Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANGTUA TENTANG

PENANGANAN DARURAT TRAUMA AVULSI GIGI

PERMANEN ANAK DI KECAMATAN MEDAN

PETISAH DAN KECAMATAN MEDAN

PERJUANGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

ELSI MARGARETHA SILALAHI NIM: 110600122

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2015

Elsi Silalahi

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

xi + 62 halaman

Kasus trauma gigi merupakan masalah serius pada kesehatan gigi dan anak yang sebagian besar bersifat irreversibel sehingga membutuhkan perawatan berkelanjutan sepanjang hidup pasien. Salah satu jenis trauma gigi yang paling serius adalah trauma avulsi pada gigi permanen yang mencapai 0,5%-16% dari seluruh jenis trauma gigi yang melibatkan gigi permanen. Prognosis perawatan trauma avulsi sangat dipengaruhi penanganan darurat trauma gigi oleh orang terdekat anak diantaranya adalah orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan sosioekonomi terhadap pengetahuan dan sikap orangtua serta hubungan pengetahuan terhadap sikap orangtua mengenai penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian

cross sectional terhadap 284 orangtua dari Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang disampaikan kepada orangtua melalui murid sekolah dasar dan dianalisis secara statistik menggunakan uji Chi-Square pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna terhadap pengetahuan (p=0,001) dan sikap (p=0,001) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan. Faktor sosioekonomi tidak memiliki hubungan


(3)

bermakna terhadap pengetahuan (p=0,854) dan sikap (0,947) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan. Pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak memiliki hubungan yang bermakna (p=0,00) terhadap sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

Tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma gigi dan mulut terutama avulsi gigi sangat rendah namun demikian orangtua menunjukkan sikap positif terhadap keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Pelayanan kesehatan setempat terutama dokter gigi perlu melakukan program edukasi dan publikasi untuk meningkatkan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 2 Juli 2015

Pembimbing: Tanda Tangan

Ami Angela Harahap, drg,. Sp. KGA., M.Sc ... NIP. 19780426 200312 2 002


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 2 Juli 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Yati Roesnawi, drg

ANGGOTA : 1. Essie Octiara, drg., Sp. KGA


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi

permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Selama penulisan proposal ini, penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan serta doa dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih setulusnya kepada Ayahanda C. Silalahi SE dan Ibunda R. Gultom S.Pd, abang saya Modest D. Silalahi S.Sos, adik saya Afriani Silalahi dan Septian Silalahi yang telah memberi dukungan tak terhingga selama penulis mendapatkan pendidikan akademik dan menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C. Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Yati Roesnawi, drg., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak (IKGA).

3. Ami Angela Harahap, drg., Sp.KGA., M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pengajar dan staf administrasi departemen IKGA yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis.

5. Kepala Sekolah, staf pengajar, murid-murid dan orangtua murid SDN 060841, SDN 060856. SD Sw Kalam Kudus, SD Sw RK Budi Murni 6 yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.


(7)

6. Sahabat-sahabat terbaikku; angkatan 2011, KK Integrity dan ALBUMED terkhusus Tiurma, Yohana, Rikha, Lilanti yang banyak memotivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulis masih dalam proses pembelajaran sehingga skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Penulis mengharapkan skripsi ini dapat digunakan dan memberikan manfaat serta sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan masyarakat.

Medan, Juni 2015 Penulis,

Elsi M Silalahi NIM:110600122


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Kesehatan ... 6

2.1.1 Pengetahuan ... 6

2.1.2 Sikap... 7

2.1.3 Tindakan... 8

2.2 Pengertian dan Klasifikasi Trauma Gigi ... 8

2.3 Trauma Avulsi ... 9

2.3.1 Etiologi Trauma Avulsi ... 10

2.3.2 Prevalensi Trauma Avulsi ... 11

2.3.3 Efek Trauma Avulsi ... 11

2.4 Penanganan Darurat Trauma Avulsi ... 12


(9)

2.4.2 Waktu Ekstra-Alveolar ... 14

2.4. 3 Media Penyimpanan ... 15

2.4.3.1 Hank’s Balanced Salt Solution ... 15

2.4.3.2 Susu ... 16

2.4.3.3 Salin Fisiologis... .. 17

2.4.3.4 Air... 17

2.4.3.5 Saliva ... 17

2.4.3.6 Air Kelapa... . 18

2.5 Perawatan Lanjutan... ... 18

2.6 Prognosis ... 19

2.7 Kerangka Teori ... 20

2.8 Kerangka Konsep ... 21

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.2.1 Tempat Penelitian... 22

3.2.2 Waktu Penelitian... 22

3.3 Populasi dan Sampel ... 22

3.3.1 Populasi ... 22

3.3.2 Sampel ... 22

3.4 Variabel Penelitian ... 24

3.5 Definisi Operasional ... 24

3.5.1 Definisi Operasional Faktor Risiko ... 24

3.5.2 Definisi Operasional Pengetahuan Orangtua ... 26

3.5.3 Definisi Operasional Sikap Orangtua ... 31

3.6 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian ... 33

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 34

3.7.1 Pengolahan Data... . 35

3.7.2 Analisis Data ... 35

3.8 Etika Penelitian... . 35

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 37

4.2 Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 39

4.3 Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 41

4.4 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan ... 44

4.5 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Pengetahuan .... 44


(10)

4.7 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Sikap ... 45

4.8 Hasil Analisi Statistik Pengetahuan dengan Sikap ... 46

BAB 5 PEMBAHASAN ... 47

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

6.1 Kesimpulan ... 57

6.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Definisi Operasional Faktor Risiko... . 24 2. Definisi Operasional Pengetahuan Orangtua... 27 3. Definisi Operasional Sikap Orangtua ... 31 4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia 37 5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 38 6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sosioekonomi ... 39 7. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang

Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 40 8. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Orangtua ... 41 9. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap tentang

Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 42 10. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Sikap

Orangtua ... 43 11. Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan

Pengetahuan ... 44 12. Distribusi Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Pengetahuan .. 44 13. Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Sikap ... 45 14. Distribusi Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Sikap ... 45 15. Distribusi Hasil Analisis Statistik Pengetahuan dengan Sikap ... ... 46


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambaran Klinis Gigi Avulsi ... 10

2. Gambaran Radiografi Gigi Avulsi... 10

3. Mencuci Gigi Avulsi dengan Air Mengalir... 12

4. Replantasi Gigi Avulsi... 14


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Penjelasan Kepada Orangtua

2. Lembar Persetujuan setelah Penjelasan (Informed Concent) 3. Kuesioner

4. Daftar Hasil Penelitian

5. Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian dari Komisi Etik

6. Surat Izin Melakukan Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Medan 7. Surat Selesai Melakukan Penelitian dari SDN 060856

8. Surat Selesai Melakukan Penelitian dari SDN 060841

9. Surat Selesai Melakukan Penelitian dari SD Sw Kalam Kudus 10.Surat Selesai Melakukan Penelitian dari SD Sw Budi Murni 6


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2015

Elsi Silalahi

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

xi + 62 halaman

Kasus trauma gigi merupakan masalah serius pada kesehatan gigi dan anak yang sebagian besar bersifat irreversibel sehingga membutuhkan perawatan berkelanjutan sepanjang hidup pasien. Salah satu jenis trauma gigi yang paling serius adalah trauma avulsi pada gigi permanen yang mencapai 0,5%-16% dari seluruh jenis trauma gigi yang melibatkan gigi permanen. Prognosis perawatan trauma avulsi sangat dipengaruhi penanganan darurat trauma gigi oleh orang terdekat anak diantaranya adalah orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan sosioekonomi terhadap pengetahuan dan sikap orangtua serta hubungan pengetahuan terhadap sikap orangtua mengenai penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian

cross sectional terhadap 284 orangtua dari Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang disampaikan kepada orangtua melalui murid sekolah dasar dan dianalisis secara statistik menggunakan uji Chi-Square pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna terhadap pengetahuan (p=0,001) dan sikap (p=0,001) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan. Faktor sosioekonomi tidak memiliki hubungan


(15)

bermakna terhadap pengetahuan (p=0,854) dan sikap (0,947) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan. Pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak memiliki hubungan yang bermakna (p=0,00) terhadap sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

Tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma gigi dan mulut terutama avulsi gigi sangat rendah namun demikian orangtua menunjukkan sikap positif terhadap keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Pelayanan kesehatan setempat terutama dokter gigi perlu melakukan program edukasi dan publikasi untuk meningkatkan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus trauma gigi merupakan masalah serius pada kesehatan gigi anak.1 Trauma gigi diprediksi akan melampaui karies gigi dan penyakit periodontal sebagai masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling signifikan pada anak.2 Trauma pada wajah sebagian besar bersifat irreversibel sehingga membutuhkan perawatan yang berkelanjutan sepanjang hidup pasien.3

