Nilai Pendidikan Pada Anak (Studi Kasus: Masyarakat Pesisir di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

(1)

LAMPIRAN 1:

Gambar 1. Foto bersama Bapak Abdul Halim


(2)

Gambar 3. Fhoto bersama Seketaris Desa dan Aparat pengaman Desa


(3)

Gambar 5. Fhoto bersama Hendri Ansyah


(4)

Gambar 7. Fhoto Partisipasi peneliti terhadap pemilihan Depala Desa


(5)

(6)

PEDOMAN WAWANCARA

Nilai Pendidikan pada Anak (Studi Kasus: Masyarakat Pesisir di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

INTERVIEW GUIDE

Nama Lengkap : Usia, Agama/suku : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan/ jabatan :

Jumlah anak :

Lama bekerja diperkebunan :

Penghasilan :

Pertanyaan diajukan Kepada Orangtua/ Masyarakat 1. Apa pendapat bapak/ibu tentang pendidikan ?

2. Menurut bapak/ibu seberapa penting nilai pendidikan untuk anak ?

3. Menurut bapak/ibu apakah pendidikan hanya diperoleh dari sekolah saja? 4. Menurut bapak/ibu apakah lokasi sekolah jauh dari tempat tinggal anak?

5. Adakah anak bapak/ibu yang tidak dapat mengecap pendidikan dan berapa anak bapak/ibu yang mengecap pendidikan ?

6. Apakah bapak memperbolehkan anak bekerja?

7. Apakah anak bapak/ibu menerima dan menggunakan fasilitas yang diberikan pihak sekolah atau pemerintahan?

8. Apakah bapak/ibu ada memberikan batasan pendidikan kepada anak? 9. Bagaimana interaksi bapak/ibu dengan anak ?

10.Bagaimana peran bapak/ibu dalam pendidikan anak-anak?


(7)

12.Bagaimana tanggapan bapak/ibu dengan sekolah yang berada di Desa Rantau Panjang ini?

13.Apa harapan bapak/ibu ketika anak mengecap pendidikan ?

14.Bagaimana menurut bapak/ibu, apakah pendidikan orangtua mempengaruhi pendidikan anak?

15.Bagaimana peran bapak/ibu dalam mendukung pendidikan anak? 16.Apakah pendidikan di desa ini mengalami peningkatan?

17.Apakah bapak/ibu memberikan pendidikan diluar sekolah?

18.Apakah bapak/ibu sudah menyediakan pekerjaan untuk anak setelah sekolah?

19.Apakah bapak/ibu yakin bahwa pendidikan dapat membawa perubahan bagi kehidupan keluarga bapak?

20.Apakah bapak/ibu menginginkan agar anak anda dapat bekerja di perkantoran atau pihak pemerintahan?

21.Apakah fasilitas yang diberikan oleh sekolah sangat membantu anak dalam memperoleh pendidikan?

22.Apakah bapak/ibu selalu berupaya agar anak dapat memperoleh pendidikan yang tinggi? 23.Apakah saja jenis pekerjaan bapak/ibu dalam mempengaruhi tingkat pendidikan anak? 24.Apakah pekerjaan bapak/ibu mengurangi perhatian orangtua terhadap pendidikan anak? 25.Bagaimana orangtua membagi waktu antara bekerja di laut dengan memperhatikan

pendidikan anak?

26.Apakah budaya mempengaruhi penilaian orangtua terhadap makna pendidikan anak? 27.Apa yang menjadi tujuan orangtua untuk memberikan pendidikan?


(8)

Interview Guid

Nama Lengkap :

Usia, Agama/suku :

Nama sekolah :

Kelas :

Draft pertanyaan untuk anak

1. Apa pendapat anda tentang pendidikan/ bersekolah? 2. Menurut anda Seberapa penting pendidikan untuk anda?

3. Apakah anda sekolah atas kemauan/ minat dari dalam diri sendiri?

4. Apakah anda menggunakan fasilitas untuk sekolah yang diberikan sekolah ?

5. Apakah fasilitas yang diberikan pihak sekolah untuk anak yang sekolah sangat membantu/ menguntungkan ?

6. Bagaimana interaksi/hubungan anda dengan orangtua?

7. Apakah orangtua memberikan batasan-batasan kepada anda dalam mengecap pendidikan?

8. Faktor-faktor apa saja yang mendorong atau menghambat anda dalam mengecap pendidikan?

9. Apakah anda diperbolehkan orangtua untuk bekerja ? 10.Apa yang menjadi tujuan anda untuk bekerja ?

11.Apakah anda pernah merasakan kelelahan disekolah ketika bekerja? 12.Apakah orangtua sering mengontrol anda untuk belajar dirumah? 13.Apakah anda selalu mengikuti aturan dari orangtua?

14.Apakah anda yakin pendidikan membawa anda membawa pada kesusksesan ? 15.Apakah orangtua anda menyarankan anda untuk bekerja di laut ?


(9)

Nama Lengkap : Usia, Agama/suku : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan/ jabatan :

Jumlah anak :

Lama bekerja diperkebunan :

Penghasilan :

Draft Pertanyaan Tokoh Masyarakat :

1. Bagaimana pandangan bapak/ibu terhadap pendidikan?

2. Bagaimana pandangan bapak/ibu mengenai perkembangan/ kemajuan pendidikan anak di Desa Rantau Panjang ini?

3. Bagaimana penilaian bapak/ibu terhadap masyarakat menilai pentingnya pendidikan di Desa Rantau Panjang ini?

4. Apa saja yang telah bapak/ibu ketahui upaya upaya yang telah dilakukan masyarakat setempat dengan bantuan pemerintah untuk membantu dan memperbaiki perekonomian masyarakat ?

5. Bagaimana solusi bapak/ibu yang bisa diberikan aparatur desa terkait permasalahan pendidikan di desa ini?

6. Menurut bapak/ibu apakah masyarakat pesisir, orangtua sangat antusias dengan pendidikan?

7. Menurut bapak/ibu apakah anak yang sekolah sesuai dengan status pekerjaan orangtua nya dilaut?


(10)

9. Apa saja pandangan bapak/ibu yang menjadikan terhambat berjalannya pendidikan di desa ini?

10.Apa pandangan bapak/ibu mengenai faktor-faktor utama dalam rendahnya pendidikan? 11.Bagaimana pandangan bapak/ibu terhadap sikap orangtua dalam mendidik dan

mendukung anak?

12.Bagaimana pandangan bapak terhadap keadaan lingkungan di desa serta pergaulan yang terjadi antara anak-anak?

13.Di desa ini apakah ada anak yang putus sekolah, bagaimana penilaian bapak/ibu terhadap anak di desa ini yang putus sekolah?

14.Bagaiaman pandangan bapak/ibu terhadap fasilitas/ sarana prasaran yang diberikan pihak sekolah atau pemerintahan terhadap pendidikan anak?

15.Bagaimana pandangan bapak terhadap sekolah yang ada di Desa Rantau Panjang?

16.Bagaimana pandangan bapak terhadap anak yang di perbolehkan bekerja di laut atau membantu orang tuanya bekerja?

17.Apa yang mempengaruhi anak masyarakat disini untuk bekerja ?

18.Bagaimana dengan kondisi lingkungan di Desa Rantau Panjang ini terhadap pendidikan anak-anak yang ada?


(11)

DAFTAR PUSTAKA

Aly, Abdullah, dkk. 2003. Inergi Agama dan Budaya Lokal. Surabaya: Muhamadiyah Universitas Press.

Barubara, Muhyi. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Ciputat Press

Buchori, Mochtar. 2001. Pendidikan Anti Sipatoris. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Anggota Ikapi.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Pranada Media group.

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ed. Sutyono, Bagong, Naroko, Dwi. 2005. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Pranada Media Group.

Fakih, Mansoer. 2001. Kapitalisme Pendidikan antara Kompetensi dan Keadilan. Yogyakarta: Insist Press, Cindelaras bekerja sama dengan Pusat Pelajar Offsed.

Id, Abdulah. 2001. Sosiologi Pendidikan Individe Masyarakat dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press

Ishaq, Istoni. 2001 . Sejarah Kebudayaan Indonesia. Riau: Unri Press.

Johson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT. Gramedia.

Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antroolgi 1. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Ma, Pratiwi Wiwik, dkk. 1994. Budaya Spiritual dalam Status Keramat digunung kawi Jawa Tengah. Jakarta: Proyek pengkajian dan Pembinaan nilai-nilai Pendidikan.


(12)

Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Divisi Buku Perguruan Tinggi. Pt. Raja Grafindo Persuda

Rekapitulasi Penduduk Desa Rantau Panjang Tahun 2012 Oleh Aparatur Desa Rantau Panjang.

Saripudin, Dini. dkk. 2010. Interprestasi Sosiologis Pendidikan. Bandung: Karya Putra Darwati.

So, Alin, Suwarsono. 1994. Perubahan Sosial dan Pebangunan. Jakarta: Penerbi PustakaLP3TS Indonesia Anggota Kopi.

Sociono, dkk. 1995. Nilai-nilai Budaya dalam Naskah Kaba Aggun Nan Tangga Si Mangek Jabeng episode: Kebalai Nan Kodo Baha. Jakarta: Cv. Dewi sari.

Tumanggor, Rusmi, dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya dasar Edisi Revisi : Jakarta: Kencana Pranata Media group.

Wirawan, I, B. 2012. Teori-teori sosial dan Paradigma (fakta sosial, defenisi sosial dan perilaku sosial. Jakarta: Kencana Pranada Media Group.

Sumber Jurnal:

Nur Alfiyah. 2010. Pendidikan Anak Dalam Perspektif Nelayan di Pasuruan. Skripsi Pendidikan Ekonomi Universitas Islam Negeri (Uin) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentag Sistem Pendidikan Nasional dari jam 09:16.


(13)

Parsons, Talcott. 1985.E sei-E sei Sosiologi Talcott parsons (terjemahan dari Essay Sociology by Talcott Parsons): Jakarta: Aksara Persada Pers..

Pramudia, Rahmad Joni. 2005. Orientasi Pendidikan Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Website:

9.41.

diakses pada hari Rabu, tanggal 21 Oktober 2015 Jam 10.10.


(14)

BAB III

METODEOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Pendekatn kualitatif diartikan sebagai pendekatan penelitian yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang didapat dan diamati dan juga untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian.

Bogdan mendefenisikan studi kasus adalah sebuah kajian yang rinci atas suatu latar dan suatu peristiwa tertentu. Jadi penelitian ini mempelajari secara intensif latar belakang keadaan dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok atau lembaga masyarakat (Idrus,2009).

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Yang menjadikan alasan pemilihan desa ini sebagai lokasi penelitian ini dilakukan berdasarkan pra observasi pendidikan yang ada di Desa tersebut masih minimnya pendidikan pada anak khususnya pada masyarakat pesisir tersebut. Sehingga peneliti tertarik untuk melihat bagaimana peran orang tua dalam membina atau mendorong pendidikan anaknya.


(15)

3.3 Unit Analisis dan Informan

Dalam melakukan penelitian harus mempunyai unit analisis (satuan tertentu yang dapat dihitung sebagai subjek penelitian) dan informasi yang menjadi sumber informan dalam penelitian ini.

3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian besar (Moleong, 2000). Ada dua jumlah unit yang lazim digunakan dalam penelitian sosial yaitu individu, kelompok dan sosial. Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian tersebut adalah, aparat berkaitan dengan pendidikan seperti Guru, Kepala Desa dan juga masyarakat setempat yang memiliiki anak yang masih sekolah yang bertempat tinggal di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi yang actual dalam menjelaskan tentang masalah penelitian. Pemilhan informan peneliti menggnakan teknik purposive sampling untuk menentukan subjek penelitian. Teknik purposive sampling digunakan dugunakan jika dalam pemelihan informan peneliti menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sehingga peneliti menentukan beberapa criteria informan. (Idrus, 2009) Adapun karakteristik informan yang akan menjadi informan sebagai sumber data untuk memperoleh data dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(16)

1. Orang-orang yang paham secara keseluruhan mengenai kehidupan masyarakat pesisir Desa Rantau Panjang seperti Kepala Desa, tokoh masyarakat, guru dan juga orangtua anak di Desa Rantau Panjang tersebut.

