Peran Hukum dalam Pembangunan Ekonomi da

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum yang
menjamin tinggi supremasi hukum, yang terefleksi dalam penegakan hukum dan
keadilan berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Upaya ke arah tersebut dilakukan dengan cara: (1) mengadakan penataan ulang
lembaga kenegaraan; (2) peningkatan kualifikasi aparat negara; dan (3) penataan
ulang perundang-undangan yang berlaku.
Bergulirnya reformasi yang terjadi sejak tahun 1997 memberikan harapan
besar bagi terjadinya perubahan di segala aspek kehidupan berbangsa dang
bernegara, yaitu politik, ekonomi, dan hukum. Dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara, perubahan yang diharapkan adalah menuju penyelenggaraan
pemerintahan negara yang lebih demokratis, transparan, dan memiliki
akuntabilitas tinggi serta terwujudnya good govermace dan kebebasan berbuat.
Hasil perubahan UUD 1945 melahirkan bangunan kenegaraan dan sistem
pemerintahan yang lebih transparansi, demokratis, dan jaminan kepastian hukum
bagi masyarakat pencari keadilan menuju pemerintahan yang bersih dan
berwibawa bebas dari pelanggaran norma etika, seperti korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagimana peran hukum dalam pembangunan ekonomi ?
2. Apa saja peran hukum dalam mewujudkan kesejahteraan ekonomi ?
3. Apa dan bagaimana reformasi hukum di Indonesia ?

BAB II
PEMBAHASAN

1

2.1 PERAN HUKUM DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI.
2.1.1 Hubungan Antara Hukum dengan Ekonomi
Dalam memahami aspek-aspek hukum dalam ekonomi dihadapkan pada
dua disiplin ilmu yang berbeda secara bersamaan, yaitu ilmu hukum dan ilmu
ekonomi. Ilmu hukum bersifat normatif, idealnya yang merupakan kristalisasi dari
sistem nilai, budaya, idiologi, refleksi kebiasaan, serta keputusan otoritas publik.
Sementara ilmu ekonomi dapat dikatakan sebagai suatu ilmu yang mempelajari
bagaimana dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas dapat memenuhi
kebutuhan manusia yang tidak terbatas.
Penelitian mengenai hubungan hukum dengna ekonomi sudah dilakukan
oleh para ahli ilmu sosial sejak abad 18, dan hasil penelitian pada umumnya

menyimpulkan adanya korelasi atau hubungan yang demikian erat diantara
keduanya. Hubungann hukum dengan ekonomi bukan hubungan satu arah, tetapi
hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. Kegiatan ekonomi yang tidak
didukung oleh hukum akan mengakibatkan terjadi kekacauan, sebab apabila para
pelaku ekonomi dalam mengejar keuntungan tidak dilandasi dengan norma hukum
maka akan menimbulkan kerugian salah atu pihak.
Hukum dan ekonomi digambarkan sedemikian erat hubungannya,
terutama yang menyangkut bidang ekonomi perusahaan dan ekonomi makro yang
ruang lingkupnya mencakup interaksi bisnis diantara para pelaku usaha. Interaksi
itu sangat memerlukan aturan hukum yang harus diikuti oleh semua pihak.
Bila disederhanakan bahwa hukum akan memberi tuntunan, pegangan,
serta menciptakan kaedah-kaedah hukum bagi kegiatan ekonomi. Hukum dapat
dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan ekonomi yang dikehendaki
atau yang dicita-citakan.
Pemanfaatan sumber daya yang terbatas menyebabkan perlunya suatu
perangkat hukum yang dapat mengatur agar semua pihak yang berkepentingan
mendapat perlakuan yang adil (win-win solution) dan agar tidak terjadi