Studi pustaka pada tahun 1995-2007 dari berbagai negara menunjukkan bahwa 25% dari seluruh anak sekolah dan 33% orang dewasa mengalami trauma gigi permanen dengan berbagai variasi prevalensi berbeda disetiap negara.3,4 Salah satu jenis trauma gigi yang paling serius dari seluruh jenis trauma gigi yang terjadi adalah trauma avulsi pada gigi permanen.2 Penelitian Dua dan Sharma menunjukkan dari 880 anak ditemukan kasus trauma gigi sebesar 14,5% dengan kasus trauma avulsi sebesar 4,6%.5 Literatur menyebutkan kasus trauma avulsi terjadi sebanyak 0,5% -16% dari seluruh jenis trauma gigi yang melibatkan gigi permanen.6,7,8

Gigi yang paling banyak terlibat adalah gigi insisivus sentralis dan insisivus lateralis atas yang dapat mengakibatkan kehilangan fungsinya sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas hidup, gangguan psikologis dan sosial.3,5,9 Berdasarkan tempat terjadinya trauma gigi, lokasi terjadinya cedera paling banyak ditemukan di rumah (52%) dan di sekolah (41%) dari seluruh lokasi kejadian.5,10

Avulsi gigi ditandai dengan lepasnya gigi dari soket disertai kerusakan struktur ligamen periodontal, pembuluh darah dan saraf yang parah dengan atau tanpa disertai fraktur tulang alveolar.6,11 Prognosis gigi avulsi tergantung pada periode waktu antara kejadian trauma dengan replantasi, tipe dan kondisi media penyimpanan, tahap pembentukan akar gigi dan kontaminasi benda asing.11,12

Penanganan trauma avulsi sangat dipengaruhi oleh peran orang di sekitar anak seperti orangtua, guru dan dokter gigi. Penelitian Loo et.al di India terhadap orangtua


(17)

menunjukkan bahwa 56,7% orangtua tidak mengetahui bahwa replantasi merupakan perawatan pertama terhadap trauma avulsi.11 Idealnya, gigi avulsi harus direplantasikan segera kedalam soket untuk menghindari kerusakan jaringan periodontal yang lebih parah. Penanganan darurat yang cepat dan tepat sangat penting untuk mendapatkan prognosis terbaik dalam jangka panjang akibat avulsi terutama pada anak.11,12

Perbedaan pengetahuan dan sikap orangtua terhadap penanganan tersebut dipengaruhi oleh latar belakang berbeda seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal dan sosioekonomi.1,12 Salah satu faktor tersebut tersebut dibuktikan Murali K et.al terhadap ibu di India bahwa ibu dengan latar belakang pendidikan tinggi memiliki pengetahuan lebih baik tentang penanganan darurat trauma avulsi (p<0,005) yaitu segera mengunjungi dokter gigi (49,2%) setelah kejadian trauma (48,8%) dengan membawa gigi yang diselamatkan (58,2%).13 Penelitian serupa dilakukan Loo et.al namun tidak menemukan hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan (p=0,168).11 Beberapa literatur lainnya menunjukkan pengetahuan orangtua mengenai trauma avulsi tidak dipengaruhi oleh latar belakang orangtua.8,12 Secara teori pengetahuan seseorang yang berbeda terhadap suatu objek akan menunjukkan sikap berbeda terhadap objek tersebut.14

Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti tertarik ingin mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Indonesia terutama di Kotamadya Medan.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Rumusan Umum

a. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan?

b. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan?


(18)

c. Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan?

1.2.2 Rumusan Khusus

a. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan?

b. Apakah ada hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan?

c. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan?

d. Apakah ada hubungan antara sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

b. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.


(19)

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Perjuangan.

b. Untuk mengetahui hubungan sosioekonomi keluarga dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Perjuangan.

c. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Perjuangan.

d. Untuk mengetahui hubungan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Perjuangan.

1.4 Hipotesis Penelitian

a. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Perjuangan.

b. Ada hubungan sosioekonomi keluarga dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Perjuangan.

c. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Perjuangan.

d. Ada hubungan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Perjuangan.

e. Ada hubungan pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Petisah dan Medan Perjuangan.


(20)

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis

a. Diharapkan dapat menggambarkan besarnya tingkat pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak khususnya di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

b. Memberikan informasi kepada orangtua mengenai penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dan orangtua termotivasi untuk mewaspadai aktivitas anak yang dapat menyebabkan trauma.

1.5.2 Manfaat Teoritis

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya dan juga dapat menambah pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian khususnya terhadap anak.

b. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan pihak praktisi gigi untuk memberikan informasi dan saran bagi tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai perawatan darurat trauma avulsi gigi permanen anak.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini memiliki dua unsur pokok yaitu respon pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun aktif (tindakan nyata atau praktis).14

Faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non-fisik seperti iklim, manusia, sosial, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Menurut Benyamin Bloom, perilaku diukur dari 3 aspek yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.14

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh secara alami dari pengalaman langsung atau orang lain yang sampai kepada seseorang maupun secara terencana melalui proses pendidikan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.14

Pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai tingkatan, yaitu:14 1. Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap


(22)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang diperoleh atau rangsangan yang diterima.

2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis, yaitu kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan tertentu yang baru.

6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan suatu kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Pengetahuan, keyakinan dan emosi memegang peranan penting dalam membentuk sikap. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.14

Allport menjelaskan bahwa sikap memiliki tiga komponen pokok, yakni:14 a) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c) Kecenderungan untuk bertindak.


(23)

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:

1) Menerima, yakni orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon, yakni memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3) Menghargai, yakni mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4) Bertanggung jawab, yakni kemampuan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko.

2.1.3 Tindakan

Suatu sikap belum tentu terwujud secara langsung dalam suatu tindakan. Supaya sikap dapat terwujud menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan faktor dukungan. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.14

2.2 Pengertian dan Klasifikasi Trauma Gigi

Secara umum trauma adalah luka atau cedera pada jaringan.Trauma dengan kata lain disebut injuri, dapat diartikan sebagai kerusakan atau luka yang biasanya disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas normal suatu struktur.15 Trauma gigi dapat diartikan sebagai kerusakan jaringan keras gigi dan atau periodontal karena terjadi kontak yang keras dengan suatu benda yang tidak terduga sebelumnya pada gigi.16

Klasifikasi trauma gigi dilakukan untuk mendeskripsikan trauma sehingga dokter gigi dapat mengenali jenis trauma dan dapat memberikan perawatan sesuai dengan pengobatan yang direkomendasikan. Klasifikasi trauma gigi yang direkomendasikan adalah berdasarkan klasifikasi Andreasen yang diadopsi dari


(24)

World Health Organization (WHO) yang digunakan oleh International Association of Dental Traumatology:17,18

a) Kerusakan pada jaringan keras gigi dan pulpa yang meliputi: retak mahkota (crown infraction), fraktur enamel (enamel fracture), fraktur enamel-dentin (uncomplicated crown fracture), fraktur mahkota kompleks (complicated crown fracture), fraktur mahkota-akar kompleks (complicated crown-root fracture), fraktur mahkota-akar tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture), fraktur hingga akar (root fracture).

b) Kerusakan jaringan periodontal yang meliputi: konkusi, subluksasi, luksasi ekstrusi, luksasi lateral, luksasi intrusi dan luksasi kompleks (avulsi).

c) Kerusakan pada gingiva dan mukosa mulut yang meliputi: laserasi, kontusio dan luka abrasi.

d) Kerusakan pada jaringan tulang pendukung: kominusi soket alveolar rahang atas dan rahang bawah, fraktur soket alveolar rahang atas dan alveolar rahang bawah, fraktur prosesus alveolar rahang atas dan rahang bawah, fraktur korpus rahang atas dan rahang bawah.

2.3 Trauma Avulsi

Avulsi merupakan lepasnya keseluruhan gigi dari soket disertai kerusakan ligamen periodontal dengan atau tanpa fraktur alveolar.17 Avulsi pada gigi permanen merupakan trauma gigi paling serius karena menyebabkan kerusakan yang parah pada jaringan pendukung, pembuluh darah dan saraf.6 Kerusakan pada pembuluh darah mengakibatkan gangguan suplai darah ke pulpa dan mengakibatkan nekrosis pada pulpa gigi.19,20 Gigi avulsi didiagnosis secara klinis maupun radiografi dengan tidak ditemukan gigi pada soket.17


(25)

Gambar 1. Gambaran klinis gigi avulsi21

Gambar 2. Gambaran radiografi gigi avulsi21

2.3.1 Etiologi Trauma Avulsi

Trauma gigi avulsi merupakan salah satu trauma gigi paling serius yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Usia 7-9 tahun merupakan usia paling rentan terjadi kasus trauma avulsi yaitu saat masa gigi insisivus permanen erupsi dengan ligamen periodontal yang masih longgar, akar gigi yang belum terbentuk sempurna dan struktur tulang alveolar yang masih lemah.8

Penyebab terjadinya gigi avulsi antara lain terjatuh (36,4%), kecelakaan lalu lintas (22,7%), kecelakaan bersepeda (18,2%), benturan (9,1%) dan penyebab lainnya


(26)

(13,6%).9 Faktor predisposisi penyebab trauma gigi adalah maloklusi Klas II divisi 1, gigi dengan overjet >3mm, keadaan yang memperlemah gigi seperti hipoplasia enamel, anak penderita cerebral palsy dan anak dengan kebiasaan mengisap ibu jari yang menyebabkan gigi anterior protrusif.10,22,23

