Deteksi Protein C-myc Pada Jaringan Uterus Mencit (Mus musculus L.) Dengan Metode

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Alat dan Bahan

Beaker Glass Staining jar

FotoBahan

Toluol Xilol

Foto Kerja


(2)

Pembedahan mencit Organ pulmo dalam formalin 10%

Shaker organ (alkoholbertingkat) Memindahkan organ ke toluol


(3)

Organ dalam parafin Preparat jaringan

Organ dimasukkan ke dalam kaset direndam dalam formalin kaset dan dilabel


(4)

Lampiran 2. Data Dan Hasil Analisis Ekspresi Protein c-myc Angka skor kepositifan protein c-Myc

Jaringan Ulangan Skor Jaringan Ulangan Skor

1 1 2 2 1 2

1 2 3 2 2 1

1 3 2 2 3 2

1 1 3 2 1 2

1 2 3 2 2 2

1 3 3 2 3 2

1 1 2 2 1 2

1 2 2 2 2 2

1 3 3 2 3 1

1 1 2 2 1 2

1 2 2 2 2 1

1 3 3 2 3 2

Keterangan: Jaringan 1 = Uterus; Jaringan 2 = Ovarium

Uji statistic Kruskal-Wallis

Ranks

Jaringan N Mean Rank

Skor Uterus 12 16.25

Ovarium 12 8.75

Total 24

Test Statisticsa,b Skor

Chi-Square 9.127

df 1

Asymp. Sig. .003

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Jaringan


(5)

Daftar Pustaka

Bahram, F., Lehr, N. V. D., Cetinkaya, C., Larsson, L. G. 2000. C-Myc Hotspot Mutations In Lymphomas Result In Inefficient Ubiquitination And Decreased Proteasome-Mediated Turnover. Blood. 6 (95)

Chen He., Huiqing Hu., RickmerBraren., Shun-Yin Fong., Andreas, T., Timothy, R., Carlson., and Rong A. 2008. C-myc in the Hematopoietic Lineage is Crucial for its Angiogenic Function in the Mouse Embryo. Development. 135: 2467-2477.

Dang, V. C. 1999. C-myc Target Genes Involved in Cell Growth, Apoptosis, and Metabolism. American Society for Microbiology. Vol 19(1).

Davies, J, A. 2004. Inverse Correlation Between an Organ's Cancer Rate and Its Evolutionary Antiquity. Jurnal Organogenesis Vol ; 1, No. 2.

Fatchiyah.,Arumingtyas, E., Widyarti., Rahayu, A. 2011. Biologi Molekuler Prinsip Dasar Analisis. Erlangga. Jakarta.

Hastuti, N, W. Lubis, H, M. 2011. Manfaat Pemeriksaan Imunohisto(sito)kimia. Jurnal CDK. 186 Vol 38, No. 5.

Hoffman, B., dan Liebermann, D. 2008. Apoptotic Signaling by c-MYC. Oncogene. 27: 6462-6472.

Kumar, L., Rudbeck, L. 2009. Immunohistochemical (IHC) Staining Methods. Dako North Amerika. California.

Martoprawiro, H., Siswoyo, S., Suryono, S., Wonodirekso, S. 1986. Atlas Histologi Manusia. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Miller, D., Thomas, S., Islam, A.,Muench, D., Sedoris, K. 2012. C-Myc and Cancer Metabolism. Clin Cancer Res. 15; 18(20): 5546-5553.

Oemiati, R., Rahajeng, E., Kristanto, A. 2011. Prevalensi Tumor dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Masyarakat. Vol 39(4) 2: 190-204.

Partodihardjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara. Jakarta.

Shibuya K, Mathers CD, Boschi-Pinto C, Lopez AD, Murray CJL. 2000. Global and regional estimates of cancer mortality and incidence by site: BMC Cancer. 2002;2:37-62.


(6)

Sibuea, H., Panggabean, M., Gultom, P. 1992. Ilmu Penyakit Dalam. RinekaCipta. Jakarta.

Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Sofian, A. Kampono, N. 2006. Peran Pemeriksaan Imunohistokimia Vimentin sebagai Penanda Asal Jaringan Kanker Endometrium. Majelis Kedokteran Indonesia. Vol: 56(2).

Sudiana, K. 2008. Patobilogi Molekuler Kanker. Salemba Medika. Jakarta. Sukardja, D. 2000. Onkologi Klinik. Airlangga University Press. Surabaya. Suntoro, S. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi & Histokimia). Penerbit Bhratara

Karya Aksara. Jakarta.

Supriyanto, W. 2010. Ancaman Penyakit Kanket Deteksi Dinidan Pengobatannya. CahayaIlmu. Yogyakarta.

Syaiffudin. 2006. Anatomi Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Zuraidah E. 2005. Faktor Risiko Kanker Ovarium Jenis Ephitelia di RSUN

Dr.CiptoMangunkusumo. Jakarta.


(7)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai bulan November 2015 di Laboratorium Genetika, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah disecting set, bak bedah, masker, sarung tangan karet, serbet, pipet tetes, pinset, oven, beaker glass, tabung winkler, inkubator, freezer, stainning jar/chamber, shaker, mikrotom putar, pisau mikrotom, cutter, botol film, botol aquadest, jarum pentul, neraca analitik, hotplate, baskom, bunsen, atlas histologi, sample cup, mikroskop, holder kayu, petridish, kuas kecil berbulu halus, gelas ukur, stopwatch, pemanas bunsen, mancis, pensil, rak object glass, camera digital, object glass yang telah dilapisi poly-L-lysine, dan cover glass.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah irisan jaringan ovarium dan uterus pada mencit (Mus musculus), antibodi primer Chicken anti-cMyc, antibodi sekunder Goat Anti-chicken berkonjugat Horseradish Peroxidase (HRP), kit imunohistokimia (IHK, Sigma), berisi Diamino Benzidine (DAB) substrate. Larutan Pospat Buffer Saline (PBS), alkohol 30%, alkohol 40%, alkohol 50 %,alkohol 60%, alkohol 70 %, alkohol 80 %, alkohol 90 %, alkohol absolut, H2O2 3 %, larutan Bovine Serum Albumin (BSA) 5 %, parafin (parafin I, II dan III), aquadest, akuabides, formalin 10 %, air hangat, hematoxylin Meyer, toluol, xilol, canada balsam, aluminium foil, kertas label, karton, dan tisu gulung (lampiran 1).

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1. Pemeliharaan Hewan Uji

Hewan uji mencit (Mus musculus L) dipelihara di kandang percobaan di Departemen Biologi FMIPA USU Medan. Empat ekor mencit dara (virgin) ditempatkan dalam satu kandang, diberi pakan dan minum selama satu minggu. Kemudian hewan dibius dengan eter lalu dieutanasia dengan dislokasi leher ketika


(8)

masih dalam keadaan terbius. Hewan di bedah dan di ambil organ uterus dan ovarium.

3.3.2. Pembuatan Preparat Jaringan

Jaringan yang digunakan pada penelitian ini adalah uterus dan ovarium. Penelitian ini menggunakan uji imunohistokimia. Uji imunohistokimia dilakukan untuk mendeteksi ekspresi protein c-myc di irisan jaringan uterus dan ovarium. Pada jaringan-jaringan tersebut diduga terdapat protein c-myc. Preparat irisan dibuat mengikuti metode parafin. Jaringan uterus dan ovarium diisolasi dari tubuh mencit selanjutnya difiksasi di dalam formalin 10 % selama 3 hari. Setelah itu jaringan dicuci berkali-kali dalam alkohol 70 %. Dehidrasi dengan cara direndam berturut-turut di dalam alkohol 80, 90, 96 % dan alkohol absolut masing-masing selama 60 menit. Selanjutnya alkohol dilepas dari jaringan dengan cara merendam jaringan di dalam toluol selama 24 jam.

