Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

(1)

PENANGANAN DARURAT TRAUMA AVULSI GIGI

PERMANEN ANAK DI KECAMATAN MEDAN

MARELAN DAN KECAMATAN

MEDAN POLONIA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

NOVIA HARDYANTI HUTALIANG NIM: 110600094

Pembimbing :

Ami Angela Harahap drg., Sp.KGA., M.Sc

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2015

Novia Hardyanti Hutaliang

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia. xi + 67 halaman

Trauma gigi adalah kejadian yang umumnya terjadi dan perawatannya dikategorikan sebagai tindakan darurat dalam praktik dokter gigi. Avulsi merupakan salah satu jenis trauma gigi yang paling merusak disebabkan oleh berbagai etiologi. Prevalensi avulsi mencapai 0,5%-16% dari seluruh kasus trauma gigi permanen yang ada dan umumnya terjadi pada gigi insisivus sentralis maksila. Kerjasama dan pengetahuan orangtua terhadap avulsi dianggap penting menentukan tercapainya keberhasilan perawatan dikarenakan orangtua sebagai penolong pertama dikala anak menghadapi avulsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi dengan pengetahuan dan sikap serta hubungan antara pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 284 orangtua dari Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia. Teknik pemilihan daerah penelitian menggunakan metode proporstionate stratified random

sampling dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling.

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan kuisioner berupa data angket yang disebarkan kepada orangtua melalui murid sekolah dasar. Analisis data

yang digunakan adalah dengan uji statistik Chi-square pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara faktor pendidikan dengan pengetahuan p=0,021 dan sikap p=0,035 orangtua tentang


(3)

Kecamatan Medan Polonia. Ditinjau dari faktor sosioekonomi ditemukan tidak ada hubungan yang bermakna dengan pengetahuan p=0,169 maupun sikap p=0,259 orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia. Penelitian ini menemukan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan orangtua dengan sikap p=0,000 tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak.

Penelitian ini menemukan tingkat pengetahuan orangtua yang masih sangat rendah tentang penanganan darurat avulsi namun orangtua masih memberikan respon sikap yang positif untuk meningkatkan pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi lebih lanjut. Dokter gigi dan tenaga kesehatan masyarakat diharapkan agar lebih memperhatikan upaya penyuluhan dan edukasi tentang pencegahan serta prosedur penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi anak kepada orangtua, anak, beserta pihak sekolah.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 31 Juli 2015

Pembimbing : Tanda tangan

Ami Angela Harahap, drg., Sp.KGA., M.Sc ………..


(5)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 31 Juli 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Siti Salmiah, drg., Sp.KGA

ANGGOTA : 1.Taqwa Dalimunthe,drg .,Sp.KG


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi ini selesai disusun. Penulis ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah membesarkan, mendidik, membimbing, mendoakan serta memberikan kasih sayang dan dukungan secara moral dan materil kepada penulis sampai laporan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, motivasi, dukungan, doa serta arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalamnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara.

2. Yati Roesnawi, drg selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak (IKGA) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

3. Ami Angela Harahap, drg., Sp.KGA., M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, memberikan saran, dukungan dan pikiran untuk membimbing penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pengajar dan staf administrasi Departemen IKGA yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis.

4. Teman- teman sejawat angkatan 2011 yang telah banyak mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

Penulis menyadari bahwa penulis masih dalam proses pembelajaran sehingga skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk kedepannya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat serta sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 25 Juni 2015 Penulis,

Novia Hardyanti Hutaliang NIM: 110600094


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Hipotesa Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku ... 6

2.1.1 Pengetahuan ... 6

2.1.2 Sikap (Attitude) ... 7

2.1.3 Perilaku ... 8

2.2 Definisi dan Klasifikasi Trauma Gigi ... 8

2.3 Trauma Avulsi ... 10

2.4 Etiologi dan Predisposisi Avulsi ... 11

2.5 Prevalensi Avulsi ... 11

2.6 Penanganan Darurat ... 12

2.6.1 Replantasi... 13

2.6.2 Media Penyimpanan Gigi Avulsi ... 14

2.7 Prognosis Avulsi ... 18

2.8 Pencegahan Avulsi ... 19

2.9 Kerangka Teori ... 21

2.10 Kerangka Konsep ... 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 23


(9)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.3 Populasi dan Sampel ... 23

3.4 Variabel Penelitian ... 25

3.5 Definisi Operasional ... 26

3.6 Prosedur Penelitian ... 37

3.7 Pengolahan dan Analisis Data... 38

3.7.1 Pengolahan Data ... 38

3.7.2 Analisis Data ... 39

3.8 Etika Penelitian ... 39

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Univariat ... 40

4.1.1 Demografi Responden ... 40

4.1.2 Sosioekonomi Responden ... 46

4.2 Analisis Bivariat... 48

BAB 5 PEMBAHASAN ... 53

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 62

6.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 26

2. Definisi Operasional Kuesioner Pengetahuan Orangtua... 30

3. Definisi Operasional Kuesioner Sikap Orangtua ... 34

4. Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin dan Usia... 40

5. Distribusi Responden menurut Pendidikan... 41

6. Distribusi Responden menurut Pengetahuan tentang Penanganan Darurat Kasus Trauma Avulsi Gigi Permanen ... 43

7. Distribusi Kategori Pengetahuan tentang Penanganan Darurat Kasus Trauma Avulsi Gigi Permanen ... 44

8. Distribusi Responden menurut Sikap tentang Penanganan Darurat Kasus Trauma Avulsi Gigi Permanen ... 45

9. Distribusi Kategori Sikap responden tentang Penanganan Darurat Kasus Trauma Avulsi Gigi Permanen ... 46

10. Distribusi Responden menurut Status Kerja ... 47

11. Distribusi Responden menurut Penghasilan ... 47

12. Distribusi Responden menurut Kategori Sosioekonomi... 48

13. Hubungan antara Pendidikan dengan Pengetahuan Responden tentang Penanganan Darurat Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia ... 49

14. Hubungan antara Sosioekonomi dengan Pengetahuan Responden tentang Penanganan Darurat Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia ... 50

15. Hubungan antara Pendidikan dengan Sikap Responden tentang Penanganan Darurat Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia ... 50


(11)

16. Hubungan antara Sosioekonomi dengan Sikap Responden tentang Penanganan Darurat Avulsi Gigi Permanen Anak di

Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia ... 51

17. Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Responden tentang Penanganan Darurat Avulsi Gigi Permanen Anak di

Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia ... 52


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gigi Avulsi pada Insisivus Sentralis Kanan Atas ... 10

2. Radiografi Gigi Avulsi pada Insisivus Sentralis Kanan Atas ... 10

3. Replantasi Gigi Avulsi ... 13

4. Media Penyimpanan “Save-A-Tooth” ... 15


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Persetujuan Komisi Etik

2. Surat Keterangan Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Medan 3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SD Nasional Bridgend Katamso II

Medan

4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SDI Al-Huda Medan

5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SD Swasta Kristen Immanuel Medan 6. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SD Perguruan Kristen Methodist

Indonesia Medan

7. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SD Negeri Nomor 060880 Medan 8. Lembar Penjelasan kepada Subjek Penelitian

9. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (informed concent) 10. Lembar Kuisioner

11. Hasil Statistik SPSS


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma gigi adalah kejadian yang umumnya terjadi dan perawatannya

dikategorikan sebagai tindakan darurat dalam praktik dokter gigi.1 Trauma gigi dapat

menyebabkan gangguan secara estetis, fungsi, dan psikososial bagi anak maupun

orangtua.2 Beberapa studi melaporkan bahwa rerata prevalensi trauma gigi adalah

4,9%-37% dari berbagai populasi yang berbeda.3,4 Jenis trauma gigi menurut

klasifikasi WHO yang diadopsi dari klasifikasi Andreasen meliputi kerusakan pada jaringan keras dan pulpa gigi, kerusakan pada jaringan periodontal, kerusakan pada jaringan tulang pendukung, dan kerusakan pada gingival dan jaringan lunak rongga

mulut. Salah satu jenis trauma gigi yang serius dibahas yaitu trauma avulsi.5

Avulsi gigi termasuk didalam klasifikasi Andreasen yang didefinisikan sebagai terlepasnya seluruh gigi secara utuh dari soket alveolar yang diakibatkan oleh

trauma gigi.6,7. Avulsi merupakan trauma gigi yang paling merusak disebabkan oleh

berbagai etiologi. Pada usia 7-9 tahun merupakan kondisi yang paling rentan untuk terjadi avulsi, dihubungkan dengan struktur jaringan periodontal dan tulang alveolar belum terbentuk sempurna sehingga gaya ekstrusi yang timbul hanya ditahan secara

minimal.8,9 Prevalensi avulsi yaitu 0,5%-16% dari seluruh kasus trauma gigi

permanen yang ada dan umumnya terjadi pada gigi insisivus sentralis maksila.10,11

Davis dan Knott cited in Baston E B et.al menunjukkan prevalensi avulsi 5,2% dari

seluruh kasus trauma gigi permanen.12

Kerjasama yang baik antara dokter gigi dan orangtua anak sangat diharapkan dalam penanganan darurat gigi yang lepas saat terjadi avulsi. Apabila penanganan darurat telah minimal dilakukan maka prognosis perawatan gigi avulsi dapat lebih baik. Kerjasama dan pengetahuan orangtua terhadap avulsi dianggap penting


(15)

menentukan tercapainya keberhasilan perawatan dikarenakan orangtua sebagai

penolong pertama dikala anak menghadapi avulsi.6,13

Sanu O.O dan Utomi I.L menunjukkan bahwa pengetahuan orangtua tentang

media penyimpanan gigi avulsi sangat rendah.13 Loo T.J et.al menyatakan hanya satu

per tiga dari seluruh sampel orang tua di Chennai yang memilih untuk melakukan

replantasi gigi segera dalam penanganan darurat avulsi gigi.14 Maciel S et.al

membuktikan bahwa tingkat pengetahuan orangtua yang rendah tentang penanganan darurat avulsi tidak ada hubungannya dengan usia, pendidikan dan pendapatan

keluarga.15

Berdasarkan penelitan dari berbagai negara, pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi anak masih rendah. Di Indonesia belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak terutama di Kota Medan masih belum ada. Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian di kota Medan mengenai pengetahuan dan sikap orang tua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak. Sampel orangtua yang dipilih dengan dirandom dari satu kecamatan lingkar luar dan satu kecamatan lingkar dalam.


