Penyakit Kulit yang Tersering pada Masyarakat Pesisir Pantai di Kecamatan Pantai Labu Desa Rugemuk Periode Juli–Agustus 2014

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira kira
15 % berat badan. Kulit merupakan organ yang essensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis,
dan sensitif bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan juga bergantung
pada lokasi tubuh.
Warna kulit berbeda beda, dari kulit yang bewarna terang (fair skin),
pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta
warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa.
Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya kulit,
kulit elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang
tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan orang dewasa. Kulit yang
tipis terdapat pada muka, yang tebal pada kepala dan yang lembut pada leher dan
badan (Adhi Djuanda, dkk, 2011).


Menurut Siregar, 2003, ada 2 jenis ruam kulit.
1. Ruam kulit primer
- Makula adalah perubahan warna kulit tanpa perubahan bentuk seperti pada
tinea versikolor.
- Eritema adalah makula yang bewarna merah, seperti pada dermatitis lupus,
eritematosus.
- Papula adalah penonjolan padat diatas permukaan kulit, berbatas tegas,
berukuran kurang dari ½ cm.
- Nodula sama seperti papula tetapi diameternya lebih besar dari 1 cm,
misalnya pada prurigo nodularis.
- Vesikula adalah gelembung gelembung yang berisi cairan serosa dengan
diameter kurang dari 1 cm, misalnya pada varisela dan herpes zoster.

Universitas Sumatera Utara

6

- Bula adalah vesikel dengan diameter lebih besar dari 1 cm, misalnya
pemfigus, luka bakar. Jika vesikel berisi darah disebut vesikel hemoragik,
jika bula berisi nanah disebut bula purulen.

- Pustula adalah vesikel berisi nanah, seperti pada variola, varisela, psoriasis
pustulosa.
- Urtika adalah penonjolan diatas permukaan kulit akibat edema setempat dan
dapat hilang perlahan-lahan, misalnya pada dermatitis medikamentosa dan
gigitan serangga.
- Tumor adalah penonjolan di atas permukaan kulit berdasarkan pertumbuhan
sel maupun jaringan tubuh.
- Kista adalah penonjolan diatas permukaan kulit berupa kantong yang berisi
cairan serosa atau padat atau setengah padat, seperti kista epidermoid.
- Plak adalah peningian di atas permukaan kulit, permukaanya rata dan berisi
zat padat (biasanya infiltrat), diameternya 2 cm atau lebih.

2. Ruam kulit sekunder
- Skuama adalah pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit.
- Krustosa adalah onggokan cairan darah, kotoran, nanah, dan obat yang
sudah mengering diatas permukaan kulit, misalnya impetigo krustosa,
dermatitis kontak.
- Erosi adalah kerusakan kulit sampai stratum spinosum. Kulit tampak
menjadi merah dan keluar cairan serosa, misalnya pada dermatitis kontak.
- Ekskoriasi adalah kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris sehingga

kulit tampak merah disertai bintik bintik perdarahan. Ditemukan pada
dermatitis kontak dan ektima.
- Ulkus adalah kerusakan kulit (epidermis dan dermis) yang memiliki dasar,
dinding, tepi, isi misalnya ulkus tropikum, ulkus durum.
- Parut adalah jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis yang
sudah hilang.
- Abses adalah kantong yang berisi nanah didalam jaringan.

Universitas Sumatera Utara

7

- Likenifikasi adalah penebalan kulit sehinga garis-garis lipatan/relief kulit
tampak lebih jelas, seperti prurigo, neurodermatitis.
`- Hiperpigmentasi adalah penimbunan pigmen berlebihan sehingga kulit
tampak lebih hitam dari sekitarnya.
- Hipopigmentasi adalah kelainan yang menyebabkan kulit menjadi lebih
putih dari sekitarnya, misalnya pada skleroderma dan vitiligo.

