Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua dengan Kepercayaan Diri pada Siswa Kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga Tahun 2012/2013 T1 132008032 BAB I

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam psikologi perkembangan, Gunarsa (1995) menyatakan bahwa dasar kepribadian seseorang dibentuk mulai masa kanak-kanak. Proses perkembangan yang terjadi dalam diri seseorang anak ditambah dengan apa yang ia alami dan diterimakanak-kanaknya, juga perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu bertumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa. Dalam proses menjadi dewasa, orangtua mengharapkan anak menjadi orang yang mandiri, sukses dan dapat memperoleh apa yang dicita-citakan, disini orangtua perlu memberikan pendidikan dan pola asuh yang tepat bagi anak.

Pola asuh menurut Meichati (dalam Fenty 2011) adalah perlakuan orangtua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberikan perlindungan dan pendidikan anak dalam kehidupan sehari-hari. Hurlock (1969) berpendapat bahwa pola asuh yang digunakan orangtua sebagai metode pendidikan anak sebagaian bergantung pada cara mereka dibesarkan dan sebagaian lagi pada apa yang didapat dari pengalaman pribadi atau pengalaman bersama teman mereka. Jadi Pola asuh merupakan satu pengaruh yang paling besar dalam kehidupan anak.

Menurut Hurlock (1999) orangtua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan.Tugas orangtua melengkapi dan mempersiapkan anak menuju ke kedewasaan dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan. Dalam memberikan bimbingan dan pengarahan pada anak akan berbeda pada masing-masing orangtua kerena


(2)

setiap keluarga memiliki kondisi-kondisi tertentu yang berbeda corak dan sifatnya antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain.

Hurlock (1999) membagi pola asuh menjadi tiga yaitu: pola asuh otoriter, demokrasi dan permisif. Pola asuh otoriter mempunyai ciri orangtua yang sangat dominan.Pola asuh demokrasi, antara disiplin dan pemberian kasih sayang seimbang.Pola asuh permisif, pada dasarnya orang tua memberikan kebebasan penuh dan membiarkan perbuatan-perbuatan anak tanpa batasan yang jelas.

Baumrind (2002) juga mengemukakan empat pola asuh orangtua.Pertama pola asuh authoritatif menunjukkan sikap orangtua yang bisa diandalkan, menyeimbangkan kasih sayang. Kedua pola asuh Authoritarian, menunjukkan sikap orangtua yang menuntut kepatuhan, menekankan batasan antara orangtua dan anak. Ketiga pola asuh permisif, orangtua menunjukkan sikap membebaskan, tidak memberi batasan yang tepat bagi anak dan terkesan lepas tangan.Terahkir pola asuh neglactful atau ditolak.

Setiap orangtua menerapkan pola asuh sendiri sehingga menghasilkan pendidikan anak yang berbeda pula. Landasan inilah yang menyebabkan pola sikap anak dan perilakunya dikemudian hari.Lebih lanjut Hurlock (1990) menyatakan produk dari pola asuh masing-masing orangtua menunjukkan kepekaan perasaan yang berbeda. Pola asuh yang lebih menunjukkan kasih sayang kepada anak, secara langsung melatih anak untuk peka terhadap perasaan orang lain. Sejalan dengan Hurlock, Lawrance (1997) juga menyatakan empati tumbuh melalui cara membesarkan anak dengan kepedulian dan kasih sayang.

Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh seperti hasil


(3)

seperti yang diharapkan (Bandura 1977).Lauster (1978) mengungkapkan ciri-ciri orang yang percaya diri adalah mandiri, tidak mementingkan diri sendiri, cukup toleran, ambisius, optimis, tidak pemalu, yakin dengan pendapat sendiri dan tidak berlebihan.