(16)

1.2 Rumusan Masalah Rumusan umum

a. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia?

b. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia?

c. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia.

Rumusan khusus

a. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia?

b. Apakah terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia?

c. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia?

d. Apakah terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia?


(17)

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum

a. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia.

b. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia.

Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia.

b. Untuk mengetahui hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia.

d. Untuk mengetahui hubungan antara sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia.

1.4 Hipotesa Penelitian

a. Ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia.


(18)

b. Ada hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia.

c. Ada hubungan antara pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia.

d. Ada hubungan antara sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia.

e. Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengetahuan dan sikap orangtua terhadap penanganan darurat avulsi gigi permanen.

b. Memberikan wawasan dan informasi serta pengalaman langsung bagi peneliti dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah.

c. Sebagai data dan masukan bagi tenaga kesehatan gigi untuk merencanakan program penyuluhan mengenai avulsi gigi anak terkait upaya pencegahan dan penanggulangan pendahuluan pada trauma gigi.

d. Sebagai bahan masukan kepada orang tua mengenai penanganan darurat avulsi anak dengan cara penyuluhan.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku 2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba, dengan sendirinya pada waktu penginderaan menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan

yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi dalam 6 tingkatan pengetahuan :16

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall atau memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkat yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang suatu objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi lain.


(20)

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi baru yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri.

2.1.2 Sikap (Attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Seperti halnya

pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan, sebagai berikut :16

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (Responding)

Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.


(21)

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai diartikan sebagai subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya dan berani mengambil risiko bila ada orang lain yang mencemoohkan.

2.1.3 Perilaku

Perilaku adalah apa yang dikerjakan seseorang yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung. Sebelum seseorang mengadopsi suatu perilaku terjadi

proses berurutan pada orang tersebut, yaitu :16

a. Kesadaran (Awareness): Seseorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

b. Tertarik (Interest): merasa tertarik terhadap stimulus yang diberikan. Sikap subjek sudah mulai terbentuk.

c. Mempertimbangkan (Evaluation): seseorang mempertimbangkan baik buruk dari stimulus kepada dirinya. Hal ini mengartikan sikap seseorang sudah lebih baik lagi.

d. Mencoba (Trial): seseorang telah mulai mencoba melakukan perilaku baru. e. Adopsi (Adoption): seseorang telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.2 Definisi dan Klasifikasi Trauma Gigi

Trauma gigi didefinisikan sebagai kerusakan yang disebabkan oleh trauma secara fisik maupun mekanik yang mengenai jaringan keras, jaringan periodontal

ataupun keduanya.17 Klasifikasi trauma gigi diperlukan untuk mempermudah

penegakan diagnosis. Salah satu klasifikasi yang digunakan secara internasional adalah klasifikasi WHO. Klasifikasi WHO yang diadopsi dari klasifikasi Andreasen


(22)

ini meliputi kerusakan pada jaringan keras dan pulpa gigi, kerusakan pada jaringan periodontal, kerusakan pada jaringan tulang pendukung, serta kerusakan pada gingiva

dan jaringan lunak rongga mulut.5

A. Kerusakan Jaringan Keras dan Pulpa Gigi

a. Retaknya mahkota (enamel infraction) b. Fraktur enamel (enamel fracture)

c. Fraktur enamel-dentin (uncomplicated crown fracture) d. Fraktur mahkota kompleks (complicated crown fracture)

e. Fraktur mahkota-akar tidak kompleks (uncomplicated crown-root

fracture)

f. Fraktur mahkota akar yang kompleks (complicated crown-root fracture) g. Fraktur akar (root fracture)

B. Kerusakan Jaringan Periodontal

a. Konkusi b. Subluksasi c. Luksasi

d. Luksasi ekstrusi e. Luksasi intrusi f. Avulsi (eksartikulasi)

C. Kerusakan pada Jaringan Tulang Pendukung

a. Communition of the maxillary alveolar socket b. Communition of the mandibular alveolar socket

c. Fraktur dinding soket alveolar maksila d. Fraktur dinding soket alveolar mandibula e. Fraktur prosesus alveolar maksila

f. Fraktur maksila g. Fraktur mandibula


(23)

D. Kerusakan pada Gingiva atau Jaringan Lunak Rongga Mulut

a. Laserasi b. Kontusio c. Luka abrasi

2.3 Trauma Avulsi

Avulsi atau yang dikenal sebagai eksartikulasi menurut klasifikasi Andreasen

yang diadopsi oleh WHO adalah lepasnya seluruh gigi ke luar dari soket.7 Avulsi

sering terjadi pada anak yang berusia 7-9 tahun dimana gigi permanen anak sedang mengalami erupsi. Avulsi sejauh ini merupakan salah satu trauma paling serius yang dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah, saraf pulpa serta jaringan periodontal gigi. Avulsi tidak hanya menyebabkan kehilangan fungsi gigi akan tetapi menyebabkan berkurangnya kepercayaan diri dan kualitas hidup seseorang sehingga

menciptakan suatu kondisi ketidaknyamanan secara psikososial.18

Gambar 1. Gigi avulsi insisivus

sentralis kanan atas.20

Gambar 2. Radiografi gigi avulsi insisivus sentralis kanan


(24)

2.4 Etiologi dan Predisposisi Avulsi

Avulsi merupakan trauma gigi yang paling merusak disebabkan oleh berbagai etiologi. Dilihat pada usia pertumbuhan dan perkembangan gigi permanen, gigi yang memiliki satu akar seperti insisivus sentralis rahang atas paling sering mengalami

trauma.19 Pada usia 7-9 tahun merupakan kondisi yang paling rentan terjadi avulsi

dihubungkan dengan akar pada gigi permanen belum terbentuk sempurna, struktur jaringan periodontal masih longgar dan hubungan akar dengan tulang alveolar masih lemah. Mineral tulang alveolar yang rendah dan kekuatan pegang gigi yang rendah

mengkibatkan gaya ekstrusi yang timbul hanya dapat ditahan secara minimal.8,9

Avulsi gigi dapat disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, perkelahian, terjatuh,

kecelakaan olahraga, dan kekerasan yang terjadi pada anak.12,22 Usia 7-12 tahun

terjadinya koordinasi motorik yang membaik sehingga peningkatan aktivitas fisik terjadi, misalnya terjadi kecelakaan di tempat bermain, bersepeda, skateboard, atau

olahraga bela diri, sepak bola, bola basket, berenang, dan lomba lari.3,11 Faktor

predisposisi trauma avulsi gigi yaitu adanya maloklusi kelas II divisi 1, overjet 3-6 mm menurut penelitian frekuensi terjadi trauma dua kali lipat dari overjet 0-3 mm,

dan overjet lebih dari 6 mm. 11,23

2.5 Prevalensi Avulsi

Prevalensi kasus avulsi pada gigi permanen adalah sebesar 0,5-16% dari seluruh kasus trauma gigi permanen yang ada dan umunya terjadi pada gigi insisivus

sentralis maksila.24 Perbandingan kasus avulsi pada gigi sulung sebesar 7,2% dan

pada gigi permanen 16% dari seluruh persentase trauma gigi.10 Belladonna F.G et.al

menunjukkan bahwa insidensi kasus avulsi yang terjadi pada gigi permanen adalah

sebesar 34%.25 Bojan P et.al menyatakan bahwa prevalensi kasus avulsi pada rata-

rata anak yang berusia 10 tahun 7 bulan adalah sebesar 7.7%.26 Stockwell cited in

Bastone E B et.al. menujukkan prevalensi avulsi gigi permanen adalah sebesar 4%.12

Penelitian di Chennai pada tahun 2014 oleh Loo T J et.al dari 77 anak yang pernah mengalami trauma gigi didapat 62,3% prevalensi anak yang pernah mengalami


(25)

2.6 Penanganan Darurat

Penanganan darurat yang dapat dilakukan pada avulsi gigi permanen adalah dengan menyimpan gigi avulsi tersebut ke dalam media penyimpanan yang fisiologis, kemudian anak dibawa ke dokter gigi untuk dilakukan replantasi kembali dalam waktu sesegera mungkin. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan penyembuhan jaringan ligamen periodontal dan suplai neurovaskular selama pemeliharaan estetik

dan fungsinya.17,27 Namun, lebih dianjurkan lagi pada saat pertama kali kejadian, gigi

yang terlepas dapat segera dilakukan replantasi oleh orang pertama yang memungkinkan untuk melakukan replantasi yaitu orang tua, guru, atau penjaga anak. Demi melindungi vitalitas dari jaringan ligament periodontal, dianjurkan untuk menghindari menyikat, menggosok, menggenggam atau mengambil apa saja yang ada

di permukaan akar.18,28

Prosedur penanganan darurat kasus avulsi gigi permanen anak di tempat

kejadian yaitu:29

1. Anak ditenangkan terlebih dahulu.

2. Apabila ada perdarahan di sekitar rongga mulut, anak disuruh untuk menggigit kain sebelum dibawa ke dokter gigi.

3. Gigi yang hilang segera dicari dan gigi dipegang pada bagian mahkota gigi (bagian yang paling putih). Dihindari memegang pada bagian akar gigi untuk mencegah kerusakan pada jaringan ligamen periodontal.

