Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANGTUA TENTANG

PENANGANAN DARURAT TRAUMA AVULSI GIGI

PERMANEN DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

DAN KECAMATAN MEDAN KOTA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

ANGELINE JAMES NIM: 110600129

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2015

Angeline James

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota.

xi + 54 halaman

Trauma gigi merupakan masalah yang cukup serius di kalangan masyarakat khususnya anak. Salah satu jenis trauma gigi yang paling memberikan dampak serius adalah trauma avulsi pada gigi permanen yang mencapai 0,5%-16% dari seluruh jenis trauma gigi. Pengelolaan perawatan trauma avulsi membutuhkan adanya pengetahuan tentang trauma yang meliputi tindakan penanganan kedaruratan, teknik perawatan, serta prognosis perawatan. Hal ini membutuhkan kerjasama oleh orang terdekat anak diantaranya adalah orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan sosioekonomi terhadap pengetahuan dan sikap orangtua mengenai penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak, serta mengetahui hubungan antara pengetahuan terhadap sikap orangtua terhadap penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional terhadap 284 orangtua dari Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. Berdasarkan jenis kelamin, responden perempuan yang lebih banyak dengan jumlah 188 orang (66,2%) dan laki-laki hanya 96 orang (33,8%). Berdasarkan strata tingkat pendidikan responden persentase SD dan SMP 45,4% yang tertinggi. Kategori sosioekonomi ditentukan oleh jumlah nilai kategori pendapatan rendah dan tidak rendah dengan kategori pekerjaan yaitu bekerja dan tidak bekerja sebanyak 66,9% kategori baik. Pengumpulan data dilakukan dengan


(3)

kuesioner yang disampaikan kepada orangtua melalui murid sekolah dasar dan dianalisis secara statistik menggunakan uji Chi-Square pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna terhadap pengetahuan (p=0,037) dan sikap (p=0,038) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. Faktor sosioekonomi memiliki hubungan bermakna terhadap pengetahuan (p=0,003) dan sikap (p=0,032) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. Faktor pengetahuan memiliki hubungan signifikan terhadap sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. (p=0,042)

Tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma gigi dan mulut terutama avulsi gigi sangat rendah namun demikian orangtua menunjukkkan sikap positif terhadap keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Pelayanan kesehatan setempat terutama dokter gigi perlu melakukan program edukasi dan publikasi untuk meningkatkan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 6 Juli 2015

Pembimbing: Tanda Tangan

Ami Angela Harahap, drg,. Sp. KGA., M.Sc ... NIP. 19780426 200312 2 002


(5)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 6 Juli 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Essie Octiara, drg., Sp. KGA

ANGGOTA : 1. Taqwa Dalimunthe, drg.,Sp.KGA


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Selama penulisan proposal ini, penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan serta doa dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih setulusnya kepada Ayahanda James dan Ibunda Theresa James yang telah memberi dukungan tak terhingga selama penulis mendapatkan pendidikan akademik dan menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C. Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Yati Roesnawi, drg., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak.

3. Ami Angela Harahap, drg., Sp.KGA., M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pengajar dan staf administrasi Departemen IKGA yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis.

5. Kepala Sekolah, staf pengajar, murid-murid dan orangtua murid SDN 064979, SDN 060809. SD Syafiyyatul Amaliyyah, SD St. Antonius yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

6. Sahabat-sahabat dan teman-teman seperjuangan angkatan 2011 yang telah banyak mendukung dan membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penulis masih dalam proses pembelajaran sehingga skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan


(7)

kritik yang membangun dari semua pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Penulis mengharapkan skripsi ini dapat digunakan dan memberikan manfaat serta sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan masyarakat.

Medan, 6 Juli 2015 Penulis,

Angeline James NIM:110600129


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan dan Perilaku ... 6

2.1.1 Pengetahuan ... 6

2.1.2 Sikap ... 7

2.1.3 Perilaku ... 8

2.2 Trauma avulsi, etiologi dan prevalensi ... 9

2.3 Replantasi gigi ... 11

2.4 Media penyimpanan ... 11

2.4.1 Air ... 11

2.4.2 Saliva ... 12

2.4.3 Larutan saline ... 12

2.4.4 Air kelapa ... 12


(9)

2.4.6 Susu ... 13

2.4.7 Hank’s Balanced Salt Solution ... 13

2.5 Waktu Ekstraalveolar ... 14

2.6 Prognosis ... 16

2.7 Pencegahan ... 16

2.8 Kerangka Teori ... 17

2.9 Kerangka Konsep ... 18

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3.3 Populasi dan Sampel ... 19

3.4 Variabel Penelitian ... 21

3.5 Defenisi Operasional ... 21

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 31

3.8 Etika Penelitian ... 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Karakteristik Responden Orangtua ... 34

4.2 Gambaran Umum Pengetahuan tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen ... 35

4.3 Gambaran Umum Sikap tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen ... 37

4.4 Hasil Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan Orangtua dengan Pengetahuan dan Sikap Orangtua dalam Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen ... 40

4.5 Hasil Analisis Hubungan antara Statistik Sosial Ekonomi Orangtua dengan Pengetahuan dan Sikap Orangtua dalam Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen ... 42

BAB 5 PEMBAHASAN ... 44

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 50

6.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Prevalensi dalam Pemilihan Media Penyimpanan Gigi Avulsi ... 14

2. Defenisi Operasional Faktor Risiko ... 21

3. Defenisi Operasional Pengetahuan Orangtua ... 23

4. Defenisi Operasional Sikap Orangtua ... 27

5. Karakteristik Responden ... 35

6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 37

7. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Orangtua... ... 37

8. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 38

9. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Orangtua ... 40

10. Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan ... 41

11. Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan.... ... 41

12. Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Sikap... ... 42

13. Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Sikap ... ... 42

14. Distribusi Hasil Analisis Hubungan Antara Sosioekonomi dengan Pengetahuan Orangtua ….. ... 43

15. Distribusi Hasil Analisis Hubungan Antara Sosioekonomi dengan Sikap Orangtua….. ... 43


(11)

16. Distribusi Hasil Analisis Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Etiologi Trauma Avulsi Gigi ... 10 2. Gigi Avulsi... ... 15


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua

2. Lembaran Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Concent) 3. Kuesioner

4. Daftar Hasil Penelitian

5. Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian dari Komisi Etik 6. Surat Telah Melakukan Penelitian dari SDN 064979 7. Surat Telah Melakukan Penelitian dari SDN 060809

8. Surat Telah Melakukan Penelitian dari SD Syaffiyatul Amaliyyah 9. Surat Telah Melakukan Penelitian dari SD St. Antonius


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2015

Angeline James

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota.

xi + 54 halaman

Trauma gigi merupakan masalah yang cukup serius di kalangan masyarakat khususnya anak. Salah satu jenis trauma gigi yang paling memberikan dampak serius adalah trauma avulsi pada gigi permanen yang mencapai 0,5%-16% dari seluruh jenis trauma gigi. Pengelolaan perawatan trauma avulsi membutuhkan adanya pengetahuan tentang trauma yang meliputi tindakan penanganan kedaruratan, teknik perawatan, serta prognosis perawatan. Hal ini membutuhkan kerjasama oleh orang terdekat anak diantaranya adalah orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan sosioekonomi terhadap pengetahuan dan sikap orangtua mengenai penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak, serta mengetahui hubungan antara pengetahuan terhadap sikap orangtua terhadap penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional terhadap 284 orangtua dari Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. Berdasarkan jenis kelamin, responden perempuan yang lebih banyak dengan jumlah 188 orang (66,2%) dan laki-laki hanya 96 orang (33,8%). Berdasarkan strata tingkat pendidikan responden persentase SD dan SMP 45,4% yang tertinggi. Kategori sosioekonomi ditentukan oleh jumlah nilai kategori pendapatan rendah dan tidak rendah dengan kategori pekerjaan yaitu bekerja dan tidak bekerja sebanyak 66,9% kategori baik. Pengumpulan data dilakukan dengan


(15)

kuesioner yang disampaikan kepada orangtua melalui murid sekolah dasar dan dianalisis secara statistik menggunakan uji Chi-Square pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna terhadap pengetahuan (p=0,037) dan sikap (p=0,038) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. Faktor sosioekonomi memiliki hubungan bermakna terhadap pengetahuan (p=0,003) dan sikap (p=0,032) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. Faktor pengetahuan memiliki hubungan signifikan terhadap sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. (p=0,042)

Tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma gigi dan mulut terutama avulsi gigi sangat rendah namun demikian orangtua menunjukkkan sikap positif terhadap keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Pelayanan kesehatan setempat terutama dokter gigi perlu melakukan program edukasi dan publikasi untuk meningkatkan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma gigi merupakan masalah yang cukup serius di kalangan masyarakat khususnya anak. Trauma gigi sering terjadi pada anak antara usia 8 dan 11 tahun. Etiologi trauma gigi pada anak yang paling sering adalah jatuh saat bermain, baik di luar maupun di dalam rumah dan saat berolahraga. Angka prevalensi trauma gigi adalah 60% dan sebanyak 48% yang melibatkan trauma pada gigi rahang atas. Anak usia 10 tahun mempunyai risiko dua kali lebih besar trauma gigi, jika dibandingkan dari seluruh tingkatan usia.1