2


perselisihan diantara pelaku ekonomi. Fungsi hukum salah satunya adalah
mengatur kehidupan manusia bermasyarakat di dalam berbagai aspek. Manusia
melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia tidak bisa
memenuhi kebutuhannya sendiri, oleh karena itu manusia melakukan interaksi
dengan manusia lainnya. Interaksi ini sering kali tidak berjalan dengan baik
karena adanya benturan kepentingan diantara manusia yang berinteraksi. Agar
tidak terjadi perselisihan maka harus ada kesepakatan bersama diantara mereka.
Kegiatan ekonomi sebagai salah satu kegiatan sosial manusia juga perlu diatur
dengan hukum agar sumber daya ekonomi, pemanfaatan dan kegiatannya dapat
berjalan dengan baik dengan mempertimbangkan sisi keadilan bagi para pelaku
ekonomi. Hukum atau peraturan perekonomian yang berlaku disetiap kelompok
sosial atau suatu bangsa berbeda-beda tergantung kesepakatan yang berlaku pada
kelompok sosial atau bangsa tersebut.
Di Indonesia, peraturan yang lahir sebagai kebijakan-kebijakan pemerintah
dalam kegiatan ekonomi haruslah sejalan dengan aturan tertinggi sebagai
konstitusi Neagara Indonesia sehingga dapat dikatakan sebagai aturan yang
sinkron satu sama lain. Ketentuan yang mengatur ekonomi kerakyatan di
Indonesia terdapat dalam konstitusi UUD 1945. Hal tersebut tercantum dalam
pasal 33 UUD 1945 yang berisi:



Perekonomian

disusun

sebagai

usaha

bersama

berdasarkan

asas



kekeluargaan
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat




hidup orang bnyak dikuasai oleh negara
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
untuk memajukan pembangunan ekonomi maka berbagai kerbijkan-

kebijakan terus dilakukan oleh pemerintah diantaranya dengan lahirnya Peraturan
Presiden RI No.32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Perpres ini ditetapkan dengan

3

maksud meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang lebih solid,
sehingga memiliki arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur.

2.1.2 Defenisi Pembangunan Ekonomi
Menurut wikipedia Pembangunan Ekonomi adalah suatu proses kenaikan
pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penududuk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam

struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu
negara.
Beberapa defenisi Pembangunan Ekonomi menurut para ahli:
Sadano Sukirno (1996:33), Pembangunan Ekonomi ialah usaha
meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi
potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penguunaan teknologi,
penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan
berorganisasi dan manajemen.
Adam Smith Pembangunan Ekonomi merupakan proses perpaduan
anatara pertumbuhan penududuk dan kemajuan teknologi ( Suyana, 2000:55)
Prof.

Meier

(dalam

Adisasmita,

2005:205)


mendefenisikan

pembangunan ekonomi sebagai proses kenaikan pendapatan riil perkapita dalam
suatu jangka waktu yang panjang.
Istilah Pembangunan Ekonomi dalam Islam adalah proses untuk
mengurangi kemiskinan sera menciptakan ketentraman, kenyamanan, dan tata
susila dalam kehidupan. Dalam hal pengertian ini, maka Pembangunan Ekonomi
menurut Islam bersifat multi dimensi yang mencakup aspek kuantitatif dan
kualitatif. Tujuannya bukan semata-mata kesejahteraan material di dunia, tetapi
juga kesejahtraan akhirat. Keduanya menurut Islam menyatu secara integral.
(Mahrusy, 2009)

4

Menurut Hasan (2007) Islam melihat Pembangunan Ekonomi sebagai
pertumbuhan kematangan manusia, diamana kemajuan materi harus menunjang
kematangan spiritual. Beberapa tujuan penting harus diprioritaskan seperti:
pertumbuhan diiringi dengan tenagabkerja penuh, stabilitas ekonomi, keadilan
distributif dan kepedulian terhadap alam.
Dari beberapa pengertian Pembangunan Ekonomi diatas, maka dapat kita

simpulkan bahwa Pembangunan Ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatankegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan perekonomian dan
taraf

hidup

masyarakatnya. Atau

suatu

proses

multidimensional

yang

menyebabkan pendapatan perkapita penududuk suatu negara meningkat dalam
jangka panjang.
Pembangunan Ekonomi mempunyai empat sifat penting yaitu:






Suatu proses perubahan yang terus menerus
Mengakibatkan perubahan sosial
Berupaya meningkatkan GNP per kapita
Ekonomi berlangsung dalam jangka waktu yang panjang.

Beberapa kriteria pengukuran keberhasilan Pembangunan Ekonomi
diantaranya adalah: pendapatan nasional, pendapatan per kapita, distribusi
pendapatan, peranan sektor industri dan jasa, kesempatan kerja, stabilitas
ekonomi, dan neraca pembayaran luar negeri.

