Penetapan Kadar Campuran Parasetamol dan Fenilpropanolamin Hidroklorida dalam Sediaan Kaplet dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Derivatif

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat merupakan suatu kebutuhan pokok dalam hidup sehari-hari. Hampir
semua orang pernah menggunakan obat. Hal tersebut terutama didukung oleh
kecenderungan masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri (self medication)
sebelum mendapat pertolongan tenaga medis, terutama untuk penyakit pada
tingkat keparahan yang tidak serius/ringan. Salah satu penyakit yang biasanya
sering diterapkan pengobatan sendiri oleh masyarakat

adalah influenza/flu

(Henry, dkk., 2002).
Obat batuk dan pilek sangat banyak beredar di pasaran dengan berbagai
macam kombinasi dan merk dagang yang dicantumkan dalam Anonim (2011).
Saat ini banyak industri farmasi yang memproduksi obat-obat influenza dalam
berbagai merek dagang, dengan komposisi yang kurang lebih sama. Pengamanan
sediaan farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk melindungi masyarakat
dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan serta khasiat. Peningkatan
produksi obat-obat ini perlu diimbangi oleh peningkatan dalam hal pengawasan

mutu. Adapun hal yang berkaitan dengan hal ini adalah kandungan bahan aktif
dalam sediaan obat (Henry, dkk., 2002).
Influenza termasuk penyakit manusia yang paling sering terjadi, tetapi
paling sulit diobati. Setiap orang selama hidupnya sewaktu-waktu dapat
menderita influenza atau selesma. Tekanan ekonomi membuat orang lebih
memilih obat bebas yang relatif murah dibandingkan mengeluarkan biaya dan

1

waktu untuk berkonsultasi medis bagi gangguan –gangguan kesehatan ringan.
Penggunaan obat dalam pengobatan sendiri di samping dapat meningkatkan
perluasan dan pemerataan jangkauan obat, tetapi juga dapat mengakibatkan
kerugian dan bahaya yang diakibatkan oleh kesalahan penggunaan atau penakaran
yang kurang tepat (Tan dan Rahardja, 2009).
Kombinasi parasetamol, dan fenilpropanolamin HCl

merupakan salah

satu sediaan kaplet yang digunakan sebagai zat aktif untuk meringankan gejala
flu. Indikasi obat tersebut adalah sebagai analgesik, antipiretik, dan dekongestan

(Anonim, 2011). Parasetamol adalah obat analgesik dan antipiretik umum yang
digunakan untuk menghilangkan demam, sakit kepala dan nyeri. Penentuan zat ini
dalam obat-obatan sangat penting, karena overdosis parasetamol dapat
menyebabkan nekrosis hati fulminan dan efek toksik hingga menyebabkan
kematian sel hati (Bosch, dkk., 2006).
Goicoechea dan Olivieri (1999) menyatakan bahwa fenilpropanolamin
HCl adalah agen simpatomimetik yang efektif untuk mengobati gejala flu biasa,
seperti hidung tersumbat. Namun, ketika dosis berlebihan diberikan, akan
menghasilkan efek samping yang serius pada pusat sistem saraf dan
kardiovaskular. Setiawati dan Gan (2007) juga menyatakan bahwa dekongestan
nasal yang efektif pada pemberian oral adalah fenilpropanolamin HCl.
Menimbulkan konstriksi pembuluh darah mukosa hidung juga menimbulkan
konstriksi pembuluh darah lain sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, dan
mungkin juga menibulkan stimulasi jantung.
Berdasarkan hasil penelitian Yale University School Of Medicine:
(Phenylpropanolamine and Risk Of Hemorrhagic Stroke) dalam bulan April 2001

