketahui hingga saat ini. Namun demikian, mioma banyak ditemukan pada
wanita berumur lebih dari 50 tahun atau pascamenopause. Wanita pengguna
preparat estrogen juga sangat rentan terhadap serangan mioma. Meskipun tidak
bersifat ganas sebagaimana kanker, mioma tetap diwaspadai karna dapat
mengganggu kehamilan, seperti keguguran dan kelainan letak janin. Untuk itu,
bagi wanita yang telah memasuki masa menopause dan pengguna hormon harus
mewaspadai kemungkinan timbulnya mioma pada rahim. Faktor genetik
(keturunan) dan terlalu banyak mengonsumsi makanan yang diawetkan juga bisa

menjadi pemicu timbulnya mioma (Supriyanto, 2010).

7

Kanker ovarium adalah penyakit yang tergolong karsinoma peritoneum
primer, kanker tuba fallopi, tumor germinative, tumor epitel jinak (adenoma),
tumor rendah ganas (tumor borderline), atau tumor epitel ganas (adenokarsinoma),
dan yang paling banyak adalah tumor oarium epitel yang jinak, tidak menyebar,
dan tidak serius, kanker yang sering dijumpai di kalangan perempuan adalah
kanker epitel ovarium, termasuk juga kanker kulit nonmelanoma (Zuraidah,
2005).

2.5 Mekanisme Molekuler Terbentuk Sel Kanker
Dalam keadaan normal pada orang dewasa sebagian besar (±90%) sel tubuh yang
jumlahnya 50-100 triliun (5-10x1013 ) dengan ±200 jenis sel berada dalam fase �0

dan hanya 10% tumbuh untuk mengganti sel yang mati atau rusak. Untuk tumbuh
sel itu mengadakan mitosis (pembelahan sel = pembiakan sel) (Sukardja, 2000).
Secara fisiologis, sistem pertumbuhan sel dalam individu juga diatur oleh
suatu sistem keseimbangan, yaitu apoptosis dan proliferasi. Apabila pada individu

terjadi apoptosis yang berlebihan, maka individu tersebut akan mengalami
kemunduran fungsi dari suatu sistem organ yang dapat menimbulkan suatu
penyakit. Demikian juga halnya bila terjadi proliferasi sel secara berlebihan, maka
akan terjadi massa tumor (malignancy) (Sudiana, 2008).
Sel tumor adalah sel tubuh kita sendiri yang mengalami perubahan
(transformasi) sehingga bentuk, sifat dan kinetikanya berubah, sehingga
tumbuhnya menjadi autonom, liar, tidak terkendali dan terlepas dari koordinasi
pertumbuhan normal. Akibatnya timbul tumor yang terpisah dari jaringan tubuh
normal (Sukardja, 2000).
Berbagai protein abnormal muncul karena sel yang bersangkutan
mengalami mutasi/kecacatan gen, khususnya gen-gen yang mengkode protein,
yang sangat berperan pada pengaturan siklus pembelahan sel. Contohnya antara
lain beberapa gen yang termasuk kelompok protooncogene atau kelompok tumor
suppressorgene. Saat ini telah ditemukan beberapa gen yang dikelompokkan
sebagai protooncogene mengalami mutasi, maka gen tersebut dikenal sebagai
onkogen, di mana protein yang dikode oleh gen tersebut akan bersifat overaktif
(Sudiana, 2008).

8


Pada manusia selama hidup diperkirakan rata-rata sel tubuh mengalami
sebanyak 106 mitose, dengan masing-masing gen mempunyai kemungkinan 10−6

mengalami mutasi spontan dan menyalin (translate) 1010 mutasi. Jika tiap mutasi
dapat merubah sel normal menjadi kanker, maka kita tidak mungkin dapat
berfungsi sebagai makhluk hidup. Penelitian epidemiologi menunjukkan
kemungkinan perubahan menjadi kanker tidaklah konstan, tetapi bertambah
dengan bertambahnya umur. Penelitian komparatif dari berbagai tumor
menujukkan bahwa aktivasi gen myc dapat merubah sel itu menjadi immortal
(tidak dapat mati), dan aktivasi gen ras atau famili ras dapat menjadikan
transformasi sel. Pada manusia gen yang sering mengalami mutasi ialah gen cmyc, K-ras, hst-l dan neu (Sukardja, 2000).

