Analisis Yuridis Tehadap Fungsi Pengawasan Direktorat Bea dan Cukai Dalam Kawasan Ekonomi Khusus

BABII
PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 39
TAHUN 2009 DANPERATURAN
PELAKSANANYA

A. Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia
1. Pengertian kawasan ekonomi khusus
Istilah ‘Kawasan Ekonomi Khusus’ memiliki arti yang cukup luas sebab
dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai jenis zona komersial. Pabrik-pabrik
di Maquiladora, Meksiko, dan seluruh kota Shenzhen merupakan KEK, meskipun
memiliki perbedaan pada struktur dan ukuran. Istilah KEK sudah cukup banyak
diketahui sebagai literasi modern dari zona komersial bebas, yang mana pertama
kali berdiri pada tahun 1959 di Shannon, Irlandia. Menurut World Bank, KEK
dalam segala bentuknya terdiri atas, sedikitnya, area yang secara geografis
dibatasi dengan area kepabeanan yang terpisah, dibawahi oleh sebuah badan
pengatur, dan di mana manfaatnya dapat dirasakan oleh mereka yang berlokasi di
dalam kawasan. 20
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah kawasan dengan batas tertentu
dalam wilayah hukum NKRI yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui

penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan
berfungsi

untuk

menampung

kegiatan

industri,

ekspor,

impor,

dan

20

Akinci, G. & Crittle, J. Special Economic Zones: Performance, Lessons Learned, and

Implications for Zone Development, Foreign Investment Advisory Service (FIAS) occasional
Paper (World Bank: Washington, D.C, 2008), hlm 27.

27
Universitas Sumatera Utara

28

kegiatanekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing
internasional. 21
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009
tentang Kawasan Ekonomi Khusus bahwa kawasan ekonomi khusus merupakan
kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum NKRI yang ditetapkan dan
menyelenggarakan fungsi perekonomian dengan fasilitas tertentu.
Dengan kata lain, KEK adalah sebuah zona di mana pemerintah berharap
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan ekspor dan
investasi dengan menyediakan berbagai keunggulan kompetitif bagi entitas yang
memilih untuk berlokasi di dalam zonaKEK. 22
Penetapan kawasan khusus harus memenuhi persyaratan administratif,
teknis. Persyaratan teknis terhadap usulan yang disampaikan oleh Menteri

dan/atau Pimpinan LPNK, gubernur, bupati/walikota meliputi faktor kemampuan
ekonomi dan potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, luas kawasan,
kemampuan keuangan, dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Penilaian terhadap
faktor-faktor tersebut dilakukan berdasarkan indikator masing-masing faktor yang
disusun oleh kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian,
gubernur, bupati/walikota sesuai bidang tugas masing-masing. Persyaratan fisik
kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 UU KEKterhadap usulan
penetapan kawasan khusus yang disampaikan oleh Menteri dan/atau Pimpinan

21

Octarina Yuhani, Analisis Perbandingan Perlakuan Bea Dan Cukai Di Kawasan Berikat
Dengan Perlakuan Bea Dan Cukai Di Kawasan Non Berikat, 2015, Skripsi Fakultas Ekonomi dan
bisnis Universitas Sumatera Utara Medan.
22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan
Ekonomi Khusus , Pasal 1 angka 1.

Universitas Sumatera Utara


29

Lembaga Negara Non Kementerian (selanjutnya disebut LPNK), gubernur, dan
bupati/walikota meliputi: (a) peta lokasi kawasan khusus ditetapkan dengan titik
koordinat geografis sebagai titik batas kawasan khusus; (b) status tanah kawasan
khusus merupakan tanah yang dikuasai pemerintah daerah dan tidak dalam
sengketa; dan (c) batas kawasan khusus. Dalam memenuhi persyaratan
administratif, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. 23
Pertama, usulan kawasan khusus yang disampaikan oleh Menteri dan/atau
pimpinan meliputi: (a) rencana penetapan kawasan khusus yang paling sedikit
memuat: studi kelayakan yang mencakup antara lain sasaran yang ingin dicapai,
analisis dampak terhadap politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, ketertiban
dan ketenteraman, pertahanan dan keamanan; luas dan status hak atas tanah;
rencana dan sumber pendanaan; dan

rencana strategis); (b) rekomendasi

bupati/walikota dan gubernur yang bersangkutan; dan (c) rekomendasi Dewan
Pertimbangan


Otonomi

Daerah

(selanjutnya

disebut

DPOD)

setelah

berkoordinasi dengan menteri yang bidang tugasnya terkait dengan fungsi
pemerintahan tertentu yang akan diselenggarakan dalam kawasan khusus.
Kedua, usulan kawasan khusus yang disampaikan oleh gubernur meliputi:
(a) rekomendasi dari pemerintah kabupaten/kota yang bagian wilayahnya akan
diusulkan sebagai kawasan khusus; (b) keputusan DPRD provinsi tentang
persetujuan penetapan kawasan khusus; dan (c) rencana penetapan kawasan
khusus.


23

http://www.gin.web.id/index.php/pendekatan/249-penetapan-kawasan-khusus-dankawasan-ekonomi-khusus (21 Mei 2016).

Universitas Sumatera Utara

30

Ketiga, usulan kawasan khusus yang disampaikan oleh bupati/walikota
meliputi: (a) rekomendasi gubernur yang bersangkutan; (b) keputusan DPRD
kabupaten/kota tentang persetujuan penetapan kawasan khusus; dan (c) rencana
penetapan kawasan khusus.

2. Tujuan dan manfaat pembentukan kawasan ekonomi khusus
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah kawasan tertentu dalam suatu
negara yang memiliki payung hukum ekonomi yang lebih liberal. 24Tujuan
utamanyaadalah meningkatkan investasi baik dari Penanam Modal Dalam Negeri
maupun Penanam Modal Asing. Praktek KEK itu sendiri dapat terdiri atas 4
bagian yaitu:
a. Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Zone-FTZ)

Kawasan Perdagangan Bebas adalah konsep yang mengendalikan
berlakunya sistem perdagangan internasional yang dibebaskan dari hambatan
yang disebabkan oleh ketentuan pemerintah suatu negara, baik yang disebabkan
oleh pengenaan tarif (tariff barriers) maupun non tarif (non tariff barriers).
Sebuah kajian World Bank mengidentifikasikan beberapa faktor utama yang
berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan penerapan zona bebas, baik
secara makro maupun mikro, antara lain sebagai berikut :
1) Faktor utama keberhasilan secara makro
a) Lingkungan usaha yang stabil; 25
b) Kebijakan penanam modal asing yang jelas dan tepat;
24