2.3.2 Prevalensi Trauma Avulsi

Penelitian menunjukkan bahwa 25% dari seluruh anak sekolah dan 33% dari remaja mengalami trauma pada gigi permanen.3 Kasus trauma avulsi terjadi sebanyak 0,5%-3% dari seluruh kasus trauma gigi dan sebanyak 0,5%-16% dari seluruh kasus trauma gigi yang melibatkan gigi permanen.19,24

Berdasarkan tempat terjadinya trauma gigi, kejadian paling tinggi terjadi di rumah sebanyak 43,87%-52% diikuti kejadian di sekolah, lapangan, pinggir jalan dan tempat lainnya.5,10 Adapun gigi yang terlibat sebanyak 77% insisivus sentralis atas dan 11% insisivus lateralis atas.9 Trauma avulsi pada umumnya melibatkan satu gigi tetapi masih terdapat kemungkinan terjadi pada lebih dari satu gigi.8,9

2.3.3 Efek Trauma Avulsi

Trauma wajah dan gigi sering menimbulkan permasalahan khususnya pada anak.22 Trauma pada bagian wajah berupa fraktur, perpindahan posisi, maupun kehilangan gigi dapat mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap fungsi, estetik dan psikologi pada anak.3,5 Kehilangan atau rusaknya gigi anterior pada anak juga menimbulkan masalah bagi orangtua karena anak akan menerima perawatan secara berkelanjutan seumur hidupnya akibat kerusakan yang bersifat irreversibel sehingga memengaruhi kualitas hidup anak.3

Avulsi pada gigi menimbulkan dampak negatif terhadap estetis, fungsi dan psikologis baik pada anak maupun orangtua. Gigi permanen anterior memegang peran penting terhadap perkembangan psikologis anak maupun remaja. Saat keselarasan estetis dipengaruhi, anak-anak dan remaja cenderung menghindar untuk tersenyum. Avulsi gigi juga menimbulkan dampak ekonomi karena melibatkan biaya perawatan yang mahal. Avulsi gigi dapat dirawat dengan berbagai perawatan seperti


(27)

perawatan prostetik, ortodontik dan reimplantasi yang disertai dengan perawatan endodontik.11

2.4 Penanganan Darurat Trauma Avulsi

Trauma avulsi pada gigi permanen merupakan salah satu dari beberapa situasi darurat pada kedokteran gigi. Replantasi yang segera merupakan perawatan terbaik di lokasi terjadinya trauma dan jika tidak dapat dilakukan replantasi dengan segera maka terdapat alternatif seperti penggunaan berbagai media penyimpanan.6 Kesadaran masyarakat yang tinggi diperlukan dalam penanganan keparahan cedera yang tidak terduga ini.Pastikan bahwa gigi yang mengalami avulsi bukan gigi sulung melainkan gigi permanen. Replantasi tidak dilakukan pada gigi sulung karena dapat memengaruhi pertumbuhan benih gigi permanen anak.24

Penanganan pertama gigi avulsi di tempat kejadian:24 1. Tenangkan pasien

2. Cari gigi yang terlepas dan ambil dengan memegang bagian mahkota gigi (bagian yang paling putih). Hindarkan memegang pada bagian akar gigi.

3. Bersihkan gigi apabila ditemukan dalam keadaan kotor sekitar 10 detik dengan air dingin mengalir kemudian reposisikan gigi kembali ke soketnya. Gigit saputangan/ kain jika gigi sudah berada di posisinya untuk menahan gigi tersebut agar tetap berada di posisinya.

Gambar 3. Mencuci gigi avulsi dengan air mengalir25


(28)

4. Letakkan gigi dalam segelas susu atau pada medium lainnya yang sesuai dan bawa bersama pasien ke klinik darurat apabila dalam keadaan tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan replantasi (misalkan pasien dalam keadaan tidak sadar). Gigi juga dapat dibawa dengan disimpan didalam mulut, meletakkannya di pipi bagian dalam atau di bawah lidah jika pasien dalam keadaan sadar. Pasien yang masih sangat muda/ anak-anak ada kemungkinan gigi akan tertelan sehingga sebaiknya ludah diletakkan dalam suatu wadah dan gigi ditaruh kedalamnya. Hindarkan penyimpanan dengan menggunakan air.

5. Gunakan media penyimpanan atau transport yang khusus seperti Hanks Balanced Storage Medium jika ketersediaannya memungkinkan.

6. Cari perawatan gigi darurat dengan segera.

2.4.1 Replantasi

Perawatan avulsi dilakukan untuk menghindari atau meminimalisir komplikasi dari dua akibat utama yaitu kerusakan perlekatan dan infeksi pulpa gigi. Suplai darah melalui apeks tidak dapat terjadi sebagaimana mestinya saat gigi dalam keadaan avulsi sehingga untuk mengembalikan suplai darah tersebut dapat dilakukan tindakan replantasi.7

Replantasi merupakan pilihan terhadap kebanyakan kasus avulsi gigi namun tidak selalu dapat dilakukan secara langsung. Terdapat beberapa keadaan dimana replantasi tidak dapat dilakukan diantaranya gigi dengan karies yang parah, terjadi kekeringan pada gigi atau media penyimpanan yang digunakan tidak memadai, fraktur pada tulang alveolar, gigi permanen belum sempurna dengan akar pendek dan apeks terbuka lebar, memiliki penyakit periodontal, pasien yang tidak kooperatif dan memiliki kondisi sistemik yang parah seperti imunosupresi dan penyakit jantung yang parah.24,26


(29)

Gambar 4. Replantasi gigi avulsi27

Replantasi pada gigi hendaknya selalu diupayakan meskipun hanya sebagai solusi sementara karena sering terjadi resorpsi eksternal akibat inflamasi. Gigi masih dapat bertahan selama beberapa tahun untuk mempertahankan jarak dan memelihara tinggi dan lebar alveolar meskipun resorpsi tetap terjadi. Keberhasilan penyembuhan setelah replantasi dapat terjadi jika terdapat kerusakan minimal pada pulpa dan ligamen periodontal dengan jenis media penyimpanan ekstra-alveolar dan waktu ekstra-alveolar sebagai faktor kritis.28

2.4.2 Waktu Ekstraalveolar

Keberhasilan replantasi sangat berhubungan dengan lamanya waktu gigi di luar mulut. Semakin lama gigi berada di luar mulut semakin kecil kemungkinan sel-sel jaringan ligamen periodontal untuk dapat bertahan hidup.Sebagaimana diketahui fungsi ligamen periodontal adalah untuk mempertahankan gigi di dalam soket gigi, menahan tekanan pengunyahan, melindungi pembuluh darah, limfe, dan saraf yang menyuplai gigi, membantu menahan gigi agar tidak miring atau berputar.29

Replantasi sebaiknya dilakukan dalam waktu sesegera mungkin.13 Tindakan ini dilakukan dengan tujuan mencegah terjadinya kekeringan yang dapat menyebabkan hilangnya kemampuan metabolisme fisiologis secara normal dan morfologi sel ligamen periodontal. Penelitian menunjukkan bahwa ligamen periodontal hanya dapat bertahan pada kondisi diluar mulut tidak lebih dari 60 menit


(30)

dan waktu paling optimal untuk dilakukan replantasi untuk memperoleh prognosis terbaik adalah 5 menit pertama namun kenyataannya, upaya replantasi dilakukan pada 15-20 menit pertama.17,20,24

2.4.3 Media Penyimpanan

Perhatian utama pada perawatan awal avulsi adalah untuk mempertahankan vitalitas jaringan periodontal pada pemukaan akar sehingga replantasi harus dilakukan segera setelah terjadi cedera. Dibutuhkan kemampuan dan pengetahuan yang memadai mengenai protokol perawatan avulsi gigi karena replantasi sesegera mungkin tidak selamanya dapat dilakukan.20 Media penyimpanan diperlukan untuk mempertahankan gigi dari kekeringan selama waktu terlepas hingga akan dilakukan replantasi.6

Mempertahankan gigi dilakukan pada media yang kelembabannya ideal untuk dapat melindungi viabilitas sel pulpa dan ligamen periodontal pada permukaan akar gigi selama mungkin.29 Penelitian mengarah kepada perkembangan media penyimpanan yang menghasilkan kondisi yang menyerupai lingkungan alveolar sebenarnya. Beberapa persyaratan media yang ideal diantaranya adalah dapat menghasilkan klon sel, mengandung antioxidan, tanpa atau minimal kontaminasi mikroba, osmolalitas dan pH fisiologis yang sesuai serta mudah diperoleh dan murah.6

2.4.3.1 Hank’s Balanced Salt Solution

Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS) merupakan larutan salin standar, yang biasanya digunakan dalam penelitian biomedis untuk mendukung pertumbuhan berbagai sel. Larutan HBSS bersifat biocompatible dengan sel-sel ligamen periodontal karena mempunyai osmolalitas yang ideal yaitu 270-320 mOsm dan pH yang seimbang, serta mengandung berbagi nutrien yang penting seperti kalsium, fosfat, kalium dan glukosa yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme sel yang normal dalam waktu yang lama.29 Larutan HBSS mampu mempertahankan sel tetap vital selama 24 jam. Kelemahan dari penggunaan bahan ini adalah sulit