Pada dasarnya kepercayaan diri merupakan substansi dari perluasan sel yang berbentuk dan berkembang karena interaksi sosial dan situasi tertentu sepanjang perjalanan hidupnya. Terbentuknya kepercayan diri tersebut bermula dari munculnya kemampuan seseorang dalam memberikan penilaian terhadap orang lain ataupun terhadap situasi tertentu, yang dikenal dengan self image (Mc. Keachi & Doyle, dalam Kumara, 1988). Kepercayaan diri bersifat individual dan tidak dibawa sejak lahir. Setiap individu memiliki ukuran rasa kepercayaan diri yang berbeda-beda karena kepercayaan diri ditentukan oleh keberhasilan, kegagalan, dan pengalaman masa lalu individu, seperti yang dikatakan oleh James (dalam Fittz, 1971) bahwa self yang akan berpengaruh pada pembentukan rasa percaya diri itu tidak dibawa sejak lahir, yaitu melalui pengelaman hidup sehari-hari dan orang lain dengan realitas dunia luar.

Menurut Melly Sri Sulastri Rifai (1984),masa remaja adalah masa stres dan strain (masa kegoncangan dan kebimbangan).Terjadinya stres dan strain ini dikarenakan kurangnya jamahan kemanusiaan dan miskinnya pengakuan wajar tentang anak.

Bentuk-bentuk pola asuh orang tua sangat erat hubungannya dengan kepercayaan diri anak setelah ia menjadi dewasa. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dan unsur-unsur watak seorang individu dewasa sebenarnya sudah diletakkan benih-benihnya ke dalam jiwa seorang individu sejak sangat awal, yaitu pada masa ia masih kanak-kanak. Watak juga ditentukan oleh cara-cara ia waktu kecil diajar makan, diajar kebersihan, disiplin, diajar main dan bergaul dengan anak lain dan sebagainya (Koentjaraningrat, 1997). Dengan


(4)

demikian, dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat dominan dalam membentuk kepribadian anak sejak dari kecil sampai anak menjadi dewasa.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kartini Kartono (1997), keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak.Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat primer dan fundamental. Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual. Bila semuanya berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya.

Perkembangan dapat didefenisi sebagai perubahan bentuk fisik, structural saraf, perilaku dan sifat yang terbentuk secara teratur dan berjalan terus, (Paul Henry Mussen, dkk,1988). Kartini Kartono (1998) mendefenisiskan pertumbuhan sebagai pertumbuhan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik ,yang berlangsung secara normal pada diri anak yang sehat dalam peredaran waktu tertentu. (Alex Sobur, 2003) Sedangkan kepribadian menurut Allport (dalam Achir 1990) dalam bukunya personality mendefenisikan kepribadian sebagai organisasi-organisasi dinamis dan sistim-sistim psiko fisik dalam individu yang turut menetukan cara-caranya yang unik atau kas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sedangkan Koentjaraningrat (1980), menyebut kepribadian atau personality sebagai susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menetukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia. Kepribadian adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui


(5)

kepribadian, seseorang bisa dilihat sikap dan tingkah lakunyasertaorang tersebutbisa untuk dinilai. Dalam membentuk kepribadian yang baik dan berguna maka seorang anak harus dipupuk dan didorong sejak dini atau sejak ia masih kecil bahkan ketika ia masih dalam kandungan ibunya. Pembentukan dan pemupukan kepribadian anak sejak masih kecil adalah modal yang sangat penting bagi setiap orang tua untuk mempersiapkan kehidupan anak-anaknya kelak kalau sudah dewasa.

Ketika pembentukan kepribadian anak-anak bagus maka anak-anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang baik ketika dewasa. Namun sebelum mencapai masa dewasa tersebut anak-anak harus melewati satu tahap lagi yaitu masa dimana disebut sebagai masa remaja. Masa remaja disebut juga sebagai masa berkembang atau masa yang disebut masa

adolesencece. Adolesencece adalah masa seorang anak remaja menuju masa kedewasaan.

Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak disebut sebagai anak kecil lagi, tetapi juga belum bisa disebut sebagai orang dewasa. Sehingga tahap perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak.