2.1.3 Peran Hukum dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia
Dalam menjalankan roda pemerintahan yang berbasis ekonomi kerakyatan
maka sepatutnya kegiatan ekonomi kerakyatan harus dituntun oleh regulasi atau
pengaturan yang baik sehingga menciptakan rasa adil dan merata bagi seluruh
rakyat Indonesia. Pengaturan hukum yang dimaksud adalah bagaimana
pemerintah proaktif dalam melihat perkembangan ekonomi sedemikian pesatnya


5

sehingga laju pertumbuhan ekonomi dapat terarah dan mempunyai rel yang pasti
sehingga tidak terjadi ketimpangan dalam kegiatan ekonomi.
Pembangunan ekonomi dilaksankan untuk mencapai kemakmuran yang
merata bagi seluruh rakyat Indonesia, dengan demikian perlu diciptakan hukum
yang berperan mengatur perekonomian dengan memberikan pembatasanpembatasan tertentu kepada pihak yang kuat dan memberikan peluang-peluang
kepada pihak yang lemah dalam rangka mencapai keadilan.
Dengan adanya regulasi hukum dalam kegiatan ekonomi dapat mencegah
adanya tindakan sewenang-wenangan dari pihak yang kuat terhadap pihak yang
lemah. Dengan demikian diharapkan pembangunan ekonomi akan berjalan adil
dan menunjang perekonomian, karena melalui hukum masyarakat diarahkan untuk
melakukan atau tidak melakukan hal-hal tertentu untuk mencapai tujuan ekonomi
yang diinginkan.
Peranan hukum dalam pembangunan Ekonomi Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Hukum sebagai ‘a tool of social engineering’
Roscoe Pound mengemukakan konsep baru yang disebut ‘a tool of social
engineering’ yang memberikan dasar bagi kemungkinan digunakannya
hukum untuk mengadakan perubahan masyarakat. Atau dengan kata lain

hukum berperan aktif dalam merekayasa perubahan sosial dalam
masyarakat. Hukum harus menjadi faktor penggerak kearah perubahan
masyarakat agar lebih baik dari sebelumnya. Konsep law is a tool of social
engineering menurut Mocthar Kusumatmadja telah dilksanakan di
Indonesia dengan asas ‘ hukum sebagai wahana untuk melaksanakan
pembaharuan masyarakat’. Hukum diusahakan agar dapat menampung
segala perkembangan baru. Hukum harus selalu datang bersamaan, kalau
perlu hukum harus lebih dulu datang dari peristiwa yang terjadi. Disini
hukum tidak hanya berperan sebagai pembenar apa yang terjadi setelah

6

masyarakat berubah, tetapi hukum harus tampil untuk mereka sosial agar
masyarakat berubah.
2. Hukum sebagai ‘a tool of social control’
Manusia sebagai mahluk sosial tidak lepas dari kepentingan dan kebutuhan
yang diinginkan, baik secara pribadi maupun kelompok. Dalam
pencapaian kepentingan dan kebutuhan tersebut agar tidak terjadi konflik,
maka diperlukan aturan agar kepentingan dan kebutuhan itu tercapai
dengan baik dan tidak slaing merugikan. Aturan-aturan bisa berbentuk
kebiasaan yang sudah menjelma sacar turun temurun, atau bisa juga
terwujud sebagai peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh negara.
Disini hukum diperlukan sebagai kontrol sosial dan menjaga ketertiban
dalam kehidupan masyarakat dalm pembangunan ekonomi.
3. Hukum sebagai alat kontrol pembangunan
Pembangunan yang dilakukan oleh suatu negara merupakan suatu
keharusan. Sebab dengan pembangunan tersebut kesejahteraan rakyat
dapat dicapai. Salah satunya adalah dengan pembangunan ekonomi, sebab
dengan pembangunan ekonomi itu maka output atau kekayaan suatu
masyarakat akan bertambah. Pembangunan ekonomi perlu dilaksankan
demi kehidupan manusia yang layak dan dapat mencapai kesejahteraan.
Oleh karena pembangunan yang sedang dan akan dilaksanakan di
Indonesia mencakup jangkauan yang sangat luas, maka diperlukn hukum
untuk memayungi seluruh kegiatan pembangunan yang sedang dan akan
dilaksankan itu. Peran hukum sebagai alat pembangunan tersebut sangat
diperlukan, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun ketika
dilakukan pengendalian mapun pengawasan. Kegiatan-kegiatan ekonomi
yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi tidak boleh lepas dari berbagai
hukum, baik kegiatan itu dilakukan badan usaha mapun perseorangan.
4. Hukum sebagai sarana penegak keadilan
Hukum dan keadilan merupakan dua sisi yang tidak boleh dipisahkan
karen kedua hal ini saling berkaitan. Apabila hukum dilaksankan dengan

