Analisis Yuridis Tehadap Fungsi Pengawasan Direktorat Bea dan Cukai Dalam Kawasan Ekonomi Khusus

10

BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Negara merupakan perwujudan dari suatu masyarakat yang memiliki
tujuan tertentu sesuai kesepakatan yang dicapai antara para pendirinya atau
komponen kenegaraan dimaksud. Tujuan bernegara pada dasarnya akan tertuang
dalam cita-cita luhur bersama dalam wujud konstitusi. Di antara tujuan luhur
bernegara adalah sebagaimana tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) pada alinea keempat antara lain memajukan
kesejahteraan umum 1. Dengan demikian, pembentukan suatu negara juga
dibarengi dengan tanggung jawab sosial pada negara itu yakni untuk dapat
memberikan kesejahteraan dalam bentuk kehidupan yang lebih baik bagi
masyarakatnya. Kesejahteraan masyarakat merupakan hal mutlak yang harus
dipenuhi oleh negara dimana kesejahteraan tersebut harus tersirat secara langsung
dalam norma dan prinsip dari negara itu sendiri. 2
Awal tahun 2009, usaha pemerintah Indonesia untuk mengembangkan
kawasan khusus dilanjutkan dengan pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus
(selanjutnya disebut KEK). KEK didefinisikan sebagai kawasan dengan batas

tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya
disebut NKRI) yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian
1

Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia, alinea keempat.
I Dewa Gede Palguna.Mahkamah Konstitusi, Judicial Review, dan Welfare State.
(Jakarta: Konstitusi Press, 2008), hlm 182.
2

Universitas Sumatera Utara

11

dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK akan menjadi basis bagi kegiatan industri,
ekspor, impor, dan aktivitas lainnya dengan nilai ekonomi tinggi, untuk
menunjang daya saing nasional. KEK terdiri atas satu atau lebih dari zona-zona
berikut ini: pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi,
energi, dan zona ekonomi lainnya. Saat ini, telah ada delapan kawasan yang
ditetapkan sebagai KEK. 3
Dalam rangka mempercepat pertumbuhan industri baik untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri maupun ekspor, serta untuk mendukung agenda
pembangunan, pemerintah pada tahun 1974 melalui Permendagri Nomor 5 Tahun
1974 Tentang Ketentuan-Ketentuan Mengenai Penyediaan dan Pemberian Tanah
Untuk

Keperluan

Perusahaan,mengantisipasipembentukan

kawasan-kawasan

industri di Indonesia. Pada era tersebut, kawasan industri dimiliki dan dikelola
oleh perusahaan milik pemerintah(BUMN/BUMD). Selanjutnya, hal ini
diperbarui melalui Keppres Nomor 53 Tahun 1989 Tentang Kawasan Industri dan
pada tahun 1996 pemerintah merevisi Keppres Nomor 53 Tahun 1989 Tentang
Kawasan Industri dengan Keppres Nomor 41 Tahun 1996 yang membuka
kesempatan bagi pihak swasta nasional dan asing untuk menjadi pengusaha
kawasan industri. Peran pemerintah pada periode ini lebih banyak pada
pengawasan dan pengendalian. Selanjutnya, sejak 2009 melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, pemerintah

berusaha untuk terus memperbaiki strategi industri dengan mewajibkan industri
untuk berlokasi di kawasan industri. Sejak saat itu, strategi industri pemerintah
3

Yose Rizal Damuri, dkk. Kawasan EKonomi Khusus dan Strategis di Indonesia
(Yogyakarta: Kanisius, 2015), hlm. 17.