Infiltrasi parafin dilakukan pada jaringan di dalam oven dengan cara memindahkan organ berturut-turut dari campuran xilol dan parafin dengan perbandingan 3:1 (parafin I), 1:1 (parafin II), dan 1:3 (parafin III), selama 30-60 menit. kemudian dimasukkan kedalam parafin murni. Pengirisan dilakukan dengan menggunakan mikrotom, irisan dibuat dengan ketebalan 6 µm. Sayatan dimasukkan kedalam air hangat agar pita sayatan mengembang. Kemudian pita sayatan ditempelkan pada object glass yang telah dilapisi poly-L-lysin, kelebihan air dibuang dan sayatan pada object glass dipanaskan. Setelah pita sayatan menempel dengan baik, preparat disimpan di tempat tertutup dan siap digunakan untuk proses selanjutnya (Suntoro, 1983).

3.3.3 Pewarnaan Jaringan Dengan Hematoksilin-Eosin

Preparat jaringan yang akan diwarnai terlebih dahulu dilakukan deparafinasi dengan xilol sebanyak 3 x masing-masing selama 5 menit, kelebihan xilol diisap dengan kertas filter melalui tepi-tepi objek glas, kemudian preparat didehidrasi di dalam larutan-larutan alkohol bertingkat dengan konsentrasi menurun (100%, 95%, 80%, 70%, 50%, 30% @ selama 1 menit) dan dibilas dengan aquades (2x1 menit). Jaringan diwarnai dengan memasukkan ke dalam


(9)

larutan hematoksilin selama 3-7 detik kemudian preparat jaringan dialiri air mengalir (air ledeng) selama 10 menit dan dicuci aquades sebentar.

Pewarnaan hematoksilin telah selesai dan akan dilanjutkan ke pewarnaan eosin 0,5% (dalam alkohol 70%), selanjutnya setelah jaringan dicuci aquadest, dimasukkan di dalam larutan-larutan alkohol bertingkat dengan konsentrasi meningkat (30%, 50%, 80%, 70%, 80%, 95%, 100% @ selama 1 menit) kemudian dimasukkan ke dalam larutan eosin 0,5% (dalam alkohol 70%) selama 1-3 menit. Preparat jaringan selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan-larutan alkohol bertingkat dengan konsentrasi meningkat (70%, 80%, 96%, 100%, @ selama 1 menit) selanjutnya dimasukkan ke dalam xilol sebanyak 3 x masing-masing selama 5 menit, lalu ditutup dengan cover glass menggunakan media mounting kanada balsam, jaringan diamati di bawah mikroskop (Suntoro, 1983).

3.3.4 Metode Imunohistokimia

Preparat jaringan yang akan diuji imunohistokimia terlebih dahulu dihilangkan parafinnya dengan xilol sebanyak 3 x masing-masing selama 5 menit, kemudian preparat didehidrasi di dalam larutan-larutan alkohol bertingkat dengan konsentrasi menurun (100, 95, 80, 70, 50, 30%, @ selama 1 menit) dan dibilas dengan aquades (2x1 menit) dan dilakukan langkah antigen retrieval dengan metode pemanasan dalam larutan buffer sitrat (Shi et al, 1991). Kemudian dibilas dengan PBS, diinkubasi di suhu ruang dengan H2O2 3% untuk memblok enzim endogen selama 7 menit, kemudian preparat dibilas dengan PBS, ditetesi dengan larutan BSA 5%, selanjutnya preparat ditetesi dengan antibodi primer IgY chicken

anti-c-Myc dan diinkubasi semalaman pada suhu 8oC. Setelah inkubasi, preparat

dicuci dengan akuabides, kemudian diinkubasikan lagi dengan antibodi sekunder goat anti-chicken berkonjugat HRP pada suhu ruangan selama 30 menit, dicuci preparat dan ditetesi larutan kromogen DAB sambil diamati perubahan warna yang terjadi pada jaringan di bawah mikroskop. (Larutan DAB dibuat segera sebelum digunakan, dengan cara mencampurkan 5µlDAB ke dalam 125 µl air bebas ion yang telah diberi 2 µl buffer asetat dan 3 µl H2O2 3%). Untuk pewarna imbangan digunakan Hematoksilin Mayer. Selanjutnya dilakukan clearing dengan cara merendam preparat di dalam xilol selama 2X 30 menit, lalu ditutup dengan


(10)

cover glass menggunakan media mounting kanada balsam. Jaringan diamati di bawah mikroskop dan diberi skor tingkat ekspresi (semikuantitatif) (Kumar et al, 2009)

3.3.5 Skoring

Penentuan tingkat ekspresi protein c-myc pada jaringan uterus dan ovarium dilakukan melalui pengamatan dan skoring jaringan di bawah mikroskop cahaya. Sel-sel positif berwarna kecoklatan, sedangkan sel negatif berwarna biru ungu. Skoring dilakukan menggunakan lensa objektif perbesaran 100 kali. Tiap-tiap jaringan diamati dan diberi skor tingkat ekspresi di tiga lapang pandang, aturan penilaiannya mengikuti Hamaguchi et al (1995): 1= ekspresi kurang dari 10 % (rendah) ; 2 = ekspresi sedang sel positif antara 11 – 25 % (sedang) ; 3 = ekspresi tinggi 26 – 50 % (tinggi) ; 4 = ekspresi sangat tinggi, sel positif lebih dari 50 % (sangat tinggi) (Hamaguchi et al, 1995).


(11)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Mikroanatomi Uterus Mencit (Mus musculus L.) Dengan Pewarnaan Hematoksilin Eosin

Hasil pengamatan mikroanatomi uterus mencit dengan pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1. Mikroanatomi Uterus Mencit (Mus musculus L.). A) uterus mencit dengan perbesaran 40 x, B) uterus mencit dengan perbesaran 1000x.

Pada jaringan uterus terdapat 3 lapisan yaitu lapisan pertama yang merupakan lapisan terluar, lapisan kedua merupakan lapisan yang banyak mengandung urat syaraf dan lapisan ketiga merupakan lapisan terdalam yang banyak mengandung kelenjar-kelenjar.

Menurut Partodihardjo (1982) dinding uterus terdiri dari 3 lapis, dari luar ke dalam yaitu: lapisan pertama, membrana serosa yang merupakan lapis pertama dari luar atau merupakan dinding paling luar. Lapis kedua, myometrium lapisan urat daging licin yang berjalan longitudinal, lapis tengah yang megandung urat syaraf dan pembuluh darah, dan lapisan serabut urat daging licin, yang berjalan circulair. Lapisan ketiga, endometrium yaitu lapisan yang merupakan dinding lumen uterus dan terdiri atas: epitel, lapisan kelenjar-kelenjar uterus dan tenunan pengikat.

Lapisan pertama Lapisan kedua

Lapisan ketiga


(12)

Menurut Martoprawiro (1986) aktivitas daur uterus pada yang non pregnan (tak hamil) dapat dibagi dalam tiga stadia: stadium proliferasi (folikular), stadium sekretori atau luteal, dan stadium menstruasi.