Berdasarkan


hasil

pengumpulan

data

dari

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota di Puskesmas Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2005, penyakit
kulit alergi menempati peringkat ke-5 dan penyakit kulit infeksi menempati
peringkat ke-6, penyakit kulit terinfeksi dapat disebabkan oleh jamur, bakteri,
parasit dan virus. Beberapa penyakit kulit tersebut akan diterangkan.
2.2. Penyakit Kulit Infeksi
2.2.1. Jamur
Jamur merupakan organisme saprofit yang pada lingkungan tertentu yang

menguntungkannya akan tumbuh menginvasi jaringan kulit, rambut, atau kuku.
Kondisi demikian, atau disebut faktor predisposisi, antara lain adalah kelembaban,
suhu panas, trauma, respon imunitas yang turun untuk mendapatkan kesembuhan
dan mencegah kekambuhan, selain pengobatan yang tepat dan adekuat, sangat
penting untuk menghilangkan berbagai faktor predisposisi tersebut.
Di antara penyakit infeksi jamur superfisialis ini yang terbanyak dijumpai di
Indonesia adalah (Mansur Amirsyam Nasution, 2005):
1. Dermatofitosis
2. Pitiriasis versikolor
3. Infeksi oleh golongan kandida.
Sedangkan infeksi jamur yang dalam (deep mikosis) yang ditemukan di Sumatera
Utara adalah:
1. Sporotrikosis
2. Kromoblastomikosis
3. Aktinomikosis
.

Universitas Sumatera Utara

8


1. Tinea Pedis
Terdapat 3 bentuk tinea pedis yaitu subakut, moccasin foot, dan
interdigitalis. Tinea pedis interdigitalis ialah dermatofitosis pada sela jari kaki,
merupakan salah satu bentuk tinea pedis yang paling sering ditemukan. Secara
klinis pada sela jari kaki IV dan V tampak fisura yang dilingkari sisik halus dan
tipis, dan sering terlihat maserasi. Lesi dapat meluas ke subdigital dan sela jari
lainnya. Lesi dapat berlangsung bertahun-tahun dengan sedikit keluhan atau tanpa
keluhan sama sekali. Dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri dengan
komplikasi selulitis dan limfangitis (Emmy, dkk, 2005).

2. Tinea Kapitis
Tinea kapitis adalah infeksi jamur yang menyerang kulit kepala dan
paling sering pada anak-anak usia prapubertas antara 3 dan 7 tahun. Infeksi
memiliki beberapa presentasi yang berbeda. Spesies dermatofita cenderung
menyebabkan tinea kapitis yang bervariasi pada berbagai negara, tetapi spesies
antropofilik (ditemukan pada manusia) mendominasi di sebagian besar wilayah.
Tinea kapitis yang paling umum terjadi pada negara miskin dan kondisi hidup
yang padat (Thomas, 2010).
Jamur ini menyerang stratum korneum dan masuk ke folikel rambut yang

selanjutnya akan menyerang bagian luar atau sampai ke bagian dalam rambut,
bergantung pada spesiesnya. Tinea kapitis ditandai dengan gejala rambut rontok
yang patah di atas permukaan kulit (bentuk gray patch) atau patah tepat di
pangkal rambut (bentuk black dot) dan kadang disertai peradangan ringan berupa
papul, pustul, sampai berat berupa kerion. Pengobatan memerlukan obat sistemik
kecuali jika terdapat kontraindikasi, misalnya kehamilan. Peradangan yang berat
dapat menimbulkan alopesia permanen. Perlu dibedakan dengan kemungkinan
timbulnya infeksi bakterial sekunder (Emmy, dkk, 2005).

3. Tinea Korporis
Tinea korporis atau tinea sirsinata adalah infeksi jamur golongan
dermatofita (berbagai spesies Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton)

Universitas Sumatera Utara

9

pada badan, tungkai dan lengan dan mempunyai gambaran morfologi yang khas.
Pasien merasa gatal dan kelainan umumnya berbentuk makula bulat bersisik,
berbatas tegas, terdiri dari berbagai macam efloresensi kulit (polimorf) dengan

bagian tepi lesi lebih aktif, daripada bagian tengah. Beberapa lesi dapat bergabung
dan membentuk gambaran polisiklik. Lesi dapat meluas dan memberi gambaran
yang tidak khas terutama pada pasien imunodefisiensi. Pada kasus dermatofitosis
dengan gambaran klinis tidak khas, diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH
(Kalium Hidroksida) 10 – 20% kemudian ditemukanya hifa dan spora (Emmy,
dkk, 2005 ).