4. Jika gigi dalam keadaan kotor, gigi dibersihkan di bawah air bersih yang mengalir selama 10 detik dan gigi segera direplantasi kembali ke dalam soket. Ketika gigi telah berada pada soket, anak diinstruksikan untuk menggigit sapu tangan atau kain agar gigi tetap pada posisinya.

5. Jika replantasi tidak memungkinkan untuk dilakukan, atau dikarenakan oleh alasan lain untuk gigi tidak dapat direplantasikan contohnya anak dalam keadaaan tidak sadar, maka gigi dapat segera ditempatkan di dalam segelas susu atau media penyimpanan lain yang sesuai dan anak dibawa ke klinik gigi terdekat. Gigi juga dapat di simpan di dalam mulut, di bawah lidah atau di vestibulum jika anak dalam keadaan sadar.


(26)

6. Apabila pada lokasi terjadinya trauma dapat memperoleh larutan khusus seperti Hank’s balanced salt solution atau HBSS sebagai tempat media penyimpanan, maka HBSS lebih dianjurkan.

2.6.1 Replantasi

Gigi yang mengalami avulsi harus segera dikembalikan pada soketnya atau yang sering disebut dengan replantasi. Faktor yang paling penting untuk memastikan keberhasilan dari replantasi adalah kecepatan gigi tersebut dikembalikan ke dalam soketnya Kondisi gigi yang kering akan menyebabkan hilangnya metabolisme fisiologis normal dan morfologi sel-sel ligamentum periodontal. Oleh karena itu waktu yang diperlukan untuk mengembalikan gigi pada soketnya adalah kurang dari 30 menit setelah terjadi trauma. Apabila dalam jangka waktu tersebut gigi tidak dapat dikembalikan pada soketnya, maka gigi harus cepat disimpan dalam media yang sesuai sampai pasien bisa ke klinik gigi untuk replantasi. Replantasi gigi permanen dengan apeks terbuka dilakukan agar revaskularisasi dapat terjadi sedangkan pada gigi dengan apeks tertutup revaskularisasi tidak berhasil dan upaya replantasi gigi apeks tertutup adalah untuk mencegah toksin bakteri dari saluran akar. Replantasi

pada gigi sulung tidak dianjurkan karena dapat mencederai benih gigi permanen.29

Gambar 3. Replantasi gigi


(27)

2.6.2 Media Penyimpanan Gigi Avulsi

Media penyimpanan merupakan media dimana gigi avulsi disimpan apabila replantasi tidak dapat segera dilakukan. Fungsi media penyimpanan adalah untuk memelihara jaringan ligamen periodontal selama perjalanan ke dokter gigi. Vitalitas jaringan ligamen periodontal sangat penting dipertahankan untuk mencapai kesuksesan dari replantasi dalam jangka waktu yang lama. Gigi avulsi yang kering dapat menyebabkan kondisi jaringan ligamen periodontal kering dan mati. Media penyimpanan yang tersedia harus dapat mempertahankan atau meningkatkan vitalitas

sel-sel selama gigi avulsi berada di luar soket alveolar.31,32,33

a. Hank’s Balance Salt Solution (HBSS)

Hank’s Balance Salt Solution (HBSS) merupakan suatu larutan salin standart

yang biasanya digunakan secara luas oleh penelitian-penelitan biomedis untuk mendukung pertumbuhan berbagai jenis sel. The American Association of

Endodontics merekomendasikan HBSS sebagai pilihan media penyimpanan terbaik

untuk gigi avulsi. HBSS dikenal sebagai larutan yang nontoksik dan pH yang seimbang serta mengandung sejumlah nutrisi penting. HBSS bersifat biokompatibel dengan sel-sel ligamen periodontal karena mempunyai osmolalitas yang sesuai untuk membangun kembali metabolism sel yang telah kehilangan nutrisi dari darah akibat

terputusnya dengan jaringan pembuluh darah.34 Kandungan nutrisi penting, seperti

kalsium, fosfat, kalium dan glukosa yang diperlukan untuk mempertahankan

metabolism sel yang normal untuk waktu yang lama.35

Penelitian telah membuktikan bahwa media penyimpanan yang terbaik adalah media kultur HBSS karena dapat menjaga sel-sel ligamen periodontal tetap hidup selama 24 jam dibandingkan dengan saliva dan susu. Penelitian Matsson et.al cited in Gopikrishna et.al membuktikan bahwa gigi yang telah mengering dan direndam pada HBSS 30 menit sebelum perawatan replantasi menunjukkan hasil resorpsi yang tidak signifikan. Ashkenazi et.al cited in Gopikrishna et.al melakukan suatu studi dan memaparkan bahwa HBSS adalah suatu media penyimpanan yang paling efektif dengan memelihara viabilitas, daya mitogenitas dan kapasitas klonogenik sel-sel


(28)

ligamen periodontal setelah disimpan hingga 24 jam pada suhu 22oC. HBSS biasanya tersedia dengan nama dagang yang disebut “Save-a-tooth”. Namun, HBSS sulit ditemukan secara umum dan tidak semua apotik, farmasi dan toko-toko obat

menyediakan HBSS.31,32

Gambar 4. Media penyimpanan

“Save-a-Tooth” 39

b. Air Kelapa

Air kelapa (Cocos nucofera L.), pada umumnya dikenal sebagai “Tree of Life” merupakan minuman alami yang dihasilkan secara biologis dan dikemas kedap udara di dalam buah kelapa. Komposisi elektrolit dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler yang lebih erat dari plasma ekstraseluler. Zat-zat utama yang terkandung dalam air kelapa terdiri dari kalium, kalsium, magnesium. Sedangkan natrium, klorida, dan fosfat, ditemukan dalam jumlah konsentrasi yang rendah. Air kelapa merupakan cairan hipotonik dibandingkan plasma. Air kelapa memilki osmolaritas tinggi karena adanya kandungan gula didalamnya, terutama glukosa dan fruktosa, juga kaya akan asam amino esensial antara lain lisin, sistin, fenilalanin, histidin, dan tryptophan. Air kelapa mudah diterima oleh tubuh manusia dan merupakan sarana yang aman untuk rehidrasi defisiensi kalium. Air kelapa juga unggul dalam melakukan pemeliharaan untuk kelangsungan hidup sel-sel ligamen periodontal


(29)

karena adanya berbagai nutrisi di dalamnya seprti protein, asam amino, vitamin, dan

mineral.31,32

Air kelapa merupakan larutan yang sebanding dengan HBSS dikarenakan air kelapa bersifat steril dan nonhemolitik. Air kelapa memungkinkan sel-sel ligamen periodontal pada permukaan akar gigi avulsi untuk membentuk satu lapisan sendiri dan daya mitogenitas memungkinkan pemeliharaan viabilitas sel-sel ligamen periodontal sampai 2 jam. Air kelapa lebih mudah ditemukan di tempat umum, dan

media penyimpanan yang tepat untuk menyimpan gigi avulsi sampai 2 jam.31,32

c. Susu

Susu merupakan suatu media penyimpanan yang biokompatibel untuk gigi

avulsi pada periode jangka pendek.34 Cairan susu dipilih sebagai media penyimpanan

karena susu memiliki kandungan non bacterial dan osmolalitas yang paling mirip dengan darah manusia sehingga dapat membantu mempertahankan vitalitas dari sel- sel ligamen periodontal. Gigi avulsi dapat bertahan selama 15-20 menit dimasukkan ke dalam susu. Susu tidak memiliki kemampuan dalam mempertahankan metabolism sel-sel ligamen periodontal dan tidak mempertahankan viabilitas sel-sel ligamen

periodontal dalam waktu yang lama.33 Susu lebih bersifat mencegah kematian dari

sel-sel ligamen periodontal daripada untuk memelihara bentuk morfologi, diferensiasi dan mitogenitas dari sel-sel ligamen periodontal itu sendiri. Keuntungan dari susu adalah murah dan mudah didapat sehingga gigi dapat segera ditempatkan di media susu. Kondisi susu yang masih segar dapat mengurangi pembengkakan sel,

meningkatkan viabilitas sel dan penyembuhan sel.32

d. Salin fisiologis

Saline fisiologis merupakan larutan isotonis yang steril dengan kandungan 0,9% NaCl yang dapat digunakan sebagai media penyimpanan gigi avulsi. Penelitian menunjukkan saline fisiologis lebih baik digunakan sebagai media penyimpanan daripada air atau saliva, apabila gigi harus disimpan untuk waktu lebih dari 30 menit sebelum replantasi. Penyimpanan pada saline fisiologis tidak menyebabkan


(30)

pembengkakan struktur sel. Namun kebutuhan metabolis dan glukosa untuk mempertahankan metabolism sel yang normal tidak dapat terpenuhi oleh saline. Penggunaan larutan saline sebagai media penyimpanan gigi avulsi tidak direkomendasikan apabila gigi harus disimpan selama lebih dari satu atau dua jam. Hal ini disebabkan karena kebutuhan sel untuk mempertahankan metabolisme tidak

terpenuhi.34,35

e. Saliva (Vestibulum bukal)