Menurut Partodihardjo (1982) uterus pada umumnya mempunyai fungsi penting dalam proses reproduksi. Dari sejakhewan betina berahi sampai bunting dan melahirkan, uterus mengalami berbagai-bagai perubahan. Perubahan-perubahan tersebut erat hubungannya dengan Perubahan-perubahan-Perubahan-perubahan yang terjadi pada embrio dan ovarium.

4.2. Mikroanatomi Ovarium Mencit (Mus musculus L.) Dengan Pewarnaan Hematoksilin Eosin

Hasil pengamatan mikroanatomi ovarium mencit dengan pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin) dapat dilihat pada Gambar 4.2

Gambar 4.2. Mikroanatomi ovarium mencit (Mus musculus L.) dengan pewarnaan hematoxilyn eosin. A) ovarium mencit dengan perbesaran 40 x, B) ovarium mencit dengan perbesaran 1000x.

Bagian-bagian yang jelas terlihat adalah epitel permukaan, korpus luteum, folikel dan oosit. Folikel dari ovarium berasal dari epitel benih yang melapisi permukaan ovarium.

Menurut Martoprawiro (1986) pada potongan melintang, korpus luteum terlihat sebagai masa tebal jaringan kelenjar yang sangat berlipat-lipat dengan pusat tengah terdiri dari sisa-sisa cairan folikel, serum, kadang-kadang sedikit darah, dan jaringan ikat jarang.

Epitel permukaan

Oosit Folikel Korpus luteum


(13)

Menurut Partodihardjo (1982) pertumbuhan folikel terbagi atas empat tahap yaitu: Tahap pertama, pertumbuhan yang terjadi pada waktu hewan betina yang baru lahir hanya mempunyai folikel primer, kalaupun terdapat folikel sekunder, jumlahnya tidak banyak. Tahap kedua, pertumbuhan folikel primer menjadi folikel sekunder merupakan tahap kedua dan terjadi pada waktu hewan betina telah lahir dan menjalani proses pendewasaan tubuh. Tahap ketiga, pertumbuhan folikel dari folikel sekunder menjadi foliker tersier terjadi pada waktu hewan menjadi dewasa. Tahap keempat, pertumbuhan folikel tersier menjadi folikel de Graaf.

Menurut Martoprawiro (1986) banyak folikel dalam berbagai tahap perkembangan dibenam dalam stroma korteks yang paling banyak adalah folikel primer, terdapat dalam daerah perifer korteks di bawah tunika albugineadengan struktur paling sederhana dan terkecil. Folikel-folikel terbesar mungkin folikel matang (dewasa). Bermacam-macam bagiannya dapat dikenali: teka mengelilingi folikel, membrane granulose, antrum folikel besar terisi cairan folikel (likuor folikel), dan cumulus ooforus dengan oosit primer terpendam di dalamnya. Folikel lebih kecil, dengan sel-sel folikel berlapis mengitari oosit, adalah folikelsedang berkembang. Folikel lebih besar dengan rongga-rongga (antrum) dengan ukuran (besarnya) bermacam-macam disebut folikel vesikular (sekunder).


(14)

4.3. Ekspresi Protein C-myc Pada Jaringan Uterus Dan Ovarium Mencit (Mus musculus L.) Dengan Metode Imunohistokimia

Hasil pengamatan ekspresi protein c-myc pada jaringan uterus dan ovarium mencit (Mus musculus L.) dengan metode imunohistokimia dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Ekspresi protein c-myc di jaringan uterus dan ovarium. Ekspresi protein c-myc (warna coklat yang ditunjuk panah) pada jaringan uterus terdapat pada lamina propia (stroma) antar kelenjar uterus (A), sedangkan pada ovarium diekspresikan pada sel teka, sel granulosa dan oosit folikel yang sedang berkembang di jaringan ovarium (B). Perbesaran 1000x.

Ekspresi Protein c-myc pada uterus diekspresikan di lamina propia (stroma) antar kelenjar. Lamina propia (stroma) antar kelenjar pada uterus banyak mengalami perubahan dan sering terjadi pertumbuhan sel pada setiap fase yang dilewati, pada setiap fase yang dilewati dapat mengakibatkan aktivasi jalur transkripsi faktor c-myc. Sedangkan pada ovarium ekspresi protein c-myc diekspresikan pada sel teka, sel granulosa dan cairan folikel. Cairan folikel pada ovarium banyak mengandung hormon estrogen yang dihasilkan sel granulosa dan sel teka, peningkatan hormon estrogen yang akan mengaktivasi jalur transkripsi faktor c-myc. Ovarium merupakan jaringan yang sering mengalami perkembangan dan terjadi proliferasi sel, protein c-myc berperan pada proliferasi sel yang di folikel dan disekitarnya.

Ekspresi protein c-myc terekspresi berwarna coklat (ditunjuk oleh panah), warna coklat yang ditimbulkan karna adanya reaksi enzimatis pada tahap


(15)

pewarnaan imunohistikimia yaitu antigen pada jaringan berikatan dengan antibody primer (chicken anti-cmyc) yang dilabeli oleh antibodi sekunder (Goat anti-chicken berkonjugat HRP Horseradish Peroxidase) setelah semua berikatan dilakukan penambahan substrat diaminobenzidine (DAB) maka terjadi reaksi yang menimbulkan warna coklat. Pada gambar diatas dapat dilihat pendeteksian ekspresi protein c-myc (warna coklat yang ditunjuk panah) pada jaringan uterus berada di lamina propia (stroma) antar kelenjar sedangkan pada jaringan ovarium ada pada sel teka, sel granulosa dan oosit.

Menurut Baratawidjaja (2004) penambahan substrat Diaminobenzinide (DAB) akan memberikan warna coklat terhadap antigen yang berikatan dengan antibodi primer yang dilabeli antibodi sekunder.

Menurut Martoprawiro (1986) pada uterus selama stadium sekretoris, endometrium menjadi bertambah tebal, karena sebagian besar bertambah aktivitas sekretoris kelenjar dan karena cairan edema dalam stroma. Sel-sel kelenjar mengalami hipertrofi oleh karna berkumpulnya sejumlah besar hasil sekresi. Protein c-myc banyak terdapat pada sel-sel yang sedang berkembang.

Menurut Bahram (2000) Protein c-myc merupakan salah satu Protoonkogen yang menyandikan faktor transkripsi yang memainkan peran penting dalam regulasi siklus sel, diferendiasi, dan apoptosis. C-myc juga memiliki peran penting dalam perkembangan sel tumor. Mutasi pada penyandian daerah penyandian c-myc sering ditemukan pada limfoma manusia. Namun belum dapat dijelaskan bagaimana mutasi mempengaruhi akttivitas c-myc.

Menurut Martoprawiro (1986) pada ovarium sel-sel folikel membelah secara mitosis menjadi lapisan sel-sel kuboid agak bulat , ini disebut sel-sel granulosa, yang mengelilingi oosit primer. Pada ovarium yang sedang berkembang protein c-myc berperan namun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan uterus.


(16)

Hasil skoring (Lampiran 2) ekspresi protein c-myc pada jaringan uterus dan ovarium dapat dilihat pada Gambar 4.4

Gambar 4.4 Grafik skoring ekspresi protein c-myc pada jaringan uterus dan ovarium.

Ekspresi protein c-myc pada kedua jaringan berbeda nyata yaitu ekspresi protein c-myc di jaringan uterus lebih tinggi dengan skor 2,5 (ekspresi sedang) daripada di jaringan ovarium dengan skor 1,75 (ekspresi rendah). Hasil yang diperoleh sesuai dengan dugaan awal penelitian yakni ekspresi protein c-myc di jaringan uterus lebih tinggi daripada di jaringan ovarium.

