Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANGTUA TENTANG

PENANGANAN DARURAT TRAUMA AVULSI

GIGI PERMANEN ANAK DI KECAMATAN

MEDAN AMPLAS DAN KECAMATAN

MEDAN BARU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SEPTIKA EVALINA HUTAGAOL NIM: 110600095

Pembimbing:

Ami Angela Harahap,drg , Sp.KGA., Msc

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2015 Septika Evalina H

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.

xi + 56 halaman

Trauma gigi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang paling sering terjadi pada anak dan remaja. Trauma gigi umumnya melibatkan gigi anterior rahang atas, terutama insisivus sentralis dan insisivus lateralis.Salah satu jenis trauma gigi yang paling sering terjadi adalah avulsi dengan persentase kejadian sebanyak 0,5%- 1,6% dari seluruh jenis trauma gigi yang melibatkan gigi permanen. Orangtua sebagai orang terdekat anak perlu mengetahui penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak sehingga prognosis perawatan gigi anak menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap orangtua mengenai penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian

cross sectional terhadap 284 orangtua dari Kecamatan Medan Amplas dan Medan

Baru. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada orangtua melalui murid sekolah dasar dan dianalisis secara statistik menggunakan uji

Chi-Squarepada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna terhadap pengetahuan (p= 0,020) dan faktor sosioekonomi juga memiliki hubungan yang bermakna dengan pengetahuan (p=0,017) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru. Faktor pendidikan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan sikap (p= 0,683) dan faktor sosioekonomi juga tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan sikap (p= 0,492) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru. Hasil


(3)

penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan sikap (p=0,036) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.

Tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak tergolong rendah namun orangtua memiliki sikap yang positif terhadap keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Pelayanan kesehatan setempat perlu memperkenalkan trauma gigi terutama avulsi gigi dan penanganannya melalui media cetak maupun media elektronik sehingga dapat diketahui secara luas oleh masyarakat.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esayang telah memberikan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai disusun. Penulis ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan didikan, kasih sayang dan dukungan secara moral dan materil kepada penulis sampai skripsi ini dapat diselesaikan.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta arahan dari berbagai pihak, karena itu dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalamnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara.

2. Yati Roesnawi, drgselaku ketua Departemen IKGA di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

3. Ami Angela Harahap, drg, Sp.KGA., Msc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga, saran dan dukungan yang sangat berharga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pengajar dan staf administrasi Departemen IKGA

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat serta sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

Septika Evalina Hutagaol NIM: 110600095


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pengetahuan dan sikap ... 6

2.2 Defenisi dan Klasifikasi Trauma Gigi ... 8

2.3 Avulsi ... 9

2.4.Prevalensi dan Etiologi Avulsi ... 10


(6)

2.6 Pencegahan ... 12

2.7 Media Penyimpanan dan Waktu Replantasi ... 13

2.7.1 Hank’s Balanced Salt Solution ... 13

2.7.2 Susu ... 13

2.7.3 Isotonik Salin ... 14

2.7.4 Saliva ... 15

2.7.5 Air Kelapa (Cocos nucifera) ... 15

2.7.6 Air ... 16

2.8 Prognosis ... 16

2.9 Kerangka Teori ... 17

2.10 Kerangka Konsep ... 18

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3.3 Populasi dan Sampel ... 19

3.4 Variabel Penelitian ... 21

3.5 Definisi Operasional ... 22

3.6 Prosedur Penelitian ... 30

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 31

3.8 Etika Penelitian ... 33

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 34

4.1 Karateristik Responden Orangtua ... 34

4.2 Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 36 4.3 Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma


(7)

Avulsi Gigi Permanen Anak ... 39

4.4 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan Orangtua dengan Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 41

4.5 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi Orangtua dengan Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 42

4.6 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan Orangtua dengan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 43

4.7 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi Orangtua dengan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi permanen anak ... 43

4.8 Hasil Analisis Pengetahuan dengan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 44

BAB 5 PEMBAHASAN ... 45

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

6.1 Kesimpulan ... 51

6.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(8)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1. Defenisi Operasional tentang Pengetahuan Orangtua ... 22 2. Defenisi Operasional tentang Sikap Orangtua ... 25 3. Defenisi Operasional tentang Variabel Bebas... 29 4. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

dan Usia ... 33

5. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ... 34 6. Distribusi Karakteristik Responden menurut Sosioekonomi ... 35 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Penanganan

Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 38

8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang

Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 38

9. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Penanganan

Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 40

10.Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Orangtua Tentang

Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 41

11.Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi


(9)

12.Distribusi Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi

Gigi Permanen Anak ... 42

13.Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi

Gigi Permanen Anak ... 43

14.Distribusi Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi

Gigi Permanen Anak ... 44

15.Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar Intraoral Rongga Mulut yang Mengalami Avulsi... 10


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Persetujuan Komisi Etik

2. Surat Keterangan Izin penelitian dari Dinas Pendidikan Pemerintahan Kota Medan

3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SD Swasta Parulian Harjosari Medan 4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SD Negeri Nomor 060812 Medan 5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SD St. Antonius Medan

6. Surat Keterangan Melakukan Penelitian di SD Nasrani 1 Medan 7. Lembar Penjelasan kepada Orangtua

8. Lembaran Persetujuan setelah Penjelasan (informed concent) 9. Kuesioner


(12)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2015 Septika Evalina H

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.

xi + 56 halaman

Trauma gigi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang paling sering terjadi pada anak dan remaja. Trauma gigi umumnya melibatkan gigi anterior rahang atas, terutama insisivus sentralis dan insisivus lateralis.Salah satu jenis trauma gigi yang paling sering terjadi adalah avulsi dengan persentase kejadian sebanyak 0,5%- 1,6% dari seluruh jenis trauma gigi yang melibatkan gigi permanen. Orangtua sebagai orang terdekat anak perlu mengetahui penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak sehingga prognosis perawatan gigi anak menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap orangtua mengenai penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian

cross sectional terhadap 284 orangtua dari Kecamatan Medan Amplas dan Medan

Baru. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada orangtua melalui murid sekolah dasar dan dianalisis secara statistik menggunakan uji

Chi-Squarepada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna terhadap pengetahuan (p= 0,020) dan faktor sosioekonomi juga memiliki hubungan yang bermakna dengan pengetahuan (p=0,017) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru. Faktor pendidikan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan sikap (p= 0,683) dan faktor sosioekonomi juga tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan sikap (p= 0,492) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru. Hasil


(13)

penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan sikap (p=0,036) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru.

Tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak tergolong rendah namun orangtua memiliki sikap yang positif terhadap keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Pelayanan kesehatan setempat perlu memperkenalkan trauma gigi terutama avulsi gigi dan penanganannya melalui media cetak maupun media elektronik sehingga dapat diketahui secara luas oleh masyarakat.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma gigi telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang paling sering terjadi pada anak dan remaja. Trauma gigi terjadi pada anak usia 8-12 tahun terutama pada anak laki-laki karena jenis permainan yang dilakukan anak laki-laki lebih sering menyebabkan trauma dibandingkan dengan permainan anak perempuan.1-3 Trauma gigi umumnya melibatkan gigi anterior rahang atas, terutama insisivus sentralis dan insisivus lateralis.1

Avulsi gigi merupakan lepasnya gigi dari soket alveolar secara utuh akibat trauma.4-7 Berdasarkan beberapa penelitian prevalensi avulsi yaitu 0,5-1,6% dari kasus truma gigi yang terjadi.7-9 Trauma gigi avulsi akan mempengaruhi gigi, struktur pendukung dan memberikan efek dari segi masalah psikososial dan ekonomi. Avulsi juga membawa dampak yang buruk terhadap estetika, fungsional dan psikologis anak.10 Beberapa penyebab trauma yang paling sering terjadi pada anak adalah kecelakaan di tempat bermain, bersepeda, skateboard, atau pada saat berolahraga seperti olahraga beladiri, sepak bola, bola basket, lomba lari, bermain sepatu roda dan berenang.11

Kehilangan gigi dapat mengakibatkan efek negatif secara fisik maupun emosional.3,10 Gigi permanen yang mengalami avulsi dapat diatasi dengan pemakaian prothesa namun akan lebih baik bila gigi tersebut direplantasikan sebagai perawatan.5 Keberhasilan perawatan gigi yang avulsi secara signifikan bergantung pada tindakan yang tepat dan efisien ketika trauma terjadi.1 Keberhasilan pelaksanaan replantasi sangat dipengaruhi oleh lamanya gigi berada diluar soket alveolar, media penyimpanan yang fisiologis, dan kondisi ekstraoral sebelum replantasi dan apabila replantasi tidak dapat dilakukan sesegera mungkin maka gigi avulsi perlu dimasukkan ke dalam suatu media penyimpanan.1,3,12


(15)

Orangtua sebagai orang yang paling dekat dengan anak perlu mengetahui tindakan perawatan darurat standar yang harus dilakukan dalam keadaan darurat sehingga keberhasilan perawatan gigi anak menjadi lebih baik.1 Penelitian di Kairo dan India menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi masih rendah, baik pada orangtua yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah maupun yang tinggi.6,13

Berdasarkan penelitian dari berbagai negara maka dapat disimpulkan bahwa trauma avulsi merupakan permasalahan yang serius.1,4,5 Penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi masih rendah sehingga peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan dan sikap orangtua tentang avulsi di kota Medan karena tidak adanya penelitian yang dilakukan sebelumnya.