Saliva dapat digunakan sebagai media penyimpanan yang dianggap potensial karena mempunyai suhu yang sama dengan suhu kamar. Beberapa penelitian mendukung saliva sebagai media penyimpanan pada waktu 30 menit pertama dari waktu terjadi trauma. Saliva dapat menjaga kelembaban gigi avulsi. Namun, saliva merupakan larutan hipotonis dan keadaan osmolalitas serta pH yang non fisiologis mengakibatkan sel-sel ligamen periodontal pecah. Saliva mengandung enzim, bakteri, dan produknya yang dapat menyebabkan infeksi dan kematian sel-sel ligamen periodontal. Penelitian menyatakan kemampuan sel-sel ligamen periodontal untuk berikatan, mengadakan proliferasi dan kolonisasi kembali dengan permukaan akar selama 30 menit berada di dalam saliva. Penelitian lain menyatakan bahwa saliva tidak efisien dalam memelihara viabilitas sel, akan tetapi dapat dipakai segera setelah trauma gigi avulsi terjadi dibandingkan dengan membiarkan gigi dalam kondisi yang kering dalam waktu yang lama karena akan mempengaruhi buruknya prognosis

perawatan.34,35

Menyimpan gigi avulsi dalam mulut (saliva) adalah baik bagi kelangsungan hidup sel- sel ligamen periodontal. Gigi dapat ditahan pada vestibulum bukal atau dibawah lidah. Namun, tindakan ini mempunyai risiko tertelannya gigi, terhirup, atau

anak mengunyah giginya.25 Untuk menghindari hal tersebut, saliva anak dikumpulkan


(31)

f. Air

Air merupakan suatu media penyimpanan yang bersifat hipotonis, non fisiologis, mengandung bakteri, pH rendah dan kadar osmolalitasnya mirip dengan saliva. Air hampir sama sekali tidak menjaga vitalitas gigi dikarenakan larutan bersifat hipotonis mengakibatkan sel-sel ligamen periodontal mengalami lisis dengan cepat. Air hanya dapat menjaga kelembapan gigi avulsi selama diluar soket alveolar sampai 15 menit jika tidak ada pilihan lain karena setelah itu gigi akan mengalami kehilangan metabolism sel. Air dibutuhkan untuk mencegah dehidrasi gigi avulsi,

tetapi tidak adekuat untuk menjadi media penyimpanan gigi avulsi.33,35

2.7 Prognosis Avulsi

Perawatan avulsi sangat diperlukan kerjasama antara dokter gigi dan orangtua anak. Apabila penanganan darurat avulsi telah minimal dilakukan maka, prognosis perawatan repantasi gigi avulsi dapat lebih baik serta dapat digunakan sebagai bahan edukasi. Penanganan darurat yang tepat diharapkan dapat mempengaruhi prognosis yang baik terutama avulsi gigi permanen anak usia muda. Idealnya, gigi avulsi segera dilakukan replantasi pada soket alveolar untuk menghindari kerusakan dari jaringan ligamen periodontal. Prognosis keberhasilan gigi avulsi yang direplantasi bergantung pada golden period atau antara waktu terjadi gigi avulsi sampai dilakukan replantasi, tahap perkembangan akar gigi dan kontaminasi dari lingkungan pada gigi yang

avulsi.37

Jika gigi terlepas dari soketnya maka prognosis untuk perawatan replantasi tergantung dari lamanya avulsi atau lamanya gigi diluar soket alveolar. Semakin lama gigi diluar mulut, maka ligamen periodontal akan mengalami kematian dan prognosisnya kurang baik. Tahapan pertumbuhan akar dilihat dari tertutupnya apikal dari akar gigi, semakin akar tertutup maka prognosis semakin jelek. Langsung melakukan replantasi tanpa membersihkan gigi yang kotor karena terkonaminasi tanah serta kebersihan rongga mulut yang cenderung buruk maka menyebabkan


(32)

Berikut adalah kelompok kondisi ligamen periodontal yang perlu diperhatikan

sebelum memulai perawatan: 21,37

1. Jaringan ligamen periodontal masih sehat (gigi avulsi yang telah segera dilakukan replantasi atau berlangsung saat kejadian avulsi).

2. Jaringan ligamen periodontal masih sehat namun perlu dipertimbangkan. Gigi avulsi telah disimpan pada media penyimpanan contoh pada vestibulum rongga mulut, HBSS, larutan salin, susu, atau saliva, serta total waktu gigi avulsi yang berada diluar soket alveolar selama kurang dari 60 menit.

3. Jaringan ligamen periodontal tidak layak untuk dilakukan replantasi, dimana total waktu gigi avulsi berada diluar soket alveolar selama lebih dari 60 menit.

Sebaiknya gigi yang avulsi diinstruksikan segera dibersihkan/dicuci dengan air yang mengalir tanpa disikat, dan dikembalikan pada soketnya seperti semula dan segera ke dokter gigi. Jika tidak memungkinkan gigi dicuci dengan air yang mengalir dan diletakkan pada vestibulum penderita karena gigi dapat terendam di dalam saliva dan pada temperatur tubuh. Prognosis optimal gigi gigi avulsi selama 30 menit. Fiksasi/splinting perlu dilakukan jika gigi telah dikembalikan pada soketnya

sedangkan perawatan endodontik ditunda untuk tahap berikutnya.27,28

2.8 Pencegahan Avulsi

Pencegahan avulsi dapat dilakukan dengan cara edukasi kepada orangtua dan pengasuh merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan dokter gigi dalam mencegah terjadinya trauma gigi pada anak. Tindakan preventif yang dapat dilakukan

pada trauma gigi anak, yaitu 11,39 :

a. Pemakaian mouth guards. Studi telah menunjukkan bahwa mouth guards merupakan tindakan preventif primer dalam mencegah terjadinya injuri dento-

alveolar.

b. Penggunaan helm. Injuri oral dan maksilofasial sering terjadi pada kecelakaan bersepeda pada anak usia dibawah 15 tahun. Tetapi, helmet yang saat ini tersedia tidak memberikan perlindungan pada bagian bawah wajah termasuk injuri


(33)

dental. Pemakaian helmet harus dikombinasikan dengan mouth guards yang akan

memberikan perlindungan terhadap injuri dental dan injuri kepala.25,40

c. Penggunaan safety belt. Berdasarkan studi di Amerika Serikat, penggunaan


(34)

2.9 Kerangka Teori

Trauma Gigi

Pencegahan

Klasifikasi

Avulsi

Etiologi Prevalensi Predisposisi

Pengetahuan dan sikap orang terdekat

Penanganan darurat terjadi avulsi

Waktu Media Tempat Guru

Orang tua/ penjaga anak

Perawatan lanjutan

Dokter gigi/ Medis


(35)

2.10 Kerangka Konsep

Orangtua :

- Pendidikan

- Sosioekonomi

Pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi

Orangtua :

- Pendidikan

- Sosioekonomi Sikap tentang penanganan darurat

trauma avulsi


(36)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada beberapa sekolah di masing-masing kecamatan yaitu kecamatan Medan Marelan dan kecamatan Medan Polonia.

Proposal penelitian dilakukan diawal Oktober 2014. Waktu penelitian dilakukan mulai minggu kedua Maret 2015 sampai minggu ketiga Maret 2015. Pengolahan dan analisis data satu minggu, yaitu minggu keempat Maret 2015. Penyusunan dan pembuatan laporan penelitian, yaitu pada minggu pertama April 2015 hingga minggu kedua Mei 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh orangtua di Kota Medan. b. Sampel

Sampel di penelitian ini adalah orangtua di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia yang memenuhi kriteria inklusi dan dipilih secara random. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode proporstionate stratified

random sampling, yang terlebih dahulu memilih secara random satu kecamatan

lingkar luar dan satu kecamatan lingkar dalam dari 21 kecamatan sekotamadya Medan. Selanjutnya dilakukan random lagi untuk mendapatkan beberapa sekolah dari masing-masing kecamatan lingkar luar dan lingkar dalam. Pengambilan sampel


(37)

dari beberapa sekolah tersebut dilakukan dengan cara simple random sampling hingga didapat jumlah sampel yang dibutuhkan.

c. Besar sampel

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisis hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yaitu uji hipotesis untuk proporsi tunggal pada satu sampel.

n = {Z1-α/2�P��(1 − P�+ Z1-β�P��(1 − P��)}2

(Pa-Po)2

n = {1,96�0,582(1 − 0,582) + 1,282�0,482(1 − 0,482)}2

(0,482-0,582)2

n = 258,2

Dimana :

n : jumlah atau besar sampel minimal

Z1-α/2 : nilai baku distribusi normal pada α tertentu (α = 5%)

Z1-β : nilai baku distribusi normal pada β atau kekuatan uji (β = 10%)

Po : perkiraan proporsi di populasi pada penelitian sebelumnya = 58,2%

(Khrisnan R et.al, 2014)

Pa : proporsi yang diharapkan atau perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan

proporsi di populasi = 48,2%

Berdasarkan rumus tersebut, jumlah sampel minimum adalah 258,2 atau 259 orang, maka jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini setelah ditambahkan 10% adalah 284 orang untuk mengantisipasi adanya sampel yang drop-

out. Jumlah subjek penelitian kemudian didistribusikan merata pada masing-masing

sekolah yang dipilih di kecamatan Medan Marelan yaitu 142 orang dan Medan Polonia yaitu 142 orang.