Protein c-myc yang berada pada kedua jaringan tersebut adalah protoonkogen yang normal, namun dilihat dari peran protein c-myc pada proliferasi sel yang sangat banyak, maka diduga jumlah ekspresi protein c-myc pada jaringan mempengaruhi kerentanan terhadap penyakit kanker, penyakit kanker yang disebabkan oleh mutasi protein c-myc, maka disimpulkan bahwa semakin tinggi ekspresi protein c-myc pada jaringan semakin rentan terhadap penyakit kanker. Hasil penelitian ini menunjukkan ekspresi protein c-myc pada jaringan uterus lebih tinggi dibandingkan dengan ekspresi protein c-myc pada jaringan ovarium yang artinya jaringan uterus lebih rentan terhap penyakit kanker dibandingkan dengan jaringan ovarium yang dikuatkan dengan teori Davies yang mengatakan umur evolusi mempengaruhi kerentanan terhadap penyakit kanker, semakin muda umur evolusi jaringan semakin rentan terhadap penyakit kanker

2,5 1,75 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 Uterus Ovarium S k o r E k sp res i P ro tei n c -M yc Jaringan Aturan skor

1 = sel positif sd 10% (rendah) 2 = sel positif 11-25% (sedang) 3 = sel positif 26-50% (tinggi) 4 = sel positif >50% (sangat tinggi)

n=12 n=12


(17)

dan uterus memiliki umur evolusi lebih muda dibandingkan dengan umur evolusi jaringan ovarium.

Protein c-myc selalu berperan pada jaringan yang berkembang dan aktivitas tinggi, kedua jaringan ini merupakan jaringan yang selalu berkembang dan terjadi perubahan-perubahan jika melewati suatu masa-masa tertentu, seperti saat stadium sekretoris pada jaringan uterus dan pertumbuhan oosit pada ovarium.

Menurut Sloane (2003), pada jaringan uterus jumlah reseptor estrogen lebih tinggi dibandingkan pada jaringan ovarium, sehingga mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada kehamilan (membesar pada usia reproduksi) dan biasanya berkurang sesudah menopause. Hormon estrogen berperan penting untuk protein c-myc yaitu untuk aktifasi jalur transkripsi protein c-myc.

Menurut Partodihardjo (1980), uterus mempunyai fungsi penting dalam proses reproduksi. Dari sejak hewan betina muda sampai hamil dan melahirkan, uterus mengalami berbagai perubahan. Perubahan-perubahan tersebut erat hubungannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada embrio dan ovarium. Pada hewan ovarium terdapat sepasang, tempatnya dekat ginjal dimana gonad berasal. Besarnya ovarium tergantung kepada umur dan masa reproduksi hewan betina. Pertumbuhan ovarium dan pergembangan histologi ovarium selama peralihan masa reproduksi diatur oleh hormone-hormon yang berasal dari kelenjar hormon yaitu kelenjar hipofisa yang terdapat di dasar otak dalam kepala.


(18)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa:

a. Protein c-myc diekspresikan di lamina propia (stroma) antar kelenjar jaringan uterus mencit (Mus musculus L.), sedangkan pada jaringan ovarium mencit (Mus musculus L.) protein c-myc diekspresikan di sel teka, sel granulosa, dan di oosit.

b. Tingkat ekspresi protein c-myc pada jaringan uterus mencit (Mus musculus L.) lebih tinggi dengan skor 2,5 dengan ekspresi sedang sedangkan tingkat ekspresi protein c-myc pada jaringan ovarium mencit (Mus musculus L.) lebih rendah yaitu 1,75 dengan ekspresi rendah.

5.2. Saran

a. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai deteksi keberadaan protein c-Myc di jaringan-jaringan lainnya dengan memberi perlakuan. b. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai deteksi keberadaan

protein c-Myc pada jaringan uterus dan ovarium mencit (Mus musculus L.) dengan metode yang lain.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Kanker

Kanker merupakan penyakit pembunuh kedua yang banyak memberi kontribusi 13 % kematian dari 22 % kematian yang dikarenakan penyakit yang tidak menular utama di dunia. Penyakit kanker hampir 70 % ditemukan dalam kondisi stadium yang lebih lanjut (Shibuya et al., 2000).

Pertumbuhan sel-sel kanker tidak terkoordinasi dengan jaringan lain sehingga berbahaya bagi tubuh. Konteks lain menyebutkan kanker merupakan tumor ganas yang mengalami pertumbuhan abnormal yang tidak diketahui secara pasti penyebabnya. Dalam kondisi normal, sel hanya akan biak dengan cara membelah diri jika ada yang mati atau rusak. Sel kanker akan terus mengalami perkembangbiakan meskipun tidak dibutuhkan oleh tubuh. Sel kanker merusak jaringan sel lain yang normal dan menyebar ke organ tubuh lain melalui jaringan ikat, darah, saraf, dan jaringan penunjang organ tubuh. Bagian organ tubuh yang terserang sel kanker akan terhambat pertumbuhannya (Supriyanto, 2010).

Dalam patologi manusia beberapa jenis tumor dapat terjadi. Terdapat bermacam-macam klasifikasi tumor. Klasifikasi yang terpenting ialah apakah satu tumor berbayaha atau tidak bagi seseorang. Bila tumor tersebut berbahaya, maka disebut tumor ganas (maligna). Dalam klasifikasi ini, golongan tumor lain yang pada prinsipnya tidak berbahaya untuk tubuh manusia, disebut tumor jinak (benigna). Perlu diingat bahwa terdapat tumor ganas dari semua derajat kegananasan, beberapa diantaranya bahkan relative jinak (Sibuea et al., 1992).

Sesungguhnya, seseorang bisa terserang kanker disebabkan banyak faktor. Diantaranya ialah faktor gen, makanan dan minuman tertentu, dan lain sebagainya. Adapun tanda-tanda kanker yang bersifat secara umum adalah: berkurangnya berat badan tanpa diketahui penyebabnya, demam yang lebih sering terlihat dalam tahap-tahap lanjut, rasa lelah yang berlebihan, rasa nyeri yang muncul di tempat-tempat tertentu (yang merupakan ssstem tahap lanjut penyakit kanker), perubahan warna kulit, sehingga kulit menguning, memerah, gatal-gatal, atau pertumbuhan rambut berlebihan. Selain tanda-tanda kanker yang bersifat


(20)

umum, perlu juga mewaspadai tanda-tanda kanker yang yang bersifat khusus. Diantaranya adalah sebagai berikut: adanya borok yang tak kunjung sembuh, sebuah benjolan di payudara atau pada bagian tubuh lain, pendarahan yang tidak seperti biasanya, perubahan dalam kebiasaan buang air besar dan kecil, kesulitan mencerna makanan, batuk atau suara parau yang tidak kunjung hilang, masalah-masalah pendengaran (Supriyanto, 2010).

2.2 Anatomi Uterus

Uterus adalah organ tunggal muskular dan berongga. Oosit yang telah dibuahi akan tertanam dalam lapisan endometrium uterus dipenuhi kebutuhan nutrisinya untuk tumbuh dan berkembang sampai lahir. Uterus berbentu buah pir terbalik dan dalam keadaan tidak hamil memiliki panjang 7 cm, lebar 5 cm, dan diameter 2,3 cm. Organ ini terletak dalam rongga pelvis di antara rektum dan kandung kemih. Umumnya, uterus terfleksi ke depan (terantefleksi) dan teranteversi sehingga letaknya hamper horizontal di atas kandung kemih. Pada beberapa perempuan, uterus secara normal dapat teretrofleksi dan teretroversi sehingga menindih rectum (Sloane, 2003).