(31)

ditemukan pada tempat-tempat kejadian trauma dan pada penggunaanya yang tidak praktis dimana media ini harus digunakan pada inkubator terkontrol pada suhu 370C.6

Gambar 5. Hank’s Balanced Salt

Solution25

2.4.3.2 Susu

Susu memiliki beberapa karakteristik yang menguntungkan sebagai media penyimpanan gigi avulsi. Susu merupakan cairan isotonik dengan pH yang hampir netral dan osmolalitas yang fisiologis, tanpa atau minimal kontaminasi bakteri, mengandung faktor pertumbuhan dan nutrisi sel yang essensial, paling mudah ditemukan dimana saja dan murah. Susu mempunyai kemampuan dalam mendukung kapasitas klonogenik sel-sel ligamen periodontal pada suhu ruang sampai 60 menit.6

Susu dapat mengurangi pembengkakan sel, meningkatkan viabilitas sel dan perbaikan penyembuhan sel pada suhu yang lebih rendah. Penelitian fisiologis sel menunjukkan kemampuan susu temperatur rendah untuk mendukung klonogenik sel ligamen periodontal pada gigi avulsi lebih lama 45 menit dibandingkan dengan media penyimpanan susu pada temperatur ruang.29 Susu yang efektif untuk digunakan adalah susu segar atau susu UHT yang dingin, sedangkan susu bubuk tidak dianjurkan.26


(32)

Beberapa penelitian menyatakan gigi yang disimpan dengan media susu dapat bertahan sebanyak 70%-90%. International Association of Dental Traumatology dan

American Academy of Pediatric Dentistry menganjurkan penggunaan media susu kepada dokter gigi maupun masyarakat umum sebagai media penyimpanan gigi yang akan direplantasikan karena efek dan karakteristik yang menguntungkan serta mudah diperoleh pada saat terjadi trauma.6

2.4.3.3 Salin Fisiologis

Salin memiliki osmolalitas dan pH yang fisiologis tetapi tidak terdapat ion yang essensial dan glukosa yang merupakan kebutuhan fundamental untuk mempertahankan metabolisme sel. Studi pustaka menyebutkan bahwa sel ligamen periodontal tetap terjaga viabilitasnya selama 45 menit dengan tingkat mortalitas 20%. Salin fisiologis tidak lebih baik dibandingkan HBSS dan susu tetapi lebih baik dibandingkan air dan saliva sehingga dapat disimpulkan bahwa salin fisiologis bukanlah media yang adekuat untuk dijadikan sebagai media penyimpanan tetapi masih dapat dijadikan sebagai media penyimpanan untuk waktu yang singkat.6

2.4.3.4 Air

Air memiliki karakteristik yang tidak adekuat sebagai media penyimpanan karena terkontaminsi bakteri, hipotonis, pH dan osmolalitas tidak fisiologis yang dapat menyebabkan lisis pada jaringan periodontal dan kematian jaringan secara cepat. Air hanya dapat digunakan untuk menghindari gigi dari kekeringan tetapi tidak adekuat dalam melindungi gigi avulsi.6

2.4.3.5 Saliva (vestibulum bukal)

Sama halnya dengan air, saliva manusia digunakan sebagai media penyimpanan karena ketersediaanya yang mudah didapatkan tetapi memiliki karakteristik yang tidak menguntungkan seperti osmolalitas dan pH yang tidak fisiologis, kontaminasi bakteri yang tinggi dan hipotonis. Studi menunjukkan bahwa saliva tidak efisien dalam mempertahankan viabilitas sel namun masih lebih baik


(33)

daripada membiarkan gigi dalam kondisi kering karena efek penyerapan akan lebih parah seiring dengan bertambahnya waktu.6

2.4.3.6 Air Kelapa

Air kelapa merupakan minuman yang alami yang dikemas kedap udara secara biologis di dalam buah kelapa dan banyak ditemukan di Indonesia. Komposisi elektrolit dari air kelapa menyerupai cairan intraseluler. Air kelapa juga unggul dalam pemeliharaan kelangsungan hidup sel-sel ligamen periodontal karena adanya berbagai nutrisi di dalamnya seperti protein, asam amino, vitamin dan mineral.6 Penyimpanan gigi avulsi pada air kelapa selama 15-120 menit sama efektifnya dengan HBSS namun resorpsi inflamasi lebih sering terjadi setelah disimpan pada media ini dibandingkan dengan penyimpanan dalam media susu.6,29

2.5 Perawatan Lanjutan

Penanganan darurat trauma avulsi diharapkan mampu dilakukan oleh masyarakat secara luas, namun penanganan trauma avulsi tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat. Kegagalan dalam melakukan perawatan dapat memicu terjadinya kehilangan gigi dini yang mengakibatkan gangguan estetis, psikologis dan fungsi.30

Gigi avulsi yang sudah direplantasikan perlu dilakukan pencatatan riwayat terjadinya trauma untuk memperkirakan kemungkinan hasil yang akan didapatkan. Posisi gigi yang direplantasikan perlu diperkirakan dan diperbaiki jika dibutuhkan.20,26 Tindakan ini dilakukan oleh karena gigi yang direplantasikan sebelum tiba di klinik gigi longgar didalam soket dan kemungkinan akan lepas dari soket. Evaluasi terhadap media yang digunakan dilakukan apabila gigi avulsi disimpan dalam media penyimpanan dan bila perlu dipindahkan ke media yang lebih tepat sambil mengumpulkan data riwayat trauma dan pemeriksaan klinis.12,31

Penting untuk melakukan pemeriksaan tambahan berupa radiografi periapikal pada sekitar gigi yang mengalami trauma pada saat pasien sampai ke klinik gigi baik gigi yang sudah dilakukan replantasi maupun tidak. Pemeriksaan ini bertujuan untuk


(34)

memastikan tidak ada bagian dari akar yang tertinggal pada soket dan gigi telah avulsi sempurna.26,31

2.6 Prognosis

Prognosis dari keberhasilan penanganan truma avulsi dipengaruhi oleh kecepatan dan ketepatan dalam pemberian perawatan darurat dan perawatan lanjutan dalam mempertahankan vitalitas jaringan periodontal. Keberhasilan tersebut tergantung pada beberapa faktor seperti waktu ekstraalveolar, media penyimpanan, kontaminasi dan perlindungan jaringan periodontal.6,11,21,24

Prognosis terbaik terjadi jika gigi dilakukan replantasi dengan segera. Jika gigi tidak dapat dilakukan replantasi dalam waktu 5 menit maka perlu disimpan dalam media yang yang dapat mempertahankan vitalitas jaringan periodontal berupa media fisiologis sebagai media terbaik.20 Gigi permanen yang mengalami avulsi perlu dipertimbangkan risiko kemungkinan terjadinya nekrosis pulpa, resorpsi akar dan ankylosis.6 Pengetahuan mengenai penanganan gigi avulsi oleh masyarakat seperti orangtua, guru, maupun pangasuh anak yang pada umumnya selalu hadir pada saat kejadian trauma memegang peranan penting terhadap prognosis kasus trauma avulsi gigi.11,32


(35)

2.7 Kerangka Teori

Klasifikasi Trauma Dental

Prevalensi Etiologi Avulsi

Efek

Replantasi

Orangtua/ Penjaga

Anak Dokter Gigi

Guru

Prognosis Perawatan

Lanjutan Pengetahuan dan

Sikap orang terdekat

Penanganan Darurat

Waktu Ekstra-alveolar

Media Penyimpanan


(36)

2.8 Kerangka Konsep

Orangtua Faktor risiko:

 Pendidikan  Sosioekonomi

Pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak.

Orangtua Faktor risiko:

 Pendidikan  Sosioekonomi

Sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak.

Pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak.

Sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak.


(37)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 2 sekolah dasar di Kecamatan Medan Petisah dan 2 sekolah dasar di Kecamatan Medan Perjuangan.

3.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian selama 2 bulan yaitu Februari - Juni 2015. Pengumpulan data 2 minggu, pengolahan dan analisis data 1 bulan, penyusunan laporan 3 bulan.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh orangtua yang mempunyai anak dengan gigi permanen usia 7-9 tahun di Kotamadya Medan.

3.3.2 Sampel

Penentuan sampel dilakukan dengan metode multistage cluster sampling.

Secara administrasi Kotamadya Medan terdiri dari 21 kecamatan yang dikelompokkan menjadi 2 yaitu lingkar luar dan lingkar dalam. Lingkar dalam terdiri atas 10 kecamatan yaitu: Kecamatan Medan Baru, Petisah, Barat, Helvetia, Polonia, Medan Area, Medan Kota, Maimun, Medan Timur dan Medan Denai. Lingkar luar terdiri atas 11 kecamatan yaitu: Kecamatan Medan Tuntungan, Selayang, Sunggal, Johor, Denai, Perjuangan, Amplas, Tembung, Marelan, Labuhan dan Belawan.