Universitas Sumatera Utara

12

Indonesia menjadi lebih difokuskan pada pengembangan industri terpadu yang
didukung oleh fasilitas infrastruktur terpadu dalam kawasan.
Menurut data Kementerian Perindustrianhingga tahun 2012 terdapat
setidaknya 96 Kawasan Industri yang tersebar di seluruh Indonesia. Himpunan
Kawasan Industri mencatat 65 anggota Kawasan Industri hingga 2014. Dari
jumlah tersebut, Kawasan Industri lebih banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa
(72%). Hingga 2012, sektor otomotif masih mendominasi kegiatan usaha di
Kawasan Industri di Indonesia, terutama di Jawa, dengan 54,8%. Selain otomotif,
beberapa sektor yang mendukung kegiatan usaha Kawasan Industri di Indonesia

adalah industri baja (9,5%), logistik (4,8%), industri bahan bangunan (4,9%), dan
industri makanan dan minuman (4,2%).Isu strategis yang selama ini dihadapi
dalam pengembangan Kawasan Industri di Jawa antara lain mencakup
keterbatasan lahan untuk pembangunan/pengembangan, keterbatasan daya dukung
(sumber daya air), serta masalah lingkungan & sosial. Sementara untuk di luar
Jawa, isu strategis dalam pengembangan Kawasan Industri mencakup kurangnya
ketersediaan infrastruktur dasar, rendahnya kualitas SDM untuk bekerja di sektor
industri, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang belum siap, serta kurangnya
minat investor swasta untuk mengembangkan kawasan industri. 4
Sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor, menarik investasi baik
domestik maupun asing, serta mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerintah
Indonesia mencanangkan pembangunan berupa kawasan strategis. Pembangunan
ini bermula dengan pendirian Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
4

http://www.kemenperin.go.id/artikel/3825/Kebutuhan-Lahan-Industri-Tinggi
tanggal 26 Mei 2016).

(diakses


Universitas Sumatera Utara

13

(selanjutnya disebut KPBPB) pada tahun 1970 yang kemudian terus mengalami
perkembangan sampai pada tahun 2009 dengan dibentuknya KEK. Pemerintah
menargetkan pengembangan KEK sebagai salah satu alternatif solusi untuk
masalah-masalah yang terkait dengan iklim investasi dan bisnis di Indonesia, akan
tetapi, terdapat sejumlah tantangan kunci dalam upaya pemerintah mencapai
agenda

pembangunan

melalui

pengembangan

KEK,

termasuk


masalah

kelembagaan, infrastruktur dan payung hukum. Tantangan ini perlu diantisipasi
dengan baik agar investor asing tertarik untuk berinvestasi di KEK. 5
Model pembangunan dewasa ini yang hangat dibicarakan di Indonesia dan
mulaimasuk dalam tahap implementasi adalah pembangunan KEK.Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) merupakan suatu kawasan dengan batas tertentu yang
ditetapkanuntuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh
fasilitas tertentu. Fasilitas-fasilitastertentu ini terkait dengan kemudahankemudahan

yang

diberikan

kepada

investordalam

melakukan


kegiatan

perdagangan dan investasi, dengan demikian akan mendorongmasuknya investasi
dalam jumlah besar ke dalam kawasan tersebut.
Bea Cukai merupakan institusi global yang hampir semua negara di dunia
memilikinya. 6Di forum internasional, institusi Bea Cukai menggunakan sebutan
Administrasi Pabean (Customs Administration) yang ruang lingkup tugasnya
meliputi kepabeanan saja. 7Lembaga Bea Cukai setelah Indonesia merdeka
dibentuk pada tanggal 1 Oktober 1945 dengan nama Pejabatan Bea dan Cukai,

5

Ibid., hlm 7.
Andrian Sutedi. Aspek Hukum Kepabeanan (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm 86.
7
Ibid.

6


Universitas Sumatera Utara

14

yangkemudian pada tahun 1948 berubah menjadi Jawatan Bea dan Cukai sampai
tahun 1965. Setelah tahun 1965 hingga sekarang, nama lembaganya berubah
menjadi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (selanjutnya disebut DJBC). DJBC
merupakan uniteselon I di bawah Departemen Keuangan yang dipimpin oleh
Direktur Jenderal. 8
Khusus bagi pelaku usaha importir maupun eksportir yang mengharapkan
keuntungan yang besar tidak jarang melakukan atau melanggar peraturan dengan
berbagai cara atau modus misalnya, memalsukan dokumen, memalsukan isi dari
kontainer dan berbagai bentuk yang lain. Hal ini akan merugikan negara, untuk itu
tugas dan fungsi Dirjen Bea dan Cukai sebagai pemegang kewenangan atau
institusi guna mencegah terjadinya penyelundupan barang-barang khususnya
senjata melalui kepabeanan, maka Dirjen Bea dan Cukai dapat bertindak
melaksanakan pengawasan pabean antara lain penelitian dokumen, pemeriksaan
fisik dan audit pasca impor, serta perlunya informasi yang mencukupi dari asal
barang yang dikirim termasuk alamat, baik yang mengimpor maupun yang
mengekspor barang tersebut.