Berdasarkan penelitian Sevianingrum Hasty (2009), yang berjudul “Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dan Kepercayaan Diri Siswa Kelas X SMAN 2 Trenggalek”, menunjukkan bahwa sebaran pola asuh orang tua siswa kelas X SMAN 2 Trenggalek sebagianbesar berada pada pola asuh permisif dengan persentase 60%. Sedangkan, sebaran kepercayaan diri siswa kelas X SMAN 2 Trenggalek, sebagian besar berada pada kriteria tinggi dengan persentase 32,9%. Dari hasil uji korelasi product moment diketahui bahwa nilai rxy (0,660) > dari tabel (0,235) dan nilai sig.(0,000) < 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang siknifikan antara pola asuh orang tua dan


(6)

kepercayaan diri siswa kelas X SMAN 2 Trenggalek dan hubungan ini termasuk dalam kategori kuat karena berada di atas 50%.

Hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Pertiwi (2010), tentang “Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Kepercayaan Diri Pada SMA Negeri 2 Subang”, berdasarkan analisis data pola asuh orangtua dan kedisiplinan menggunakan korelasi Spearman Rho (SPSS seri15) ditemukan hasil analisis korelasi spearman rho yaitu rs = 0,028, P-value = 0,815 lebih besar dari r > 0,05. Berdasarkan hasil korelasi biserial yang menguji item dari polaasuh otoriter dan demokratis ditemukan bahwa untuk polaasuh otoriter 0,82 sedangkan polaasuh demokratis 0,593. Hal ini menunjukan bahwa polaasuh otoriter lebih besar hubungannya pada empati anak di sekolah. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dengan kepercayaan diri anak di sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian yang bertolak belakang dari Sevianingrum Hasty (2009) dan Dewi Pertiwi (2010), maka perlu dilakukan penelitian ulang tentang ada tidaknya hubungan yang signifikan pada Pola Asuh Orangtua dengan Kepercayaan Diri. Mencermati hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian kembali tentang hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Kepercayaan Diri di Sekolah Menengah Pertama Kristen 2 Salatiga.

Mencermati hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian kembali tentang hubungan pola asuh orangtua dengan kepercayaan diri di Sekolah Menengah Pertama Kristen 2 Salatiga, karena di SMP Kristen 2 Salatiga. Hal ini didukung oleh wawancara dengan salah satu guru di SMP Kristen 2 Salatiga, khususnya siswa kelas VII dalam


(7)

menunjukkan sikap kepercayaan diri, dalam berinteraksi dilingkungan sekolah dengan para guru maupun teman sebaya.

Berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan masalah yang timbul adalah adakah hubungan yang signifikan Pola Asuh Orangtua dengan Kepercayaan diri siswapada siswa kelas Salatiga.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dirumuskan permasalahan penelitian yaitu “adakah hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dengan kepercayaan diri pada siswa kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga”

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan yang telah disebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansihubungan pola asuh orangtua dengan Kepercayaan Diri pada siswa kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :

1.4.1 Manfaat Teoritis adalah :

Secara akademik penelitian ini memberi manfaat teoritik yaitu bila hasil penelitian ada perbedaan yang signifikan maka sejalan dengan penelitian dari Sevianingrum Hasty (2009), sedangkan bila hasil penelitian ini tidak ada perbedaan yang signifikan maka sejalan dengan hasil penelitian Dewi Pertiwi (2010). Dukungan hasil penelitian ini masuk dalam kajian Bimbingan dan Konseling pribadi.


(8)

1.4.2 Manfaat praktis adalah : a. Bagi Sekolah

Bagi sekolah, jika pada akhirnya terbukti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga , maka bagi lembaga pendidikan atau sekolah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam usaha untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa.

b. Bagi Orangtua

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan introspeksi orangtua dalam mendidik anaknya sehingga dapat menjadikan anak lebih baik lagi. Selain itu dapat menjadi masukan orangtua agar dapat menerapkan pola asuh yang ideal bagi anak-anaknya sehingga dapat menjadikan anak-anak yang memiliki rasa kepercaya diri yang tinggi.

c. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan agar siswa dapat mempertahankan sikapkepercayaan diri dengan adanya dukungan dari sekolah dan orangtua, sehingga dapat menjadikan anak-anak Indonesia sebagai anak yang percaya terhadap kemampuan diri sendiri.