2. Anak- anak Desa Rantau Panjang yang masih sekolah SMP- SMA.

3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian melalui observasi dan wawancara. Oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan yaitu:

1. Observasi merupakan kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya, selain itu panca indera yang dapat digunakan juga adalah telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan melalui hasil kerja panca indera serta dibantu dengan panca indera lainnya. Adapun yang menjadi bahan observasi dalam penelitian ini adalah bagaimana apresiasi masyarakat pesisir terhadap pendidikan dan masa depan anak di Desa Rantau Panjang.

2. Wawancara merupakan proses tanya jawab secara langsung ditunjukkan kepada informan dilokasi penelitian dengan menggunakan alat bantu rekam atau tape recorder. Wawancara terhadap informan ditunjukkan


(17)

untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang apresiasi masyarakat pesisir terhadap pendidikan dan masa depan anak di Desa Rantau Panjang.

3. Penghayatan merupakan pengamatan yang dilakukan seorang peneliti untuk melakukan penelitian yang akan dilakukannya dengan cara bayak melihat dan merasakan bagaimana masyarakat memandang nilai pendidikan tersebut serta peneliti ikut terjun langsung dan tinggal ke dalam lokasi tersebut, demi memperoleh data dan informasi dari masyarakat tersebut.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian dan data yang dapat diambil dari sumber lain atau instansi lain yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu pengumpulan data yang berasal dari buku-buku yang sesuai dengan objek kajian penelitian serta materi-materi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dalam melaksanakan studi pustaka, peneliti melakukan penelusuran sumber-sumber tulisan seperti buku, majalah, dokumentasi, jurnal, peraturan-peraturan sumber elektronik, sumber online, dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai teori-teori dan kajian yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.


(18)

3.5 Interpretasi Data

Bogdan dan Biken (Moleong , 2006) menjelaskan interprestasi data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah–milahnya menjadi satuan yang dikelola, mensintesiskan, mencari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Data-data yang diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan, dikelompokkan ke dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Dalam proses analisis data dimulai dengan menalaah seluruh data yang diperlukan dari berbagai sumber antara lain dengan observasi, dan wawancara dan pengamatan tulisan yang dicatat dilapangan serta dokumen yang telah diperoleh. Setelah data terkumpul, dilakukan analisis data. Interprestasi data merupakan tahap penyederhanaan data, setelah data dan informasi yang dibutuhkan telah terkumpul. Data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini di analisis berdasarkan dukungan teori dalam kajian pustaka yaitu Teori Tindakan Sosial dalam Perspektif Talcott Parson dan Mobilitas Sosial.


(19)

3.6Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra observasi 

2 ACC judul

penelitian  3 Penyusunan

Proposal   

4 Seminar

DesainPenelitian  5 Revisi proposal

penelitian 

6 Penelitian

lapangan   

7 Pengumpulan dan

Interprestasi data  

8 Bimbingan   

9 Penulisan laporan

akhir   

10 Sidang Meja


(20)

3.7Keterbatasan Penelitian

Dalam menyelesaikan ini, peneliti menemukan beberapa kesulitan yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup keterbatasan dari internal dan eksternal. Keterbatasan internal merupakan keterbatasan yang muncul dari dalam diri peneliti, keterbatasan pengetahuan peneliti dalam melakukan analisis data penelitian pada pengetahuan peneliti dalam melakukan analisis data penelitian pada penelitian in menjadi salah satu keterbatasan penelitian dari internal penelitian pada penelitian ini menjadi salah satu keterbatsan penelitian dari internal peneliti.

Keterbatasan eksternal adalah keterbatasan yang peneliti temukan dari luar diri peneliti. Keterbatasan eksternal yang peneliti masudkan adalah keterbatasan data skunder yang menjadi referensi dalam peneliti maksudkan adalah keterbatasan skunder yang menjadi referensi dalam penelitian ini. Keterbatasan waktu juga menjadi salah satu keterbatasan eksternal, karena yang menjadi objek kajian penelitian peneliti berasa di lokosi yang lumayan cukup jauh. Hal ini membuat peneliti benar-benar harus tinggal di tempat yang diteliti tersebut.

Orang yang menjadi informan dalam penelitian ini merupakan orang-orang yang mengerti pendidikan. Sehingga peneliti mengalami kesulitan dalam mencari orang tersebut, dan yang paling sulit melakukan penelitian tersebut adalah ketika ingin wawancara dengan masyarakat yang tidak memahami tentang pendidikan. Sebab masyarakat ketika ingin diwawancarai beranggapan bahwasanya peneliti ingin memberikan bantuan kepada informan tersebut. Dimana informan mengangap peneliti merupakan salah satu pihak dari pemerintahan yang bertugas untuk memberikan bantuan ke Desa Rantau Panjang tersebut.


(21)

Lebih jauh lagu, hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah kesuitan bahwasanya informan kurang terbuka terhadap pendidikan di Desa Rantau Panjang tersebut. Meneliti melihat bahwasanya pihak yang mau diteliti menutup-nutupi permasalahan yang terjadi di desa tersebut. Ketika diwawancarain mereka sedikit yang mau jawab dari pertanyaan yang dilontarkan oleh peneliti. Namun, peneliti telah melakukan tindakan antisipasi sejak lama mengenai hal ini. Dalam beberapa bulan sebelum penelitian ini mendapat persetujuan peneliti sudah melakukan observasi partisipatif, peneliti sudah cukup mengetahui tentang bagaimana pendidikan di Desa Rantau Panjang tersebut.


(22)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN INTERPRESTASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Sejarah Desa Rantau Panjang

Desa Rantau Panjang merupakan desa tertua di Kecamatan Pantai Labu. Desa Rantau Panjang berdiri pada tahun 1960. Orang pertama di desa Rantau Panjang berasal dari berbagai daerah seperti Padang, Aceh, Melayu, Nias dan lainnya. Beragam suku yang tinggal dan berdomisili sebagai perantau ke Desa Rantau Panjang dan akhirnya dapat membangun komunitas masyarakat pesisir. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Saiful mengatakan bahwa siapa yang merantau ke sana pasti akan panjang, misalnya panjang waktunya disana, panjang rezeki dan lain-lain.

Masyarakat Desa Rantau Panjang mayoritas Suku Melayu, akan tetapi menurut sejarah Suku Tiongkoklah yang pertama ada di Desa Rantau Panjang daripada Suku Melayu. Walaupun desa tersebut pernah menjadi pusat kerajaan Deli pada tahun 1816. Bersamaan didirikannya sebuah mesjid Raya yang dipimpin oleh Sultan Basaruddin. Sebelum desa tersebut dimasuki kerajaan Deli, wihara sudah ditemukan di desa tersebut. Diatas segala itu pohon yang besar ditemukan di Desa tersebut yang tidak tahu siapa yang menanamnya.

Seiring dengan waktu dengan bertambahnya penduduk di Desa Rantau Panjang maka ada keinginan warga untuk mendirikan Rantau Panjang untuk menjadi sebuah desa. Pada tahun 1960 Desa Rantau Panjang di resmikan


(23)

menjadi sebuah desa. Sesuai dengan didirikan Desa Rantau Panjang akan mengikuti prosedur sebagai sebuah desa. Desa Rantau Panjang harus memiliki struktur desa. Kepala desa yang pertama di desa Rantau Panjang adalah Oka Ajis. Pada kepemimpinan Oka Ajis Desa Rantau Panjang mulai dibangun beberapa infrastruktur desa. Oka Ajis memimpin selama 3 periode. Oka Ajis memimpin selama 3 periode dan digantikan oleh Bapak Awaludin. Bapak Awaludin menjabat selama 2 periode, Bapak Awaludin digantiakan oleh Bapak Zumaedi. Bapak Zumaedi memimpin selama 1 Periode. Lalu digantikan oleh Bapak M. Satri selama 1 periode. Kemudian Oka Aznan selama 1 periode. Pada tahun 2002 desa rantau panjang dipimpin oleh Bapak Pdt. Jamaludin. Bapak Jamaludin memimpin selama 2 periode. Kepala desa yang memimpin Desa Rantau Panjang Tahun 2015 adalah Bapak Zulham.

Selama kepemimpinan Bapak Zulham Desa Rantau Panjang mengalami banyak perkembangan. Pada kepemimpinan Bapak Zulham ini pendidikan sudah mulai meningkat. Pada masa kepemimpinannya sudah berdiri 3 PAUD dan ada sekitar 5 sekolah yang berdiri didesa tersebut.

Selanjutnya di Tahun 2016 dengan berakhirnya masa kepemimpinan Kepala Desa Rantau Panjang, dilanjutkan dengan pemilihan kepala desa oleh masyarakat setempat pada Tanggal 09 Mei 2016. Sehingga akhirnya terpilihlah Bapak Muhammad Yusni.


(24)

Bagan Struktur Pemerintahan Desa Rantau Panjang

Sumber : Profil Desa Rantau Panjang 2016

4.1.2 Letak Geografis dan Komposisi Desa Rantau Panjang

Secara geografis Desa Rantau Panjang merupakan bagian dari Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Desa Rantau Panjang terletak dibagian Barat Provinsi Sumatera Utara dan berbatasan dengan Selat Malaka. Secara administratif desa ini berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu.

KEPALA DESA MUHAMMAD YUSNI

BPD

SEKRETARIS SAIFUL AZMI

KUR PEMERINTAHAN

NAIMI

KUR UMUM

FARIDAH KUR

PEMBANGUNAN M.TAHIR

KEP.DUSUN IV

RUSLI KEP.DUSUN

II

HAMDAN KEP.DUSUN

I

ERWIN

KEP.DUSUN III


(25)

b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Kelambir Kecamatan Pantai Labu.

c. Sebelah Barat : Berbatasan dengan PT. Glorita Desa Sei Tuan

d. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Pematang Biara Kecamatan Pantai Labu.

Adapun luas wilayah ini adalah 480 ha/ �2 yang terdiri dari; luas pemukiman 180 ha, luas persawahan 231 ha, luas perkebunan 50 ha, luas kuburan 6400 �2, luas tanah bengkok 370 m2, luas bangunan sekolah seluas 1 ha, panjang jalan seluas 5000 m2, luas pekarangan 7 ha/�2 dan perkantoran 200 �2. Jadi, total luas lahan yang dipergunakan untuk fasilitas umum seluas 2,5 ha. Sementara suhu rata-rata harian 25 - 300 C sedangkan tinggi tempat dari permukaan laut 130 mdl.

Lintasan atau orbitasi jarak ke ibu kota Kecamatan berkisar 2 km. Jarak ini dapat ditempuh selama ¼ jam. Jika jarak ini dilalui dengan berjalan kaki atau dengan kendaraan non bermotor, maka akan membutuhkan waktu sekiitar 2 jam dan di desa ini terdapat 2 unit kendaraan umum. Jarak ke ibu kota kabupaten /kota. Jarak ini dapat ditempuh selama 1 jam. Bagi pejalan kaki atau yang menggunakan kendaraan non bermotor dapat ditempuh selama 5 jam. Jarak ke ibu kota provinsi berkisar 40 km. Jarak ini dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor selama 1,5 jam dan bagi yang menempuh jarak ini dengan berjalan kaki atau berkendaraan non bermotor akan menghabiskan waktu sekitar 10 jam. Rute ini dapat ditempuh dengan menggunakan 4 unit kendaraan umum ke ibu kota Provinsi.