Salah satu trauma gigi adalah avulsi yang didefinisikan sebagai terlepasnya gigi dari soket bersama dengan kerusakan pada ligamen periodontal dengan atau tanpa fraktur tulang alveolar. Gigi yang paling sering terkena avulsi adalah gigi insisivus sentralis rahang atas dibandingkan gigi insisivus rahang bawah baik pada masa periode gigi sulung dan gigi permanen. Avulsi terjadi tiga kali lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan karena aktivitas lebih aktif dalam permainan dan lebih agresif dalam olahraga. Insidensi avulsi meningkat dengan pertambahan usia; pada 12 tahun, terdapat 6,5% dan insidensi meningkat menjadi 0,2% pada mereka usia lebih 20 tahun. Avulsi ini dapat terjadi pada setiap usia, avulsi dari gigi permanen antara 8-12 tahun, saat ligamen periodontal longgar terstruktur sekitar erupsi gigi hanya dapat menyediakan resistensi minimal untuk kekuatan ekstrusif.1-4

Pengelolaan trauma melibatkan kerjasama antara orangtua atau pengasuh anak, guru dan pelatih, dokter gigi ataupun masyarakat yang berada di lingkungan terjadinya trauma. Hal ini membutuhkan adanya pengetahuan tentang trauma yang melibatkan prognosis perawatan yang baik. Penelitian di Kairo dan India menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan orangtua tentang pengelolaan darurat avulsi adalah rendah. Pada orangtua baik orangtua yang memiliki tingkat pendidikan yang


(17)

tinggi dan rendah. Penelitian Santos et.al menunjukkan bahwa sekitar 71% orangtua tidak tahu mengenai avulsi.5

Prognosis perawatan avulsi yang baik dapat mengembalikan fungsi fungsional yang estetis gigi tersebut. Hal ini bergantung kepada pada waktu ekstraalveolar, penyimpanan yang memadai dan sarana transportasi dan agresi minimal pada permukaan akar dan ligamen periodontal serta pengetahuan tentang pengelolaan situasi ini. Pengetahuan orangtua juga memainkan peranan penting dalam sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak.5-7

Avulsi memberikan efek dari segi masalah estetika, fungsional, dan psikologis, baik pada anak-anak maupun orangtua. Maka pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi sangat penting dalam keberhasilan prognosis yang baik. Oleh sebab itu, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan orangtua tentang avulsi di kota Medan karena tidak adanya penelitian yang dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah Rumusan Umum

1. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota?

2. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota?

3. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan orangtua dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota?


(18)

Rumusan Khusus

1. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota?

2. Apakah terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota?

3. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota?

4. Apakah terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota.

2. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota.

3. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota.


(19)

1. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.

2. Untuk mengetahui hubungan sosioekonomi keluarga dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.

3. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.

4. Untuk mengetahui hubungan sosioekonomi keluarga dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.

2. Ada hubungan sosioekonomi keluarga dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.

3. Ada hubungan pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.

4. Ada hubungan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.

5. Ada hubungan pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.


(20)

1.5 Manfaat Tujuan

1. Menjadi masukan bagi orangtua tentang pentingnya penanganan dalam perawatan darurat trauma avulsi gigi permanen.

2. Memberikan informasi bagi peneliti dalam mengetahui hubungan antara sosio-ekonomi dan pendidikan dengan pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen.

3. Memberikan informasi kepada orangtua dalam penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan dan Perilaku 2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan wujud penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Apabila perilaku didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat “longlasting”. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:7

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang diperoleh atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.


(22)

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam kompenen-kompenen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk melakukan atau mengembangkan bagian-bagian yang terdapat dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.7

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan seperti di atas.7

2.1.2 Sikap

Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap terdiri atas berbagai tingkatan, yaitu:7

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).


(23)

b. Merespons (Responding)

Subjek memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas adalah indikasi dari sikap. Usaha untuk menjawab pertanyaan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab adalah mempunyai tanggung terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.7

2.1.3 Perilaku

Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh seseorang yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung. Perilaku adalah tindakan atau perbuatan seseorang yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Notoatmodjo mengungkapkan pendapat Rogers bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan:7

a. Kesadaran (Awareness): seseorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

b. Tertarik (Interest): merasa tertarik terhadap stimulus yang diberikan. Disini sikap subjek sudah mulai terbentuk.

c. Mempertimbangkan (Evaluation): seseorang mempertimbangkan baik buruk dari stimulus kepada dirinya. Hal ini berarti sikap orang itu sudah lebih baik lagi.


(24)

e. Adopsi (Adoption): seseorang telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu. Pengukuran dapat juga dilakukan secara langsung, yakni dengan mengamati tindakan atau kegiatan responden.7

2.2 Trauma Avulsi, Prevalensi dan Etiologinya

Avulsi merupakan kondisi lepasnya gigi dari soket alveolar akibat adanya cedera gigi. Secara klinis dan foto ronsen, gigi tidak ada di dalam soket. Tulang alveolar, sementum, ligament periodontal, gingiva, dan pulpa, akan mengalami kerusakan pada saat gigi secara total keluar dari soketnya. Trauma gigi tersebut memberikan dampak negatif signifikan bagi pasien yang dapat menyebabkan gangguan fungsional dan estetika, fisik, serta psikologis.2,4

Keberhasilan pengelolaan avulsi dipengaruhi oleh perawatan darurat yang benar diikuti dengan perawatan lanjutan sehingga dapat menghasilkan prognosis baik avulsi. Prevalensi avulsi adalah 0,5%-16% dari kasus trauma injuri terutama pada anak usia 7-9 tahun, karena daya tahan tulang alveolar masih kurang. Lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, dan sering terjadi pada gigi insisif sentral gigi permanen. Pada kasus gigi permanen terjadi 0,5%-16% sedangkan pada gigi sulung terjadi 7%-13%.4,8

Avulsi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dan harus memerlukan perhatian dan penanganan yang khusus serta cepat dari orangtua. Namun, pengelolaan darurat kasus trauma avulsi rendah di kalangan masyarakat.

Etiologi avulsi gigi sering terjadi pada saat anak berjalan dan berlari dimana koordinasi otot dan yang belum berkembang secara baik. Anak usia sekolah 5 – 12 tahun, seringkali terjadi trauma gigi akibat jatuh ketika bermain, berlari, berkelahi dengan teman, atau belajar bersepeda. Trauma gigi yang terjadi sering melibatkan kerusakan pada gigi yang disertai dengan luka pada dagu maupun bibir. Trauma gigi anak seringkali terjadi pada gigi yang masih belum mengalami maturasi secara


(25)

sempurna, sehingga kerusakan struktur gigi yang terjadi dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan gigi selanjutnya. Anak yang berusia 12-18 tahun, terjadinya trauma biasanya diakibatkan karena aktivitas olahraga sedangkan pada orang dewasa trauma gigi biasanya terjadi akibat faktor kecelakaan. Jatuh merupakan penyebab utama terjadinya fraktur pada anak, berdasarkan penelitiannya pada tahun 2008 ditegaskan bahwa insidensi trauma pada anak 89,4% disebabkan oleh karena terjatuh. Cedera gigi trauma (TDIs) biasanya mempengaruhi satu gigi, namun tidak tertutup kemungkinan jadi pada beberapa gigi yang dapat meningkatkan meningkatkan risiko trauma gigi saat bermain olahraga. Tindakan pencegahan trauma gigi adalah dengan pemakaian mouthguard atau pelindung muka dengan benar. Ketika mouthguard tidak dipakai selama pertandingan sepak bola, kemungkinan mengalami trauma gigi setidaknya dua kali lebih banyak daripada yang menggunakan mouthguard semasa olahraga.9,10

Gambar 1. Etiologi trauma gigi avulsi11

2.3 Replantasi Gigi

Trauma gigi yang paling serius adalah avulsi (exarticulation). Prognosis dipengaruhi oleh keadaan pada saat terjadi terlepasnya gigi dari soketnya. berhubungan dengan cedera membran periodontal selama terlepasnya gigi dari soketnya. Gigi avulsi harus direplantasi dalam soket sesegera mungkin untuk


(26)

menghindari kerusakan lebih lanjut pada membran periodontal dan untuk mendapatkan prognosis yang baik.12,13

Menurut penelitian di Brazil prosedur pembersihan yang benar hanya dinyatakan oleh 19% dari orangtua atau pengasuh. Empat persen itu tidak tahu tindakan yang harus dilakukan, atau bahkan menyatakan bahwa mereka akan menggosok gigi dengan sabun atau spons, sedangkan sebagian besar (64%) akan menggunakan air keran.5