Fungsi uterus untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan, ovum yang telah keluar dari ovarium dihantarkan melalui tuba uterina ke uterus, sedangkan ovarium sering juga disebut indung telur dan berfungsi untuk memproduksi ovum, memproduksi hormon estrogen, dan juga memproduksi hormon progesteron (Syaiffuddin, 2006).

Dinding uterus terdiri dari bagian terluar serosa (perimetrium); bagian tengah meometrium. Endometrium menjalani perubahan siklus selama menstruasi dan membentuk lokasi implantasi untuk ovum yang dibuahi. Uterus pada dasarnya ditopang oleh lipatan peritoneal, ligamen besar yang melekatkan uterus pada dinding pelvis (Sloane, 2003).

2.3 Anatomi Ovarium

Ovarium berbentuk seperti kacang kenari, dan berukuran panjang 3 sampai 5 cm, lebar 2 sampai 3 cm, dan tebal 1 cm. keberadaan ovarium terletak pada dinding samping rongga pelvis posterior dalam fosa ovarian, dan ditahan dalam posisi


(21)

tersebut oleh mesentrium pelvis (lipatan peritoneum antara peritoneum visceral dan peritoneum parietal). Hanya ovarium organ yang terdapat dalam rongga pelvis yang retroperitoneal (terdapat di belakang peritoneum). Permukaan ovarium terlapisi oleh epitellium germinal. Nama lain dari jaringan ikat ovarium adalah stroma yang tersusun dari korteks pada bagian luar dan medula pada bagian dalam (Sloane, 2003).

Permukaan ovarium diliputi oleh epitel permukaan, modifikasi mesotel dari peritoneum viseralis. Pada wanita muda, epitelnya adalah kuboid, kemudian menggepeng pada akhir hidup. Di bawah epitel ada tunika albuginea suatu daerah tipis jaringan ikat kolagen (stroma termodifikasi). Koterks menempati daerah terbesar dari ovarium. Stromanya terdiri dari jaringan ikat tipe primitif, dengan banyak fibroblast. Banyak folikel dalam berbagai tahap perkembangan dibenan dalam stroma korteks, yang paling banyak adalah folikel primer, terdapat dalam daerah perifer korteks di bawah tunika albuginea dengan struktur paling sederhana dan terkecil. Folikel-folikel yang besar mungkin folikel dewasa atau matang (Martoprawiro, 1986).

2.4 Faktor Resiko Kanker Uterus dan Ovarium

Pada tumor jinak, jaringan asal dapat dikenal lebih mudah. Tumor jinak disebut menurut asal jaringannya. Apabila tumor berasal dari alat kelenjar disebut adenoma, bila berasal dari otot, misalnya uterus disebut leiomioma atau sering disebut mioma (Sibuea et al., 1992).

Penyebab utama timbulnya mioma pada rahim dan sekitarnya belum diketahui hingga saat ini. Namun demikian, mioma banyak ditemukan pada wanita berumur lebih dari 50 tahun atau pascamenopause. Wanita pengguna preparat estrogen juga sangat rentan terhadap serangan mioma. Meskipun tidak bersifat ganas sebagaimana kanker, mioma tetap diwaspadai karna dapat mengganggu kehamilan, seperti keguguran dan kelainan letak janin. Untuk itu, bagi wanita yang telah memasuki masa menopause dan pengguna hormon harus mewaspadai kemungkinan timbulnya mioma pada rahim. Faktor genetik (keturunan) dan terlalu banyak mengonsumsi makanan yang diawetkan juga bisa menjadi pemicu timbulnya mioma (Supriyanto, 2010).


(22)

Kanker ovarium adalah penyakit yang tergolong karsinoma peritoneum primer, kanker tuba fallopi, tumor germinative, tumor epitel jinak (adenoma), tumor rendah ganas (tumor borderline), atau tumor epitel ganas (adenokarsinoma), dan yang paling banyak adalah tumor oarium epitel yang jinak, tidak menyebar, dan tidak serius, kanker yang sering dijumpai di kalangan perempuan adalah kanker epitel ovarium, termasuk juga kanker kulit nonmelanoma (Zuraidah, 2005).

2.5 Mekanisme Molekuler Terbentuk Sel Kanker

Dalam keadaan normal pada orang dewasa sebagian besar (±90%) sel tubuh yang jumlahnya 50-100 triliun (5-10x1013) dengan ±200 jenis sel berada dalam fase 0

dan hanya 10% tumbuh untuk mengganti sel yang mati atau rusak. Untuk tumbuh sel itu mengadakan mitosis (pembelahan sel = pembiakan sel) (Sukardja, 2000).

Secara fisiologis, sistem pertumbuhan sel dalam individu juga diatur oleh suatu sistem keseimbangan, yaitu apoptosis dan proliferasi. Apabila pada individu terjadi apoptosis yang berlebihan, maka individu tersebut akan mengalami kemunduran fungsi dari suatu sistem organ yang dapat menimbulkan suatu penyakit. Demikian juga halnya bila terjadi proliferasi sel secara berlebihan, maka akan terjadi massa tumor (malignancy) (Sudiana, 2008).

Sel tumor adalah sel tubuh kita sendiri yang mengalami perubahan (transformasi) sehingga bentuk, sifat dan kinetikanya berubah, sehingga tumbuhnya menjadi autonom, liar, tidak terkendali dan terlepas dari koordinasi pertumbuhan normal. Akibatnya timbul tumor yang terpisah dari jaringan tubuh normal (Sukardja, 2000).

Berbagai protein abnormal muncul karena sel yang bersangkutan mengalami mutasi/kecacatan gen, khususnya gen-gen yang mengkode protein, yang sangat berperan pada pengaturan siklus pembelahan sel. Contohnya antara lain beberapa gen yang termasuk kelompok protooncogene atau kelompok tumor suppressorgene. Saat ini telah ditemukan beberapa gen yang dikelompokkan sebagai protooncogene mengalami mutasi, maka gen tersebut dikenal sebagai onkogen, di mana protein yang dikode oleh gen tersebut akan bersifat overaktif (Sudiana, 2008).


(23)

Pada manusia selama hidup diperkirakan rata-rata sel tubuh mengalami sebanyak 106 mitose, dengan masing-masing gen mempunyai kemungkinan 10−6

mengalami mutasi spontan dan menyalin (translate) 1010 mutasi. Jika tiap mutasi

dapat merubah sel normal menjadi kanker, maka kita tidak mungkin dapat berfungsi sebagai makhluk hidup. Penelitian epidemiologi menunjukkan kemungkinan perubahan menjadi kanker tidaklah konstan, tetapi bertambah dengan bertambahnya umur. Penelitian komparatif dari berbagai tumor menujukkan bahwa aktivasi gen myc dapat merubah sel itu menjadi immortal (tidak dapat mati), dan aktivasi gen ras atau famili ras dapat menjadikan transformasi sel. Pada manusia gen yang sering mengalami mutasi ialah gen c-myc, K-ras, hst-l dan neu (Sukardja, 2000).

