438 pesona kur mengatasi kemiskinan 97

Pesona KUR Mengatasi Kemiskinan
Written by Artikel
Friday, 24 September 2010 10:08 -

Ada optimisme yang digunturkan pemerintah lewat penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR)
yang akan menciptakan multipliers effect. Salah satu ufuk harapan dari kebijakan ini adalah
menekan angka kemiskinan. Dan memang, indikator yang paling gamblang ditatap dari
keberhasilan sebuah pemerintahan adalah, terkikisnya para kaum papa. Tentu, sebuah usaha
keras agar mimpi para kaum marginal ini yang ditargetkan pemerintah susut tinggal 7%
hing-ga-8% dapat terealisasi.
Memang, bila dilacak dari pelbagai jurus, kebijakan pemerintah untuk menekan angka
kemiskinan melalui mantra KUR tercatat cukup ampuh. Kucuran dana kredit dari keran
pemerintah ini hingga akhir 2009 lalu setidaknya telah disalurkan mencapai
Rp 17,18 triliun. Sedangkan, sampai Juni 2010 sebanyak Rp 5,1 triliun. Jadi, rotal outstanding
KUR yang sudah diserahkan kepada masyarakat hingga semester I-2010 sebesar Rp 22,3
triliun.
Tapi, target KUR yang dipatok pemerintah seperti mainan yoyo, naik turun. Target penyaluran
KUR di awal tahun ini ditargetkan mencapai Rp 20 triliun, namun akhirnya dipangkas menjadi
Rp 13,1 triliun. Namun, akhir Agustus lalu, pemerintah kembali menaikkan lagi target
penyaluran KUR menjadi Rp 18 triliun.
Sekadar mengingatkan, program KUR lahir lewat Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 yang

diteken pada 8 Juni 2007. Beleid ini menjadi dasar hukum bagi kebijakan percepatan
pengembangan sektor riil dan pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Langkah kongkret berikutnya dilanjutkan dengan nota kesepahaman bersama antara
pemerintah, perbankan dan perusahaan penjaminan pada 9 Oktober 2007, sehingga lahir jurus
pemerintah untuk mengembangkan UMKM Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Darah segar KUR
"Darah segar" kredit ini pun disambut oleh rakyat. Di tengah kondisi suram, jurus tersebut
memang cukup menentram-kan. Aturan perbankan yang berliku dalam menerima tetesan kredit
dari bank dibabat habis lewat kebijakan ini. Maka tak heran, bank- bank penyalur program
prorakyat ini, yakni BRI, Bank Mandiri, BNI, BTN, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri,
banjir nasabah untuk menerima guyuran KUR.
Kesuksesan program ini terlihat dari barisan nasabah UMKM yang menerima siraman KUR
hingga akhir semester I-2010 hampir tiga juta nasabah. Padahal, pada akhir Desember 2009
lalu, kredit yang dikucurkan masih sebesar Rp 16,2 triliun, dan jumlah nasabah KUR
tidakkurang lebih dari 2,28 juta.
Rapor biru lainnya berdasarkan data dari Kementerian Negara UKM dan Koperasi adalah
sebanyak 12,5% pengusaha mikro telah beralih menjadi pengusaha kecil. Sebanyak 6%
pengusaha kecil meningkat statusnya menjadi pengusaha kelas menengah, dan lebih dari
400.000 pelaku usaha menengah naik kelas menjadi pelaku usaha nasional.