4. Tinea Kruris
Merupakan infeksi jamur golongan dermatofita terbanyak di Indonesia,
etiologi serupa dengan tinea korporis. Pria lebih sering terkena daripada wanita,
mengenai daerah lipat paha, perineum dan sekitar anus. Lesi kulit dapat meluas
hingga daerah gluteus, perut bagian bawah atau bagian tubuh lainnya. Adanya
maserasi dan oklusi kulit pada daerah lipat paha menyebabkan peningkatan suhu
dan kelembaban yang akan mempermudah terjadinya infeksi (Emmy, dkk, 2005).
Penderita tinea kruris mungkin baru saja mengujungi daerah beriklim
tropis, memakai pakaian yang ketat dipaha dalam jangka waktu yang lama, atau
berbagi pakaian dengan orang lain (Michael, 2013).

5. Onikomikosis

Onikomikosis didefinisikan sebagai infeksi lempeng kuku oleh jamur dan
mewakili sampai 30% dari didiagnosis infeksi jamur. Trichophyton rubrum
penyebab sebagian besar kasus, tetapi banyak jamur yang dapat menjadi penyebab
infeksi ini. Agen etiologi lainnya termasuk

spesies Microsporum dan

Trichophyton dapat juga disebabkan oleh ragi dan jamur nondermatofitosis.

Universitas Sumatera Utara

10

Ada empat jenis klasik onikomikosis:
1. Onikomikosis subungual distal: Terutama melibatkan nailbed distal
dan hyponychium, dengan infeksi sekunder pada bagian bawah
lempeng kuku jari tangan dan kuku jari kaki. Infeksi ini biasanya
disebabkan oleh Trichophyon rubrum.
2.


Leukonikia trikofita (leukonikia trichophytica): ini merupakan invasi
dari lempeng kuku pada permukaan kuku. Hal ini dihasilkan oleh
Trichophyton mentagrophytes, spesies Cephalosporium, Aspergillus,
dan

Fusarium

oxysporum.

immunodeficiency

virus)

Pada

positif,

penderita

umumnya


HIV

(Human

disebabkan

oleh

Trichophyton rubrum.
3.

onikomikosis subungual Proksimal: melibatkan lempeng kuku
terutama dari lipatan kuku proksimal, menunjukkan gambaran klinis
yang spesifik. Infeksi ini disebabkan Trichophyton rubrum dan
Trichophyton

megninii, dan mungkin tanda klinis, dari Infeksi

HIV(Human Immunodefeciency virus).
4.

Kandida onikomikosis: Menyebabkan kehancuran dan hiperkeratosis
lempeng kuku. Disebabkan oleh Candida albicans dan dapat
dijumpai pada pasien dengan kandidiasis mukokutaneous kronis
(William, 2011).

6. Pitiriasis Versikolor
Pitiriasis versikolor (panu) pada merupakan penyakit jamur superfisial
kronik, umumnya tidak memberikan keluhan subjektif kecuali secara kosmetik,
dan banyak dijumpai pada usia belasan tahun. Berupa bercak berskuama halus
berwarna putih hingga hitam terutama dijumpai pada bagian atas dada, lengan
atas, tungkai atas, leher, muka hingga kulit kepala yang berambut. Disebabkan
oleh flora normal kulit yaitu Malassezia spp yang berubah menjadi patogen,
dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi misalnya suhu, kelembaban udara,
keringat, defisiensi imun dan genetic, sering ditemukan rekurensi terutama jika