Berbagai masalah yang timbul memangbukan hanya dikarenakan oleh satu
pihak saja, mulai dari instansi pemerintah hingga ke pengguna jasa, bahkan juga
pihak asing, seakan ikut meramaikan permasalahan di pelabuhan.Indonesia
memang tidak menerapkan sistem CIQ (Customs, Immigration, Quarantine) di
seluruh pelabuhannya, di mana hanya tiga instansi yaitu Direktorat Jenderal Bea
Cukai, Balai Karantina dan Direktorat Jenderal Imigrasiyang berada dalam

8

Ibid., hlm 87.

Universitas Sumatera Utara

15

pelabuhan. Akibat banyaknya pihak yang berada di pelabuhan, membuat
pelabuhan semakin tidak menentu baik dalam hal biaya maupun dalam hal
keamanan dan ketertiban. Tak heran kalau pelabuhan di Indonesia dikenal cukup
mahal di seluruh dunia. Dengan semakin melambungnya biaya di pelabuhan yang
juga dikarenakan semakin maraknya pungutan liar (pungli) yang dilakukan oleh

pihak-pihak tertentu membuat para pengguna jasa semakin terjepit dan mereka
menjerit karena sudah tidak dapat berbuat banyak lagi. Sementara usaha yang
mereka jalani juga semakin sulit, sesulit usaha mereka meminta pemerintah untuk
menertibkan

pelabuhan.Dalam

pengawasan

kepabeanan

meliputi

seluruh

pelaksanaan wewenang yang dimiliki oleh petugas pabean, yang dalam undangundangnya, yaitu memeriksa kapal, barang, penumpang, dokumen pembukuan,
melakukan penyitaan, penangkapan, penyegelan dan lain-lain, sehingga dalam hal
ini untuk menjaga dan memastikan agar semua yang disebutkan di atas mematuhi
semua ketentuan kepabeanan. 9
Pesatnya perkembangan industri dan perdagangan dalam era globalisasi

ekonomi dan perdagangan bebas saat ini menimbulkan tuntutan masyarakat agar
pemerintah dapat memberikan kepastian hukum dalam dunia usaha. Pemerintah,
khususnya Dirjen Bea dan Cukai (DJBC) bertugas mengamankan kebijaksanaan
pemerintah berkaitan dengan lalulintas barang yang masuk dan keluar daerah
pabean dan pemungutan bea masuk dan cukai serta pungutan negara lainnya
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. 10Hubungan Bea dan Cukai

9

Ibid., hlm 61
http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/HKK6004/document/Gambaran_umum_kepabea
nan_dan_cukai.pdf (diakses tanggal 21 Juni 2016).
10

Universitas Sumatera Utara

16

dengan KEK yaitu Bea dan Cukai bahwa Bea Cukai itu melayani perdagangan
internasional dengan memberikan fasilitas fasilitas guna menunjang perdagangan.
Misalnya mengatur barang yang di keluar masuk dari atau ke dalam negeri yang
di perdagangkan.
Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas, penulis mengkaji dan meneliti
secara mendalam yang hasilnya dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul
“Analisis Yuridis Tehadap Fungsi Pengawasan Direktorat Bea dan Cukai
dalam Kawasan Ekonomi Khusus”

B. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Bagaimana penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus berdasarkan UndangUndang Nomor 39 Tahun 2009 dan peraturan pelaksananya?
2. Bagaimana aspek hukum pengawasan terhadap penyelenggaraan kawasan
ekonomi khusus?
3. Bagaimana

fungsi

pengawasan

Direktorat

Beadan

Cukai

terhadap

penyelengaraan kawasan ekonomi khusus?