(26)

Gambar 1

Peta Lokasi Desa Rantau Panjang, Kecamatan Pantai Labu

Sumber : Profil Desa Rantau Panjang 2016

4.1.3 Sarana Prasarana Desa Rantau Panjang a.Sarana Pendidikan

Dalam kehidupan dunia pendidikan sangatlah penting karena pendidikan sebagai upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga dalam setiap desa sangat dibutuhkan adanya sarana pendidikan berupa yayasan atau lembaga-lembaga pendidikan. Adapun sarana-sarana pendidikan yang ada di Desa Rantau Panjang terdiri dari sarana pendidikan formal dan sarana pendidikan informal. Sarana pendidikan formal yang ada di Desa Rantau Panjang yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:


(27)

Tabel 1

Sarana pendidikan yang ada di Desa Rantau Panjang No Sarana Pendidikan Jumlah

1. PAUD 1

2. TK 1

3. SD 1

5. SMP 1

Total 4

Sumber: Profil Desa Rantau Panjang 2016

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa sarana pendidikan yang ada di Desa Rantau Panjang masih kurang memadai, hal ini terlihat dari setiap unit dari tingkat pendidikan yang memiliki jumlah yang tidak cukup untuk memenuhi pendidikan masyarakat Desa Rantau Panjang. Secara keseluruhan sarana pendidikan dari tingkat TK sampai tingkat SMA. Adapun jumlah sarana pendidikan yang terdapat di Desa Rantau Panjang berjumlah 4 unit. Dimana sarana pendidikan yang terdapat di Rantau Panjang hanya sampai tingkat SMP dan masing-masing jumlahnya mulai tingkat PAUD sampai SMP adalah 1 unit. Selain pendidikan formal terdapat juga pendidikan informal seperti Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) atau lebih dikenal dengan sekolah mengaji. Di desa ini terdapat 3 pusat pengajian yaitu pengajian siang, pengajian sore dan pengajian malam di luar pendidikan formal. Berdasarkan jumlah sarana pendidikan yang terdapat di desa ini belum maksimal dalam menunjang pendidikan


(28)

masyarakat. Sehingga untuk menempuh pendidikan SMA mereka harus menempuh jarak yang jauh seperti ke Pantai Labu, Batang Kuis, Medan.

b. Sarana Peribadatan

Dalam kehidupan beragama, sarana peribadatan sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan rohaniah serta memudahkan masyarakat dalam melaksanakan ibadah, Desa Rantau Panjang memiliki sarana peribadatan berupa rumah ibadah. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2

Sarana Ibadah yang ada di Desa Rantau Panjang

No Sarana Ibadah Jumlah

1. Mesjid 4 unit

2. Vihara 1 unit

Total 5 unit

Sumber: Profil Desa Rantau Panjang 2016

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah sarana peribadatan yang terdapat di Desa Rantau Panjang terdiri dari 5 unit Mesjid. Meskipun pada desa ini masyarakatnya heterogen dalam sisi agama yaitu masyarakat pemeluk agama islam berjumlah 3071 jiwa, yang terdiri dari laki-laki yang berjumlah 1560 jiwa dan perempuan berjumlah 1511 jiwa, , dan pemeluk agama buddha berjumlah 47 jiwa. Namun, di kelurahan ini sarana ibadah yang ada di Desa Rantau Panjang terdapat dua sarana ibadah yaitu mesjid dan Vihara, namun sarana ibadah yang paling dominan di desa tersebut adalah mesjid, karena masyarakatnya yang


(29)

mayoritas beragama islam, sehingga rumah ibadah yang terdapat di desa ini hanya mesjid. Walapun demikian hal ini tidak menjadi pengahalang bagi pemeluk agama lainnya untuk beribadah, karena terdapat sarana ibadah yang berada di Desa Rantau Panjang yang tidak jauh dari pemukiman masyarakat setempat.

c. Sarana Transportasi

Sarana Transportasi sangat dibutuhkan dalam memudahkan masyarakat untuk melakukan perjalanan keluar masuk Desa Rantau Panjang. Desa Rantau Panjang tidak memiliki sarana perhubungan atau transportasi. Sehingga dengan tidak adanya transportasi, akses untuk menuju desa tersebut sangatlah sulit. Padahal sarana untuk transportasi di Desa Rantau Panjang sudah begitu memadai seperti jalan yang sudah di aspal dan desa ini sebagai tempat yang strategis karena dekat dengan Bandara KNAI (Kualanamo Airport International). Sulitnya tranportasi menyebabkan masing-masing warga rata-rata hanya memiliki alat transportasi berupa kenderaaan pribadi seperti sepeda motor dan mobil.

4.1.4 Gambaran Penduduk Desa Rantau Panjang 4.1.4.1 Penduduk berdasarkan jenis kelamin

Jumlah penduduk di Desa Rantau Panjang semakin bertambah setiap tahunnya disebabkan karena natalitas (kelahiran) dan migrasi pendatang yang bertujuan untuk hidup menetap. Mayoritas masyarakat telah mengenyam pendidikan sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Hal ini didukung dengan biaya pendidikan yang gratis dan beberapa diantaranya hanya dikenakan dengan biaya yang cukup


(30)

meringankan yaitu Rp 5.000,00 per bulan. Bantuan-bantuan pendidikan juga diberikan dalam bentuk pembagian baju seragam sekolah secara gratis. Jumlah penduduk desa ini adalah 3.074 jiwa yang terdiri dari 729 kepala keluarga, dengan kategori sumber daya manusia berdasarkan usia.

Secara umum, setiap desa pasti memiliki jumlah dari masing-masing jumlah penduduk nya, yang mana jumlah keseluruhan tersebut di jumlahkan dari jumlah laki-laki dan perempuan, baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Yang tujuannya adalah untuk setiap masing-masing individu memiliki data dari kependudukannya. Di bawah ini akan di jelaskan tabel kependudukan Desa Rantau Panjang, yaitu:

Tabel 3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Keterangan Frekuensi Persentase

Laki-laki 1.569 51,04

Perempuan 1.505 48,96

Jumlah 3.074 100 %

Sumber : Propil Desa Rantau Panjang 2016

Berdasarkan tabel 3 dapat diperoleh gambaran penduduk Desa Rantau Panjang dari 729 KK dengan jumlah total penduduk terdiri dari 3.074 jiwa, jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 1.569 jiwa (51,4 %), sedangkan penduduk yang berjenis kelamin perempuan yaitu 1.505 jiwa (48,96%).


(31)

4.1.4.2 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu sarana untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dalam berpikir, baik itu secara formal maupun informal. Dengan bekal pendidikan yang dimiliki, seseorang diharapkan dapat berdiri sendiri dalam menunjang kehidupannya di kemudian hari.

Pendidikan masyarakat di Desa Rantau Panjang tergolong minim dilihat dari banyaknya jumlah penduduk yang sedikit yang masih sampai tamat sekolah kejenjang yang lebih tinggi, dan di desa tersebut angka yang pernah Sekolah Dasar (SD) tetapi tidak tamat sangat besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4

Kategori Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Rantau Panjang

Tingkat Pendidikan Jumlah

(Jiwa)

Persentase

Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 93 3, 13 Usia 3-6 tahun yang sedang TK/ play group 274 9 , 24 Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 807 27, 28 Usia 18-56 Tahun tidak pernah sekolah 34 1, 14 Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak tamat 152 5, 12

Tamat SD/ sederajat 930 31,38

Jumlah usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP 160 5 ,39 Jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA 127 4 ,28

Tamat SMP/sederajat 233 7,86

Tamat SMA/ sederajat 122 4,11

Tamat D-1/ sederajat 11 0,37

Tamat S-1/ sederajat 20 0,67

Jumlah 2,963 100

Sumber : Profil Desa Rantau Panjang 2016

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat pendidikan penduduk yang tinggal di Desa Rantau Panjang adalah tamat SD/sederajat berjumlah 930 jiwa (31,38%), selanjutnya yang sedang


(32)

sekolah usia 7-18 tahun berjumlah 807 jiwa (27,28%), kemudian tingkat 3-6 tahun yang sedag TK/play group berjumlah 274 jiwa (9,24%), yang sudah tamat SMP/sederajad berjumlah 233 jiwa (7,86%), jumlah usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak tamat berjumlah 152 jiwa (5,12%), jumlah usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA berjumlah 127 jiwa (4,28%), Tamat SMA/ sederajat 122 jiwa (4,11%), Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 93 jiwa (3,13%), Usia 18-56 Tahun tidak pernah sekolah berjumlah 34 jiwa (1,14%), Tamat S-1/ sederajat 20 jiwa (0,67%), Tamat D-1/ sederajat 11 jiwa (0,37%).

Masyarakat du desa ini dilihat dari persentasinya mengecap pendidikan dominan tingka SD. Hal ini disebabkan kurangnya sarana prasarana pendidikan yang ada di desa ini hanya SD dan SMP, sehingga untuk melanjutkan pendidikan kejenjang selanjutnya kejenjang selanjutnya membutuhkan jarak tempuh yang jauh dari lokasi pemukiman mereka. Sekolah tersebut terletak di daerah lain yaitu di pusat Kecamatan Pantai Labu, Batang Kuis dan juga Medan. Hal inilah yang menjadi terhambatnya pendidikan masyarakat di Desa Rantau Panjang.

4.1.4.3 Penduduk Berdasarkan Etnis

Di Desa Rantau Panjang terdapat beberapa etnis masyarakat Desa Rantau Panjang tergolong masyarakat heterogen yang terdiri dari berbagai etnis seperti ernis Aceh, Batak, Nias, Melayu, Jawa, Banjar, Bugis, Flores, Buton. Meskipun demikian masyarakat di desa tersebut tergolong harmonis dan mereka bebas melakukan berbagai kegiatan keagamaan seperti perayaan seperti perayaan hari besar masing-masing


(33)

agama. Desa Rantau Panjang merupakan desa yang heterogen karena penduduk yang tinggal di desa ini berasal dari berbagai etnis yang berbeda, sehingga masyarakat yang tinggal di desa ini hidup berdampingan dengan berbagai etnis yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 5

Kategori Penduduk Bedasarkan Etnis

No. Etnis Jumlah Laki-Laki

Jumlah

Perempuan Total

Persentase (%)

1. Aceh 20 10 30 0,96

2. Batak 36 29 65 2 ,09

3. Nias 10 3 13 0,41

4. Melayu 1376 1396 2772 89,18

5. Jawa 30 29 59 1,89

6. Banjar 60 3 63 2,02

7. Bugis 2 26 28 0,90

8. Flores 1 3 4 0,12

9. Buton 15 13 28 0,90

10 Cina 21 25 46 1,48

Total 1571 1537 3108 100

Sumber : Profil Desa Rantau Panjang 2016

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa Desa Rantau Panjang merupakan salah satu dari Kecamatan Pantai Labu yang karakteristik masyarakatnya majemuk yang terdiri dari 9 etnis diantaranya Etnis Melayu lebih dominan dibandingkan etnis lainnya yang berjunmlah 2772 jiwa (89,18%), Etnis Batak berjumlah 65 jiwa (2,09%), Etnis Banjar berjumlah


(34)

63 jiwa (2,02%), Etnis Jawa 59 jiwa (1,89%), Etnis Cina berjumlah 46 jiwa (1,48 %) Etnis Aceh berjumlah 30 jiwa (0,96%), Etnis Bugis berjumlah 28 jiwa (0,90%) dan Etnis Buton berjumlah 28 jiwa (0,90%), Etnis Nias berjumlah (0,41%), Etnis Flores berjumlah 4 jiwa (0,12%), Nias berjumlah 13 jiwa (0,41%). Kemajemukan Desa Rantau Panjang disebabkan rata-rata masyarakatnya adalah pendatang dari berbagai daerah.