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Liberal memiliki arti bersifat bebas; berpandangan
bebas (luas dan terbuka). Balai Pustaka Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Depdiknas Indonesia, 2001).
25
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


31

c) Sistem nilai tukar uang yang liberal;
d) Nilai tukar uang yang tepat atau sedikit under-valued.
2) Faktor utama keberhasilan pada arus zona bebas:
a) Bebas hambatan dan bea bagi impor bahan baku, komponen, peralatan
dan pasokan lain;
b) Prosedur bea cukai yang cepat dan efisien dalam proses impor dan
ekspor;
c) Birokrasi minimum serta manajemen yang baik dalam pengelolaan
zona;
d) Ketersediaan seluruh prasarana dan sarana pendukung terutama
angkutan yang baik;
e) Upaya promosi yang terpadu, tepat dan memadai;
f) Memanfaatkan dengan optimal keunggulan lokal yang melekat pada
lokasi.
3) Faktor kegagalan:
a) Lingkungan usaha yang birokratisasi dan terkekang banyak peraturan;
b) Penerapan hukum dan peraturan zona bebas yang tidak efektif dan
inkonsisten;

c) Perumusan kebijakan yang tidak efektif;
d) Lokasi yang tidak sesuai;
e) Manajemen yang tidak handal dan kurang promosi.

Universitas Sumatera Utara

32

b. Kawasan Berikat (Bonded Zone) 26
Dalam penetapan suatu kawasan atau daerah sebagai Kawasan Berikat
serta pemberian izin penyelenggara Kawasan Berikat dilakukan dengan
Keputusan Menteri Keuangan. Kemudian, Kawasan Berikat merupakan suatu
bangunan tempat atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya
dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan rancang
bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, dan
pengepakan atas barang dan hasil impor atau barang dari dalam daerah pabean
Indonesia. Untuk impor barang modal atau peralatan untuk pembangunan atau
konstruksi Kawasan Berikat dan peralatan perkantoran yang semata-mata dipakai
oleh pengusaha kena pajak yang telah mendapat izin diberikan fasilitas berupa
penangguhan bea masuk tidak dipungut (Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak

Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Penghasilan (PPH). Selain itu,
pengeluaran mesin dan/atau peralatan pabrik ke daerah pabean Indonesia lainnya
diberikan penangguhan pembayaran bea masuk, PPN, PPnNM, dan PPH.
Kemudian, Kawasan Berikat terdiri dari 7 (tujuh) lokasi yaitu Tanjung Periok,
Cakung, Cilincing (Jakarta), yang merupakan kawasan berikat terluas di
Indonesia, Batam, Tanjung Emas (Semarang), Bintan dan Tanjung Perak
Surabaya. 27

26

Kawasan Berikat adalah kawasan dengan batas tertentu untuk pengolahan barang asal
impor dan DPIL yang hasilnya untuk tujuan ekspor. Dasar hukum dari Kawasan Berikat ini adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1996 tentang Tempat Penimbunan Berikat sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1997.
27
http://www.ssbelajar.net/2013/01/kawasan-industri-dan-kawasan-berikat.html (diakses
tanggal 1 Juni 2016).

Universitas Sumatera Utara


33

Bagi perusahaan penerima fasilitas kawasan berikat, akan mendapat
manfaat antara lain: 28
1) Efisiensi

waktu

pengiriman

barang

dengan

tidak

dilakukannya

pemeriksaan fisik di Tempat Penimbunan Sementara (TPS atau
pelabuhan);
2) Fasilitas perpajakan dan kepabeanan memungkinkan pengusaha kawasan
berikat dapat menciptakan harga yang kompetitif di pasar global serta
dapat melakukan penghematan biaya perpajakan;
3) Cash Flowperusahaan serta Production Schedule lebih terjamin;
4) Membantu usaha pemerintah dalam rangka mengembangkan program
keterkaitan antara perusahaan besar, menengah, dan kecil melaui pola
kegiatan sub kontrak.
c. Kawasan Industri
Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang lainnya yang
dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah
memiliki izin usaha kawasan industri. 29
d. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
Kawasan Pengembangan Terpadu (selanjutnya disebut KAPET) adalah
wilayah geografis dengan batas-batas tertentu yang memiliki potensi untuk cepat
tumbuh, mempunyai sektor unggulan yang dapat mengerakkan pertumbuhan

28

Ibid.
Dinas Aceh “Kawasan Industri”, http://kawasanindustri.com/ (diakses tanggal 3 April

29

2016).

Universitas Sumatera Utara

34

ekonomi

wilayah

dan

memerlukan

dana

investasi

yang

besar

bagi

pengembangannya serta penetapan lokasi dan badan pengelolanya dilakukan
melalui Keputusan Presiden. KAPET merupakan sebuahpendekatan dalam rangka
menterpadukan potensi kawasan untuk mempercepat pembangunan dan
pergerakan ekonomi melalui pengembangan sektor unggulan yang menjadi
penggerak utama prime mover kawasan yang bertumpu pada prakarsa daerah dan
masyarakat, memiliki sumberdaya, posisi ke akses pasar, sektor unggulan dan
memberikan dampak pertumbuhan pada wilayah sekitarnya.
Dasar hukum dari KAPET adalah Keputusan Presiden Nomor 150 Tahun
2000 tentang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). Penetapan
KAPET berikut batas-batasnya dilakukan dengan Keputusan Presiden tersendiri.
Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut, kemudian dikeluarkan Keputusan
Presiden lainnya tentang penetapan lokasi KAPET dimana ada 14 (empat belas)
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu, yang terdiri dari 12 (dua belas)
KAPET di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan 2 (dua) KAPET di Kawasan
Barat Indonesia (KBI). Keempat belas KAPET tersebut, antara lain: 30
1) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak;yang ditetapkan melalui
Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 1996 jo. Keppres 90 Tahun 1996
tentang Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak.

30

http://zakiaizzati1.blogspot.co.id/2011/12/kapet-kawasan-pengembangan-ekonomi.html
(diakses tanggal 1 Juni 2016).

Universitas Sumatera Utara

35

2) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin; 31yang ditetapkan
melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1998 tentang Pembentukan
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin.
3) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Sasamba;
4) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Sanggau Khatulistiwa;yang
ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Sanggau.
5) Kawasan

Pengembangan

Ekonomi

Terpadu

Manado-Bitungyang

ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 1998 tentang
Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Manado-Bitung.
6) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Mbay,yang ditetapkan melalui
Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1998 tentang Pembentukan
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Mbay.
7) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Parepare;yang ditetapkan
melalui Keputusan Presiden Nomor 164 Tahun 1998 tentang Pembentukan
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Parepare.
8) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Seram;yang ditetapkan
melalui Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 1998 tentang Pembentukan
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Seram.