1.2Rumusan Masalah Rumusan Umum

a. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi orangtua dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas?

b. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi orangtua dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas?

c. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas?


(16)

Rumusan Khusus

a. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas?

b. Apakah terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas?

c. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas?

d. Apakah terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas?

1.3Tujuan Penelitian Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi orangtua dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas.

b. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi orangtua dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas.

Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas berdasarkan pendidikan orangtua.


(17)

b. Untuk mengetahui hubungan sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas berdasarkan pendidikan orangtua.

c. Untukmengetahui hubungan pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas berdasarkan pendidikan orangtua.

d. Untuk mengetahui hubungan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas berdasarkan pendidikan orangtua.

1.4Hipotesis Penelitian

a. Ada hubungan antara pengetahuan orangtua terhadap penanganan darurat kasus avulsi gigi permanen berdasarkan pendidikan orangtua di kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas.

b. Ada hubungan antara pengetahuan orangtua terhadap penanganan darurat kasus avulsi gigi permanen berdasarkan sosioekonomi keluarga orangtua di kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas.

c. Ada hubungan antara sikap orangtua terhadap penanganan darurat kasus avulsi gigi permanen berdasarkan pendidikan orangtua di kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas.

d. Ada hubungan antara sikap orangtua terhadap penanganan darurat kasus avulsi gigi permanen berdasarkan sosioekonomi keluarga di kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat praktis

a. Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi para penyuluh kesehatan gigi melakukan penyuluhan mengenai trauma gigi avulsi anak dan meningkatkan pengetahuan orangtua terhadap kasus darurat trauma gigi avulsi gigi permanen pada anak, khususnya di Kecamatan Medan Baru dan Kecamatan Medan Amplas dan juga


(18)

dapat menggambarkan pengetahuan orangtua terhadap trauma gigi avulsi gigi permanen pada anak di kota Medan.

b. Diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk orang tua atau wali murid agar lebih mengawasi anak-anak saat bermain, mewaspadai aktivitas anak yang dapat menyebabkan trauma dan juga memotivasi anak agar lebih memperhatikan pola bermainnya yang lebih aman.

Manfaat Teoritis

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya, dan juga dapat menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian khususnya terhadap anak-anak.

2. Diharapkan dapat menjadi pertimbangan pihak praktisi gigi untuk memberikan informasi dan saran bagi tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai perawatan darurat pada trauma gigi avulsi.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan dan sikap 2.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan wujud penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dan apabila perilaku didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku itu akan bersifat

“longlasting”. Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:14

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang diperoleh atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.


(20)

4. Analisis (analysis)

Analsis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk melakukan atau mengembangkan bagian-bagian yang terdapat dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.

2.1.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap terdiri atas berbagai tingkatan, yaitu:14

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

b. Merespon (responding)

Subjek memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas adalah indikasi dari sikap. Usaha untuk menjawab pertanyaan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.


(21)

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab adalah mempunyai tanggung terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat responden terhadap suatu objek.

2.2 Defenisi dan Klasifikasi Trauma gigi

Trauma gigi didefenisikan sebagai kerusakan yang disebabkan oleh trauma secara fisik maupun mekanik yang melibatkan jaringan keras, jaringan periodontal maupun keduanya.15 Salah satu klasifikasi terbaik yang telah diterima secara internasional adalah klasifikasi WHO. Klasifikasi ini dianggap lebih baik karena memiliki format deskriptif dan didasari oleh pertimbangan klinis dan anatomis. WHO mengklasifikasikan menjadi 4 garis besar yang meliputi kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa; kerusakan pada jaringan keras gigi, pulpa dan tulang alveolar; kerusakan pada jaringan periodontal; serta kerusakan pada gusi atau jaringan lunak rongga mulut.16

2.2.1 Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi dan Pulpa a. Retaknya mahkota (crown fracture)

b. Fraktur enamel (enamel fracture)

c. Fraktur email-dentin (uncomplicated crown fracture)

d. Fraktur mahkota yang kompleks (complicated crown fracture)

2.2.2 Kerusakan pada Jaringan Keras Gigi, Pulpa, dan Tulang Alveolar a. Komunisi soket alveolar rahang atas

b. Komunisi soket alveolar rahang bawah c. Fraktur dinding soket alveolar rahang atas d. Fraktur dinding soket alveolar rahang bawah e. Fraktur prosesus alveolar maksila


(22)

f. Fraktur rahang atas g. Fraktur rahang bawah

2.2.3 Kerusakan Jaringan Periodontal a. Konkusi

b. Subluksasi c. Luksasi ekstrusi d. Luksasi

e. Luksasi intrusi f. Avulsi (eksartikulasi)

2.2.4 Kerusakan pada Gusi atau Jaringan Lunak Rongga Mulut a. Laserasi

b. Kontusio c. Luka abrasi

2.3 Avulsi

Avulsi merupakan suatu kondisi lepasnya gigi dari soket alveolar akibat adanya trauma. Pada gigi permanen perawatan avulsi adalah dengan mereplantasikan gigi ke dalam soket. Hal yang menjadi perhatian utama sebelum mereplantasikan gigi avulsi adalah menjaga vitalitas sel ligamen periodontal yang terletak di permukaan akar gigi. Vitalitas sel ligamen periodontal sangat diperlukan untuk pembentukan jaringan periodontal yang baru yang akan mendukung gigi sehingga keberhasilan perawatan replantasi gigi avulsi dapat dicapai.17


(23)

Gambar 1. Gambar intraoral gigi yang mengalami avulsi 18

2.4 Prevalensi dan Etiologi Avulsi

Avulsi gigi akibat trauma relatif jarang terjadi dengan persentase kejadian mulai dari 0,5 % hingga 16% dari seluruh kasus trauma.7,8,18 Avulsi umumnya terjadi pada gigi insisivus sentralis rahang atas dengan persentase gigi insisivus sentralis kiri 48% dan gigi insisivus sentralis kanan 43,1%. Perbandingan kasus trauma gigi avulsi pada gigi sulung sebesar 7,2% dan pada gigi permanen 16% dari keseluruhan persentase trauma gigi.18,19 Penelitian di Chennai pada tahun 2014 menunjukkan bahwa 62,3% dari 77 orang anak pernah mengalami avulsi.6

Etiologi terjadinya trauma avulsi pada umumnya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, perkelahian, terjatuh, kecelakaan olahraga, kekerasan pada anak.17,19 Avulsi yang terjadi pada usia anak sekolah seringkali terjadi pada gigi yang masih belum mengalami maturasi secara sempurna, sehingga kerusakan struktur gigi yang terjadi dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan gigi selanjutnya. Berdasarkan data penelitian yang dilakukan Quaranta et.al insidensi terjadinya avulsi 62% disebabkan oleh kecelakaan yang terjadi di rumah, 17% terjadi pada saat berolahraga, dan 14% terjadi di tempat lain.2


(24)

2.5 Penanganan darurat

Avulsi dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada gingiva, ligamen periodontal dan jaringan pulpa.20 Kerusakan ini tidak dapat dicegah namun dapat diminimalisasi dengan cara meminimalisasi nekrosis yang terjadi pada ligamen periodontal, sementara gigi terlepas dari rongga mulut. Tindakan terbaik yang dapat dilakukan ketika trauma avulsi terjadi adalah dengan melakukan replantasi segera setelah cedera terjadi (5 menit).5,20,21 Kondisi gigi yang kering akan menyebabkan hilangnya metabolisme fisiologis normal dan morfologi sel-sel periodontal, oleh karena itu waktu maksimal yang dapat digunakan untuk mengembalikan gigi adalah sekitar 120 menit (2 jam).1,3,5 Gigi harus segera disimpan dalam suatu media yang sesuai hingga anak bisa di bawa ke dokter gigi apabila dalam jangka waktu tersebut gigi tidak dapat dikembalikan ke dalam soket. Tingkat keberhasilan replantasi bergantung pada banyak faktor seperti, status gigi yang avulsi, tahap pertumbuhan akar, lamanya gigi berada di luar soket, lingkungan media penyimpanan dan waktu perawatan.20

Menurut dua penelitian di Nigeria dan Singapore, sejumlah orangtua memiliki tingkat pengetahuan yang rendah terhadap penanganan kasus avulsi.1,22 Hal ini terjadi karena banyaknya orangtua yang tidak pernah menerima informasi mengenai trauma gigi sehingga pelayan kesehatan, wali anak, guru dan orangtua sebagai orang terdekat anak harus diberi informasi tentang penanganan darurat yang dapat dilakukan pada saat kasus avulsi terjadi.1

Hal-hal yang dapat dilakukan pada saat terjadi kasus avulsi , yaitu:15 1.Menenangkan anak.

2.Menghentikan pendarahan dan membersihkan luka yang ada disekitar wajah anak.

3.Mencari gigi yang hilang dan memegang gigi pada bagian mahkota dengan tidak menyentuh bagian akar gigi.