(38)

Berdasarkan metode yang digunakan diperoleh Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan dengan masing-masing jumlah sampel pada tiap kecamatan 50% dari total sampel. Jumlah sampel diperoleh dengan menggunakan rumus pengujian hipotesis untuk proporsi populasi tunggal:

keterangan:

n = besarnya sampel

Z /2 = nilai Z pada derajat kepercayaan 5% (1,96)

Z1- = nilai Z pada kekuatan uji 90% (1,282)

Po = proporsi yang telah diteliti 58,2%

Pa = proporsi alternatif/ taksiran proporsi yang sesungguhnya 48,2% Pa-Po = dugaan selisih proporsi 10%

Besar minimum sampel untuk mewakili populasi adalah sebesar 259 orangtua. Peneliti mengambil sampel dengan penambahan 1 menjadi 284 orangtua untuk mengantisipasi terjadinya sampel drop-out sehingga masing-masing diperoleh 142 orangtua pada Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan untuk mendapatkan distribusi data secara merata.

Sampel pada penelitian ini akan ditetapkan dalam dua kriteria, yaitu kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah sampel yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti. Kriteria eksklusi adalah sampel yang sudah memenuhi kriteria inklusi tapi dikeluarkan karena tidak dapat mengikuti penelitian.

Kriteria inklusi:

- Orangtua yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan Petisah atau Medan Perjuangan

- Orangtua yang memiliki anak dengan gigi permanen usia 7-9 tahun - Orangtua dengan sehat jasmani dan rohani


(39)

Kriteria Eksklusi:

- Orangtua yang angket atau kuesionernya tidak dikembalikan kepada peneliti - Orangtua yang tidak mengisi seluruh pertanyaan pada kuesioner

3.4 Variabel Penelitian

a) Variabel bebas/ independen: pendidikan dan sosioekonomi keluarga. b) Variabel terikat/ dependen: pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen.

c) Analisis hubungan pengetahuan dengan sikap orangtua: variabel bebas; pengetahuan orangtua dan variabel terikat; sikap orangtua.

3.5 Defenisi Operasional

3.5.1 Defenisi Operasional Faktor Risiko

Tabel 1. Defenisi operasional faktor risiko

Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala Ukur

Jenis Kelamin Pembagian jenis seksual yang di-tentukan secara biologis dan anatomis

1. Laki-laki 2. Perempuan

Nominal

Umur Usia responden dari mulai lahir sampai ulang tahunnya yang terakhir.

1. 25-34 tahun 2. 35-44 tahun 3. 45-54 tahun 4. 55-64 tahun

Nominal

Pendidikan Orangtua

Pendidikan formal ter-tinggi terakhir yang ditamatkan orangtua/ responden

( Menurut BPS 2014)

1. Pendidikan rendah (tamat SD, tamat SMP) 2. Pendidikan sedang

(tamat SMA)

3. Pendidikan tinggi (tamat diploma,tamat sarjana/ perguruan tinggi)


(40)

Lanjutan Tabel 1. Defenisi operasional faktor risiko

Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala Ukur

Pengubahan kategori tingkat pendidikan kemudian dilakukan karena tidak sesuai untuk pengolahan statistik sebagai berikut:

1. Pendidikan rendah (tamat SD, tamat SMP, tamat SMA). 2. Pendidikan tinggi

(tamat diploma,tamat sarjana/ perguruan tinggi)

Nominal

Sosioekonomi Karakeristik atau ciri individu yang

menunjukkan kondisi penduduk yang diukur dari:

a. Pekerjaan: Jenis kegiatan yang ditekuni responden dan merupakan sumber

penghasilan bagi responden yaitu;

- PNS

- Pegawai Swasta

- Petani

- Buruh

- Wiraswasta/ Pedagang

- Tidak bekerja (Menurut BPS 2014 Kota Medan)

Skor Pekerjaan: 1. Bekerja (2)

2. Tidak Bekerja (1)


(41)

Lanjutan Tabel 1. Defenisi operasional faktor risiko

3.5.2 Defenisi Operasional Pengetahuan

Pengetahuan orangtua mengenai perawatan trauma avulsi gigi permanen anak terdiri atas 2 pertanyaan pembuka; pengalaman memperoleh informasi serta sumber memperoleh informasi cedera gigi dan mulut dan 9 pertanyaan inti pada Tabel 2.

Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala Ukur

b. Pendapatan: Perbandingan total pendapatan orangtua perbulan dalam satuan rupiah dibagi jumlah anggota keluarga dengan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan yaitu;

- Perekonomian rendah

< Rp 1.500.000

- Perekonomian tidak rendah

≥ Rp 1.500.000 (BPS September 2014)

Skor penghasilan:

1. Perekonomian rendah (1) 2. Perekonomian tidak

rendah (2)

Kategori sosioekonomi (pekerjaan + penghasilan keluarga) :

1. Baik (4) 2. Sedang (3) 3. Kurang (2) (Susenas BPS 2010)


(42)

Tabel 2. Defenisi operasional pengetahuan orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala Ukur

1 Tindakan pertama saat cedera gigi dan mulut terjadi.

Tindakan yang akan dilakukan orangtua pertama sekali saat anak mengalami cedera gigi dan mulut

1. Menolong anak, bersihkan luka di bibir, suruh anak kumur-kumur dan berikan obat anti sakit. (0)

2. Menenangkan anak, hentikan perdarahan dengan menggigit kain selama beberapa jam hingga perdarahan berhenti dan anak disuruh beristirahat. (0)

3. Menenangkan anak, hentikan perdarahan dengan menggigit kain sambil membawa ke pelayanan medis. (1)

4. Menenangkan anak, bersihkan luka, dan kumur-kumur dengan obat anti sakit. (0)

5. Tidak Tahu. (0)

Ordinal

2 Jenis gigi avulsi

Jenis gigi anterior kanan atas pada anak usia 9 tahun pada ilustrasi kasus

1. Gigi tetap/ permanen (1) 2. Gigi susu (0)

3. Tidak tahu (0)


(43)

Lanjutan Tabel 2. Defenisi operasional pengetahuan orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala Ukur

3 Tindakan pertama terhadap gigi avulsi

Tindakan yang dilakukan orangtua pertama sekali saat menemukan gigi anak terlepas dari posisiya.

1. Gigi tidak dicari dan langsung pergi mencari perawatan medis.(0)

2. Gigi dicari dan langsung mengembalikan gigi tersebut ke posisi gigi semula. (0)

3. Gigi dicari dan gigi diletakkan ke dalam tissue serta mencari perawatan medis. (0)

4. Gigi dicari, pegang pada bagian mahkota gigi (bagian yang paling putih) kemudian dibersihkan dan diletakkan pada pipi anak.(1)

5. Tidak tahu. (0)

Ordinal

4 Waktu terbaik perawatan gigi dan mulut.

Waktu yang paling tepat bagi anak untuk menerima perwatan gigi dan mulut setelah gigi terlepas dari posisinya.

1. Kurang dari 60 menit setelah cedera. (1)

2. 1-2 jam setelah cedera. (0) 3. Pada hari berikutnya

setelah anak lebih tenang. (0)

4. Bila ada keluhan lanjutan. (0)

5. Tidak tahu. (0)


(44)

Lanjutan Tabel 2. Defenisi operasional pengetahuan orangtua

No Variabel Defenisi Operasional

Hasil Ukur Skala

Ukur

5 Perlakuan sebelum replantasi gigi avulsi

Tindakan yang di-lakukan orangtua terhadap gigi anak yang terlepas dari posisinya dan ter-jatuh ditempat kotor sebelum dikembali-kan ke posisinya semula

1. Membersihkan gigi dengan air mengalir selama 10 detik. (1)

2. Membersihkan gigi dengan sikat sampai bersih. (0)

3. Membersihkan gigi dengan menggunakan tangan atau tissue. (0) 4. Membersihkan gigi

dengan menggunakan sabun atau alkohol. (0) 5. Tidak tahu. (0)

Ordinal

6 Cara membawa gigi avulsi ke klinik dokter gigi

Cara yang dilakukan orangtua dalam membawa gigi yang terlepas akibat trauma ke dokter gigi jika tidak langsung dikembali-kan ke posisinya semula.

1. Membalut gigi dengan tissue. (0)

2. Memasukkan ke dalam kantong berisi es. (0) 3. Membungkus gigi

kedalam plastik kering. (0)

4. Memasukkan gigi ke dalam kantong berisi susu. (1)

5. Tidak tahu. (0)

Ordinal

7 Media penyimpa nan gigi avulsi

Media yang diguna-kan untuk membawa gigi yang terlepas dari posisinya

1. Susu (1) 2. Air Bersih (0) 3. Alkohol (0) 4. Air Garam (0) 5. Tidak Tahu (0)

Ordinal

8 Waktu ekstra alveolar

Kemampuan gigi yang terlepas dari posisinya untuk dapat tetap sehat selama diluar mulut sebelum dikembli-kan ke posisi semula.