2

peredaran produk-produk khususnya obat-obat flu yang mengandung bahan aktif

ini di atas 15 mg per takaran telah ditarik dari peredaran. walaupun resikonya
rendah tetapi Food and Drug Administration Amerika (FDA) menganjurkan untuk
tidak menggunakan tiap produk yang mengandung fenilpropanolamin HCl (Tjay
dan Rahardja, 2007).
Berdasarkan pengamatan tersebut

untuk melaksanakan pembangunan

teknik analisis yang lebih efisien, untuk kontrol kualitas dari salah satu obatobatan yang lebih luas digunakan. Banyak metode analisis telah diusulkan untuk
penentuan parasetamol. Beberapa metode telah digunakan untuk penentuan dalam
bentuk murni dan kombinasi parasetamol dengan zat lain; diantaranya metode
volumetrik, polarografi, spektrofotometri UV-Vis, fluorometrik (Bosch, dkk.,
2006).
Beberapa
fenilpropanolamin

metode

analisis


telah

hidroklorida

dilaporkan

berdasarkan

radioenzimatik, spektroskopi raman

untuk

analisis

spektrofluorimetri,

uji

elektroforesis zona kapiler, kromatografi


lapisan tipis, dan kromatografi gas. Spektrofotometri merupakan metode yang
sederhana dan sensitivitas yang memerlukan bias dicapai dengan menggunakan
derivatisasi yang cocok (Khuhawar, dkk., 2005).
Goicoechea dan

Olivieri

(1999)

melaporkan

bahwa

penggunaan

spektrofotometri multivariat digunakan untuk analisis dua tablet dekongestan,
dimana parasetamol adalah komponen utama dan komponen lainnya adalah
fenilpropanolamin. Resolusi campuran ini telah dicapai tanpa pemisahan
sebelumnya


atau

derivatisasi.

Hasil

3

pengukuran

menggunakan

metode

spektrofotometri multivariat ini memiliki akurasi dan presisi tinggi, dan tanpa
gangguan dari bahan tambahan tablet (Nurhidayati, 2007).
Fenilpropanolamin HCl dapat ditetapkan kadarnya dengan metode
spektrofotometri derivatif pada derivat kedua. Dalam hal ini juga disebutkan
bahwa,


adanya

zat

aktif

lain

yang

sering

dikombinasikan

dengan

fenilpropanolamin HCl seperti parasetamol, feniltoloksamina sitrat, klemestina
hidrogen fumarat dan klorfeniramina maleat serta eksipien seperti laktosa, metil
paraben, sorbitol dan propilen glikol tidak mempengaruhi penetapan kadar
fenilpropanolamin hidroklorida (Nurhidayati, 2007).

Parasetamol dapat ditetapkan kadarnya dengan spektrofotometri ultraviolet
pada panjang gelombang maksimum 245 nm (A1%, 1cm dalam larutan asam =
668a) dan pada larutan alkali berada pada panjang gelombang maksimum 257 nm
dengan A1%, 1cm= 715a. Demikian juga dengan fenilpropanolamin HCl dapat
ditetapkan kadarnya dengan spektrofotometri ultraviolet pada panjang gelombang
maksimum 210 nm dengan absorptivitas molar 3778, serta 251 nm, 257 nm dan
262 dengan A 1%, 1 cm dalam larutan asam= 11,7a sedangkan dalam larutan
alkali tidak ditemukan adanya serapan (Moffat, dkk., 2011; Nurhidayati, 2007).
Panjang gelombang maksimum parasetamol dan fenilpropanolamin HCl
berada pada daerah yang saling tumpang tindih. Beberapa metode penentuan
spektrofotometri telah digunakan untuk menyelesaikan campuran senyawa dengan
tumpang tindih spektrum. Ketika metode ini dibandingkan satu sama lain, kisaran
penerapan spektrofotometri derivatif lebih dapat diandalkan sehubungan dengan
utilitas dan sensitivitas dari spektrofotometri biasa (Bosch, dkk., 2006).