Penanganan darurat trauma avulsi adalah mencari dahulu gigi avulsi. Gigi harus dipegang dari mahkota (bagian paling putih) bukan pada akar gigi. Apabila gigi tersebut itu kotor, harus dibersihkan di bawah air dingin yang mengalir selama 10 detik tanpa sikat atau membersihkan gigi dengan kain kasa serta tidak menggunakan desinfektan.14

2.4 Media Penyimpanan

Menurut Gomes et.al dari Brazil telah melakukan penelitian tentang media penyimpanan bagi gigi avulsi. Tujuan dari penelitian Gomes et.al adalah untuk melakukan pemantauan tentang kemungkinan cara menyimpan gigi avulsi dan efektivitas dalam pemeliharaan vitalitas seluler. Terdapat banyak jenis media penyimpanan atau transportasi untuk gigi avulsi antaranya adalah:15

2.4.1 Air

Air telah menunjukkan untuk menjadi satu dengan sedikit hasil yang diinginkan, meskipun melindungi gigi dari dehidrasi karena media hipotonik dan hal itu menyebabkan kerusakan ligamen periodontal, mirip dengan penyimpanan kering.15

2.4.2 Saliva

Saliva dapat digunakan sebagai media penyimpanan untuk waktu singkat, namun dapat merusak sel-sel ligamen periodontal jika digunakan selama lebih dari


(27)

satu jam. Osmolaritas saliva yang jauh lebih rendah daripada fisiologis (60-70 mOsm /kg), akan meningkatkan efek merugikan karena kontaminasi bakteri.15

2.4.3 Larutan Saline

Larutan saline mempunyai osmolaritas 280 mOsm/kg dan meskipun kompatibel ke sel-sel ligamen periodontal, tetapi tidak memiliki nutrisi penting seperti magnesium, kalsium dan glukosa yang diperlukan untuk kebutuhan metabolisme normal dari sel-sel ligamen periodontal. Larutan saline berbahaya bagi sel-sel ligamen periodontal pada gigi avulsi jika digunakan selama lebih dari dua jam.15

2.4.4 Air Kelapa

Air kelapa dikenal juga sebagai (Cocos nucifera) pada umumnya dikenal sebagai "Tree of Life", adalah minuman alami yang dihasilkan secara biologis. Komposisi elektrolit dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler yang lebih erat dari plasma ekstraseluler. Zat utama yang terkandung dalam air kelapa antara lain kalium, kalsium, dan magnesium, sedangkan natrium, klorida, dan fosfat, ditemukan dalam jumlah konsentrasi yang lebih rendah. Air kelapa merupakan cairan hipotonik dibandingkan plasma, dan memiliki gravitasi spesifik, sebanding dengan plasma darah. Air kelapa memiliki osmolaritas tinggi karena adanya kandungan gula didalamnya, terutama glukosa dan fruktosa, juga kaya akan banyak asam amino esensial antara lain lisin, sistin, fenilalanin, histidin, dan tryptophan. Air kelapa mudah diterima oleh tubuh manusia dan merupakan sarana yang aman untuk rehidrasi terutama pada pasien yang menderita defisiensi kalium. Air kelapa juga unggul dalam melakukan pemeliharaan untuk kelangsungan hidup sel-sel ligamen periodontal karena adanya berbagai nutrisi di dalamnya seperti protein, asam amino, vitamin, dan mineral.16


(28)

2.4.5 Putih Telur

Susu dan putih telur sebagai media untuk menyimpan gigi avulsi, dan hasilnya menunjukkan bahwa gigi disimpan dalam putih telur selama 6 hingga 10 jam lebih baik daripada yang disimpan dalam susu. Osmolalitas putih telur adalah antara 251 dan 298 mOsm / kg. Ligamen periodontal pada yang gigi diekstraksi melekat kembali setelah satu jam dari waktu ekstraalveolar, dibandingkan dengan media penyimpanan seperti susu, putih telur dan air liur buatan. Hasil gigi disimpan dalam susu dan putih telur adalah serupa dari segi faktor serat kolagen dan jumlah sel. Air liur buatan memiliki hasil yang rendah. Oleh sebab itu, putih telur boleh menjadi medium yang sempurna untuk menyimpan gigi avulsi.15

2.4.6 Susu

Susu sebagai solusi untuk gigi avulsi, dapat menjaga kelangsungan hidup ligamen periodontal selular manusia. Susu lebih baik daripada solusi lain untuk sifat fisiologisnya, termasuk pH dan osmolalitas kompatibel dengan mereka yang sel dari ligamentum periondontal, cara mudah untuk mendapatkan dan untuk bebas dari bakteri. Susu adalah solusi penyimpanan yang sangat baik selama 6 jam. Hasil yang menguntungkan dari susu terjadi karena adanya zat-zat gizi seperti asam amino, karbohidrat, dan vitamin. Susu dapat mengurangi jumlah bakteri dan zat bakteriostatik, yang berbahaya bagi fibroblas ligamen periodontal.15,18

2.4.7 Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS)

Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS) adalah larutan garam standar yang banyak digunakan dalam penelitian biomedis untuk mendukung pertumbuhan berbagai jenis sel. Solusi ini biokompatibel dengan sel ligamen periodontal, pH seimbang sebesar 7,2 dan memiliki osmolalitas 320 mOsm/kg. Kandungan HBBS terdiri dari 8 g/L natrium klorida, 0,4 g/L dari D-glukosa, 0,4 g/L kalium klorida, 0,35 g/L natrium bikarbonat, 0,09 g/L natrium fosfat, 0,24 g/L kalium fosfat; 0,24 g/L kalsium klorida, 0,2 g/L magnesium klorida dan 0,2 g/L magnesium sulfat.15


(29)

HBSS adalah solusi terbaik untuk menyimpan gigi avulsi. Ini tidak memerlukan pendinginan dan dapat disimpan di rak selama 2 tahun dan telah direkomendasikan dan berhasil digunakan sebagai media penyimpanan oleh dokter dan peneliti. Ini adalah solusi efektif dalam melestarikan sel ligamen periodontal gigi avulsi, memperbaharui sel ligamen periodontal yang merosot dan mempertahankan tingkat keberhasilan unggul jika gigi yang avulsi direndam di dalamnya selama 30 menit. Hank’s Balanced Salt Solution adalah media yang paling efektif untuk menjaga vitalitas, mitogenisitas dan klonogenik kapasitas sel ligamen periodontal sampai 24 jam pada 4oC, bila dibandingkan dengan media kultur (media Eagle ditambah dengan 25% serum janin anak sapi dan solusi antibiotik. [ 200 UI / mL Penisilin, Gentamisin 50μg/mL dan 0,3 mg/mL Fungizone]). Hank’s Balanced Salt Solution tersedia secara komersial dengan osmolalitas dan pH yang ideal.15,17

Tabel 1. Prevalensi Pengetahuan dan Sikap Orangtua dalam Pemilihan Media untuk Menyimpan Gigi Avulsi dari Beberapa Penelitian2,4,5

Media

penyimpanan Turki India Brazil

Susu 2,7% 2,7% 3%

Air keran 23,5% 32,0% -

Saliva 2,4% - -

Saline 5,9% 29,4% -

Es 26,6% 28,6% -

Tempat kering 23,2% 27,0% 54%

2.5 Waktu Ekstraalveolar

Trauma avulsi dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang alveolar, sementum, ligamen periodontal, gingiva pada saat terjadi trauma avulsi gigi. Trauma avulsi gigi dapat diperparah apabila saat terjadi kejadian, gigi tersebut kekeringan dalam waktu yang lama dan terpapar mikroorganisme.9

Prognosis yang memiliki pengaruh kuat kemungkinan penyembuhan periodontal adalah lamanya waktu gigi avulsi diluar soket dan lamanya waktu gigi avulsi disimpan ke dalam media penyimpanan seperti susu atau garam fisiologis.