(38)

Kriteria inklusi dan eksklusi sampel : Kriteria inklusi

a. Orangtua yang berdomisili di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia.

b. Orangtua yang memiliki anak dengan gigi permanen berusia 7-9 tahun. c. Orangtua yang bersedia menjadi subjek penelitian.

d. Orangtua yang sehat baik jasmani dan rohani. Kritertia eksklusi

a. Orangtua yang tidak mengembalikan kuisioner.

b. Orangtua yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap.

3.4 Variabel penelitian

Variabel Bebas dalam penelitian: a. Jenis Kelamin

b. Usia c. Pendidikan d. Sosioekonomi Variabel Terikat : a. Pengetahuan b. Sikap


(39)

3.5 Defenisi Operasional

Tabel 1. Defenisi operasional variabel penelitian

Variabel Defenisi

Operasional

Hasil Ukur Skala

Ukur Variabel

Terikat

Pengetahuan Pemahaman

orangtua yaitu Bapak/ Ibu tentang penanganan

darurat kasus trauma avulsi gigi permanen

Kategori pengetahuan dengan kriteria Arikunto (2006) 1. Baik : bila mampu

menjawab dengan benar

76% -100%

2. Cukup : bila mampu menjawab dengan benar

56% -75% 3. Kurang : bila

mampu menjawab dengan benar

40% -55%

Ordinal

Sikap Respon dari

orangtua yaitu Bapak/ Ibu tentang suatu tindakan penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen

Kategori sikap oleh Setiawan, 2010. 1. Sangat Baik :

(76% -100%) 2. Baik :

(51% -75%) 3. Tidak baik : (26% -50%) 4. Sangat tidak baik :

(0 - 25 %)


(40)

Variabel Bebas

Jenis Kelamin Jenis kelamin responden yaitu laki-laki dan perempuan

1.Laki-laki 2. Perempuan

Ordinal

Usia Usia responden

yaitu Bapak/ Ibu yang mengikuti penelitian yg diambil

berdasarkan ulang tahun terakhir responden

Penggolongan usia 1. 25-34 tahun 2. 35-44 tahun 3. 45-54 tahun 4. 55-64 tahun

Ordinal

Pendidikan Pendidikan formal

tertinggi terakhir yang ditamatkan orangtua/

responden

( Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)

1. Pendidikan

rendah (SD dan SMP)

2. Pendidikan

sedang (SMA)

3. Pendidikan tinggi

(tamat diploma, tamat sarjana/ perguruan tinggi)


(41)

Sosioekonomi Menurut Susenas BPS 2010, Karakeristik atau ciri individu yang menunjukkan kondisi penduduk yang diukur dari

a. Pekerjaan: Jenis kegiatan yang ditekuni responden dan merupakan sumber penghasilan bagi responden yaitu:

- PNS

- Pegawai

Swasta

- Petani

- Buruh

- Wiraswasta/

Pedagang

- Tidak bekerja

(Menurut BPS 2014 Kota Medan)

b. Penghasilan:

Skor Pekerjaan: 1. Bekerja= 2 2. Tidak

Bekerja= 1

Skor penghasilan: 1. Perekonomian

tidak rendah= 2

2. Perekonomian rendah = 1

Kategori sosioekonomi (pekerjaan +

penghasilan keluarga) :

1. Baik = 4 2. Sedang = 3 3. Kurang = 2


(42)

Perbandingan total

pendapatan orangtua perbulan dalam satuan rupiah dibagi jumlah anggota keluarga dengan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan yaitu:

- Perekonomian

rendah

< Rp 1.500.000 (perkapita)

- Perekonomian

tidak rendah ≥ Rp 1.500.000 (perkapita)

(BPS September 2014)


(43)

Tabel 2. Definisi operasional kuisioner pengetahuan orangtua

Variabel Definisi

Operasional

Hasil Ukur (Nilai Bobot) Skala Ukur

Informasi mengenai cedera gigi dan mulut pada anak

Pengalaman mendapatkan informasi mengenai cedera gigi dan mulut pada anak

1. Ya, lanjut ke nomor 2 2. Tidak, lanjut ke

nomor 3

Nominal

Sumber informasi mengenai cedera gigi dan mulut pada anak

Sumber informasi yand didapat orangtua mengenai cedera gigi dan mulut pada anak

1. Internet 2. Media cetak

(majalah, koran) 3. Perawat/ Bidan 4. Dokter umum 5. Dokter gigi

Nominal

Penanganan darurat yang dilakukan pertama sekali saat terjadi cedera gigi dan mulut pada anak

Pemahaman orangtua tentang penanganan darurat yang dilakukan pertama sekali saat terjadi cedera gigi dan mulut pada anak

1. Menolong anak, bersihkan luka di bibir, suruh anak kumur-kumur dan berikan obat anti sakit (0)

2. Menenangkan anak, hentikan perdarahan dengan menggigit kain selama beberapa jam hingga

perdarahan berhenti dan anak disuruh beristirahat (0) 3. Menenangkan anak,


(44)

hentikan perdarahan dengan menggigit kain sambil membawa ke pelayanan medis (1)

4. Menenangkan anak, bersihkan luka, dan kumur-kumur dengan obat anti sakit (0) 5. Tidak tahu (0)

Jenis gigi anak yang terlepas

Pemahaman orangtua tentang jenis gigi anak yang terlepas

1. Gigi tetap/ permanen (1)

2. Gigi susu (0) 3. Tidak tahu (0)

Ordinal

Penanganan darurat yang dilakukan pada gigi depan kanan atas anak yang terlepas setelah terjadi cedera gigi dan mulut

Pemahaman orangtua tentang penanganan darurat yang dilakukan pada gigi depan kanan atas anak yang terlepas setelah terjadi cedera gigi dan mulut

1. Gigi tidak dicari dan langsung pergi mencari perawatan medis (0)

2. Gigi dicari dan langung

mengembalikan gigi tersebut ke posisi gigi semula (0)

3. Gigi dicari dan gigi diletakkan ke dalam tissue serta mencari perawatan medis (0)


(45)

4. Gigi dicari,pegang pada mahkota gigi (bagian yang paling putih) kemudian dibersihkan dan diletakkan ke dalam pipi anak (1)

5. Tidak tahu (0) Waktu yang tepat

untuk membawa anak melakukan perawatan gigi depan kanan atas yang terlepas

Pemahaman orangtua tentang masa atau waktu yang tepat untuk membawa anak melakukan perawatan gigi depan kanan atas yang terlepas setelah terjadi cedera gigi dan mulut

1. Kurang dari 60 menit setelah cedera (1) 2. 1-2 jam setelah cedera

(0)

3. Pada hari berikutnya setelah anak lebih tenang (0)

4. Bila ada keluhan lanjutan (0) 5. Tidak tahu (0)

Ordinal

Pengetahuan orang tua tentang

penanganan darurat pada gigi depan kanan atas anak yang terjatuh di tempat yang kotor

Pemahaman orangtua tentang penanganan darurat yang dilakukan pada gigi depan kanan atas anak yang terjatuh di tempat yang kotor sebelum

1. Membersihkan gigi dengan air mengalir selama 10 detik (1) 2. Membersihkan gigi dengan sikat sampai bersih (0)

3. Membersihkan gigi dengan menggunakan tangan atau tissue (0)


(46)

dikembalikan ke posisi gigi semula

4. Membersihkan gigi dengan menggunakan sabun atau alkohol (0) 5. Tidak tahu (0)

Cara membawa gigi anak yang terlepas ke dokter gigi

Pemahaman orangtua tentang cara membawa/ meletakkan gigi anak yang terlepas untuk dibawa ke dokter gigi agar vitalitas gigi masih terjaga

1. Membalut gigi dengan tissue (0) 2. Memasukkan ke

dalam kantong berisi es (0)

3. Membungkus gigi kedalam plastik kering (0)

4. Memasukkan gigi ke dalam kantong berisi susu (1)

5. Tidak tahu (0)

Ordinal

Media cairan sebagai media penyimpanan gigi anak yang terlepas Pemahaman orangtua tentang media cairan sebagai media penyimpanan untuk gigi anak yang terlepas agar vitalitas gigi masih terjaga

1. Susu (1) 2. Air bersih (0) 3. Alkohol (0) 4. Air garam (0) 5. Tidak tahu (0)

Ordinal

Lamanya gigi anak dapat bertahan di

Pemahaman orangtua tentang

1. 30 menit (1) 2. 60 menit (0)


(47)

luar gusi lamanya gigi dapat tetap sehat agar dapat dikembalikan ke posisi semula

3. >1 jam (0) 4. Tidak tergantung

waktu (0) 5. Tidak tahu (0) Perawatan lanjutan anak Pemahaman orangtua untuk membawa anak mendapatkan perawatan lanjutan setelah penanganan darurat dilakukan

1. Klinik dokter gigi (1) 2. Klinik dokter umum

(0) 3. Bidan (0)

4. Rumah Sakit (0) 5. Tidak tahu (0)

Ordinal

Tabel 3. Definisi operasional kuisioner sikap orangtua

Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur (Nilai

Bobot)

Skala Ukur

Informasi tentang penanganan darurat pada cedera gigi dan mulut anak

Respon orangtua untuk mengetahui informasi tentang penanganan darurat pada cedera gigi dan mulut anak

1. Sangat setuju (4) 2. Setuju (3)

3. Ragu-ragu (2) 4. Tidak Setuju (1) 5. Sangat tidak setuju

(0)

