TUNGAU DEBU RUMAH SEBAGAI PENYEBAB DERMATITIS ATOPIK.

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 4:25:45 2017 / +0000 GMT

TUNGAU DEBU RUMAH SEBAGAI PENYEBAB DERMATITIS ATOPIK.
TAKSONOMI TUNGAU DEBU RUMAH

TDR termasuk ke dalam filum Artropoda, kelas Arachnida, ordo Acari, subordo Astigmata, dan famili Pyroglyphidae terdiri dari 16
genus dan 46 spesies. Tiga belas spesies dapat ditemukan pada debu rumah, tiga diantaranya adalah sumber alergen TDR yaitu
D.pteronyssinus, D.farinae,dan Glycypahgus destructor. Beberapa tungau yang dikelompokkan sebagai domesticmite yaitu jenis
tungau yang hidup di lingkungan manusia adalah TDR (famili Pyroglyphidae), tungau gudang (famili Acaredai, Glyiphagidae dan
Chortoglyphidae) dan tungau predator (famili Cheyletidae).MORFOLOGITungau debu rumah merupakan binatang sejenis kutu
yang ukurannya sangat kecil, yakni 250-300 mikro sehingga baru terlihat di bawah mikroskop dengan pembesaran minimal 20x.
Binatang super mini ini tak dapat dilihat dengan mata biasa, melainkan harus menggunakan mikroskop. Ukurannya sangat kecil,
namun dapat menyebabkan banyak penyakit. Reaksi alergi akibat si tungau itu dapat mengenai mata hingga kulit. Bila dilihat dari
sisi fisiknya, bentuk binatang ini lonjong dengan jumlah kaki 8 buah. Binatang mikrospis itu diembel-embeli kata ?debu? di
belakang namanya karena hidupnya dari debu. Debu sebenarnya tumpukan dari bermacam-macam partikel yang salah satunya
adalah sel kulit mati. Sesuai dengan nama latinnya, Dermatophagiodes (dermato = kulit manusia, phagoid = makanan), sumber
makanan TDR adalah serpihan kulit manusia. Hal tersebut terkait langsung dengan habitat tempat TDR berkembang biak. ?Setiap
hari kulit manusia mengelupas, terutama saat berbaring. Maka tak heran bila TDR paling banyak ditemukan di tempat tidur atau
karpet. Selain yang lembab dan tentunya berdebu, seperti tumpukan buku tua, benda berbulu, selimut, sofa, dan
sebagainya.EpidemiologiDi Jakarta Pusat, Aulung et al telah memeriksa 5.237 gram debu rumah yang berisi 343 tungau. Setelah