31

KAPET Batulicin yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN)
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008, memiliki potensi pengembangan
komoditas unggulan berbasis pada sumber daya alam, terutama perkebunan (kelapa sawit dan
karet), hutan produksi (perkayuan), pertambangan bijih besi, serta perikanan budidaya dan
tangkap. “Perlu terobosan terhadap pengembangan KAPET Batulicin 20 tahun ke depan
melaluipengembangan sentra komoditi unggulan, investasi industri, outlet yang berorientasi
ekspor, serta infrastruktur pendukungnya. Iman, “Pengembangan KAPET Batulicin Berbasis
Komoditas Unggulan”, http://www.kapet.net/ (diakses tanggal 25 Mei 2016).

Universitas Sumatera Utara

36

9) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bima;
yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 166 Tahun 1998
tentang Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bima.
10) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Palapas (Batui);
11) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bukari;
12) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu DAS Kakab;
13) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Natuna; dan
14) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Sabang.Ditetapkan melalui
Keputusan Presiden Nomor 171 Tahun 1998 tentang Pembentukan
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Sabang.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diketahui bahwa tujuan
pengembangan

KEK

antara

lain

adalah:

membantu

atau

mendukung

perekonomian lokal, menciptakan lapangan kerja, memperbaiki struktur industri
di lokasi tersebut, meningkatkan ekspor dan meningkatkan cadangan devisa.
Untuk itu maka pendekatan kawasan untuk pengembangan investasi harus
bercirikan pada: 32
1) Reasonable: layak secara ekonomi, sosial dan politik
a. Secara ekonomi
Harus memberikan dampak pada peningkatan perkapita dan PDRB.
Peningkatan itu bisa dilakukan secara bertahap dengan parameter yang
bisa dibuat secara cermat dengan memperhitungkan potensi ekonomi
daerah.
32

Tumpal Sihaloho, Kajian Dampak Ekonomi Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus,
Jurnal, Kementerian Perdagangan April 2013, Volume 12, hal 7.

Universitas Sumatera Utara

37

b. Secara sosial politik
Harus mendorong semakin kuatnya kohesi sosial dan politik masyarakat.
Tidak boleh menyebabkan perpecahan apalagi sampai berujung konflik
horizontal. Dibeberapa daerah seringkali menimbulkan konflik sosial
politik, dan juga harus dapat meningkatkan partisipasi politik masyarakat
dalam pemerintahan dan pembangunan. Aspirasi harus muncul sebagai
kesadaran sosial politik seluruh warga dalam rangka membangun dan
mensejahterakan daerah, bukan sekadar kepentingan politik kekuasaan.
2) Sustainable: berorientasi jangka panjang, dan
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis,
masyarakat)

yang

berprinsip

memenuhi

kebutuhan

sekarang

tanpa

mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan. Salah satu faktor
yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah
bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan
kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
3) Measurable: jelas dalam instrumen dan target.
Target kinerja dinyatakan dengan jelas dan terukur baik bagi indikator yang
dinyatakan dalam bentuk kuantitas, kualitas dan biaya.
Manfaat dari pembentukan KEK yaitu ;

33

33

Budi Santoso, Tinjauan Dan Perspektif Departemen Perdagangan Terhadap Kebijakan
Pemerintah Dalam Mendukung Pengembangan KEK Diskusi Internal dengan tim peneliti P3DI,
Jakarta, 04 April 2008.

Universitas Sumatera Utara

38

a. Memberikan peluang bagi peningkatan investasi melalui penyiapan kawasan
yang memiliki keunggulan dan siap menampung kegiatan industri, ekspor,
import, dan kegiatan ekonomi yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi
b. Meningkatkan

pendapatan

devisa

bagi

negara

melalui

perdagangan

internasional.
c. Meningkatkan kesempatan kerja, kepariwisataan, dan investasi (penanaman
modal).
Adapun fungsi dari pembentukan KEK menurut UU KEK telah dijelaskan
dalam Bab II Pasal 2 bagian kesatu mengenai fungsi yaitu “KEK dikembangkan
melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan
geostrategis dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor,
dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing
internasional. 34

3. Persyaratan kawasan ekonomi khusus
Penetapan kawasan ekonomi khusus harus memenuhi persyaratan
administratif, teknis, dan fisik kewilayahan. Dalam memenuhi persyaratan
administratif, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Usulan kawasan khusus yang
disampaikan oleh Menteri dan/atau Pimpinan Lembaga Negara Non Kementerian
(selanjutnya disebut LPNK)meliputi:
1) Rencana penetapan kawasan khusus yang paling sedikit memuat:

34

Pasal 2, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009.

Universitas Sumatera Utara

39

a) Studi kelayakan yang mencakup antara lain sasaran yang ingin dicapai,
analisis dampak terhadap politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan,
ketertiban dan ketenteraman, pertahanan dan keamanan;
b) Luas dan status hak atas tanah;
c) Rencana dan sumber pendanaan; dan
d) Rencana strategis);
2) Rekomendasi bupati/walikota dan gubernur yang bersangkutan;
3) Rekomendasi

Dewan

Pertimbangan

Otonomi

Daerah(selanjutnya

disebut DPOD) setelah berkoordinasi dengan menteri yang bidang
tugasnya terkait dengan fungsi pemerintahan tertentu yang akan
diselenggarakan dalam kawasan khusus.
Usulan kawasan khusus yang disampaikan oleh gubernur meliputi:
1) Rekomendasi dari pemerintah kabupaten/kota yang bagian wilayahnya
akan diusulkan sebagai kawasan khusus;
2) Keputusan DPRD provinsi tentang persetujuan penetapan kawasan khusus;
3) Rencana penetapan kawasan khusus.
Usulan kawasan khusus yang disampaikan oleh bupati/walikota meliputi:
1) Rekomendasi gubernur yang bersangkutan;
2) Keputusan DPRD kabupaten/kota tentang persetujuan penetapan kawasan
khusus;
3) Rencana penetapan kawasan khusus.
Persyaratan teknis terhadap usulan yang disampaikan oleh Menteri
dan/atau Pimpinan LPNK, gubernur, bupati/walikota meliputi faktor kemampuan

Universitas Sumatera Utara

40

ekonomi dan potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, luas kawasan,
kemampuan keuangan, dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Penilaian terhadap
faktor-faktor tersebut dilakukan berdasarkan indikator masing-masing faktor yang
disusun oleh kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian,
gubernur, bupati/walikota sesuai bidang tugas masing-masing.
Persyaratan fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 UU
KEK terhadap usulan penetapan kawasan khusus yang disampaikan oleh Menteri
dan/atau Pimpinan LPNK, gubernur, dan bupati/walikota meliputi:
1) Peta lokasi kawasan khusus ditetapkan dengan titik koordinat geografis
sebagai titik batas kawasan khusus;
2) Status

tanah

kawasan

khusus

merupakan

tanah

yang

dikuasai

pemerintah/pemerintah daerah dan tidak dalam sengketa; dan
3) Batas kawasan khusus.
Berdasarkan Pasal 4 UU KEK dijelaskan bahwa lokasi yang diusulkan
untuk pembentukan kawasan ekonomi khusus untuk memenuhi kriteria atau
persyaratan berupa: 35
a. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi menggangu
kawasan lindung. Hal ini berarti bahwa sebuah kawasan yang akan dijadikan
KEK haruslah dibentuk sesuai dengan rencana strategis yang telah ditentukan
oleh departemen terkait kawasan lindung, Kawasan Lindung disini berarti
wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan,

35

Pasal 4, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009.