7

baik, maka keadilan akan terwujud. Apabila hukum dan keadilan dapat
bersatu, maka akan terwujud ketertiban dan kedamaian serta kebahagiaan
dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu hukum harus berperan aktif
dalam mewujudkan keadilan dan hukum harus ditegakkan tanpa pandang
bulu dan pilih kasih.
5. Hukum sebagai sarana pendidikan masyarakat
Agar hukum dapat berperan secara efektif dalam rangka pendidikan
masyarakat, maka sangat penting hukum-hukum yang akan diberlakuakan,
disosialisasiakn dulu kepada masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar
masyarakat siap menerima hukum itu untuk dilaksanakannya. Dengan
demikian masyarakat menaaati hukum bukan karena paksaan, karena
mereka mengerti tentang hukum dan sesuai dengan nilai-nilai yang ada
dalm masyarakat itu sendiri.
2.1.4 Peran Hukum Islam dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia
Meskipun sistem Ekonomi di Indonsia tidak secara langsung disebut
sebagai sistem Ekonomi Islam tetapi Ekonomi Pancasila pada dasamya sama
saja, karena sistem yang dijalankannya diilhami dengan nilai-nilai Islam, saat ini
yang kita butuhkan adalah substansinya dengan tanpa menaiikan kulit luar tetapi
yang lebih

urgen adalah esensinya.

Saat ini perkembangan ekonomi Indonesia masih mengalami perjalanan
yang labil disebabkan beberapa faktor yang menghambat perjalanan itu, baik
faktor politik, sosial, pendidikan, hubungan Internasional, sitsem pemerintahan
yang belum mapan yang menyebabkan perkembangan ekonomi Indonesia tidak
stabil. Apalagi dengan naiknya harga BBM yang berimplikasi kepada naiknya
semua harga sektor kehidupan. Bersamaan dengan itu pengangguran di Indonesia
juga semakin meningkat, taraf pendidikan ekonomi masyarakat juga semakin
rendah, sedangkan ekonomi internasional memaksa kita untuk terus melangkah.
Islam melalui ajarannya telah memberikan kontribusi pemikiran hukumnya yang notabenenya di bidang ekonomi terhadap perjalanan ekonomi di
Indonesia, bentuk lebih kongkret yang bisa kita cermati secara nil, adanya Bank
8

Syari'ah yang lebih berkiprah di bidang perbankkan, dalam pemberdayaan modal
umatpun telah ada koperasi ( BMT ) yang mendukung ekonomi kerakyatan
dengan orientasi kepada kesejahteraan bersama.
Menurut Prof. Alie Yafie dalam bukunya Fiqh Perdagangan Bebas, Islam
memberikan sumbangsih pemikiran dalam hal perkembangan ekonomi di
Indonesia melalui:
1. pencerahan

umat terhadap

Moral

dalam berekonomi,

karena

Islam lebih mengedepankan ajaran Akhlaq.
2. Sistem Ekonomi yang diangkat oleh Islam di Indonesia adalah ekonomi
yang berorientasi kepada kesejahteraan bersama, adil dan demokratis.
3. Ekonomi Islam berusaha membuat ekonomi Indonesia mengangkat
ekonomi rakyat kecil
menjadi berkembang; dengan bantuan kongkret pemberian modal yang lebih
berpihak kepada peminjam.
4. Barang hasil produk industri di Indonesia lebih di tekankan pada
kualitas Halal dan Haram berdasarkan dengan fatwa MUI.
5. Pembentukan sistem perdagangan MLM ( Multi Level Marketing ) yang
lebih Islami oleh sebagian Pengusaha Islam seperti, Ahad -Net, MQNet, Revell Global, Tianshi, dll.
Pandangan Ali Yafie ini cukup relevan dengan usaha umat Islam di
Indonesia dalam membangun perekonomian walaupun memang masih dalam
tarap perkembangan karena memang bersaing dengan ekonomi Liberal, Plural,
yang menghalalkan segala cara dengan orientasi kepuasaan monopoli.
2.2