4.1.4.4 Penduduk Berdasarkan Agama

Ditinjau dari sudut agama yang dianut oleh penduduk Desa Rantau Panjang terdapat perbedaan jumlah penganutny a yang dikelompokkan atas 2 penganut yaitu Agama Islam dan Agama Budha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6

Kategori Masyarakat Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah Laki-Laki

Jumlah

Perempuan Total

Persentase (%)

1. Islam 1560 1511 3071 98,50 %

2. Budha 21 26 47 1,50 %

Total 1581 1537 3118 100%

Sumber : Profil Desa Rantau Panjang 2016

Bersadarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa agama yang paling banyak dianut masyarakat Desa Rantau Panjang adalah agama islam dengan jumlah 3071 jiwa (98,50%). Agama ini sebagai agama manyoritas yang paling banyak dianut masyarakat dikarenakan penduduk yang tinggal di desa ini mayoritas Etnis Melayu. Selain agama islam, sebagian


(35)

masyrakat lainnya adalah penganut agama Budha yang berjumlah 47 jiwa (1,50%).

4.1.4.5 Penduduk Tingkat Angkatan Tenaga Kerja

Penduduk yang berada di Desa Rantau Panjang dilihat dari berbagai usia tenaga kerjanya, baik yang sudah bekerja maupun belum bekerja. Untuk lebih jelasnya dapa dilihat pada tabel 7.

Tabel 7

Kategori Berdasarkan Usia Angkatan Kerja Tenaga kerja Jumlah Persentase

Penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja

1770 62,08

Penduduk usia 18-56 tahun yang belum/tidak bekerja

289 10,13

Penduduk usia 0-6 tahun 97 3,40 Penduduk masih sekolah

7-18 tahun

498 17,46

Penduduk usia 56 tahun ke atas

197 6,90

Total 2851 100

Sumber : Profil Desa Rantau Panjang 2016

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa tingkat usia berdasarkan angkatan kerja masyarakat Desa Rantau Panjang dari usia produktif yaitu usia 18-56 tahun berjumlah 2059 jiwa terdiri dari laki-laki yang berjumlah 1086 jiwa dan perempuan berjumlah 973 jiwa. Dari usia tersebut yang bekerja sebanyak 1770 jiwa (62,08%) sedangkan yang belum/tidak bekerja sebanyak 289 jiwa (10,13%). Selanjutnya penduduk yang masih sekolah usia 7-8 tahun sebanyak 498 jiwa (17,46%), Penduduk usia 56 tahun ke atas sebanyak 197 jiwa (6,90%) dan Penduduk usia 0-6 tahun yaitu 97 jiwa (3,40%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa tingkat usia berdasarkan


(36)

yang merupakan usia produktif untuk sebuah pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa angka tesebut sebanding dengan usia anak tamatan SMA. Selain itu terdapat juga anak yang putus sekolah atau tidak sekolah sudah bekerja walaupun hanya mencuci sampan para nelayan usai menangkap ikan di laut atau lebih dikenal dengan sebutan “anak itik”. Hal ini juga mempengaruhi pola pikir maasyarakat khususnya anak bahwa sekolah tidak menentukan pekerjaan seseorang. Mereka beranggapan “untuk apa sekolah tinggi-tinggi jika akhirnya pengangguran juga”. Sehingga banyak anak yang putus sekolah dan tidak sekolah karena tanpa sekolahpun sudah dapat pekerjaan.

4.1.5 Ekonomi Masyarakat

Penduduk yang berada di kawasan Desa Rantau Panjang mata pencaharian utamanya adalah bekerja sebagai Nelayan dilihat dari tempat tinggal mereka daerah pesisir. Untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga masyarakat desa memilili berbagai sumber penghasilan lain atau yang sering disebut sebagai pekerjaan sampingan dengan cara bekerja setelah selesai melaut sebagai nelayan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:


(37)

Tabel 8

Kategori Jenis Pekerjaan Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Total

F % F % F %

1. Petani 43 3,89 10 6,13 53 4,18

2. Buruh Tani 4 0,81 3 1,84 7 0,55

3. Pegawai Negeri sipil

0 0 6 3,68 6 0,47

4. Pengajian industri rumah tangga

6 0,54 6 3,68 12 0,94 5. Pedagang keliling 22 1,99 5 3,06 27 2,13 6. Nelayan 1002 90,84 10 6,13 1012 79,93

7. Montir 5 0,45 0 0 5 0,39

8. Pembantu rumah tangga

0 0 120 73,61 120 9,47 9. Pensiun/TNI/Polri 3 0,27 1 0,61 4 0,31 10. Pengusaha kecil

dan menengah

18 1,63 2 1 ,22 20 1,57

Jumlah 1.103 100% 163 100% 1.266 100% Sumber : Profil Desa Rantau Panjang 2016

Dari Tabel 8 terlihat bahwasanya di Desa Rantau Panjang sendiri paling besar sebagai nelayan. Hai ini terkait masyarakat pesisir mayoritas jenis pekerjaannya adalah sebagai nelayan dengan jumlah 1012 jiwa (79,93%) dan untuk yang laki-laki sendiri berjumlah 1002 jiwa (90,84%) dan untuk nelayan perempuan berjumlah 10 jiwa (6,13%), sementara itu bekerja sebagai pembantu rumah tangga berjumlah 120 jiwa (9,47%), untuk perempuan berjumlah 120 jiwa (73,61%), terlihat bahwasanya di desa tersebut perempuan yang menjadikan salah satu sumber terbesar menjadi pembantu rumah tangga sebagai penambah ekonomi keluarga,


(38)

biasanya perempuan yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga merantau ke Medan dan Malasya, namun di Desa Rantau Panjang juga terdapat bahwasanya pekerjaan sebagai pedagang keliling juga didapatkan dengan jumlah 27 jiwa (2,13%), sementara itu untuk laki-laki sendiri berjumlah 22 jiwa (1,99%) dan untuk perempuan berjumlah 5 jiwa (3,06%), masyarakat yang bekerja sebagai pedagang keliling tersebut biasanya bekerja di desa tersebut dan juga bekerja keluar desa dengan mengenderain sepeda motor di desa-desa tersebut. Pengusaha kecil dan menengah sendiri terdapat di Desa Rantau Panjang dengan jumlah 20 (1,57%) jiwa dan laki-laki berjumlah 18 jiwa (1,63%) dan perempuan berjumlah 2 jiwa (1,22%), lalu bekerja sebagai pengrajin industry rumah tangga berjumlah 12 (0,94%) jiwa, laki-laki berjumlah 6 jiwa (0,54%) dan perempuan berjumlah 6 jiwa (3,68%), di dalam pekerjaan ini terdapat keseimbangan antara jenis kelamin perempuan dan jenis kelamin laki-laki, jenis pekerjaan sebagai buruh tani berjumlah 7 jiwa (0,55%), untuk laki-laki berjumlah 9 jiwa (0,81%) dan perempuan berjumlah 3 jiwa (1,84%), pekerjaan ini merupakan salah satu pekerjaan sampingan untuk ekonomi dalam keluarga, pekerjaan tetap keluarga sendiri adalah pekerjaan sebagai nelayan, pekerjaan sebagai pegawai negeri berjumlah 6 jiwa (0,47%), untuk pekerjaan ini di duduki oleh perempuan dengan bekerja sebagai guru di Desa Rantau Panjang tersebut, pekerjaan sebagai montir berjumlah 5 jiwa (0,39%) pekerjaan ini dipekerjakan oleh laki-laki dengan jumlah 5 jiwa (0,95%), dan yang terakhir sendiri adalah pekerjaan sebagai pensiun/TNI/POLRI berjumlah 4 jiwa (0,31%), dengan masing-masing


(39)

jenis kelamin laki-laki berjumlah 3 jiwa (0,27%) dan perempuan berjumlah 1 jiwa (0,61%).

4.1.6 Potensi Kelembagaan

Diketahui ketika ingin memiliki jabatan sebagai aparat pemerintahan maupun aparat desa harus memiliki ijazah setidaknya tammat Sekolah Menengah Atas (SMA). Penduduk yang berada di kawasan Desa Rantau Panjang dilihat dari tingkat pendidikan yang menjabat menjadi aparat desa antara lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 9

Kategori Tingkat Pendidikan Aparat Desa Rantau Panjang Tingkat pendidikan aparat desa/

kelurahan

SD, SMP, SMA, DIPLOMA, S1, PASCA SARJANA

Kepala desa/ lurah SMA

Sekretaris desa/ kelurahan SMA Kepala Urusan Pemerintahan SMA Kepala Urusan Pembangunan SMA Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat

- Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat -

Kepala Urusan Umum SMP

Kepala Urusan Keuangan SMA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Keberadaan BPD Ada

Jumlah anggota BPD 9 orang

Pendidikan Anggota BPD SD, SMP, SMA, DIPLOMA, S1, PASCA SARJANA

Ketua SMA

Wakil ketua SMA

Sumber : Profil Desa Rantau Panjang 2016

Berdasarkan tabel 8 maka dapat di ketahui bahwa secara keseluruhan rata-rata tingkat pendidikan aparatur Desa Rantau Panjang adalah tamat SMA. Adapun kelembagaan yang ada di Desa Rantau


(40)

Panjang selain Kepala Desa dan Sekretaris Desa terdapat 6 Kepala urusan mulai dari kepala urusan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, kesejahteraan rakyat, urusan umum dan Kepala urusan keuangan. Selanjutnya di Desa Rantau Panjang juga terdapat BPD (Badan Permusyawaratan Desa) yang beranggotakan 9 orang dengan masing-masing anggotanya memiliki tingkat pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, Diploma, S1 dan Pasca Sarjana.

4.2 Profil Informan

Dalam penelitian mengenai “Nilai Pendidikan Pada Anak (Studi Kasus Pada Masyarakat di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang)”, maka untuk menjawab penelitian tersebut peneliti telah melakukan wawancara terhadap beberapa orang informan. Adapun profil informan dapat dilihat dibawah ini sebagai berikut:

1. Nama : Syaiful Azmi (Sekretaris Kepala Desa) Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia, Agama/suku : 37 tahun, Islam/ Melayu Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Sekretaris Desa

Bapak Syaipul merupakan informan pertama sekali peneliti temui di lokasi penelitian. Peneliti melihat bahwasanya Bapak Syaipul sangat berperan aktif dalam melakukan kegiatannya sehari-hari, seperti kepengurusan urusan desa yang di perlukan oleh masyarakat setempat. Dikarenakan rumah Bapak Syaipul dekat dengan rumah warga, warga


(41)

yang ada kepentingannya bisa langsung datang kerumah beliau. Di sore hari peneliti melihat ada salah satu warga yang datang untuk mempertanyakan apa saja syarat-syarat pembuatan Kartu Keluarga kepada Bapak Sekretaris Desa yaitu Bapak Syaipul sendiri, setelah itu peneliti melihat Bapak Syaipul memberi tau syarat-syarat tersebut. Bapak Syaipul menjabat menjadi sekretaris desa selama 10 tahun di Desa di Rantau Panjang, beliau mengatakan bahwasanya gaji yang ia peroleh selama menjabat menjadi sekretaris desa hanya mencapai Rp. 1. 700.000 dan gaji tersebut beliau terima selama 3 bulan sekali. Beliau sudah berkeluarga dan memiliki istri dan pekerjaan istri beliau adalah sebagai Ibu Rumah Tangga, mereka memiliki 3 orang anak, dengan berbagai jenjang pendidikan.

Ketiga anak Bapak Syaipul masih dalam proses pendidikan yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan anak yang kedua masih mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan yang ke tiga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jarak yang ditempuh anak Bapak Syaipul dari rumah ke sekolah berkisar 3 kilo untuk SMP, dan 1 Kilo untuk SD. Anak Bapak Syaipul kesekolah dengan menggunakan sepeda motor milik pribadi yang terkadang di antar jeput oleh Bapak Syaipul maupun istri beliau. Dan biaya sekolah anak Bapak Saipul tersebut ditanggung pribadi oleh beliau.