Universitas Sumatera Utara

11

terapi tidak adekuat atau pasien yang sulit menghilangkan faktor predisposisi
(Emmy, dkk, 2005)
7. Kandidosis
Merupakan infeksi jamur yang bersifat akut atau subakut, disebabkan oleh
Candida spp terutama C. albicans. Terdiri dari kandidosis kutis (kandidosis
intertriginosa, generalisata, paronikia, kandidosis popok dan granuloma kandida),
kandidosis selaput lendir, paronikia dan onikomikosis, kandidosis sistemik dan
reaksi id. Penyakit ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi endogen maupun
eksogen, yaitu :
- Perubahan fisiologis: misalnya kehamilan, kegemukan.
- Endokrinopati, diabetes mellitus.
- Penyakit kronis, defisiensi imun pada infeksi HIV-AIDS, pemakai
steroid atau sitostatika.
- Iklim, suhu dan kelembaban tinggi.
- Kebersihan kulit, kebiasaan merendam kaki dalam air yang akan
menimbulkan

maserasi dan bentuk anatomi kaki tertentu yang

menyebabkan oklusi alamiah.
Kandidosis kutis secara klinis tampak berupa lesi eritematosa merah terang
disertai lesi satelit berupa papul dan pustul, mengenai kulit glabrosa juga di lipat
payudara, intergluteal dan umbilikus. Pada bayi lesi umumnya terdapat pada
daerah popok (perianal, perigenital, lipat paha sampai bokong) (Emmy, dkk,
2005).

2.2.2 Bakteri
1. Impetigo Vesikobulosa (cacar monyet)
Impetigo merupakan bentuk pioderma superfisialis yang sering dijumpai.
Penyebab tersering adalah Staphylococcus aureus group II. Tempat predileksi
adalah di ketiak, dada, dan punggung. Pada neonatus sering ditemukan di daerah
selangkangan dan bokong. Kelainan kulit diawali dengan makula eritematosa
yang dengan cepat akan menjadi vesikel, bula dan bula hipopion (bula berdinding
tipis). Bula mudah pecah karena letaknya subkorneal, meninggalkan skuama

Universitas Sumatera Utara

12

anular dengan bagian tengah eritema (koleret) dan cepat mengering. Lesi dapat
melebar membentuk gambaran polisiklik. Keadaan umum biasanya tidak
dipengaruhi (Emmy, dkk, 2005).
2. Impetigo Krustosa
Impetigo krustosa dapat disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan/ atau
Streptococcus β hemolyticus group A. Tempat predileksi tersering adalah di
daerah wajah, terutama sekitar lubang hidung dan mulut. Kelainan kulit didahului
oleh makula eritematosa kecil berukuran 1-2 mm. Kemudian secara cepat
terbentuk vesikel atau pustul yang mudah pecah dan meninggalkan erosi. Cairan
serosa dan purulen akan membentuk krusta tebal berwarna kekuningan yang
memberi gambaran karakteristik seperti madu (honey coloured). Lesi akan
melebar dan dapat bergabung membentuk daerah krustasi yang lebar (Emmy, dkk,
2005).

3. Furunkel/Karbunkel
Furunkel adalah radang folikel rambut dan sekitarnya, sedangkan
karbunkel adalah kumpulan furunkel yang menjadi satu. Kelainan kulit ini sering
disertai faktor predisposisi seperti higiene buruk, kurang gizi, adanya penyakit
kulit lain (misalnya miliaria, dermatitis). Kelainan kulit ini sering terjadi pada
tempat yang banyak mengalami gesekan, misalnya aksila dan bokong, tetapi dapat
juga terjadi di kepala dan leher. Keluhan yang ditimbulkan berupa nodus
eritematosa berbentuk kerucut, nyeri, dan ditengahnya terdapat pustul. Kemudian
nodus melunak menjadi abses, bila pecah dapat membentuk fistel (Emmy, dkk,
2005).