1. 30 menit. (1) 2. 60 menit. (0)

3. Lebih dari 1 jam. (0) 4. Tidak tergantung pada

waktu. (0) 5. Tidak tahu. (0)


(45)

Lanjutan Tabel 2. Defenisi operasional pengetahuan orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala Ukur

9 Tempat perawatan lanjutan

Tempat mendapat-kan perawatan lebih lanjut setelah mendapatkan pe-nanganan darurat pada gigi yang lepas dari posisinya

1. Klinik dokter gigi (1) 2. Klinik dokter umum (0) 3. Bidan (0)

4. Rumah Sakit (0) 5. Tidak tahu (0)

Ordinal

Skala Pengukuran:

Tingkat pengetahuan diukur dengan setiap pertanyaan diberikan bobot nilai 1 jika benar dan 0 jika jawaban salah dengan nilai maksimal = 9 dan nilai minimal = 0. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan responden sebagai berikut: (Arikunto 2006)

a. Baik; apabila responden mampu menjawab dengan benar >75% dari seluruh pertanyaan (skor 7-9).

b. Cukup; apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 56%-75% dari seluruh pertanyaan (skor 5-6).

c. Kurang; apabila nilai yang diperoleh responden <56% dari seluruh pertanyaan (skor 0-4).

Pengubahan kategori pengetahuan kemudian dilakukan karena tidak sesuai untuk pengolahan statistik sebagai berikut:

a. Baik; apabila responden mampu menjawab dengan benar ≥56% dari seluruh

pertanyaan (skor 5-9)

b. Kurang; apabila nilai yang diperoleh responden <56% dari seluruh pertanyaan (skor 0-4).


(46)

3.5.3 Defenisi Operasional Sikap Orangtua

Tabel 3. Defenisi operasional sikap orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil ukur

Skala Ukur

1 Perlunya mengetahui informasi penangan darurat cedera gigi dan mulut.

Respon orangtua terhadap keharusan untuk mengetahui penanganan darurat cedera gigi dan mulut

1. Sangat Setuju (5) 2. Setuju (4)

3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (2)

5. Sangat Tidak Setuju (1)

Ordinal

2 Sikap orangtua untuk

mencari gigi yang avulsi

Respon orangtua terhadap penting-nya mencari gigi yang hilang setelah terjadi cedera gigi

1. Sangat Setuju (5) 2. Setuju (4)

3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (2)

5. Sangat Tidak Setuju (1)

Ordinal

3 Sikap orangtua untuk me-replantasikan kembali gigi avulsi segera setelah

cedera gigi dan mulut terjadi.

Respon orangtua untuk mengembali-kan gigi yang terlepas ke posisi-nya semula segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi.

1. Sangat Setuju (5) 2. Setuju (4)

3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (2)

5. Sangat Tidak Setuju (1)

Ordinal

4 Sikap orangtua membersih-kan gigi avulsi yang kotor dengan sikat

Respon orangtua untuk membersih-kan gigi dengan disikat sampai bersih ketika gigi yang terlepas jatuh di tanah yang kotor.

1. Sangat Setuju (1) 2. Setuju (2)

3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (4)

5. Sangat Tidak Setuju (5)


(47)

Lanjutan Tabel 3. Defenisi operasional sikap orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala Ukur

5 Membawa anak dan gigi avulsi ke dokter gigi segera setelah cedera

terjadi.

Respon orangtua untuk membawa anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera terjadi.

1. Sangat Setuju (5) 2. Setuju (4)

3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (2)

5. Sangat Tidak Setuju (1)

Ordinal

6 Membawa gigi avulsi ke dokter gigi dengan mengguna-kan tissue.

Respon orangtua untuk membawa gigi yang terlepas ke dokter gigi dengan

menggunakan tissue.

1. Sangat Setuju (1) 2. Setuju (2)

3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (4)

5. Sangat Tidak Setuju (5)

Ordinal

7 Membawa gigi dengan media susu sebelum membawa gigi ke dokter gigi.

Respon orangtua untuk membawa gigi di dalam media berisi susu sebelum membawa gigi ke dokter gigi.

1. Sangat Setuju (5) 2. Setuju (4)

3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (2)

5. Sangat Tidak Setuju (1)

Ordinal

8 Kesediaan menerima penyuluhan cedera gigi dan mulut

Respon orangtua untuk mau meng-ikuti penyuluhan tentang cedera gigi dan mulut

1. Sangat Setuju (5) 2. Setuju (4)

3. Ragu-ragu (3) 4. Tidak Setuju (2)

5. Sangat Tidak Setuju (1)

Ordinal

Skala pengukuran:

Pengukuran sikap menggunakan Skala Likert untuk pernyataan benar dan pernyataan salah. Pernyataan benar atau positif dengan jawaban sangat setuju diberi skor 5, setuju diberi skor 4, ragu-ragu diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 serta sangat tidak setuju diberi skor 1 dan untuk pernyataan salah atau negatif dengan jawaban sangat setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2, ragu-ragu diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 4, dan sangat tidak setuju diberi skor 5. Nilai maksimal = 40 dan


(48)

minimal = 8. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka dapat dikategorikan tingkat sikap responden sebagai berikut: (Setiawan 2010)

a. Sangat baik; apabila nilai yang diperoleh responden 76%-100% dari seluruh pertanyaan (skor 31-40).

b. Baik; apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 51%-75% dari seluruh pertanyaan (skor 21-30).

c. Tidak baik; apabila nilai yang diperoleh responden 26%-50% dari seluruh pertanyaan (skor 11-20).

d. Sangat tidak baik; apabila nilai yang diperoleh responden < 26% dari seluruh pertanyaan (skor 8-10).

Pengubahan kategori sikap kemudian dilakukan karena tidak sesuai untuk pengolahan statistik sebagai berikut:

a. Sangat baik; apabila nilai yang diperoleh responden 76%-100% dari seluruh pertanyaan (skor 31-40).

b. Baik; apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 51%-75% dari seluruh pertanyaan (skor 21-30).

c. Tidak baik; apabila nilai yang diperoleh responden ≤50% dari seluruh

pertanyaan (skor 8-20).

3.6 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Angket atau kuesioer pada penelitian ini berisi daftar pertanyaan dengan bentuk pertanyaan tertutup dan terbuka. Angket tersebut diberikan kepada orangtua melalui murid sekolah dasar kelas III dan IV. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak.


(49)

Tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kota Medan dibagi atas 2 bagian yaitu 10 kecamatan di lingkar dalam dan 11 kecamatan di lingkar luar kemudian dilakukan random sehingga diperoleh Kecamatan Medan Petisah mewakili lingkar dalam dan Kecamatan Medan Perjuangan mewakili lingkar luar.

2. Peneliti menentukan sekolah dasar yang akan dijadikan lokasi penelitian dengan menggunakan teknik random, dimana setiap nama sekolah dasar negeri dan swasta pada masing-masing kecamatan ditulis dikertas kemudian dilakukan random sehingga diperoleh satu sekolah negeri dan satu sekolah swasta mewakili setiap kecamatan. Setiap sekolah yang memiliki jenjang kelas III dan IV lebih dari satu ruang kelas kemudian dilakukan random sehingga terpilih kelas yang akan dijadikan sampel. Orangtua anak kelas III dan IV yang terpilih pada setiap sekolah dijadikan subjek penelitian.

3. Peneliti mempersiapkan kelengkapan administrasi surat izin dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran USU dan Dinas Pendidikan Kota Medan untuk kemudian dibawa ke sekolah yang ditentukan dalam meminta izin dan jadwal dilakukannya penelitian kepada pihak sekolah.

4. Peneliti memberikan lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian,

informed consent dan kuesioner yang ditujukan kepada orangtua melalui murid kelas III dan IV yang terpilih pada sekolah tersebut pada waktu yang ditentukan. Angket atau kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti pada hari keempat. Kuesioner yang belum dikembalikan maka diberi tenggang waktu 2 hari berikutnya untuk dikumpul kembali.

5. Kuesioner yang telah selesai dikumpul selanjutnya diolah dan dianalisis oleh peneliti.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data menggunakan komputer dengan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 21.


(50)

3.7.1 Pengolahan Data

a. Editing (penyuntingan data). Editing adalah memeriksa dan meneliti kembali kelengkapan jawaban kuesioner yang telah dikembalikan.

b. Coding (pengkodean data). Mengubah data yang telah terkumpul kedalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.

c. Data Entry (pemasukan data). Data yang selesai di-coding selanjutnya dimasukkan dalam tabulasi.

d. Saving (penyimpanan data). Data yang telah ditabulasi kemudian disimpan sebelum diolah dan dianalisis.

d. Cleaning data (pembersihan data). Tahap ini data yang ada ditandai diperiksa kembali untuk mengkoreksi kemungkinan suatu kesalahan yang ada.

3.7.2 Analisis Data 3.7.2.1 Analisis univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi variabel yang diteliti.

3.7.2.2 Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (tingkat pendidikan dan sosioekonomi) dengan variabel dependen (pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak). Hasil analisis ini akan diketahui variabel independen yang bermakna secara statistik dengan variabel dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah uji

Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (p<0,05).

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut: 1. Lembar persetujuan (Informed Consent)

Peneliti meminta secara sukarela responden penelitian untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Responden yang setuju dimohon untuk


(51)

menandatangani lembar persetujuan responden penelitian untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

2. Kerahasiaan (Confidentialty)

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiannya oleh peneliti, karena itu data yang ditampilkan dalam bentuk kelompok bukan data pribadi masing-masing responden.

3. Ethical Clearance

Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan berdasarkan ketentuan yang bersifat internasional maupun nasional.