Beliau mengatakan bahwasanya apapun akan beliau lakukan demi pendidikan dan masa depan anaknya yang lebih baik lagi, dimana beliau akan mengerjakan pekerjaan apa saja, agar menambah perekonomian keluarga dan agar cita-cita yang diinginkan anaknya tercapai. Bapak


(42)

Syaipul juga mengatakan anaknya dalam menjalankan pendidikan sangat bagus, dimana beliau dan istrinya selalu memperhatikan apa saja yang dilakukan anaknya, ketika malam hari anak beliau disarankan untuk belajar, dan beliau sendiri ikut mengajari anaknya, mana yang tidak diketahui anak-anaknya beliau memberitahu. Begitu juga dengan Pekerjaan Rumah (PR) setiap malamnya beliau dan istrinya selalu memperiksanya.

2. Nama : Zulham (Mantan Kepala Desa) Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia, Agama/suku : 42 tahun, Islam/Melayu Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Toke Sampan/ Mantan Kepala Desa

Bapak Zulham merupakan masyarakat Desa Rantau Panjang yang menjabat sebagai kepala desa. Masa jabatannya Bapak Zulham di desa ini sudah lima tahun yang ketepatan pada saat ini masa jabatan Bapak Zulham baru saja habis. Gaji yang diperoleh Bapak Zulham setiap bulannya berjumlah ± 2.500.000. Bapak Zulham sudah menikah, istri beliau bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Beliau memiliki tiga orang anak. Anak pertama beliau saat ini akan tamat Sekolah Menengah Atas (SMA). Saat ini anak beliau yang duduk dibangku sekolah tinggal dua orang lagi, yang mana anak kedua duduk dibangku Sekolah Menengah Atas (SMA) begitu juga dengan anak beliau yang paling kecil atau anak yang ketiga duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Biaya sekolah anak beliau di tanggung oleh beliau. Sekolah anak beliau dengan tempat tinggal beliau


(43)

sangatlah jauh, dimana setiap anak beliau ingin sekolah harus memakai kenderaan seperti sepeda motor. Oleh sebab itu anak beliau meminta untuk agar beliau memberi izin kepada anak nya agar supaya diperbolehkan naik sepeda motor sendiri akan tetapi Bapak Zulham tidak menuruti kemauan anaknya. Bapak Zulham sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya karena pendidikan adalah hal terpenting bagi siapa saja termasuk anaknya.

3. Nama : Sahriah

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia, Agama/suku : 56 tahun,Islam/Melayu Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar (SD) Pekerjaan : Penjahit Pakaian

Ibu Sahriah dan keluarga merupakan salah satu warga yang sangat di segani oleh masyarakat setempat, sebab peran suami Ibu Sahriah di Desa Rantau Panjang dianggap warga setempat sebagai Pemuka Masyarakat, Ibu Sahriah memiliki 8 orang anak. Pekerjaan sehari-hari Ibu Sahriah adalah sebagai penjahit, begitu juga dengan pekerjaan suami Ibu Sahriah di desa hanya bekerja sebagai memandikan Jenazah warga ketika ada yang meninggal dan selain itu beliau juga yang men Shalat kan Jenazah tersebut bahkan sampai mengkubur Jenazah tersebut, itu digaji masyarakat hanya seikhlas nya saja setiap beberapa bulan sekali, dan gaji yang ia peroleh tidak menetap, di Desa Rantau Panjang sendiri suami Ibu Sahriah disebut sebagai Khalifah, dimana suami dan Ibu Sahriah sendiri setiap sore nya mengajar mengaji anak-anak di desa tersebut, tetapi anak yang mengaji memberikan uang se ikhlas nya saja, yang setiap minggu nya


(44)

dibayar sebesar Rp. 5000 sampai 10.000 dan bahkan ada anak yang mengaji secara gratis, tetapi ketika peneliti melakukan penelitian tidak dapat berjumpa langsung dengan suami Ibu Sahriah, sebab suami beliau pergi melaksanakan Shalat Jum’at, maka Ibu Sahriah yang mewakilkan untuk diwawancarai.

Ibu Sahriah mengatakan gaji yang ia peroleh setiap bulannya tidak mencukupi tetapi walaupun tidak mencukupi Ibu Sahriah selalu merasa bersyukur sebab dari ke 8 anaknya dapat mengenyam pendidikan, dan sudah 2 orang anak Ibu Sahriah yang mendapat gelar Sarjana, 2 orang anak nya saat ini sedang kuliah, 3 tammat Sekolah Menengah Atas, dan anak beliau yang paling kecil kelas kelas 3 Sekolah Menengah Atas (SMA).

Ibu Sahriah juga mengatakan bahwasanya pendidikan itu sangatlah penting dan beliau mendukung suatu pendidikan. Beliau selalu menerapkan pentingnya pendidikan kepada anak-anaknya dengan cara menengur anak-anak nya setiap malam, agar anaknya belajar, bukan hanya beliau saja yang menegur anaknya untuk belajar tetapi suami dan anak beliau yang besar juga menegurnya. Ketika anaknya yang masih sekolah pada malam hari jika anak beliau keluar malam beliau memarahi anaknya agar anaknya cepat pulang, bahkan ketika anaknya tidak mendengar perkataan beliau, dan sampai anaknya sampai tidak pulang jam 22.30 keatas beliau menjeput anaknya. Ketika beliau mendengar kesulitan selama anaknya sekolah maka beliau memberikan solusi berupa pujukan agar anaknya tetap untuk sekolah. Beliau sekeluarga merupakan salah satu


(45)

keluarga yang taat beragama maka itu beliau dan istrinya menanamkan dan mengajarkan nilai agama kepada anaknya karena agama menurut beliau dapat membawa keluarga pada kehidupan yang lebih baik. Beliau sendiri tidak pernah memberikan hadiah kepada anaknya yang sekolah, tetapi beliau lebih mengutamakan motivasi agar anaknya tetap mengutamakan sekolah ketimbang yang lainnya.

4. Nama : Ratna Nigrum

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia, Agama/suku : 52 tahun, Islam/ Jawa Pendidikan Terakhir : S1

Pekerjaan : Guru SD 101928 Rantau Panjang

Ratna Nigrum merupakan salah satu Guru Sekolah Dasar yang ada di Desa Rantau Panjang, Ibu Ratna bertempat tinggal di dalam sekolah yang sudah di sediakan pihak pemerintahan, pada dasarnya Ibu Ratna merupakan warga yang telah merantau dari Jawa Timur ke Medan namun ketika beliau menikah, beliau menemukan pendamping dari masyarakat Desa Rantau Panjang, sehingga beliau harus pindah ke desa tersebut ikut dengan suaminya, beliau memiliki 4 orang anak. Dari ke 4 orang anak beliau sudah 1 orang yang tammat kuliah, 1 orang yang dalam peroses kuliah, 1 Sekolah Menengah Pertama dan yang paling kecil masih Sekolah Dasar. Ibu Ratna sudah 16 tahun menjabat menjadi seorang Guru SD, dan Suami Ibu Ratna juga bekerja sebagai pengawas sekolah di SD tersebut. Gaji Ibu Ratna setiap bulannya berkisar Rp. 2. 700.000 per bulan nya. Anak Ibu Ratna yang sudah tammat kuliah juga bekerja sebagai Guru


(46)

Sekolah Dasar bagian Tata Usaha (TU), beliau mengaku merasa puas, sebab anak nya juga sudah memiliki pekerjaan yang sama dengan dirinya.

Beliau memandang pendidikan itu sangat penting bagi setiap anak terkhusus anak beliau, beliau mengatakan selama anak beliau duduk dibangku sekolah, beliau dan suaminya sealu memperhatikan anak-anaknya, dimana setiap kebutuhan yang diinginkan anaknya selama pendidikan selalu diperhatikan, lalu setiap malam beliau tidak memperbolehkan anak nya menghidupkan tv sebelum belajar, dan setelah jam 10 keatas selesai belajar baru diperbolehkan anaknya untuk belajar, lalu setiap malam nya juga beliau tidak memperbolehkan anak-anaknya untuk kelayapan , dimana beliau takut anak-anaknya terpengaruh lingkungan sekitarnya. Bukan hanya itu beliau juga melarang anak-anaknya untuk memiliki handphone (HP) sebab beliau sendiri menilai hp tersebut akan merusak mental setiap anak. Setiap subuh beliau selalu membangunkan anak-anaknya agar bangun lebih awal, lalu pada subuh tersebut beliau mengingatkan agar anaknya melihat ualang roster apa saja yang akan dipelajari anaknya disekolah nanti. Beliau mengatakan bahwasanya selama anaknya sekolah selalu mendapatkan prestasi yang sangat memuaskan, dimana hal tersebut terjadi dikarenakan motivasi dan kemauan anak nya belajar memang dari kemauan anak-anaknya sendiri.

5. Nama : Hanisah Mulya

Jenis Kelamin : Perempuan


(47)

Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Atas (SMA) Pekerjaan : Guru Madrasah

Ibu Hanisa Mulya adalah seorang guru mengaji di Madrasah yang terdapat di Desa Rantau Panjang. Beliau adalah guru yang berasal dari Desa Durian. Menurut penjelasan beliau, beliau mengajar selama 7 tahun di Madrasah tersebut. Untuk menempuh dari Desa Durian Ke Desa Rantau Panjang, beliau mengendarai sepeda motor yang lama perjalanan nya ± 1 jam. Ibu Hanisa Mulya tidak sendiri dalam mengajar anak-anak Madrasah, beliau mempunyai teman yang berasal dari Desa Kelambir, tetangga dari desa Rantau Panjang.

Beliau memandang pendidikan tersebut sangat penting dimana beliau mengatakan bahwasanya pendidikan merupakan aset untuk masa depan anak, agar anak mampu berfikir lebih baik lagi, anak mampu melihat dan menilai mana yang baik dan mana yang tidak baik. Bukan hanya itu beliau juga menilai dengan adanya pendidikan pada anak cara berbicara, tingkah laku, baik moral anak akan berbeda dengan anak yang tidak memiliki pendidikan.

6. Nama : Sri Rahmadani

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia, Agama/suku : 39 tahun, Islam/ Aceh Utara Pendidikan Terakhir : S1. Bahasa Indonesia & Sastra Pekerjaan : Guru tidak tetap di SMPSanawiyah


(48)

Pada saat peneliti melakukan penelitian kesolah SMP-Sanawiyah yang berdiri di Desa Rantau panjang sendiri, peneliti merasa kewalahan, sebab peneliti melihat bahwasanya sekolah tersebut masih banyak kekurangan guru-guru, begitu juga dengan muridnya sangat sedikit, peneliti melihat sediri dan sempat menghitung berapa jumlah murid yang ada di dalam kelas, dari kelas III sendiri peniliti menghitung ada 6 murid yang hadir, ketepatan pada saat itu meraka dalam melaksanakan TRY OUT, peneliti melihat dan merasakan murid yang ada di di sekolah tersebut duduk nya sesuka hati mereka, tidak mau tau ketika gurunya menengur agar mereka duduk sebagai mana mestinya ketika melaksanakan ujian, dan juga murid tidak mau tau ketika guru memberitahu tentang cara pengisian ujian yang benar, guru melarang agar murid-muridnya ketika melaksanakan ujian jangan ribut tetapi anak didik tersebut melawan dan tidak mau tau, bahkan anak tersebut berbicara kepada seorang guru nya dengan ucapan yang tidak sepantasnya mereka ucapkan, namun pada kenyataannya guru tidak bisa berkata-kata apa-apa, guru mengaku jika anak tersebut ditegur maka anak-anak didiknya tidak mau sekolah lagi. Banyak anak didik yang tidak hadir dalam melakukan ujian TRY OUT. Ibu Sri sempat berkata, bahwasanya anak-anak tersebut terlalu sibuk dalam bekerja kelaut, begitu juga dengan kelas II nya hanya 3 orang yang hadir, untuk kelas I nya sendiri bahkan tidak ada yang hadir. Bukan hanya murid saja yang tidak hadir, tetapi guru-guru juga tidak hadir, ketepatan ketika peneliti melakukan penelitian hanya 2 orang guru saja yang hadir.