PERAN

NEGARA

HUKUM

KESEJAHTERAAN

9

DALAM

MEWUJUDKAN

Hubungan antara masyarakat dengan hukum merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Dapat ditegaskan bahwa hukum memiliki fungsi
untuk mengatur kehidupan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya, sehingga
melalui aturan itu bisa terwujud masyarakat yang sejahtera, sesuai yang
diamanatkan dari tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945.
Hukum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok seluruh masyarakat
dan sebagai perangkat kemasyarakatan hukum berfungsi sebagai pedoman
bertingkah laku, sebagai sarana untuk menjaga kebutuhan masyarakat dan sebagai
sisitem pengendalian sosial agar teciptanya kesejahteraan masyarakat.
Dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, harus didukung oleh
sekurang-kurangnya tiga pilar yaitu negara, pemerintah, hukum, dan aparatur
penegak hukum. Hal tersebut tersurat pada alinea keempat Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Selanjutnya,

untuk

sungguh-sungguh

mewujudkan

kesejahteraan

masyarakat itu maka kemudian pemerintah membentuk peraturan perundangundangan yang tentunya berpihak kepada masyarakat luas. Hal ini berarti materi
(subtansi) undang-undang haruslah sedemikian baik, mengandung niali-nilai
keadilan demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Jika secara undang-undang
sudah baik, maka harus juga didukung oleh aparatur penegak hukum yang
memiliki integritas moral yang tinggi untuk menegakkan hukum. Belum
terpenuhinya standar integritas moral aparat penegak hukum selama ini khususnya
hakim sebagai ujung tombak dalam penegakan hukum di Indonesia merupakan
salah satu kendala terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Hukum memegang peranan penting dalam mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Peranan tersebut hanya akan terwujud jika subtansi hukum sungguhsungguh berpihak kepada kepentingan masyarakat luas dan dalam penegakan
hukum oleh penegak hukum, lebih mengedepankan nilai-nilai keadilan sebab
hakikat dan inti dari hukum adalah keadilan.

10

Hukum Ekonomi Indonesia juga harus mampu memegang amanat UUD
1945 (amandemen) pasal 27 ayat (2) yang berisi : “Tiap-tiap warga Negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Negara juga
memiliki kewajiban untuk mensejahteraan rakyatnya, sehingga perekonomian
harus dapat mensejahterakan seluruh rakyat, sementara fakir miskin dan anak
yang terlantar juga perlu dipelihara oleh Negara. Negara perlu membuat iklim
yang kondusif bagi usaha dan bagi masyarakat yang tidak mampu dapat
diberdayakan. Sementara yang memang tidak dapat berdaya seperti orang sakit,
cacat perlu diberi jaminan sosial (Pasal 34 UUD 1945).
Adapun pada pasal 18A ayat (2) yang berisi: “Hubungan keuangan,
pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara
adil dan selaras berdasarkan undang-undang”. Pada pasal tersebut sangat jelas
menunjukkan bahwa masalah pemanfaatan sumberdaya juga diatur dalam undangundang ini. Tujuan utama desentralisasi adalah meningkatkan kesejahteraan
rakyat melalui penyelenggaraan urusan/fungsi/tanggung jawab pemerintahan
untuk penyediaan pelayanan masyarakat lebih baik. Pelaksanaan otonomi daerah
yang baik akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pemerintahan di daerah harus berhati-hati dalam membuat regulasi
ataupun perangkat hukum yang menyangkut perekonomian daerahnya, agar tidak
terjadi salah presepsi tentang otonomi ekonomi daerah. Peranan pemerintah pusat
juga harus lebih ketat dalam mengawasi jalannya otonomi daerah agar tujuan
nasional dapat berjalan sebagai mana mestinya. Keberpihakan pemerintah baik
pusat maupun daerah terhadap pertumbuhan koperasi, usaha kecil dan menengah
daerah diharapkan mampu mengurangi jurang antara masyarakat mapan dan
marjinal, karena dengan pertumbuhan koperasi, usaha kecil dan menengah akan
mengurangi ketergantungan masyarakat akan import dan memperluas lapangan
pekerjaan. Sehingga akan mengurangi beban pemerintah dan diharapkan daerah
mampu mandiri mengatasi kesulitan didaerahnya sesuai dengan sumberdaya yang
ada didaerah tersebut. Untuk itu diperlukan koordinasi yang baik antara