C. Tujuandan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian

Universitas Sumatera Utara

17

a. Untuk mengetahui penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus
berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 dan peraturan
pelaksananya.
b. Untuk

mengetahui

aspek

hukum

pengawasan

terhadap

penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus.
c. Untuk mengetahui fungsi pengawasan Direktorat Bea dan Cukai
Terhadap Penyelengaraan Kawasan Ekonomi Khusus.

D. KeaslianPenelitian
Keaslian penelitian skripsi ini benar merupakan hasil dari pemikiran
sendiri dengan mengambil panduan dari buku-buku, dan sumber lain yang
berkaitan dengan judul skripsianalisis yuridis tehadap fungsi pengawasan
direktorat bea dan cukai dalam kawasan ekonomi khusus.Adapun judul skripsi
yang mirip ada diperpustakaan Universitas Sumatera Utara, yaitu:
Dwi Susilawati (2014), dengan judul penelitian Analisis Hukum
Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor

2

Tahun

2011

Tentang

Penyelenggaraan

Kawasan

Ekonomi

Khusus.Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana

Penyelenggaraan

Kawasan

Ekonomi

Khusus

berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus?
2. Bagaimana Kewajiban Badan Usaha Pengelola dalam mengelola Kawasan
Ekonomi Khusus?

Universitas Sumatera Utara

18

3. Bagaiman Hubungan Badan Usaha Pengelola dengan Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota dalam Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus?
Romauli Purba (2015), dengan judul penelitian Analisis Yuridis Penerapan
Prinsip Keseimbangan Kemajuan dalam Penanaman Modal Berdasarkan UndangUndang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus beserta
Peraturan Pelaksananya. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus berdasarkan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 dan peraturan pelaksananya?
2. Bagaimanakah pengaturan kegiatan penanaman modal di dalam kawasan
ekonomi khusus?
3. Bagaimanakah penerapan prinsip keseimbangan kemajuan dalam Penanaman
Modal berdasarkan Undang-Undang Nomor 39Tahun 2009 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus beserta peraturan pelaksanaanya.
Dilihat dari permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai melalui
penulisan skripsi ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan karya
sendiri dan bukan jiplakan dari skripsi orang lain, dimana diperoleh melalui
pemikiran para pakar dan praktisi, referensi, buku-buku, bahan seminar, makalah,
media cetak seperti koran, media elektronik seperti internet, serta bantuan dari
berbagai pihak, berdasarkan kepada asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, dan
terbuka,terhadap hal diatas penulis bertanggungjawab secara akademik dan
ilmiah.

Universitas Sumatera Utara

19

E. TinjauanKepustakaan
1. Bea dan Cukai
Penerimaan pendapatan negara dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk
diantaranya adalah melalui bea cukai. Dalam merealisasikan pajak-pajak negara,
di Indonesia dikenal lembaga pelaksana pajak yang terdiri dari Direktorat Jenderal
Pajak dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai yang keduanya merupakan bagian dari
Kementerian Keuangan. Keberadaan kedua lembaga tersebut sangat berhubungan
erat terkait dengan upayapengelolaan sumber penerimaan negara. Namun perlu
diketahui, Meskipun kedua lembaga tersebut berada dibawah Kementerian
Keuangan, namun secara umum pengaturan dilakukan secara terpisah.
Pengertian Bea dalam prosedur Bea Cukai adalah bea masuk dan bea
keluar daerah pabean. Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan undangundang ini (kepabeanan) yang dikenakan terhadap barang yang diimpor. Bea
keluar adalah pungutan negara berdasrkan undang-undang ini (kepabeanan) yang
dikenakan terhadap barang ekspor. Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan
terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang
ditetapkan dalam undang-undang”. 11
2. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Menurut Kementerian Perindustrian pengertian KEK ialah kawasan
industri yang diberikan fasilitas kemudahan dan insentif serta infrastruktur yang
11

Burhanuddin. Prosedur Hukum Pengurusan Bea & Cukai(Yogyakarta: Yustisia, 2013),

hlm .9.

