optimalisasi evaluasi pembelajaran teknik mesin melalui logic model

(1)

OPTIMALISASI EVALUASI PEMBELAJARAN

TEKNIK MESIN MELALUI LOGIC MODEL

UNTUK MENINGKATKAN SOFT SKILLS LULUSAN

Pidato Pengukuhan Guru Besar Oleh:

Prof. Dr. Badrun Kartowagiran

Guru Besar dalam Bidang Ilmu Evaluasi Pembelajaran Teknik Mesin Pada Fakultas Teknik

Universitas Negeri Yogyakarta

Disampaikan di depan Rapat Terbuka Senat Universitas Negeri Yogyakarta

Selasa, 10 Juni 2013

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2013

Bismillahirrahmanirrahiim


(2)

Yang Terhormat

Bapak Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Yang Terhormat

Ketua, Sekretaris, dan Anggota Dewan Pertimbangan Yang Terhormat

Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Universitas Negeri Yogyakarta Yang Terhormat

Wakil Rektor 1, Wakil Rektor 2, Wakil Rektor 3, Wakil Rektor 4 Yang Terhormat

Ketua Satuan Pengawas Internal (SPI) Yang Terhormat

Direktur dan Asisten Direktur Pascasarjana, Para Dekan dan Wakil Dekan, Ketua Lembaga di lingkungan UNY, Ketua BPPU Universitas Negeri

Yogyakarta, dan Yang Terhormat

Para Tamu Undangan dan hadirin semua

Pertama, perkenankanlah saya mengucapkan syukur Alhamdulillahi Rabbil ‘aalamin, puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kita masih diberi kesempatan untuk hadir di sidang yang mulia ini. Sholawat dan salam semoga tetap dilimpahkan dari Allah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi akhir zaman yang menjadi contoh teladan baik bagi saya dalam meniti karir, mengarungi kehidupan saat ini, dan mempersiapkan kehidupan di masa datang.

Kedua, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada para hadirin yang mulia yang telah berkenan meluangkan waktu untuk hadir di pertemuan yang membahagiakan ini.

Ketiga, pada kesempatan yang berbahagia ini, perkenankanlah saya menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar saya dengan judul: “ Optimalisasi evaluasi pembelajaran teknik mesin melalui logic model untuk meningkatkan soft skills lulusan”


(3)

Hadirin yang berbahagia, PENDAHULUAN

Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih memerlukan perbaikan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kasus yang menggambarkan betapa memprihatinkannya kondisi pendidikan di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah kehidupan para pelajar yang kurang memperhatikan tugas utamanya sebagai pelajar, yakni belajar. Masih banyak pelajar yang senang tawuran, kebut-kebutan di jalanan atau melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat bahkan cenderung merugikan orang lain. Bisa dipastikan, siswa yang seperti ini belum memiliki soft skills seperti yang diharapkan, bahkan jauh dari harapan. Memang harapan tidak selalu menjadi kenyataan karena semua orang boleh berharap, tetapi yang punya ketentuan hanya satu, yakni ALMUQTADIR (Yang Maha Menentukan).

Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini seperti mata uang yang tidak bergambar, memiliki dua sisi yang sama-sama kusam. Satu sisi, siswa masih belum memiliki soft skills yang memadai, dan di sisi lain kualitas guru juga belum menggembirakan. Data yang ada di BPSDMP & PMP menunjukkan bahwa kualitas guru masih memerlukan perbaikan. Guru di Indonesia ada 2 925 676 dan dari jumlah ini ada sekitar 49% atau 1 434 513 guru belum memenuhi kualifikasi akademik (Gultom, 2011).

Dengan kondisi siswa dan guru seperti yang telah dijelaskan di atas, timbul pertanyaan, apa yang terjadi di dalam kelas, atau dengan kata lain bagaimanakah kualitas pembelajaran?. Mampukah pembelajaran membentuk hard skills dan soft skills siswa?. Pertanyaan ini dapat difahami karena penentu kualitas pembelajaran adalah guru; semakin tinggi kualitas guru, semakin tinggi pula kualitas pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Marzano (2011) yang mengatakan bahwa semakin banyak kegiatan positif guru di dalam kelas, semakin tinggi prestasi belajar siswa. Sementara itu, Barber dan Mourshed (2012) mengatakan bahwa prestasi


(4)

belajar siswa dimulai dari guru dan kepala sekolah yang efektif. Bahkan di bagian lain Barber dan Mourshed menjelaskan bahwa “ student placed with high performing teachers will progress three times as fast as those placed with low performing teachers”.

Kegiatan pembelajaran di kelas bervariasi tergantung pada karakteristik mata pelajaran dan karakteristik siswa yang mempelajari mata pelajaran tersebut. Menurut Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, mata pelajaran di pendidikan dasar dan menengah dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia, (2) Kewarganegaraan dan Kepribadian, (3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (4) Estetika, dan (5) Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan. Setiap kelompok mata pelajaran memiliki penekanan tujuan yang berbeda walaupun akhirnya semua bermuara pada satu tujuan, yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya.

Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia bertujuan: membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan. Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian bertujuan: membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) bertujuan: mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik. Kelompok mata pelajaran Estetika bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Sementara itu, kelompok mata pelajaran Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan menumbuhkan rasa sportivitas. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.


(5)

Uraian di atas menunjukkan bahwa IPTEK merupakan kelompok mata pelajaran yang tujuannya tidak secara eksplisit untuk membangun karakter termasuk soft skills lulusannya. Faktor inilah yang mendorong tulisan ini difokuskan pada IPTEK, khususnya pada pembelajaran Teknik Mesin. Pembelajaran yang tidak secara eksplisit bertujuan membangun karakter, namun lulusannya dituntut memiliki hard skills dan soft skills.

Penelitian Badrun Kartowagiran, dkk (2012) terhadap pelaksanaan Standar Proses Pembelajaran di beberapa Jurusan Teknik Mesin SMK di Provinsi D.I.Yogyakarta menunjukkan hasil yang menarik dan perlu diperhatikan. Penelitian ini menggunakan teknik non-proporsional random sampling dan diperoleh sampel 15 SMK, yakni: 5 SMK swasta dan 10 SMK Negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 5 SMK yang implementasi Standar Proses nya termasuk katagori baik, dan semuanya SMKN. Ini berarti bahwa masih diperlukan kerja keras untuk membenahi pembelajaran di SMK Jurusan Teknik Mesin, khususnya di SMK swasta. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah optimalisasi evaluasi pembelajaran teknik mesin.

Optimalisasi evaluasi yang dimaksudkan di sini adalah usaha memaksimumkan hasil evaluasi dan pemanfaatannya. Jangan sampai hasil evaluasi tidak tepat sehingga tidak dapat dimanfaatkan. Atau, hasil evaluasi suatu komponen program sudah tepat namun karena antar komponen tidak saling terkait maka hasil evaluasi juga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Oleh karenanya, pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana cara melakukan optimalisasi evaluasi?

Hadirin yang berbahagia,

EVALUASI PEMBELAJARAN TEKNIK MESIN

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses menjelaskan bahwa proses pembelajaran mencakup: (1) perencanaan proses pembelajaran, (2) pelaksanaan proses pembelajaran, dan (3) penilaian hasil pembelajaran. Secara umum, Standar Proses ini berlaku untuk


(6)

semua mata pelajaran dan bidang keahlian, namun secara rinci ada sedikit perbedaan antara mata pelajaran atau bidang keahlian yang satu dengan lainnya, tergantung pada karakteristik masing-masing mata pelajaran dan bidang keahlian tersebut.

1.Karakteristik pembelajaran Teknik Mesin

Menurut Permendiknas Nomor 28 tahun 2009 Program Studi Keahlian Teknik Mesin terdiri atas Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan, Teknik Pengelasan, Teknik Fabrikasi logam, Teknik Pengecoran Logam, Teknik Gambar Mesin, dan Teknik Pemeliharaan Mekanik Industri. Setiap kompetensi keahlian terdiri atas sekelompok kompetensi profesi. Contoh Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan terdiri atas beberapa kompetensi profesi, antara lain: menggambar teknik mesin, menggunakan dan merawat alat ukur presisi, serta menggunakan dan merawat mesin potong, seperti: mesin gerinda, frais, bubut, skrap, bor, dan mesin gergaji.

Kegiatan pembelajaran teknik mesin dikelompokkan menjadi tiga, yakni: (1) pembelajaran teori, (2) pembelajaran praktikum, dan (3) pembelajaran praktik. Pembelajaran praktik dan praktikum sama-sama merupakan aplikasi dari teori yang telah dipelajarinya. Dilihat dari penekannannya, ada perbedaan antara pembelajaran teori dan pembelajaran praktik. Pembelajaran teori keteknikan lebih menekankan pada pelatihan kognitif, sedangkan pada pembelajaran praktik lebih menekankan pada pelatihan psikomotorik, walaupun telah diketahui bahwa kedua pembelajaran tadi saling mengkait dan saling menunjang.

Pembelajaran teori kejuruan tidak jauh berbeda dengan pembelajaran teori mata pelajaran lainnya, dan sudah banyak dibahas di kesempatan lain. Sementara itu, pembelajaran praktikum dan pembelajaran praktik, baru sedikit ahli ataupun praktisi yang membahasnya. Dari ke tiga jenis pembelajaran tadi, proporsi pembelajaran praktik di bengkel jauh lebih besar daripada proporsi pembelajaran teori kejuruan, dan pembelajaran praktikum. Oleh karenanya, pada kesempatan yang sangat terbatas ini,


(7)

pembelajaran teknik mesin lebih menekankan pada pembelajaran praktik di bengkel.

Menurut Soeprijanto (2010), pembelajaran praktik, termasuk di dalamnya praktik teknik mesin, terdiri atas perencanaan pembelajaran, persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran praktik dapat berupa penyusunan job sheet atau experiment sheet, persiapan berupa persiapan kelas, mesin, dan atau peralatan yang digunakan. Pelaksanaan praktik pembelajaran dapat didahului dengan penyajian materi oleh guru (shop talk), diteruskan dengan praktik oleh siswa, dan asesmen hasil belajar siswa.