Universitas Sumatera Utara

41

syarat ini dibuat guna melindungi kelestarian hutan dan mencegah terjadinya
tindakan yang menyalahi hukum terhadap kesehatan lingkungan.
b. Pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK.
Maksudnya ialah dalam rangka pembentukan sebuah kawasan yang
diperuntukan untuk ekonomi khusus perlu adanya dukungan dari pemerintah
provinsi/kabupaten/kota berupa upaya pengusulan daerah potensial yang
disampaikan melalui dewan kawasan di tingkat provinsi/kabupaten/kota yang
akan disampaikan pada pemerintah untuk mendapat persetujuan dengan
tambahan telah memenuhi kelayakan untuk dijadikan lokasi pembentukan
KEK.
c. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau
dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada
wilayah potensi sumber daya unggulan.Sebuah KEK yang akan dibentuk
tentulah harus memenuhi kriteria diatas karena tidak akan mungkin investor
akan menanamakan modalnya di kawasan tersebut apabila tidak ada
keuntungan serta fasilitas yang memadai di wilayah (kawasan) tersebut,
karena secara otomatis keuntungan yang diharapkan akan sulit dicapai jika
tidak didukung oleh infrastruktur yang memadai.
d. Mempunyai batas yang jelas. Batas yang jelas disini ialah batas alam (sungai
atau laut) atau batas buatan (pagar atau tembok) yang dimaksudkan dalam
pembuatan batas ini ditujukan untuk memberikan kejelasan pada wilayah yang
akan dijadikan sumber ekonomi potensial untuk menjalankan kegiatan

Universitas Sumatera Utara

42

penanaman modal, agar tidak terjadi kesalah pahaman dikemudian hari yang
menyalahi hukum yang berlaku dalam batas wilayah tersebut.
Keempat syarat di atas dijadikan pedoman atau syarat dalam membentuk
sebuah KEK untuk daerah potensial guna memberikan manfaat yang dapat
dirasakan bagi investor maupun pemerintah dalam perkembangan ekonomi negara
tersebut.
B. Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
1. Dewan Nasional
Dalam rangka penyelenggaraan pengembangan KEK telah dibentuk
Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus melalui Keputusan Presiden Nomor 8
Tahun 2010. Sesuai dengan Keputusan Presiden tersebut, susunan keanggotaan
Dewan Nasional KEK sebagai berikut:
Dalam menyelenggarakan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus,
dibentuk Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus. Dewan Nasional berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Dewan Nasional terdiri atas
menteri dan kepala lembaga pemerintah nonkementerian. Dewan Nasional
diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, dan beranggotakan
Menteri/Pimpinan Lembaga

yang sekurang-kurangnya menangani urusan

pemerintahan di bidang pembinaan pemerintahan daerah, keuangan, perindustrian,
pekerjaan umum, perdagangan, perhubungan, tenaga kerja, perencanaan
pembangunan nasional, dan koordinasi penanaman modal. Dewan Nasional KEK
dibentuk melalui Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 2010. Dewan Nasional
mempunyai tugas membantu Presiden dalam:

Universitas Sumatera Utara

43

a) menyusun Rencana Induk Nasional KEK;
b) menetapkan kebijakan umum serta langkah strategis untuk mempercepat
pembentukan dan pengembangan KEK;
c) menetapkan standar infrastruktur dan pelayanan minimal dalam KEK;
d) melakukan pengkajian atas usulan suatu wilayah untuk dijadikan KEK;
e) memberikan rekomendasi pembentukan KEK;
f) mengkaji dan merekomendasikan langkah pengembangan di wilayah yang
potensinya belum berkembang;
g) menyelesaikan permasalahan strategis dalam pelaksanaan, pengelolaan,
dan pengembangan KEK; dan
h) memantau

dan

mengevaluasi

keberlangsungan

KEKserta merekomendasikan langkah tindak lanjut hasil evaluasi kepada
presiden, termasuk mengusulkan pencabutan status KEK.
Keanggotaan

Dewan

Nasional,

terdiri

dariketua

merangkap

anggota: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
Anggota :
1) Menteri Keuangan;
2) Menteri Perdagangan;
3) Menteri Perindustrian;
4) Menteri Dalam Negeri;
5) Menteri Pekerjaan Umum;
6) Menteri Perhubungan;
7) Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

Universitas Sumatera Utara

44

8) Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
9) Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal.
2. Dewan Kawasan
Dewan Kawasan adalah dewan yang dibentuk di tingkat provinsi untuk
membantu Dewan Nasional dalam penyelenggaraan KEK.Dewan Kawasan terdiri
atas wakil Pemerintah dan wakil pemerintah daerah.
Dewan Kawasan terdiri atas wakil pemerintah dan wakil pemerintah
daerah. Dewan Kawasan adalah dewan yang dibentuk di tingkat provinsi untuk
membantu Dewan Nasional dalam penyelenggaraan KEK. Menurut UU 39 Tahun
2009, Pasal 19, Dewan Kawasan diusulkan oleh Dewan Nasional kepada
Presiden untuk ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Namun Dewan Kawasan
bertanggung jawab kepada Dewan Nasional KEK.
Secara organisasi, Dewan Kawasan terdiri atas ketua, yaitu gubernur,
wakil ketua, bupati/walikota, dan anggota, yaitu unsur Pemerintah di provinsi,
unsur pemerintah provinsi, dan unsur pemerintah kabupaten/kota UU 39 Tahun
2009, Pasal 20.
Menurut UU 39 Tahun 2009, Pasal 21, ada beberapa tugas yang dijalankan
oleh Dewan Kawasan yaitu :
a) melaksanakan kebijakan umum yang telah ditetapkan oleh Dewan
Nasional untuk mengelola dan mengembangkan KEK di wilayah
kerjanya;
b) membentuk Administrator KEK di setiap KEK;