Universitas Sumatera Utara

20

memadai. 12 Pada dasarnya KEK dan Kawasan Industri ialah hal yang sama, yaitu
berisi sekumpulan perusahaan yang relatif sejenis. Sehingga dalam konteks ini
KEK tidak berbeda dengan kawasan industri tradisional, kawasan berikat,
kawasan ekonomi terpadu, kawasan industri estate, free economic zones, dan free
trade zones.Kawasan industri didefinisikan sebagai pembangunan sarana baru
yang diperuntukkan untuk industri tertentu (sesuai dengan keunggulan daerah)
yang mampu menyediakan infrastruktur untuk membantu pengembangan
operasional dan industri serta fasilitas pendukung yang berperan mendorong
perkembangan indutri tersebut. 13
Perlakuan khusus tersebut diberlakukan di bidang kepabeaan (custom and
excise), perpajakan, perizinan (licensing one stop service), keimigrasian serta
ketenagakerjaan. Perlakuan khusus ini juga berbeda terhadap wilayah lain yang
tidak termasuk dalam zona KEK. Sedangkan menurut UU KEK pengertian KEK
adalah kawasan dengan batas tertentu yang dalam wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. 14 Menurut Joubert B. Maramis,
KEK diartikan sebagai sebuah kawasan industri khusus, dikatakan aspek khusus
karena KEK pada hal ini diberikan berbagai fasilitas kemudahan, insentif, dan
infrastruktur yang lebih lengkap. 15
3. Pengawasan

12

Sejarah,defenisi,”Keuntungan,danKelemahanKEK”,https://joubertbmaramis.
academia.com (diakses pada 23 Mei 2016).
13
Ibid.
14
Pasal 1, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan
Ekonomi Khusus, L.N. No. 147 Tahun 2009, T.L.N. No. 5066.
15
https://joubertbmaramis.academia.com/ (diakses pada 23 Mei 2015).

Universitas Sumatera Utara

21

Adanya berbagai jenis kegiatan pembangunan dilingkungan pemerintahan
menurut penanganan yang lebih serius agar tidak terjadi pemborosan dan
penyelewengan yang dapat mengakibatkan kerugian pada negara.Untuk
menghindari hal tersebut maka diperlukan suatu system pengawasan yang
tepat.Ini bertujuan untuk menjaga kemungkinan agar pelaksanaannya dapat
berjalan dengan baik.
Pengawas

mempunyai

peranan

yang

penting

dalam

manajemen

kepegawaian. Pengawas mempunyai hubungan yang terdekat dengan pegawaipegawai perseorangan secara langsung dan baik buruknya pegawai bekerja
sebagian besar akan tergantung kepada betapa efektifnya ia bergaul dengan
mereka.
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus
dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan dan apabila perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, sehingga
pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar. 16
Pengawasan sebagai suatu tindakan atau aktivitas untuk menjamin agar
rencana yang telah di tetapkan berjalan sesuai dengan rencana. Tujuan utama dari
pengawasan

bukan

untuk

mencari

kesalahan,

melainkan

mengarahkan

pelaksanaan aktivitas agar rencana yang telah di tetapkan dapat terlaksana secara
optimal. Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan
yang merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap
sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada
16

Fahmi Irfan, Manajemen KepemimpinanTeori dan Aplikasi(Bandung: Alfabeta, 2012),
hlm. 138-139.

Universitas Sumatera Utara

22

pihak di bawahnya. Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai
tahapan terakhir dari fungsi manajemen. 17
Berdasarkan keterangan di atas pengawasan dapat didefinisikan sebagai
cara suatu organisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien, serta lebih jauh
mendukung terwujudnya visi dan misi organisasi.
F. MetodePenelitian
1.