(30)

Satu-satunya keberhasilan penanganan trauma avulsi adalah gigi direplantasikan kembali dalam waktu yang sesingkat mungkin kedalam soket. Kekeringan gigi menyebabkan hilangnya metabolisme fisiologis normal dan morfologi sel ligamen periodontal. Penelitian di Kuwait mengatakan bahwa prognosis replantasi gigi avulsi ditentukan oleh langkah-langkah yang pertolongan pertama yang diambil dalam masa yang singkat. Waktu yang terbaik untuk melakukan replantasi gigi avulsi adalah 15-20 menit pertama.19-21

Perawatan avulsi gigi permanen anak adalah waktu gigi diluar soket kurang dari 30 menit dan total waktu gigi yang disimpan dalam media kurang dari 90 menit, maka jaringan ligament periodontal dapat mengalami perubahan. Keberhasilan dari penanganan darurat adalah sangat bergantung pada waktu ekstraalveolar gigi dan media penyimpanan gigi avulsi.9

Gambar 2. Avulsi gigi27

Kebanyakan orangtua tidak menyadari pentingnya replantasi gigi avulsi dengan secepat mungkin. Menurut penelitian di India sekitar 39,5% orangtua perkotaan 36,5% orangtua pedesaan menyatakan bahwa mereka akan menghubungi dokter gigi atau dokter beberapa hari setelah avulsi. Namun penelitian menunjukkan pengetahuan tentang penanganan masih rendah. Satu-satunya faktor yang paling penting untuk memastikan hasil yang menguntungkan adalah kecepatan dengan yang gigi replantasi.Replantasi langsung dapat memiliki konsekuensi seumur hidup yang positif untuk kelangsungan hidup gigi.4


(31)

2.6 Prognosis

Prognosis trauma gigi tergantung pada penanganan awal yang cepat dan tepat dan perawatan ligamen periodontal gigi avulsi selanjutnya sehingga dapat mempertahankan vitalitasnya gigi. Penanganan awal darurat trauma avulsi gigi tergantung pada berbagai faktor seperti waktu ekstraalveolar, media penyimpanan, kontaminasi dan perlindungan periodontal yang ligamen.22,23

Pencegah dehidrasi pada permukaan akar selama transportasi, media penyimpanan harus mempunyai osmolalitas dan pH yang benar. Susu dan air kelapa memenuhi persyaratan ini dan dianggap sebagai media yang sangat baik untuk prognosis yang baik bagi gigi avulsi. Trauma gigi sering terjadi di sekolah dan juga terjadi di rumah. Oleh karena itu, prognosis dari gigi avulsi terjadi pada anak tergantung pada pengetahuan darurat orangtua dari prosedur ini.24,25,28

2.7 Pencegahan

Kegiatan anak khususnya olahraga sering mengakibatkan trauma pada gigi. Kegiatan olahraga cenderung meningkatkan risiko trauma pada giginya, akan tetapi pencegahan trauma gigi dapat dilakukan dengan menggunakan mouthguards pada saat olahraga. Mouthguards juga mengurangi prevalensi gegar otak dan patah tulang rahang dengan bantalan kekuatan chin-hit. Penggunaan mouthguards dalam olahraga selain sepak bola adalah jarang dan menetapkan aturan yang mewajibkan alat pelindung dalam olahraga lain serta menyerukan untuk lebih memberikan informasi kepada masyarakat mengenai keuntungan pemakaiannya.9

Keuntungan menggunakan mouthguards adalah:9 1) Mencegah fraktur atau dislokasi gigi anterior


(32)

2.8 Kerangka Teori

Trauma Gigi

Klasifikasi

Avulsi

Etiologi Prevalensi

Penanganan darurat

Waktu Media Tempat Pengetahuan dan Prilaku

orang terdekat

Guru Orang tua

Dokter Gigi

Perawatan lanjutan


(33)

2.9 Kerangka Konsep

z zzzzzz

zzzz Pendidikan dan Sosioekonomi Orangtua

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Avulsi

Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma

Avulsi Gigi Permanen Pengetahuan Orangtua tentang

Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen


(34)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian survei bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu untuk menganalisis pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma gigi avulsi permanen.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.2 Lokasi

Penelitian ini dilakukan dibeberapa Sekolah SD di Kecamatan Medan Kota dan Medan Sunggal, Kotamadya Medan.

3.2.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian selama 2 bulan yaitu Februari - Juni 2015. Pengumpulan data 2 minggu, pengolahan dan analisis data 1 bulan, penyusunan laporan 3 bulan.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh orangtua siswa-siswi yang mempunyai anak dengan gigi permanen usia 7-9 tahun di Kota Madya Medan.

Sampel di penelitian ini adalah orangtua siswa-siswi yang mempunyai anak dengan gigi permanen usia 7-9 tahun yang tinggal di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota serta yang memenuhi kriteria inklusi.

Pengambilan sampel diambil dengan metode multistage cluster sampling. Administrasi kota Medan terdiri dari 21 kecamatan yang digolongkan lagi menjadi 2 golongan yaitu lingkar luar dan lingkar dalam. Lingkar dalam terdiri atas 10 kecamatan yaitu: Kecamatan Medan Baru, Petisah, Barat, Helvetia, Polonia, Medan Area, Medan Kota, Maimun, Medan Timur dan Medan Denai. Lingkar luar terdiri


(35)

atas 11 kecamatan yaitu: Kecamatan Medan Tuntungan, Selayang, Sunggal, Johor, Denai, Kota, Amplas, Tembung, Marelan, Labuhan dan Belawan. Kecamatan yang diperolehi adalah Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota dengan masing-masing jumlah sampel pada tiap kecamatan 50% dari total sampel. Selanjutnya sekolah dasar negeri dan swasta pada setiap kecamatan kemudian dipilih masing-masing sebanyak satu secara acak.

Besaran sampel yang diperoleh dengan menggunakan rumus pengujian hipotesis untuk proporsi populasi tunggal (two tail):

n = + Z1-β )]2

(Pα-Po)2 = 258,2

Keterangan:

N = besarnya sampel

Z /2 = level of significant, nilai Z pada derajat kepercayaan 5% = 1,96

Z2- = power of test, nilai Z pada kekuatan uji 90% = 1,282

Po = proporsi yang telah diteliti 58,2% Pa = proporsi alternatif yaitu 48,2% Pa-Po = dugaan selisih proporsi 10%

Besar minimum sampel ini adalah sebesar 258 responden. Berdasarkan rumus tersebut, jumlah sampel minimum adalah 258,2 atau 259 responden, maka jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini setelah ditambahkan 10% adalah 284 responden untuk mengantisipasi adanya sampel yang drop-out. Jumlah subjek penelitian kemudian didistribusikan merata pada masing-masing sekolah yang dipilih di Kecamatan Medan Sunggal yaitu 142 responden dan Medan Kota yaitu 142 responden.

Kriteria Inklusi

a. Orangtua yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan Sunggal atau Medan Kota.


(36)

c. Orangtua yang memiliki anak dengan gigi permanen usia dibawah usia 7-9 d. Orangtua yang sehat jasmani

Kriteria Eksklusi:

a. Orangtua yang tidak melengkapi angket atau kuesioner b. Angket atau kuesioner yang tidak dikembalikan

3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Penelitian

a. Variabel terikat/ dependen : Pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen.

b. Variabel faktor risiko : Pendidikan dan sosioekonomi keluarga

Untuk analisis hubungan pengetahuan dan sikap orangtua: variabel terikat/ dependen : sikap orangtua dan variabel faktor risiko : pengetahuan orangtua

3.5 Definisi Operasional

Tabel 2. Defenisi Operasional Faktor Risiko

Variabel Defenisi Operasional Hasil Ukur Skala

Ukur

Jenis Kelamin

Pembagian jenis seksual yang ditentukan secara biologis dan anatomis

Jenis kelamin laki-laki Jenis kelamin perempuan

Nominal

Umur Usia responden dari mulai lahir sampai ulang tahunnya yang terakhir.

1. 25-34 tahun 2. 35-44 tahun 3. 45-54 tahun 4. 55-64 tahun


(37)

Lanjutan Tabel 2. Defenisi Operasional Faktor Risiko

Variabel Defenisi Operasional Hasil Ukur Skala

Ukur

Pendidikan Orangtua

Pendidikan formal tertinggi terakhir yang ditamatkan orangtua/responden (Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)

1. Pendidikan rendah (tidak sekolah, SD, SMP)

2. Pendidikan sedang SMA)

3. Pendidikan tinggi (tamat diploma, tamat sarjana/ perguruan tinggi) Nominal Sosio Ekonomi

Karakeristik atau ciri individu yang menunjukkan kondisi penduduk yang diukur dari:

a. Pekerjaan: Jenis kegiatan yang ditekuni responden dan merupakan sumber penghasilan bagi responden yaitu; - PNS

- Pegawai Swasta - Petani

- Buruh

- Wiraswasta/ Pedagang - Tidak bekerja

(Menurut BPS 2014 Kota Medan)

Skor Pekerjaan: 1. Tidak bekerja= 1 2. Bekerja= 2 Skor penghasilan: 1. Perekonomian

rendah= 1

2. Perekonomian tidak rendah = 2

Kategori sosioekonomi (pekerjaan + penghasilan keluarga) :

1. Baik = 4 2. Sedang = 3 3. Kurang = 2

Nominal

b. Pendapatan: Perbandingan total pendapatan orangtua perbulan dalam satuan rupiah dibagi jumlah anggota .

keluarga dengan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan yaitu :

1. Perekonomian rendah < Rp 1.500.000 (perkapita)

2. Perekonomian tidak rendah ≥

Rp.1.500.000 (perkapita)


(38)

Tabel 3. Defenisi Operasional Pengetahuan Orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala Ukur

1. Pengalaman memperoleh informasi cedera gigi dan mulut

Pernah memperoleh informasi mengenai cedera gigi dan mulut

1. Ya 2. Tidak

Ordinal

2. Sumber

informasi cedera gigi

Sumber memperoleh

informasi mengenai cedera gigi

1. Media elektronik (tv, radio, internet) 2. Media cetak

(majalah, koran) 3. Perawat/ Bidan 4. Dokter umum 5. Dokter gigi

Ordinal

3. Tindakan

pertama saat cedera gigi dan mulut terjadi.