Menurut Mills (1977) dalam pembelajaran praktik, tugas guru adalah: 1) menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan, 2) menganalisis keterampilan secara rinci dan catatan operasi serta urutannya, 3) mendemonstrasikan keterampilan tersebut disertai dengan penjelasan singkat, dengan memberikan perhatian pada butir-butir kunci serta bagian-bagian yang sukar, 4) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba praktik sendiri dengan pengawasan dan bimbingan, dan 5) memberikan penilaian terhadap usaha siswa. Sementara itu, Leighbody dan Kidds (1968) mengatakan bahwa langkah-langkah dalam mengajar praktik adalah (1) tahap persiapan, (2) tahap kegiatan siswa (praktik), dan (3) tahap penilaian hasil kerja siswa. Dengan demikian dapat dirangkum bahwa pembelajaran teknik mesin mencakup tiga tahap, yakni: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan pembelajaran yang terdiri atas: (a) penyajian oleh guru (shop talk) dan (b) tahap kegiatan siswa (praktik), dan tahap (3) penilaian prestasi belajar siswa. Secara rinci, tahapan pembelajaran itu dapat dijelaskan sebagai berikut.

a.Tahap Perencanaan

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang di dalamnya mencakup identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu,


(8)

metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

Satu standar kompetensi dijabarkan menjadi lebih dari satu KD, dan satu KD dijabarkan menjadi lebih dari satu indikator. Kompetensi yang terkandung dalam KD memiliki tingkat yang lebih rendah daripada kompetensi yang ada pada SK, misal untuk domain kognitif, bila SK hanya pada tingkat kognitif 2 (C2) maka tingkat kognitif pada KD harus lebih rendah dari C2, yakni C1. Atau, boleh juga tingkat kognitif pada KD sama dengan tingkat kognitif pada SK, tetapi cakupannya harus lebih sempit. Hal ini juga berlaku pada indikator bila dikaitkan dengan KD. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan pada KD, setiap KD dibuat satu RPP, oleh karenanya bisa saja satu RPP digunakan untuk lebih dari satu kali tatap muka manakala KD yang dijabarkan cukup besar. Selain itu, pengecekan pencapaian kompetensi seharusnya juga didasarkan pada KD, setiap KD dilakukan penilaian, dan bila seorang siswa belum menguasai KD tertentu maka siswa tersebut belum pindah ke KD berikutnya.

Untuk pembelajaran praktik, RPP digantikan dengan job sheet dan atau experiment sheet. Untuk kelas-kelas awal, setiap KD dijabarkan menjadi satu job sheet sehingga sangat mungkin satu job sheet digunakan lebih dari satu kali pertemuan. Sebaliknya untuk kelas-kelas akhir, misal kelas XII SMK Teknik Mesin, bisa saja satu job sheet mencakup beberapa KD karena pekerjaan yang harus diselesaikan siswa sudah komplek, yakni membuat suatu benda utuh dan berfungsi sehingga penyelesaiannya memerlukan beberapa kompetensi.

b.Tahap Pelaksanaan

1)Penyajian oleh guru (shop talk)

Tahap penyajian oleh guru adalah pemberian materi pelajaran oleh guru yang diselenggarakan di dalam bengkel dan materi yang diberikan juga berkaitan dengan hal-hal yang akan dikerjakan oleh siswa dalam tahap praktik. Pada tahap ini, menurut Leigbooy dan Kidd (1968), pertama-tama guru membuat persiapan kemudian menyajikan bahan pelajaran dan


(9)

melakukan demonstrasi. Lebih jauh Leighbody menjelaskan bahwa demonstrasi itu merupakan metode dasar untuk mengenalkan keterampilan-keterampilan baru kepada siswa.

Dalam membuat persiapan, guru harus menyiapkan alat-alat yang digunakan dalam penyajian bahan dan demonstrasi. Sedangkan dalam menyajikan bahan pelajaran cara dan prinsip-prinsip yang digunakan sama dengan cara dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran teori keteknikan. Sementara itu dalam melakukan demonstrasi, guru harus berusaha agar demonstrsi itu dapat diikuti oleh siswa dengan baik. Selain itu, sebaiknya guru juga memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jawab dengan guru dan juga memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba keterampilan yang baru saja dilihatnya.

Dalam pembelajaran praktik, ada suatu hal pokok yang tidak boleh ditinggalkan yaitu keselamatan kerja. Bahkan, menurut Leighbody dan Kidd (1968) keselamatan kerja itu tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar keterampilan, oleh karenanya keselamatan kerja tidak dapat berdiri sendiri tetapi selalu melekat di setiap tahap dalam proses belajar mengajar keterampilan. Lebih jauh Leighbody dan Kidd mengingatkan agar guru memperhatikan hal-hal berikut ini.

a) Pada tahap penyajian guru, guru harus menjelaskan kepada siswa bahwa keselamatan kerja itu sangat penting.

b)Di dalam lembar kerja hendaknya juga dituliskan keselamatan kerja. c) Pada tahap aplikasi (praktik), guru harus selalu mengawasi para siswa

yang sedang praktik agar tidak bekerja sambil bergurau sehingga menimbulkan kecelakaan, dan bersedia memberi contoh untuk bertingkah laku secara aman atau selamat.

d)Dalam lembar penilaian hendaknya juga dimasukkan unsur keselamatan kerja.

2)Tahap Kegiatan Siswa (Tahap Praktik)

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mempraktikkan teori-teori yang sudah dimiliki dan langkah-langkah atau gerakan-gerakan yang


(10)

baru saja dilihatnya saat guru mendemonstrasikan keterampilan yang sedang dibicarakan. Pada tahap ini, menurut Leighbody dan Kidd (1968) sebaiknya guru melakukan hal-hal berikut.

a) Menyiapkan dan membagikan kepada siswa lembar kerja (job sheet), yaitu lembar tulis atau lembar cetak yang berisi instruksi-instruksi yang berupa tahap-tahap untuk melakukan pekerjaan dalam menyelesaikan suatu tugas praktik. Tahap-tahap ini meliputi urutan pengerjaan, cara mengerjakan, dan alat-alat yang digunakan, serta keselamatan kerja yang harus diperhatikan oleh siswa.

b) Mengawasi agar siswa melatih dan mengembangkan keterampilan yang sudah dimiliki dan baru saja diamati pada tahap demonstrasi itu dengan benar. Cara berlatih dengan benar ini penting bagi siswa, lebih-lebih siswa pemula, karena cara berlatih dengan benar akan membentuk kebiasaan yang baik pula. Sebaliknya, jika siswa dibiarkan berlatih dengan cara yang salah maka siswa itu akan mempunyai kebiasaan kerja yang salah pula. Pengawasan ini hendaknya dilakukan secara individual (siswa demi siswa).

c) Memberi motivasi kepada siswa sehingga mereka mau berlatih atau praktik dengan benar, cepat dan sungguh-sungguh.

d) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya atau memberi pertanyaan balik yang bersifat membantu siswa sehingga dengan pertanyan itu siswa tersebut mendapat bahan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

e) Bersedia memberi contoh (mendemonstrasikan ulang) jika hal itu diperlukan oleh siswa dan dianggap tepat oleh guru.

c. Tahap Penilaian

Menurut Salkind (2013) penilaian vokasi seseorang harus mampu mendeskripsikan seberapa tinggi keahlian orang itu pada pekerjaan yang ditekuninya. Soeprijanto (2010) menambahkan bahwa penilaian hasil belajar praktik harus mencakup penilaian proses dan penilaian produk. Menurut Ryan (1960) hasil belajar keterampilan dapat diukur dengan cara: 1)


(11)

pengamatan langsung serta penilaian tingkah laku siswa selama proses belajar mengajar praktik, 2) sesudah mengikuti pelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta 3) beberapa waktu sesudah pelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.

Sejalan dengan ahli lain, Stiggins (2012) berpendapat bahwa untuk menilai keterampilan tidak cukup bila dinilai secara tradisional atau hanya dengan paper –and- pencil tests, tetapi harus menggunakan penilaian kinerja. Lebih jauh Stiggins menjelaskan bahwa penilaian keterampilan harus mencakup persiapan, proses pembelajaran, dan produk. Sementara itu, Leighbody dan Kidd (1968) berpendapat bahwa dalam melakukan penilaian hasil belajar keterampilan, guru harus memperhatikan dan memperhitungkan : 1) ketelitian ukuran pada pekerjaan siswa, 2) kemampuan siswa dalam menggunakan alat dan bekerja dengan aman, 3) kemampuan siswa dalam menganalisa suatu pekerjaan sehingga mampu membuat urutan pengerjaan dan melaksanakan dengan baik, 4) kecepatan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya, dan 5) kemampuan siswa dalam membaca gambar, diagram atau simbol-simbol yang dihadapinya.

Hadirin yang berbahagia,

2. Butir-butir soft skills dalam pembelajaran teknik mesin

Dengan melakukan pembelajaran yang baik maka pengetahuan dan keterampilan (hard skills) serta keterampilan mengelola diri dan mengelola orang lain (soft skills) akan meningkat. Terkait dengan ini, Coates (2006) menjelaskan soft skills (people skills) adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain: berkomunikasi, mendengarkan, simpatik dalam berdialog, memberikan umpan balik, kooperatif dalam bekerja sebagai anggota tim, memecahkan masalah, memberikan sumbang saran dalam rapat, dan memberikan solusi dalam konflik. Bila sebagai pimpinan, soft skill dapat


(12)

berupa: teambuilding, memfasilitasi pertemuan, mendorong munculnya inovasi, memberikan pemecahan masalah, membuat keputusan, merencanakan, mendelegasikan, mengobservasi, memberi instruksi, melatih, mendorong dan memotivasi.

Lebih jauh Coates (2006) menjelaskan bahwa soft skill dapat dipelajari, baik di dalam maupun di luar kelas, walaupun hasilnya susah diobservasi, diukur, dan diangkakan. Dengan memperhatikan penjelasan ini, maka selain mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, pembelajaran teknik mesin juga mampu meningkatkan butir-butir soft skills, antara lain sebagai berikut.

a. Kerjasama

Pembelajaran teknik mesin sering sekali tampil dalam bentuk tugas yang harus diselesaikan siswa secara bersama-sama, misal mengerjakan proyek. Dalam tugas akhir, satu pekerjaan (misal membuat filling cabinet) harus dikerjakan oleh 3 sampai 5 siswa. Dengan kerjasama, siswa akan terbiasa untuk berhubungan, berkomunikasi dan menghargai orang lain sehingga pada saat mereka terjun di dunia kerja maka kebiasaan ini akan tampak dalam kinerjanya.

b. Komitmen

Tugas yang diberikan pada saat pembelajaran teknik mesin biasanya berbatas waktu, oleh karenanya tugas tidak akan selesai manakala tidak ada komitmen dari siswa. Dengan adanya komitmen maka siswa itu merasa memiliki perjanjian atau keterikatan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.

c. Cermat

Siswa yang belajar teknik mesin harus cermat dalam menyelesaikan tugasnya karena pekerjaan itu memerlukan ketelitian tinggi; misal pekerjaan membubut poros atau mengelas pipa gas. Sebagai contoh, apabila poros dibuat terlalu besar dari yang seharusnya tidak akan masuk dalam bantalan, sebaliknya bila poros dibuat lebih kecil dari yang


(13)

seharusnya maka poros tidak dapat digunakan karena putaran poros akan goyang.

d. Tanggung jawab

Siswa peserta pembelajaran teknik mesin juga dilatih bertanggung jawab karena setiap siswa diberi tugas secara individual dan tugas kelompok. Apabila seorang siswa serampangan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya maka dia sendiri yang akan menerima konskuensinya, misal nilai yang dia terima kurang memuaskan atau bahkan buruk.