Ordinal

Perlunya mencari gigi anak yang hilang

Respon orangtua tentang perlunya mencari gigi anak yang hilang segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi

1. Sangat setuju (4) 2. Setuju (3) 3. Ragu-ragu (2) 4. Tidak Setuju (1) 5. Sangat tidak setuju

(0)


(48)

Perlunya dilakukan

pengembalian gigi anak yang terlepas

Renspon orangtua tentang perlunya dilakukan

pengembalian gigi anak yang terlepas segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi

1. Sangat setuju (4) 2. Setuju (3) 3. Ragu-ragu (2) 4. Tidak Setuju (1) 5. Sangat tidak setuju

(0)

Ordinal

Cara

membersihkan gigi anak yang kotor akibat terjatuh ditanah dengan cara gigi yang terlepas disikat sampai bersih Respon orangtua tentang cara membersihkan gigi anak yang kotor akibat terjatuh ditanah dengan cara gigi yang terlepas disikat sampai bersih

1. Sangat setuju (0) 2. Setuju (1) 3. Ragu-ragu (2) 4. Tidak Setuju (3) 5. Sangat tidak setuju

(4)

Ordinal

Membawa anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi

Respon orangtua tentang membawa anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi

1. Sangat setuju (4) 2. Setuju (3) 3. Ragu-ragu (2) 4. Tidak Setuju (1) 5. Sangat tidak setuju

(0)

Ordinal

Cara membawa gigi anak yang terlepas ke dokter gigi dengan

Respon orangtua tentang cara

membawa gigi anak yang terlepas ke

1. Sangat setuju (0) 2. Setuju (1) 3. Ragu-ragu (2) 4. Tidak Setuju (3)


(49)

dibalut menggunakan tissue

dokter gigi dengan dibalut dengan menggunakan tissue

5. Sangat tidak setuju(4)

Menyimpan gigi yang terlepas kedalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi

Respon orangtua tentang menyimpan gigi yang terlepas tersebut kedalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi

1. Sangat setuju (4) 2. Setuju (3) 3. Ragu-ragu (2) 4. Tidak Setuju (1) 5. Sangat tidak setuju

(0) Ordinal Kemauan orang tua menerima penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut

Respon orangtua tentang penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut

1.Sangat setuju (4) 2.Setuju (3) 3.Ragu-ragu (2) 4.Tidak Setuju (1) 5.Sangat tidak setuju

(0)

Ordinal

Penilaian pengetahuan dan sikap, yaitu :

1. Penilaian pengetahuan. Setiap soal kemudian dihitung rerata jawaban pengetahuan yang benar dibagi dengan jumlah benar seluruh soal. Jawaban untuk kuesioner pengetahuan yang benar diberikan bobot (1) dan jawaban yang salah diberikan bobot (0)

Kriteria penilaian pengetahuan orangtua menurut kriteria Arikunto, 2006 : a. Baik : bila mampu menjawab dengan benar 76% -100% (skor 7-9) b. Cukup : bila mampu menjawab dengan benar 56% -75% (skor 5-6) c. Kurang : bila mampu menjawab dengan benar 40% -55% (skor 0-4)

2. Penilaian sikap. Setiap soal kemudian dihitung rerata jawaban sikap dibagi dengan jumlah soal. Jawaban untuk kuesioner sikap dinilai berdasarkan skala Likert.


(50)

Contoh pernyataan terdiri dari : pernyataan benar atau positif (+) maka respon memiliki bobot jawaban dengan respon sangat setuju (4), setuju (3), ragu (2), tidak setuju (1) dan sangat tidak setuju (0) sedangkan pernyataan salah atau negative (-) maka respon memiliki bobot jawaban respon sangat setuju (0), setuju (1), ragu (2), tidak setuju (3) dan sangat tidak setuju (4)

Kriteria penilaian sikap orangtua menurut kategori Setiawan, 2010: a. Sangat Baik : (76% -100%) (skor 6-8)

b. Baik : (51% -75%) (skor 5)

c. Tidak baik : (26% -50%) (skor 3-4) d. Sangat tidak baik : (0 - 25 %) (skor 1-2)

3.6 Prosedur Penelitian (Angket)

Setelah mendapat surat persetujuan Komisi Etik dari Fakultas Kedokteran USU, Pengumpulan data dilakukan secara survei lapangan dengan mengunjungi sekolah yang dipilih di setiap kecamatan yaitu Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah secara angket dengan dilakukan penyebaran kuesioner kepada orangtua melalui murid sekolah dasar kemudian pengisian dilakukan oleh responden. Kuisoner penelitian telah dilakukan validasi sebanyak sekali sebelum disebarkan kepada responden. Setelah kuesioner diisi, selanjutanya dilakukan evaluasi pengisian kuesioner oleh peneliti. Prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Peneliti menentukan sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian. Lokasi tersebut dipilih secara random dan sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia.

2. Peneliti mempersiapkan kelengkapan administrasi surat izin dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kota Medan untuk kemudian dibawa ke sekolah yang ditentukan dalam meminta izin dan jadwal untuk dapat dilakukan penelitian kepada pihak sekolah.


(51)

3. Setelah mendapatkan surat izin dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan, peneliti mendatangi setiap lokasi penelitian untuk meminta persetujuan penelitian serta menentukan jadwal untuk dilakukan penelitian.

4. Peneliti memberikan informed consent beserta kuisioner kepada calon subjek yaitu orangtua murid melalui murid-murid sekolah di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia.

5. Pihak sekolah diminta untuk mengembalikan kuisioner sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh peneliti.

6. Kuesioner yang telah selesai dikumpul, selanjutnya diolah dan dianalisa oleh peneliti.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:

a. Editing (Penyuntingan data): untuk mengetahui dan memeriksa apakah data yang terkumpul sudah diteliti semua atau belum.

b. Coding (Membuat lembaran kode): mengklasifikasikan jawaban dengan memberi kode pada masing-masing jawaban.

c. Data entry (Memasukkan data): mengisi kolom-kolom lembar kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

d. Saving : Proses penyimpanan data sebelum data diolah atau dianalisis. e. Tabulasi: proses menyusun data dalam bentuk tabel, selanjutnya diolah dengan bantuan komputer.

f. Cleaning: kegiatan pengetikan kembali data yang sudah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam program Microsoft excel dalam bentuk tabel agar perhitungan lebih mudah dilakukan. Penghitungan dan analisa data dilakukan secara komputerisasi, yaitu melakukan penghitungan dengan hasil berupa persentase.


(52)

3.7.2 Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan melakukan uji hipotesa yang dilakukan dengan mengumpulkan data univariat dan bivariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Data yang diolah secara deskriptif adalah data univariat, dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian dan dihitung dalam bentuk persentase. Data bivariat adalah analisis korelasi antara dua variabel yang berupa hasil pengukuran. Analisis bivariat adalah untuk menganalisis korelasi antara variable dependen dan independen. Data yang terkumpul dianalisa

dengan menggunakan uji statistik Chi-square (X2). Perhitungan statistik apabila nilai

P < 0,05 maka H0 ditolak yaitu terdapat hubungan signifikan antara variabel. Bila

nilai P > 0,05 maka H0 diterima yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

kedua variabel.

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut : 1. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

Kelayakan etik adalah keterangan tertulis yang menyatakan bahwa penelitian layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu. Peneliti mengajukan surat permohonan atas kelayakan etik disertai dengan proposal penelitian kepada ketua tim kelayakan etik di Fakultas Kedokteran USU.

2. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Peneliti meminta secara suka rela kepada responden penelitian untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bagi responden yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.


(53)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Univariat 4.1.1 Demografi Responden

Responden berasal dari Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia dengan jumlah responden sebanyak 284 orangtua. Gambaran demografi responden orangtua meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, pengetahuan dan sikap tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak, seperti diuraikan berikut ini

Tabel 4 menunjukkan distribusi jenis kelamin dan usia responden orangtua. Diketahui bahwa responden perempuan lebih banyak yaitu sebanyak 169 orang (59,5%) sedangkan responden jenis kelamin laki-laki sebanyak 115 orang (40,5%). Selanjutnya diperoleh kelompok yang berusia 25-34 tahun sebanyak 27 orang (25,4%), 35-44 tahun sebanyak 166 orang (58,4%), diikuti 45-54 tahun sebanyak 41 orang (14,4%), dan kelompok yang berusia 55-64 tahun sebanyak 5 orang (1,8%).

Tabel 4. Distribusi responden menurut jenis kelamin dan usia

No Karakteristik n %

1 Jenis Kelamin:

Laki-laki Perempuan

115 169

40,5 59,5

2 Usia:

Total 284 100

25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun

72 166

41 5

25,4 58,4 14,4 1,8

Total 284 100


(54)

Tabel 5 menunjukkan distribusi tingkat pendidikan responden. Berdasarkan tingkat pendidikan formal tertinggi terakhir yang ditamatkan responden maka diperoleh kelompok yang paling banyak adalah yang berpendidikan sedang 151 (53,1%), kelompok pendidikan paling sedikit adalah kelompok pendidikan rendah sebanyak 34 (12%), dan kelompok yang berpendidikan tinggi sebanyak 99 orang (34,9%).