4. Ektima
Ektima adalah infeksi lebih dalam dari impetigo dan juga disebabkan oleh
Staphylococcus aureus dan golongan Streptococcus. Pada daerah beriklim tropis,
infeksi ini dapat mengenai segala usia. Kebersihan yang buruk dan kekurangan
gizi merupakan faktor predisposisi. Gejala klinis berupa krusta bewarna gelap
dikelilingi jaringan nekrotik lokal, dan halo disekitarnya. Lesi biasanya terjadi

Universitas Sumatera Utara

13

pada tungkai dan bula dapat terlihat. Penyembuhan membutuhkan waktu 2-3
minggu dan meninggalkan bekas luka (Richard, dkk, 2010)
2.2.3 Parasit
1. Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap kutu, nama latin penyakit ini adalah sarcoptes scabiei var,
hominis dan sering ditandai dengan vesikel berisi air disertai gatal disela sela jari.
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit ini antara lain: sosial
ekonomi yang rendah, hiegene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas, kesalahan diagnosis dan perkembangan demografik serta ekologi
penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S.(Penyakit akibat Hubungan Seksual).
Cara penularan (transmisi)
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama dan hubungan seksual dengan penderita skabies.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya melalui pakaian,
handuk, sprei, bantal, dan lain-lain dari penderita skabies.
Penularan biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis
yang kadang-kadang dapat menulari

manusia, terutama pada individu yang

memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.
Ada 4 tanda kardinal pada skabies yaitu:
1. Pruritus nokturna artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab
dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau tetapi tidak
memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa.

Universitas Sumatera Utara

14

3. Adanya terowongan pada tempat tempat predileksi yang bewarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok- kelok, rata-rata
panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau
vesikel. Jika timbulnya infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan daerah dengan stratum korneum yang tipis
(daerah sedikit rambut dengan kulit tipis), yaitu: sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, pinggang, jempol kaki. Pada bayi dapat menyerang telapak
tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling dalam menegakkan
diagnosis. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut (Adhi
Djuanda, dkk, 2011).
Skabies juga harus dibedakan dari gigitan serangga. Gigitan serangga
ditandai dengan papula dengan dasar eritematosa dan pruritus yang intens
(Corazon, 2003).

2. Pedikulosis Kapitis (Kutu Kepala )
Infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh Pediculus humanus
var capitis. Umumnya menyerang anak-anak dan cepat meluas dalam lingkungan
hidup yang padat dengan higiene yang tidak baik. Gejala awal yang sering adalah
rasa gatal. Akibat garukan dapat ditemukan erosi, ekskoriasi dan infeksi sekunder
(Emmy, dkk, 2005).

3. Pedikulosis Pubis
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh Phthirus pubis pada rambut di
daerah pubis dan sekitarnya. Penyakit ini mengenai orang dewasa dan
digolongkan dalam infeksi menular seksual. Infeksi ini dapat mengenai anakanak, biasanya pada alis atau bulu mata. Gejala terutama adalah gatal di daerah

Universitas Sumatera Utara

15

pubis dan sekitarnya. Sering ditemukan black dot yaitu bercak hitam yang berasal
dari darah pada celana dalam pasien waktu bangun tidur (Emmy, dkk, 2005).

4. Pedikuosis Korporis
Infeksi kulit ini disebabkan oleh Pediculus humanus var.corporis.
Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama individu dengan higiene
yang buruk, misalnya pengembala, disebabkan mereka jarang mandi atau jarang
menganti dan mencuci pakaian. Oleh karena itu penyakit ini sering disebut
penyakit vagabond. Pada penyakit ini kutu tidak melekat pada kulit, tetapi
melekat pada serat kapas disela-sela lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit
untuk menghisap darah. Penyebaranya bersifat kosmopolit, lebih sering pada
daerah beriklim dingin karena orang memakai baju yang tebal serta jarang dicuci.
Pada pemeriksaan bisa didapatkan papul eritema dengan diameter sekitar 2-4 mm
tersebar dibadan tetapi seringnya di aksila dan lipat paha. Penyakit ini sangat gatal
dan sering menyebabkan ekskoriasi dan infeksi sekunder bisa terjadi disebabkan
oleh Streptococus pyogenes (Emmy, dkk, 2005).