(52)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini terdiri dari 284 orang yang berasal dari 2 kecamatan yaitu Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan. Setiap kecamatan terdiri dari 142 orangtua. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan sosioekonomi. Berdasarkan jenis kelamin diperoleh responden dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 182 orang (64,1%) dan jenis kelamin laki-laki 102 orang (35,9%). Berdasarkan usia, diketahui bahwa usia paling banyak hingga paling sedikit adalah adalah usia 35-44 tahun (64,8%), usia 45-54 tahun (21,8%), usia 25-34 tahun (9,5%) dan usia 55-64 tahun (11%) (Tabel 4).

Tabel 4. Distribusi karakteristik responden berdasarakan jenis kelamin dan usia

No Karakteristik n (%)

1 Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan

102 (35,9) 182 (64,1) 2 Usia:

25-34 tahun 35-44 tahun 45-54 tahun 55-64 tahun

27 (9,5) 184 (64,8)

62 (21,8) 11 (3,9)

Total 284 (100)

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SMA dengan jumlah 132 orang (46,5%) sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SD paling sedikit yaitu 15 orang (5,3%). Berdasarkan tingkat pendidikan, responden dikategorikan pendidikan


(53)

rendah sebanyak 164 orang (57,8%) dan pendidikan tinggi 120 orang (42,2%) (Tabel 5).

Tabel 5. Distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan

No Pendidikan n(%)

1 Rendah SD SMP SMA

15 (5,3) 17 (6,0) 132 (46,5) 2 Tinggi

Perguruan Tinggi/Kuliah 120 (42,2)

Total 284 (100)

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan diperoleh bahwa jenis pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta/pedagang 128 (45,1%) dan jenis pekerjaan paling sedikit yaitu petani sebanyak 2 orang (0,7%). Responden dapat dikategorikan bekerja sebanyak 213 orang (75%) sedangkan responden yang tidak bekerja sebanyak 71 orang (25%). Berdasarkan total pendapatan keluarga tiap bulan, responden dengan perekonomian rendah sebanyak 68 orang (23,9%) dan perekonomian tidak rendah sebanyak 216 orang (76,1%). Faktor sosioekonomi responden ditentukan dengan penjumlahan skor pekerjaan dan penghasilan sebagaimana telah ditentukan dalam metode penelitian sehingga diperoleh responden dengan sosioekonomi baik sebanyak 159 orang (56,0%), sosioekonomi sedang sebanyak 109 orang (38,4%) dan sosioekonomi kurang sebanyak 16 orang (5,6%) (Tabel 6).


(54)

Tabel 6. Distribusi karakteristik responden berdasarkan sosioekonomi

No Karakteristik n(%)

1 Pekerjaan Bekerja: PNS

Pegawai Swasta Petani

Buruh

Wiraswasta/ Pedagang

32 (11,2) 42 (14,8) 2 (0,7) 9 (3,2) 128 (45,1)

Tidak Bekerja 71(25,0)

2 Pendapatan Rendah

< Rp 1.500.000 (perkapita) Tinggi

≥ Rp .500.000 (perkapita)

68 (23,9) 216 (76,1) 3 Sosioekonomi Baik

Sedang Kurang

159 (56,0) 109 (38,4) 16 (5.6)

Total 284 (100)

4.2 Pengetahuan Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Kuesioner penelitian pada bagian pengetahuan terdiri atas 11 pertanyaan berkesinambungan meliputi 2 bagian yaitu pembuka dan inti. Pertanyaan pembuka mengenai pengalaman pernah menerima informasi dan sumber informasi cedera gigi dan mulut. Hasil penelitian menunjukkan dari 284 responden terdapat 144 orang (50,7%) yang pernah menerima informasi mengenai cedera gigi dan mulut dan 140 orang (49,3%) yang tidak pernah menerima informasi cedera gigi dan mulut. Sumber informasi paling banyak diperoleh responden yang pernah menerima informasi adalah berasal dari dokter gigi yaitu 79 orang (54,9%), media cetak sebanyak 33 orang (22,9%), media internet sebanyak 18 orang (12,5%), perawat/bidan sebanyak 8 orang (5,5%) dan dokter umum sebanyak 6 orang (4,2%).

Pertanyaan inti terdiri atas 9 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi pada gigi permanen anak. Persentase pengetahuan responden yang menjawab dengan benar mengenai tindakan pertama saat cedera gigi


(55)

dan mulut terjadi adalah 37,3% dan yang menjawab dengan benar mengenai jenis gigi yang avulsi berdasarkan ilustrasi kasus yang diberikan adalah 29,6%. Pertanyaan pengetahuan mengenai tindakan pertama yang dilakukan terhadap gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 6,0% dan waktu terbaik melakukan perawatan gigi dan mulut pada cedera gigi permanen avulsi dijawab dengan benar sebanyak 58,8%. Pertanyaan pengetahuan mengenai perlakuan sebelum melakukan replantasi gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar oleh responden sebanyak 32,7% dan cara membawa gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar sebanyak 7,7%. Pertanyaan pengetahuan mengenai media penyimpanan gigi yang mengalami avulsi dijawab dengan benar sebanyak 6,3% dan waktu ekstra-alveolar gigi yang avulsi dijawab dengan benar sebanyak 12,3%. Pertanyaan pengetahuan orangtua mengenai tempat yang tepat untuk mendapatkan perawatan lanjutan dijawab dengan benar sebanyak 87,0% (Tabel 7).

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak

No Pengetahuan

n (%)

Benar Salah

1 Tindakan pertama saat cedera gigi dan mulut terjadi

106 (37,3) 178 (62,7) 2. Jenis gigi yang avulsi berdasarkan ilustrasi kasus

pada kuesioner

84 (29,6) 200 (70,4) 3. Tindakan pertama terhadap gigi avulsi 17 (6,0) 267 (94,0) 4. Waktu terbaik menerima perawatan gigi dan

mulut setelah terjadi avulsi

167 (58,8) 117 (41,2) 5. Perlakuan sebelum dilakukan replantasi pada

gigi avulsi

93 (32,7) 191 (67,3) 6. Cara membawa gigi yang mengalami avulsi 22 (7,7) 262 (92,3) 7. Media penyimpanan gigi avulsi 18 (6,3) 266 (93,7) 8 Waktu ekstra-alveolar gigi avulsi 35 (12,3) 249 (87,7) 9 Tempat mendapatkan perawatan lanjutan 247 (87,0) 37 (13,0)


(56)

Berdasarkan pertanyaan diatas, maka dari 284 orangtua diperoleh tingkat pengetahuan yang dikategorikan menjadi tingkat pengetahuan baik sebanyak 28 orang (9,9%) dan tingkat pengetahua kurang sebanyak 256 orang (90,1%) (Tabel 8).

Tabel 8. Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan orangtua

No Tingkat Pengetahuan n (%)

1 Baik (skor 5-9) 28 (9,9)

2 Kurang (skor 0-4) 256 (90,1)

Total 284 (100)

4.3 Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

Kuesioner penelitian pada bagian sikap berisikan pernyataan orangtua mengenai sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak yang terdiri atas 8 pernyataan. Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa responden yang menyatakan sangat setuju jika setiap orangtua harus mengetahui tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 150 orang (52,8%). Responden yang menyatakan sangat tidak setuju mencari gigi anak yang hilang setelah terjadi cedera gigi dan mulut sebanyak 111 orang (39,1%). Responden yang menyatakan setuju bahwa waktu pengembalian gigi yang lepas dilakukan segera setelah cedera terjadi sebanyak 95 orang (33,5%). Responden yang menyatakan sangat tidak setuju membersihkan gigi yang terlepas pada tempat yang kotor dengan cara disikat sampai bersih sebanyak 86 orang (30,3%). Responden yang menyatakan setuju membawa anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi sebanyak 101 orang (35,6%). Responden yang menyatakan setuju membawa gigi terlepas ke dokter gigi dengan dibalut menggunakan tissue jika gigi terlepas tidak langsung dikembalikan ke posisi semula sebanyak 116 orang (40,8%). Responden yang menyatakan tidak setuju menyimpan gigi yang terlepas ke dalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi sebanyak 121 orang (42,6%). Responden yang menyatakan setuju untuk bersedia menerima penyuluhan


(57)

lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 142 orang (50,0%) (Tabel 9).

Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan sikap tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak

No Sikap

n(%)

SS S RR TS STS

1. Setiap orangtua

harus

me-ngetahui tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut.

150(52,8) 116(40,8) 9(3,2) 5(1,8) 4(1,4)

2. Mencari gigi anak yang hilang setelah terjadi cedera gigi dan mulut.

33(11,6) 64(22,5) 27(9,5) 49 (17,3) 111(39,1)

3. Waktu pe- ngembalian gigi yang lepas di-lakukan segera setelah cedera terjadi.

44(15,5) 95(33,5) 77(27,1) 62(21,8) 6(2,1)

4. Membersihkan gigi yang ter-lepas pada tempat yang kotor dengan cara disikat sampai bersih.

71(25,0) 77(27,1) 32(11,3) 18(6,3) 86(30,3)

5. Membawa anak dan gigi yang terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi.


(58)

Lanjutan Tabel 9. Lanjutan distribusi responden berdasarkan sikap tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak

No Sikap

n(%)

SS S RR TS STS

6. Membawa gigi terlepas ke dokter gigi dengan di-balut mengguna-kan tissue jika gigi terlepas tidak langsung di-kembalikan ke posisi semula.