(49)

Ibu Sri merupakan salah satu guru di SMP- Sanawiyah yang terletak di Desa Rantau Panjang tersebut, Ibu Sri bekerja sebagai guru tidak tetap, alasan Ibu Sri mau mengajar dikarenakan ingin melakukan pengabdian kepada Negara, gaji Ibu Sri satu bulan itu tidak menentu, terkadang Ibu Sri hanya mendapat gaji berkisar Rp. 120. 000 per bulannya, dan suami Ibu Sri bekerja sebagai seorang nelayan, yang tekadang penghasilannya juga tidak menetap. Selain Ibu Sri merupakan salah satu guru, Ibu Sri juga berperan sebagai orangtua buat anak-anaknya. Ibu Sri memiliki 3 orang anak, anak-anak Ibu Sri yang paling besar masih Sekolah Dasar. Lokasi tempat tinggal Ibu Sri dengan sekolah tempat beliau bekerja sangat jauh, waktu yang dihabiskan beliau selama perjalanan mencapai 30 menit.

Ibu Sri mengatakan bahwasanya pendidikan tersebut sangat penting bagi anaknya, dimana beliau sangat yakin bahwasanya pendidikan tersebut akan merubah nasih anaknya dikemuadian hari, beliau selalu memperhatikan anak-anaknya, disaat mana anak beliau tidak mau sekolah beliau memujuk anaknya agar mau sekolah, beliau mengatakan untuk pendidikan anaknya beliaua akan melakukan pekerjaan apa saja, disamping itu beliau juga mengatakan bahwasanya beliau memberikan penghargaan berupa hadiah jika anak nya naik kalas, beliau hanya mengiginkan anak-anaknya hanya naik kelas saja, tanpa harus mendapatkan rengking (peringkat) beliau takut ketika anaknya diberikan iming-iming dengan peringkat satu atau dua,tiga, menjadikan anaknya


(50)

depresi, hadiah yang beliau berikan biasanya berupa permintaan apa saja yang diinginkan anak-anaknya.

7. Nama : Abdul Halim

Jenis Kelamin : Laki- Laki

Usia, Agama/suku : 52 tahun, Islam/Melayu Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Bapak Abdul merupakan warga dari Desa Rantau Panjang beretnis Melayu. Bapak Abdul memiliki 3 orang anak dan ketiga orang anak nya dalam proses pendidikan. Dan anak pertama Bapak Abdul saat ini kuliah di Medan di Universitas Deli Husada (tingkat III) jurusan Akademi Kebidanan (AKBID), anak kedua nya Kulah di Deli Husada juga (tingkat I) jurusan Farmasi, dan anak yang ketiga beliau kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Bapak Abdul setiap hari nya bekerja sebagai pengusaha sembako di desa tersebut selama ± 20 tahun dan penghasilan yang ia dapat setiap harinya sebesar Rp. 200.000 per hari.

Bapak Abdul mengatakan bahwasanya pendidikan itu sangatlah penting bagi setiap siapa saja, dimana beliau mengatakan orang yang berpendidikan akan berbeda cara berpikir nya dengan orang yang tidak memiliki pendidikan, lalu beliau mengatakan bahwasanya selama anaknya mengecap pendidikan beliau selalu memperhatikan pendidikan anaknya, anak beliau sekolah di Medan, dan tinggal di asrama, beliau memberikan perhatian berupa menelpon anaknya setiap dua hari sekali, dan setiap


(51)

bulannya beliau selalu mengunjungi anak-anaknya ke Medan. Beliau mengatakan ketika pendidikan anaknya sudah sampai keperguruan tinggi beliau merasakan hal yang berbeda, dimana beliau menilai bahwasanya beliau sudah berhasil mendidik anak-anaknya. Beliau dapat memberikan pendidikan dikarenakan ekonomi keluarga mereka yang memadai dan serba berkecukupan. Beliau juga mengatakan ketika anaknya sudah tamat dari perguruan tinggi beliau sudah mempersiapkan pekerjaan untuk anaknya, seperti membukakan kelinik dan membukakan praktek di depan rumah beliau. Tujuannya agar masyarakat yang sakit dapat berobat kepada anak beliau.

8. Nama : Adi Bowo Sembiring

Jenis Kelamin : Laki- Laki Usia, Agama/suku : 38 tahun

Pendidikan Terakhir : Tidak Tammat Sekolah

Pekerjaan : Nelayan

Bapak Bowo adalah seorang nelayan semenjak umur 11 tahun, penghasilan yang beliau terima setiap harinya berkisar Rp. 50.000 sampai dengan 70.000 dan terkadang tidak memilki penghasilan. Bapak Bowo tidak memiliki tamat sekolah dikarenakan alasan beliau berhenti sekolah dikarenakan tidak suka dengan sekolah dan tidak mampu mengikuti pelajaran sekolah. Namun pada saat ini beliau merasa menyesal untuk tidak melanjutkan sekolahnya, dimana menurut beliau saat ini sekolah sangat dibutuhkan.


(52)

Bapak Bowo sudah menikah dan saat ini memiliki 3 orang anak, anak pertama Bapak Bowo sudah berhenti sekolah, anak kedua Bapak Bowo saat ini masi Sekolah Dasar (SD) dan yang terakhir masih kecil. Istri Bapak Bowo bekerja sebagai pembantu rumah tangga, yang setiap harinya bekerja mencuci baju tetangga yang memiliki ekonomi yang bagus. Anak pertama Bapak Bowo sudah tidak sekolah, dikarenakan kurangnya minat dan kemauan anak beliau untuk sekolah. Anak beliau yang tidak melanjut sekolah tetapi masih rajin belajar mengaji. Beliau mengetahui anaknya tidak lanjut sekolah dikarenakan faktor ekonomi pada keluarga beliau dan kurangnya untuk melanjutkan sekolah dikarenakan lingkungan setempat, anak beliau putus sekolah pada saat kelas 1 SMA, dimana letak dan lokasi sekolah sangat jauh dari tempat tinggal beliau, sehingga anak nya merasa capek untuk sekolah. Dan setiap harinya harus pulang balik dari rumah menuju sekolahnya, setelah anak beliau putus sekolah, anak beliau memilih untuk langsung bekerja ke luar daerah desa tersebut, pekerjaan yang dikerjakan anak beliau yaitu bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Medan.

9. Nama : Alwi

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Usia, Agama/suku : 18 tahun, Islam/ Melayu Nama Sekolah : SMK Jaya Krama

Kelas : III

Alwi merupakan salah satu anak dari mayarakat pesisir Desa Rantau Panjang yang masih mengenyam pendidikan, Alwi saat ini duduk


(53)

di bangku sekolah kelas III SMK, Alwi baru saja melakukan Ujian Akhir Sekolah (UN). Pendapat Alwi mengenai pendidikan selama beliau sekolah bahwasanya pendidikan itu bersifat mutlak, pendidikan itu simple dalam artian pendidikan yang ia dapat selama ini hanya pendidikan peraktek saja. Menurut Alwi pendidikan sangat penting bagi dirinya maupun bagi anak-anak lainnya, sebab pendidikan akan membawa perubahan pada dirinya, pendidikan bisa mengubah cara bidupnya, pendidikan yang Alwi jalankan merupakan tabungan untuk hari esok yang lebih baik, tanpa pendidikan menurut Alwi sendiri tidak akan jadi apa-apa. Menurut Alwi tanpa pendidikan susah mendapatkan pekerjaan, selain untuk mendapatkan pekerjaan pendidikan juga dapat mengubah cara berfikir, tingkah laku, akhlak khusus nya pada dirinya. Alwi mengatakan orang yang berpendidikan dengan yang tidak berpendidikan akan berbeda tingkah laku, cara berfikir dan akhlaknya, orang yang tidak berpendidikan moral nya jauh lebih buruk ketimbang orang yang memilliki pendidikan.

Alwi ingin sekolah atas kemauannya sendiri tidak ada karena ikut-ikutan dengan teman, sebab alwi mengatakan bahwasanya temen-temen banyak yang tidak mengenyam pendidikan. Demikian menurut beliau bahwasanya pendidikan anak-anak di dalam desa tersebut masih banyak yang hanya tamat sekolah SD dan SMP, sedangkan anak yang melanjutkan sekolah ketingkat yang selanjutnya SMA jumlahnya sangat sedikit, dalam artian masih bisa terhitung oleh jari. Banyak anak yang putus sekolah di desa tersebut karena berbagai faktor tersebut, seperti misalnya faktor ekonomi orangtua, dan kemauan anak nya yang kurang,


(54)

temen-teman nya yang hanya ikut-ikutan dengan temen yang lain, dimana mereka lebih baik memilih kerja yang langsung menghasilkan uang dari pada sekolah yang belum tentu mendapatkan pekerjaan, dan pada akhirnya juga akan pengangguran. Biasanya anak yang langsung bekerja, bekerja sebagai pencuci sampan, angkat ikan, dan merantau ke Malasya. Kebanyakan menurut beliau yang merantau ke Malasya tersebut kebanyakan perempuan, sebab jika perempuan mudah mendapatkan pekerjaan. Temen-temen Alwi menganggap tanpa sekolah saja akan berhasil, sebab bisa mendapatkan uang dan juga dapat berbagi dengan kedua orangtua nya.

Selain Alwi sekolah atas kemauan nya ia juga selama sekolah selalu mendapatkan dukung dan motivasi yang diberikan orangtua maupun keluarganya, dukungan tersebut berupa agar Alwi menomor satukan pendidikan dan tidak menyampingkan pendidikan seperti mana halnya dengan anak-anak lainnya di Desa Rantau Panjang.

10. Nama : Hendri Ansyah

Jenis Kelamin : Laki- Laki

Usia, Agama/suku : 16 tahun, Islam/ MelayuNama Sekolah : SMK N 1 Pantai Labu

Kelas : 1 SMK Jurusan TKJ

Hendri merupakan seorang siswa yang masih duduk di sekolah SMK kelas 1 Pantai Labu. Hendri merupakan anak paling kecil diantara saudara-saudara nya. Ayah nya bekerja sebagai nelayan dan terkadang bekerja sebagai tukang bengkel sepeda motor, Ibu Hendri sehari-harinya


(55)

bekerja sebagai ibu rumah tangga. Hendri saat ini masih duduk dibangku kelas 1 SMK, yang mana hendri mengatakan bahwasanya beliau sekolah sambil kerja. Alasan beliau bekerja karena ekonomi orangtua nya yang tidak mencukupi jika beliau harus sekolah, jalan satu-satunya beliau memilih untuk bekerja sambil sekolah.

Hendri mengatakan bahwasanya pendidikan bagi setiap saja dan terkhusus bagi diri beliau sangat penting, dimana beliau yakin bahwasanya pendidikan akan membawa setiap orang pada kesuksesan. Menurut Hendri pendidikan di desa tersebut masih tergolong rendah, sebab masih ada yang tidak tamat sekolah, dalam artian juga masih ada yang putus sekolah, masih banyak yang tammat sekolah SD dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan masih sedikit yang melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMA).

4.3 Pendidikan Anak di Desa Rantau Panjang

Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Secara ekstrem dapat dikatakan maju mundurnya atau baik buruknya peradaban suatu masyarakat atau bangsa, akan ditentukan bagaimana pendidikan yang akan dijalani oleh setiap masyarakat maupun bangsa tersebut (Sanaky dalam buku Sosiologi Perubahan Sosial. 2011 : 195).


(56)

Selain itu pendidikan juga sebagai lembaga yang paling efektif dalam mewujudkan mobilitas sosial individu menuju status sosial tinggi, bahkan dengan pendidikan juga sebuah sistem yang mampu menghasilkan generasi masa depan yang cerdas, kreatif dan bijaksana dalam mengelola sumberdaya alam secara optimal.