e. Disiplin

Siswa yang mengikuti pembelajaran teknik mesin utamanya bila sedang pembelajaran di bengkel, dituntut untuk disiplin atau mentaati tata tertib dan aturan. Siswa dituntut untuk taat pada aturan waktu, yakni: waktu datang, waktu pulang, dan waktu pembelajaran (on task). Sebelum dan sesudah pembelajaran siswa harus apel, sedangkan saat pembelajaran siswa harus selalu on task karena sedang menggunakan mesin yang membahayakan keselamatan bila siswa tidak konsentrasi. Saat pembelajaran, siswa dituntut untuk disiplin dalam menggunakan alat dan atau peralatan, peralatan harus digunakan sesuai dengan fungsinya. Pahat tidak diperbolehkan untuk memukul, atau pahat potong tidak diperbolehkan untuk membuat ulir segi empat walaupun secara sepintas bentuk kedua pahat itu sama. Sewaktu pembelajaran, siswa juga dituntut untuk menggunakan pakaian keselamatan kerja karena bila tidak maka akan membahayakan dirinya dan diri orang lain. Siswa juga dituntut untuk disiplin membersihkan mesin dan peralatan sesudah digunakan dan mengembalikan peralatan di tempat yang telah ditentukan.

f. Kemampuan pengambilan keputusan

Pembelajaran teknik mesin juga mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengambil keputusan karena selama pembelajaran mereka harus mengambil keputusan, misal pada saat melakukan finishing dalam


(14)

membuat poros dengan mesin gerinda, pada putaran berapa batu gerinda itu harus diputar, dan lain sebagainya. Sudah barang tentu, kemampuan mengambil keputusan ini didasari pada pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki atau telah dipelajarinya.

g. Kemampuan menghargai karya diri sendiri dan karya orang lain

Setiap siswa peserta pembelajaran teknik mesin harus bangga terhadap produk karyanya, sehingga mereka dengan senang hati menunjukkan karya sendiri dan menilaikan karyanya itu kepada guru. Siswa yang mengikuti pembelajaran teknik mesin tidak akan mencela, merusak karya orang lain, dan tidak akan menukar karyanya dengan karya orang lain. h. Kemampuan ber-estetika

Produk yang dihasilkan siswa teknik mesin, misal: filling cabinet, dongkrak, dan lain sebagainya selain harus sesuai dengan rancangan, produk-produk itu juga harus rapi, dan indah. Dalam pembelajaran teknik mesin, siswa harus berlatih untuk menghasilkan produk yang rapi dan indah. Ini berarti bahwa pembelajaran teknik mesin dapat meningkatkan kemampuan estetika siswa.

Delapan butir soft skills yang telah dijelaskan di atas akan sangat bermanfaat setelah siswa lulus dan terjun ke dunia kerja. Apabila seorang pekerja dapat menumbuhkembangkan butir-butir soft skills ini maka kemungkinan besar dia akan sukses. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Havard University di Amerika Serikat (Jamal Ma’mur Asmani, 2011) yang menyatakan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh 20% hard skills dan 80% soft skills. Oleh karenanya, betapa pentingnya pembelajaran yang mampu meningkatkan soft skills.

Perreault menjelaskan bahwa soft skills merupakan kualitas personal, atribut atau tingkat komitmen seseorang, yang membedakan orang tersebut dengan orang lain yang memiliki kecerdasan dan pengalaman sama (Mitchel, 2008). Sementara itu, Mitchel (2008) yang mengutip pendapat James dan James mengatakan bahwa soft skills merupakan cara baru untuk


(15)

mendeskripsikan seperangkat kemampuan atau talenta seseorang yang tampak saat dia bekerja. Lebih jauh James dan James menjelaskan bahwa soft skills seperti kemampuan untuk bekerja dalam tim, keterampilan berkomunikasi, keterampilan kepemimpinan, layanan langganan, dan keterampilan pemecahan masalah sangat bermanfaat untuk perkembangan karir.

Tidak berbeda dengan ahli lain, Coates (2006) menjelaskan bahwa soft skills itu susah diobservasi, susah dikuantifikasikan, dan susah diukur. Soft skills diperlukan dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana kehidupan memerlukan bekerja. Soft skills itu berkaitan dengan cara berinteraksi dengan orang lain, seperti komunikasi, mendengarkan, dialog, memberikan umpan balik, sebagai anggota tim yang kooperatif, memberi masukan saat rapat, dan memberikan solusi pada saat terjadi konflik. Sementara itu, Chaturvedi, et al. (2011) menjelaskan bahwa soft skills adalah istilah sosiologi yang terkait dengan kecerdasan emosi, kelompok dari ciri personaliti, gerak-gerik sosial, komunikasi, bahasa, kebiasaan personal, keakraban, dan optimisme yang menjadi karakteiristik seseorang sewaktu melakukan hubungan dengan orang lain. Secara esensial, soft skills merupakan ketrampilan mengembangkan diri, keterampilan kepemimpinan, keterampilan berinteraksi, keterampilan berorganisasi, dan keterampilan berkomunikasi.

Betapa pentingnya pembelajaran yang dapat memupuk dan atau meningkatkan butir-butir soft skills, karena kemampuan inilah nantinya yang akan mengantarkan siswa yang telah lulus dan sudah bekerja, sukses di dunia kerja. Untuk itu, harus diupayakan agar pembelajaran berjalan secara optimal, harus memanfatkan berbagai informasi relevan, termasuk informasi dari evaluasi pembelajaran.

Hadirin yang berbahagia, 3.Evaluasi Pembelajaran a.Pengertian Evaluasi


(16)

Pada umumnya suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang itu mempunyai tujuan. Tujuan akan dapat dicapai manakala tujuan itu selaras dengan kemampuan yang dimiliki dan mengetahui serta melaksanakan cara-cara untuk meraih tujuan tersebut. Untuk mengetahui ketepatan pelaksanaan cara untuk meraih tujuan dapat dilakukan evaluasi. Sebenarnya manfaat evaluasi tidak hanya untuk mengetahui ketepatan pelaksanaan cara saja tetapi juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan dan keberhasilan pencapaian tujuan.

Menurut Fitzpatrick, et.al. (2011), evaluasi adalah kegiatan yang sistematis untuk mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengaplikasikan suatu kriteria untuk menentukan keberhasilan suatu program. Sementara itu, Merten (2010) menjelaskan evaluasi adalah usaha yang sistematik dan obyektif untuk menilai perkembangan dan pencapaian tujuan suatu program. Tidak jauh berbeda, Stufflebeam (Trespeces, 1993) menjelaskan bahwa evaluasi itu merupakan suatu proses pencarian dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan selanjutnya. Dengan demikian yang dimaksud dengan evaluasi adalah kegiatan yang sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan informasi secara akurat dan bermanfaat untuk menafsirkan keberhasilan suatu program, dan sebagai bahan untuk membuat keputusan baru.

Berbeda dengan evaluasi, penilaian adalah kegiatan yang sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan informasi secara akurat dan bermanfaat untuk menafsirkan keberhasilan belajar siswa. Sttigins (2012) menjelaskan bahwa penilaian adalah proses pengumpulan informasi tentang belajar siswa untuk perbaikan pembelajaran. Wright dan Stones (1992) menuliskan “assessment provides an accounting of how much student learn in school and what resources are expended on achieving those learning outcome”. Penilaian dapat menjelaskan seberapa jauh siswa belajar di sekolah dan sumber apa saja yang diperlukan untuk mencapai hasil


(17)

pembelajaran tersebut. Sementara itu, Djemari Mardapi (2008) menjelaskan bahwa penilaian meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Bukti ini tidak selalu diperoleh melalui tes, tetapi juga bisa dikumpukan melalui pengamatan atau laporan diri. Dengan demikian, penilaian adalah penafsiran terhadap informasi atau dapat juga skor hasil pengukuran dan hasilnya dikenakan pada orang perorang.

Informasi yang diperlukan dalam penilaian dan evaluasi dapat dikumpulkan melalui pengukuran dan non pengukuran. Gronlund (1985) menyatakan “measurement as process of obtaining of numerical description of the degree to which an individual possesses a particular characteristic”. Sama dengan Gronlund, Keeves dan Masters (1999) juga mengatakan bahwa pengukuran adalah pemberian angka (kuantitas numerik) pada objek-objek atau kejadian-kejadian menurut aturan. Senada dengan ahli lainnya, Nunnally (1978) juga menjelaskan bahwa pengukuran itu terdiri dari aturan-aturan untuk memberikan angka/bilangan kepada objek dengan cara yang sedemikian rupa sehingga dapat mempresentasikan secara kuantitatif sifat-sifat objek tersebut.

Definisi pengukuran yang dijelaskan para ahli di atas menegaskan bahwa dalam pemberian angka pada subjek, objek atau kejadian tidak asal memberi angka namun harus menggunakan aturan-aturan, tidak sembarangan. Artinya, orang yang akan memberi angka pada subjek, objek, ataupun kejadian harus memperhatikan kaidah- kaidah tertentu agar angka yang diberikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Semakin jauh seseorang meninggalkan aturan-aturan pengukuran maka semakin besar kesalahan yang terjadi.

Pengukuran itu sendiri dapat dilakukan melalui tes dan dapat pula tidak melalui tes. Menurut para ahli, testing adalah suatu proses pengangkaan atau kuantifikasi potensi kognitif dan psikomotor yang menggunakan alat yang dirancang secara khusus. Ujian bagi siswa merupakan proses kuantifikasi prestasi belajar siswa dalam bidang tertentu


(18)

yang melalui tes. Mengukur panjang meja atau tinggi badan seseorang merupakan kuantifikasi suatu objek yang tidak melalui tes.

Secara sederhana Salkind (2013) menjelaskan tes adalah kegiatan sistematis yang digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan seseorang pada bidang atau keterampilan tertentu. Allen & Yen (1979) menyebut tes sebagai “device for obtaining a sampel of an individual’s behavior”. Tes sebagai instrumen atau prosedur sistematis untuk mengukur sampel perilaku seseoramg. Sementara itu, Cronbach (Fernandes, 1984) menjelaskan tes adalah prosedur yang sistematis untuk mengamati dan menggambarkan satu atau lebih karakteristik seseorang dengan bantuan skala numerik atau sistem kategori.

Uraian di atas menegaskan bahwa ada perbedaan antara pengukuran, tes, penilaian, dan evaluasi. Pengukuran adalah kegiatan secara sistematis untuk mengkuantifikasikan (mengangkakan) suatu subyek atau obyek atau trait (sifat). Pengukuran dapat dilakukan melalui tes dan non tes, yang dalam hal ini tes sebagai kata kerja. Tes sebagai kata kerja adalah kegiatan secara sistematis untuk mengkuantifikasikan suatu potensi, sedangkan tes sebagai kata benda adalah seperangkat pertanyaan yang jawabannya ada unsur benar dan salah. Penilaian adalah penafsiran terhadap data yang salah satunya adalah skor hasil pengukuran yang implikasinya dikenakan pada orang perorang, misal kamu lulus atau tidak lulus; atau kamu baik atau tidak baik. Sementara itu, evaluasi adalah penafsiran terhadap data yang salah satunya adalah skor hasil pengukuran yang implikasinya dikenakan pada sekelompok orang atau program, misal rata-rata skor Matematika sekolah ini adalah 7,8 sehingga dapat dikatakan bahwa program pembelajaran Matematika di sekolah ini berhasil.

b.Prinsip-prinsip evaluasi

The American Evaluation Association telah mengeluarkan satu set kode etik bagi para evaluator dalam bidang pendidikan yang dinamakan dengan “The Guiding Principles for Evaluators” (Fitzpatrick, et.al, 2011).


