Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kasus trauma gigi merupakan masalah serius pada kesehatan gigi anak.1
Trauma gigi diprediksi akan melampaui karies gigi dan penyakit periodontal sebagai
masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling signifikan pada anak.2 Trauma pada
wajah sebagian besar bersifat irreversibel sehingga membutuhkan perawatan yang
berkelanjutan sepanjang hidup pasien.3
Studi pustaka pada tahun 1995-2007 dari berbagai negara menunjukkan
bahwa 25% dari seluruh anak sekolah dan 33% orang dewasa mengalami trauma gigi
permanen dengan berbagai variasi prevalensi berbeda disetiap negara.3,4 Salah satu
jenis trauma gigi yang paling serius dari seluruh jenis trauma gigi yang terjadi adalah
trauma avulsi pada gigi permanen.2 Penelitian Dua dan Sharma menunjukkan dari
880 anak ditemukan kasus trauma gigi sebesar 14,5% dengan kasus trauma avulsi
sebesar 4,6%.5 Literatur menyebutkan kasus trauma avulsi terjadi sebanyak 0,5% 16% dari seluruh jenis trauma gigi yang melibatkan gigi permanen.6,7,8
Gigi yang paling banyak terlibat adalah gigi insisivus sentralis dan insisivus
lateralis atas yang dapat mengakibatkan kehilangan fungsinya sehingga menimbulkan
dampak negatif terhadap kualitas hidup, gangguan psikologis dan sosial.3,5,9
Berdasarkan tempat terjadinya trauma gigi, lokasi terjadinya cedera paling banyak
ditemukan di rumah (52%) dan di sekolah (41%) dari seluruh lokasi kejadian.5,10
Avulsi gigi ditandai dengan lepasnya gigi dari soket disertai kerusakan
struktur ligamen periodontal, pembuluh darah dan saraf yang parah dengan atau tanpa
disertai fraktur tulang alveolar.6,11 Prognosis gigi avulsi tergantung pada periode
waktu antara kejadian trauma dengan replantasi, tipe dan kondisi media
penyimpanan, tahap pembentukan akar gigi dan kontaminasi benda asing.11,12
Penanganan trauma avulsi sangat dipengaruhi oleh peran orang di sekitar anak
seperti orangtua, guru dan dokter gigi. Penelitian Loo et.al di India terhadap orangtua
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa 56,7% orangtua tidak mengetahui bahwa replantasi merupakan
perawatan pertama terhadap trauma avulsi.11 Idealnya, gigi avulsi harus
direplantasikan segera kedalam soket untuk menghindari kerusakan jaringan
periodontal yang lebih parah. Penanganan darurat yang cepat dan tepat sangat penting
untuk mendapatkan prognosis terbaik dalam jangka panjang akibat avulsi terutama
pada anak.11,12
Perbedaan pengetahuan dan sikap orangtua terhadap penanganan tersebut
dipengaruhi oleh latar belakang berbeda seperti jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, daerah tempat tinggal dan sosioekonomi.1,12 Salah satu faktor tersebut
tersebut dibuktikan Murali K et.al terhadap ibu di India bahwa ibu dengan latar
belakang pendidikan tinggi memiliki pengetahuan lebih baik tentang penanganan
darurat trauma avulsi (p
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kasus trauma gigi merupakan masalah serius pada kesehatan gigi anak.1
Trauma gigi diprediksi akan melampaui karies gigi dan penyakit periodontal sebagai
masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling signifikan pada anak.2 Trauma pada
wajah sebagian besar bersifat irreversibel sehingga membutuhkan perawatan yang
berkelanjutan sepanjang hidup pasien.3
Studi pustaka pada tahun 1995-2007 dari berbagai negara menunjukkan
bahwa 25% dari seluruh anak sekolah dan 33% orang dewasa mengalami trauma gigi
permanen dengan berbagai variasi prevalensi berbeda disetiap negara.3,4 Salah satu
jenis trauma gigi yang paling serius dari seluruh jenis trauma gigi yang terjadi adalah
trauma avulsi pada gigi permanen.2 Penelitian Dua dan Sharma menunjukkan dari
880 anak ditemukan kasus trauma gigi sebesar 14,5% dengan kasus trauma avulsi
sebesar 4,6%.5 Literatur menyebutkan kasus trauma avulsi terjadi sebanyak 0,5% 16% dari seluruh jenis trauma gigi yang melibatkan gigi permanen.6,7,8
Gigi yang paling banyak terlibat adalah gigi insisivus sentralis dan insisivus
lateralis atas yang dapat mengakibatkan kehilangan fungsinya sehingga menimbulkan
dampak negatif terhadap kualitas hidup, gangguan psikologis dan sosial.3,5,9
Berdasarkan tempat terjadinya trauma gigi, lokasi terjadinya cedera paling banyak
ditemukan di rumah (52%) dan di sekolah (41%) dari seluruh lokasi kejadian.5,10
Avulsi gigi ditandai dengan lepasnya gigi dari soket disertai kerusakan
struktur ligamen periodontal, pembuluh darah dan saraf yang parah dengan atau tanpa
disertai fraktur tulang alveolar.6,11 Prognosis gigi avulsi tergantung pada periode
waktu antara kejadian trauma dengan replantasi, tipe dan kondisi media
penyimpanan, tahap pembentukan akar gigi dan kontaminasi benda asing.11,12
Penanganan trauma avulsi sangat dipengaruhi oleh peran orang di sekitar anak
seperti orangtua, guru dan dokter gigi. Penelitian Loo et.al di India terhadap orangtua
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa 56,7% orangtua tidak mengetahui bahwa replantasi merupakan
perawatan pertama terhadap trauma avulsi.11 Idealnya, gigi avulsi harus
direplantasikan segera kedalam soket untuk menghindari kerusakan jaringan
periodontal yang lebih parah. Penanganan darurat yang cepat dan tepat sangat penting
untuk mendapatkan prognosis terbaik dalam jangka panjang akibat avulsi terutama
pada anak.11,12
Perbedaan pengetahuan dan sikap orangtua terhadap penanganan tersebut
dipengaruhi oleh latar belakang berbeda seperti jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, daerah tempat tinggal dan sosioekonomi.1,12 Salah satu faktor tersebut
tersebut dibuktikan Murali K et.al terhadap ibu di India bahwa ibu dengan latar
belakang pendidikan tinggi memiliki pengetahuan lebih baik tentang penanganan
darurat trauma avulsi (p