Desa Rantau Panjang sendiri merupakan daerah yang beretnis Melayu, dan mata pencahariannya sebagian besar adalah Nelayan. Tingkat Pendidikan masyarakat di Desa Rantau Panjang masih sangat minim bisa dikatakan masih sangat rendah dan stagnan dari tahun ke tahun, selain hal ini masyarakat juga menyampingkan pendidikan dimana pendidikan dijadikan sebagai nomor kesekian, mereka merasa pendidikan itu tidak begitu penting. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Syaiful Azmi yaitu:

“…jikalau pendidikan di desa ni begitu saja dari tahun ketahun, gak ada yang berubah, berubah nya hanya gedung-gedung sekolah yang bertambah, tapi kalau kemauan orang masyarakat ya begitu-begitu saja, tidak ada yang berubah dari tahun ketahun, jikalau ada anak yang berhasil itu disebabkan orangtua nya yang bersifat keras, terus kalau pendidikan di desa ni sangatlah jauh berbeda dengan desa lainnya seperti Desa Durian, Desa Pematang Biara…..”

Hal ini senada dengan pendapat Ibu Sahriah pada saat dilapangan yaitu :

“...pendidikan disini ni kan, kayak manalah ya dibilang, ah tak tolaplah mambilangnya, kenapa tidaklah cobak kamu rasakan, kalau sekolah tak begitu penting sama orang-orang ni, tapi kalau korja ha lancarnya pulak kan, sebab apo tidak, sekolah pun tinggi-tinggi nanti nyo, balik juga nya kalaut kan, disini kalau dihitung nyo masalah pendidikan tak pala bisa, kalau adonyo angka yang paling terakhir, ya


(57)

terakhirlah pendidikan dinilai disini, tak ada pala ponting sakolah-sakolah kurasakan, tapi kalau korja, bisa bolik kareta, omas copat-copat, itulah dikojarkan, caranya ya korjalah sacopatnya, jangan pala pakek tunggu sakolah, punyalah ijazah baru korja sakarang…..”

Berdasarkan wawancara dengan informan bahwa pendidikan di Desa Rantau Panjang dari tahun ke tahun tetap atau tidak ada perubahan, disebabkan kemauan masyarakat untuk sekolah masih tetap saja tidak ada peningkatan, walaupun ada perubahan yaitu hanya bangunan fisiknya seperti bertambhanya gedung sekolah. Masyarakat menganggap pendidikan tidaklah suatu hal yang penting, pendidikan bagi mereka dinomor terakhirkan dan mereka lebih mengutamakan untuk bekerja. Bagi mereka tidak ada gunanya sekolah tinggi-tinggi yang kemudian kembali juga ke laut. Sehingga dengan adanya pemikiran tersebut menjadi salah satu penghambat pendidikan masyarakat kurang meningkat, karena pikiran mereka sudah di doktrin dengan hal-hal seperti itu. Walaupun masih ada dari sebahagian masyarakat yang berhasil menempuh pendidikan yang lebih tinggi disebabkan adanya kemauan anak dan dukungan orang tua yang bersifat keras. Sehingga dengan hal tersebut pendidikan anak akan lebih baik lagi.

Lain halnya dengan yang disampaikan oleh anaknya Ibu Sahriah yang telah selesai menyekolahkan anaknya sampai ke tingkat pendidikan Sarjana. Ibu Sahriah menganggap pendidikan begitu sangat penting, karena dengan pendidikan tidak hanya untuk mencari pekerjaan semata kan tetapi dengan pendidikan akan dapat mengubah pola pikir, tingkah laku. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Ibu Sahriah:


(58)

“…..kami kalau pendidikan bukan untuk cari kerjaan sajo, tapi untuk mengubah cara berpikir anak-anak ni berbeda dengan orang yang tidak sekolah, kalau orang tak sekolahkan cara berbicara sama tingkah laku nyo sangatlah jauh berbeda sama orang yang tak sakolah, dimana orang yang tak sakolah tu pasti memikir nya tak pakai fikiran, tengoklah disini anak yang tak sakolah tu sikit-sikit manikah bagi yang perempuan yang laki-laki juga, selain itu orang yang tak sekolah langsung sajo kerja kalau tak sakolah…..”

Hal ini senada dengan pendapat Bapak Abdul pada saat wawancara dilapangan yaitu :

“….Pendidikan saya rasa ya bisa mengubah moral, perilaku anak yang lebih baik lagi. Pentingnya pendidikan saya nilai sangat-sangat penting, jika seseorang mempunyai pendidikan maka otomatis akhlak, moral, tingkah lakunya sangat berbeda dengan orang yang tidak memiliki pendidikan, pendidikan itu juga bisa memperbaiki jenjang karier si anak kedepannya.….”

Jadi menurut seseorang pendidikan tersebut bukan hanya untuk mencari pekerjaan saja, namun pendidikan tersebut juga bermanfaat untuk mengubah cara berpikir yang lebih baik, serta tingkah laku seseorang lebih baik lagi, seseorang yang memiliki pemikiran yang maju dan lebih baik pasti memilih untuk sekolah terlebih dahulu, seseorang yang sekolah tentunya akan mempunyai kemampuan berfikir yang lebih berbeda dibandingkan orang yang tidak sekolah, sebab seseorang yang tidak memiliki pendidikan akan berpikir bahwasanya pendidikan hanya semata-mata harus mencari pekerjaan saja, seseorang yang tidak tamat sekolah dan bahkan tidak sekolah di Desa Rantau Panjang tersebut langsung memutuskan untuk langsung bekerja tanpa harus mempunyai bekal


(59)

terlebih dahulu, lalu seseorang yang tidak sekolah juga langsung memilih untuk menikah tanpa pikiran yang matang.

Menempuh pendidikan yang lebih tinggi yaitu Tingkat Sarjana, diamana berdasarkan pengalamannya yang telah menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat tersebut, tapi belum mendapatkan pekerjaan malah mendapat gunjingan dari masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh anaknya Ibu Sahriah yaitu Kak Sri:

“…kalau orang sakolah disini dicibir, dicaci maki, dihina awak, apo tidak macam kami ni kan sudah hampir samua anak omak kami ni yang tamat sarjana, tapi akhirnya menganggur, itulah sobabnya orang malas sakolah, ado pornah tatangga ni bacakap sama akak kan dek, dibilangnyalah sama akak, kalau akak bodoh sakolah mambuwang-buang uang, lobih baek lah kau korja dari dulu, bisa kau buatkan rumah omak kau, tak macam sakarang sudah tua kau, korja kau pun tak ado-ado, namun aku dan omak ni tak pala kacewa karena kami tak punya korja, asal akhlah kami tak macam orangtu kolot kali lah memang kan, tapi itulah kan gara-gara mulut orang ni adek akak yang paling kocil, yang sudah mau tamat sekolah SMA jadi takut, sebab apo tidak di ejek-ejek dio udah mau tamat sekolah mau jadi apolah kata orang, sampek adek akak bilang sama kami sudah mau setres aku gara-gara mau kelulusan dan pasti pengangguran lah aku kayak orang akak, di ejeklah balek aku sama orang-orang….”

Hal ini senada dengan pendapat Bapak Yudra Irwansyah pada saat dilapangan yaitu :

“….begini nya dek, disini payah jugo nya kalau orang sakolah dek, nanti kalau orang sakolah di ejekin sama masyarakat desa disini dek, mau adek tanya pun kemana mana begini juga nya jawabpannya dek, gak begitu penting kali disini sekolah, tapi kalau kerja cepat-cepat barulah dianggap baik disini dek.…”

Terlihat bahwasanya seseorang yang memiliki pendidikan di desa tersebut akan digunjing oleh masyarakat di desa tersebut, sebab belum


(60)

adanya pendidikan yang akan membawa perubahan lebih baik lagi di desa tersebut, seperti hal nya yang di rasakan oleh keluarga dari peneliti yang menjelaskan bahwasanya keluarga nya mendapatkan gunjingan dari tetangga nya, sebab anaknya yang sudah Sarjana tetap saja pengangguran sampai saat ini, dan bahkan anak beliau yang akan tamat sekolah SMA merasa takut akan merasakan seperti kakak-kakak beliau. Oleh sebab itu anak beliau yang paling kecil menjadi cacat mental dikarenakan tetangga nya sendiri, sebab itulah masyarakat Desa Rantau Panjang lebih memilih pekerjaan terlebih dahulu.

Dikarenakan letak daerah tersebut adalah daerah yang kurang dari segi mata pencaharian, sebab mata pencaharian utama di daerah tersebut sebagai nelayan, selain itu tidak jauh dari pekerjaan yang menghandalkan hasil laut saja, namun sebagian dari masyarakat tersebut termasuk istri-istri para nelayan ikut membantu prekonomian suami mereka dengan mencari udang, kepah dan kerang, bahkan bekerja sebagai pembantu rumah tangga kerumah tetangga yang keuangan nya memang cukup baik. Selain dari pekerjaan tersebut berladang adalah salah satu pekerjaan sampingan mereka sebagai buruh atau pekerja upahan dan berdagang ikan, kesemuanya hal tersebut adalah pekerjaaan yang tetap menghandalkan hasil laut.

Pendidikan di Desa Rantau Panjang bisa dikatakan stagnan atau kurang bergerak, tidak terlalu terlihat yang dinamakan mobilitas sosial atau gerakan masyarakat dalam kegiatan menuju perubahan yang lebih baik, seperti contoh status sosial, jumlah penghasilan dan lain sebagainya.


(61)

Hal ini senada dengan pendapat Bapak Adi Wibowo pada saat dilapangan yaitu :

“….cerita pendidikan lah kita kan, kalau dibilang pendidikan itu bawa perubahan di desa kami, tak juga dek, sebab orang yang sudah tamat sekolah, tak ada pala yang berhasil menjadi orang macem di daerah pesisir lainnya, seperti Sibolga, Batu Baro dan desa lainnya dek, yang mau sakolah disini palingan orang-orang yang memang pergaulannya luas, seperti bergaul dengan orang luaran dari Desa Rantau Panjang, sudah pasti anaknya pun sekolah, tapi alhasil apa yang terjadi dek, sudah tamat sekolah pun nanti manganggur juga, tak ado korjaannya, baliklah kelaut jadinya….”

Hal ini senada dengan pendapat Nasruddin pada saat wawancara dilapangan yaitu :

“….sebab dikampung kami ni sekolah itu tidak mendukung, sekolah itu tidak berapa ponting padahal kalau anak ni mau sekolah ni biar jangan seperti kita, biar anak ni berhasil dengan anak-anak yang diluar sana, yang fintar, yang otak nya jenius, mau nya begitu kemauan kita kan, cumin kalau dia sanggup, gak sanggupnya dialah itu. Cuman kalau ada yang mambantu biar anaktu bisa malanjut sakolah bisalah mungkin kan anak-anak tu sakolah….”

Jadi masyarakat Desa Rantau Panjang sendiri terlihat bahwasanya jika permasalahan pendidikan memang sangat-sangat serius, dimana di desa tersebut tidak ada perubahan yang begitu baik diniai dari segi pendidikannya, pendidikan di desa tersebut sangat berbeda dengan desa lainnya, terkhusus masyarakat pesisir lainnya seperti Sibolga, dan juga Batu Bara, seseorang menilai bahwasanya pendiidkan yang baik itu harus mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan pekerjaan yang telah ditempuh, namun jika tidak, hal tersebut yang membuat seseorang malas (bahkan tidak mau untuk melanjutkan sekolah) seperti hal nya di Desa


(62)

Rantau Panjang tersebut. Jika seseorang tamat sekolah namun tetap saja tidak mendapatkan pekerjaan, maka hal tersebutlah yang membuat seseorang tidak ingin melanjutkan sekolah. Namun disamping itu orangtua masih ingin melihat anaknya mengenyam pendidikan seperti mana anak-anak lainnya di luar Desa Rantau Panjang, namun anak-anaknya sendiri tidak menginginkan apa yang diinginkan orangtua nya, anak di desa tersebut lebih memilih untuk langsung bekerja dari pada memiliki bekal terlebih dahulu seperti pendidikan.