2.6 Protein C-myc

Protein c-myc merupakan salah satu gen pengkode protein-protein inti dan salah satu fungsinya yaitu memproduksi faktor transkripsi untuk sintesis DNA dan mitosis, protein-protein inti seperti PKC (Protein Kinase C), p34 (protein dengan berat molekul 34 kD) mengatur transkripsi dan translasi kode genetik dengan serine-threonine specific protein kinase yang larut dalam plasma. Protein inti penting dalam siklus pertumbuhan sel antara G2 dan M. Apabila terjadi mutasi pada gen c-myc akan menimbulkan kenaikan ekspresi gen dan dapat pula menimbulkan siklus pertumbuhan yang peristen yang menyebabkan terjadinya kanker (Sukardja, 2000).

Protein c-myc (protoonkogen) adalah protein yang disandi oleh gen c-myc, yang berfungsi sebagai protein inti sel untuk transkripsi dan replikasi sel dalam siklus sel, sehingga dikelompokkan dalam gen-gen pemicu tumor (Putsztai et al,1996).

Protein c-myc berperan penting dalam proliferasi sel, diferensiasi, dan siklus sel. Protein c-myc merupakan salah satu gen yang sering mengalami mutasi sehingga menyebabkan pertumbuhan tidak normal yang tumbuh secara terus menerus yang kita kenal dengan kanker (Chen He et al., 2008).

Gen c-myc merupakan onkogenik pusat untuk onkogen dan penekan tumor APC. Protein penekan tumor APC memediasi degradasi dari b-Catenin.


(24)

Onkoprotein Wnt yang ditampilkan mengaktifkan reseptor, yang menghasilkan stabilisasi bebas dari b-Catenin. b-Catenin yang menopang mengaktifkan mutasi pada kanker manusia dan merupakan kofaktor untuk faktor transkripsi Tcf. Tcf mengaktivasi ekspresi c-myc melalui situs DNA yang mengikat tertentu (Dang, 1999)

2.7 Imunohistokimia

Imunohistokimia adalah suatu proses yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan (lokasi) antigen (protein target) pada sel-sel jaringan yang melibatkan reaksi antigen-antibodi. Imunohistokimia ini diawali dengan proses histoteknik, yaitu tahapan dalam pembuatan preparat irisan jaringan (histologi) yang akan diamati di bawah mikroskop. Preparat irisan jaringan tersebut yang akan memasuki tahapan imunohistokimia (Fatchiyah et al., 2011).

Imunohistokimia merupakan teknik untuk mendeteksi adanya antigen pada jaringan dengan menggunakan antibodi yang terikat enzim sehingga presipitat terwarnai dan lokasi antigen dapat dilihat di bawah mikroskop. Pola dari imunohistokimia sangat memungkinkan identifikasi asal jaringan yang lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan hematoksilin-eosin saja (Sofian dan Kampono, 2006).

Tiap tumor dapat didiagnosis dengan melihat kandungan protein atau antigen tertentu yang terdapat di dalamnya. Prinsip imunohistokimia adalah antibodi akan berikatan secara spesifik dengan antigen. Antibodi akan “mencari“ lokasi antigen, dan berikatan dengan antigen. Tempat antigen dapat ditentukan bila kita dapat mengetahui dimana ikatan antibodi-antigen (Hastuti, 2011).

Interaksi antara antigen dan antibodi adalah reaksi yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Oleh karena itu, diperlukan visualisasi adanya ikatan tersebut dengan melabel antibodi yang digunakan dengan enzim atau fluorokrom. Enzim (yang digunakan untuk melabel) akan direaksikan dengan substrat kromogen (yaitu substrat yang menghasilkan produk akhir berwarna dan tidak larut) yang dapat diamati dengan mikroskop bidang terang (bright field microscope) (Fatchiyah et al., 2011).


(25)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekarang ini jumlah penderita kanker di seluruh dunia semakin meningkat, di Indonesia masalah penyakit kanker hampir 70% ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Kanker merupakan penyakit dengan penyebab multifaktor yang terbentuk dalam jangka waktu yang lama dan mengalami kemajuan melalui stadium yang berbeda-beda (Oemiati et al, 2011). Salah satu faktor terjadinya kanker adalah terjadinya mutasi pada salah satu protein yang terlibat pada proses proliferasi sel yaitu protein c-myc.

Protein c-myc berfungsi sebagai master regulator dari metabolisme sel dan proliferasi. Dalam keadaan normal c-myc tergantung pada stimulasi mitogenik untuk ekspresi dan fungsinya. C-myc adalah faktor transkripsi multifungsi yang mendorong beberapa fungsi sintetis yang diperlukan untuk pembelahan sel (Miller et al, 2012)

Protoonkogen c-myc ditemukan lebih dari seperempat abad yang lalu sebagai homolog selular dari onkogen yang memiliki fungsi penting dalam diferensiasi, sintesis protein, dan apoptosis. Ekspresi protein c-myc adalah deregulasi pada kanker manusia dengan sejumlah mekanisme yang berbeda termasuk translokasi kromosom, amplifikasi dan pertumbuhan yang berlebihan (Hoffman dan Libermann, 2008)

Dalam keadaan normal ekspresi protein c-myc diatur oleh sinyal mitogenik c-myc mRNA yang sangat singkat dengan tidak adanya sinyal regulasi positif. Penurunan transkripsi c-myc pada tingkat protein akan rendah, namun dalam hal sel- sel tumor fungsi c-myc hampir selalu meningkat, kadang-kadang dengan mutasi pada gen itu sendiri (Miller et al, 2012).

Protein c-myc merupakan salah satu gen yang paling sering berkaitan dengan kanker, hal ini telah dibuktikan dari publikasi-publikasi para peneliti yang telah melakukan riset mengenai protein c-myc, maka perlu dilakukan penelitian


(26)

untuk mendeteksi protein c-myc pada jaringan-jaringan tertentu yang dikaitkan berdasarkan teori Davies (2004), yaitu bahwa adanya hubungan antara prevalensi kanker pada jaringan dengan umur evolusi jaringan-jaringan pada tubuh, yaitu semakin muda umur evolusi jaringan maka semakin rentan terkena penyakit kanker demikian sebaliknya.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat keberadaan protein c-myc pada jaringan uterus dan ovarium, teori Davis mengatakan bahwa umur evolusi dari kedua jaringan ini berbanding terbalik yaitu jaringan ovarium memiliki umur evolusi yang lebih tua dibandingkan dengan umur evolusi jaringan uterus. sehingga perlu dilakukan penelitian yaitu deteksi protein c-myc pada jaringan uterus dan jaringan ovarium. Jaringan ovarium akan dijadikan sebagai kontrol dan akan dibandingkan ekspresi protein c-myc pada masing-masing jaringan, metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pembuatan preparat jaringan dengan pewarnaan hematoksilin meyer yang diakhiri dengan metode imunohistokimia yaitu menggunakan kit imunohistokimia.

1.2Perumusan Masalah

Bagaimana perbedaan tingkat ekspresi protein c-myc pada jaringan uterus dan ovarium mencit (Mus musculus L.) berdasarkan umur evolusi kedua organ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

a. Untuk mengetahui ekspresi protein c-myc pada jaringan uterus dan ovarium mencit (Mus musculus L.).

b. Untuk mengetahui perbedaan tingkat ekspresi protein c-myc pada jaringan uterus dan ovarium mencit (Mus musculus L.).

1.4 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah

a. Protein c-myc diekspresikan oleh sel-sel tertentu di jaringan uterus dan ovarium mencit (Mus musculus L.)


(27)

b. Ekspresi protein c-myc lebih tinggi di jaringan uterus dibandingkan di jaringan ovarium mencit (Mus musculus L.).

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya tentang ekspresi protein c-myc pada jaringan uterus dan ovarium pada mencit (Mus musculus L.).