Tabel 5. Distribusi responden orangtua menurut pendidikan

Tingkat Pendidikan n %

Tinggi

• Perguruan tinggi Sedang

• SMA Rendah

• SD, SMP

99 34,9

151 53,1

34 12

Total 284 100

Kuisioner penelitian bagian pengetahuan terdiri dari 11 pertanyaan yaitu 2 bagian yaitu pembuka dan inti. Hasil penelitian menemukan responden yang tidak pernah memperoleh informasi lebih banyak yaitu sebesar 152 orang (53,5%) daripada yang pernah memperoleh informasi mengenai cedera gigi adalah sebanyak 132 orang (46,5%). Distribusi responden tentang sumber informasi mengenai cedera gigi. Informasi mengenai cedera gigi yang paling banyak diperoleh melalui dokter gigi yaitu sebanyak 60 orang (45,5%) dan yang paling sedikit didapatkan informasi yang berasal dari perawat/ bidan yaitu 2 orang (1,5%), informasi tentang cedera gigi yang didapat dari internet adalah 25 orang (18,9%), media cetak (majalah, koran) adalah 40 orang (30,3%), dan dilanjutkan dokter umum adalah sebanyak 5 orang (3,8%).

Tabel 6 menunjukkan distribusi responden menurut pengetahuan tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen. Pengetahuan responden dalam tindakan yang harus dilakukan pertama sekali saat terjadi cedera pada gigi dan


(55)

mulut anak yang menjawab salah lebih banyak yaitu 169 orang (59,5%), dengan jawaban benar sebanyak 112 orang (39,4%), dan yang menjawab tidak tahu 3 orang (1,1%). Responden yang menjawab benar tentang pertanyaan jenis gigi yang terlepas pada kasus trauma avulsi lebih banyak yaitu 174 orang (61,3%) sedangkan yang menjawab salah adalah 84 orang (25,9%), dan tidak tahu 26 orang (9,2%). Jawaban yang salah paling banyak ditemukan pada pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan terhadap gigi anak yang terlepas yaitu sebanyak 244 orang (85,9%), yang menjawab benar 15 orang (5,3%), dan tidak tahu 25 (8,8%).

Responden yang menjawab benar paling banyak ditemukan pada pertanyaan waktu yang paling tepat untuk anak menerima perawatan medis yaitu 178 orang (62,6%) sedangkan yang menjawab salah 82 orang (28,9%), dan tidak tahu 24 orang (8,5%). Responden yang menjawab salah paling banyak ditemukan pada pertanyaan yang akan dilakukan oleh orangtua pada gigi yang jatuh ditempat yang kotor sebelum gigi tersebut akan dikembalikan ke posisi semula yaitu 144 orang (50,7%), sedangkan yang menjawab benar 97 orang (34,2%), tidak tahu 43 orang (15,1%).

Responden yang menjawab salah paling banyak ditemukan pada pertanyaan apabila gigi tidak langsung dikembalikan ke posisi semula, cara yang baik menurut orangtua untuk membawa gigi terlepas ke dokter gigi yaitu 197 orang (69,4%), sedangkan yang menjawab benar 32 orang (11,3%), dan yang tidak tahu 55 orang (19,3%). Responden yang menjawab salah paling banyak ditemukan pada pertanyaan media penyimpanan yang paling tepat yang akan digunakan untuk membawa gigi ke dokter gigi yaitu 201 orang (70,8%), jawaban benar paling sedikit yaitu 40 orang (14,1%), dan yang tidak tahu 43 orang (15,1%). Responden yang menjawab salah paling banyak ditemukan pada pertanyaan lamanya gigi dapat tetap sehat agar dapat dikembalikan ke posisi semula yaitu 121 orang (42,6%), dilanjutkan benar 66 orang (23,2%), dan tidak tahu 97 orang (34,2%). Responden yang menjawab benar paling banyak pada pertanyaan dimana orangtua akan membawa anak untuk mendapatkan perawatan lanjutan yaitu 266 orang (93,7%), dilanjutkan jawaban salah 14 orang (4,9%), dan tidak tahu 4 orang (1,4%).


(56)

Tabel 6. Distribusi responden menurut pengetahuan tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak

Pengetahuan

Tindakan yang seharusnya

dilakukan pertama sekali

Benar Salah Tidak tahu Total

n % n % N % n %

112 39,4 169 59,5 3 1,1 284 100

Jenis gigi yang terlepas 174 61,3 84 29,5 26 9,2 284 100

Yang harus dilakukan pada gigi yang lepas

15 5,3 244 85,9 25 8,8 284 100

Waktu yang paling tepat untuk anak menerima perawatan medis

178 62,6 82 28,9 24 8,5 284 100

Yang akan dilakukan oleh

orangtua pada gigi yang jatuh di tempat yang kotor sebelum gigi tersebut akan dikembalikan ke posisi semula

97 34,2 144 50,7 43 15,1 284 100

Apabila gigi tidak langsung dikembalikan ke posisi semula, cara yang baik menurut orangtua untuk membawa gigi terlepas ke dokter gigi

32 11,3 197 69,4 55 19,3 284 100

Media penyimpanan yang paling tepat yang akan digunakan untuk membawa gigi ke dokter gigi

40 14,1 201 70,8 43 15,1 284 100

Lamanya gigi dapat tetap sehat agar dapat dikembalikan ke posisi semula

66 23,2 121 42,6 97 34,2 284 100

Tempat orangtua membawa

anak untuk mendapatkan

266 93,7 14 4,9 4 1,4 284 100


(57)

Tabel 7 menunjukkan distribusi kategori pengetahuan responden tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen. Kategori pengetahuan yang paling banyak ditemukan pada kategori kurang yaitu 227 orang (80%), kategori yang paling sedikit yaitu kategori baik 18 orang (6,3%), dan kategori cukup adalah 39 orang (13,7%).

Tabel 7. Distribusi kategori pengetahuan responden tentang penanganan darurat

avulsi gigi permanen

Kategori Pengetahuan n %

Baik 18 6,3

Cukup 39 13,7

Kurang 227 80

Total 284 100

Tabel 8 menunjukkan distribusi responden menurut sikap tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen. Responden yang menyatakan sangat setuju pada pernyataan setiap orangtua harus mengetahui tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 161 orang (56,6%). Responden yang menyatakan setuju pada pernyataan perlunya mencari gigi anak yang hilang sebanyak 108 orang (38%). Responden yang menyatakan setuju pada penyataan perlunya dilakukan pengembalian gigi anak yang terlepas sebanyak 109 orang (38,4%). Responden yang menyatakan setuju pada pernyataan cara membersihkan gigi anak yang kotor akibat terjatuh ditanah dengan cara gigi yang terlepas disikat sampai bersih sebanyak 119 orang (41,9%).

Responden yang menyatakan setuju pada pernyataan membawa anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi sebanyak 134 orang (47,2%). Responden yang menyatakan setuju pada pernyataan cara membawa gigi anak yang terlepas ke dokter gigi dengan dibalut menggunakan tissue sebanyak 138 orang (48,6%). Responden yang menyatakan tidak setuju pada pernyataan menyimpan gigi yang terlepas kedalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter


(58)

gigi sebanyak 113 orang (39,8%). Responden yang menyatakan setuju pada pernyataan kemauan orang tua menerima penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 154 orang (54,2%).

Tabel 8. Distribusi responden menurut sikap tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen.

No. Sikap n(%)

SS S RR TS STS Total

1. Setiap orangtua 161 115 3 4 1 284

harus mengetahui (56,6) (40,5) (1,1) (1,4) (0,4) (100)

tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut.

2. Mencari gigi anak 57 108 50 64 5 284

yang hilang setelah (20,1) (38) (17,6) (22,5) (1,8) (100)

terjadi cedera gigi dan mulut.

3. Waktu 51 109 54 62 8 284

pengembalian gigi (18) (38,4) (19) (21,8) (2,8) (100)

yang lepas dilakukan segera setelah cedera terjadi.

4. Membersihkan gigi 68 119 26 63 8 284

yang terlepas pada (23,9) (41,9) (9,2) (22,2) (2,8) (100)

tempat yang kotor dengan cara disikat sampai bersih.

5. Membawa anak dan 97 134 18 32 3 284

gigi yang terlepas ke (34,2) (47,2) (6,3) (11,3) (1) (100)

dokter gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi.

6. Membawa gigi 37 138 40 62 7 284

terlepas ke dokter (13) (48,6) (14,1) (21,8) (2,5) (100)

gigi dengan dibalut menggunakan tissue jika gigi terlepas

tidak langsung

dikembalikan ke posisi semula.


(59)

No. Sikap n(%)

SS S RR TS STS Total

7. Menyimpan gigi 27 50 84 113 10 284

yang terlepas ke (9,5) (17,6) (29,6) (39,8) (3,5) (100)

dalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi.

8. Bersedia menerima

penyuluhan lebih

lanjut tentang

penanganan darurat cedera gigi dan

99 (34,8)

154 (54,2)

21 (7,4)

9 (3,2)

1 (0,4)

284 (100)

mulut.

Tabel 9 menunjukkan distribusi kategori sikap responden tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen. Kategori sikap responden yang paling banyak ditemukan adalah kategori baik sebanyak 214 orang (75,4%), yang paling sedikit adalah kateogori sangat baik 24 orang (8,4%) dilanjutkan kategori tidak baik 46 (16,2%).

Tabel 9. Distribusi katergori sikap responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen

Kategori Sikap N %

Sangat baik 24 8,4

Baik 214 75,4

Tidak baik 46 16,2

Total 284 100

4.1.2 Sosioekonomi responden

Sosioekonomi responden dalam penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen yang dikaji dalam penelitian ini meliputi faktor pekerjaan dan penghasilan sebagai berikut. Tabel 10 menunjukkan distribusi responden menurut status kerja. Kategori responden yang bekerja sebanyak 201 orang (70,8%) sedangkan yang tidak bekerja 83 orang (29,2%).