4.Gigi yang kotor dicuci sebentar (10 detik) di bawah air mengalir dan mereplantasikan gigi kembali ke soketnya. Saat gigi sudah berada pada soket, anak diinstruksikan untuk menggigit saputangan atau kain agar gigi tetap pada posisinya.


(25)

5. Gigi di tempatkan di dalam segelas susu atau media penyimpanan lain yang sesuai dan anak dibawa ke klinik terdekat jika hal ini tidak memungkinkan, atau karena ada alasan lain untuk gigi tidak dapat direplantasikan (anak dalam keadaaan tidak sadar). Gigi juga dapat di simpan di dalam mulut, di bawah lidah atau di vestibulum jika anak dalam keadaan sadar.

6. Penggunaan Hanks balanced storage medium (HBSS atau saline) sebagai media penyimpanan jika memungkinkan.

2.6 Pencegahan

Trauma gigi avulsi tidak mungkin dapat dicegah secara sempurna, kondisi ini karena pada masa anak-anak terjadi peningkatan aktivitas fisik dan memiliki koordinasi motorik yang masih dalam perkembangan.23 Kegiatan anak khususnya olahraga sering mengakibatkan trauma pada gigi. Anak yang melakukan olahraga cenderung meningkatkan risiko trauma pada giginya, akan tetapi pencegahan trauma gigi dapat dilakukan dengan menggunakan mouthguard pada saat olahraga.24 Sejak tahun 1962, di Amerika telah diwajibkan untuk memakai mouthguard pada saat olahraga seperti sepak bola.25 Mouthguard terdiri atas beberapa jenis, yaitu stock mouthguard, mouth formed guard, bimaxillary mouthguard dan custom-made

mouthguard. Mouthguard biasanya dibuat di praktik dokter gigi dengan melakukan

pencetakan maksila pasien atau juga dapat di beli di toko olahraga. Mouthguard yang dibeli dapat disesuaikan dengan cara melelehkan mouthguard dalam bentuk bahan yang lunak dan kemudian digigitkan untuk membentuk cetakan gigi maksila yang lebih sesuai.26

Helm dan tali pengaman pada kendaraan juga dapat mengurangi resiko terjadinya trauma gigi. Penggunaan helm pada saat bersepeda dapat mengurangi kejadian trauma hingga lebih dari 60%.5 Strategi promosi kesehatan juga perlu ditingkatkan untuk membantu orang tua dalam pengenalan kesehatan gigi dan mulut anak mereka dan memberi kepekaan terhadap kebutuhan akan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.27


(26)

2.7 Media Penyimpanan dan waktu replantasi

Perhatian utama pada perawatan awal gigi avulsi adalah untuk mempertahankan vitalitas jaringan ligamen periodontal pada permukaan akar.17 Gigi memiliki lapisan pelindung yang mengelilingi bagian akar yaitu ligamen periodontal yang berfungsi mengikatkan gigi pada tulang alveolar. Ligamen periodontal sangat mudah kering dan mati sehingga perlu dilakukan penanganan secepatnya agar gigi tetap vital. Vitalitas sel sel ligamen periodontal dan sementum sangat penting untuk kesuksesan replantasi dalam jangka waktu yang panjang.6 Semakin lama gigi yang avulsi berada di luar soket, maka prognosis gigi akan semakin buruk.28

2.7.1 Hank’s Balanced Salt Solution(HBBS)

Hank’s Balanced Salt Solution (HBBS) merupakan larutan saline standar yang biasanya digunakan dalam penelitian biomedis untuk mendukung pertumbuhan berbagai jenis sel. Penelitian telah membuktikan bahwa media penyimpan yang terbaik untuk gigi yang avulsi adalah media kultur seperti HBSS karena dapat menjaga sel sel periodontal tetap hidup selama 24 jam di bandingkan saliva dan susu. HBSS dapat di peroleh di apotik,toko toko obat, atau farmasi, biasanya

tersedia dengan nama dagang yang disebut “Save-a-tooth”. Larutan ini tidak membutuhkan pendinginan dan tersedia dalam sebuah wadah steril.17


(27)

2.7.2 Susu

Penelitian menunjukkan bahwa susu merupakan suatu media yang optimal untuk menyimpan gigi avulsi. Hal ini di dukung oleh suatu penelitian terhadap transport organ dan sel yang disimpan di dalam susu dengan temperatur 39°F.17 Keuntungan lain yaitu susu mudah di dapat dan dapat berfungsi sebagai antiseptik dan tekanan osmolitasnya dapat mempertahankan vitalitas sel ligamen periodontal di bandingkan saliva, saline dan air.29

Susu mempunyai kemampuan mendukung kapasitas klonogenik sel sel ligamen periodontal pada temperatur ruang sampai 60 menit. Susu dapat meningkatkan viabilitas dan perbaikan penyembuhan sel pada temperatur yang lebih rendah. Hal ini di dukung oleh penelitian fisiologi sel yang menunjukkan efek perlindungan terhadap sel sel ligamen periodontal di permukaan akar gigi pada media penyimpanan dengan temperature rendah.29 Kapasitas klonogenik dapat di pertahankan terus pada tingkat yang sama selama penambahan waktu 45 menit dengan cara menjaga suhu tetap dingin yaitu dengan memasukkan gigi tersebut ke dalam lemari pendingin. Hal ini didukung oleh penelitian Bazmi et.al yang mengatakan bahwa susu akan melindungi sel-sel ligamen periodontal selama dua jam.29

2.7.3 Isotonik Saline

Isotonik saline dapat mempertahankan vitalitas membran periodontal karena memiliki tekanan osmolalitas yang seimbang sehingga tidak menyebabkan sel menjadi menggelembung, namun hanya dapat efektif kurang dari dua jam, setelah itu ligamen periodontal akan hancur. Hal ini disebabkan karena kebutuhan glukosa untuk mempertahankan metabolisme tidak terpenuhi.28 Penggunaan larutan saline sebagai media peyimpanan gigi avulsi tidak direkomendasikan apabila gigi harus disimpan lebih dari satu atau dua jam. Hal ini disebabkan karena kebutuhan sel untuk mempertahankan metabolisme tidak terpenuhi.17


(28)

2.7.4 Saliva

Saliva dapat digunakan sebagai media penyimpanan karena mempunyai suhu yang sama dengan suhu kamar. Saliva juga di anggap sebagai media penyimpanan gigi yang potensial untuk menyimpan gigi sebelum replantasi. Beberapa penelitian mendukung penggunaan saliva sebagai media penyimpanan sampai 30 menit pertama dari waktu terjadinya trauma. Penyimpanan gigi avulsi pada saliva lebih dari 30 menit dapat menimbulkan masalah karena saliva secara alamiah mengandung mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi berat pada akar gigi. Infeksi dapat menyebabkan kematian sel sel ligamen periodontal.29

2.7.5 Air Kelapa (Cocos nucifera)

Air kelapa (Cocos nucifera) pada umumnya di kenal sebagai “Tree of Life” adalah minuman alami yang dihasilkan secara biologis dan di kemas kedap udara di dalam buah kelapa. Menurut penelitian Aan dkk (2009) air kelapa memiliki efektifitas yang menyerupai HBSS dalam menjaga viabilitas sel. Komposisi elektrolit dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler yang lebih erat dari plasma ekstraseluler. Zat-zat utama yang terkandung dalam air kelapa antara lain kalium, kalsium, dan magnesium sedangkan natrium, klorida dan fosfat ditemukan dalam jumlah konsentrasi yang lebih rendah.17,29

Air kelapa merupakan cairan hipotonik di bandingkan plasma dan memiliki gravitasi spesifik sekitar 1,020 sebanding dengan plasma darah. Air kelapa memiliki osmolaritas yang tinggi karena adanya kandungan gula di dalamnya, terutama glukosa dan fruktosa, juga kaya akan banyak asam amino esensial seperti lisin, sistin, fenilalanin, histidin, dan trypthopan. Air kelapa juga unggul dalam melakukan pemeliharaan untuk kelangsungan hidup sel sel ligamen periodontal karena adanya berbagai nutrisi didalamnya seperti protein, asam amino, vitamin dan mineral.17


(29)

2.7.6 Air

Air dapat diterima sebagai media penyimpanan sampai 15 menit apabila tidak ada pilihan lain. Kerusakan sel oleh karena imbibisi tidak dapat di hindarkan tapi dapat dikurangi dengan memasukkan gigi ke dalam media penyimpanan, yaitu air. Penelitian Hwang et.al menunjukkan bahwa sangat sedikit sel-sel ligamen periodontal yang dapat bertahan hidup dalam air pada temperatur ruangan maupun temperatur dingin. Air hampir sama sekali tidak dapat menjaga vitalitas gigi. Air akan memberikan dampak yang buruk bagi kelangsungan ligamen periodontal karena air merupakan larutan hipotonik dan air memiliki insiden tinggi terjadi terkontaminasi bakteri.28

2.8 Prognosis

Penanganan avulsi pada gigi permanen adalah dengan melakukan replantasi segera setelah trauma terjadi dan menstabilisasi gigi sesuai dengan lokasi giginya.6,13,19 Hal ini dilakukan untuk mengoptimalisasi penyembuhan ligamen periodontal dan suplai neurovaskular. Prognosis gigi avulsi bergantung pada tahap perkembangan akar dan lamanya gigi berada di luar soket alveolar (extraoral dry time).17 Vitalitas ligamen periodontal dan sementum sangat penting dalam keberhasilan replantasi. Media penyimpanan yang tersedia juga harus dapat mempertahankan vitalitas sel ketika gigi berada di luar soket alveolar. Semakin lama gigi berada di luar soket alveolar, semakin kecil kemungkinan sel-sel jaringan ligamen periodontal untuk dapat bertahan hidup. Hal ini terjadi karena ligament periodontal pada gigi menjadi kering dan kehilangan vitalitasnya.17,19


(30)

2.9Kerangka Teori

Trauma Dental

Klasifikasi

Avulsi

Pengetahuan dan prilaku orang terdekat

Penanganan Darurat

Perawatan Lanjutan

Prognosis

Etiologi

Predisposisi Prevalensi

Waktu Media Tempat

Guru Orangtua/

Penjaga


(31)

2.10Kerangka Konsep

Orang tua:

 Pendidikan

 Sosioekonom i

Pengetahuan orangtua terhadap penanganan

trauma avulsi

Orang tua:

 Pendidikan

 Sosioekonom i

Sikap orangtua terhadap penanganan trauma

avulsi

Sikap orangtua terhadap penanganan trauma

avulsi Pengetahuan orangtua

terhadap penanganan trauma avulsi


(32)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada beberapa sekolah di masing-masing kecamatan yaitu kecamatan Medan Amplas dan kecamatan Medan Baru.