(19)

Prinsip-prinsip tersebut menjelaskan bahwa evaluator hendaknya: (1) melakukan evaluasi secara sistematis, (2) memiliki kompetensi memadai, (3) memiliki integritas/kejujuran tinggi, (4) respek terhadap keamanan dan kenyamanan responden, partisipan program, dan pada siapapun yang interaksi dengannya, (5) bertanggung jawab atas keamanan dan kenyamanan: cermat dan memperhitungkan diversifikasi interes dan value yang terkait dengan keamanan dan kenyamanan umum. Dengan memperhatikan dan melaksanakan pedoman evaluator ini maka evaluasi akan berjalan lancar, hasil yang didapatkan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sementara itu The Joint Committee on Standards for Educational Evaluation (Mc Namara, 1998) menjelaskan bahwa program seharusnya: feasibel, dilaksanakan secara legal, etis, memberikan informasi yang diperlukan (bermanfaat), memberikan informasi yang lengkap dan berharga tentang program (kecermatan).

Langkah penting dalam evaluasi adalah menentukan model evaluasi yang akan digunakan, karena banyaknya model evaluasi (sekitar 35 model), yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada model evaluasi yang berorientasi pada tujuan seperti halnya model Tyler, berorientasi pada keputusan seperti halnya model CIPP, model evaluasi berorientasikan kinerja program seperti halnya goal free evaluation dari Scriven.

Sifat utama pendekatan evaluasi berorientasi tujuan adalah bahwa tujuan kegiatan ditentukan, dan kemudian evaluasi difokuskan pada sejauh mana tujuan-tujuan tersebut tercapai. Dalam banyak hal, sebuah program telah memiliki tujuan yang jelas, namun adakalanya, evaluator harus bekerja dengan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk merumuskan tujuan program, sering disebut goal atau standar. Peran kunci evaluator dalam evaluasi berorientasi tujuan adalah menentukan apakah beberapa atau semua tujuan program tercapai dan, apabila demikian, seberapa baik tujuan tersebut tercapai. Dalam pendidikan, tujuan bisa berupa tujuan


(20)

pembelajaran atau program pelatihan. Informasi yang didapat dari evaluasi berorientasi tujuan dapat digunakan untuk menentukan apakah terus membiayai program, membuat perubahan-perubahan penting dalam pembiayaan, atau membuangnya dan mempertimbangkan pendekatan-pendekatan lain.

Pendekatan evaluasi berorientasi keputusan dimaksudkan untuk memperoleh informasi evaluatif yang dapat digunakan oleh evaluator untuk melayani administrator, manager, pengambil kebijakan, dewan, staf program, dan lain-lain yang membutuhkan informasi evaluatif. Dalam pendekatan yang berorientasikan keputusan, evaluator bekerja bersama dengan administrator, mengidentifikasi keputusan yang dibuat oleh administrator berdasarkan tingkat program, dan kemudian mengumpulkan informasi yang cukup mengenai kekuatan dan kelemahan masing-masing pilihan keputusan untuk mendapatkan penilaian yang fair. Keberhasilan evaluasi terletak pada kualitas kerja tim antara evaluator dan pengambil keputusan sehingga akan melahirkan keputusan yang tepat.

Model goal free evaluation dianggap sebagai tandingan model yang dikembangkan oleh Tyler, yaitu goal oriented evaluation model, yang menjadikan tujuan program merupakan objek pengamatan utama (Fernandes, 1984). Pada model ini, evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus menerus, mengecek seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. Dalam model evaluasi goal free, evaluator akan melihat efek nyata (actual effect) dari suatu program, bukan hanya efek termaksud (intended effect). Dari konsep itu lahirlah sebuah asumsi bahwa goal free evalution model tidak berdasar pada goal tetapi pada effect.

Lebih jauh Fernandes (1984) menjelaskan bahwa menurut Scriven, dalam melaksanakan evaluasi program, evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program tetapi justru melihat bagaimana program bekerja, dengan jalan mengidentifikasi hal-hal yang


(21)

terjadi, baik hal-hal positif (hal yang diharapkan) maupun hal negatif (yang tidak diharapkan). Tujuan tidak perlu begitu diperhatikan karena ada kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus dan lupa dengan proses (seberapa jauh) program berjalan. Goal free evaluation disebut dengan evaluasi lepas dari tujuan, tidak berarti model ini lepas sama sekali dari tujuan, tetapi hanya lepas dari tujuan khusus. Model ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan dicapai oleh program, bukan secara rinci perkomponen.

Kekurangan yang diperkirakan muncul bila salah satu dari model yang telah dijelaskan di atas digunakan dalam evaluasi pembelajaran teknik mesin adalah adanya ketidaksesuaian antara input dan output, serta hasil evaluasi kurang bisa dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran. Bila hal ini dibiarkan terjadi, berarti evaluasi itu tidak optimal. Oleh karena itu perlu dipilih model yang mampu menghilangkan kekurangan-kekurangan tersebut. c.Logic model untuk evaluasi pembelajaran teknik mesin

Evaluasi pembelajaran teknik mesin meliputi evaluasi terhadap: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap penilaian. Pada saat melakukan evaluasi tahap perencanaan, evaluator harus menyiapkan instrumen untuk menilai kualitas silabus dan job sheet; termasuk di dalamnya mencermati kandungan soft skills dalam silabus dan job sheet tersebut. Kualitas silabus dan job sheet perlu dilihat juga dari ada atau tidak adanya kandungan soft skills di dalamnya, agar di masa datang penyusunan silabus dan RPP selalu mengintegrasikan butir-butir soft skills.

Pada saat mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran, evaluator harus mengevaluasi tahap persiapan (shop talk) dan tahap kegiatan siswa (tahap Praktik). Pada tahap persiapan, evaluator harus menyiapkan instrumen untuk mengamati persiapan guru, apakah guru memberikan shop talk atau tidak. Bila guru memberi shop talk, apakah guru juga: (a) menggunakan perangkat keselamatan kerja, (b) mendemonstrasikan keterampilan baru atau keterampilan lama namun masih ada yang belum betul, (c) menyiapkan


(22)

bahan ajar (job sheet), (d) menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam shop talk dan demonstrasi keterampilan, (e) menyisipkan butir-butir soft skills dalam shop talk dan demonstrasinya, (f) menjelaskan pentingnya keselamatan kerja, dan (g) memperhatikan posisi siswa untuk meyakinkan bahwa mereka dapat melihat demonstrasi guru dengan baik. Dengan diamati dan dinilainya butir-butir di atas, diharapkan tahap persiapan pada pembelajaran teknik mesin di masa datang dilaksanakan sesuai dengan butir-butir evaluasi tersebut.

Pada tahap siswa praktik, evaluator harus mengobservasi pelaksanaan praktik siswa dengan mengamati perilaku siswa dan guru. Evaluator mengamati perilaku guru, antara lain apakah guru: (a) memberi job sheet kepada siswa, (b) menggunakan perangkat keselamatan kerja, (c) mengawasi praktik siswa selama pembelajaran, (d) membetulkan bila siswa melakukan kesalahan, dan (e) memberi contoh berperilaku sesuai dengan butir-butir soft skills, misal bekerjasama, tanggung jawab, disiplin, berkomitmen, cermat, berkemampuan menghargai karya diri sendiri dan karya orang lain, berkemampuan mengambil keputusan, dan berkemampuan berestetika. Evaluator juga harus mengamati perilaku siswa, antara lain apakah siswa: (a) menggunakan seperangkat alat keselamatan kerja, (b) melakukan praktik selama jam pembelajaran, dan (c) berperilaku sesuai dengan butir-butir soft skills, misal bekerjasama, tanggung jawab, disiplin, berkomitmen, cermat, berkemampuan menghargai karya diri sendiri dan karya orang lain, berkemampuan mengambil keputusan, dan berkemampuan berestetika. Dengan diamati dan dinilainya butir-butir perilaku guru dan siswa di atas, diharapkan tahap praktik siswa pada pembelajaran teknik mesin di masa datang dilaksanakan sesuai dengan butir-butir evaluasi tersebut.

Pada tahap penilaian, evaluator harus mencermati dan menilai bagaimana penilaian yang dilakukan guru, apakah penilaian guru mencakup perilaku siswa selama proses pembelajaran dan penilaian terhadap produk


(23)

praktik. Oleh karena perilaku siswa dalam pembelajaran praktik sudah dinilai pada tahap siswa praktik, maka evaluator hanya memfokuskan pada penilaian terhadap produk praktik siswa. Pada saat menilai produk, apakah guru menilai: (a) ukuran, (b) kecepatan, dan (c) kerapihan pekerjaan. Dengan diamati dan dinilainya butir-butir di atas, diharapkan tahap penilaian produk pada pembelajaran teknik mesin di masa datang dilaksanakan sesuai dengan butir-butir evaluasi tersebut.

Selaras dengan uraian di atas dan agar evaluasi pembelajaran teknik mesin dapat optimal maka metode evaluasi yang digunakan adalah Logic Model. Evaluasi yang dirancang secara terpadu dengan program yang akan dievaluasinya, yakni program yang memiliki komponen-komponen yang secara sistematis dan logis saling berhubungan; yakni antara komponen program (misal input) dengan komponen program lainnya (misal kegiatan yang terencana), dan perubahan perilaku yang diharapkan atau hasil program. Dengan demikian, evaluator mengenali dengan baik komponen-komponen program yang akan dievaluasi dan keterkaitan antar komponen-komponen, sehingga (1) kecil kemungkinannya terjadi ketidaksesuaian antara input dan output, serta (2) hasil evaluasi betul-betul dapat dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran yang pada gilirannya mampu meningkatkan soft skills lulusan.

Kelemahan menyolok dari logic model adalah model ini susah digunakan untuk mengevaluasi program yang sedang dan sudah berjalan. Hal ini dapat difahami karena sangat susah memadukan antara rancangan program yang sedang dan sudah berjalan dengan rancangan evaluasi yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, asumsi yang harus dipenuhi agar logic model dapat digunakan adalah program yang akan dievaluasi sedang tahap perencanaan. Atau dengan kata lain, evaluasi dan program dirancang secara terpadu agar evaluator mengenal komponen program, dan kaitan antar komponen program dengan baik.


(24)

Terkait dengan hal di atas, Kellog Foundation (2004) mengatakan bahwa logic model adalah suatu diagram dan teks yang menggambarkan hubungan yang sistematis dan logis antara komponen program seperti (input) suatu program, kegiatan yang terencana, dan perubahan perilaku yang diharapkan atau hasil program. McNamara (1998) mengatakan: a logic model is a logical chain of connections showing what a program intends to accomplish. Sementara itu, Fitzpatrick, et.al (2011) mengatakan bahwa logic model telah menjadi satu alat yang kuat dan berguna untuk mendukung (scaffolding) evaluasi, membantu menentukan dan menjelaskan apa yang harus diukur dan kapan. Evaluasi haruslah merupakan bagian integral dari kegiatan mulai dari permulaan, dan evaluasi haruslah berdasar atas pemahaman penuh terhadap program yang sedang berjalan.