2.6 Protein C-myc
Protein c-myc merupakan salah satu gen pengkode protein-protein inti dan salah
satu fungsinya yaitu memproduksi faktor transkripsi untuk sintesis DNA dan
mitosis, protein-protein inti seperti PKC (Protein Kinase C), p34 (protein dengan
berat molekul 34 kD) mengatur transkripsi dan translasi kode genetik dengan
serine-threonine specific protein kinase yang larut dalam plasma. Protein inti
penting dalam siklus pertumbuhan sel antara G2 dan M. Apabila terjadi mutasi
pada gen c-myc akan menimbulkan kenaikan ekspresi gen dan dapat pula

menimbulkan siklus pertumbuhan yang peristen yang menyebabkan terjadinya
kanker (Sukardja, 2000).
Protein c-myc (protoonkogen) adalah protein yang disandi oleh gen c-myc,
yang berfungsi sebagai protein inti sel untuk transkripsi dan replikasi sel dalam
siklus sel, sehingga dikelompokkan dalam gen-gen pemicu tumor (Putsztai et
al,1996).
Protein c-myc berperan penting dalam proliferasi sel, diferensiasi, dan
siklus sel. Protein c-myc merupakan salah satu gen yang sering mengalami mutasi
sehingga menyebabkan pertumbuhan tidak normal yang tumbuh secara terus
menerus yang kita kenal dengan kanker (Chen He et al., 2008).
Gen c-myc merupakan onkogenik pusat untuk onkogen dan penekan
tumor APC. Protein penekan tumor APC memediasi degradasi dari b-Catenin.

9

Onkoprotein Wnt yang ditampilkan mengaktifkan reseptor, yang menghasilkan
stabilisasi bebas dari b-Catenin. b-Catenin yang menopang mengaktifkan mutasi
pada kanker manusia dan merupakan kofaktor untuk faktor transkripsi Tcf. Tcf
mengaktivasi ekspresi c-myc melalui situs DNA yang mengikat tertentu (Dang,
1999)


2.7 Imunohistokimia
Imunohistokimia adalah suatu proses yang digunakan untuk mendeteksi
keberadaan (lokasi) antigen (protein target) pada sel-sel jaringan yang melibatkan
reaksi antigen-antibodi. Imunohistokimia ini diawali dengan proses histoteknik,
yaitu tahapan dalam pembuatan preparat irisan jaringan (histologi) yang akan
diamati di bawah mikroskop. Preparat irisan jaringan tersebut yang akan
memasuki tahapan imunohistokimia (Fatchiyah et al., 2011).
Imunohistokimia merupakan teknik untuk mendeteksi adanya antigen pada
jaringan dengan menggunakan antibodi yang terikat enzim sehingga presipitat
terwarnai dan lokasi antigen dapat dilihat di bawah mikroskop. Pola dari
imunohistokimia sangat memungkinkan identifikasi asal jaringan yang lebih
akurat dibandingkan dengan pemeriksaan hematoksilin-eosin saja (Sofian dan
Kampono, 2006).
Tiap tumor dapat didiagnosis dengan melihat kandungan protein atau
antigen tertentu yang terdapat di dalamnya. Prinsip imunohistokimia adalah
antibodi akan berikatan secara spesifik dengan antigen. Antibodi akan “mencari“
lokasi antigen, dan berikatan dengan antigen. Tempat antigen dapat ditentukan
bila kita dapat mengetahui dimana ikatan antibodi-antigen (Hastuti, 2011).
Interaksi antara antigen dan antibodi adalah reaksi yang tidak dapat dilihat

dengan kasat mata. Oleh karena itu, diperlukan visualisasi adanya ikatan tersebut
dengan melabel antibodi yang digunakan dengan enzim atau fluorokrom. Enzim
(yang digunakan untuk melabel) akan direaksikan dengan substrat kromogen
(yaitu substrat yang menghasilkan produk akhir berwarna dan tidak larut) yang
dapat diamati dengan mikroskop bidang terang (bright field microscope)
(Fatchiyah et al., 2011).