Universitas Sumatera Utara

45

c) mengawasi,

mengendalikan,

mengevaluasi,

dan

mengoordinasikan

pelaksanaan tugas Administrator KEK dalam penyelenggaraan sistem
pelayanan terpadu satu pintu dan operasionalisasi KEK;
d) menetapkan

langkah

strategis

penyelesaian

permasalahan

dalam

pelaksanaan kegiatan KEK di wilayah kerjanya;
e) menyampaikan laporan pengelolaan KEK kepada Dewan Nasional setiap
akhir tahun; dan
f) menyampaikan laporan insidental dalam hal terdapat permasalahan
strategis kepada Dewan Nasional.
Menurut Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2010, Pasal 18-27, Dewan
Kawasan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Dewan Kawasan dibentuk pada setiap provinsi yang wilayahnya
ditetapkan sebagai KEK.
2. Dewan Kawasan diusulkan oleh dewan nasional dan ditetapkan oleh
presiden dengan keputusan presiden.
3. Dewan Kawasan bertanggungjawab kepada dewan nasional.
4. Dewan Kawasan wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi dengan dewan nasional.
5. Dewan Kawasan diketuai oleh gubernur, wakil ketua (bupati / walikota)
dan anggota (unsur pemerintah provinsi yang menangani urusan
pemerintahan di bidang perpajakan, kepabeanan, pertanahan dan
keimigrasian dan unsur pemerintah daerah yang menangani urusan

Universitas Sumatera Utara

46

perekonomian dan perencanaan pembangunan daerah di pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
6. Membentuk sekretariat dewan kawasan, bertanggungjawab kepada ketua
dewan kawasan dan memiliki tugas menyelenggarakan dukungan dan
pelayanan teknis operasional dan adminsitratif kepada dewan kawasan.
7. Sekretariat dewan kawasan menyelenggarakan fungsi pemberian dukungan
teknis operasional kepada dewan kawasan, pemberian pelayanan
administrasi penyusunan rencana dan program kerja dewan kawasan,
penyelenggaraan

kegiatan

koordinasi,

sinkronisasi

dan

integrasi

administrasi kegiatan dan tindak lanjut pelaksanaan tugas dewan kawasan,
pemberian pelayanan administrasi kerja sama dewan kawasan dengan
lembaga pemerintah dan pihak lain yang terkait, pemberian pelayanan
pengumpulan, pengolahan dan penyajian data serta penyusunan laporan
kegiatan dewan kawasan dan penyelenggaraan administrasi keanggotaan
dewan nasional serta pembinaan organisasi, adminsitrasi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana sekretariat dewan kawasan.
8. Seketariat dewan kawasan secara ex-officio dilaksanakan oleh unit kerja /
perangkat daerah provinsi yang menangani tugas dan fungsi di bidang
investasi atau perdagangan.
9. Apabila dianggap perlu, maka dewan kawasan dapat membentuk tim ahli,
yang susunan keanggotaanya ditetapkan oleh ketua dewan kawasan.
Pemerintah

provinsi,

pemerintah

kabupaten/kota,

ataukementerian/lembaga pemerintahan non kementerian sebagaimana dimaksud

Universitas Sumatera Utara

47

pada ayat (1) dan ayat (2) meneruskan laporan perkembangan pelaksanaan
pembangunan KEK dan laporan status kesiapan KEK kepada Dewan Nasional
melalui Dewan Kawasan, untuk perpanjangan waktu ketika KEK belum siap
beroperasi karena bukan dari kelalaian atau karena force majeure, Dewan
Nasional dapat memberikan perpanjangan waktu setelah mendapat pertimbangan
dari Dewan Kawasan.
Pembangunan KEK meliputi kegiatan pembebasan tanah untuk lokasi
KEK, pelaksanaan pembangunan fisik KEK. Untuk pembebasan tanah, jika tanah
lokasi KEK dibebaskan oleh badan usaha yang berbentuk koperasi atau swasta,
maka kepada badan usaha tersebut akan diberikan hak atas tanah berupa hak guna
bangunan (HGB). Dan jika tanah lokasi KEK dibebaskan oleh BUMN, BUMD,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota atau kementrian/lembaga
pemerintah non kementerian, kepada mereka akan diberikan hak atas tanah berupa
hak pakai atau hak pengelolaan.
Untuk
kabupaten/kota

pembangunan
atau

fisik,

pemerintah

kementrian/lembaga

provinsi,

pemerintah

non

pemerintah
kementerian

menentapkan badan usaha untuk melakukan pembangunan KEK. Penetapan badan
usaha ini dilaksanakan dengan prinsip terbuka dan transparan. Badan usaha yang
melaksanakan

pembangunan

KEK

harus

menyampaikan

perkembangan

pelaksanaan pembangunan kepada pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten /
kota atau kementrian / lembaga pemerintah non kementerian setiap 12 (dua belas)
bulan. Dan harus siap operasi maksimal (paling lama) 36 (tiga puluh enam) bulan
sejak ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara

48

3. Administrator Kawasan
Administrator juga terdapat dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2009. Pengertian administrator terdapat dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2009. Administrator adalah bagian dari Dewan Kawasan yang
dibentuk untuk setiap KEK guna membantu Dewan Kawasan dalam
penyelenggaraan KEK. 36
Selain itu, juga terdapat pengertian yang sama tentang administrator dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus. Pengertian administrator dalam Pasal 1 angka 7 Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus, Administrator adalah bagian dari Dewan Kawasan yang dibentuk untuk
setiap KEK guna membantu Dewan Kawasan dalam penyelenggaraan KEK. 37
Menurut PP Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi KhususPasal 42, administrator dan badan usaha pengelola adalah
pengelola KEK. Administrator adalah bagian dari Dewan Kawasan yang dibentuk
untuk setiap KEK guna membantu Dewan Kawasan dalam penyelenggaraan
KEK. Menurut UU 39 Tahun 2009, Pasal 23, Administrator KEK bertugas:
a. melaksanakan pemberian izin usaha dan izin lain yang diperlukan bagi
Pelaku Usaha yang mendirikan, menjalankan, dan mengembangkan usaha
di KEK;
b. melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi KEK; dan
36

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus, Bab I, Pasal 1 angka 5.
37
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab I, Pasal 1 angka 7.