Proposal penelitian dilakukan diawal Oktober 2014. Waktu penelitian dilakukan mulai minggu kedua Maret 2015 sampai minggu ketiga Maret 2015. Pengolahan dan analisis data satu minggu, yaitu minggu keempat Maret 2015. Penyusunan dan pembuatan laporan penelitian 4 minggu, yaitu pada minggu pertama Juli 2015.

3.3Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh orangtua di Kota Medan. b. Sampel

Sampel di penelitian ini adalah orangtua di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru yang memenuhi kriteria inklusi dan dipilih secara random. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode proporstionate stratified

random sampling, yang terlebih dahulu memilih secara random satu kecamatan

lingkar luar dan satu kecamatan lingkar dalam dari 21 kecamatan sekotamadya Medan. Selanjutnya dilakukan random lagi untuk mendapatkan beberapa sekolah dari masing-masing kecamatan lingkar luar dan lingkar dalam. Pengambilan sampel dari beberapa sekolah tersebut dilakukan dengan cara simple random sampling hingga didapat jumlah sampel yang dibutuhkan.


(33)

c. Besar sampel

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisis hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yaitu uji hipotesis untuk proporsi tunggal pada satu sampel.

n = {Z1-α/2√ + Z1-β√ )}2

(Pa-Po)2

n = {1,96√ + 1,282√ )}2 (0,482-0,582)2

n = 258,2

Dimana :

n : jumlah atau besar sampel minimal

Z1-α/2 : nilai baku distribusi normal pada α tertentu (α = 5%)

Z1-β : nilai baku distribusi normal pada β atau kekuatan uji (β = 10%)

Po : perkiraan proporsi di populasi pada penelitian sebelumnya = 58,2% (Khrisnan R et.al, 2014)

Pa : proporsi yang diharapkan atau perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan

proporsi di populasi = 48,2%

Dari rumus tersebut, jumlah sampel minimum adalah 258,2 atau 259 orang, maka jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini setelah ditambahkan 10% adalah 284 orang untuk mengantisipasi adanya sampel yang drop-out. Jumlah subjek penelitian kemudian didistribusikan merata pada masing-masing sekolah yang dipilih di kecamatan Medan Amplas yaitu 142 orang dan Medan Baru yaitu 142 orang.


(34)

Kriteria inklusi dan eksklusi sampel : Kriteria inklusi

1. Orangtua yang berdomisili di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru. 2. Orangtua yang memiliki anak dengan gigi permanen berusia 7-9 tahun. 3. Orangtua yang bersedia menjadi subjek penelitian.

4. Orangtua yang sehat baik jasmani dan rohani. Kritertia eksklusi

a. Orangtua yang tidak mengembalikan kuisioner.

b. Orangtua yang tidak mengisi kuisioner dengan lengkap.

3.4Variabel penelitian

Variabel Bebas dalam penelitian: a. Jenis Kelamin

b. Usia c. Pendidikan d. Sosioekonomi Variabel Terikat : a. Pengetahuan b. Sikap


(35)

3.5 Defenisi Operasional

Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Defenisi

Operasional

Hasil Ukur Skala Ukur Variabel

Terikat

Pengetahuan Pemahaman

orangtua yaitu Bapak/ Ibu tentang penanganan

darurat kasus trauma avulsi gigi permanen

Kategori pengetahuan dengan kriteria Arikunto (2006) 1. Baik : bila mampu

menjawab dengan benar

76% -100%

2. Cukup : bila mampu menjawab dengan benar

56% -75%

3. Kurang : bila mampu menjawab dengan benar

40% -55%

Ordinal

Sikap Respon dari

orangtua yaitu Bapak/ Ibu tentang suatu tindakan penanganan

darurat kasus trauma avulsi gigi permanen

Kategori sikap oleh Setiawan, 2010. 1. Sangat Baik : (76% -100%)

2. Baik : (51% -75%) 3. Tidak baik : (26% -50%)

4. Sangat tidak baik : (0 - 25 %)

Ordinal

Variabel Bebas

Jenis Kelamin Jenis kelamin responden yaitu laki-laki dan perempuan

1.Laki-laki 2. Perempuan

Ordinal

Usia Usia responden

yaitu Bapak/ Ibu yang mengikuti penelitian yg diambil

berdasarkan ulang tahun terakhir responden

Penggolongan usia 1. 25-34 tahun 2. 35-44 tahun 3. 45-54 tahun 4. 55-64 tahun


(36)

Pendidikan Pendidikan formal tertinggi terakhir yang ditamatkan orangtua/

responden

( Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional)

1. Pendidikan rendah (tidak sekolah, tamat SD, tamat SMP) 2. Pendidikan

sedang (tamat SMA)

3. Pendidikan tinggi (tamat diploma, tamat sarjana/ perguruan tinggi)

Ordinal

Sosioekonomi Karakkeristik atau ciri individu yang menunjukkan kondisi penduduk yang diukur dari:

a. Pekerjaan: Jenis kegiatan yang ditekuni responden dan merupakan sumber penghasilan bagi responden yaitu:

- PNS

- Pegawai Swasta

- Petani

- Buruh

- Wiraswasta/ Pedagang

- Tidak bekerja (Menurut BPS

2014 Kota

Medan)

Skor Pekerjaan:

- Bekerja= 2

- Tidak Bekerja= 1 Skor penghasilan:

- Perekonomian tidak rendah= 2

- Perekonomian rendah = 1 Kategori sosioekonomi

(pekerjaan +

penghasilan keluarga): 1. Baik = 4

2. Sedang = 3 3. Kurang = 2


(37)

b. Penghasilan: Perbandingan total

pendapatan orangtua perbulan dalam satuan rupiah dibagi jumlah anggota keluarga dengan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan yaitu:

- Perekonomian rendah

< Rp 1.500.000 (perkapita)

- Perekonomian tidak rendah

≥ Rp 1.500.000

(perkapita) (BPS September 2014)


(38)

Tabel 2. Definisi Operasional Kuesioner Pengetahuan Orangtua

No Variabel Definisi

Operasional

Hasil Ukur (Nilai Bobot)

Skala Ukur 1 Informasi mengenai

cedera gigi dan mulut pada anak

Pengalaman mendapatkan informasi mengenai cedera gigi dan mulut pada anak

1. Ya, lanjut ke nomor 2 2. Tidak, lanjut

ke nomor 3

Nominal

2 Sumber informasi mengenai cedera gigi dan mulut pada anak

Sumber

informasi yand didapat

orangtua mengenai cedera gigi dan mulut pada anak

1. Internet 2. Media cetak

(majalah, koran) 3. Perawat/

Bidan

4. Dokter umum 5. Dokter gigi

Nominal

3 Penanganan darurat yang dilakukan pertama sekali saat terjadi cedera gigi dan mulut pada anak

Pemahaman orangtua tentang penanganan darurat yang dilakukan pertama sekali saat terjadi cedera gigi dan mulut pada anak

1. Menolong anak,

bersihkan luka di bibir, suruh anak kumur-kumur dan berikan obat anti sakit (0) 2. Menenangkan anak, hentikan perdarahan dengan menggigit kain selama beberapa jam hingga perdarahan berhenti dan anak disuruh beristirahat (0) 3. Menenangkan anak, hentikan perdarahan dengan

menggigit kain


(39)

sambil membawa ke pelayanan medis (1) 4. Menenangkan anak, bersihkan luka, dan kumur-kumur dengan obat anti sakit (0) 5. Tidak tahu (0) 4 Jenis gigi anak yang

terlepas

Pemahaman orangtua

tentang jenis gigi anak yang terlepas

1. Gigi tetap/

permanen (1) 2. Gigi susu (0) 3. Tidak tahu (0)

Ordinal

5 Penanganan darurat yang dilakukan pada gigi depan kanan atas anak yang terlepas setelah terjadi cedera gigi dan mulut

Pemahaman orangtua tentang penanganan darurat yang dilakukan pada gigi depan kanan atas anak yang terlepas setelah terjadi cedera gigi dan mulut