Sebenarnya logic model memiliki jangkauan penggunaan yang lebih luas, dapat digunakan sebagai alat untuk perencanaan, untuk pengelolaan, dan untuk mendokumentasikan kegiatan-kegiatan yang tidak terhitung jumlahnya, dari intervensi pendidikan hingga pendesainan kembali dan pemecahan masalah organisasi. Bahkan, akhir-akhir ini logic model telah menjadi alat yang populer di sekitar evaluasi (Kellog Foundation, 2004). Dengan logic model, akan tampak jelas keterkaitan antara input, kegiatan, dan output. Menurut Fitzpatrick, et.al (2011) alasan utama penggunaan logic model adalah perannya dalam meletakkan dasar-dasar untuk suatu evaluasi yang bermakna dan menyeluruh. McNamara (1998) mengatakan logic model is core of planning and evaluation.

Saat ini logic model banyak digunakan dalam perencanaan dan evaluasi program. Sebelum mulai mengembangkan rancangan evaluasi, sebaiknya evaluator mengembangkan logic model untuk proyeknya. Melalui pengembangan, atau pengkajian, logic model tersebut, evaluator dapat meningkatkan pemahamannya mengenai apa yang akan dikerjakan oleh proyek dan strategi-strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Ketika logic model sudah dikembangkan dan dipahami,


(25)

Outcomes Input

Inputs Activities Outputs

bagian-bagiannya menjadi panduan utama bagi evaluasi dan bagi pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.

Selain itu, evaluator dapat menggunakan logic model untuk membantu staf program merumuskan dan membahas harapan-harapan mereka mengenai bagaimana program mereka dapat mencapai tujuan, dan unsur-unsur apa yang penting untuk dievaluasi. Dengan demikian, evaluator dan staf program memahami benar program yang akan dievaluasi dan keterkaitan antara komponen program tersebut, serta tujuan yang akan dicapai. Menurut Kellog Foundation (2004), ada beberapa manfaat yang diperoleh evaluator dengan menggunakan logic model dalam evaluasi, yaitu: (a) meningkat pemahamannya terhadap program, (b) memperoleh rambu-rambu cara merancang evaluasi, (c) meningkat kemampuan perancangan dan manajemennya, (d) memperoleh rambu-rambu cara menentukan prioritas dan alokasi sumber, dan (e) memperoleh rambu-rambu cara menggunakan sumber-sumber evaluasi secara bijaksana.

Menurut Fitzpatrick, et.al, (2011) dan Frechtling (2007) logic model terdiri atas empat unsur utama, yakni: input, activities, output, dan outcome program; outcome menunjukkan tujuan-tujuan jangka panjang program sedangkan output menunjukkan dampak-dampak langsung program. Model ini biasanya disajikan dalam bentuk diagram seperti Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Logic Model Menurut Fitzpatrick, et.al, 2011 dan Frechtling (2007) Inputs—masukan, misal anggaran tahunan, fasilitas staff, perlengkapan, dan bahan-bahan yang diperlukan untuk menjalankan program

Activities—kegiatan, misal acara mingguan, kurikulum, lokakarya, pertemuan, pengangkatan, layanan klinis, selebaran, pelatihan staf, dan semua komponen penting program

Outputs—hasil langsung atau hasil jangka pendek, misal jumlah peserta atau klien yang dilayani tiap minggu, jumlah pertemuan kelas, jumlah jam


(26)

Impact Outcome

s Resource

s/ input

Inputs

Output s Activitie

s

tatap muka layanan langsung untuk masing-masing peserta, jumlah selebaran dan produk-produk langsung program

Outcomes- hasil jangka menengah dan hasil jangka panjang, misal perkembangan peserta.

Sementara itu, Kellogg Foundation (2004) menjelaskan bahwa logic model terdiri atas lima komponen, yaitu: resources/input, activities, output, outcomes, dan impact yang bila ditampilkan dalam bentuk diagram tampat seperti Gambar 2 berikut.

Planned work Intended results Gambar 2. Logic Model Menurut Kellogg Foundation (2004) Keterangan Gambar 2 adalah sebagai berikut.

Planned work: menjelaskan sumber apa saja yang diperlukan untuk mengimplementasikan program itu dan kegiatan apa yang akan dilakukan Resources/inputs: termasuk SDM, finansial, sumber organisasi dan komunitas program yang telah tersedia untuk mengerjakan pekerjaan itu

Activities: apa yang program lakukan terhadap input; yakni proses, peralatan, kejadian, teknologi dan tindakan yang disengaja merupakan bagian dari implementasi program. Intervensi ini digunakan untuk menghasilkan perubahan yang diharapkan atau hasil

Outputs: produk langsung dari kegiatan program dan bisa saja termasuk tipe, tingkat, dan target layanan yang akan diberikan oleh program.

Outcomes: perubahan spesifik pada partisipan program dalam hal perilaku, pengetahuan, keterampilan, status, dan tingkat pekerjaannya

Impact: perubahan mendasar baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan yang terjadi pada organisasi (lembaga), komunitas, atau sistem sebagai hasil dari kegiatan program.

Intended result: hasil yang diharapkan pada jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang (output, outcome, impact).

Secara sepintas, ada perbedaan antara Gambar 1 dan Gambar 2, namun sebenarnya keduanya sama karena hasil program sama-sama mencakup hasil jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang


(27)

Outcome s Resources / Inputs Outputs Activitie s

(output, outcome, impact). Pembahasan selanjutnya dalam makalah ini akan digunakan Gambar 2 karena lebih mudah difahami.

Menurut Kellog Foundation (2004) logic model adalah serangkaian hubungan “if-then” yang apabila diimplementsikan sebagaimana yang direncanakan akan menuju tujuan yang diinginkan. Apabila serangakaian hubungan “if-then” ini dipadukan dengan Gambar 2, maka hasilnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Planned work Intended results

Gambar 3. Rangkaian hubungan “if-then” dalam logic model Kellog Foundation (2004)

Gambar 3 menunjukkan bahwa apabila sumber yang diperlukan untuk program telah tersedia maka kegiatan yang telah dirancang dapat diselesaikan. Apabila kegiatan yang telah dirancang dapat diselesaikan maka akan dihasilkan produk langsung yang telah direncanakan. Apabila kegiatan yang telah dirancang dapat diselesaikan ke-ekstensi yang diharapkan maka partisipan akan memperoleh manfaat khusus. Apabila partisipan memperoleh manfaat khusus maka akan terjadi perubahan khusus pada organisasi, sistem ataupun komunitas tempat partisipan tersebut bertugas. Terkait dengan hal ini, ada satu hal penting yang harus diingat bahwa program itu tidak selalu linier, output dan outcome dapat terjadi kapan saja.

Resource s/ inputs needed to operate program

If you have access to them, then you can use them to accompli sh planned

If planned activities are accomplish edthen you can deliver the product/ services that you intended

If planned activities are

accomplish ed to the extent intended, then participant s will benefit in

If these benefits to participants are achieved,

then certain changes in organisations, systems or communities might be expected to Impact


(28)

Outcome s Resources / Inputs Outputs Activitie s

Apabila logic model ini diterapkan pada evaluasi pembelajaran teknik mesin maka evaluasi itu akan menjadi optimal karena: (1) komponen program secara logis saling mengkait, (2) komponen yang tidak berfungsi dapat diketahui dengan cepat dan tepat karena tidak hanya mempengaruhi hasil akhir tetapi juga mempengaruhi komponen sesudahnya, (3) kecil kemungkinannya terjadi ketidaksesuaian antara input dengan output karena program dan evaluasinya dirancang secara terpadu, dan (4) hasil evaluasi suatu komponen digunakan untuk memberi masukan pada komponen lainnya. Selanjutnya, apabila logic model ini diterapkan untuk evaluasi pembelajaran teknik mesin, maka model itu akan terlihat seperti pada Gambar 4.

Planned work Intended results

Gambar 4. Logic model untuk evaluasi pembelajaran teknik mesin Gambar 4 menunjukkan bahwa ada serangkaian hubungan yang logis mulai resources sampai pada impact. Rangkaian ini merupakan rangkaian perencanaan program sekaligus evaluasinya. Penyusunan rancangan kegiatan pada program, sekaligus menyusun instrumen yang digunakan pada saat melakukan evaluasi itu. Dengan cara demikian maka evaluasi akan optimal karena betul-betul mengukur komponen atau kegiatan yang dilakukan dan hasil program.

Silabus dan jobsheet yang berisi hard skill dan soft skill (sumbe r) Jika sumber tersedia, maka pem belajaran teknik mesin yg menyisip kan soft skill Jika pembela jaran tersele-saikan maka pengetahu an dan perilaku soft skill siswa di Jika pembela jaran diper panjang sam pai di luar klas

maka pe rilaku soft skill siswa di luar klas ber

Jika perilaku soft skill siswa di luar klas sdh baik maka

perilaku soft skill siswa di masyara kat juga baik, bah- kan perilaku soft skill orang di seki tarnya


(29)

Pada saat merencanakan, selain berisi hard skills (pengetahuan dan keterampilan), silabus dan job sheet juga harus disisipi butir-butir soft skills, dan butir-butir inilah yang nantinya digali pada saat evaluasi atau pencermatan terhadap silabus dan job sheet. Butir-butir soft skills yang terkandung dalam silabus dan job sheet antara lain: kerjasama, komitmen, cermat, tanggung jawab, disiplin, kemampuan pengambilan keputusan, kemampuan menghargai karya sendiri dan karya orang lain, dan kemampuan bersetetika. Kandungan soft skills pada silabus dan job sheet juga akan dievaluasi atau diamati kemunculannya pada saat shop talk, praktik siswa, tahap penilaian, perilaku siswa di kelas, perilaku siswa di luar kelas, dan perilaku siswa di masyarakat.

Pelaksanaan pembelajaran teknik mesin terdiri atas dua tahap, yaitu tahap Penyajian Guru (shop talk) dan Parktik Siswa. Pada saat shop talk, guru melaksanakan/mempraktikkan silabus dan job sheet yang sudah dirancang. Selain mempraktikkan butir-butir hard skills seperti guru: (a) menjelaskan substansi dengan jelas, (b) mendemonstrasikan keterampilan baru atau keterampilan lama namun masih ada siswa yang belum betul, (c) menyiapkan bahan ajar (job sheet), (d) menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam shop talk dan demonstrasi keterampilan, (e) menjelaskan pentingnya keselamatan kerja, dan (g) memperhatikan posisi siswa untuk meyakinkan bahwa mereka dapat melihat demonstrasi guru dengan baik; guru juga harus mempraktikkan atau memunculkan butir-butir soft skills dalam shop talk dan demonstrasinya sesuai dengan rancangan.

Butir-butir soft skills yang harus dipraktikkan guru pada saat shop talk, antara lain: (1) kerjasama, misal memberi kesempatan orang lain untuk membantu, atau untuk bertanya, (2) komitmen, misal memakai perangkat keselamatan kerja, (3) cermat, misal hati-hati dalam menggunakan peralatan, terutama sewaktu menggunakan alat ukur presisi, (4) tanggung jawab, misal tidak melempar kesalahan kepada orang lain, (5) disiplin, misal jarang terlambat datang, (6) kemampuan mengambil keputusan, misal cepat mengambil keputusan, (7) kemampuan menghargai karya orang lain dan


(30)

karya sendiri, misal tidak senang menjelek-jelekan karya orang lain dan karya sendiri, (8) kemampuan berestetika, misal berpakaian rapi, menata peralatan yang digunakan secara rapi.