Tindakan yang akan dilakukan orangtua pertama sekali saat anak mengalami cedera gigi dan mulut

1. Menolong anak, bersihkan luka di bibir, suruh anak kumur-kumur dan berikan obat anti sakit. (0)

2. Menenangkan anak, hentikan

perdarahan dengan menggigit kain selama beberapa

jam hingga

perdarahan berhenti dan anak disuruh beristirahat.(0) 3. Menenangkan anak

hentikan

perdarahan dengan menggigit kain sambil membawa ke pelayanan medis. (1)

4. Menenangkan anak, bersihkan luka, dan kumur-kumur

dengan obat anti sakit. (0)

5. Tidak Tahu. (0)


(39)

Lanjutan Tabel 3. Defenisi Operasional Pengetahuan Orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala Ukur

4. Jenis gigi avulsi

Jenis gigi anterior kanan atas pada anak usia 9 tahun pada ilustrasi kasus

1. Gigi tetap/ permanen (1) 2. Gigi susu (0) 3. Tidak tahu (0)

Ordinal

5. Tindakan pertama

terhadap gigi avulsi

Tindakan yang dilakukan orangtua pertama sekali saat menemukan gigi anak terlepas dari posisiya.

1. Gigi tidak dicari dan langsung pergi mencari perawatan medis.(0) 2. Gigi dicari dan

langung

mengembalikan gigi tersebut ke posisi gigi semula. (0) 3. Gigi dicari dan

gigi diletakkan ke dalam tissue serta mencari perawatan medis. (0)

4. Gigi dicari, pegang pada bagian mahkota gigi (bagian yang paling putih) kemudian dibersihkan dan diletakkan di dalam rongga mulut di antara gigi dan pipi anak.(1) 5. Tidak tahu. (0)


(40)

Lanjutan Tabel 3. Defenisi Operasional Pengetahuan Orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala Ukur

6. Waktu terbaik perawatan gigi dan mulut.

Waktu yang paling tepat bagi anak untuk menerima perawatan gigi dan dan mulut setelah gigi terlepas dari posisinya.

1. Kurang dari 60 menit setelah cedera.(1) 2. 1-2 jam setelah

cedera. (0) 3. Pada hari

berikutnya setelah anak lebih tenang. (0)

4. Bila ada keluhan lanjutan. (0) 5. Tidak tahu. (0)

Ordinal

7. Perlakuan sebelum

replantasi gigi avulsi

Tindakan yang dilakukan orangtua terhadap gigi anak yang terlepas dari posisinya dan terjatuh ditempat kotor sebelum dikembalikan

1. Membersihkan gigi dengan air mengalir selama 10 detik. (1) 2. Membersihkan gigi

dengan sikat sampai bersih. (0) 3. Membersihkan gigi

dengan menggunakan tangan atau tissue. (0)

4. Membersihkan gigi dengan

menggunakan sabun atau alkohol. (0)

5. Tidak tahu. (0)


(41)

Lanjutan Tabel 3. Defenisi Operasional Pengetahuan Orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala Ukur

8. Cara membawa gigi avulsi ke klinik dokter gigi

Cara yang

dilakukan orangtua dalam membawa gigi yang terlepas akibat trauma ke dokter gigi jika tidak langsung dikembalikan ke posisinya semula.

1. Membalut gigi dengan tissue. (0) 2. Memasukkan ke

dalam kantong berisi es. (0)

3. Membungkus gigi kedalam plastik kering. (0)

4. Memasukkan gigi ke dalam kantong berisi susu. (1) 5. Tidak tahu. (0)

Ordinal

9. Media

penyimpanan gigi avulsi

Media yang

digunakan untuk membawa gigi yang terlepas dari posisinya

1. Susu (1) 2. Air Bersih (0) 3. Alkohol (0) 4. Air Garam (0) 5. Tidak Tahu (0)

Ordinal

10. Waktu ekstra alveolar

Kemampuan gigi yang terlepas dari posisinya untuk dapat tetap sehat selama diluar mulut sebelum

dikemablikan ke posisi semula.

1. 30 menit. (1) 2. 60 menit. (0)

3. Lebih dari 1 jam.(0) 4. Tidak tergantung

pada waktu. (0) 5. Tidak tahu. (0)

Ordinal

11. Tempat perawatan lanjutan Tempat mendapatkan perawatan lebih lanjut setelah mendapatkan penanganan darurat pada gigi yang lepas dari posisinya

1. Klinik dokter gigi (1)

2. Klinik dokter umum (0)

3. Bidan (0)

4. Rumah Sakit (0) 5. Tidak tahu (0)


(42)

Tabel 4. Defenisi Operasional Sikap Orangtua

No Variabel Defenisi operasional Hasil ukur Skala

Ukur

1. Perlunya mengetahui informasi

penangan darurat cedera gigi dan mulut.

Respon orangtua terhadap keharusan untuk mengetahui penanganan darurat cedera gigi dan mulut

1. Sangat Setuju (5) 2. Setuju (4)

3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (2) 5. Sangat Tidak

Setuju (1)

Ordinal

2. Sikap orangtua untuk mencari gigi yang avulsi

Respon orangtua terhadap pentingnya mencari gigi yang hilang setelah terjadi cedera gigi

1. Sangat Setuju (5) 2. Setuju (4)

3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (2) 5. Sangat Tidak

Setuju (1)

Ordinal

3. Sikap orangtua untuk

mereplantasikan kembali gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi.

Respon orangtua untuk mengembalikan gigi yang terlepas ke posisinya semula segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi.

1. Sangat Setuju (5) 2. Setuju (4)

3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (2) 5. Sangat Tidak

Setuju (1)

Ordinal

4. Sikap orangtua membersihkan gigi avulsi yang kotor dengan sikat

Respon orangtua untuk membersihkan gigi dengan disikat sampai bersih ketika gigi yang terlepas jatuh di tanah yang kotor.

1. Sangat Setuju (5) 2. Setuju (4)

3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (2) 5. Sangat Tidak

Setuju (1)

Ordinal

5. Membawa anak dan gigi avulsi ke dokter gigi segera setelah cedera terjadi.

Respon orangtua untuk membawa anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera terjadi.

1. Sangat Setuju (5) 2. Setuju (4)

3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (2) 5. Sangat Tidak

Setuju (1)


(43)

Lanjutan Tabel 4. Defenisi Operasional Sikap Orangtua

No Variabel Defenisi

operasional Hasil ukur

Skala Ukur

6. Membawa gigi avulsi ke dokter gigi dengan menggunakan tissue.

Respon orangtua untuk membawa gigi yang terlepas ke dokter gigi dengan menggunakan tissue.

1. Sangat Setuju (5) 2. Setuju (4)

3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (2) 5. Sangat Tidak

Setuju (1)

Ordinal

7. Membawa gigi dengan media susu sebelum membawa gigi ke dokter gigi.

Respon orangtua untuk membawa gigi di dalam media berisi susu sebelum membawa gigi ke dokter gigi.

1.Sangat Setuju (5) 2. Setuju (4) 3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (2) 5. Sangat Tidak

Setuju (1)

Ordinal

8. Kesediaan menerima penyuluhan cedera gigi dan mulut

Respon orangtua untuk mau mengikuti penyuluhan tentang cedera gigi dan mulut

1. Sangat Setuju (5) 2. Setuju (4)

3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (2) 5. Sangat Tidak

Setuju (1)

Ordinal

Setiap soal yang kemudian dihitung rata-rata pengetahuan jawaban yang benar dibagi dengan jumlah soal. Jawaban benar diberikan bobot (1) dan jawaban yang salah diberikan bobot (0). Rata-rata pengetahuan orangtua terhadap pengelolaan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen terhadap anak dan ditabelkan secara setiap soal yang dijawab oleh 258 sampel.

Kriteria penilaian pengukuran :

Untuk mengukur tingkat pengetahuan, setiap pertanyaan diberikan bobot nilai 1 jika benar dan 0 jika jawaban salah. Pertanyaan tentang pengetahuan terdiri dari 2 pertanyaan pembuka dan 9 pertanyaan untuk mengukur tingkat pengetahuan orangtua dengan nilai maksimal = 9 dan nilai minimal = 0.

Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan responden sebagai berikut: (Arikunto 2006)


(44)

a. Baik; apabila responden mampu menjawab dengan benar >75% dari seluruh pertanyaan (skor 7-9).

b. Cukup; apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 56%-75% dari seluruh pertanyaan (skor 5-6).

c. Kurang; apabila nilai yang diperoleh responden <56% dari seluruh pertanyaan (skor 0-4).

Pengubahan kategori pengetahuan kemudian dilakukan karena tidak sesuai untuk pengolahan statistik sebagai berikut:

a. Baik; apabila responden mampu menjawab dengan benar ≥56% dari seluruh pertanyaan (skor 5-9)

b. Kurang; apabila nilai yang diperoleh responden <56% dari seluruh pertanyaan (skor 0-4).