Dalam perkembangannya pendidikan masyarakat Desa Rantau Panjang tidak mengalami perubahan yang cukup baik dari tahun ketahun, kalaupun ada anak-anak dari orangtua masyarakat Desa Rantau Panjang yang mengenyam pendidikan tinggi itu dikarenakan mereka memiliki orangtua yang prekonomiannya cukup baik untuk biaya pendidikan, ada salah satu informan yang keadaan ekonominya yang tidak begitu baik namun dapat menyekolahkan anaknya keperguruan tinggi, tetapi tetap saja peneliti melihat belum ada mobilitas sosial yang begitu berarti, sebab anaknya yang mengenyam pendidikan tersebut setelah beberapa tahun tidak bekerja baru saja mendapat pekerjaan mengajar siswa MTS dan merupakan guru tidak tetap. Tidak seperti pegawai yang dipekerjaan pemerintah. Jadi pendidikan pada masyarakat Desa Rantau Panjang tidak begitu kuat peranannya dalam artinya sebagai alat untuk memajukan aspek kehidupan masyarakat Desa Rantau Panjang. Pendidikan masyarakat Desa Rantau Panjang terbilang tetap atau tidak mengalami perubahan dari tahun


(63)

ke tahun yang berarti hanya berjalan ditempat saja. Hal ini sesuai dengan pemaparan Ibu Sahriah pada saat wawancara dilapangan yaitu :

“…..ibu dan suami ibu nak, cara kami agar anak-anak ni bisa tetap saja sekolah dan kuliah ya kami menghemat cara makan kami lah, kami sehari-hari makan dengan cara mengolah ubi, sampai jadi makanan, nyatanya anak tetap saja bisa sekolah, anak ibu 8 tapi hampir semua sarjana, hanya saja sampai sekarang anak ibu masih menganggur, tak dapat-dapat kerja, apo sobab, tak ada lagi uang untuk memasukkan dia korja, dimana-mana korja harus pakai uang, itulah jadinya nak….”

Hal ini sesuai dengan pemaparan Ibu Sri Rahmadhani pada saat wawancara dilapangan yaitu :

“….cara saya untuk menghemat agar anak saya bisa sekolah dengan cara menghemat setiap pembiayaan sehari-hari dirumah, misalnya ya kalau beli lauk-lauk ya beli seadanya, beli barang-barang juga tidak usah dibeli yang tidak penting-penting, tapi bagaimana lagi berhasilnya anak saya nanti ya tergantung kemauan dan kondisi anak saya mau lanjut atau berhenti….”

Di Desa Rantau Panjang pendidikan masyarakat jika dikategorikan dan dikelompokkan, peneliti mendapatkan data penduduk dari Bapak Sekretaries Desa Bapak Syaipul Azmi mengenai pendidikan antara lain adalah yang tamat SD sebanyak 49,8%, yang tamat SMP sebanyak 35%, SMA 15% dan tamat Sarjana 0,2%. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak Syaipul Azmi:

“…..pendidikan di Desa Rantau Panjang daya saingnya sangat kurang jika dilihat dari pendidikannya, dibandingkan dengan desa lainnya yaitu Desa Durian dan Desa Pematang Biara, di desa tersebut jika dilihat dari tingkat Sarjana nya sudah mencapai 20%, Sekolah Menengah Atas (SMA) itu sendiri sudah rata-rata dengan tingkat Sekolah Dasar (SD), begitu juga dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah tidak dapat di pilah-pilah menjadi


(64)

persen-persen dan bisa dikatakan minat anak dalam pendidikan 100%, sementara di Desa Rantau Panjang tersebut masih kurang menurut beliau yang mana masih dapat dipersenkan menurut jenjang pendidikannya masing-masing yaitu untuk Sekolah Dasar berjumlah 70% dan 30% tidak tammat Sekolah Dasar (SD), lalu untuk yang tammat Sekolah Menengah Pertama 35%, untuk Sekolah Menengah Atas berjumlah 15% yang sekolah, sementara itu untuk Sarjana 0,2 % yang sudah tammat, yang sudah tammat Sarjana tersebut 2 orang yang sudah tammat Sarjana Agama, Sarjana Komputer 1 orang dan S3 berjumlah 1 orang….”

Maka jika dilihat dari pemaparan yang diberikan oleh Bapak Sekretaris Desa Rantau Panjang tersebut sangatlah disayangkan dengan kehidupan saat ini, dimana-mana semua pekerjaan membutuhkan Ijazah serta kemampuan dalam segala bidangnya (skill) namun pada kenyataannya di desa tersebut masih saja mempunyai pemikiran bahwasanya pendidikan itu hanya membawa mala petaka bagi mereka. Walau sebagian kecil dari mereka masih ada yang mau mementingkan pendidikan walau tidak mempunyai pekerjaan, dikarenakan alasan-alasan yang mereka anggap bahwasanya pendidikan itu bukan hanya untuk memiliki pekerjaan yang baik, atau pekerjaan di perkantoran, tetapi mereka menganggap bahwasanya pendidikan juga dapat merubah cara berpikir, tingkah laku, serta moral seseorang.


(1)

vi

16.Akhirnya untuk semua pihak yang mendukung yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifarnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan akhirnya kata dengan kerendahan hari, penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Medan, 2016 Penulis


(2)

vii DAFTAR ISI

Abstrak... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Tabel ... vii

Daftar Isi ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Teoritis ... 7

1.6 Manfaat Praktis ... 7

1.7 Defenisi Konsep ... 7

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tindakan Sosial dalam Teori Perspektif Talcott Parson ... 9

2.2 Orientasi Subjektif dalam hubungan Sosial ... 11

2.3 Orientasi Motivasional ... 11

2.4 Orientasi Nilai ... 13

2.5 Nilai pendidikan pada anak dalam perspektif sosiologis ... 15

2.6 Pendidikan dan Mobilitas Sosial... 15

2.7 Fungsi keluarga dan pendidikan anak ... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Lokasi Penelitian... 20

3.3 Unit Analisis dan Informan... 20

3.4 Unit Analisis ... 21

3.3.2 Informan ... 21

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 21

3.4.1 Data Primer ... 22

3.4.2 Data Sekunde ... 23

3.5 Interprestasi Data ... 24


(3)

viii

3.7 Keterbatasan Penelitian... 26

BAB IV TEMUAN DATA DAN INTERPRESTASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 28

4.1.1 Sejarah Desa Rantau Panjang ... 28

4.1.2 Letak Geografis dan Komposisi Desa Rantau Panjang ... 30

4.1.3 Sarana Prasarana Desa Rantau Panjang ... 32

a. Sarana Pendidikan ... 32

b. Sarana Pribadatan ... 34

c. Sarana Transportasi ... 35

4.1.4 Gambar Penduduk Desa Rantau Panjang ... 35

4.1.4.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

4.1.4.2 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 37

4.1.4.3 Penduduk Berdasarkan Etnis ... 38

4.1.4.4 Penduduk Berdasarkan Agama ... 40

4.1.4.5 Penduduk Tingkat Angkatan Tenaga Kerja ... 41

4.1.5 Ekonomi Masyarakat ... 42

4.1.6 Potensi Kelembagaan ... 45

4.2 Propil Informan ... 46

4.3 Pendidikan Anak di Desa Rantau Panjang ... 61

4.4 Pendidikan Pada Anak di Des Rantau Panjang ... 70

4.4.1 Orangtua menyekolahkan anak berhasil (memiliki pekerjaan) ... 70

4.4.2 Orangtua menyekolahkan anak namun tidak berhasil (tidak memiliki pekerjaan) ... 73

4.4.3 Lembaga Pendidikan di Desa Rantau Panjang ... 74

4.4.4 Kondisi Sekolah yang ada di Desa Rantau Panjang ... 76

4.4.5 Penilaian Masyarakat Rantau Panjang terhadap pendidikan ... 79

4.4.6 Lebih hal pendidikan masyarakat lebih mengutamakan bantuan dari pemerintah ... 81

4.4.7 Pemanfaatan pendidikan yang diberikan pemerintah untuk pendidikan ... 83

4.4.6.1 Bantuan yang diberikan pemerintah dipersalah gunakan ... 84

4.4.6.2 Anak yang diperbolehkan orangtua bekerja ... 85

4.4.6.3 Anak yang memanfaatkan waktu bekerja sambil sekolah ... 88

4.4.6.4 Anak yang melanjut sekolah du Desa Rantau Panjang mendapat gunjingan dari masyarakat ... 90


(4)

ix

4.5 Nilai Masyarakat pesisir terhadap pendidikan ... 91

4.6 Peran orangtua dalam pendidikan anak ... 93

4.6.1 Orangtua yang mendidik anak dalam pendidikan anak ... 93

4.6.2 Orangtua yang tidak peduli terhadap pendidikan anak ... 94

4.6.3 Memberikan penghargaan terhadap prestasi anak... 98

4.6.3.1 Guru yang memberikan penghargaan kepada anaknya ... 98

4.6.3.2 Orangtua yang memberikan penghargaan kepada anaknya ... 100

4.7 Pendidikan Informal ... 101

4.8 Peran orangtua dalam pendidikan anak ... 102

4.8.1 Orangtua yang banyak anak baik pendidikannya ... 103

4.8.2 Peran aparat desa terhadap anak di Desa Rantau Panjang ... 105

4.8.2.1 Solusi yang diberikan aparatur desa terhadap permasalahan pendidikan di Desa Rantau Panjang ... 106

4.8.2.2 Masyarakat percaya bahwasanya pendidikan membawa pada perubahan ... 108

4.8.2.3 Masyarakat yang tidak percaya bahwasanya pendidikan tidak akan membawa perubahan ... 110

4.9 Anak putus sekolah di Desa Rantau Panjang... 113

4.9.1 faktor-faktor anak putus sekolah ... 113

4.9.1.1 Faktor Internal ... 113

4.9.1.1.1 Kemauan anak ... 114

4.9.1.1.2 Kesadaran Masyarakat ... 116

4.9.1.1.3 Pola Pikir Masyarakat Desa Rantau Panjang ... 117

4.9.1.1.4 Keterbatasan Mental ... 120

4.9.1.1.5 Peran Orangtua dalam mendidik anak ... 121

4.9.2 Faktor Eksternal ... 123

4.9.2.1Lingkungan tempat tinggal ... 131

4.9.2.2Budaya ... 139

4.9.2.3Pendidikan orangtua ... 140

4.9.2.4Peran dalam mensosialisasikan pendidikan di Desa Rantau Panjang .. 141

a. Dana Bos ... 142

b. Pemerintah membuat perpustakaan... 144

c. Sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) ... 146


(5)

x

e. Peran Masyarakat ... 150 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 153 5.2 Saran ... 154 Daftar Pustaka ... 156 LAMPIRAN


(6)

xi DAFTAR TABEL

Tabel 1: Sarana Pendidikan yang ada di Desa Rantau Panjang 33

Tabel 2: Sarana Ibadah yang ada di Desa Rantau Panjang 34

Tabel 3: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin 36

Tabel 4: Kategori Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Rantau Panjang 37

Tabel 5: Kategori Penduduk Berdasarkan Etnis 39

Tabel 6: Kategori Masyarakat Berdasarkan Agama 40

Tabel 7: Kategori Berdasarkan Usia Angkatan Kerja 41

Tabel 8: Kategori Jenis Pekerjaan Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Berdasarkan Jenis Kelamin 43

Tabel 9: Kategori Tingkat Pendidikan Aparat Desa Rantau Panjang 45