11

pemerintah pusat dan daerah dalam melakukan perumusan dan sosialisasi
mengenai batasan-batasan dan sanksi hukum yang jelas bagi pelaku ekonomi baik
tingkat pusat maupun daerah, yang kemudian ditetapkan menjadi peraturan atau
kebijakan pemerintah pusat maupun daerah.
2.3 REFORMASI HUKUM
2.3.1 Defenisi Reformasi Hukum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, reformasi hukum adalah
perubahan secara drastis untuk perbaikan di bidang hukum dalam suatu
masyarakat atau negara. Sedangkan menurut Menteri Kehakiman Muladi,
reformasi hukum adalah proses demokratisasi dalam pembuatan, penegakkan, dan
kesadaran hukum. Dalam hal pembuatan hukum bukan aspirasi penguasa saja
yang ditonjolkan melainkan juga harus mendengarkan aspirasi dari siapa saja
yang berkepentingan dengan pemerintahan (pemangku kepentingan). Reformasi
hukum mempunyai arti penting

guna membangun desain kelembagaan bagi

pembentukan negara hukum yang dicita-citakan. Untuk kepentingan itu dalam
sistem politik yang demokratis, hukum harus memberi kerangka struktur
organisasi formal bagi bekerjanya lembaga-lembaga negara, menumbuhkan
akuntabilitas normatif dan akuntabilitas publik dalam proses pengambilan
keputusan politik, serta dapat meningkatkan kapasitasnya sebagai sarana
penyelesaian konflik politik. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan,
yaitu:
1. Cakupan reformasi hukum
Di luar pengertian reformasi hukum, hal yang juga penting ditetapkan
adalah cakupan dari reformasi hukum tersebut. Idealnya, cakupan reformasi
hukum harus meliputi reformasi pada unsur-unsur pokok dari suatu sistem hukum,
yang meliputi unsur materi/substansi hukumnya, aparatur hukum, sarana dan
prasarananya, maupun falsafah dan budaya hukumnya. Dari segi materi/substansi
hukumnya pembenahan perlu dilakukan tidak hanya mencakup kemungkinan
mengadopsi pranata-pranata hukum baru yang muncul dalam kerangka globalisasi
12

ekonomi yang dapat memunculkan kecenderungan terjadinya globalisasi hukum
(misal: ketentuan-ketentuan hukum menyangkut e-commerce, e-transaction, esignature,

kontrak-kontrak

internasional,

perdagangan

barang

dan

jasa,

perlindungan hak kekayaan intelektual, komersialisasi antariksa dll) namun juga
adaptasi terhadap paradigma baru dalam sistem pemerintahan khususnya
berkaitan dengan otonomi daerah, misalnya kemungkinan berlakunya ketentuanketentuan hukum adat setempat bagi hubungan-hubungan hukum atau peristiwa
peristiwa hukum tertentu. Pembenahan materi/substansi hukum tersebut bisa
dilaksanakan melalui 3 alternatif, yaitu:


Merumuskan dan menetapkan ketentuan-ketentuan hukum baru untuk halhal yang sama
sekali belum diatur,



Melakukan transformasi dari ketentuan-ketentuan hukum internasional
menjadi ketentuan
hukum nasional melalui instrumen pengesahan/ratifikasi perjanjian-

perjanjian internasional
terkait,


Memodifikasi ketentuan-ketentuan hukum yang sudah ada untuk
mengikuti perkembangan
kesadaran dan kebutuhan hukum yang berkembang dalam masyarakat.

2.3.2 Misi dan tujuan reformasi hukum
Misi yang diemban dalam rangka reformasi hukum adalah terciptanya
hukum yang tertib dan berkeadilan namun tetap senantiasa mampu mendorong
pembangunan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tujuan utama yang
hendak dicapai dalam kerangka reformasi hukum adalah tegaknya supremasi