Kriteria penilaian pengukuran sikap

Pengukuran sikap menggunakan Skala Likert untuk pernyataan benar dan pernyataan salah. Pernyataan benar atau positif dengan jawaban sangat setuju diberi skor 5, setuju diberi skor 4, ragu-ragu diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1 dan untuk pernyataan salah atau negatif dengan jawaban sangat setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2, ragu-ragu diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 4, dan sangat tidak setuju diberi skor 5. Nilai maksimal = 40 dan minimal = 8.

Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka dapat dikategorikan tingkat sikap responden sebagai berikut: (Setiawan 2010)

a. Sangat baik; apabila nilai yang diperoleh responden 76%-100% dari seluruh pertanyaan (skor 31-40).

b. Baik; apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 51%-75% dari seluruh pertanyaan (skor 21-30).

c. Tidak baik; apabila nilai yang diperoleh responden 26%-50% dari seluruh pertanyaan (skor 11-20).

d. Sangat tidak baik; apabila nilai yang diperoleh responden < 26% dari seluruh pertanyaan (skor 8-10).


(45)

Pengubahan kategori sikap kemudian dilakukan karena tidak sesuai untuk pengolahan statistik sebagai berikut:

a. Sangat baik; apabila nilai yang diperoleh responden 76%-100% dari seluruh pertanyaan (skor 31-40).

b. Baik; apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 51%-75% dari seluruh pertanyaan (skor 21-30).

c. Tidak baik; apabila nilai yang diperoleh responden ≤50% dari seluruh pertanyaan (skor 8-20).

3.6 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Angket atau kuesioer pada penelitian ini berisi daftar pertanyaan yang dibuat secara berstruktur dengan bentuk pertanyaan tertutup dan terbuka. Angket tersebut diberikan kepada orangtua melalui murid sekolah dasar kelas III dan IV. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat pengetahuan dan sikap orangtua terhadap penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dari orangtua.

Adapun tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kota Medan dibagi atas 2 bagian yaitu 10 kecamatan di lingkar dalam dan 11 kecamatan di lingkar luar kemudian dilakukan random sehingga diperoleh Kecamatan Medan Kota mewakili lingkar dalam dan Kecamatan Medan Sunggal mewakili lingkar luar.

2. Peneliti menentukan sekolah dasar yang akan dijadikan lokasi penelitian dengan menggunakan teknik random, dimana setiap nama sekolah dasar pada masing-masing kecamatan ditulis dikertas dan dipilih salah satu diantaranya, selanjutnya orangtua semua anak kelas III dan IV dijadikan subjek penelitian.


(46)

3. Peneliti mempersiapkan kelengkapan administrasi surat izin dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran USU dan Dinas Pendidikan Kota Medan untuk kemudian dibawa ke sekolah yang ditentukan dalam meminta izin dan jadwal dilakukannya penelitian kepada pihak sekolah.

4. Pada waktu yang ditentukan, peneliti memberikan lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian, informed consent dan kuesioner yang ditujukan kepada orangtua melalui murid kelas III dan IV pada sekolah tersebut. Kemudian angket atau kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti pada hari keempat. Kuesioner yang belum dikembalikan maka diberi tenggang waktu 2 hari berikutnya untuk dikumpul kembali.

5. Kuesioner yang telah selesai dikumpul selanjutnya diolah dan dianalisis oleh peneliti.

3.7 Pengolahan dan Analisis data 3.7.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian akan diolah secara komputerisasi. Pengolahan data secara komputerisasi meliputi:

a) Editing ( Penyuntingan data)

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian dan kelengkapan jawaban kuesioner dari responden.

b) Membuat Lembaran Kode (Coding Sheet)

Coding dilakukan untuk mengubah data yang telah terkumpul dalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode. Proses pengkodean dilakukan berdasarkan variabel –variabel didalam penelitian ini yaitu jenis kelamin orang tua, pendidikan dan pekerjaan orangtua, sikap dan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi terhadap anak.

c) Memasukkan data (Data Entry)

Mengisi kolom- kolom atau kotak-kotak lembar kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.


(47)

d) Saving

Merupakan proses penyimpanan data sebelum data diolah atau dianalisis. e) Tabulasi

Merupakan proses menyusun data dalam bentuk tabel, selanjutnya diolah dengan bantuan computer.

f) Cleaning

Merupakan kegiatan pengetikan kembali data yang sudah dientry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

3.7.2 Analisis Data Analisis univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi variabel yang diteliti.

Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (faktor risiko) dengan variabel dependen (pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak). Hasil analisis ini akan diketahui variabel independen yang bermakna secara statistik dengan variabel dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (p<0,05).

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut: 1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Peneliti meminta secara sukarela kepada responden penelitian untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bagi responden yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan responden penelitian untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.


(48)

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiannya oleh peneliti, karena itu data yang ditampilkan dalam bentuk data kelompok bukan data pribadi masing-masing responden.

3. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

Peneliti mengajukan surat permohonan kepada ketua tim kelayakan etik disertai dengan proposal penelitian karena penelitian ini melibatkan mahluk hidup yaitu manusia. Kelayakan etik adalah keterangan tertulis yang menyatakan bahwa penelitian layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu.


(49)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Karakteristik Responden Orangtua

Karakeristik responden meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan formal tertinggi terakhir, sosioekonomi orangtua yang meliputi status pekerjaan dan pendapatan keluarga. Responden terdiri dari 2 Kecamatan yaitu Medan Sunggal dan Medan Kota dengan jumlah responden 284.

Berdasarkan kecamatan, responden yang terdiri dari Kecamatan Medan Sunggal adalah 142 orang (50%) dan Kecamatan Medan Kota 142 orang (50%). Berdasarkan jenis kelamin, persentase laki-laki 96 orang (33,8%) dan perempuan 188 orang (66,2%). Berdasarkan strata usia, persentase 35-44 tahun yang tertinggi dengan 65,5%, persentase 45-54 tahun yang kedua tertinggi dengan 18,7%, persentase 25-34 tahun sebanyak 15,8% dan persentase 55-64 tahun sebanyak 0%. Berdasarkan strata tingkat pendidikan, persentase SD, SMP dan SMA 84,5% dan perguruan tinggi 15,5%. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan diperoleh bahwa jenis pekerjaan paling banyak adalah tidak bekerja 88 (31%) dan jenis pekerjaan paling sedikit yaitu buruh sebanyak 10 orang (3,5%). Responden dapat dikategorikan bekerja sebanyak 196 orang (69%) sedangkan responden yang tidak bekerja sebanyak 88 orang (31%). Berdasarkan total pendapatan keluarga tiap bulan, responden dengan perekonomian rendah sebanyak 16 orang (5,6%) dan perekonomian tidak rendah sebanyak 268 orang (94,4%). Faktor sosioekonomi responden ditentukan dengan penjumlahan skor pekerjaan dan penghasilan sebagaimana telah ditentukan dalam metode penelitian sehingga diperoleh responden dengan sosioekonomi baik sebanyak 190 orang (66,9%), sosioekonomi sedang sebanyak 87 orang (30,6%) dan sosioekonomi kurang sebanyak 7 orang (2,5%) (Tabel 5).


(50)

Tabel 5. Karakteristik Responden

Karakteristik n (%)

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 96(33,8) 188(66,2) Usia 25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun 45(15,8) 186(65,5) 53(18,7) 0 Pendidikan

SD, SMP, SMA Perguruan Tinggi 240(84,5) 44(15,5) Pekerjaan PNS Pegawai Swasta Buruh Wirawasta Tidak Bekerja 42(14,8) 66(23,2) 10(3,5) 78(27,5) 88(31,0) Sosial Ekonomi Baik Sedang Kurang 190(66,9) 87(30,6) 7(2,5) Status Bekerja Tidak bekerja Bekerja 88(31,0) 196(69,0) Pendapatan Perkapita

<Rp. 1,500.000 (rendah) >Rp. 1,500.000 (tidak rendah)

16(5,6) 268(94,4)

4.2 Gambaran Umum Pengetahuan Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen

Pengetahuan responden tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen ini meliputi 11 soal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 284 orangtua, hanya 159 (56%) pernah memperoleh informasi mengenai cedera gigi dan mulut dan 125 (44%) lainnya tidak pernah memperoleh informasi mengenai cedera gigi dan mulut. Sumber informasi mengenai cedera gigi diperoleh melalui internet sebanyak 44%, media cetak (majalah, koran) sebanyak 11,3%, perawatan/bidan sebanyak 1,1%, dokter umum sebanyak 0,4%, dan dokter gigi sebanyak 38%.