Universitas Sumatera Utara

49

c. menyampaikan laporan operasionalisasi KEK secara berkala dan insidental
kepada Dewan Kawasan.
Untuk pelaksanaan pemberian izin dilakukan melalui Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (selanjutnya disebut PTSP). Dalam melaksanakan tugas, Administrator
KEK, akan memperoleh pendelegasian atau pelimpahan wewenang di bidang
perizinan dari Pemerintah dan pemerintah daerah dan dapat meminta penjelasan
kepada Badan Usaha dan/atau Pelaku Usaha di KEK mengenai kegiatan usahanya.
Menurut PP Nomor 2 Tahun 2011, Pasal 43, administrator berwenang
memberikan:
a. arahan kepada badan pengelola KEK untuk perbaikan operasionalisasi
KEK
b. teguran kepada badan usaha pengelola KEK dalam hal terjadi
penyimpangan dalam pengoperasian KEK.
Administrator harus sudah dibentuk paling lambat sebelum KEK
dinyatakan siap beroperasi. Oleh peraturan, administrator melakukan PTSP. PTSP
adalah kegiatan penyelenggaraan suatu perizinan,fasilitas, dan kemudahan yang
mendapat pendelegasian wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki
kewenangan perizinan, fasilitas dan kemudahan yang proses pengelolaanya
dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang
dilakukan dalam satu tempat.
Untuk mendukung akselerasi kegiatan investasi dan bisnis didalam
kawasan, KEK didukung dengan sebuah sistem PTSP yang akan dilaksanakan
oleh administrator KEK dalam rangka mempersingkat proses perizinan dan non-

Universitas Sumatera Utara

50

perizinan bagi pelaku usaha didalam KEK. 38Melalui kebijakan PTSP, pemerintah
akan memberi kemudahan berinvestasi dari sisi administrasi birokratif dengan
memotong banyak tahap perizinan. Ini dilakukan dalam rangka mewujudkan iklim
penanaman modal yang berdaya saing sebagai penopang pertumbuhan ekonomi
nasional.
Dirumuskannya kebijakan PTSP Pusat ini tidak terlepas dari iklim
investasi yang kurang kondusif untuk mendukung pertumbuhan investasi
nasional. Penyelenggaraan PTSP Pusat ditujukan untuk memberi pelayanan
perizinan yang cepat, sederhana dan terintegrasi. Dengan dilaksanakannya
kebijakan PTSP Pusat, investor hanya perlu datang ke Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) untuk mengurus berbagai perizinan investasi yang
selama ini diajukan ke berbagai kementerian atau lembaga. Dengan begitu,
investor tidak perlu lagi berkeliling kementerian/lembaga untuk mengurus
perizinan investasi. Proses penyederhaan perizinan ini membuat jangka waktu
pengurusan izin menjadi lebih singkat. Sebagai contohnya, jangka waktu
penerbitan izin usaha saat ini paling lama 7 (tujuh) hari kerja, dari yang
sebelumnya 14 (empat belas) hari kerja, terhitung sejak diterimanya dokumen
perizinan secara lengkap. 39
4. Badan Pengelola Kawasan
Badan Usaha adalah perusahaan berbadan hukum yang berupa Badan
Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, koperasi, swasta, dan usaha
38

http://kek.ekon.go.id/mengapa-indonesia/one-stop-service/ (diakses tanggal

5 Juni

2016).
39

https://keikohubbansjah.wordpress.com/optimalisasi-investasi-kebijakan-pelayananterpadu-satu-pintu/(diakses tanggal 6 Juni 2016)

Universitas Sumatera Utara

51

patungan untuk menyelenggarakan kegiatan usaha KEK. Menurut UU 39 Tahun
2009, Pasal 26, bahwa Penyelenggaraan kegiatan usaha di KEK dilaksanakan oleh
Badan Usaha yang ditetapkan sebagai pengelola KEK,dan Badan Usaha
tersebutdapat berupa :
a. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah;
b. Badan usaha koperasi;
c. Badan usaha swasta; atau
d. Badan usaha patungan antara swasta dan/atau koperasi dengan Pemerintah,
dan/atau pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota.
Badan Usaha Pengelola KEK diatur dalam Pasal 47 sampai dengan Pasal
53 terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dan Peraturan Pemerintah Nomor
100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.
Menurut PP Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus, Pasal 47-49, Badan Usaha Pengelola KEK harus ditetapkan
pada masa pelaksanaan pembangunan KEK sebelum dinyatakan siap beroperasi
oleh Dewan Nasional.Apabila KEK adalah hasil dari usulan badan usaha, maka
badan usaha pengusul ditetapkan sebagai badan usaha pengelola KEK oleh
pemerintah provinsi (jika lokasi KEK berada pada lintas wilayah kabupaten /kota)
atau oleh pemerintah kabupaten/kota (jika lokasi KEK berada dalam satu wilayah
kabupaten/ kota).

Universitas Sumatera Utara

52

Apabila KEK adalah hasil dari usulan pemerintah kabupaten/kota, maka
badan usaha pengelola KEK dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota yang
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan barang milik
daerah, jika pembangunan KEK dibiayai dari APBD kabupaten/kota,

atau,

perjanjian pembangunan KEK jika pembangunan KEK dibiayai dari kerjasama
antara pemerintah kabupaten/kota dengan badan usaha.
Apabila KEK adalah hasil dari usulan pemerintah provinsi, maka badan
usaha pengelola KEK dilakukan oleh pemerintah provinsi yang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan barang milik daerah, jika
pembangunan KEK dibiayai dari APBD provinsi atau perjanjian pembangunan
KEK jika pembangunan KEK dibiayai dari kerjasama antara pemerintah provinsi
dengan badan usaha.
Apabila KEK adalah hasil dari usulan kementerian/lembaga pemerintahan
non kementerian, maka badan usaha pengelola KEK dilakukan oleh
kementerian/lembaga pemerintahan non kementerian yang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan barang milik daerah, jika
pembangunan KEK dibiayai dari APBN, perjanjian pembangunan KEK jika
pembangunan KEK dibiayai dari kerjasama antara kementerian/lembaga
pemerintahan non kementerian dengan badan usaha.
Badan usaha yang ditetapkan sebagai pengelola KEK akan melaksanakan
pengelolaan KEK berdasarkan perjanjian pengelolaan KEK yang ditandatangani
bersama antara badan usaha dengan pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten /

Universitas Sumatera Utara

53

kota, atau kementerian/lembaga pemerintah non kementerian sesuai dengan
kewenangannya. Perjanjian ini paling sedikit memuat :
a. Lingkup pekerjaan
b. Jangka waktu
c. Standart kinerja pelayanan
d. Sanksi
e. Pelaksanaan pelayanan KEK dalam hal terjadi sengketa
f. Pemutusan perjanjian oleh pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten /
kota, atau kementerian / lembaga pemerintah non kementerian
g. Pengakhiran perjanjian
h. Pertanggungjawaban terhadap barang milik negara /daerah
i. Serah terima asset atau infrastruktur oleh badan usaha pengelola kepada
pemerintah

provinsi,

pemerintah

kabupaten/kota,

atau

kementerian/lembaga pemerintah non kementerian setelah kerjasama
pengelolaan berakhir
j. Kesanggupan penyediaan ruang kantor untuk kegiatan pelayanan
kepabeanan dan cukai. 40

5. Pelaku Usaha
Pelaku usaha adalah perusahaan yang berbentuk badan hukum, tidak
berbadan hukum, atau usaha orang perseorangan yang melakukan kegiatan usaha
di KEK, Pelaku Usaha diberikan fasilitas perpajakan, kepabeanan, dan cukai
40

Siti Rifqa R. Tinjauan Yuridis Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dalam Sistem
Administrasi Pemerintahan Negara Republik Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor
32tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
2012, hlm 57.

