Skrining Mukosa Bukal Rongga Mulut Perokok Kretek Dengan Menggunakan Pewarnaan Papanicolaou Yang Dihubungkan Dengan Nilai mAgNOR

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Rokok merupakan silinder dari kertas yang berisi daun tembakau kering yang
telah dicacah.1 Rokok dikonsumsi dengan cara dibakar pada salah satu ujung dan
dihisap pada ujung lainnya.2 Rokok yang paling populer di dunia adalah rokok putih,
namun peredaran rokok putih di Indonesia hanya mencapai 3,7%, masyarakat
Indonesia lebih menyukai rokok kretek, penyebarannya mencapai 80,4%.2 Rokok
kretek adalah rokok dengan tambahan cengkeh dan bahan lainnya.2,3 Kadar tar dalam
rokok kretek lebih tinggi dibanding rokok putih. Kadar tar yang tinggi dilaporkan
berpotensi menyababkan kanker.4 Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok
terbesar di dunia.5 Pemerintah Indonesia sudah berupaya membatasi peredaran rokok,
melalui promosi kesehatan dalam media masa, namun prevalensi perokok tidak
menurun dan cenderung tetap dari 34,2% ditahun 2007, 34,7% ditahun 2010 dan 36,3%
ditahun 2013.6 Sebesar 85% insidensi kanker rongga mulut disebabkan oleh kebiasaan
merokok, semakin lama merokok, semakin banyak rokok yang dihisap maka semakin
besar risiko terkena kanker rongga mulut.7
Kanker rongga mulut merupakan tumor ganas yang berkembang disetiap

bagian rongga mulut. Insidensi kanker rongga mulut merupakan yang keenam terbesar
di dunia.8-11 Di Amerika, Eropa dan Australia angka kejadian kanker rongga mulut
berada dibawah 5%, sementara di negara berkembang seperti India angka kejadian
kanker rongga mulut mencapai 50-70%.9,10 Lebih dari 90% kanker rongga mulut
berasal dari sel epitel skuamosa sehingga sering kali disebut dengan oral squamous cell
carcinomas (OSCC).12 Etiologi kanker rongga mulut disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya iritasi kronis dari gigi-geligi dan protesa yang tajam, kebiasaan merokok,
konsumsi alkohol, trauma mekanis, menyuntil, infeksi kronis (sipilis, kandidiasis
kronis, virus), paparan sinar ultra violet, lesi mukosa (oral epithelial dysplasia, lichen
planus, oral submucous fibrosis) serta faktor genetik. 9-11

Universitas Sumatera Utara

2

Perokok memiliki kecenderungan yang lebih tinggi terkena kanker rongga
mulut dibandingkan bukan perokok.8,9 Panas dari pembakaran rokok menyebabkan
iritasi kronis pada mukosa rongga mulut, bahan karsinogen berupa Tobbaco spesific N
Nitrosamines (TSNAs) pada rokok dapat membentuk ikatan kovalen dengan
Deoxiribonucleid Acid (DNA) sehingga menyebabkan kerusakan DNA. Karsinogen

pada rokok merusak gen penekan tumor p53, akibatnya DNA yang rusak tidak dapat
diperbaiki. Secara normal, sel yang mengalami mutasi DNA akan memperlambat siklus
sel dan memperbaiki DNA yang rusak pada fase checkpoint. Pada kondisi dengan
kerusakan gen p53, sel tidak dapat memperbaiki DNA dan sel yang mengalami mutasi
akan terus berproliferasi secara abnormal. Apabila kondisi ini berlangsung terus
menerus, hal ini dapat menyebabkan transformasi berupa metaplasia, displasia, dan
akhirnya menjadi anaplasia (karsinoma).4,10
Diagnosis kanker rongga mulut dapat ditegakan dengan pemeriksaan
histopatologi jaringan, namun untuk kebutuhan deteksi dini atau skrining, pemeriksaan
sitologi dapat dilakukan. Pemeriksaan eksfoliatif sitologi merupakan prosedur yang
mudah, murah dan tidak invasif sehingga memungkinkan untuk dilakukan.13 Beberapa
penelitian belum dapat memastikan keakuratan pemeriksaan eksfoliatif sitologi, namun
pemeriksaan ini telah dikembangkan dan dimodifikasi menjadi lebih baik, diantaranya
teknik cytobrush dan metode Imagine Analysis System. Pemeriksaan sitologi
membutuhkan proccessing laboratorium berupa pewarnaan sebelum akhirnya sampel
diamati dibawah mikroskop cahaya untuk di diagnosis.13-15
Proccessing sitologi yang sering digunakan adalah pewarnaan Papanicolaou
(PAP).15 Hasil pewarnaan PAP dapat diklasifikasikan menjadi normal, displasia dan
anaplasia, berdasarkan hasil pengamatan di bawah mikroskop cahaya.10 Pewarnaan
histokimia dengan Silver stained Nucleolar Organizer Regions (AgNOR) juga dapat