(51)

Hasil penelitian mengenai pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi diperoleh dari beberapa pertanyaan seperti tindakan pertama saat cedera gigi dan mulut, jenis gigi avulsi yang benar, tindakan pertama sekali yang dilakukan oleh orangtua saat menemukan gigi anak avulsi, waktu paling tepat bagi perawatan gigi dan mulut, perlakuan yang benar sebelum replantasi gigi avulsi, cara membawa gigi avulsi ke dokter gigi, media yang digunakan untuk membawa gigi avulsi, waktu ekstra alveolar dan tempat perawatan lanjutan. Tindakan pertama sekali yang akan dilakukan oleh orangtua saat anak mengalami cedera dan gigi dan mulut, dijawab benar sebanyak 37% dan menjawab salah sebanyak 63%. Responden yang menjawab benar mengenai jenis gigi yang terkena avulsi sebanyak 22,2% dan responden menjawab salah sebanyak 77,8%. Tindakan yang dilakukan oleh orangtua pertama sekali saat menemukan gigi anak avulsi dijawab benar sebanyak 5,3% dan tindakan pertama sekali yang salah dilakukan oleh orangtua saat menemukan gigi anak avulsi sebanyak 94,7% (Tabel 6).

Pertanyaan mengenai waktu yang paling tepat untuk merawat gigi avulsi adalah sebanyak 51,1% dan waktu yang kurang tepat sebanyak 48,9%. Pertanyaan mengenai perlakuan yang benar sebelum replantasi gigi avulsi sebanyak 42,6% dan salah sebanyak 57,4%. Pernyataan yang benar dari responden mengenai cara membawa gigi avulsi ke dokter gigi sebanyak 7,7% dan responden yang menjawab yang salah sebanyak 92,3%. Pertanyaan mengenai media yang digunakan untuk membawa gigi avulsi sebanyak 6,7% menjawab benar dan responden yang salah sebanyak 93,3% (Tabel 6).

Pertanyaan mengenai waktu ekstra alveolar agar gigi tetap sehat baik diluar mulut sebelum replantasi, responden yang benar sebanyak 20,1% dan responden yang menjawab salah sebanyak 79,9%. Tempat yang benar untuk mendapatkan perawatan lanjutan sebanyak 93,7% dan orangtua yang membawa ke tempat yang benar untuk mendapatkan perawatan lanjutan sebanyak 6,3% (Tabel 6).


(52)

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

No Pengetahuan n (%)

Benar Salah

1. Tindakan pertama saat cedera gigi dan mulut terjadi

105(37) 179(63) 2. Jenis gigi yang avulsi berdasarkan ilustrasi kasus

pada kuesioner

63(22,2) 221(77,8) 3. Tindakan pertama terhadap gigi avulsi 15(5,3) 269(94,7) 4. Waktu terbaik menerima perawatan gigi dan

mulut setelah terjadi avulsi

145(51,1) 139(48,9) 5. Perlakuan sebelum dilakukan replantasi pada gigi

avulsi

121(42,6) 163(57,4) 6. Cara membawa gigi yang mengalami avulsi 22(7,7) 262(92,3) 7. Media penyimpanan gigi avulsi 19(6,7) 265(93,3) 8. Waktu ekstraalveolar gigi avulsi 57(20,1) 227(79,9) 9. Tempat mendapatkan perawatan lanjutan 266(93,7) 18(6,3)

Berdasarkan hasil pertanyaan mengenai pengetahuan tersebut diatas, maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan orangtua sebagai berikut; responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 39 orang (13,7%), tingkat pengetahuan kurang sebanyak 245 orang (86,3%). (Tabel 7)

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Baik 39 13,7

Kurang 245 86,3

4.3 Gambaran Umum Sikap tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen

Sikap responden tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen yang meliputi 8 pertanyaan meliputi pernyataan tentang; setiap orangtua harus mengetahui tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut, mencari gigi anak yang hilang setelah terjadi cedera gigi dan mulut, waktu pengembalian gigi yang lepas dilakukan segera setelah cedera terjadi, membersihkan gigi yang terlepas pada tempat yang kotor dengan cara disikat sampai bersih, membawa anak dan gigi yang


(53)

terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi, membawa gigi terlepas ke dokter gigi dengan dibalut menggunakan tissue jika gigi terlepas tidak langsung dikembalikan ke posisi semula, menyimpan gigi yang terlepas ke dalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi dan bersedia menerima penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut.

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

No. Sikap n (%)

SS S RR TS STS

1. Setiap orangtua harus mengetahui tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut.

165(58,1) 70(24,7) 15(5,3) 16(5,6) 18(6,3)

2. Mencari gigi anak yang hilang setelah terjadi cedera gigi dan mulut.

107(37,7) 96(33,8) 41(14,4) 32(11,3) 8(2,8)

3. Waktu pengembalian gigi yang lepas dilakukan segera setelah cedera terjadi.

110(38,7) 87(30,6) 52(18,3) 27(9,5) 8(2,8)

4. Membersihkan gigi yang terlepas pada tempat yang kotor dengan cara disikat sampai bersih.

118(41,5) 79(27,8) 57(20,1) 27(9,5) 3(1,1)

5. Membawa anak dan gigi yang terlepas tersebut ke dokter gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi.


(54)

Lanjutan Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

No

. Sikap

n(%)

SS S RR TS STS

6. Mengembalikan gigi anak yang terlepas ke posisinya semula, maka Bapak/Ibu akan membawa gigi tersebut ke dokter gigi dengan dibalut menggunakan tissue.

103(36,3) 111(39,1) 39(13,7) 29(10,2) 2(0,7)

7. Menyimpan gigi yang terlepas tersebut ke dalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi.

62(21,8) 52(18,3) 82(28,9) 77(27,1) 11(3,9)

8. Menerima

penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut.

135(47,5) 90(31,7) 18(6,3) 14(4,9) 27(9,5)

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa responden yang menyatakan sangat setuju sangat setuju jika setiap orangtua harus mengetahui tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak (58,1%). Responden yang menyatakan tidak setuju mencari gigi anak yang hilang setelah terjadi cedera gigi dan mulut sebanyak 32 orang (11,3%). Responden yang menyatakan sangat setuju bahwa waktu pengembalian gigi yang lepas dilakukan segera setelah terjadi sebanyak 110 orang (38,7%). Responden menyatakan sangat tidak setuju membersihkan gigi yang terlepas pada tempat yang kotor dengan cara disikat sampai bersih sebanyak 3 orang (1,1%). Responden yang menyatakan setuju membawa anak dan gigi terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi adalah sebanyak 107 orang (37,7%). Responden yang menyatakan ragu- ragu membawa gigi terlepas ke dokter gigi dengan dibalut menggunakan tissue jika gigi terlepas tidak langsung dikembalikan ke


(55)

posisi semula sebanyak 39 orang (13,7%). Responden yang menyatakan sangat setuju menyimpan gigi yang terlepas ke dalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi sebanyak 62 orang (21,8%). Responden yang menyatakan setuju untuk bersedia menerima penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 90 orang (31,7%).

Berdasarkan hasil pertanyaan mengenai sikap diatas, maka dapat dikategorikan sikap orangtua sebagai berikut; responden yang memiliki sikap sangat baik sebanyak 4,9%, sikap baik sebanyak 19,7%, sikap tidak baik sebanyak 75,4%. (Tabel 9)

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Orangtua

No. Sikap n(%)

1. Sangat baik 14(4,9)

2. Baik 56(19,7)

3. Tidak baik 214(75,4)

4.4 Hasil Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan Orangtua dengan Pengetahuan dan Sikap Orangtua Dalam Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen

Analisis hubungan variabel tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada derajat kemaknaan p <0,05 dengan variable 3x3.

Hasil penelitian pada tabel 10 menunjukkan tidak memenuhi persyaratan karena terdapat nilai observasi 0 pada 2 sel dan nilai expected lebih dari 20% yaitu 33,3%, sehingga dilakukan penggabungan pada tingkat pendidikan yang dari 3 kategori menjadi 2 kategori yaitu rendah dan tinggi, pada tingkat pengetahuan dari 3 kategori menjadi 2 kategori yaitu baik dan kurang. Penggabungan kategori ini akan dipakai untuk uji Chi-Square selanjutnya.(Tabel 11)


(56)

Tabel 10. Hasil Analisis Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan

Tingkat Pendidikan

Pengetahuan n(%)

Total p

Baik Cukup Kurang

Rendah 0(0) 16(5,6) 113(39,8) 129(45,4)

0,028

Sedang 0(0) 15(5,3) 96(33,8) 111(39,1)

Tinggi 2(0,7) 6(2,1) 36(12,7) 44(15,5)

Total 2(0,7) 37(13) 245(86,3) 284(100)

Berdasarkan tabel 11 hasil uji statistik setelah penggabungan menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan orangtua dengan pengetahuan orangtua dalam penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p= 0,037; p<0,05).

Tabel 11. Hasil Analisis Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan

Tingkat Pendidikan

Pengetahuan n (%)

Total p

Baik Kurang

Rendah 31 (12,9) 209(87,1) 240(100)

0,037

Tinggi 8 (18,2) 36(81,8) 44(100)

Total 39(13,7) 245(86,3) 284(100)

Analisis hubungan variabel tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada derajat kemaknaan p <0,05 dengan variable 3x3.