1/3

Pesona KUR Mengatasi Kemiskinan
Written by Artikel
Friday, 24 September 2010 10:08 -

Kalau pemerintah memang serius ter-hadap upaya membabat patologi pembangunan, seperti
penggangguran dan kemiskinan, rute memberi peran lebih terhadap UMKM adalah langkah jitu.
Sebab, sektor ini dalam menyerap tenaga kerja cukup cespleng.
Kita bisa lihat, tahun 2006, bidang usaha dalam payung UMKM masih 49,19 juta usaha. Jumlah
ini terus mengangkasa di tahun-tahun berikutnya menjadi 50,31 juta usaha (2007), 51,58 juta
usaha (2008), dan 52,93 juta usaha (2009). Begitu juga dengan penyerapan jumlah tenaga
kerja yang semakin kolosal, yaitu sebanyak 95,17 juta orang (2006), 97,58 juta orang (2007),
102,04 juta orang (2008), serta 104,48 juta orang (2009).
Melihat kontribusi UMKM dalam menyerap tenaga kerja, maka bukan mimpi yang muluk jika
usaha ini mampu meng-uapkan kubangan kemiskinan. Dan, tentu program pemberian KUR
harus terus dievaluasi serta dimonitoring agar kendala yang dihadapi pelaku usaha kecil lainnya
dapat diketahui.
Soalnya, peran UMKM sebagai ladang devisa lewat ekspor, nilainya juga terus menanjak. Total
ekspor hingga akhir tahun 2009 dari produk UMKM mencapai US$ 1,22 miliar. Angka ini terus

merangkak naik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang US$ 942,98 juta (2006) dan USS
1,06 miliar (2007).
Noda-noda KUR
Namun, berbagai nila dalam program KUR memang sedikit demi sedikit disi-bak pemerintah.
Salah satunya, ketimpangan kredit yang masih menyisihkan sektor pertanian, mulai tahun ini
akan menjadi fokus sasaran.
Sektor pertanian yang masuk dalam skema kredit tersebut, masing-masing agribisnis, kelautan,
perikanan, perkebunan, dan peternakan. Potensi sektor usaha itu dinilai sangat besar
mendukung perekonomian nasional. Selama ini, sektor pertanian yang tersentuh program KUR
hanya 27,12%, tidak berimbang dengan sektor perdagangan danjasa yang mencapai 56,48%.
Noda lain yang cukup mencemaskan langkah program KUR ke depan adalah, posisi non
performing loan (NPL) alias kredit macet. Rasionya tercatat masih tinggi. Memang, saat ini,
ratio kredit macet KUR di atas 5%. Tetapi, posisi kredit macet tersebut sempat menyentuh level
6% pada akhir tahun 2009 kemarin.
Jika pada Januari 2009 lalu, rasio NPL KUR masih cukup sehat, yakni hanya 1,49%, kemudian
bergeser naik pada Febuari menjadi 1,68%. Pada dua bulan berikutnya Maret dan April
melambung menjadi 4,99% dan 4,41%. Tingginya rasio kredit seret ini terus meroket pada
bulan-bulan selanjutnya, yaitu Mei, Juni, Juli dan Agustus, masing-masing berturut-turut
sebesar 5,39%, 5,60%, 5,70%, dan 5,82%. Bahkan pada September 2010, kredit bermasalah
KUR terus bertambah sehingga rasio NPL-nya tercatat sebesar 5,96%.

Memang, dari awal, ketika program tersebut dibidani oleh pemerintah dan diserahkan
pelaksanananya kepada bank-bank yang sahamnya dimiliki negara, ke-bUakan KUR
mengeluarkan aroma risiko yang cukup besar, terutama melihat dari longgarnya aturan sebagai

2/3

Pesona KUR Mengatasi Kemiskinan
Written by Artikel
Friday, 24 September 2010 10:08 -

debitur. Sempat beredar kabar tidak sedap bahwa KUR merupakan gelanggang pencucian
kredit macet di perbankan. Dengan program penjaminan dari pemerintah lewat Asuransi Kredit
Indonesia (Askrindo), bank-bank penyalur menggiring kredit macet yang sebelumnya tidak
dalam wadah KUR, menjadi debitur KUR.
Perilaku kotor irti belum terbukti kebenarannya, tetapi tentu pemerintah harus mempunyai
rambu serta kontrol bagi pelaksana program KUR. Pengawasan yang ketat salah satu
kuncinya, agar KUR tetap terjaga dan jeritan kemiskinan lam-bat-laun akan sirna.
Sumber : Harian Kontan

3/3