Universitas Sumatera Utara

54

berupa, Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewahdan/atau, kepabeanan dan/atau
cukai.Untuk mendapatkan fasilitas tersebutpelaku usaha harus memenuhi syaratsyarat sebagai berikut:
a. merupakan wajib pajak badan dalam negeri; dan
b. telah mendapatkan Izin Prinsip Penanaman Modal dari Administrator
KEK.
Selain persyaratan-persyaratan tersebut pelaku usaha yang melakukan
kegiatan usaha di KEK juga harus memiliki sistem informasi yang tersambung
dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

C. Aspek Hukum Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus
Program KEK mutlak harus mendapat kajian, karena bagaimanapun
program KEK tidak terlepas dari landasan hukum yang akan menjadi dasar aturan
main (rule of game) seluruh aktivitas KEK sebagai kegiatan ekonomi khusus tidak
mungkin terlepas dari hukum. Sebagaimana dijelaskan Bismar Nasution, supaya
pembangunan ekonomi dilakukan berlandaskan hukum. 41 Implikasi globalisasi
ekonomi itu terhadap hukum tidak dapat dihindarkan, sebab globalisasi hukum
mengikuti globalisasi ekonomi tersebut, dalam arti substansi berbagai undangundang dan perjanjian-perjanjian menyebar melewati batas-batas negara (cross
border) 42 lebih jauh lagi, apabila ditarik dari akar filsafat bangsa Indonesia,
Pancasila merupakan sumber hukum Indonesia, hal ini mengandung konsekwensi
41

Bismar Nasution, Globalisasi dan Pendidikan Tinggi Hukum. Orasi Ilmiah pada
Dies Natalis Ke-50 Fakultas Hukum USU, 2004.
42
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

55

bahwa hukum di Indonesia itu mengacu kepada Pancasila. 43Dengan demikian
peraturan-peraturan dalam bentuk dan tingkat apapun harus mengacu kepada
Pancasila atau tidak dibolehkan bertentangan dengan Pancasila sebagai norma
dasar (groundnorm). 44
Apabila program pembangunan KEK ini dikaitkan dengan politik hukum
(legal policy) nasional, maka perlu adanya telaah mendalam dan komprehensif,
apakah politik hukum yang dilaksanakan dalam rangka KEK masih konsisten
pada aspirasi dan norma dasar Pancasila sebagai landasan filosofi sehingga politik
hukum yang dianut bersifat grounded, atau telah terjadi pergeseran kearah yang
pragmatis guna menyahuti keinginan dan permintaan dari negara maju dan
investor pelaksana KEK. Dari berbagai penjelasan (statement) yang disampaikan
para pejabat pemerintah terikat dengan KEK, pemerintah akan berupaya menarik
minat para investor untuk menanamkan modalnya di KEK dengan pemberian
berbagai fasilitas khusus, seperti pemberian kemudahan perizinan usaha,
kelonggaran izin lingkungan, aturan kepabeanan, perpajakan dan pelayanan
perdagangan, bahkan KEK akan mendapat otoritas yang terpisah dari daerah
setempat.
Pemberian insentif dan perlakuan khusus, berlebihan ini sebenarnya
kurang tepat apabila ditinjau dari segi kedaulatan hukum Indonesia, namun
mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang berada pada posisi lemah, maka
Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap kehadiran investor-

43

Imam Kabul. Paradigma Pembangunan Hukum di Indonesia (Yogyakarta:Kurnia
Kalam, 2005), hlm. 53.
44
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

56

investor asing tersebut. Posisi lemah Indonesia paling tidak dalam 3 (tiga) hal;
pertama, lemah dalam bidang permodalan (capital); kedua, lemah dalam bidang
management, dan ketiga, lemah dalam penguasaan science dan IPTEK
menjadikan kita sulit menghindar dari skenario global ala KEK ini. Menurut teori
ketergantungan (dependency theory) dijelaskan ketika ekonomi di antara dua
kutub dalam perekonomian dunia yang kapitalistik, yakni antara yang
mendominasi (dominance) dan yang terdominasi (dependence). 45 Dalam
dialektika ekonomi tersebut tentu saja the dominace terus menerus mengalami
surfllus profit, sementara negara yang berada dalam posisi inferior (the
defendence) hanya menikmati surplus pinggiran atau residu yang dari segi
kuantitas tidak sebanding dengan dampak sosial yang timbul akibat proses
eksploitasi KEK. Dengan adanya proses perkembangan yang timpang (unequeal
development) tersebut jelas akan memuluskan misi utama kapitalisme dengan
berbungkus baju KEK yaitu:
1. Berupaya menguasai bahan mentah melalui eksploitasi besar-besaran terhadap
sumber daya alam;
2. Berusaha memperoleh tenaga kerja/buruh yang murah di negara dependence;
3. Berusaha menguasai pasar/market dengan jalan monopoli baikpembelian
maupun penjualan. 46
Kecenderungan ketiga praktek missi kapitalisme di atas sangat rentan
terjadi dalam program KEK di Indonesia apabila kita tidak hati-hati dan bijaksana

45

Wicaksono, Padang. Sekali Lagi Tentang Ketergantungan Indonesia (Jakarta:SK.
Suara Pembaruan, 2003), hlm 9.
46
http://erwinprastiyan.blog.com/2012/01/11/kawasan-ekonomi-khusus/diakses (tanggal
12 Mei 2016).