1. Gigi tidak dicari dan langsung pergi mencari

perawatan medis (0) 2. Gigi dicari dan

langung mengembalika n gigi tersebut ke posisi gigi semula (0) 3. Gigi dicari dan

gigi diletakkan ke dalam tissue serta mencari

perawatan medis (0) 4.Gigi

dicari,pegang pada mahkota gigi (bagian yang paling putih)

kemudian


(40)

dibersihkan dan diletakkan ke dalam pipi anak (1) 5. Tidak tahu (0) 6 Waktu yang tepat untuk

membawa anak

melakukan perawatan gigi depan kanan atas yang terlepas

Pemahaman orangtua

tentang masa atau waktu yang tepat untuk

membawa anak melakukan perawatan gigi depan kanan atas yang terlepas setelah terjadi cedera gigi dan mulut

1. Kurang dari 60 menit setelah cedera (1) 2. 1-2 jam

setelah cedera (0)

3. Pada hari berikutnya setelah anak lebih tenang (0)

4. Bila ada keluhan lanjutan (0) 5. Tidak tahu (0)

Ordinal

7 Pengetahuan orang tua tentang penanganan darurat pada gigi depan kanan atas anak yang terjatuh di tempat yang kotor

Pemahaman orangtua tentang penanganan darurat yang dilakukan pada gigi depan kanan atas anak yang terjatuh di tempat yang kotor sebelum dikembalikan ke posisi gigi semula

1.Membersihkan gigi dengan air mengalir selama 10 detik (1) 2.Membersihkan gigi dengan sikat sampai bersih (0) 3.Membersihkan gigi dengan menggunakan tangan atau tissue (0) 4.Membersihkan gigi dengan menggunakan sabun atau alkohol (0) 5.Tidak tahu (0)

Ordinal

8 Cara membawa gigi anak yang terlepas ke dokter gigi

Pemahaman orangtua

tentang cara

1. Membalut gigi dengan tissue (0)


(41)

membawa/ meletakkan gigi anak yang terlepas untuk dibawa ke dokter gigi agar vitalitas gigi masih terjaga 2. Memasukkan ke dalam kantong berisi es (0) 3. Membungkus gigi kedalam plastik kering (0) 4. Memasukkan gigi ke dalam kantong berisi susu (1) 5. Tidak tahu (0) 9 Media cairan sebagai

media penyimpanan gigi anak yang terlepas

Pemahaman orangtua

tentang media cairan sebagai media

penyimpanan untuk gigi anak yang terlepas agar vitalitas gigi masih terjaga

1. Susu (1) 2. Air bersih (0) 3. Alkohol (0) 4. Air garam (0) 5. Tidak tahu (0)

Ordinal

10 Lamanya gigi anak dapat bertahan di luar gusi

Pemahaman orangtua tentang

lamanya gigi dapat tetap sehat agar dapat dikembalikan ke posisi semula

1. 30 menit (1) 2. 60 menit (0)

3. >1 jam (0) 4. Tidak

tergantung waktu (0) 5. Tidak tahu (0)

Ordinal

11 Perawatan lanjutan anak

Pemahaman orangtua untuk membawa anak mendapatkan perawatan lanjutan setelah penanganan darurat dilakukan

1. Klinik dokter gigi (1) 2. Klinik dokter

umum (0) 3. Bidan (0) 4. Rumah Sakit

(0)

5. Tidak tahu (0)


(42)

Tabel 3. Definisi Operasional Kuesioner Sikap Orangtua

Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur (Nilai Bobot)

Skala Ukur Informasi tentang

penanganan

darurat pada cedera gigi dan mulut anak

Respon orangtua untuk mengetahui informasi tentang penanganan darurat pada cedera gigi dan mulut anak

1. Sangat setuju (4) 2. Setuju (3)

3. Ragu-ragu (2) 4. Tidak Setuju (1) 5. Sangat tidak setuju

(0)

Ordinal

Perlunya mencari gigi anak yang hilang

Respon orangtua tentang perlunya mencari gigi anak yang hilang segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi

1.Sangat setuju (4) 2.Setuju (3)

3.Ragu-ragu (2) 4.Tidak Setuju (1) 5.Sangat tidak setuju

(0)

Ordinal

Perlunya dilakukan

pengembalian gigi anak yang terlepas

Renspon orangtua tentang perlunya dilakukan

pengembalian gigi anak yang terlepas segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi

1.Sangat setuju (4) 2.Setuju (3)

3.Ragu-ragu (2) 4.Tidak Setuju (1) 5.Sangat tidak setuju

(0)

Ordinal

Cara

membersihkan gigi anak yang kotor akibat terjatuh ditanah dengan cara gigi yang terlepas disikat sampai bersih

Respon orangtua tentang cara membersihkan gigi anak yang kotor akibat terjatuh ditanah dengan cara gigi yang terlepas disikat sampai bersih

1.Sangat setuju (0) 2.Setuju (1)

3.Ragu-ragu (2) 4.Tidak Setuju (3) 5.Sangat tidak setuju

(4)

Ordinal

Membawa anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi

Respon orangtua tentang membawa anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi

1.Sangat setuju (4) 2.Setuju (3)

3.Ragu-ragu (2) 4.Tidak Setuju (1) 5.Sangat tidak setuju

(0)


(43)

Cara membawa gigi anak yang terlepas ke dokter gigi dengan dibalut

menggunakan tissue

Respon orangtua tentang cara membawa gigi anak yang terlepas ke dokter gigi dengan dibalut dengan menggunakan tissue

1.Sangat setuju (0) 2.Setuju (1)

3.Ragu-ragu (2) 4.Tidak Setuju (3) 5.Sangat tidak setuju(4)

Ordinal

Menyimpan gigi yang terlepas kedalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi

Respon orangtua tentang menyimpan gigi yang terlepas tersebut kedalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi

1.Sangat setuju (4) 2.Setuju (3)

3.Ragu-ragu (2) 4.Tidak Setuju (1) 5.Sangat tidak setuju

(0)

Ordinal

Kemauan orang tua menerima penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan

darurat cedera gigi dan mulut

Respon orangtua tentang penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut

1.Sangat setuju (4) 2.Setuju (3)

3.Ragu-ragu (2) 4.Tidak Setuju (1) 5.Sangat tidak setuju

(0)

Ordinal

Penilaian pengetahuan dan sikap, yaitu :

1. Penilaian pengetahuan. Setiap soal kemudian dihitung rerata jawaban pengetahuan yang benar dibagi dengan jumlah benar seluruh soal. Jawaban untuk kuesioner pengetahuan yang benar diberikan bobot (1) dan jawaban yang salah diberikan bobot (0)

Kriteria penilaian pengetahuan orangtua menurut kriteria Arikunto, 2006 : a. Baik : bila mampu menjawab dengan benar 76% -100% (skor 7-9) b. Cukup : bila mampu menjawab dengan benar 56% -75% (skor 5-6) c. Kurang : bila mampu menjawab dengan benar 40% -55% (skor 0-4)

2. Penilaian sikap. Setiap soal kemudian dihitung rerata jawaban sikap dibagi dengan jumlah soal. Jawaban untuk kuesioner sikap dinilai berdasarkan skala Likert. Contoh pernyataan terdiri dari : pernyataan benar atau positif (+) maka respon memiliki bobot jawaban dengan respon sangat setuju (4), setuju (3), ragu (2), tidak


(44)

setuju (1) dan sangat tidak setuju (0) sedangkan pernyataan salah atau negative (-) maka respon memiliki bobot jawaban respon sangat setuju (0), setuju (1), ragu (2), tidak setuju (3) dan sangat tidak setuju (4)

Kriteria penilaian sikap orangtua menurut kategori Setiawan, 2010: a. Sangat Baik : (76% -100%) (skor 6-8)

b. Baik : (51% -75%) (skor 5)

c. Tidak baik : (26% -50%) (skor 3-4) d. Sangat tidak baik : (0 - 25 %) (skor 1-2)

3.6 Prosedur Penelitian

Setelah mendapat surat persetujuan Komisi Etik dari Fakultas Kedokteran USU, pengumpulan data dilakukan secara survei lapangan dengan mengunjungi sekolah yang dipilih di setiap kecamatan yaitu Kecamatan Medan Amplas dan Kecamatan Medan Baru. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah secara angket dengan dilakukan penyebaran kuesioner kepada orangtua melalui murid sekolah kemudian pengisian dilakukan oleh responden. Kuisoner penelitian telah dilakukan validasi sebanyak sekali sebelum disebarkan kepada responden.

Prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Peneliti menentukan sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian. Lokasi tersebut dipilih secara random dan sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan di Kecamatan Medan Amplas dan Kecamatan Medan Baru.

2. Peneliti mempersiapkan kelengkapan administrasi surat izin dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kota Medan untuk kemudian dibawa ke sekolah yang ditentukan dalam meminta izin dan jadwal untuk dapat dilakukan penelitian kepada pihak sekolah.

3. Setelah mendapatkan surat izin dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan, peneliti mendatangi setiap lokasi penelitian untuk meminta persetujuan penelitian serta menentukan jadwal untuk dilakukan penelitian.