(60)

Tabel 10. Distribusi responden menurut status kerja

Karakteristik n (%)

Pekerjaan Bekerja 201 (70,8)

PNS 32 (11,3)

Pegawai Swasta 54 (19)

Petani 2 (0,7)

Buruh 18 (6,3)

Wiraswasta/ Pedagang 95 (33,5)

Tidak Bekerja 83 (29,2)

Total 284 (100)

Tabel 11 menujukkan distribusi responden menurut penghasilan. Tingkat penghasilan renponden paling banyak adalah rendah < Rp 1.500.000 (perkapita) yaitu sebanyak 201 orang (70,8%) sedangkan responden dengan tingkat penghasilan tidak

rendah ≥ Rp 1.500.000 (perkapita) sebanyak 83 orang (29,2%).

Tabel 11. Distribusi responden menurut penghasilan

Penghasilan n %

Tidak rendah (≥ Rp 1.500.000

(perkapita) )

Rendah (< Rp 1.500.000 (perkapita))

83 29,2

201 70,8

Total 284 100

Tabel 12 menunjukkan distribusi responden menurut kategori sosioekonomi. Kategori sosioekonomi yang paling banyak ditemukan adalah kategori sedang yaitu 150 orang (52,8%), sedangkan yang paling sedikit adalah kategori baik dan kurang yaitu 67 orang (23,6%).


(61)

Tabel 12. Distribusi responden menurut kategori sosioekonomi

Kategori Sosioekonomi n %

Baik 67 23,6

Sedang 150 52,8

Kurang 67 23,6

Total 284 100

4.2 Analisis Bivariat

Analisis hubungan pada penelitian ini meliputi analisis variabel pendidikan, sosioekonomi, sikap dan pengetahuan respoden dilakukan dengan uji chi square sebagai berikut.

Tabel 13. menunjukkan hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan responden tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia. Responden yang berpendidikan tinggi dengan pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 9 orang (9,1%) serta tidak jauh berbeda dengan responden yang berpendidikan sedang sebanyak 7 orang (4,6%) dan perndidikan rendah 2 orang (5,9%) yang memiliki pengetahuan baik tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai

p= 0,021 < 0,05 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan

dengan pengetahuan responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia.


(62)

Tabel 13. Hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia

Pendidikan

Pengetahuan

Baik Cukup Kurang Total p

n % n % n % n %

Rendah 2 5,9 0 0 32 94,1 34 100

Sedang 7 4,6 21 13,9 123 81,5 151 100 0,021

Tinggi 9 9,1 18 18,2 72 72,7 99 100

Total 18 6,3 39 13,7 187 80 284 100

p = 0,021(<0,05)

Tabel 14 menunjukkan hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Medan Polonia. Responden yang mempunyai faktor sosioekonomi dengan kategori baik sebanyak 52 (77,6%), kategori sedang 115 orang (76,6%), dan kategori kurang 60 orang (89,6%) hasilnya hampir sama yaitu memiliki pengetahuan kurang tentang penanganan penanganan darurat avulsi gigi permanen anak. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p= 0,169 > 0,05 menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sosioekonomi dengan pengetahuan responden tentang penanganan darurat avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Polonia.


(1)

Lampiran 11

S8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1

2 3 4 5 Total

99 34.9 34.9 34.9

154 54.2 54.2 89.1

21 7.4 7.4 96.5

9 3.2 3.2 99.6

1 .4 .4 100.0

284 100.0 100.0

Kategori Sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat Baik

Baik Tidak Baik Total

24 8.5 8.5 8.5

214 75.4 75.4 83.8

46 16.2 16.2 100.0

284 100.0 100.0

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Usia 284 26 59 38.63 6.404

Ptotal 284 0 8 3.08 1.689

STotal 284 10 31 19.50 3.493


(2)

Crosstabs

Sosioekonomi * Sikap

Crosstab

Sikap

Total

Sangat Baik Baik Tidak Baik

Sosek Baik Count

% within Sosek % of Total

5 51 11 67

7.5% 76.1% 16.4% 100.0%

1.8% 18.0% 3.9% 23.6%

Sedang Count

% within Sosek % of Total

17 107 26 150

11.3% 71.3% 17.3% 100.0%

6.0% 37.7% 9.2% 52.8%

Kurang Count

% within Sosek % of Total

2 56 9 67

3.0% 83.6% 13.4% 100.0%

.7% 19.7% 3.2% 23.6%

Total Count

% within Sosek % of Total

24 214 46 284

8.5% 75.4% 16.2% 100.0%

8.5% 75.4% 16.2% 100.0%

Chi-Square Tests Valu

e df

Asymp. Sig. (2- sided)

Exact Sig. (2- sided)

Exact Sig. (1-

sided) Point Probability

Pearson Chi- Square

5.28

7a 4 .259 .261

Likelihood Ratio 5.94

2 4 .204 .215

Fisher's Exact Test

5.18

0 .263

Linear-by-Linear Association

.031

b 1 .860 .930 .465 .069

N of Valid Cases 284

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.66. b. The standardized statistic is .176.


(3)

Sosioekonomi * Pengetahuan

Crosstab

Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

Sosek Baik Count

% within Sosek % of Total

6 9 52 67

9.0% 13.4% 77.6% 100.0%

2.1% 3.2% 18.3% 23.6%

Sedang Count

% within Sosek % of Total

11 24 115 150

7.3% 16.0% 76.7% 100.0%

3.9% 8.5% 40.5% 52.8%

Kurang Count

% within Sosek % of Total

1 6 60 67

1.5% 9.0% 89.6% 100.0%

.4% 2.1% 21.1% 23.6%

Total Count

% within Sosek % of Total

18 39 227 284

6.3% 13.7% 79.9% 100.0%

6.3% 13.7% 79.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2- sided)

Exact Sig. (2- sided)

Exact Sig. (1- sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square 6.141a 4 .189 .188

Likelihood Ratio 7.268 4 .122 .133

Fisher's Exact Test 6.305 .169

Linear-by-Linear

Association 3.914

b

1 .048 .057 .028 .009

N of Valid Cases 284

a. 2 cells (22.2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.25. b. The standardized statistic is 1.978.


(4)

Pendidikan * pengetahuan

Crosstab

pengetahuan Total

baik cukup kurang

Count

rendah % within pendidikan

% within pengetahuan Count

pendidikan sedang % within pendidikan

% within pengetahuan Count

tinggi % within pendidikan

% within pengetahuan Count

Total % within pendidikan

% within pengetahuan

2 0 32 34

5.9% 0.0% 94.1% 100.0%

11.1% 0.0% 14.1% 12.0%

7 21 123 151

4.6% 13.9% 81.5% 100.0%

38.9% 53.8% 54.2% 53.2%

9 18 72 99

9.1% 18.2% 72.7% 100.0%

50.0% 18

46.2% 39

31.7% 227

34.9% 284

6.3% 13.7% 79.9% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig.

(1-sided)

Point Probability Pearson Chi-

Square Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test Linear-by- Linear Association N of Valid Cases

9.528a

13.967

11.073

5.781b

284

4

4

1

.049

.007

.016

.048

.009

.021

.018 .009 .003

a. 2 cells (22.2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.15. b. The standardized statistic is -2.404.


(5)

Pendidikan * sikap

Crosstab

sikap Total

sangat baik baik tidak baik

Count

rendah % within pendidikan

% within sikap Count

pendidikan sedang % within pendidikan

% within sikap Count

tinggi % within pendidikan

% within sikap Count

Total % within pendidikan

% within sikap

2 24 8 34

5.9% 70.6% 23.5% 100.0%

8.3% 11.2% 17.4% 12.0%

7 119 25 151

4.6% 78.8% 16.6% 100.0%

29.2% 55.6% 54.3% 53.2%

15 71 13 99

15.2% 71.7% 13.1% 100.0%

62.5% 24

33.2% 214

28.3% 46

34.9% 284

8.5% 75.4% 16.2% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability Pearson Chi-

Square

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test

Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

10.356a

9.792 9.679

5.961b

284

4

4

1

.035

.044

.015

.034

.054 .041

.015 .009 .004

a. 1 cells (11.1%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.87. b. The standardized statistic is -2.441.


(6)

Pengetahuan * sikap

pengetahuan * sikap Crosstabulation

sikap Total

sangat baik baik tidak baik

Count

baik % within pengetahuan

% within sikap Count

pengetahuan cukup % within pengetahuan

% within sikap Count

kurang % within pengetahuan

% within sikap Count

Total % within pengetahuan

% within sikap

9 9 0 18

50.0% 50.0% 0.0% 100.0%

37.5% 4.2% 0.0% 6.3%

11 24 4 39

28.2% 61.5% 10.3% 100.0%

45.8% 11.2% 8.7% 13.7%

4 181 42 227

1.8% 79.7% 18.5% 100.0%

16.7% 24

84.6% 214

91.3% 46

79.9% 284

8.5% 75.4% 16.2% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2- sided)

Exact Sig. (1- sided)

Point Probability

Pearson Chi- Square

Likelihood Ratio

Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

74.40 9a 56.86 1 54.61 0 43.13 3b 284

4

4

1

.000

.000

.000

.000

.000

.000

.000 .000 .000

a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.52. b. The standardized statistic is 6.568.


Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru

4 44 69

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

3 30 113

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

1 33 117

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

0 14 104

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

0 0 13

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

0 0 13

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

0 0 5

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

1 1 17

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

0 1 4

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

0 0 24