1.5 Sistematika Penulisan

Bab I menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II menguraikan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yang meliputi pola asuh orangtua dan kepercayaan diri.

Bab III menguraikan metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, variabel penelitian, definisi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.


(9)

Bab IV menguraikan analisis dan pembahasan yang meliputi analisis diskriptif, uji hipotesis dan pembahasan.

Bab V menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang dapat diberikan.


(1)

demikian, dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat dominan dalam membentuk kepribadian anak sejak dari kecil sampai anak menjadi dewasa.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kartini Kartono (1997), keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak.Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat primer dan fundamental. Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual. Bila semuanya berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya.

Perkembangan dapat didefenisi sebagai perubahan bentuk fisik, structural saraf, perilaku dan sifat yang terbentuk secara teratur dan berjalan terus, (Paul Henry Mussen, dkk,1988). Kartini Kartono (1998) mendefenisiskan pertumbuhan sebagai pertumbuhan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik ,yang berlangsung secara normal pada diri anak yang sehat dalam peredaran waktu tertentu. (Alex Sobur, 2003) Sedangkan kepribadian menurut Allport (dalam Achir 1990) dalam bukunya personality mendefenisikan kepribadian sebagai organisasi-organisasi dinamis dan sistim-sistim psiko fisik dalam individu yang turut menetukan cara-caranya yang unik atau kas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sedangkan Koentjaraningrat (1980), menyebut kepribadian atau personality sebagai susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menetukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia. Kepribadian adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui


(2)

kepribadian, seseorang bisa dilihat sikap dan tingkah lakunyasertaorang tersebutbisa untuk dinilai. Dalam membentuk kepribadian yang baik dan berguna maka seorang anak harus dipupuk dan didorong sejak dini atau sejak ia masih kecil bahkan ketika ia masih dalam kandungan ibunya. Pembentukan dan pemupukan kepribadian anak sejak masih kecil adalah modal yang sangat penting bagi setiap orang tua untuk mempersiapkan kehidupan anak-anaknya kelak kalau sudah dewasa.

Ketika pembentukan kepribadian anak-anak bagus maka anak-anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang baik ketika dewasa. Namun sebelum mencapai masa dewasa tersebut anak-anak harus melewati satu tahap lagi yaitu masa dimana disebut sebagai masa remaja. Masa remaja disebut juga sebagai masa berkembang atau masa yang disebut masa adolesencece. Adolesencece adalah masa seorang anak remaja menuju masa kedewasaan. Masa ini merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak disebut sebagai anak kecil lagi, tetapi juga belum bisa disebut sebagai orang dewasa. Sehingga tahap perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanak-kanak.

Berdasarkan penelitian Sevianingrum Hasty (2009), yang berjudul “Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dan Kepercayaan Diri Siswa Kelas X SMAN 2 Trenggalek”, menunjukkan bahwa sebaran pola asuh orang tua siswa kelas X SMAN 2 Trenggalek sebagianbesar berada pada pola asuh permisif dengan persentase 60%. Sedangkan, sebaran kepercayaan diri siswa kelas X SMAN 2 Trenggalek, sebagian besar berada pada kriteria tinggi dengan persentase 32,9%. Dari hasil uji korelasi product moment diketahui bahwa nilai rxy (0,660) > dari tabel (0,235) dan nilai sig.(0,000) < 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang siknifikan antara pola asuh orang tua dan


(3)

kepercayaan diri siswa kelas X SMAN 2 Trenggalek dan hubungan ini termasuk dalam kategori kuat karena berada di atas 50%.

Hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Pertiwi (2010), tentang “Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Kepercayaan Diri Pada SMA Negeri 2 Subang”, berdasarkan analisis data pola asuh orangtua dan kedisiplinan menggunakan korelasi Spearman Rho (SPSS seri15) ditemukan hasil analisis korelasi spearman rho yaitu rs = 0,028, P-value = 0,815 lebih besar dari r > 0,05. Berdasarkan hasil korelasi biserial yang menguji item dari polaasuh otoriter dan demokratis ditemukan bahwa untuk polaasuh otoriter 0,82 sedangkan polaasuh demokratis 0,593. Hal ini menunjukan bahwa polaasuh otoriter lebih besar hubungannya pada empati anak di sekolah. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dengan kepercayaan diri anak di sekolah.

Berdasarkan hasil penelitian yang bertolak belakang dari Sevianingrum Hasty (2009) dan Dewi Pertiwi (2010), maka perlu dilakukan penelitian ulang tentang ada tidaknya hubungan yang signifikan pada Pola Asuh Orangtua dengan Kepercayaan Diri. Mencermati hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian kembali tentang hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Kepercayaan Diri di Sekolah Menengah Pertama Kristen 2 Salatiga.

Mencermati hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian kembali tentang hubungan pola asuh orangtua dengan kepercayaan diri di Sekolah Menengah Pertama Kristen 2 Salatiga, karena di SMP Kristen 2 Salatiga. Hal ini didukung oleh wawancara dengan salah satu guru di SMP Kristen 2 Salatiga, khususnya siswa kelas VII dalam


(4)

menunjukkan sikap kepercayaan diri, dalam berinteraksi dilingkungan sekolah dengan para guru maupun teman sebaya.

Berdasarkan uraian diatas peneliti merumuskan masalah yang timbul adalah adakah hubungan yang signifikan Pola Asuh Orangtua dengan Kepercayaan diri siswapada siswa kelas Salatiga.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dirumuskan permasalahan penelitian yaitu “adakah hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dengan kepercayaan diri pada siswa kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga”

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan yang telah disebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansihubungan pola asuh orangtua dengan Kepercayaan Diri pada siswa kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain : 1.4.1 Manfaat Teoritis adalah :

Secara akademik penelitian ini memberi manfaat teoritik yaitu bila hasil penelitian ada perbedaan yang signifikan maka sejalan dengan penelitian dari Sevianingrum Hasty (2009), sedangkan bila hasil penelitian ini tidak ada perbedaan yang signifikan maka sejalan dengan hasil penelitian Dewi Pertiwi (2010). Dukungan hasil penelitian ini masuk dalam kajian Bimbingan dan Konseling pribadi.


(5)

1.4.2 Manfaat praktis adalah : a. Bagi Sekolah

Bagi sekolah, jika pada akhirnya terbukti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap kepercayaan diri siswa kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga , maka bagi lembaga pendidikan atau sekolah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam usaha untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa.

b. Bagi Orangtua

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan introspeksi orangtua dalam mendidik anaknya sehingga dapat menjadikan anak lebih baik lagi. Selain itu dapat menjadi masukan orangtua agar dapat menerapkan pola asuh yang ideal bagi anak-anaknya sehingga dapat menjadikan anak-anak yang memiliki rasa kepercaya diri yang tinggi.

c. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan agar siswa dapat mempertahankan sikapkepercayaan diri dengan adanya dukungan dari sekolah dan orangtua, sehingga dapat menjadikan anak-anak Indonesia sebagai anak yang percaya terhadap kemampuan diri sendiri.

1.5 Sistematika Penulisan

Bab I menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II menguraikan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yang meliputi pola asuh orangtua dan kepercayaan diri.

Bab III menguraikan metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, variabel penelitian, definisi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.


(6)

Bab IV menguraikan analisis dan pembahasan yang meliputi analisis diskriptif, uji hipotesis dan pembahasan.

Bab V menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang dapat diberikan.


Dokumen yang terkait

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Hubungan Antara Kepercayaan Diri DenganMotivasi Berprestasi Remaja Panti Asuhan

17 116 2