84(29,6) 116(40,8) 32(11,3) 25(8,8) 27(9,5)

7. Menyimpan gigi yang terlepas ke dalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi.

16(5,6) 15(5,3) 91(32,1) 121(42,6) 41(14,4)

8. Bersedia me-nerima penyuluh-an lebih lpenyuluh-anjut tentang penangan-an darurat cedera gigi dan mulut.

78(27,5) 142(50,0) 30(10,6) 29(10,2) 5(1,7)

Berdasarkan pernyataan tersebut maka sikap orangtua dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok. Orangtua dengan kategori sikap sangat baik sebanyak 29 orang (10,2%), kategori sikap baik sebanyak 198 orang (69,7%) dan kategori sikap tidak baik sebanyak 57 orang (20,1%) (Tabel 10).

Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan tingkat sikap orangtua

No. Sikap n (%)

1. Sangat baik (skor 31-40) 29 (10,2)

2. Baik (skor 21-30) 198 (69,7%)

3. Tidak baik (skor 8-20) 57 (20,1%)


(59)

4.4 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Orangtua

Analisis hubungan variabel tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi- Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua berada pada p=0,001 menunjukkan ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p<0,05) (Tabel 11).

Tabel 11. Distribusi hasil analisis statistik tingkat pendidikan dengan pengetahuan

No Tingkat Pendidikan

Pengetahuan n(%)

Total p

Baik Kurang

1 Rendah 8(4,9) 156 (95,1) 164(100)

0,001

2 Tinggi 20(16,7) 100(83,3) 120(100)

4.5 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Pengetahuan Orangtua

Analisis hubungan variabel sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi- Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik hubungan sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua berada pada p=0,854. Hasil tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p>0,05) (Tabel 12).

Tabel 12. Distribusi hasil analisis statistik sosioekonomi dengan pengetahuan

No Sosioekonomi Pengetahuan Total p

Baik Kurang

1 Baik 17(10,7) 142(89,3) 159(100)

0,854

2 Sedang 10(9,2) 99(90,8) 109(100)


(60)

4.6 Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Sikap Orangtua

Analisis hubungan variabel tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi- Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik hubungan tingkat pendidikan dengan sikap orangtua berada pada p=0,001. Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p<0,05) (Tabel 13).

Tabel 13. Distribusi hasil analisis statistik tingkat pendidikan dengan sikap

No Tingkat Pendidikan

Sikap n(%)

Total p

Sangat

Baik Baik

Tidak Baik

1 Rendah 8(4,9) 117(71,3) 39(23,8) 164(100)

0,001 2 Tinggi 21(17,5) 81(67,5) 18(15) 120(100)

4.7 Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi Orangtua dengan Sikap Orangtua

Analisis hubungan variabel sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi-Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik hubungan sosioekonomi dengan sikap orangtua berada pada p=0,947. Hasil tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p>0,05) (Tabel 14).

Tabel 14. Distribusi hasil analisis statistik sosioekonomi dengan sikap

No Sosioekonomi

Sikap n(%)

Total p

Sangat

Baik Baik

Tidak Baik

1 Baik 16(10,1) 113(71,1) 30(18,9) 159(100)

0,947 2 Sedang 12(11) 74(67,9) 23(21,1) 109(100)


(61)

4.8 Hasil Analisis Statistik Pengetahuan Orangtua dengan Sikap Orangtua

Analisis hubungan pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi-Square pada derajat kemaknaan 0,05. Hasil analisis statistik hubungan pengetahuan dengan sikap orangtua berada pada p=0,00. Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p<0,05) (Tabel 15).

Tabel 15. Distribusi hasil analisis statistik pengetahuan dengan sikap

No Pengetahuan

Sikap n(%)

Total p

Sangat

Baik Baik

Tidak Baik

1 Baik 14(50) 12(42,9) 2(7,1) 28(100)

0,00 2 Kurang 15(5,9) 186(72,7) 55(21,5) 256(100)


(62)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Petisah mewakili lingkar dalam Kota Medan dan Kecamatan Medan Perjuangan mewakili lingkar luar Kota Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode angket yang disampaikan ke orangtua melalui siswa sekolah dasar kelas III dan IV yang terpilih sebagai sampel dari tiap kecamatan. Sampel pada penelitian sebanyak 284 orangtua dengan 142 orangtua dari Kecamatan Medan Petisah dan 142 orangtua dari Kecamatan Medan Perjuangan.

Penelitian ini menunjukkan data orangtua perempuan lebih banyak (64,1%) daripada orangtua laki-laki (35,9%) dengan usia paling banyak hingga paling sedikit adalah adalah usia 35-44 tahun (64,8%), usia 45-54 tahun (21,8%), usia 25-34 tahun (9,5%) dan usia 55-64 tahun (3,9%). Data yang diperoleh tidak terdistribusi sempurna sama halnya dengan hasil penelitian di Turki dimana lebih dari setengah adalah responden perempuan yaitu 69,6% dengan usia paling banyak 30-39 tahun sebanyak 64,4%.12 Jumlah orangtua perempuan (ibu) lebih banyak daripada orangtua laki-laki (ayah) kemungkinan karena ibu lebih dekat dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak serta memegang peranan penting terhadap kehidupan anak.13

Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh responden dengan jumlah tingkat pendidikan paling banyak adalah pendidikan rendah (57,8%) dan pendidikan tinggi (42,2%) dimana hal ini serupa dengan penelitian Loo et.al di India dimana responden dengan jumlah tingkat pendidikan paling banyak adalah pendidikan rendah (47,3%).11 Jumlah tersebut kemungkinan karena sosial budaya yang hampir serupa dengan masyarakat di India dimana khususnya ibu kebanyakan berpendidikan rendah.11,33

Sosioekonomi responden pada penelitian ini diukur berdasarkan pekerjaan dan pendapatan. Berdasarkan data pekerjaan diketahui responden yang bekerja sebesar 75% sedangkan tidak bekerja sebesar 25% dan responden dengan pendapatan rendah sebesar 23,9% dan pendapatan tinggi sebesar 76,1%. Berdasarkan data


(63)

tersebut diperoleh status sosioekonomi responden dengan sosioekonomi baik sebesar 56%, sosioekonomi sedang sebesar 38,4% dan sosioekonomi kurang sebesar 5,6%.

Data hasil penelitian menunjukkan orangtua pernah menerima informasi cedera gigi dan mulut sebanyak 50,7% sedangkan yang tidak pernah sebanyak 49,3%. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Ozer et.al di Turki (Eropa) bahwa orangtua yang pernah memperoleh informasi mengenai cedera gigi dan mulut sebanyak 36,6% dan yang tidak pernah sebanyak 63,4%.12 Perbedaan pengalaman ini kemungkinan akibat dua dari empat sekolah tempat dilakukannya penelitian pernah mendapat layanan kesehatan gigi dan mulut baik dari puskesmas setempat maupun bakti sosial instansi tertentu. Sumber informasi yang paling banyak diperoleh orangtua adalah dari dokter gigi (27,8%) dan hal ini didukung dengan penelitian Ozer

et.al dimana informasi yang diperoleh paling banyak dari dokter gigi (19%) dari seluruh jenis sumber informasi.12

Pengetahuan orangtua diukur melalui 9 pertanyaan berkaitan tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (Tabel 7). Pertanyaan mengenai tindakan pertama yang akan dilakukan orangtua pertama sekali ketika anak mengalami cedera gigi dan mulut dapat dijawab dengan benar oleh 37,3% orangtua yaitu dengan menenangkan anak, hentikan perdarahan dengan menggigit kain sambil membawa ke pelayanan medis. Penelitian Santos et.al menunjukkan bahwa orangtua yang dapat menjawab dengan benar mengenai tindakan pertama sekali yang dilakukan orangtua saat terjadi cedera gigi dan mulut sebesar 49%.34 Orangtua memilih tidak membawa ke pelayanan medis kemungkinan karena kurangnya pengetahuan orangtua terhadap trauma gigi dan mulut sehingga merasa cukup hanya dengan mengatasi rasa sakit yang sedang dialami anak tanpa memperhatikan dampak lainnya yang mungkin timbul akibat trauma tersebut.

Penelitian menunjukkan bahwa hanya 29,6% orangtua yang mampu membedakan gigi sulung dengan gigi permanen pada anak (Tabel 7). Data yang lebih sedikit ditemukan Mohandas et.al dimana hanya 24,4% mampu membedakan jenis gigi yang mengalami trauma avulsi dengan benar.35 Rendahnya angka tersebut kemungkinan karena orangtua tidak mendapatkan pengetahuan yang cukup mengenai


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

0 41 104

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Amplas dan Medan Baru

4 44 69

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

3 30 113

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak Di Kecamatan Medan Marelan Dan Kecamatan Medan Polonia

0 14 104

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

0 0 13

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

0 0 2

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

0 0 5

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

0 0 16

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

0 0 4

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Perjuangan.

0 0 40