13

hukum dalam masyarakat. Melalui tegaknya supremasi hukum, maka hukum akan
benar-benar berfungsi sebagai rambu-rambu dan sekaligus pedoman bagi semua
pihak, baik penyelenggara negara dan pemerintahan, penegak hukum,pelaku
usaha dan masyarakat umum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
2.3.3 Reformasi Hukum di Indonesia
Kondisi Hukum Indonesia saat ini belum dilaksanakan sesuai dengan azaz
hukum yang berkeadilan. Hal ini dapat dilihat sorotan yang amat tajam dari
seluruh lapisan masyarakat, baik dari dalam negeri maupun luar negeri terhadap
dunia hukum di Indonesia. Dari sekian banyak bidang hukum, dapat dikatakan
bahwa hukum pidana menempati peringkat pertama yang bukan saja mendapat
sorotan tetapi juga celaan yang luar biasa dibandingkan dengan bidang hukum
lainnya. Bidang hukum pidana merupakan bidang hukum yang paling mudah
untuk dijadikan indikator apakah reformasi hukum yang dijalankan di Indonesia
sudah berjalan dengan baik atau belum. Hukum pidana bukan hanya berbicara
tentang putusan pengadilan atas penanganan perkara pidana, tetapi juga meliputi
semua proses dan sistem peradilan pidana (criminal justice system). Proses
peradilan berawal dari penyelidikan yang dilakukan pihak kepolisian dan
berpuncak pada penjatuhan pidana dan selanjutnya diakhiri dengan pelaksanaan
hukuman dan pembinaan di lembaga pemasyarakatan.
Keprihatinan yang mendalam tentunya melihat reformasi hukum yang
masih berjalan lambat dan belum memberikan rasa keadilan bagi masyarakat.
Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa pada dasarnya apa yang terjadi akhirakhir ini merupakan ketiadaan keadilan yang dipersepsi masyarakat (the absence
of justice). Ketiadaan keadilan ini merupakan akibat dari pengabaian hukum
(diregardling the law), ketidakhormatan pada hukum (disrespecting the law),
ketidakpercayaan pada hukum (distrusting the law) serta adanya penyalahgunaan
hukum (misuse of the law). Sejumlah masalah yang layak dicatat berkenaan
dengan bidang hukum antara lain:

14










Sistem peradilan yang dipandang kurang independen dan imparsial
Belum memadainya perangkat hukum yang mencerminkan keadilan sosial
Inkonsistensi dalam penegakan hukum
Masih adanya intervensi terhadap hukum
Lemahnya perlindungan hukum terhadap masyarakat
Rendahnya kontrol secara komprehensif terhadap penegakan hukum
Belum meratanya tingkat keprofesionalan para penegak hukum
Proses pembentukan hukum yang lebih merupakan power game yang
mengacu pada kepentingan the powerfull daripada the needy.

2.3.4 Strategi dan Pelaksanaan Reformasi Hukum
Suatu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan reformasi hukum adalah
merumuskan strategi yang tepat yang tidak hanya mampu menjangkau kebutuhan
hukum saat ini,

tetapi juga mampu menjangkau (mengantisipasi) kebutuhan

hukum masa depan yang meliputi suatu rentang waktu yang cukup panjang.
Dalam merumuskan strategi tersebut, pertama-tama perlu dilakukan
inventarisasi terhadap permasalahan-permasalahan yang perlu di reformasi, baik
dari aspek materi hukum, aparatur hukum, sarana dan prasarana hukum serta
budaya hukumnya. Setelah itu, perlu dilakukan penetapan prioritas tentang unsurunsur yang harus didahulukan. Dikaitkan dengan keadaan yang kita hadapi saat
ini, yaitu lemahnya penegakan hukum, baik menyangkut masalah KKN,
pelanggaran HAM, tingginya tingkat kriminalitas, praktek penggunaan kekerasan
dan pengerahan massa dalam berdemokrasi, praktek penjarahan, penyerobotan
hak-hak orang lain, dan lain-lain, dalam jangka pendek adalah tepat untuk
memberi prioritas pada proses penegakan hukum (law enforement) yang
dilakukan melalui pembenahan sistem peradilan kita yang mencakup: badan
peradilan, kepolisian, kejaksaan, pengacara dan konsultan hukum, pengelola
lembaga pemasyarakatan, peningkatan etika moral dan kemampuan profesi
hukum, penggunaan Bahasa Indonesia yang jelas dan tepat.
Secara paralel, dalam upaya menunjang pelaksanaan reformasi struktural
di bidang perekonomian sebagai langkah menuju recovery di bidang
perekonomian, perlu dipertimbangkan kemungkinan melakukan reformasi, baik