4

Spektrofotometri derivatif telah digunakan secara luas pada analisis bahan
anorganik, penentuan konstanta ionisasi senyawa kimia, koefisien partisi obat
antara lapisan lipid dan air, analisis klinis, analisis makanan, dan penetapan kadar

di bidang farmasi. Karena terkait dengan terapi, penetapan kadar obat adalah
masalah analisis dalam kontrol kualitas pada industri farmasi. Spektrofotometri
derivatif adalah teknik analisis dengan kemampuan memisahkan campuran obat
yang memiliki spektrum tumpang tindih (Nurhidayati, 2007)
Spektrofotometri derivatif telah diperkenalkan untuk resolusi tumpang
tindih puncak. metode ini sedah banyak digunakan untuk meningkatkan sinyal
dan menyelesaikan tumpang tindih puncak-sinyal dan mengidentifikasi puncak
lemah yang diganggu oleh puncak tajam. Aplikasi analisis UV-Vis penyerapan
wilayah spektrofotometri derivatif yang dihasilkan dalam 3 tahun terakhir sejak
2009 (Ojeda dan Rojas, 2013).
Spektrofotometri derivatif penggunaannya tidak mahal dan canggih. Tidak
memerlukan sistem yang rumit dan dapat dengan mudah diatur dalam lingkungan
pekerjaan, penggunaannya sederhana, murah, tidak membuatuhkan waktu yang
lama, serta sangat produktif. Dalam penentuan simultan senyawa dalam campuran
tidak terjadi gangguan satu sama lain zat dalam campuran. Teknik derivatif
merupakan sistem yang sederhana untuk meningkatkan akurasi analisis kualitatif
dan kuantitatif campuran zat. Pendekatan ini sangat dibutuhkan ketika sinyal
lemah atau ketika terdapat sinyal yang mengganggu secara bersama (Ojeda dan
Rojas, 2013).


5

Tiga aplikasi spektrofotometri derivatif yang sering digunakan dalam
analisa kuantitatif antara lain: metode zero crossing , metode peak to peak, dan
metode multivariat spektrofotometri kalibrasi (Talsky, 1994).
Metode zero-crossing adalah prosedur yang paling umum untuk
menentukan campuran biner yang spektranya saling tumpang tindih secara
simultan. Metode zero-crossing dapat digunakan pada derivatif pertama dan
kedua. Metode zerocrossing memisahkan campuran biner dari spectrum
derivatifnya pada panjang gelombang pada saat komponen pertama tidak ada
sinyal (Nurhidayati, 2007). Oleh Karena itu, penelitian ini diarahkan untuk
menetapkan

kadar

campuran

parasetamol

dan


fenilpropanolamin

HCl

menggunakan aplikasi spektrofotometri derivatif metode zero crossing.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1.

Apakah campuran parasetamol dan fenilpropanolamin HCl dalam sediaan
kaplet dapat ditetapkan kadarnya dengan menggunakan spektrofotometri
derivatif metode zero crossing dan memenuhi syarat validasi metode?

2.

Apakah kadar campuran parasetamol dan fenilpropanolamin HCl dalam
sediaan kaplet yang

ditetapkan kadarnya menggunakan spektrofotometri

derivatif memenuhi persyaratan umum kadar sediaan?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah maka yang menjadi hipotesis adalah:
1.

Campuran parasetamol dan fenilpropanolamin HCl dalam sediaan kaplet
dapat ditetapkan kadarnya dengan menggunakan spektrofotometri derivatif

6

metode zero crossing dan memenuhi syarat validasi metode.
2.

Kadar campuran parasetamol dan fenilpropanolamin HCl dalam sediaan
kaplet yang ditetapkan kadarnya menggunakan spektrofotometri derivatif
memenuhi persyaratan umum kadar zat sediaan.

1.4 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini dilakukan adalah:
1.

Melakukan penetapan kadar campuran parasetamol dan fenilpropanolamin
HCl dalam sediaan kaplet menggunakan spektrofotometri derivatif metode
zero crossing dan melakukan uji validasi terhadap metode yang digunakan.

2.

Membandingkan hasil yang diperoleh pada penetapan kadar campuran
parasetamol dan fenilpropanolamin HCl dalam sediaan kaplet menggunakan
spektrofotometri derivatif dengan persyaratan umum kadar zat sediaan.

1.5 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan
oleh industri –industri farmasi untuk menetapkan kadar campuran parasetamol
dan fenilpropanolamin HCl dalam sediaan kaplet serta dikembangkan menjadi
salah satu metode unggulan dalam penetapan kadar beberapa sediaan lain yang
mengandung dua atau tiga campuran zat aktif obat.

7