2.2.4 Infeksi Virus
1. Veruka Vulgaris (Kutil)
Dua bentuk kutil pada kulit adalah veruka vulgaris dan veruka plana.
Veruka vulgaris (VV) secara klinis berupa papul/plak padat dan permukaannya
verukosa. Veruka plana secara klinis berupa papul kecil berukuran 1-3 mm, agak
meninggi dari permukaan kulit. VV merupakan manifestasi klinis yang paling
sering dari infeksi virus Human papulloma virus (HPV). HPV tipe 1,2,3 dan 4
dapat diisolasi dari kutil kulit. Penularan kutil biasanya melalui kontak langsung
dengan orang lain atau diri sendiri (Emmy, dkk, 2005).

2. Varisela
Virus varicella zoster (VZV) menyebabkan dua gambaran klinis yang
berbeda: varisela (cacar air) dan herpes zoster (shingles). Cacar air, infeksi
menular, biasanya penyakit timbul pada masa kanak-kanak ditandai dengan ruam

Universitas Sumatera Utara

16

vesikular exanthematous. Dengan reaktivasi VZV laten (yang paling umum
setelah dekade keenam dari kehidupan), herpes zoster muncul sebagai sebuah
ruam vesikuler pada daerah dermatomal, biasanya berhubungan dengan penyakit
kronis (Dennis, dkk, 2005).
Varisela adalah penyakit menular akut yang disebabkan infeksi primer
virus varisela zoster (VZV). Penyakit ini terutama mengenai anak-anak dan sangat
menular, dapat melalui kontak langsung dengan lesi, tetapi terutama melalui udara
(droplet infection). Masa inkubasi pada pasien imunokompeten adalah 10-21 hari,
sedangkan pada pasien imunokompromais lebih singkat, yaitu kurang dari 14 hari.
Pada anak anak imunokompeten jarang dijumpai gejala prodromal, kadang hanya
berupa demam dan malaise ringan, yang timbul bersamaan dengan timbulnya lesi
kulit. Pada pubertas dan dewasa biasanya terdapat gejala prodromal berupa
demam, kedinginan, malaise, nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung,dan atau
nyeri tenggorokan 2-3 hari sebelum lesi kulit timbul. Lesi kulit awalnya timbul di
wajah dan kulit kepala, kemudian menyebar cepat ke badan dan sedikit ke
ekstremitas sehingga memberi gambaran distribusi sentral. Gatal biasanya timbul
selama vesikel masih terbentuk. Lesi awal berupa makula eritematosa yang cepat
menjadi papul, vesikel, pustul, dan krusta dalam beberapa hari. Gambaran khas
adalah terdapatnya semua stadium lesi secara bersamaan pada satu saat. Pada
pasien imunokompromais lesi kulit lebih luas dan dalam, sering terdapat bula,
serta nekrotik (Emmy, dkk, 2005).
Herpes zoster dipresentasikan dengan ruam veskular yang menyerang
daerah dada yang didahului dengan rasa sakit dan paresthesias, makula eritema
dan papul berkembang menjadi vesikel dalam 24 jam lalu vesikel pecah menjadi
krusta (Wayne, dkk, 2014).

2.3.

Penyakit Kulit Alergi

2.3.1. Dermatitis
Istilah eksim dan dermatitis seringkali dipakai untuk menggambarkan
kondisi yang sama. Dermatitis adalah peradangan non inflamasi pada kulit yang
bersifat akut, subakut, atau kronis, dan dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