15

dari aspek pranata hukum (legal process)nya yang berdasarkan ekonomi pasar
(misal: menentukan standar-standar hukum, penegakan dan pelaksanaan standarstandar hukum, merumuskan acuan dalam penyelesaian sengketa serta mengontrol
kekuasaan negara dalam hubungannya dengan sektor-sektor swasta) maupun
menyangkut substansi/materi hukumnya yang meliputi aspek perundangundangan,
hukum kebiasaan dan yurisprudensi). Materi-materi hukum tertentu yang kiranya
juga perlu diproritaskan mencakup, antara lain:
1. Penyelesaian RUU KUHP dan KUHAP yang baru
2. Penyelesaian RUU TIPIKOR
3. Penyempurnaan UU Kepailitan
4. Penyempurnaan peraturan-peraturan mengenai Penyehatan Perbankan
5.Penananaman

Modal,

Pasar

Modal,

Perdagangan

Berjangka

Komoditas,Telematika, Privatisasi
6. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, Enerji dan Sumber Daya
Mineral,

Kelautan,

Kehutanan,

Real

Estate,

Ketenagakerjaan,

Pertanahan, Perpajakan dll.
Melalui penyempurnaan materi hukum tersebut diharapkan akan mampu
menciptakan aturan main yang jelas dan transparan bagi masyarakat dan
penyelenggara

negara

dalam

menunjang

kegiatan

mereka

sehari-hari.

Pembenahan dari segi materi hukum tersebut juga perlu dilengkapi dengan
peningkatan sarana dan prasarana hukum serta peningkatan kesadaran dan
kepatuhan hukum masyarakat dan penyelenggara negara sehingga mampu
membentuk suatu budaya hukum yang sehat. Apabila hal ini dapat dicapai maka
otomatis akan tercipta tidak hanya suatu pemerintahan yang efektif (good
governance), namun juga masyarakat yang menghormati dan mentaati hukum
(law abiding people), yang pada akhirnya akan menciptakan ketertibandan
keamanan serta kenyamanan dalam masyarakat, situasi mana sangat kondusif bagi

16

iklim penanaman modal yang akan mempercepat pemulihan dan bahkan
mendorong pertumbuhan ekonomi.

2.3.5 Konsep Reformasi Hukum
Jika melihat kondisi hukum yang terpuruk, maka tidak ada kata lain selain
terus mengedepankan reformasi hukum yang telah digagas oleh bangsa ini.
Kegiatan reformasi hukum perlu dilakukan dalam rangka mencapai supremasi
hukum yang berkeadilan. Beberapa konsep yang perlu diwujudkan antara lain:
a. Penggunaan hukum yang berkeadilan sebagai landasan pengambilan
keputusan oleh aparatur negara.
b. Tidak adanya intervensi terhadap lembaga pengadilan
c. Aparatur penegak hukum yang profesional
d. Penegakan hukum yang berdasarkan prinsip keadilan
e. Pemajuan dan perlindungan HAM
f. Partisipasi publik
g. Mekanisme kontrol yang efektif.
Pada dasarnya reformasi hukum harus menyentuh tiga komponen hukum
yang disampaikan oleh Lawrence Friedman yang meliputi:
1. Struktur Hukum
Struktur hukum merupakan pranata hukum yang menopang sistem
hukum itu sendiri, yang terdiri atas bentuk hukum, lembaga-lembaga
hukum, perangkat hukum, dan proses serta kinerja mereka.
2. Substansi Hukum

17

Substandi hukum merupakan isi dari hukum itu sendiri, artinya isi hukum
tersebut harus merupakan sesuatu yang bertujuan untuk menciptakan
keadilan dan dapat diterapkan dalam masyarakat.
3. Budaya Hukum
Budaya hukum ini terkait dengan profesionalisme para penegak hukum
dalam menjalankan tugasnya, dan tentunya kesadaran masyarakat
dalam menaati hukum itu sendiri.
Kiranya dalam rangka melakukan reformasi hukum tersebut ada
beberapa hal yang harus dilakukan antara lain:
a. Penataan kembali struktur dan lembaga-lembaga hukum yang ada
termasuk sumber daya manusianya yang berkualitas
b. Perumusan kembali hukum yang berkeadilan
c. Peningkatan penegakkan hukum dengan menyelesaikan kasus-kasus
pelanggaran hukum
d. Pengikutsertaan rakyat dalam penegakkan hukum (dalam hal ini rakyat
harus diposisikan sebagai subjek/neccessary condition)
e. Pendidikan publik untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
terhadap hukum
f. Penerapan konsep Good Governance.

18

19