diidentifikasi ditemukan 6 genus dan didominasi Glycyphagus sebanyak 149 tungau (42,6%). Pada penelitian lanjutannya dilaporkan
dari 5.411 gram debu rumah diperoleh 876 tungau yang terdiri atas 7 genus dan yang terbanyak adalah Glycyphagus (352 tungau).
Pada penelitian Sundaru di Jakarta dari 32,6 gram debu rumah yang berasal dari 20 rumah penderita asma, didapatkan tungau
sebayak 1.480 yang terdiri atas 10 genus. Genus yang paling banyak ditemukan adalah Glycyphagus sebanyak 582 tungau. Manan et
almelaporkan pada 10 penderita rumah penderita asma ditemukan 9 genus dan tungau yang terbanyak adalah Glycyphagus. Di
Kolombia genus Glycyphagus juga merupakan TDR yang dominan. Cuthbert, at al yang melakukan penelitian di gudang hasil
pertanian juga mendapatkan bahwa tungau yang terbanyak adalah genus Glyphagus. Di dalam rumah TDR paling banyak dijumpai
pada perabot kamar tidur (582 tungau) dan paling sedikit pada hiasan rumah (186 tungau). pada perabot rumah yaitu meja, kursi, rak
buku dan lemari didapatkan 349 tungau sedangkan pada lantai rumah didapatkan 363 tungau. Pada penelitian yang dilakukan di
daerah perumahan BTN Pamulang dilakukan pemeriksaan terhadap 156,03 gram debu kasur kapuk didapatkan jumlah TDR rata-rata
147 tungau per gram debu kasur dengan jumlah total tungau 26.470 yang terdiri dari 5 genus yaitu D.pteronyssinus, D.farinae,
G.destructor, Suidasia medinensis, Cheiletus eredutus dan didominasi oleh D.pteronyssinus serta G.destructor.Keberadaan tungau
pada perabot kamar tidur erat kaitannya dengan makanan tungau. Skuama merupakan makanan pokok TDR dan di tempat tidur
banyak tersedia skuama karena manusia menghasilkan skuama 0,5g - 1, g per hari sehingga TDR dapat tumbuh subur. Selain itu
perabot kamar tidur yang terdiri atas kasur, selimut, gorden, seprei banyak mengandung serat-serat yang lebih mudah menampung
debu dari pada perabot rumah lainnya. Oleh karena itu dapat dimengerti mengapa TDR banyak ditemukan di perabot kamar tidur.
Faktor-faktor fisik seperti suhu dan kelembaban merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
organisme dalam rumah. Tungau sangat peka terhadap kelembaban relatif. pada kelembaban 60% atau lebih rendah populasi TDR
ditemukan sangat sedikit atau mati. Secara umum suhu optimal bagi perkembangan TDR adalah 25o-30oC dan kelembaban relatif
70-80 %. Perkembangbiakan TDR akan terganggu pada suhu diatas 32oC dan jika tungau dipanaskan selama 6 jam pada suhu 51oC

dengan kelembaban udara 60 % mka tungau akan mati.PatogenesisProf. Heru menjelaskan, alergi yang ditimbulkan oleh TDR
mengikuti hukum alergi pada umumnya. Reaksi alergi hanya akan timbul bila seseorang memiliki kecenderungan alergi yang

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/2 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 4:25:46 2017 / +0000 GMT

didapatkan dari keturunan dan alergen (zat yang menimbulkan alergi). Bila tidak terdapat salah satu dari dua hal tersebut, maka tidak
akan timbul keluhan. Reaksi alergi akan terjadi langsung apda beberapa menit setelah terpajan dengan alergen dan bertahan
beberapa jam atau lebih lama bila tidak segera menjauhi dari alergen tersebut. Saat TDR terhirup melalui hidung, maka protein yang
terkandung di dalam tubuhnya akan menimbulkan sensitisasi (rangsangan pada system imun / sistem pertahanan tubuh) sehingga
akan dihasilkan zat anti alergi. Bila orang tersebut kontak lagi dengan TDR, maka alergen tersebut akan berikatan dengan zat Anti
alergi menghasilkan zat kimia lainnya, seperti histamine, yang akan beredar ke seluruh tubuh lewat aliran darah sehingga
menimbulkan reaksi alergi di beberapa organ yang berbeda. Di hidung, histamine menyebabkan hidung terasa gatal dan merangsang
bersin-bersin dan pilek. Di saluran napas, histamine menyebabkan otot dinding saluran napas mengkerut, saluran napas
membengkak, sel radang berkumpul di saluran napas, dan meningkatkan produksi lendir. Hal itu akan menyebabkan batuk, sesak
dan mengi (asma). Faktor non imunologis yang menyebabkan rasa gatal pada DA antara lain adanya faktor genetik, yaitu kulit DA

yang kering (xerosis). Kekeringan kulit diperberat oleh udara yang lembab dan panas, banyak berkeringat, dan bahan detergen yang
berasal dari sabun. Kulit yang kering akan menyebabkan nilai ambang rasa gatal menurun, sehingga dengan rangsangan yang ringan
seperti iritasi wol, rangsangan mekanik, dan termal akan mengakibatkan rasa gatal.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/2 |