(28)

iv

DETEKSI PROTEIN C-MYC PADA JARINGAN UTERUS MENCIT (Mus musculus L.) DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA

ABSTRAK

Kanker adalah penyakit disebabkan banyak faktor, salah satunya mutasi protein siklus sel yaitu protein c-myc. Protein c-myc merupakan master regulator dari metabolisme sel dan proliferasi. Protein c-myc sering dikaitkan dengan kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi protein c-myc pada jaringan. Jaringan dipilih berdasarkan dengan teori davies yaitu umur evolusi jaringan yang lebih muda lebih rentan terhadap penyakit kanker demikian sebaliknya, maka dipilih jaringan uterus mencit (Mus musculus L.) yang umur evolusinya lebih muda dibandingan dengan jaringan ovarium mencit (Mus musculus L.). Metode yang digunakan adalah metode imunohistokimia yaitu adanya ikatan antigen antibodi yang direaksikan dengan kit imunohistokimia untuk menimbulkan warna coklat pada jaringan yang terekspresi protein c-myc. Hasil menunjukkan bahwa pada jaringan uterus protein c-myc diekspresikan di lamina propia (stroma) antar kelenjar dan tingkat ekspresinya lebih tinggi dengan skor 2.5 merupakan ekspresi sedang, sedangkan pada ovarium protein c-myc diekspresikan di sel teka, sel granulosa dan oosit dengan tingkat ekspresi 1.75 yang merupakan ekspresi rendah.


(29)

v

DETEKSI PROTEIN C-MYC PADA JARINGAN UTERUS MENCIT (Mus musculus L.) DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA

ABSTRACT

Cancer is a kind of disease caused by many factors, one of them is cell cycle protein mutation namely c-myc protein. C-myc protein is the master regulator of cell metabolism and proliferation. The c-myc protein is generally linked with cancer. This research aims to detect the c-myc protein on the tissue. the tissues are selected based on davies’ theory, namely the lifespan of younger tissue are more susceptible to cancer and vice versa, that’s why uterine tissue of mice (Mus musculus L) are chosen in which its evolution lifespan is more easily compared than ovarium tissue of mice (Mus musculus L.) The method applied is immunohistochemistry namely the antibody antigen binding reacted with immunohistochemistry kit to cause the brown color on the tissue expressed c-myc protein. The obtained result showed that c-myc protein in the uterine tissue is expressed in lamina propria (stroma) between the gland and the level of expression is higher with a score of 2.5 is a medium expression, whereas on the ovary, c-myc protein is expressed in theca cells, granulosa cells and oocytes with expression levels 1.75 which is low expression.


(30)

1

DETEKSI PROTEIN C-MYC PADA JARINGAN UTERUS

MENCIT (Mus musculus L.) DENGAN METODE

IMUNOHISTOKIMIA

SKRIPSI

RISKI OKTAVIANTI SIMANJUNTAK

110805006

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(31)

2

DETEKSI PROTEIN C-MYC PADA JARINGAN UTERUS

MENCIT (Mus musculus L.) DENGAN METODE

IMUNOHISTOKIMIA

SKRIPSI

Penelitian ini diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

RISKI OKTAVIANTI SIMANJUNTAK

110805006

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(32)

i

PERSETUJUAN

Judul : Deteksi Protein C-myc Pada Jaringan Uterus Mencit (Mus musculus L.) Dengan Metode

Imunohistokimia Kategori : Skripsi

Nama : Riski Oktavianti Simanjuntak Nomor Induk Mahasiswa : 110805006

Program Studi : Sarjana (S1) Biologi Departemen : Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Februari 2016

Komisi Pembimbing:

Pembimbing II Pembimbing I

Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M. Biomed Dr. Salomo Hutahaean, M.Si NIP.196602091992031003 NIP. 196510111995011001

Disetujui Oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc NIP. 19630123 199003 2 001


(33)

ii

PERNYATAAN

DETEKSI PROTEIN C-MYC PADA JARINGAN UTERUS MENCIT (Mus musculus L.) DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Februari 2016

RISKI OKTAVIANTI SIMANJUNTAK 110805006


(34)

iii

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Deteksi Protein C-myc Pada Jaringan Uterus Mencit (Mus musculus L.) Dengan Metode Imunohistokimia” dibuat sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana sains pada departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.Salomo Hutahaean M.Si selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Prof.Dr.Syafruddin Ilyas M.Biomed selaku dosen pembimbing 2 atas segala bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga kepada Ibu Masitta Tanjung S.Si, M.Si selaku dosen penguji 1 dan Ibu Dr. Saleha Hannum M.Si selaku dosen penguji 2 atas segala masukan dan arahan yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dr.Nursahara Pasaribu M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi FMIPA USU. Ibu Dr.Saleha Hannum M.Si selaku selaku sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU dan Ibu Dr.Nursahara Pasaribu M.Sc selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan arahan dan motivasi mulai dari awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Bang Erwin dan Kak Ros selaku staf pegawai di Departemen Biologi. Kepada Laboratorium Genetika dan Laboratorium Struktur Hewan FMIPA USU yang telah membantu dalam proses penelitian hingga selesai.

Terimakasih juga penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada keluarga besar khususnya Ayah dan Ibu tercinta Ramlan Simanjuntak dan Rusmina Hutagalung atas segala doa, dukungan, semangat, materi, serta kasih sayang yang selalu ada untuk penulis. Terimakasih kepada abang, kakak dan adik terkasih yang selalu memberikan motivasi, arahan, kasih sayang dan semangat kepada penulis. Terimakasih juga kepada Febby Dina, Titis Juniati, Dedeck Silalahi, Romida Feronika dan Ahmad Zais sebagai sahabat yang telah memberikan waktu untuk bertukar pikiran dan berdiskusi selama penelitian berlangsung serta teman seperjuangan stambuk 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih mempunyai kekurangan disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, walaupun penulis sudah berusaha untuk yang terbaik. Oleh sebab itu dengan kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan ini.

Medan, Februari 2016


(35)

iv

DETEKSI PROTEIN C-MYC PADA JARINGAN UTERUS MENCIT (Mus musculus L.) DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA

ABSTRAK

Kanker adalah penyakit disebabkan banyak faktor, salah satunya mutasi protein siklus sel yaitu protein c-myc. Protein c-myc merupakan master regulator dari metabolisme sel dan proliferasi. Protein c-myc sering dikaitkan dengan kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi protein c-myc pada jaringan. Jaringan dipilih berdasarkan dengan teori davies yaitu umur evolusi jaringan yang lebih muda lebih rentan terhadap penyakit kanker demikian sebaliknya, maka dipilih jaringan uterus mencit (Mus musculus L.) yang umur evolusinya lebih muda dibandingan dengan jaringan ovarium mencit (Mus musculus L.). Metode yang digunakan adalah metode imunohistokimia yaitu adanya ikatan antigen antibodi yang direaksikan dengan kit imunohistokimia untuk menimbulkan warna coklat pada jaringan yang terekspresi protein c-myc. Hasil menunjukkan bahwa pada jaringan uterus protein c-myc diekspresikan di lamina propia (stroma) antar kelenjar dan tingkat ekspresinya lebih tinggi dengan skor 2.5 merupakan ekspresi sedang, sedangkan pada ovarium protein c-myc diekspresikan di sel teka, sel granulosa dan oosit dengan tingkat ekspresi 1.75 yang merupakan ekspresi rendah.