Pada saat siswa praktik, guru melaksanakan/mempraktikkan silabus dan job sheet yang sudah dirancang. Selain mempraktikkan butir-butir hard skills seperti guru: (a) memberi job sheet kepada siswa, (b) memberi penjelasan yang mudah difahami, (c) trampil dalam memberikan contoh keterampilan; guru juga harus mempraktikkan butir-butir soft skills. Butir-butir soft skills yang harus dipraktikkan guru pada tahap siswa praktik, antara lain: (1) kerjasama, misal memberi kesempatan siswa untuk bertanya, atau mau membantu siswa yang betul-betul mengalami kesulitan, (2) komitmen, misal memakai perangkat keselamatan kerja atau tetap memfasilitasi dan atau mengawasi siswa selama pembelajaran berlangsung, (3) cermat, misal hati-hati dalam menggunakan peralatan, terutama sewaktu menggunakan alat ukur presisi, (4) tanggung jawab, misal tidak melempar kesalahan kepada orang lain atau siswa, (5) disiplin, misal jarang terlambat datang, (6) kemampuan mengambil keputusan, misal cepat mengambil keputusan bila mengahadapi masalah termasuk masalah yang muncul dari siswa, (7) kemampuan menghargai karya orang lain dan karya sendiri, misal tidak senang menjelek-jelekan karya orang lain atau karya siswa, (8) kemampuan berestetika, misal berpakaian rapi, mengingatkan siswa yang tidak rapi.

Tahap terakhir dalam pembelajaran teknik mesin adalah tahap penilaian. Pada tahap penilaian, evaluator harus mencermati dan menilai bagaimana penilaian yang dilakukan guru, apakah penilaian guru mencakup perilaku siswa selama proses pembelajaran dan penilaian terhadap produk praktik. Oleh karena perilaku siswa dalam pembelajaran praktik sudah dinilai pada tahap siswa praktik, maka evaluator hanya memfokuskan pada penilaian terhadap produk praktik siswa. Pada saat menilai produk, guru seharusnya menilai: (a) ukuran, (b) kecepatan, dan (c) kerapihan pekerjaan.


(31)

Jadi soft skills yang dicermati pada penilaian produk hanya kemampuan berestetika, misal kerapihan pekerjaan.

Selain hard skills (pengetahuan dan kemampuan teknis), paling tidak delapan butir soft skills (kerjasama, komitmen, cermat, tanggung jawab, disiplin, kemampuan pengambilan keputusan, kemampuan menghargai karya sendiri dan karya orang lain, dan kemampuan berestetika) yang harus diamati dalam output, outcome, dan impact pada Gambar 4. Instrumen untuk mengevaluasi butir-butir soft skills ini dikembangkan bersamaan dengan kegiatan merancang program dan merancang evaluasi pembelajaran teknik mesin. Hasil evaluasi dibandingkan dengan kriteria atau tujuan program, bila hasil evaluasi belum sesuai dengan tujuan maka hasil digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan kegaiatan pembelajaran.

Hadirin yang berbahagia, SIMPULAN

Sampai saat ini, kondisi pendidikan di Indonesia masih memerlukan perbaikan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kasus yang menggambarkan betapa memprihatinkannya kondisi pendidikan di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah kehidupan para pelajar yang kurang memperhatikan tugas utamanya sebagai pelajar, yakni belajar. Masih banyak pelajar yang senang tawuran, kebut-kebutan di jalanan atau melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak bermanfaat bahkan cenderung merugikan orang lain. Bisa dipastikan, siswa yang seperti ini belum memiliki soft skills seperti yang diharapkan, bahkan jauh dari harapan. Hal ini dikarenakan pembelajaran di SMK Jurusan Teknik Mesin masih perlu perbaikan. Ini berarti bahwa masih diperlukan kerja keras untuk membenahi pembelajaran di SMK Jurusan Teknik Mesin, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah optimalisasi evaluasi pembelajaran.

Optimalisasi evaluasi adalah usaha memaksimumkan hasil evaluasi dan pemanfaatannya. Jangan sampai hasil evaluasi tidak tepat sehingga tidak dapat dimanfaatkan. Atau, hasil evaluasi suatu komponen program sudah


(32)

tepat namun karena antar komponen tidak saling terkait maka hasil evaluasi juga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dapat terjadi manakala evaluator tidak memahami dengan baik komponen-komponen program yang dievaluasinya, dan juga tidak memahami kaitan antar komponen program.

Evaluasi pembelajaran teknik mesin dapat optimal manakala cara evaluasi yang digunakan adalah Logic Model. Evaluasi yang dirancang secara terpadu dengan program yang akan dievaluasinya, yakni program yang memiliki komponen-komponen yang secara sistematis dan logis saling berhubungan; antara komponen program (misal input) dengan komponen program lainnya (misal kegiatan yang terencana), dan perubahan perilaku yang diharapkan atau hasil program.

Dengan menggunakan logic model maka akan ada serangkaian hubungan yang logis mulai resources sampai pada impact. Rangkaian ini merupakan rangkaian perencanaan program sekaligus evaluasinya. Penyusunan rancangan kegiatan pada program, sekaligus penyusunan instrumen yang akan digunakan pada saat melakukan evaluasi itu. Selain itu, evaluator mengenali dengan baik komponen-komponen program yang akan dievaluasi dan keterkaitan antar komponen. Dengan cara demikian maka evaluasi akan optimal karena betul-betul mengukur komponen atau kegiatan yang dilakukan dan hasil program, sehingga: (1) kecil kemungkinannya terjadi ketidaksesuaian antara input dan output, serta (2) hasil evaluasi betul-betul dapat dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran yang pada gilirannya mampu meningkatkan soft skills lulusan.

Hadirin yang berbhagia, PENUTUP

Demikianlah pidato pengukuhan Guru Besar saya, terima kasih atas kesabaran dan perhatian para hadirin yang berbahagia untuk mengikuti pidato ini. Dengan segala kerendahan hati, saya menyadari bahwa pidato ini masih jauh dari sempurna karena berbagai keterbatasan saya, namun saya tetap berharap mudah-mudahan pidato yang sederhana dan kecil ini


(33)

bermanfaat bagi pembacanya. Selain itu, pada kesempatan yang baik ini, saya merasa wajib bersyukur kepada Allah karena alhamdulillah telah dianugerahi gelar Professor, suatu jabatan tertinggi di bidang akademik.

Guru Besar ini tidak mungkin dapat tercapai tanpa ijin dari Allah melalui berbagai perantara yang berbentuk bantuan dari berbagai fihak, antara lain: berupa dorongan, pikiran, dan pemberian semangat kepada saya. Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini, perkenankanlah saya menyampaikan banyak terima kasih kepada: (a) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah mengangkat saya sebagai Guru Besar, (2) Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kemendikbud yang telah menilai kelayakan usulan Guru Besar saya, (3) Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah menyetujui usulan dan mendorong saya untuk mengusulkan Guru Besar, (4) Tim tujuh yang terdiri atas: Prof. Dr. Rochmat Wahab, MPd., M.A., Prof. Dr. Nurfina Aznam, S.U., Apt, Prof. Djemari Mardapi, PhD, Prof. Dr. Wuraji, Prof. Dr. Haryadi, Prof. Dr. Jumadi, dan Prof. Pardjono, PhD yang telah memberi masukan dan membimbing dengan cermat sehingga usulan Guru Besar saya on the track, (5) Tim Penyerasi naskah pidato saya, yakni: Prof. Dr. Rochmat Wahab, MPd., M.A., Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum, Wardan Suyanto, MA, Ed.D, Prof. Djemari Mardapi, PhD, Prof. Dr. Haryadi, Prof. Dr. Jumadi, dan Prof. Pardjono, PhD (6) Prof. Dr. Gaguk Margono, Prof. Dr. Ismet Basuki sebagai reviewer external dan Prof. Djemari Mardapi, PhD, Prof. Pardjono, PhD sebagai reviewer internal karya ilmiah saya, (7) Dekan Fakultas Teknik yang telah mengusulkan ke Universitas agar usulan Guru Besar saya diproses, (8) Ketua Jurusan dan teman-teman dosen Jurusan Pendidikan Teknik Mesin yang telah menyetujui saya untuk mengusulkan Guru Besar, dan (9) semua fihak yang telah membantu mulai dari permulaan usulan sampai SK Guru Besar saya keluar. Semoga amal kebaikan Bapak/Ibu yang saya hormati dan telah saya sebutkan tadi menerima balasan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amien3x.

Terima kasih juga saya sampaikan kepada yang terhormat: (1) Bapak dan Ibu guru saya di Sekolah Dasar Jebugan Bantul, Sekolah Teknik Negeri 1


(34)

Bantul, Sekolah Teknologi Menengah Pertanian Bantul, (2) dosen pembimbing skripsi S1 saya, yakni Bapak Prof. Sukamto, PhD, (3) dosen pembimbing tesis S2 saya, yakni Prof. Sutrino Hadi, MA (alm) dan Bapak Prof. Sukamto, PhD, (4) promotor saya, yakni: Prof. Dr. Sumadi Suryabrata (alm), Prof. Djemari Mardapi, PhD, dan Jahja Umar, PhD, dan (5) semua fihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memotivasi dan membimbing saya. Semoga amal kebaikan Bapak/Ibu yang saya hormati, saya banggakan, dan saya sebutkan tadi menerima balasan kebaikan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amien3x.

Hadirin yang saya muliakan,

Di hari yang berbahagia ini, perkenakanlah saya mengulang-ulang memanjatkan doa kepada Allah untuk kedua orang tua kandung saya yang telah menghadap ALMUMIIT: ya Allah ampunilah segala kesalahan ayah dan ibu saya yang telah menghadapMu, kasihanilah mereka, tempatkanlah mereka berdua di tempat mulia disisiMu. Doa ini saya panjatkan sebagai tanda hormat dan terima kasih yang tidak terhingga kepada Bapak dan Ibu saya yang telah merawat, mendidik, membimbing, mendoakan, dan menyekolahkan sehingga saat ini saya dapat meraih Guru Besar. Untuk mertua saya, Bapak H. Muchsin (almarhum) dan Ibu Hj. Mujikirnah yang sangat saya hormati, perkenankanlah saya menyampaikan banyak terima kasih atas segala bantuan, bimbingan dan doanya sehingga saya dapat meraih Guru Besar ini.

Terima kasih yang tulus dan mendalam saya sampaikan kepada istri tercinta Dra. Nur Wahyumiani, MA dan anak kandung yang saya cintai dan banggakan Rahmat Wicaksono, ST yang telah dengan sabar memberikan dorongan agar saya mengusulkan Guru Besar, membantu dalam bentuk pikiran, dana, dan doa sehingga alhamdulillah, atas ijin Allah saya dapat meraih Guru Besar ini. Terima kasih atas semuanya, dan mohon maaf segala kesalahan saya.


(35)

Tidak lupa, terima kasih juga saya sampaikan kepada adik-adik kandung saya, yakni Ngadiyah, Wagiyem bersama Hari dan anak-anak; adik-adik ipar saya: Dra. Nur Wahyumiati bersama Suryadi dan anak-anak, Dra. Nur Hidayatun bersama Samsudi, SH dan anak-anak, Nur Syamsiati, S.Pd dan anak-anak, anak mantu dan cucu, Ir. Rahmat Nugroho, MM bersama Dewi dan anak-anak yang telah membantu doa sehingga alhamdulillah jabatan Guru Besar ini dapat saya raih.