(45)

4. Peneliti memberikan informed consent beserta kuisioner kepada calon subjek yaitu orangtua murid melalui murid-murid sekolah di Kecamatan Medan Amplas dan Kecamatan Medan Baru.

5. Pihak sekolah diminta untuk mengembalikan kuisioner sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh peneliti.

6. Kuesioner yang telah selesai dikumpul, selanjutnya diolah dan dianalisa oleh peneliti.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:

a. Editing (Penyuntingan data): untuk mengetahui dan memeriksa apakah data

yang terkumpul sudah diteliti semua atau belum.

b. Coding (Membuat lembaran kode): mengklasifikasikan jawaban dengan

memberi kode pada masing-masing jawaban.

c. Data entry (Memasukkan data): mengisi kolom-kolom lembar kode sesuai

dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

d. Saving : Proses penyimpanan data sebelum data diolah atau dianalisis.

e. Tabulasi: proses menyusun data dalam bentuk tabel, selanjutnya diolah dengan bantuan komputer.

f. Cleaning: kegiatan pengetikan kembali data yang sudah di entry untuk

mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam program Microsoft excel dalam bentuk tabel agar perhitungan lebih mudah dilakukan. Penghitungan dan analisa data dilakukan secara komputerisasi, yaitu melakukan penghitungan dengan hasil berupa persentase.


(46)

3.7.2 Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan melakukan uji hipotesa yang dilakukan dengan mengumpulkan data univariat dan bivariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian. Data yang diolah secara deskriptif adalah data univariat, dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian dan dihitung dalam bentuk persentase. Data bivariat adalah analisis korelasi antara dua variabel yang berupa hasil pengukuran. Analisis bivariat adalah untuk menganalisis korelasi antara variable dependen dan independen. Data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan uji statistik Chi-Square (X2). Perhitungan statistik apabila nilai P < 0,05 maka H0 ditolak yaitu terdapat hubungan signifikan antara variabel. Bila

nilai P > 0,05 maka H0 diterima yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

kedua variabel.

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut : 1. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

Kelayakan etik adalah keterangan tertulis yang menyatakan bahwa penelitian layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu. Peneliti mengajukan surat permohonan atas kelayakan etik disertai dengan proposal penelitian kepada ketua tim kelayakan etik di Fakultas Kedokteran USU.

2. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Peneliti meminta secara suka rela kepada responden penelitian untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bagi responden yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.


(47)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden Orangtua

Responden pada penelitian ini terdiri dari 284 orang, berasal dari 2 kecamatan yaitu Kecamatan Medan Baru dan Kecamatan Medan Amplas. Setiap kecamatan terdiri dari 142 responden. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan sosioekonomi. Berdasarkan jenis kelamin diperoleh responden dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 152 orang (53,5%) dan jenis kelamin laki-laki 132 orang (46,5%). Berdasarkan usia paling banyak hingga paling sedikit adalah usia 35-44 tahun (62,3%), usia 45-54 tahun (26,8), usia 25-34 tahun (7,7%), dan usia 55-64 tahun (3,2%) (Tabel 4).

Tabel 4. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan usia

No Karakteristik n (%)

1 Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan

132 (46,5) 152 (53,5)

2 Usia:

25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun

22 (7,7) 177 (62,3)

76 (26,8) 9 (3,2)


(48)

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak adalah perguruan tinggi dengan jumlah 179 orang (63,1%) sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SD paling sedikit yaitu 14 orang (4,9). Berdasarkan tingkat pendidikan, responden dikategorikan pendidikan rendah sebanyak 35 orang (12,3%), pendidikan sedang 70 orang (24,6%) dan pendidikan tinggi 179 orang (63,1%) (Tabel 5).

Tabel 5. Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan

No Pendidikan n (%)

1 Rendah SD SMP

14 (4,9) 21 (7,4) 2 Sedang

SMA 70 (24,6)

3 Tinggi

Perguruan Tinggi/Kuliah 179 (63,1)

Jumlah 284 (100)

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan diperoleh bahwa jenis pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta/pedagang dengan jumlah 91 orang (32%) dan jenis pekerjaan paling sedikit yaitu petani dengan jumlah 1 orang (0,4%). Responden dapat dikategorikan bekerja sebanyak 228 orang (80,3%) sedangkan responden yang tidak bekerja sebanyak 56 orang (19,7%). Berdasarkan total pendapatan keluarga tiap bulan, responden dengan perekonomian rendah sebanyak 122 orang (43%) dan perekonomian tidak rendah sebanyak 162 orang (57%). Faktor sosioekonomi responden ditentukan dengan penjumlahan skor pekerjaan dan penghasilan sehingga diperoleh responden dengan sosioekonomi baik sebanyak 105 orang (37%), sosioekonomi sedang sebanyak 137 orang (48,2%) dan sosioekonomi kurang sebanyak 42 orang (14,8%) (Tabel 6).


(49)

Tabel 6. Distribusi karakteristik responden menurut sosioekonomi

No Karakteristik n (%)

1 Pekerjaan Bekerja: PNS

Pegawai Swasta Petani

Buruh

Wiraswasta/ Pedagang Jumlah

61 (21,5) 63 (22,2) 1 (0,4) 12 (4,2)

91 (32) 228 (80,3)

Tidak Bekerja 56 (19,7)

Jumlah 284 (100)

2 Pendapatan Rendah

< Rp 1.500.000 (perkapita) 122 (43) Tidak rendah

≥ Rp 1.500.000 (perkapita) 162 (57)

Jumlah 284 (100)

3 Sosioekonomi Baik 105 (37,0)

Sedang 137 (48,2)

Kurang 42 (14,8)

Jumlah 284 (100)

4.2 Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Kuesioner penelitian pada bagian pengetahuan terdiri atas 11 pertanyaan berkesinambungan meliputi 2 bagian yaitu pembuka dan inti. Pertanyaan pembuka mengenai pengalaman pernah menerima informasi cedera gigi dan mulut dan sumber informasi. Hasil penelitian menunjukkan dari 284 responden terdapat 151 orang


(50)

(53,2%) yang pernah menerima informasi mengenai cedera gigi dan mulut dengan sumber informasi paling banyak diperoleh dari dokter gigi yaitu 133 orang (46,8%).

Pertanyaan inti terdiri atas 9 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi pada gigi permanen anak. Persentase pengetahuan responden yang menjawab dengan benar mengenai mengenai tindakan pertama saat cedera gigi dan mulut terjadi adalah 43,3% dan yang menjawab dengan benar mengenai jenis gigi yang avulsi berdasarkan ilustrasi kasus yang diberikan adalah 28,2%. Pertanyaan pengetahuan mengenai tindakan pertama yang dilakukan terhadap gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 4,2% dan waktu terbaik melakukan perawatan gigi dan mulut pada cedera gigi permanen avulsi dijawab dengan benar sebnyak 63,4%. Pertanyaan pengetahuan mengenai perlakuan sebelum melakukan replantasi gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 30,6% dan cara membawa gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar sebanyak 5,3%. Pertanyaan pengetahuan mengenai media penyimpanan gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar sebanyak 5,6% dan waktu ekstra-alveolar gigi yang avulsi dijawab dengan benar sebanyak 20,1%. Pertanyaan pengetahuan orangtua mengenai tempat yang tepat untuk mendapatkan perawatan lanjutan dijawab dengan benar sebanyak 93,3% (Tabel 7).


(51)

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak

No Pengetahuan n(%)

Benar Salah

1 Tindakan pertama saat cedera gigi dan mulut terjadi

123 (43,3) 161(56,7)

2. Jenis gigi yang avulsi berdasarkan ilustrasi kasus pada kuesioner

80(28,2) 204(71,8)

3. Tindakan pertama terhadap gigi avulsi 12 (4,2) 272 (95,8) 4. Waktu terbaik menerima perawatan gigi dan

mulut setelah terjadi avulsi

180 (63,4) 104 (36,6)

5. Perlakuan sebelum dilakukan replantasi pada gigi avulsi

87 (30,6) 197 (69,4)

6. Cara membawa gigi yang mengalami avulsi 15 (5,3) 269 (94,7) 7. Media penyimpanan gigi avulsi 16 ( 5,6) 268 (94,4) 8 Waktu ekstra-alveolar gigi avulsi 57 (20,1) 227 (79,9) 9 Tempat mendapatkan perawatan lanjutan 265 (93,3) 19 (6,7)

Berdasarkan pertanyaan tersebut diatas, maka diperoleh tingkat pengetahuan orangtua dari 284 responden yang dikategorikan memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 4 orang (1,4%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 29 orang (10,2%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 251 orang (88,4%).

Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan

No Tingkat Pengetahuan n (%)

1 Baik 4 (1,4)

2 Cukup 29 (10,2)

3 Kurang 251 (88,4)


(52)

4.3 Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Kuesioner penelitian pada bagian sikap berisikan pernyataan orangtua mengenai sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak yang terdiri atas 8 pernyataan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang menyatakan sangat setuju jika setiap orangtua harus mengetahui tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 175 orang (61,6%). Responden yang menyatakan setuju mencari gigi anak yang hilang setelah terjadi cedera gigi dan mulut sebanyak 103 orang (36,3%). Responden yang menyatakansetuju bahwa waktu pengembalian gigi yang lepas dilakukan segera setelah cedera terjadi sebanyak 92 orang (32,4%). Responden yang menyatakan setuju membersihkan gigi yang terlepas pada tempat yang kotor dengan cara disikat sampai bersih sebanyak 114 orang (40,1%). Responden yang menyatakan setuju membawa anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi sebanyak 121 orang (42,6%). Responden yang menyatakansetuju membawa gigi terlepas ke dokter gigi dengan dibalut menggunakan tissue jika gigi terlepas tidak langsung dikembalikan ke posisi semula sebanyak 136 orang (47,9%). Responden yang menyatakantidak setuju menyimpan gigi yang terlepas ke dalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi sebanyak 129 orang (45,5%). Responden yang menyatakan setuju untuk bersedia menerima penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 148 orang (52,1%) (Tabel 9).


(53)

Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan sikap tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak

No Sikap

n(%)

SS S RR TS STS

1. Setiap orangtua harus mengetahui tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut.

175 (61,6)

100(35,2) 3 (1,1) 4 (1,4) 2 (0,7)

2. Mencari gigi anak yang hilang setelah terjadi cedera gigi dan mulut.

57(20) 103(36,3) 49(17,3) 67(23,6) 8(2,8)

3. Waktu pengembalian gigi yang lepas dilakukan segera setelah cedera terjadi.

56(19,8) 92(32,4) 60(21,1) 62(21,8) 14(4,9)

4. Membersihkan gigi yang terlepas pada tempat yang kotor dengan cara disikat sampai bersih.

63(22,2) 114(40,1) 35(12,3) 56(19,7) 16(5,7)

5. Membawa anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera

100(35,2) 121(42,6) 29(10,2) 26(9,2) 8(2,8)

6. Membawa gigi terlepas ke dokter gigi dengan dibalut menggunakan tissue jika gigi terlepas tidak langsung dikembalikan ke posisi semula.

42(14,8) 136(47,9) 38(13,4) 58(20,4) 10(3,5)

7. Menyimpan gigi yang terlepas ke dalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi.

18(6,3) 37(13) 73(25,7) 129(45,5) 27(9,5)

8. Bersedia menerima penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut.


(54)

Berdasarkan pernyataan tersebut maka sikap orangtua dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok. Orangtua dengan kategori sikap baik sebanyak 228 orang (80,3) dan kategori kurang baik sebanyak 56 orang (19,7%) (Tabel 10).

Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan tingkat sikap orangtua

No. Sikap n(%)

1. Sangat baik 15 (5,2%)

2. Baik 213 (75%)

3. Tidak baik 55(19,4%)

4. Sangat tidak baik 1 (0,4)

Jumlah 284 (100)

4.4 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Analisis hubungan variabel tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi

Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan

tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua berada pada p=0,020 menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p<0,05) (Tabel 11).


(55)

Tabel 11. Distribusi hasil analisis statistik tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak Tingkat

Pendidikan

Pengetahuan

n(%) Total P

Baik Kurang baik

Rendah 0 35 (12,3) 35 (12,3)

0,020 Tinggi 33 (11,6) 216 (76,1) 249 ( 87,7)

Total 33 (11,6) 251 (88,4) 284 (100) *p<0,05= signifikan

4.5 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi Orangtua dengan Pengetahuan tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Analisis hubungan variabel sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi

Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan

sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua berada pada p=0,017. Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p<0,05) (Tabel 12).

Tabel 12. Distribusi hasil analisis statistik sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak

Sosioekonomi

Pengetahuan

n(%) Total P

Baik Kurang baik

Baik 19 (6,6) 86 (30,3) 105 (36,9)

0,017 Sedang

Kurang

13 ( 4,6) 1 (0,4)

124 (43,6) 41 ( 14,5)

137 (48,2) 42 (14,9) Total 33 (11,6) 251 (88.4) 284 (100) *p<0,05= signifikan


(56)

4.6 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Analisis hubungan variabel tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan tingkat pendidikan dengan sikap orangtua berada pada p=0,683. Hasil tersebut menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p>0,05) (Tabel 13).

Tabel 13. Distribusi hasil analisis statistik tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak

Tingkat Pendidikan

Sikap

n(%) Total P

Baik Tidak baik

Rendah 29 (10,2) 6 (2,1) 35 (12,3)

0,683 Tinggi 199 (70,1) 50 (17,6 ) 249 (87,7)

Total 228 (80,3) 56 (19,7) 284 (100) *p<0,05= signifikan

4.7 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi Orangtua dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Analisis hubungan variabel sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan sosioekonomi dengan sikap orangtua berada pada p=0,492. Hasil tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p>0,05) (Tabel 14).


(57)

Tabel 14. Distribusi hasil analisis statistik sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak

Sosioekonomi

Sikap

n(%) Total p

Baik Tidak baik

Baik 87 (30,6) 18 (6,3) 105 (36.9)

0,492 Sedang

Kurang

106 (37,3) 35 (12,4)

31 (10,9) 7 (2,5)

137 (48,2) 42 (14,9) Total 228 (80,3) 56 (19,7) 284 (100) *p<0,05= signifikan

4.8 Hasil Analisis Statistik Pengetahuan Orangtua dengan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Analisis hubungan pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan pengetahuan dengan sikap orangtua berada pada p=0,036. Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p<0,05) (Tabel 15).

Tabel 15. Distribusi hasil analisis statistik pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avusi gigi permanen anak

Tingkat Pengetahuan

Sikap

n(%) Total p

Baik tidak baik

Baik 31(10,9) 2 (0,7) 33 (11,6)

0,036 Kurang Baik 197 ( 69,4) 54 (19,0) 251 (88,4)

Total 228(80.3) 56 (19,7) 284 (100) *p<0,05= signifikan


(58)

BAB 5 PEMBAHASAN

Kuesioner penelitian pada bagian pengetahuan terdiri atas 11 pertanyaan berkesinambungan meliputi 2 bagian yaitu pembuka dan inti. Pertanyaan pembuka mengenai pengalaman pernah menerima informasi cedera gigi dan mulut dan sumber informasi. Hasil penelitian menunjukkan 53,2% responden pernah menerima informasi mengenai cedera gigi dan mulut dan yang belum pernah menerima informasi sebanyak 46,8%. Hasil yang berbeda didapati oleh Sanu yaitu 91,1% orangtua di Nigeria belum pernah mendapatkan informasi mengenai cedera gigi dan mulut.22 Mohandas et.al juga menemukan bahwa sebanyak 96% orangtua di Kairo belum pernah menerima informasi mengenai hal tersebut.30 Perbedaan temuan ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar responden di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas tempat dilakukannya penelitian sudah pernah memperoleh informasi mengenai cedera gigi dan mulut dari tim pelayanan kesehatan masyarakat setempat. Adapun sumber informasi paling banyak diperoleh adalah dari dokter gigi sebanyak 46,8%.

Pertanyaan inti terdiri atas 9 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi pada gigi permanen anak. Sebanyak 43,3% responden menjawab dengan benar mengenai mengenai tindakan pertama saat cedera gigi dan mulut terjadi. Sae Lim et.al menemukan 63% orangtua mampu menjawab dengan benar mengenai tindakan pertama yang harus dilakukan pada saat cedera gigi dan mulut terjadi, yaitu dengan menenangkan anak, menghentikan perdarahan dengan menggigit kain sambil membawa ke pelayanan medis.31 Hal ini memerlukan perhatian lebih lanjut dari pelayanan kesehatan mengenai tindakan yang harus dilakukan oleh orangtua bila terjadi trauma avulsi dengan cara penyuluhan baik secara langsung atau pun tidak langsung.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 28,2% responden dapat menjawab dengan benar mengenai jenis gigi yang avulsi berdasarkan ilustrasi yang diberikan.


(59)

Jumlah yang berbeda ditemukan Hashim dalam penelitiannya dimana sebanyak 71 orang (44,1%) respondennya dapat membedakan jenis gigi yang terlepas pada anak usia 9 tahun.32 Hal ini kemungkinan terjadi disebabkan karena orangtua anak tidak memiliki pengetahuan yang adekuat terkait masa erupsi gigi permanen anak.

Adapun tindakan yang harus dilakukan pada saat gigi avulsi terlepas dari soketnya adalah dengan mencari gigi, membersihkan gigi dan kemudian meletakkan gigi ke dalam pipi anak. Sebanyak 4,2% responden dapat menjawab dengan benar mengenai hal tersebut. Hashim dalam penelitiannya menemukan 19,3% responden dapat menjawab hal tersebut dengan benar.32 Jumlah yang lebih banyak di temukan oleh Mohandas et.al (22%) dan Abdellatif (85,9%).13,30 Hal ini kemungkinan disebabkan karena orangtua tidak mengetahui bahwa gigi yang terlepas tersebut merupakan gigi permanen dan orangtua berasumsi bahwa gigi yang lepas tersebut akan digantikan oleh gigi pengganti.