(36)

v

DETEKSI PROTEIN C-MYC PADA JARINGAN UTERUS MENCIT (Mus musculus L.) DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA

ABSTRACT

Cancer is a kind of disease caused by many factors, one of them is cell cycle protein mutation namely c-myc protein. C-myc protein is the master regulator of cell metabolism and proliferation. The c-myc protein is generally linked with cancer. This research aims to detect the c-myc protein on the tissue. the tissues are selected based on davies’ theory, namely the lifespan of younger tissue are more susceptible to cancer and vice versa, that’s why uterine tissue of mice (Mus musculus L) are chosen in which its evolution lifespan is more easily compared than ovarium tissue of mice (Mus musculus L.) The method applied is immunohistochemistry namely the antibody antigen binding reacted with immunohistochemistry kit to cause the brown color on the tissue expressed c-myc protein. The obtained result showed that c-myc protein in the uterine tissue is expressed in lamina propria (stroma) between the gland and the level of expression is higher with a score of 2.5 is a medium expression, whereas on the ovary, c-myc protein is expressed in theca cells, granulosa cells and oocytes with expression levels 1.75 which is low expression.


(37)

vi DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2

1.3. Tujuan Penelitian 2

1.4. Hipotesis 2

1.5. Manfaat Penelitian 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Penyakit Kanker 4

2.2. Anatomi Uterus 5

2.3. Anatomi Ovarium 5

2.4. Faktor Resiko Kanker Uterus dan Ovarium 6 2.5. Mekanisme Molekuler Terbentuk Sel Kanker 7

2.6. Protein C-myc 8

2.7. Imunohistokimia 9

BAB 3. BAHAN DAN METODE 10

3.1.Waktu dan Tempat 10

3.2. Alat dan Bahan 10

3.3. Prosedur Penelitian 10

3.3.1. Pemeliharaan Hewan Uji 10 3.3.2. Pembuatan Preparat Jaringan 11 3.3.3. Pewarnaan Jaringan Dengan Hematoksilin-Eosin 11 3.3.4. Metode Imunohistokimia 12

3.3.5. Skoring 13


(38)

vii

4.1. Mikroanatomi Uterus Mencit (Mus musculus L.) Dengan Pewarnaan

Hematoksilin-Eosin

4.2. Mikroanatomi Ovarium Mencit (Mus musculus L.) Dengan Pewarnaan Hematoksilin-Eosin

4.3. Ekspresi Protein C-myc Pada Jaringan Uterus dan Ovarium Mencit (Mus musculus L.) Dengan Metode Imunohistokimia

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

14

15

17 21 21 21

DAFTAR PUSTAKA 22


(39)

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

4.1. Mikroanatomi Uterus Mencit (Mus musculus L.) 14 4.2. Mikroanatomi Ovarium Mencit (Mus musculus L.) 15 4.3. Ekspresi Protein c-myc di Jaringan Uterus dan Ovarium 17 4.4. Grafik Skoring Ekspresi Protein c-myc Pada Jaringan

Uterus dan Ovarium


(40)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Judul Halaman

1. Foto Alat dan Kerja 24


(1)

iv

DETEKSI PROTEIN C-MYC PADA JARINGAN UTERUS MENCIT (Mus musculus L.) DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA

ABSTRAK

Kanker adalah penyakit disebabkan banyak faktor, salah satunya mutasi protein siklus sel yaitu protein c-myc. Protein c-myc merupakan master regulator dari metabolisme sel dan proliferasi. Protein c-myc sering dikaitkan dengan kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi protein c-myc pada jaringan. Jaringan dipilih berdasarkan dengan teori davies yaitu umur evolusi jaringan yang lebih muda lebih rentan terhadap penyakit kanker demikian sebaliknya, maka dipilih jaringan uterus mencit (Mus musculus L.) yang umur evolusinya lebih muda dibandingan dengan jaringan ovarium mencit (Mus musculus L.). Metode yang digunakan adalah metode imunohistokimia yaitu adanya ikatan antigen antibodi yang direaksikan dengan kit imunohistokimia untuk menimbulkan warna coklat pada jaringan yang terekspresi protein c-myc. Hasil menunjukkan bahwa pada jaringan uterus protein c-myc diekspresikan di lamina propia (stroma) antar kelenjar dan tingkat ekspresinya lebih tinggi dengan skor 2.5 merupakan ekspresi sedang, sedangkan pada ovarium protein c-myc diekspresikan di sel teka, sel granulosa dan oosit dengan tingkat ekspresi 1.75 yang merupakan ekspresi rendah.


(2)

DETEKSI PROTEIN C-MYC PADA JARINGAN UTERUS MENCIT (Mus musculus L.) DENGAN METODE IMUNOHISTOKIMIA

ABSTRACT

Cancer is a kind of disease caused by many factors, one of them is cell cycle protein mutation namely c-myc protein. C-myc protein is the master regulator of cell metabolism and proliferation. The c-myc protein is generally linked with cancer. This research aims to detect the c-myc protein on the tissue. the tissues are selected based on davies’ theory, namely the lifespan of younger tissue are more susceptible to cancer and vice versa, that’s why uterine tissue of mice (Mus musculus L) are chosen in which its evolution lifespan is more easily compared than ovarium tissue of mice (Mus musculus L.) The method applied is immunohistochemistry namely the antibody antigen binding reacted with immunohistochemistry kit to cause the brown color on the tissue expressed c-myc protein. The obtained result showed that c-myc protein in the uterine tissue is expressed in lamina propria (stroma) between the gland and the level of expression is higher with a score of 2.5 is a medium expression, whereas on the ovary, c-myc protein is expressed in theca cells, granulosa cells and oocytes with expression levels 1.75 which is low expression.


(3)

vi DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2

1.3. Tujuan Penelitian 2

1.4. Hipotesis 2

1.5. Manfaat Penelitian 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1. Penyakit Kanker 4

2.2. Anatomi Uterus 5

2.3. Anatomi Ovarium 5

2.4. Faktor Resiko Kanker Uterus dan Ovarium 6 2.5. Mekanisme Molekuler Terbentuk Sel Kanker 7

2.6. Protein C-myc 8

2.7. Imunohistokimia 9

BAB 3. BAHAN DAN METODE 10

3.1.Waktu dan Tempat 10

3.2. Alat dan Bahan 10

3.3. Prosedur Penelitian 10

3.3.1. Pemeliharaan Hewan Uji 10

3.3.2. Pembuatan Preparat Jaringan 11 3.3.3. Pewarnaan Jaringan Dengan Hematoksilin-Eosin 11

3.3.4. Metode Imunohistokimia 12

3.3.5. Skoring 13


(4)

4.1. Mikroanatomi Uterus Mencit (Mus musculus L.) Dengan Pewarnaan Hematoksilin-Eosin

4.2. Mikroanatomi Ovarium Mencit (Mus musculus L.) Dengan Pewarnaan Hematoksilin-Eosin

4.3. Ekspresi Protein C-myc Pada Jaringan Uterus dan Ovarium Mencit (Mus musculus L.) Dengan Metode Imunohistokimia

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

5.2. Saran

14 15 17 21 21 21

DAFTAR PUSTAKA 22


(5)

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Judul Halaman

4.1. Mikroanatomi Uterus Mencit (Mus musculus L.) 14 4.2. Mikroanatomi Ovarium Mencit (Mus musculus L.) 15 4.3. Ekspresi Protein c-myc di Jaringan Uterus dan Ovarium 17 4.4. Grafik Skoring Ekspresi Protein c-myc Pada Jaringan

Uterus dan Ovarium


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

Judul Halaman

1. Foto Alat dan Kerja 24