Hadirin yang berbahagia,

Perkenankanlah saya menutup pidato saya ini dengan doa:

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka. Amien, yaa Rabbal ‘aalamiin.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, M.J. & Yen, W.M. 1979. Introduction to measurement theory. Monterey, CA: Brooks/Cole Publishing Company.

Badrun Kartowagiran, Amat Jaedun, dan Heri Retnowati. 2012. Evaluasi implementasi standar proses dan standar penilaian di SMK Jurusan Teknik Mesin di D.I. Yogyakarta. Laporan penelitian. Yogyakarta: tidak diterbitkan

Barber, M and Mourshed, M. 2012. Profesional development international. New York: Pearson

Chaturvedi, A., Yadav, K.A., and Bajpai, S. 2011. Communicative approach to soft and hard skills. VSRD-IJBMR, Vol. 1 (1), 2011, 1-6. Diambil tanggal 10 Februari 2013

Coates, D.E. 2006. People skills training: Are you getting a return on your investment?. Diambil tanggal 8 Februari 2013 dari www.Initforlife.com.


(36)

Djemari Mardapi. 2008. Teknik penyusunan instrumen: tes dan non tes. Yogyakarta: MITRA CENDIKIA

Fernandes, HJX. 1984. Evaluation of educational program. Jakarta : National Education Planning Evaluating and Curriculum Development

Fitzpatrick, J.L., Sanders, J.R., and Worthen B.R. 2011. Program evaluation: Alternative approach and practical guidelines. New York: Pearson Education. Inc.

Gronlund, N.E. 1985. Measurement and evaluation in teaching. New York: Macmillan Publising Co.

Gultom, S (KaBPSDMP & PMP). 2011. Strategi pembinaan profesionalisme guru. Disampaikan pada Workshop Pengembangan soal Uji Kompetensi Awal di Hotel Sentul Bogor, 2- 4 Februari 2012.

Jamal Ma’mur Asmani. 2011. Buku Panduan Internalisasi pendidikan karakter di sekolah. Yogyakarta: Diva Press

Keeves, J.P. and G.N. Masters. 1999. Introduction. Advances in measurement in educational research and assessment ( edited by: John P. Keeves and Geofferey Masters Tokyo: Pergamon

Kellog Foundation. 2004. Logic model development guide. Michigan: www.wkkf.org. Diambil 20 Februari 2013.

Leigybody, G.B., dan Kidd, M.D. 1968. Methods of teaching shops and technical subject. New York: Delmar Publishers.

Marzano, R.J. Frontier, T., Livinnhston, D. 2011. Effective supervision. Alexandria: ASCD

McNamara .1998. Logic Model.

http://www.healthpromotion.act.gov.au/utilities/about.htm. Diambil 20 Februari 2013.

Mills, H.R. 1977. Teaching and training . London: Macmillan Press, Ltd

Mitcell, W.G. 2008. Essential soft skills for success in the twenty-first century workforceas perceived by business educators. Diambil 8 Februari 2013 Permendiknas R.I. Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

Lulusan

Permendiknas R.I. Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

Ryan, D.C. 1960. Characteristics of teachers, A research study: their description, comparation and appraisal. Washington D.C.: American Council of education

Salkind, N.J. 2013. Test & measurement for people who hate test & measurement. California: SAGE Publication, Inc.


(37)

Soeprijanto .2010. Pengukuran kinerja guru praktik kejuruan. Jakarta: CV.Tursina.

Stigin, R. and Chapuis, J. 2012. Introduction to student involved assessment for learning, 2 nd edition. Boston: Addison Wesley.

Trespeces, FA. 1993. The CIPP Model. Qoezon City : Innotech.

Wright, B. D., & Stone, M. H. (1992). Best test design. Chicago: Mesa Press.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Prof. Dr. Badrun Kartowagiran

NIP/NIDN : 19530725 197811 1 001// 0025075303

Satminkal : Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Tempat dan Tanggal Lahir : Bantul, 25 Juli 1953

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

Status Perkawinan : Kawin Belum Kawin Janda/Duda

Agama : Islam

x x


(38)

Golongan, TMT : IV b, TMT: 1 Okt 2000 Memiliki Sertifikat dosen : Ya Tidak

Jabatan Fungsional Akademik , TMT : Guru Besar, TMT 1 Agust 2012

Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta (UNY),

Alamat : Karangmalang, Yogyakarta, 55281

Telp./Faks. : (0274) 520326/550835

Alamat Rumah : Gejayan, JL. Mangga, Gang Apel 101

RT 07, RW 31, Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta 55283

Telp./Faks. : (0274) 881523

Alamat e-mail : badrunkw@yahoo.com

RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI Tahun

Lulus

Jenjang Perguruan Tinggi Jurusan/

Bidang Studi

1977 Sarjana IKIP Yogyakarta Pend. Teknik Mesin

1992 Magister IKIP Jakarta Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

2005 Doktor Universitas Gadjah Mada Psikologi/ Psikometri

PELATIHAN

No. Tempat Pelatihan Bidang Pelatihan Lama

Pelatihan

Tahun

Ket.

1 New York, USA Bank Soal 5 hari 2012 Dibiayai Bank

Dunia

2 Pascasarjana UNY Psikometri

4 hr 2009 Pelatih dr

Utrech University, Belanda

3 Pascasarjana UNY Psikometri

4 hr 2008 Pelatih dr

Massachusetts University, USA


(39)

4 RMIT University Melbourne, Australia

Research by project

7 hr 2008

5

Unair, Surabaya Statistik Lanjut:

Structural Equation Modeling (SEM)

4 hr 2004

6

Deakin University Boorwud, Australia

Penelitian

Tindakan 3 bln 1997

7

SEAMEO, Manila Filipina Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

3 bln 1993

PENGALAMAN PENELITIAN (diutamakan 5 tahun terakhir)

No

. Judul Kedudukan Tahun Ket.

1 Kinerja guru pasca sertifikasi Ketua 2012 Dikti

2 Model penjaminan mutu sekolah Anggota 2012 Dikti

3 Pemetaan daerah berdasar daya serap

UN Anggota 2011

Litbang, Diknas

4 Hibah Pascasarjana Tahun ke I:

Model Evaluasi Kinerja Guru Ketua 2011 Dikti

5 Hibah Pascasarjana Tahun ke I:

Model Penjaminan Mutu Sekolah Anggota 2011 Dikti

6 Hibah Pascasarjana Tahun ke II: Pengembangan bank soal berbasis


(40)

guru

7 Hibah Pascasarjana Tahun ke II:

Pengembangan soal yang baku dan nis bias

Anggota 2010 Dikti

8 Evaluasi kinerja lulusan Prodi

Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Ketua 2010 UNY

9 Materi Sulit pada soal Ujian Nasional

SMP Tahun 2009 Ketua 2010 UNY

10

Hibah Fundamental Tahun ke II: Uji unidimensionalitas soal UAN Matematika SMP Tahun 2007

Ketua 2009

Dikti

11 Hibah Pascasarjana Tahun ke I: Pengembangan bank soal berbasis guru

Anggota 2009 Dikti

12 Hibah Pascasarjana Tahun ke I:

Pengembangan soal yang baku dan nis bias

Anggota 2009 Dikti

13 Strategi Nasional: Pengembangan

model evaluasi kinerja guru profesional Anggota 2009 Dikti

14 Komitmen moral Polri Anggota 2009 Sespim Polri

15

Hibah Fundamental Tahun ke I: Uji unidimensionalitas soal UAN Matematika SMP Tahun 2007

Ketua 2008

Dikti

16

Validitas prediktif tes masuk SMP di D.I. Yogyakarta

Ketua 2007

UNY 17

Validitas konstruk TPA sebagai tes masuk Universitas Negeri Yogyakarta

Ketua 2006


(41)

KARYA PENTING YANG DITAMPILKAN DALAM SEMINAR (5 tahun terakhir)

No. Judul Tempat Tahun

1 Seminar Nasional: Model penilaian

kinerja guru Pascasarjana UNY 2012

2

Workshop: Penilaian berbasis kriteria Fakultas Psikologi UGM

2012

3 Workshop:Pemanfaatan hasil penilaian Fakultas Teknik UNY

2012

4

Workshop: Metodologi penelitian Fakultas Psikologi

UGM 2012

5 Workshop: Pengembangan instrumen

evaluasi berbasis tes

FKIP Universitas

Ahmad Dahlan 2012

6 Seminar Nasional: Strategi

peningkatan kompetensi guru Fakultas Teknik UNY 2012

7 Seminar Nasional: Materi sulit pada soal Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP

Lemlit UNY 2011

8

Workshop: Sistem penilaian di RSBI Universitas Ahmad

Dahlan 2011


(42)

pada PLPG sertifikasi guru dalam jabatan

Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta

10

Workshop: Pengembangan kurikulum

diklat PPPPTK Kesenian 2010

11

Uji kompetensi dalam Pendidikan Profesi Guru di Universitas PGRI Yogyakarta

Hotel Saphir Yogyakarta

2010

12

Uji kompetensi dalam Pendidikan Profesi Guru di Universitas Negeri Yogyakarta

Universitas Negeri Yogyakarta

2010

13

Seminar Regional: Peningkatan

kualitas soal uji kompetensi guru Unnes, Semarang 2010

14

Seminar Regional: Peningkatan kualitas pembelajaran dalam PLPG melalui peningkatan kualitas soal uji kompetensi guru

Uhamka, Jakarta 2010

15

Seminar Nasional: Revitalisasi guru

melalui sertifikasi guru Teacher

Development Centre (TDC) Surakarta

2010

16

Seminar Nasional: Penjaminan dan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

LPMP Kalimantan Tengah

2010

17

Seminar Nasional: Identifikasi Bias Butir Perangkat UN Matematika SMP 2003 Menggunakan Teori Respons Multidimensi

HEPI Jakarta 2010

18 Seminar Lokal: Sertifikasi guru, peningkatan profesionalisme guru

Dinas Pendidikan Kota Bau-Bau, Sulsel

2009

19 Seminar Nasional: Profesionalisme mrpk strategi peningkatan kualitas guru


(43)

20 Seminar Nasional: Meningkatkan profesionalisme guru melalui realitas sertifikasi guru

Teacher

Development Centre (TDC) Surakarta

2009

21 Seminar Nasional: Sekolah Bertaraf Internasional

HEPI Lampung, Bandar Lampung

2009

22 Seminar Nasional: Sertifikasi = mutu + kesejahteraan guru

Tribun Batam, Batam 2008

23 Seminar Nasional: Sertifikasi guru: suatu tantangan dan harapan

Unes, Semarang 2008

24 Seminar Nasional: Sertifikasi guru: suatu tantangan dan harapan

Teacher

Development Centre (TDC) Surakarta

2008

25 Seminar Nasional: Sertifikasi guru: antara harapan dan realitas

Teacher

Development Centre (TDC) Surakarta

2008

26 Seminar Nasional: Strategi guru dalam menghadapi sertifikasi guru

Lemlit UNY 2007

27 Seminar Nasional: Sertifikasi guru: suatu strategi untuk meningkatkan kualitas guru

UIN Sunan Kalijaga 2007

ARTIKEL DALAM JURNAL YANG DITERBITKAN

No. Judul Tahun Nama/Penerbit

Jurnal


(44)

hasil belajar NIR bias dan terskala baku Pascasarjana UNY

2

Rintisan bank soal berbasis kinerja guru untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia

SMP di D.I. Yogyakarta 2011

Cakrawala Pendidikan/

Lembaga Penelitian 3 Kinerja guru profesional (pasca

sertifikasi) 2011

Jurnal Kependidikan/ Lembaga Penelitian 4 Uji unidimensionalitas soal UAN

Matematika SMP Tahun 2007 2008

Penelitian dan Evaluasi Pendidik-an/Pasca sarjana UNY

5

Validitas prediktif tes masuk SMP di D.I. Yogyakarta 2007 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan/ Pasca sarjana UNY 6

Hubungan subtes kemampuan verbal, kuantitatif, penalaran dengan TPA untuk calon mahasiswa non-reguler

2006

Jurnal

Kependidikan/Lemli t UNY

7 Analisis kritis terhadap ujian akhir

nasional 2005

Dinamika/Diknik Mesin

8

Pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian tindakan di bidang psikologi

1999 Kontroversi/Univ Malang

PENGALAMAN JABATAN No.