digunakan sebagai metode pemeriksaan untuk mendiagnosis kanker rongga mulut.16
Pemeriksaan AgNOR telah banyak dilakukan untuk mengidentifikasi keganasan pada
sel. AgNOR merupakan penanda sensitif yang dapat menunjukan aktifitas sel di dalam
nukleus. Di dalam nukleus terdapat gen ARF tumor suppressor dan nucleophosmin
yang berperan dalam dalam sintesis Ribosom Ribonuceid Acid (rRNA). Pada sel normal

Universitas Sumatera Utara

3

perwarnaan AgNOR akan menunjukkan sebanyak 1-2 titik hitam didalam nukleus,
sementara pada sel yang telah mengalami mutasi akan dijumpai jumlah titik AgNOR
yang lebih banyak dengan ukuran lebih besar dan kualitas yang buruk.17 Hal ini
menunjukkan bahwa pewarnaan AgNOR dapat digunakan untuk melihat aktifitas
proliferasi sel didalam nucleus yang menandakan keganasan suatu sel. Penelitian
Fontes, dkk. (2008) di Sao Paulo Brazil melaporkan, gambaran inflamasi pada sel lidah
perokok sebesar 90% dan pada bukan perokok sebesar 87%, serta terdapat perbedaan
yang signifikan antara nilai rerata AgNOR (mAgNOR) perokok dan bukan perokok.18
Penelitian mengenai skrining mukosa bukal rongga mulut pada perokok kretek,
khususnya pengaruh rokok kretek terhadap kanker rongga mulut di Medan belum

pernah dilakukan. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai skrining mukosa bukal rongga mulut perokok kretek
dengan menggunakan pewarnaan Papanicolaou yang dihubungkan dengan nilai
mAgNOR di kelurahan Padang Bulan kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tampilan diagnosis sitologi dengan pewarnaan Papanicolaou yang
dihubungkan dengan peningkatan nilai mAgNOR berdasarkan lama kebiasaan
merokok, jumlah rokok yang dihisap dan lama paparan setiap kali merokok pada
mukosa bukal rongga mulut perokok kretek di kelurahan Padang Bulan kota Medan ?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui diagnosis sitologi pewarnaan Papanicolaou dan nilai rerata
titik hitam AgNOR yang diambil dari eksfoliatif sitologi mukosa bukal rongga mulut
pria perokok kretek di kelurahan Padang Bulan kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

4


1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui diagnosis sitologi pewarnaan Papanicolaou.
2. Untuk mengetahui nilai rerata titik hitam AgNOR yang dihubungkan dengan
diagnosis sitologi pewarnaan Papanicolaou.
3. Untuk mengetahui nilai rerata titik hitam AgNOR berdasarkan lama
kebiasaan merokok, jumlah rokok yang dihisap setiap hari dan lama paparan setiap
kali merokok.
1.4 Hipotesis Penelitian
Hα : Terdapat peningkatan nilai mAgNOR dan transformasi sel pada diagnosis
sitologi dengan pewarnaan Papanicolaou mukosa bukal rongga mulut perokok kretek
di kelurahan Padang Bulan kota Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang kedokteran
gigi mengenai dampak merokok terhadap perubahan sel mukosa bukal rongga mulut
yang dihubungkan dengan peningkatan nilai mAgNOR.

1.5.2 Manfaat Praktis

Sebagai informasi awal penelitian lanjutan mengenai dampak kebiasaan
merokok terhadap perubahan pada mukosa bukal rongga mulut.

Universitas Sumatera Utara