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 63,4% responden menjawab dengan benar pada saat ditanyakan waktu yang paling tepat untuk dilakukan perawatan gigi yang avulsi. Jumlah tersebut hampir sama dengan yang ditemukan Abdellatif (78,8%).13 Hasil penelitian juga menunjukkan sebanyak 30,6% responden mengetahui perlakuan terbaik yang dilakukan terhadap gigi avulsi yang terjatuh di tempat kotor yaitu dengan membersihkan gigi dibawah air mengalir selama 10 detik. Mohandas et.al dalam penelitiannya mendapati bahwa 45,1% responden menjawab hal tersebut dengan benar.30 Abdellatif menemukan sebanyak 15% responden akan membersihkan gigi yang kotor dengan menyikat gigi dan Adekoya et.al mendapati sebanyak 51,5% responden akan meninggalkan gigi tersebut di tanah. 13,33 Perbedaan pengalaman ini disebabkan karena adanya perbedaan pilihan jawaban yang diberikan dalam kuesioner sehingga jawaban yang diperoleh juga berbeda.

Gigi yang tidak langsung direplantasikan sebaiknya di simpan dalam suatu media yang dapat menjaga vitalitas sel ligamen periodontal. Susu merupakan salah satu media yang ideal yang dapat digunakan. Sedikitnya hanya 5,6% responden yang menjawab susu sebagai media penyimpanan yang akan digunakan sebelum gigi di bawa ke dokter gigi. Jumlah yang lebih sedikit di temukan Sanu dalam penelitiannya


(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Avulsi gigi merupakan lepasnya gigi dari soket alveolar secara utuh akibat trauma.4-7 Berdasarkan beberapa penelitian prevalensi avulsi yaitu 0,5-1,6% dari kasus truma gigi yang terjadi.7,8,9 Trauma gigi avulsi merupakan masalah yang cukup serius di kalangan masyarakat terutama pada anak usia 8-12 tahun, sehingga menjadi pelajaran yang cukup penting bagi orangtua, dokter gigi serta pelayan kesehatan lainnya dalam menangani kasus ini.8 Pada penelitian pengetahuan dan sikap orangtua terhadap penanganan trauma avulsi gigi permanen anak diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Berdasarkan jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak disimpulkan bahwa 1,4% orangtua yang memiliki pengetahuan yang baik dan 75% orangtua memiliki sikap yang baik.

2. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan orangtua dengan pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p=0,020). Ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi keluarga dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas (p= 0,017).

3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan orangtua dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen (p=0,492). Tidak ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi keluarga dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen di Kecamatan Medan Baru dan Medan Amplas (p=0,036).

4. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan orangtua dengan sikap orangtua tentang tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p=0,036).


(2)

6.2 Saran

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak.

2. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan sikap orangtua mengenai trauma gigi anak terutama penanganan darurat trauma gigi avulsi melalui program edukasi seperti penyuluhan di puskesmas maupun di sekolah-sekolah oleh dokter gigi.

3. Pelayanan kesehatan setempat perlu memperkenalkan trauma gigi pada anak terutama avulsi gigi dan penanganannya dengan media poster maupun iklan sehingga dapat diketahui secara luas.

4. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini, diharapkan memperoleh data yang lebih seimbang sehingga dapat mengkaji faktor atau variabel yang mempengaruhi meliputi tingkat pendidikan dan sosioekonomi maupun dengan variabel tambahan seperti usia, jenis kelamin, daerah tempat tinggal mapupun pengaruh sesudah menerima penyuluhan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Ozer S, Yilmaz EI, Bayrak S, Tunc ES. Parental knowledge and attitudes regarding the emergency treatment of avulsed permanent teeth. European Journal of Dentistry 2012; 6: 370-5.

2. Quaranta, De Giglio O, Corretti C, Vaccaro S, Barbuti G, Strohmenger L. What do parents know about dental trauma among school-age children A pilot study. Ann Ig 2014; 26: 443-6.

3. Shashikiran ND, Reddy VVS, Nagaveni NB. Knowledge and attitude of 2000 parents (urban and rural -1000 each) with regard to avulsed permanent incicors and their emergency management, in and around Davangere. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2006; 116-121.

4. Mori G, Castilho L, Nunes D, Turcio K, Molina R. Avulsion of permanent teeth: Analysis of the efficiency of an informative campaign for professionals from elementary school. Journal of Applied Oral Science 2007; 15(6): 534-8. 5. Sigurdsson A, Bourguignon C. Avulsion. In: Berman L, Blanco L, Cohen S.

eds. A clinical guide to dental traumatologi.,Missouri:Mosby Elsevier, 2007: 99-101.

6. Loo TJ, Guruthan D, Somasundaran S. Knowledge and attitude of parents with regard to avulsed permanent tooth of their children and their emergency management- Chennai.J Indian Soc Pedod Prev Dent 2014; 32(2): 97-106. 7. Cohenca N, Forrest JL, Rotstein I. Knowledge of oral health professionals of

treatment of avulsed teeth. Dent Traumatol 2006; 22: 296-301.

8. Fujita Y, Shiono Y, Maki K. Knowledge of emergency management of avulsed tooth among Japanese dental students. BMC Oral Health 2014; 14(36): 1-6.

9. Gupta N, Singh K, Ahuja R, Saxena T. Knowledge of mothers with different education levels about the emergency management of avulsed teeth. OHDM 2014; 13(3): 792-97.


(4)

10.Levin L, Zadik Y. Education on and prevention of dental trauma: it’s time to act. Dent Traumatol 2012; 28: 49-54.

11.Young C, Wong KY, Cheung LK. Emergency management of dental trauma: knowledge of Hong Kong primary and secondary school teachers. Hong Kong Med J 2012; 18(5): 362-3

12.Santos M, Habecost A, Gomes F, Weber J, Gerhard M. Parent and Caretaker knowledge about avulsion of permanent teeth. Dent Traumatol 2009; 25: 203-8.

13.Abeer M, Abdelatif, Salwa A. Hegazy. Knowledge of emergency management of avulsed teeth among a sample of Egyptian parents. J Advanced Res 2011; 2: 157-62.

14.Notoatmojo S. Ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta, 2003; 127-34.

15.Andersson L, Andreason JO, Day P, Heithersay G, Trope M, DiAngelis AJ et al. Guidelines for the management of traumatic dental injuries: 2. Avulsion of permanent teeth. International Association of Dental Traumatology 2012; 35(6); 319-26.

16.Andreasen JO, Anderasen FM, Andreasen L.Texbook and color of atlas of traumatic injuries to the teeth. 4th ed., Conpenhagen: Blackwell Munksguard,2007:229-35.

17.Arriza AM, Ramadhan AF. Coconut water (Cocos nucifera) as storage media for the avulsed tooth. Journal of Dentistry Indonesia 2010; 17(3): 74-9.

18.Prabakar AR, Sugandhan, Roopa KB, Gulati A . Esthetic management of an anterior avulsed tooth. International Journal of Clinical Pediatric Dentistry 2009; 2(3): 35-38.

19.Ajayi MD, Denloye O, Funmilayo I, Solanke A. The unmet treatment need of traumatized anterior teeth in selected secondary school children in Ibadan, Nigeria. Dent Traumatol 2009; 26: 60-63.


(5)

21.Zakirulla M, Togoo RA, Yaseen SM. Knowledge and attitude of Saudi Arabian school teachers with regard to emergency management of dental trauma. International Journal of Clinical Dental Science 2011; 2(2): 25-28. 22.Sanu OO, Utomi IL. Parental awareness of emergency management avulsion

of permanent teeth of children in Lagos,Nigeria. Niger Postgrad Med J 2005; 12: 115-20.

23.Bhayya DP, Shyagali TR. Traumatic injuries in the primary teeth of 4 to 6year-old school children in Gulbarga City, India. OHDM 2013; 12(1): 17-23. 24.Power R. Dental trauma in children. Part 2: management. Dental Nursing

2013; 9 (5): 270-74.

25.Howe S. Protecting teeth from damage with mouthguards. Dental Nursing 2014; 10(2): 76-8.

26.Keels MA, The Section on Oral Health. Management of dental trauma in a primary care setting. Pediatrics 2014; 133(2): 466-76.

27.Firmino RT, Siqueira MBLD, Andrade RGV. Prediction factors for failure to seek treatment following traumatic dental injuries to primary teeth. Braz Oral Res 2014; 28(1): 1-7.

28.Hwang JY, Choi SC, Park JH, Kang SW. The use of green tea extract as storage medium for the avulsed tooth.JOE 2011; 37(7): 962-66.

29.Bazmi BA, Singh AK, Kar S, Mubtasum H. Storage media for avulsed tooth. Indian Journal of Multidicplinary Dentistry 2013; 3(3): 741-49.

30.Mohandas U, Chandan GD. Knowledge, attitude and practice in emergency management of dental injury among physical educational teachers: A survey in Bangalore urban schools. J Indian Soc Pedod Prevent Dent 2009; 4(27): 242-8.

31.Sae-Lim V, Chulaluk K, Lim LP. Patient and parental awareness of importance of immediate management of traumatized teeth. Endod Dent Traumatol 1999; 15: 37-41.


(6)

32.Hashim R. Dental trauma management awareness among primary school teachers in the Emirate of Ajman, United Arab Emirates. European Journal of Pediatric Dentistry 2011; 12(2): 99-102.

33.Adekoya-Sofowora CA, Oziegbe EO, Ugboko V, Akinbade A. Knowledge of first aid measures of avulsion replantation of teeth in Nigerian school children. The Internet Journal of Dental Science 2008; 7(1): 1-5.