Nama Pekerjaan Dari Sampai Tempat/

Institusi

1 Tim Pemantau Standar Penilaian 2013 - BSNP

2 Ketua Tim Nasional sertifikasi guru 2010 2011 Dikti

3 Tim Nasional Sertifikasi Guru 2005 2011 Dikti

4 Tim Nasional Sertifikasi Guru 2011 sekarang

5 Tim Pemantau Tes Program


(45)

(PISA)

6 Tim Pemantau Standar Penilaian 2009 - BSNP

7 Ketua Tim Adhoc Standar Penilaian

BSNP 2005 2007 BSNP

8 Tim Pemantau Tes Program

International Student Assessment (PISA)

2006

9 Konsultan Diklat Satker Pembinaan

PLP Dinas Pend DIY 2005 Dinas Pend Prov

DIY 10 Dosen Fakultas Teknik UNY (dulu FPTK

IKIP YK) 1977 sekarang FT UNY

11 Dosen Pascasarjana UNY 2005 Sekarang Pascasarj

ana UNY 12 Sekretaris program Doktor PEP

Pascasaarjana UNY 2005 Sekarang Pascasarjana UNY

13 Ketua Program Studi PEP S2

Pascasarjana UNY 2006 2008 Pascasarja na UNY

14 Dosen program Doktor dan Magister

Psikologi UGM 2005 sekarang Psikologi UGM

15 Dosen Program Magister Psikologi UAD 2005 sekarang S2

Psikologi UAD

16 Ketua Pusat pengembangan sistem

pengujian (Pusbangsijian) Lemlit UNY 2005 2010 Lemlit UNY

17 Anggota Redaksi Jurnal HEPI 2006 sekarang Pascasarj

a na UNY 18 Tim Reviewer Nasional untuk penelitian

RII dan AR 2004 2008 Dikti

19 Tim Evaluator Proyek PPM SLTP Kanwil

Depdiknas DIY 2001 2004 Dinas Pend Prov

DIY

20 Waka Tim Redaksi Buletin Penelitian 1995 1998 Lemlit


(46)

21 Anggota Tim Redaksi Warta IKIP

Yogyakarta 1995 1999 LPM UNY

22 Anggota Badan Pertimbangan

Penelitian Lemlit UNY 1995 1999 Lemlit UNY

PENGALAMAN MENGAJAR Mata Kuliah Jenjan

g

Institusi/Jurusan/Program Tahun . s.d.

Praktik Bengkel S1 FT UNY 1978 – 2004

Mekanika Teknik S1 FT UNY 1978 – 2004

Statistik D3 FT UNY 2005 -

sekarang

Statistik S1 FT UNY 2005 -

sekarang Metodologi

Penelitian Pendidikan

S1 FT UNY 2005 -

sekarang Evaluasi

Pembelajaran

S1 FT UNY 2011 -

sekarang Metodologi

Penelitian Pendidikan

S2 Pascasarjana, Teknologi

Pendidikan, UNY

2005 -2006

Konstruksi Instrumen

S2 Pascasarjana, PEP UNY 2005 -

sekarang Evaluasi

Pembelajaran

S2 Pascasarjana, Dikdas UNY 2007 –

sekarang

Evaluasi Program S2 Pascasarjana, PEP UNY 2007 –

sekarang

Praktik Evaluasi S2 Pascasarjana, PEP UNY 2007 – 2010

Evaluasi Kebijakan S2 Pascasarjana PEP UNY 2011 -

sekarang

Statistik S2 Pascasarjana, Dikdas UNY 2007 –


(47)

Statistik S2 Pascasarjana, PLS UNY 2011 – sekarang

Statistik: SEM S3 Pascasarjana, PEP UNY 2007 –

sekarang Konstruksi

Instrumen

S3 Pascasarjana, PEP UNY 2007 – 2008

Praktik Evaluasi S3 Pascasarjana, PEP UNY 2007 – 2010

Statistik S2 Pascasarjana, Psikologi, UAD 2007 –

sekarang Konstruksi

instrumen

S2 Pascasarjana, Psikologi UGM 2007 –

sekarang Seminar

Psikometrik

S3 Pascasarjana, Psikologi UGM 2011

PENGALAMAN MEMBIMBING MAHASISWA

Tahun Pembimbingan / Pembinaan

1980 – sekarang

Skripsi S1

1995 – sekarang

Tugas Akhir, Praktik Industri, D3

2005 – sekarang

Tesis S2

2008 – sekarang

Disertasi S3

PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

No. Judul Tempat Tahun


(1)

21 Anggota Tim Redaksi Warta IKIP

Yogyakarta 1995 1999 LPM UNY

22 Anggota Badan Pertimbangan

Penelitian Lemlit UNY 1995 1999 Lemlit UNY

PENGALAMAN MENGAJAR Mata Kuliah Jenjan

g

Institusi/Jurusan/Program Tahun . s.d.

Praktik Bengkel S1 FT UNY 1978 – 2004

Mekanika Teknik S1 FT UNY 1978 – 2004

Statistik D3 FT UNY 2005 -

sekarang

Statistik S1 FT UNY 2005 -

sekarang Metodologi

Penelitian Pendidikan

S1 FT UNY 2005 -

sekarang

Evaluasi Pembelajaran

S1 FT UNY 2011 -

sekarang Metodologi

Penelitian Pendidikan

S2 Pascasarjana, Teknologi Pendidikan, UNY

2005 -2006

Konstruksi Instrumen

S2 Pascasarjana, PEP UNY 2005 - sekarang Evaluasi

Pembelajaran

S2 Pascasarjana, Dikdas UNY 2007 – sekarang Evaluasi Program S2 Pascasarjana, PEP UNY 2007 –

sekarang Praktik Evaluasi S2 Pascasarjana, PEP UNY 2007 – 2010 Evaluasi Kebijakan S2 Pascasarjana PEP UNY 2011 -

sekarang

Statistik S2 Pascasarjana, Dikdas UNY 2007 –


(2)

Statistik S2 Pascasarjana, PLS UNY 2011 – sekarang Statistik: SEM S3 Pascasarjana, PEP UNY 2007 –

sekarang Konstruksi

Instrumen

S3 Pascasarjana, PEP UNY 2007 – 2008

Praktik Evaluasi S3 Pascasarjana, PEP UNY 2007 – 2010 Statistik S2 Pascasarjana, Psikologi, UAD 2007 –

sekarang Konstruksi

instrumen

S2 Pascasarjana, Psikologi UGM 2007 – sekarang Seminar

Psikometrik

S3 Pascasarjana, Psikologi UGM 2011

PENGALAMAN MEMBIMBING MAHASISWA Tahun Pembimbingan / Pembinaan 1980 –

sekarang

Skripsi S1

1995 – sekarang

Tugas Akhir, Praktik Industri, D3

2005 – sekarang

Tesis S2

2008 – sekarang

Disertasi S3

PENGABDIAN PADA MASYARAKAT


(3)

2 Pelatihan penulisan butir soal UN SMK Direktorat PSMK 2013

3 Pelatihan penulisan butir soal UN SMK Direktorat PSMK 2012

4 Pelatihan penulisan kisi-kisi soal UN SMK Direktorat PSMK 2012

5 Pelatihan penulisan soal pilihan ganda bagi

guru SD Pascasarjana UNY 2012

6 Penyegaran penyusunan soal bagi dosen

Farmasi UGM Fak Farmasi UGM 2011

7 Pelatihan penyusunan kisi-kisi dan butir

soal bagi guru Matematik SMP Pascasarjana UNY 2011

8 Pelatihan penulisan soal bagi guru SD di Kabupaten Sleman

Lemlit UNY 2010

9 Kiat meningkatkan skor Ujian Nasional Pascasarjana UNY 2010

10 Sosialisasi portofolio dalam rangka sertifikasi guru dalam jabatan

UNJA, Jambi 2009

11 Sosialisasi portofolio dalam rangka sertifikasi guru dalam jabatan

UNPAR, Palangkaraya

2009

12 Workshop: Penyusunan kisi-kisi dan butir-butir soal

SMP, SMA

Muhammadiyah se Kab. Cilacap

2008

13 Workshop: Sistem penilaian hasil belajar dalam KTSP

SMP I Bopkri, Yogyakarta


(4)

14 Pelatihan penyusunan silabus dan sistem penilaian dengan KTSP

SMA I Bopkri Magelang

2007

15 Teknik penyusunan portofolio bagi guru Dinas Pendidikan Prov. Jawa Tengah

2007

16 Sosialisasi portofolio dalam rangka sertifikasi guru dalam jabatan

Dinas Pendidikan Prov. Jawa Tengah

2007

17 Sosialisasi portofolio dalam rangka sertifikasi guru dalam jabatan

Dinas Pendidikan Prov. Sumsel

2007

18 Sosialisasi portofolio dalam rangka sertifikasi guru dalam jabatan

Dinas Pendidikan Prov. Sulut

2007

19 Workshop: Sistem penilaian hasil belajar dalam KTSP

SMAN 6, Yogyakarta 2006

PENGALAMAN DALAM ORGANISAISI PROFESI

NO Nama Organisasi Periode Keterangan

1 Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia 1980 - sekarang Anggota

2 Ikatan Alumni Pasca Sarjana IKIP YK 1994- sekarang Anggota

3 Perhimpunan Indonesia untuk Pengembangan Kreativitas (PIPK)


(5)

Indonesia (HEPI) sekarang

5 Asosiasi Mahasiswa dan Alumni Program Pascasarjana UNY

2000 - 2008 Ketua

6 KAGAMA 2005 - sekarang Anggota

PENGHARGAAN/PIAGAM

Tahun Bentuk Penghargan Pemberi

2003 Satya Lencana Kesetiaan 25 Tahun Presiden RI

Daftar riwayat hidup dan riwayat pekerjaan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Apabila ada pernyataan yang tidak didukung data saya bersedia diberi sanksi.

Yogyakarta, 20 April 2013 Yang membuat,

Prof. Dr. Badrun Kartowagiran


(6)