Hasil penelitian pada tabel 12 menunjukkan tidak memenuhi persyaratan karena terdapat nilai expected lebih dari 20% dan sehingga dilakukan penggabungan pada tingkat pendidikan yang dari 3 kategori menjadi 2 kategori yaitu rendah dan tinggi, pada tingkat sikap dari 4 kategori menjadi 3 kategori yaitu sangat baik, tidak baik. Penggabungan kategori ini akan dipakai untuk uji Chi-Square selanjutnya.(Tabel 13)


(57)

Tabel 12. Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Orangtua

Tingkat Pendidikan

Sikap n(%)

Total p Sangat

Baik Baik

Tidak Baik

Sangat Tidak Baik

Rendah 8(2,8) 18(16,3) 71(25) 32(11,3) 129(45,4)

0,037 Sedang 2(0,7) 29(10,2) 45(15,8) 35(2,3) 111(39,1)

Tinggi 4(1,4) 9(3,2) 18(6,3) 13(4,6) 44(15,5) Total 14(4,9) 56(19,7) 134(47,2) 80(28,2) 284(100)

Berdasarkan tabel 13 hasil uji statistik setelah penggabungan menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan orangtua dengan sikap orangtua dalam penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p= 0,038; p<0,05). Tabel 13. Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Orangtua

4.5 Hasil Analisis Hubungan antara Statistik Sosial Ekonomi Orangtua dengan Pengetahuan dan Sikap Orangtua dalam Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen

Analisis hubungan variabel sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada derajat kemaknaan 0,05 sebagai berikut.

Berdasarkan tabel 14 hasil uji statistik setelah penggabungan menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi orangtua dengan pengetahuan orangtua dalam penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p= 0,003; p <0,05).

Tingkat Pendidikan

Sikap n(%)

Total P Sangat

baik Baik Tidak Baik

Rendah 10 (4,2) 47(19,6) 183(76,3) 240(100)

0,038

Tinggi 4(9,1) 9(20,5) 31(70,5) 44(100)


(58)

Tabel 14. Hasil Analitik Sosioekonomi dengan Pengetahuan

Sosio Ekonomi

Pengetahuan n(%)

Total P

Baik Kurang

Baik 35(18,4) 155(81,6) 190 (100)

0,003

Sedang 4(4,6) 83(95,4) 87(100)

Kurang 0(0) 7(100) 7(100)

Total 39(13,7) 245(86,3) 284(100)

Berdasarkan tabel 15 hasil uji statistik setelah penggabungan menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi orangtua dengan sikap orangtua dalam penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p= 0,032; p<0,05).

Tabel 15. Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Sikap

Sosio Ekonomi

Sikap

Total P

Sangat

Baik Baik Tidak Baik

Baik 13(6,8) 36(18,9) 141(74,2) 190(100)

0,032

Sedang 1(1,1) 19(21,8) 67(77,0) 87(100)

Kurang 0(0) 1(14,3) 6(85,7) 7(100)

Total 14(4,9) 56(19,7) 214(75,4) 284(100)

Berdasarkan tabel 16 hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan orangtua dengan sikap orangtua dalam penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p= 0,042; p<0,05).

Tabel 16. Hasil Analisis Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Orangtua

Pengetahuan

Sikap n(%)

Total p Sangat

Baik Baik Tidak Baik

Baik 4(10,3) 6(15,4) 29(74,4) 39(100)

0,042 Kurang 10(4,1) 50(20,4) 185(75,5) 245(100)


(59)

BAB 5 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, total responden adalah 284 orangtua SD kelas 3 dan 4 dari 2 SD di Kecamatan Medan Sunggal dan 2 SD di Kecamatan Medan Kota. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya variasi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan dan pengetahuan dan sikap terhadap penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen. Menurut pendapat Notoadmodjo (2007) bahwa pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor umur, tingkat pendidikan dan sumber-sumber informasi yang digunakannya, sedangkan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada peningkatan pengetahuan yang diperoleh.7

Hasil yang diperoleh orangtua laki-laki 96 orang (33,8%) dan 188 orangtua perempuan (66,2%). Jumlah perempuan adalah 2 kali lebih jika dibandingkan dengan laki-laki. Pada penelitian di Brazil juga menunjukkan hasil yang sama dimana responden perempuan lebih banyak dari responden laki-laki dengan responden perempuan 99 orang (92,5%) dan responden laki-laki 8 orang (7,5%)5. Hasil yang sama juga di penelitian Kuwait orangtua perempuan lebih banyak 21 orang 3% dan orangtua laki-laki 1 orang 2%.13 Hal ini kemungkinan karena ibu lebih dekat dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak serta memegang peranan penting terhadap kehidupan anak.2

Jumlah responden yang paling banyak adalah golongan usia 35 tahun hingga 44 tahun dengan 186 orang (41,3%). Penelitian Santos et.al menunjukkan golongan usia responden 25 hingga 50 tahun 83 orang (77.6%) golongan usia yang tertinggi.5 Pendidikan orangtua paling banyak adalah SD & SMP & SMA sebanyak 240 orang (84,5%). Hal yang sama diperoleh di penelitian Santos et.al pendidikan orangtua yang paling banyak adalah elementary school (SD) dengan jumlah 52 orang (50,5%). Berdasarkan data pekerjaan diketahui responden yang bekerja sebesar 69% sedangkan tidak bekerja sebesar 31% dan responden dengan perekonomian rendah


(60)

sebesar 5,6% dan perekonomian tinggi sebesar 94,4%. Status sosial ekonomi dinilai berdasarkan 2 hal yaitu pekerjaan dan jumlah pendapatan total keluarga responden. Berdasarkan data yang diperoleh sosioekonomi tertinggi adalah kategori yang baik dengan 190 orang 66,9%.

Data hasil menunjukkan orangtua yang pernah mendapat informasi mengenai cedera gigi dan mulut hanya 159 orang (56%) sedangkan 125 orang (44%) tidak pernah mendapatkan informasi mengenai cedera gigi. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di India yang menunjukkan hasil orangtua yang pernah dapat informasi sebanyak 26,3% sedangkan 74,7% tidak pernah dan di Turki peneliti memperoleh bahwa orangtua yang pernah memperoleh informasi mengenai cedera gigi dan mulut sebanyak 36,6% dan yang tidak pernah sebanyak 63,4%.1,2 Hasil penelitian di Egypt menunjukkan 18,9% pernah mendapatkan informasi sebanyak 18,9% dan 82,1% tidak pernah mendapatkan informasi serta dari 60% responden yang mendapatkan informasi tentang cedera gigi dan mulut melalui dokter gigi.13 Hal ini didukung dengan penelitian Ozer et.al dimana informasi yang diperoleh paling banyak dari dokter gigi (19%) dari seluruh jenis sumber informasi.2

Pengukuran pengetahuan orangtua diperoleh dari 9 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi pada gigi permanen anak. Sebanyak 105 responden (37%) menjawab dengan benar yaitu tindakan pertama orangtua lakukan dengan menenangkan anak, hentikan perdarahan dengan mengigit kain sambil membawa ke pelayanan medis. Penelitian Santos et.al menunjukkan 86% orangtua akan menenangkan anak, hentikan perdarahan dengan mengigit kain sambil membawa ke pelayanan medis.5 Hal ini menunjukkan bahwa orangtua memiliki pengetahuan yang baik tentang tindakan pertama dalam penanganan trauma avulsi sehingga dapat prognosis perawatan lanjutan gigi avulsi yang baik.

Jenis gigi yang terlepas adalah gigi permanen hanya 63 orang 22,2% jawab dengan benar. Waktu ekstraalveolar adalah kurang dari 60 menit setelah cedera hanya 15 orang (5,3%) jawab dengan benar. Penelitian di Kuwait menunjukkan hasil yang sama dengan hanya 6 orangtua (10%) jawab dengan benar.13 Cara pengembalian gigi avulsi gigi ke posisi semula adalah dengan membersihkan gigi dengan air mengalir


(1)

9. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Setelah Pengabungan Pengetahuan * Sikap Crosstabulation

Sikap

Total Sangat

Baik Baik

Tidak Baik, Sangat tidak

baik Pengetahuan Baik,

Cukup

Count 4 6 29 39

% within Pengetahuan

10.3% 15.4% 74.4% 100.0% % within Sikap 28.6% 10.7% 13.6% 13.7%

Kurang Count 10 50 185 245

% within Pengetahuan

4.1% 20.4% 75.5% 100.0% % within Sikap 71.4% 89.3% 86.4% 86.3%

Total Count 14 56 214 284

% within Pengetahuan

4.9% 19.7% 75.4% 100.0% % within Sikap 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Point Probability Pearson Chi-Square 3.039a 2 .039 .042

Likelihood Ratio 2.553 2 .279 .312

Fisher's Exact Test 2.947 .049

Linear-by-Linear Association

.586b 1 .444 .536 .264 .087

N of Valid Cases 284

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.92.

b. The standardized statistic is .766.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

0 41 104

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru

4 44 69

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

1 33 117

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

0 14 104

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

0 0 3

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

0 0 44

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

0 0 13

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

0 0 2

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

0 0 5

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

0 0 13