Spesifikasi penelitian
a. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah hukum

normatif. Penelitian hukum normatif adalah metode penelitian yang mengacu
pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan
tersebut antara lain: Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus. UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan danPeraturan Pemerintah
Nomor 96 Tahun 2015 Tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi
Khusus.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Peraturan Presiden Nomor 27
Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu. 18
b. Sifat penelitian

17

Arian Sutedi, Hukum Keuangan Negara (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 171.
Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Surabaya: Bayu
Media Publishing, 2005), hlm. 46.
18

Universitas Sumatera Utara

23

Penelitian ini bersifat deskriptif. Deskriptif berarti bahwa penelitian ini
menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia terkait
fungsi pengawasan Direktorat Bea dan Cukai dalam kawasan ekonomi khusus.
c. Pendekatan penelitian
Pendekatan

undang–undang

(statute

approach)

dilakukan

dengan

menelaah semua undang–undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan fungsi
pengawasan Direktorat Jenderal Bea Cukai dalam Kawasan Ekonomi Khusus. 19
2.

Data penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang terbagi atas:
a. Bahan hukum primer yaitu berbagai bahan hukum yang bersifat mengikat
yang terdiri dari: Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2006 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang
Kepabeanan danPeraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 Tentang
Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus.Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.Peraturan Presiden Nomor 27
Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
b. Bahan hukum sekunder yaitu berbagai bahan kepustakaan berupa buku,
jurnal, bahan kuliah, hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
19

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta : Prenanda Media Group, 2013),

hlm 7.

Universitas Sumatera Utara

24

c. Bahan hukum tertier yaitu berbagai bahan yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Hukum,
Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, serta pencarian pada
website-website yang relevan.
3.

Tehnik pengumpulan data
Jenis data dalam penelitian ini meliputi data sekunder. Teknik

pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data
melalui pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, literatur, tulisantulisan para pakar hukum, bahan kuliah, putusan-putusan hakim yang berkaitan
dengan penelitian ini.
4.

Analisis data
Analisis data yang dilakukan secara kualitatif yakni pemilihan teori-teori,

asas-asas, norma-norma, doktrin dan pasal-pasal di dalam perundang-undangan
terpenting yang relevan dengan permasalahan. Membuat sistematika dari datadata tersebut sehingga akan menghasilkan klasifikasi tertentu sesuai dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Data yang dianalisis secara
kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis pula,
selanjutnya semua data diseleksi, diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif
sehingga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud.

Universitas Sumatera Utara

25

G. SistematikaPenelitian
Bab I, merupakan bab pendahuluan. Bab ini dibagi menjadi sub bab, yaitu
latar belakang penulisan skripsi, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BabII, penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus berdasarkan UndangUndang Nomor 39 tahun 2009 dan peraturan pelaksananya berisikan Kawasan
Ekonomi Khusus Indonesia.Pengertian Kawasan Ekonomi Khusus Tujuan Dan
Manfaat Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus. Persyaratan Kawasan
Ekonomi Khusus dan Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus yang terdiri
dari Dewan Nasional. Dewan Kawasan. Administrator Kawasan. Badan Usaha
Pengelola. Pelaku

Usaha. Aspek Hukum Pembangunan Kawasan Ekonomi

Khusus. Aspek Hukum Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus.
Bab III, aspek hukum pengawasan terhadap penyelenggaraan kawasan
ekonomi khusus, berisikan Pengertian dan Tujuan Pengawasan Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus. Peran Pemerintah Pusat Dalam Pengawasan Kawasan
Ekonmi Khusus, Peran Daerah Pusat dalam Pengawasan Kawasan Ekonmi
Khusus dan Pengawasan Oleh DewanNasional, Dewan Kawasan, Administrator
Kawasan Ekonomi Khusus Dan Badan Usaha Pengelolaserta Pengawasan OLEH
Direktorat Bea Dan Cukai.
Bab

IV,fungsi

pengawasan

direktorat

bea

dan

cukai

terhadap

penyelengaraan kawasan ekonomi khusus, berisikan tugas dan kewenangan
direktorat bea dan cukai, kedudukan direktorat bea dan cukai dalam kawasan

Universitas Sumatera Utara

26

ekonomi khusus oleh pemerintah dan pengawasan direktorat bea dan cukai
kawasan ekonomi khusus.
Bab V, kesimpulan dan saran. Bab ini akan ditarik suatu kesimpulan
setelah dilakukan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, untuk kemudian
diberikan saran-saran yang diharapkan dapat lebih membangun.

Universitas Sumatera Utara