Universitas Sumatera Utara

57

merumuskan aturan hukum yang menjadi landasan kegiatan KEK tersebut. Aspek
sosial budaya, negeri-negeri yang sekarang ini disebut negara-negara maju telah
menempuh pembangunannya melalui tiga tingkat: unifikasi, industrialisasi, dan
negara kesejateraan. Pada tingkat pertama yang menjadi masalah berat adalah
bagaimana mencapai integrasi politik untuk menciptakan persatuan dan kesatuan
nasinonal. Tingkat kedua, perjuangan untuk pembangunan ekonomi dan
modernisasi politik, akhirnya dalam tingkat ketiga, tugas negara yang utama
adalah melindungi rakyat dari sisi negatif industrialisasi, membetulkan kesalahan
pada tahap sebelumnya, dengan menekankan kesejahteraan masyarakat 47. Apabila
tingkatan perkembangan negara tersebut di atas dielaborasikan dengan negara
Indonesia, nampaknya agak sulit menentukan pada posisi tingkat mana Indonesia
saat ini berada.
Pada tingkat unifakasi yang menekankan pada pencapaian integarasi
politik untuk menciptakan persatuan dan kesatuan nasional, bila di elaborasikan
dengan kondisi riel negara Indonesia saat ini, masih tetap berjuang keras untuk
menciptakan persatuan dan kesatuan yang cenderung terusik dengan berbagai
tuntutan daerah yang ingin melepaskan diri dari NKRI (kasus Aceh dan Papua).
Demikian juga apabila kita kaitkan dengan tingkatan kedua yaitu untuk menjadi
negara industri, lagi-lagi tidak punya basic modal yang kuat. Kelemahan
Indonesiadalam bidang permodalan (dana dan equipment), bidang management
(masih tingginya Kolusi, Korupsi dan Nepotisme dan Hight Cost Economic) dan
lemahnya penguasaan science dan IPTEK memposisikan negara belum mampu
47

Rajagukguk, Erman. Peranan Hukum Dalam Pembangunan pada Era Globalisasi,
Implikasinya bagi Hukum di Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang
Hukum pada Jakarta: Fakultas Hukum Univesitas Indonesia, 1997, hlm. 2.

Universitas Sumatera Utara

58

naik tingkat ke negara industri, malahan ironisnya sebagai negara agraris pun
kehilangan jati diri, sebab walaupun Indonesia sebutan negara agraris, akan tetapi
fakta lain menunjukkan Indonesia adalah negara importir bahan pangan (beras,
jagung, kedelai) terbesar di dunia, sehingga terkadang timbul pertanyaan kenapa
Indonesia sebagai negara agraris malah harus mengimpor bahan pangan untuk
kebutuhan dalam negeri, sungguh menyedihkan bukan. Lain lagi apabila
dielaborasikan negara Indonesia sebagai negara yang berada pada tingkat ketiga,
yang menekankan pada tugas negara untuk melindungi rakyat dari sisi negatif dari
industrialisasi, membetulkan kesalahan pada tahap sebelumnya, dan perwujudan
kesejahteraan masyarakat, agaknya saat ini hal tersebut masih menjadi sesuatu
yang utopis, atau angan-angan belaka.
Kehadiran KEK disadari atau tidak akan merubah perilaku masyarakat,
dan juga rentan akan terjadinya perbenturan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat lokal. Perilaku masyarakat yang semula menganut nilai-nilai sosial
yang tinggi dengan pola kultur paguyuban (gemeinschap, gemeinschaft) dengan
nilai dasar mengutamakan pengabdian berubah menjadi pola kulture patembayan
(geselschaft, gesellschaf) dengan nilai dasar mengutamakan sifat materialistis.
Kecenderungan perubahan nilai ini juga sangat dipengaruhi perbauran antara
budaya asing yang umumnya sekuler bersinggungan dengan budaya lokal/daerah
yang umumnya religius, terikat adatistiadat, tatakrama dan kebiasaan lainnya.
Aspek politik dan keamanan, pengaruh(influence) program KEK juga tidak
tertutup akan berimbas pada aspek politik dan keamanan. Dengan adanya
perubahan dan perbauran budaya lokal dan budaya asing, apabila tidak dicermati

Universitas Sumatera Utara

59

secara benar dan bijaksana, dapat menimbulkan konflik horizontal yang
mengganggu stabilitas politik dan keamanan. Perubahan nilai dan perilaku
sebagian warga masyarakat kearah materialistis dan sekuleristik (biasanya
terimplikasi dalam bentuk kehidupan pergaulan bebas, hura-hura, minuman keras,
narkoba dan lain-lain) tentunya akan mendapat perlawanan atau penolakan
(resistensi) dari kelompok masyarakat yang tetap komit dan berpegang teguh pada
ajaran agama, adat istiadat sebagai pedoman hidupnya. 48
Kondisi ini akan rentan menimbulkan konflik sosial, lain lagi dengan
masalah perusakan lingkungan hidup akibat dari industri-industri yang akan
beroperasi didalam KEK, yang dikhawatirkan dengan adanya perlakuan-perlakuan
khusus yang diberikan kepadamereka, akan dapat menimbulkan sikap acuh
mereka tehadap kewajiban menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan hidup
yang juga merupakan hak masyarakat untuk memperoleh lingkungan hidup yang
bersih dan sehat, bukankah telah banyak pengalaman kasus yang menunjukkan
betapa rendahnya kepedulian para pengusaha/investor dalam memperhatikan dan
menjaga keamanan dan kelestarian lingkungan hidup disekitar tempat mereka
berusaha. Selama ini mereka seenaknya melakukan pembalakan hutan,
pencemaran sungai, polusi udara tanpa memikirkan masa depan dan keselamatan
umat manusia.
Hal lain yang paling rentan menimbulkan konflik dalam program KEK
adalah pemenuhan lahan untuk lokasi KEK yang relatif sangat luas, untuk satu
KEK diperkirakan membutuhkan lahan seluas + 10.000 Ha. Pemenuhan lahan
48

Hasim Purba, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Fenomena global: Suatu Kajian
Aspek Hukum, Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Jurnal Equality, Vol. 11 No. 2
Agustus 2006, hlm 7.

Universitas Sumatera Utara

60

seluas dimaksud bukanlah merupakan hal yang mudah apalagi mengingat
rumitnya masalah pertanahan di Indonesia yang kian hari semakin rumit. Kondisi
ini akan menimbulkan masalah baru. Berbagai program membangun yang
dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta hampir tak lepas dari
permasalahan pertanahan. Tentunya semua ini patut menjadi kajian mendalam
bagi semua pihak terkait dalam program KEK, sehingga KEK tidak menjadi
malapetaka bagi bangsa Indonesia di kemudian hari.

D. Aspek Hukum Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus
Tumbuh dan berkembangnya suatu KEK di suatu daerah, akan selalu
dikuti oleh pertumbuhan perekonomian di daerah sekitarnya, sehingga sektor
perekonomian lainnya akan ikut bergerak dan bergairah. Harus diakui bahwa ada
potential loss dari ditetapkannya KEK di su