Universitas Sumatera Utara

17

faktor iritan, alergen, panas, stres, infeksi, dll. Dermatitis akut menunjukkan
eritema, edema, papul, vesikel basah dan krusta. Pada stadium subakut kulit masih
kemerahan, tetapi sudah lebih kering dan terdapat perubahan pigmentasi. Stadium
kronis menunjukkan likenifikasi, ekskoriasi, skuama, dan fisura. Terdapat
berbagai macam dermatitis, namun berikut ini akan dibahas tipe yang paling
sering dijumpai. Kelainan ini dapat mempunyai stadium-stadium yang lebih
dominan. Gatal seringkali menjadi keluhan utama (Emmy, dkk, 2005).
1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak (DK) adalah kelainan kulit yang bersifat polimorfi
sebagai akibat terjadinya kontak dengan bahan eksogen.
Jenis dan Patogenesis:
- DK iritan, bahan iritan akan merusak kulit, lapisan lemak permukaan kulit
hilang, kandungan air berkurang, sehingga kulit menjadi kering, mudah
retak dan terjadi dermatitis.
- DK alergik, terjadi berdasarkan mekanisme hipersensitivitas tipe IV.
Terdapat 3 tipe sesuai dengan perjalanan penyakit, yaitu akut (eritem, edema,
papul, vesikel, dan bula), subakut (eritem, edema ringan, dan krusta); dan kronik
(hiperpigmentasi, likenifikasi, dan skuamasi). Lokasi dermatitis umumnya terjadi
pada daerah yang berkontak dengan bahan penyebab dan berbatas relatif tegas,
kecuali untuk bahan yang bersifat gas/uap karena dapat juga mengenai daerah
yang tertutup pakaian. Pemeriksaan penunjang adalah dengan uji tempel. Terdapat
2 cara pemeriksaan uji temple yaitu terbuka dan tertutup, dengan prinsip
menempelkan alergen yang dicurigai sebagai penyebab pada kulit dalam waktu
24-48 jam, bila positif (sebagai allergen penyebab) akan terjadi dermatitis (Emmy,
dkk, 2005).

2. Dermatitis Atopik
Merupakan jenis dermatitis yang diturunkan, biasanya dianggap menjadi
dermatitis masa kanak-kanak. Namun, dermatitis atopik dapat terus menetap
sampai dewasa, dan orang-orang yang berpikir mereka telah sembuh dari
dermatitis tetapi dermatitis dapat kembali ketika mereka lebih tua. Beberapa orang

Universitas Sumatera Utara

18

tua mungkin memiliki dermatitis atopik sepanjang hidup mereka, akhirnya mereka
akan menyadari sendiri pemicu dermatitis. Namun, dermatitis atopik dapat
berubah tergantung usia (Hayes, 2008).
Dermatitis atopik (DA) kadang-kadang disebut juga eksim susu, adalah
penyakit kulit yang kronis residif. Merupakan dermatitis tersering dijumpai pada
anak. Walaupun etiopatogenesis belum semuanya jelas, namun sebagian
mekanisme imunopatogenesis DA telah dapat dijelaskan, yaitu hasil interaksi
faktor genetik (IgE) yang bereaksi spesifik terhadap alergen lingkungan. Alergen
makanan yang sering ditemukan adalah susu sapi, telur, ikan laut, kacang tanah,
tomat, jeruk, dan coklat. Bahan alergen hirup, misalnya debu rumah, tungaw,
serbuk sari bunga/tanaman (polen), dan bulu binatang. Kolonisasi Staphylococcus
aureus sekitar 74% ditemukan pada kulit pasien DA dan berkorelasi dengan
derajat beratnya DA.
Menurut fasenya DA dikelompokan menjadi 3 fase sebagaimana
dicantumkan pada tabel 2.1 dibawah ini (Emmy, dkk, 2005).

Tempat Predileksi
Bayi

Manifestasi Klinis

Simetris di pipi, kulit kepala, Plakat eritema berbatas difus, pakadang dibadan

pulovesikular, eksudatif, kadang
dengan skuama halus.

Anak

Siku tangan dan kaki, lipatan Papulofolikular, skuama, hiperktangan siku dan kaki, lipatan eratosis, plakat eritema berbatas
leher, pergelangan kaki.

Dewasa

difus, kadang disertai likenifikasi

Simetris di leher, badan, dan Likenifikasi, hiperkeratosis, hipetungkai bawah

rpigmentasi, likenifikasi. Batas
dapat tegas.

Universitas Sumatera Utara